Anda di halaman 1dari 34

DESA WANGGARASI TENGAH TAHUN 2003-2017

Oleh
Zenab Ismail
231418039
Email : zenabismail28@gmail.com

ABSTRAK
Zenab Ismail. NIM 231418039. Judul skripsi Desa Wanggarasi Tengah
Tahun 2003-2017. Skripsi. Jurusan S1 Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Gorontalo. Dibawah bimbingan Bapak Sutrisno Mohamad,
S.Pd, M.Pd selaku pembimbing I, dan Bapak Renol Hasan, S.Pd, M.Pd sebagai
pembimbing II.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui; Pertama, Sejarah Desa
Wanggarasi Tengah Tahun 2003-2017. Kedua, Perkembangan Desa Wanggarasi
Tengah Tahun 2003-2017. Metode yang digunakan mencakup empat langkah
yakni Heuristic, Kritik, Interprestasi, dan Historiografi.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa; Pertama, sebelum dimekarkan Desa
Wanggarasi Tengah merupakan wilayah administrasi dari Desa Wanggarasi Barat,
dimana saat itu namanya adalah dusun Wanggarasi Tengah. Namun seiring
perjalanan para tokoh dan masyarakat Dusun Wanggarasi Tengah Berinisiatif
untuk membentuk sebuah Des. Inisiatif ini mulai dibangun pada tuhun 2002, dan
akhirnya pada tahun 2003 Dusun Wanggarasitengah dimekarkan menjadi Desa
Wanggarasi Tengah. Kedua, Perkembangan Desa Wanggarasi Tengah Tentunya
dibarengi dengan Kisah-kisah perjuangan para tokoh dan masyarakat yang
membutuhkan kerjasama dan support yang kuat. Terkait perkembangan ekonomi,
dapat disimpulkan bahwa Desa Wanggarasi Tengah telah memperlihatkan
perkembangan ekonomi yang cukup baik, dimana perekonomian masyarakat
semakin meningkat dan dukungan dari pemerintah Desa Wanggarasi Tengah sejak
tahun 2003 hingga tahun 2017 cukup besar.
Tentunya perkembangan ekonomi tersebut membawa dampak positif
terhadap keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat Desa Wanggarasi Tengah.
Dengan kondisi Sosial masyarakat yang majemuk tidak berpengaruh pada
kehidupan sosial masyarakat desa Wanggarasi Tengah. Sikap toleransi sangat
dijunjung tinggi oleh masyarakat Desa Wanggarasi, Sehungga tidak pernah terjadi
permasalahan Sosial diantara Masyarakat. Terakhir untuk dinamika politik, sejak
didirikan Desa Wanggarasi Tengah pada tahun 2003 hingga saat ini belum ada
gejolak atau dinamika yang menyebabkan masalah serius di dalam masyarakat.
Semua berjalan dengan baik termasuk pelayanan masyarakat tidal membeda-
bedakan identitas sosial masyarakat. Begitupun halnya masyarakat, dimana semua
agenda dan program pembangunan pemerintah Desa Wanggarasi Tengah selalu
mendapatkan dukungan dari masyarakat.

Kata Kunci: Desa Wonggarasi Tengah, Pembangunan, Ekonomi, Sosial Politik


Pendahuluan
Desa secara hukum memiliki otonomi dalam melaksanakan pembangunan,
serta menentukan arah kebijakan desanya yang disesuaikan dengan realitas sosial
budaya dan karakteristik masyarakatnya. Negara telah memberikan hak istimewa
kepada desa dengan dikeluarkannya beberapa produk hukum yang menjadi
landasan dalam pelaksanaan pemerintahan desa secara otonomi. Desa merupakan
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki wilayah territorial. Desa juga
memiliki wewenang dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
beserta urusan pemerintahan berdasarkan prakarsa, asal usul dan adat istiadat
masyarakat setempat, serta hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan NKRI.1 Implementasi otonomi bagi desa akan menjadi
kekuatan bagi pemerintah desa untuk mengurus, dan mengatur penyelenggaraan
rumah tangganya sendiri, sekaligus bertambah pula beban tangungjawab dan
kewajiban desa, namun demikian penyelengaraan pemerintah tersebut tetap harus
dipertanggung jawabkan.
Salah satu dari sekian banyak tanggungjawab yang harus diwujudkan dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa yakni pengelolaan dana desa untuk tujuan
pembangunan. Dengan disahkannya UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa, menjadi
sebuah landasan dimana Negara memberikan hak otonomi kepada desa dalam
mengelola segala hal yang menyangkut pembangunan dan peningkatan kualitas
sumberdaya manusia serta pemanfaatan sumberdaya ekonomi yang ada di desa.
Pengelolaan dana desa sebagaimana dimaksud di atas harus dilaksanakan
berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, bahwa pengelolaan keuangan desa harus
dilaksanakan berdasarkan azas-azas transparansi, akuntabel, partisipasi, serta
tertib dan disiplin.2
Pada konteks lain, pembangunan desa memegang peranan yang penting
karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan pembangunan daerah

