Oleh:
PURWOKERTO
[2019]
a) Proses Penentuan
Dari ketiga jurnal tersebut, kami memilih jurnal yang pertama yang
berjudul “Understanding Metropolitan Poverty: The Profile of Poverty in
Jabodetabek Area” sebagai referensi utama dalam penyusunan tugas. Alasan
kami memilih jurnal tersebut karena jurnal tersebut yang sangat berkaitan dengan
objek kajian sosiologi perkotaan. Jurnal ini membahas tentang kondisi kemiskinan
di wilayah metropolitan, dengan fokus pada wilayah metropolitan Jabodetabek,
yang umumnya dikenal sebagai wilayah Jabodetabek.
b) Ringkasan Jurnal
1) Pendahuluan (Abstrak)
Satu studi yang berfokus pada kaum miskin kota di Malaysia melihat
hubungan antara kondisi perumahan (jenis tempat tinggal, lingkungan sekitar, dan
masa tinggal rumah) dan kualitas hidup (kesehatan, keselamatan dan dukungan
sosial) dan menemukan bahwa kondisi perumahan sangat penting dalam
menentukan kualitas hidup, oleh karena itu harus dipertimbangkan ketika menilai
faktor penentu kemiskinan perkotaan (Zainal, Kaur, Ahmad, & Khalili, 2012).
Berdasarkan studi ini, korelasi yang termasuk dalam model adalah ukuran
rumah tangga, ukuran rumah per kapita, pendidikan kepala rumah tangga, usia
kepala rumah tangga, jenis kelamin kepala rumah tangga, sektor pekerjaan kepala
rumah tangga, dan akses rumah tangga ke beberapa kebutuhan seperti minum
yang aman air, akses internet, dan toilet.
Penelitian ini menggunakan data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) 2014 dari Badan Pusat Statistik (BPS), yang memiliki sampel sekitar
300.000 rumah tangga di seluruh Indonesia. Survei rumah tangga ini berisi
informasi tentang kondisi dasar demografi dan sosial ekonomi rumah tangga,
termasuk akses ke fasilitas dasar, tingkat pendidikan, pengeluaran rumah tangga
dan jenis pekerjaan. Untuk menentukan status kemiskinan rumah tangga, garis
kemiskinan nasional 2014 di tingkat kabupaten digunakan sebagai ambang batas.
d) Contoh Realita
e) Kesimpulan
Dari hasil jurnal yang kami kaji bersama, profil kemiskinan dalam
masyarakat perkotaan memiliki bentuk indikator kemiskinan yang diukur dalam
aspek kepemilikan barang, pendapatan, akses air bersih, kondisi tempat tinggal,
pendidikan, serta kesehatan. Indikator tersebut menjadi bentuk standarisasi
masyarakat miskin perkotaan. Bentuk perekonomian masyarakat perkotaan pada
sektor informal atau sektor industri yang melaju cepatnya tingkat perekonomian.
Sehingga, tingkat kemiskinan pada masyarakat perkotaan cenderung stagnan.
Tingkat rendahnya pendidikan tidak mengalami signifikansi. Sehingga profil
kemiskinan pada masyarakat perkotaan di atur dalam kebijakan nasional.
Daftar Pustaka
Bayudan-Dacuycuy, C., & Lim, J. A. (2013). Family size, household shocks and
chronic and transient poverty in the Philippines. Journal of Asian
Jones, G., Rangkuti, H., Utomo, A., & McDonald, P. (2016). Migration, Ethnicity,
and the Education Gradient in the Jakarta Mega Urban Region: A Spatial
Analysis. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 49 (August), 1–36.
http://doi.org/10.1080/00074918.2015.1129050
Zainal, N. R., Kaur, G., Ahmad, N. ‘Aisah, & Khalili, J. M. (2012). Housing
Conditions and Quality of Life of the Urban Poor in Malaysia. Procedia -
Social and Behavioral Sciences, 50(July 2012), 827–838.
http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.08.085