1
HAW. Widjaya, Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 164.
2
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa.
dan nasional. Hal tersebut terlihat melalui banyaknya program pembangunan yang
di rancang pemerintah untuk pembangunan desa.3 Oleh karena itu, pemerintah
desa juga memiliki peranan yang cukup strategis dalam membantu terlaksananya
proses penyelenggaraan pemerintahan, termasuk perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan. Persoalan tentang desa makin hari makin kompleks. Hal ini
dipengaruhi akan banyak sekali faktor yang saling berpengaruh satu dengan yang
lainnya, baik tentang ketergantunan, ketertinggalan, sempitnya lahan pertanian,
produktifitas yang rendah, sumberdaya manusia yang tidak unggul, kemidkinan,
keterbelakangan, hingga pengangguran yang seolah menjadi khas di pedesaan.4
Persoalan yang dihadapi masyarakat pedesaan saat ini adalah masalahan
kemiskinan. Fenomena kemiskinan masih merupakan fenomena pedesaan, dimana
terjadi ketimpangan antara kemiskinan pedesaan dan perkotaan. Sebagaimana data
BPS Tahun 2018 bahwa kemiskinan di perkotaan berada di angka 6,89 persen,
sedangkan di wilayah perdesaan angka kemiskinan mencapai 13,1 persen. 5 Hal ini
yang kemudian melahirkan stigma di masyarakat, bahwa kemiskinan hanya
ditemukan di desa. Padahal, jika dilihat lebih jauh pada konteks ketersediaan
sumberdaya ekonomi, desa memiliki potensi sumberdaya ekonomi yang cukup
melimpah jika dibandingkan dengan wilayah perkotaan.6
Begitu kompleksnya permasalahan yang ada di desa, maka desa perlu dikaji
secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan multidisiplin ilmu. Salah
satu kajian yang perlu dilakukan adalah kajian sejarah desa. Sejarah desa penting
dilakukan untuk mengetahui secara signifikan setiap peristiwa yang terjadi di
sebuah desa, agar kajian sejarah desa tersebut dapat dijadikan landasan bagi
disiplin ilmu lainnya untuk melakukan pemetaan dan identifikasi berbagai hal

3
Herman, Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa
Ulidang Kecamatan Tammerodo Kabupaten Majene. GROWTH Jurnal Ilmiah Ekonomi
Pembangunan Vol. 1, No. 1, 2019, hlm 1.
4
Muh. Zainul. Arifin. Pengelolaan anggaran pembanunan desa di Desa Bungin Tinggi,
Kecamatan Sirau Pulau Padan Kabupaten Ogang Komering Ilir Sumatera Selatan. Jurnal
Thengkyang Vol 1 No 1. 2018), Hal 2
5
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2018 tentang Jumlah Penduduk Miskin
Perkotaan dan Pedesaan.
6
Imron Rosyadi. 2017. Identifikasi Faktor Penyebab Kemiskinan di Pedesaan dalam
Perspektif Struktural. Proceeding 6th University Research Colloquium 2017 : Seri Humaniora,
Sosial, dan Agama. Universitas Muhammadiyah Magelang
yang menyebabkan timbulnya permasalahan sejak berdirinya desa tersebut hingga
saat ini.
Secara historis, desa masih menyimpan banyak hal yang penting untuk
diungkap. Diantaranya dari segi penemaan sebuah Desa, sejarah terjadinya
pemekaran yang kemudian terbentuklah sebuah desa, dinamika masyarakatnya
pada saat terjadinya pemekaran, kemudian karakteristik masyarakatnya, potensi
ekonomi desanya sejak dimekarkan, perkembangan desa sejak dimekarkan,
hingga lembaga adat dan ketentuan yang ada di dalamnya atau hukum adat. Hal
demikian menjadi penting untuk dikaji secara signifikan, demi mendapatkan
gambar secara historis terkait sebuah desa. Pendekatan sejarah desa bisa saja
memiliki kontribusi besar dalam menentukan arah pembenagunan desa ke depan
yang mempertimbangkan basis sosial budaya dan tradisi masyarakatnya. Sebab,
melalui pendekatan sejarah, dapat diungkap berbagai hal yang berhubungan
dengan karakteristik masyarakat, sistem sosial kemasyarakatannya, maupun
kelembagaannya (termasuk lembaga adat).
Sejarah desa masih sangat menarik minat sejarawan, sebab hampir semua
awal mula sebuah peristiwa sejarah berawal atau terjadi di daerah pedesaan. Desa
sebagai wilayah teritorial dan administratif terkecil dalam sebuah Negara, tentu
memiliki karakter tersendiri, yang terbentuk seiring dengan terjadinya proses
sejarah panjang dan berbeda-beda pada setiap desa. Pada konteks ini, tentu setiap
proses sejarah dari masing-masing desa menyimpan banyak hal yang belum
terungkap. Peneliti berasumsi, bahwa dengan adanya penelitian yang dilakukan,
akan semakin membuka rentetan proses sejarah dari sebuah desa, terutama Desa
Wonggarasi Tengah.
Sejalan dengan uraian di atas, dari berbagai kajian yang diuraikan terkait
sejarah dari sebuah desa, peneliti berasumsi bahwa hal yang perlu diungkap dari
penelitian ini adalah sejarah terbentuknya Desa Wonggarasi Tengah, kejadian-
kejadian penting terkait kehidupan sosial masyarakat, serta peran pemerintah
dalam perkembangan Desa Wonggarasi Tengah sejak dimekarkan tahun 2003
hingga tahun 20017. Desa Wonggarasi Tengah adalah salah satu desa yang ada di
Kecamatan Lemito Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Desa Wonggarasi
Tengah sebelah timur berbatasan dengan Desa Suka Damai dan sebelah barat
berbatasan dengan Desa Wonggarasi Barat sehingga pada tahun 2003 desa ini
sudah termasuk dalam belahan pemekaran Kecamatan Lemito.
Desa Wonggarasi Tengah terbentuk dari pemekaran Desa Lemito yang
terletak disebalah utara Sulawesi Tengah, hal ini terprakarsai atas perjuangan para
tokoh masyarakat yakni dari golongan tokoh pemuda. Seiring perkembangan
zaman dan semakin kompleksnya kebutuhan masyarakat, maka desa ini dibagi
atas 4 dusun, dan kemudian pada tahun 2003 Desa Wonggarasi Tengah resmi
dimekarkan dari Desa Sukma Damai dan Desa Wonggarasi Barat. Desa ini
terkenal denan hutan hijau yang ditumbuhi pepohonan dan semak-semak yang
masih lebat sehingga pada dahulu kala desa ini tertulis sebagai desa yang subur
dan tumbuhan yang menghijau diatas tanah.
Sekelompok masyarakat yang rukun dan damai meskipun masih dalam
kehidupan yang ekonomi bisa menciptakan keharmonisan dalam bermasyarakat.
Desa Wonggarasi Tengah masuk dalam wilayah Kecamatan Lemito dimana
sebelah utara berbatasan dengan sebelah timur Desa Suka Damai dan sebelah
barat Desa Wonggarasi Barat. Pada tahun 2003 Desa Wonggarasi Tengah
termasuk dalam belahan pemekaran Kecamatan Lemito. Jumlah penduduk pada
tahun 2015 mencapai 1.634 Jiwa dan jumlah KK 454 sehingga pada tahun 2017
jumlah bertambah menjadi 1.660 dengan luas desa 35.100 KM.7
Mata pencaharian mayoritas masyarakat Desa Wonggarasi Tengah adalah
bertani kebun. Komoditas unggulan pada sektor pertanian adalah jagung, dimana
mayoritas petani di Desa Wonggarasi Tengah adalah petani petani jaung dengan
luas lahan tanaman jagung mencapai 430 Ha. Dengan adanya potensi sektor
pertanian tersebut, dapat menghidupi kehidupan masyarakat Desa Wonggarasi
Tengah. Mayoritas mata pencaharian penduduk sangat mempengaruhi lajunya
perkembangan perekonomian Desa, hal ini juga disebabkan oleh adanya
kerjasama antara pemerintah daerah dengan pemerintah Desa, dalam melakukan
sosialisasi cara pembibitan, pengukuhan dan pengelolaan dalam sektor pertanian,
sehingga bisa mengasah keahlian para petani di Desa Wonggarasi Tengah.

7
Data Profil Desa Wonggarasi Tengah Tahun 2015-2022.
Dengan adanya skill yang didapat dari hasil pelatihan tersebut, masyarakat secara
mandiri dapat mengelola sektor pertanian.8
Oleh karena masih banyaknya hal-hal yang belum terungkap pada proses
sejarah Desa Wonggarasi Tengah, maka peneliti berkeinginan untuk meneliti
terkait hal yang belum terungkap dari sejarah Desa Wonggarasi Tengah.
Disamping itu, alasan lain dari peneliti melakukan penelitian ini yakni, setidaknya
hasil penelitian ini dapat berkontribusi terhadap pengembembangan Desa
Wonggarasi Tengah. Dengan adanya hal ini dapat di formulasikan judul penelitian
yaitu “Desa Wonggarasi Tengah Periode 2003-2017”.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka ditentukan rumusan masalah
dalam penelitian tersebut, antara lain:
1. Bagaimana sejarah berdirinya Desa Wonggarasi Tengah, Kec. Lemito,
Kab. Pohuwato ?
2. Bagaimana perkembangan Desa Wonggarasi Tengah, Kec. Lemito, Kab.
Pohuwato tahun 2003-2017 ?

Tujuan dan Manfaat Penelitian


Berikut beberapa Tujuan Masalah yang ada dalam Penelitian ini, yakni
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Desa Wonggarasi Tengah, Kec.
Lemito, Kab. Pohuwato.
2. Untuk mengetahui perkembangan Desa Wonggarasi Tengah, Kec. Lemito,
Kab. Pohuwato tahun 2003-2017.
Terkait dengan manfaat penelitian, dalam penelitian yang dilakukan oleh
peneliti, tentunya memiliki beberapa manfaat, yakni sebagai berikut :
1. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat memberikan informasi kepada
mahasiswa secara umum dan khususnya mahasiswa Program Studi
Pendidikan Sejarah, mengenai proses sejarah berdirinya sebuah Desa
secara otonom.

8
Data Profil Desa Wonggarasi Tengah Tahun 2015-2022.
2. Bagi masyarakat umum, sebagai bahan pengetahuan agar kiranya dengan
adanya penelitian ini dapat memberikan informasi terkait sejarah
berdirinya sebuah desa. Khususnya untuk masyarakat Desa Wonggarasi
Tengah, penelitian dapat memberikan pengetahuan bagi generasi
selanjutnya terkait jati diri dan sejarah dari tempat tinggal mereka yakni
Desa Wonggarasi Tengah.
3. Bagi pemerintah, adanya penelitian ini dihararapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan agar kiranya dalam mengambil sebuah kebijakan
pembengaunan desa, tentunya perlu mempertimbangkan sejarah dan
karakteristik dari sebuah desa.
4. Bagi penulis/peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan dan memperluas
wawasan berpikir peneliti dalam ilmu sejarah.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup Penelitian menjabarkan tentang batasan penelitian objek
kajian yang terdiri dari ruang lingkup temporal, dimana menjabarkan tentang
batasan waktu yang dipilih dalam penelitian. Ruang linkup spesial adalah batasan
yang didasarkan pada kesatuan wilayah geografis atau wilayah administrasi
tertentu. Serta ruang lingkup keilmuan yaitu batasan aspek-aspek yang dianalisis
ruang linkup spasial.
Meneliti sejarah perlu dibatasi oleh ruang lingkup Spasial dan Temporal, hal
ini diperlukan oleh Peneliti untuk membatasi waktu dan tempat kejadian agar
memiliki arah yang jelas. Pembatasan ruang lingkup sejarah membuat Penelitian
lebih mudah dan dapat dipertanggung jawabkan. Pembatasan ruang lingkup dalam
penelitian sejarah menjadikan penelitian lebih mudah untuk dilakukan secara
empiris, metodologis dan dapat dipertanggungjawabkan.9
Ruang Lingkup Temporal adalah batasan waktu yang dipilih dalam
penelitian. Batasan waktu sangat tergantung pada sifat peristiwa atau fenomena
yang diteliti. Peristiwa yang berlangsung singkat dan segera mengendap menjadi
peristiwa masa lampau dapat dijadikan sebagai lingkup waktu. Kajian sejarah

9
Kartini Kartono, 1990, Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung : Mandar Maju,
hlm. 19
terikat pada waktu (temporal), terutama pada kelampauan (past). Faktor waktu ini
yang amat membedakan sejarah dengan ilmu-ilmu sosial lain sehingga sering
dikatakan bahwa sejarah adalah kajian yang berkaitan dengan manusia (individu
dan masyarakat) pada masa lalu (past), sedangkan ilmu-ilmu sosial adalah kajian
tentang manusia (individu dan masyarakat) pada masa sekarang (present).10
Periodisasi diperlukan untuk membuat waktu yang terus bergerak agar dapat
dipahami dengan membaginya dalam unit-unit waktu, dalam sekat-sekat, dalam
babak-babak, maupun dalam periode. Periodisasi hanya dilakukan dalam
penelitian tentang sejarah, oleh karena itu batasan spasial, temporal dijadikan
konsep sejarawan dalam melakukan penulisan.11
Adapun ruang lingkup temporal yaitu tahun 2013-2017 sebab tahun ini
menjadi sangat penting bagi penelitian, karena pada tahun 2003 adalah awal
pemekaran Desa Wongarasi Tengah pada tahun 2017 sudah diambil sebagai
batasan temporal karena telah terjadi pemilihan kepala desa dan juga melihat
keadan sosial ekonomi masyarakat di Desa Wongarasi Tengah sehingga menjadi
acuan penelitian untuk mengetahui perkembangan desa Wonggarasi Tengah dari
pemekaran Desa Suka Damai, desa ini dikenal dengan hutan hijau yang tumbuh
pepohonan dan semak yang masih lebat sehinga pada dahulu desa ini tertulis
sebagai desa yang subur.12
Kerangka Konseptual dan Pendekatan
Menurut Kuntowijoyo sejarah dalam bahasa Arab syajara yang berarti
syajarah berarti pohon, syajara an-nasab yang berarti pohon silsilah ; dalam
bahasa Inggris history, dalam bahasa Latin dan bahasa Yunani historia, dari
bahasa Yunani histor atau istor yang berarti orang pandai. 13
Sedangkan menurut
Edwar Hellet Car sejarah adalah sebuah dialog yang tidak berkesudahan. Dialog
antara sejarahwan dengan masa lalu hanya bisa dilakukan dengan menggunakan
sumber sejarah. Dengan demikian, proses berdialog dengan masa lalu bagi orang
yang belajar sejarah membutuhkkan kesabaran dan ketekunan dalam membuka
10
Helius Sjamsuddin. 2016, “Metodologi Sejarah “, Yogyakarta : Ombak, Hlm. 183
11
Kuntowijoyo, 2008, Penjelasan Sejarah. Yogyakarta : Tiara Wacana, hlm. 19-20
12
Wawancara denan Bapak Sunaryo Ayuba di Desa Wonggarasi Tengah 17 Januari 2021
13
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995,
hlm 1
lembaran lembaran dan ingatan kolektif tentang informasi terkait dengan kejadian
masa lalu.14
Sejalan dengan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Sejarah adalah
suatu proses interaksi antara sejarawan dengan fakta-fakta yang ada padanya suatu
dialog tiada henti-hentinya antara masa sekarang dengan masa silam. Oleh karena
sejarah adalah sebuah dialog yang tidak berkesudahan, maka penemuan sumber-
sumber sejarah baru yang belum terungkap sebelumyna perlu dilakukan.
Sedangkan menurut Daldjoeni (1998) bahwa desa secara tradisional,
istilah desa terutama dikenal di pulau Jawa dan Bali, diartikan sebagai
permukiman manusia yang terletak di luar kota dan penduduknya bermata
pencaharian agraris.15 Selain itu, Desa juga didefinisikan sebagai suatu tempat
atau daerah dimana penduduk berkumpul dan hidup bersama, mereka dapat
menggunakan lingkungan desa untuk mempertahankan, melangsungkan dan
mengembangkan kehidupan. Dalam definisi itu tersirat tiga unsur yaitu daerah
atau tanah, penduduk, dan tata kehidupan.16
Desa di Indonesia pertama kali ditemukan oleh Mr. Herman Warner
Muntinghe, seorang Belanda anggota Raad van Indie pada masa penjajahan
kolonial Inggris, yang merupakan pembantu Gubernur Jenderal Inggris yang
berkuasa pada tahun 1811 di Indonesia. Dalam sebuah laporannya tertanggal 14
Juli 1817 kepada pemerintahnya disebutkan tentang adanya desa-desa di daerah-
daerah pesisir utara Pulau Jawa. Dan di kemudian hari ditemukan juga desa-desa
di kepulauan luar Jawa yang kurang lebih sama dengan desa yang ada di Jawa.17
Menyimak perkembangan politik nasional dan lokal saat ini, isu mengenai
pemekaran wilayah nampaknya akan terus menjadi wacana politik yang tidak
akan pudar. Hal itu karena berkaitan dengan konsen utama masyarakat lokal yang
menyangkut berbagai tekanan politik seperti perasaan dan keinginan untuk
mandiri. Alasan lain yang tidak kalah pentingnya adalah konsen utama untuk

14
Edwar Hellet Car (dalam Abd. Rahman Hamid dkk), Pengantar Ilmu Sejarah,
Yogyakarta: Ombak 2011, hal. 76.
15
Daldjoeni, N., “Geografi Kota dan Desa”, Edisi Kedua, P.T. Alumni, Bandung, 1998.
16
Bintarto, R., “Geografi Desa (Suatu Pengantar)”, Spring, Yogyakarta, 1977, hlm 9.
17
Soetardjo Kartohadikoesoemo, Desa, cetakan pertama, 1984, PN Balai Pustaka,
Jakarta, hlm 36.
mensejahterakan rakyat karena biasanya daerah yang ingin dimekarkan tertinggal
jauh dari daerah lainnya. Akibatnya isu pemekaran wilayah selama yang ini
menjadi lebih banyak merupakan jawaban atas persoalan perasaan ketidakadilan,
perasaan tidal diperhatikan, atau pun perasaan-perasaan yang ingin memisahkan
diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.18
Dengan otonomi maka akan tercipta mekanisme, di mana daerah dapat
mewujudkan sejumlah fungsi politik terhadap pemerintahan nasional, hubungan
kekuasaan menjadi lebih adil sehingga, dengan demikian, daerah akan memiliki
kepercayaan dan akhirnya akan terintegrasi ke dalam pemerintah nasional.
Dengan otonomi, maka proses demokrasi dapat dijalankan yang juga akan
menopang terwujudnya demokrasi dalam pemerintahan, dan pada akhirnya
pembangunan daerah akan dipercepat.19
Proses pembentukan Desa Wanggarasi Tengah tentunya memerlukan
beberapa konsep diantaranya adalah konsep otonomi daerah atau yang lebih
popular dikenal dengan isu Desentralisasi. Isu Desentralisasi merupakan sebuah
konsep yang mengisyaratkan adanya pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat
kepada pemerintah ditingkat bawah untuk mengurus wilayahnya secara mandiri.
Desentralisasi kemudian diwujudkan dalam bentuk kebijakan Otonomi Daerah,
Otonomi Daerah pada dasarnya adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah
untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.20 Desa merupakan
organisasi pemerintahan yang terkait langsung serta menyatu dengan kehidupan
sosial, budaya, ekonomi masyarakat sehari-hari, desa juga berhubungan langsung
dengan warga masyarakat di dalam bidang pemerintahan, pelayanan,
pembangunan, pemberdayaan kemasyarakatan.21
Pada konteks lain, pendekatan ilmu politik juga menjadi penting untuk
membedah persoalan pemekaran, sebab konteks politik tidak dapat dipisahkan

18
Andik W. Muqoyyidin, Pemekaran Wilayah dan Otonomi Daerah Pasca Reformasi di
Indonesia: Konsep, Fakta Empiris dan Rekomendasi ke Depan, Jurnal Konstitusi, 10(2), 2013.
Hlm, 288
19
Syaukani; Afan Gaffar dan M. Ryaas Rasyid, Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002, h. 274
20
Sakinah Nadir, 2003, Otonomi Daerah dan Desentralisasi Desa. dalam Jurnal Politik
Profetik, Volume 1 Nomor 1. Hlm 1
21
David, 2018. Bum Desa Badan Usaha Milik Desa. Yogyakarta:Gava Media. Hlm 23
dari sebuah proses terjadinya pemekaran wilayah. Ilmu politik merupakan ilmu
yang membahas tentang pola distribusi yang dipengaruhi oleh faktor sosial dan
ekonomi untuk memahami itu di tegaskan bahwa keduanya menunjukan proses
yang mencakup keterlibatan interaksi dalam memperoleh usaha.22 Adapaun
pengertian mengenai politik lokal merupakan semua kegiatan politik yang berada
pada level lokal, dalam hal ini diantaranya kota, kabupaten dan Desa, contohnya
konflik-konflik antara kabupaten-kabupaten politik dalam pengalihan
kepemimpinan dalam sebuah desa.23

Metode Peneltian
Penelitian ini menggunakan Metodologi penelitian adalah cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang akan digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi
juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian
merupakan suatu penyelidikan yan sistematis untuk meningkatkan sejumlah
pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisir untuk
menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Hakikat penelitian dapat
dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang mendorong penelitian untuk
melakukan penelitian.
Terdapat empat langkah atau tahap kegiatan di dalam metode
sejarah, ialah: Heuristik, yang merupakan langkah permulaan di dalam
semua penulisan sejarah. Tahap kedua ini disebut kritik sumber atau
kritisisme, yang merupakan langkah yang sangat penting. Proses kritik
sumber atau verifikasi sumber dalam penelitian sejarah diperlukan dengan
tujuan untuk bisa membedah mana informasi yang dianggap memiliki
kebenaran dan mana yang tidak. Tahap ketiga interpretasi, yakni meliputi
penyusunan kumpulan dari data sejarah dan penyajian /penceritaannya
(pada umumnya dalam bentuk tertulis) di dalam batas-batas kebenaran
yang objektif dan arti atau maknanya. Tahap keempat yakni historiografi

22
Sartono Kartodirdjo. 2019, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah.
Penerbit : Ombak. Hal.169
23
Henk Schulte Nordholt, 2007, Politik Lokal Di Indonesia. Jakarta : Kitlv dan Yayasa
Obor Indonesia. Hlm 16.
merupakan tahap terakhir dari segala semua penelitian, dimana semua
sumber-sumber yang telah dikumpulkan dari tahap sebelumnya, kemudian
di susun menjadi sebuah kejadian cerita yang menarik sekaligus ilmiah.24
Penelitian di lapangan menggunakan metode sejarah yang mencakup
empat langkah yaitu: Heuristik, Kritik (Verifikasi), Interpertasi, dan
Historiografi. Dari empat tahap itu peneliti sejarah mampu
mengembangkan tugas penelitiannya.25
Pembahasan
Keadaan Geografis Desa Wanggarasi Tengah
Sebagai sebuah desa yang dimekarkan pada tahun 2003, Desa Wonggarasi
Tengah memiliki luas wilayah 35.100 ha. Desa Wonggarasi Tengah juga
merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah administratif Kecamatan
Lemito dengan batas-batas sebagai berikut :
 Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
 Sebelah timur berbatasan dengan Desa Suka Damai
 Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Teluk Tomini
 Sebelah barat berbatasan dengan Desa Wonggarasi Barat
Sebagian besar wilayah Desa Wonggrasi Tengah berupa daerah
lereng dan perbukitan atau daratan dan juga memiliki daerah pantai.
Dengan kondisi geografis tersebut, profesi masyarakat pun sebagian besar
berada di dua sektor yakni, sektor pertanian dan sektor perikananan. Untuk
sektor perikanan sendiri, masyarakat Desa Wonggarasi Tengah
memanfaatkan kawasan mangrove yang ada di wilayah peisisir untuk
mencari kerang darat dan budidaya rumput laut. Sedangkan untuk sektor
pertanian berbagai jenis tanaman ditanam masyarakat.26
Proses Pemekaran Desa Wonggarasi Tengah
Pada Awalnya Desa Wonggarasi Tengah merupakan bagian administrasi
Desa Wonggarasi Barat, namun seiring dengan perkembangan dan adanya
keinginan masyarakat untuk membentuk suatu wilayah administratif yang
24
Wasino dan Endah Sri Hartatik, op.cit, hlm 11-12.
25
Ibid., hlm 46.
26
Data Profil Desa Wonggarasi Tengah Tahun 2015-2022
definitif, menyebabkan munculnya keinginan masyarakat dan para tokoh untuk
memisahkan diri dari desa induk. Perihal keinginan dan inisiatif pemekaran
menjadi sebuah desa sudah dibahas sebelum tahun 2003, kurang lebih inisiatf
tersebut mulai muncul sejak tahun 2002. Sejak tahun 2002 keinginan masyarakat
dan para tokoh terkait pemekaran Desa Wonggarasi memang sudah ada inisiatif
dan sudah dibahas oleh tokoh-tokoh masyarakat. Perjuangan atas pemekaran Desa
Wonggarasi tengah tidal lepas dari keterlibatan dari tokoh-tokoh masyarakat yang
pada saat itu kemudian keterlibatan antara pemerintah kecamatan sehingga
melahirkan satu musyawarah yang sebagai dasar pembentukan Desa Wonggarasi
Tengah.27
Pada saat proses pemekaran, terdapat beberapa tokoh yang terlibat pada saat
itu diantaranya bapak Buyan Kornelis, kemudian (Almarhum) Bapak Samba,
Bapak Mohamad Natsir Nuu, kemudian Bapak Nasarudin Tuliyabu ada juga
tokoh-tokoh lainnya Mohamad Mantu, Ridwan Harun. Setidaknya itu sebagian
dari tokoh-tokoh masyarakat yang berperan untuk pemekaran Desa Wonggarasi
Tengah. Sebagian besar tokoh-tokoh awal pemekaran Desa Wanggarasi sudah
sulit ditemui karena sudah banyak yang berpindah dari Desa Wanggarasi Tengah
ke beberapa kecamatan di luar Kecamatan Lemito. Hanya ada beberapa orang
yang peneliti bisa temui dan bisa diwawancarai.28
Semua tokoh masyarakat di atas memiliki andil besar dalam pembentukan
Desa Wanggarasi Tengah menjadi desa definitif. Selain dukungan para tokoh di
atas, semua masyarakat Dusun Wonggarasi Tengah juga ikut andil dalam
perjuangan pemekaran desa. Tokoh masyarakat selalu mengajak masyarakat untuk
membahas atau berdiskusi terkait keinginan untuk memekarkan diri menjadi
sebuah desa. Perjuangan untuk memekarkan Dusun Wonggarasi Tengah menjadi
sebuah Desa selalu mendapat respon baik dari masyarakat setempat karena
masyarakat merasa bahwa Dusun Wanggarasi Tengah sudah layak dimekarkan
menjadi sebuah desa yang saat ini merupakan Desa Wonggarasi Tengah. Sebelum

27
Wawancara dengan Bapak Ismail Adam (Plt Kepala Desa Pertama Desa Wanggarasi
Tengah), pada Tanggal 5 Sepetember 2022 pukul 15.00.
28
Wawancara dengan Mohammad Natsir Nu’u (Kepala Desa Pertama Desa Wanggarasi
Tengah), pada Tanggal 8 Sepetember 2022 pukul 09.00.
dilanjuti oleh tokoh-tokoh selaku pelaku utama pemekaran ini sudah dibahas
dengan masyarakat setempat untuk menjadikan pecahan Desa Wonggarasi Barat
menjadi Desa Wonggarasi Tengah.29
Menurut salah seorang tokoh masyarakat, bahwa inisiatif pembentukan Desa
Wonggarasi pada saat itu mendapat dukungan penuh dari masyarakat karena
masyarakat Dusun Wonggarasi Tengah melihat bahwa sisi wilayah geografis
Dusun Wonggarasi Tengah memiliki wilayah yang cukup luas dibanding dengan
dusun-dusun lainnya yang ada di Desa Wonggarasi Barat. Disamping itu juga,
dari sisi jumlah penduduk pada saat sudah layak menjadi sebuah desa. Faktor-
faktor inilah yang kemudian melahirkan keinginan dari masyarakat Dusun
Wanggarasi Tengah untuk mendirikan suatu desa yang dimana desa pecahan ini di
sebut dengan Wonggarasi Tengah dan kemudian aksesnya juga untuk
pelayanannya juga memakan biaya yang lumayan. Karena dulunya dari
Wonggarasi Barat ke Wonggarasi Tengah itu terlalu jauh dan ini insiatif
masyarakat bersitegas untuk diadakan pemekaran desa yang mana supaya desa ini
sudah berdiri sendiri dan sudah melaksanakan pelayanan terhadap masyarakat
secara mandiri.30 Pemekaran wilayah merupakan bagian dari upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat di suatu desa untuk hidup mandiri dalam
mengelola sumberdaya alam yang ada di desanya serta meningkatkan efektivitas
penyelenggaraan pemerintah dan pengelolaan pembangunan secara mandiri dan
partisipatif.
Sejalan dengan hal di atas, selain inisiatif dan keinginan besar dari
masyarakat dan semua tokoh yang ada di Dusun Wonggarasi Tengah, pemekaran
Dusun Wanggarasi Tengah menjadi sebuah Desa juga mendapatkan dukungan
dari bapak Kepala Desa Wanggarasi Barat yang pada saat itu dijabat oleh bapak
Ishak N. Rahman. Keinginan masyarakat Dusun Wanggarasi Tengah ini disambut
baik oleh bapak Ishak N. Rahman, sehingga dukungan ini memperkuat dan
menambah semangat para tokoh dan masyarakat untuk mewujudkan pemekaran

29
Wawancara dengan Bapak Ismail Adam (Plt Kepala Desa Pertama Desa Wanggarasi
Tengah), pada Tanggal 5 Sepetember 2022 pukul 15.00.
30
Wawancara dengan Bapak Buyan Kornelis (Sekretaris Kepala Desa Pertama Desa
Wanggarasi Tengah), pada Tanggal 7 Sepetember 2022 pukul 10.30.
Dusun Wanggarasi Tengah menjadi Desa Wanggarasi Tengah. Dengan adanya
dukungan besar dari pemerintah Desa Wanggarasi Barat, dan atas prakarsa dan
perjuangan tokoh-tokoh Adat, Tokoh masyarakat, masyarakat, dan pemuda desa
yang ada di Dusun Wanggarasi Tengah akhirnya pada tahun 2003 Dusun
Wanggarasi Tengah dimekarkan menjadi sebuah Desa Definitif yakni Desa
Wanggarasi Tengah.
Merujuk informasi dari bapak Mohammad Natsir Nu’u yang pada saat itu
merupakan tokoh pemekaran bahwa pemekaran Dusun Wonggarasi Tengah
menjadi Desa Wonggarasi Tengah tidak membentuk panitia resmi sebagaimana
yang dilakukan di desa-desa lainnya. Penanganan langsung dilakukan oleh Desa
Induk yakni Desa Wonggarasi Barat. Sebab dulu itu ada keinginan untuk
memperbanyak pemekaran desa sebagai upaya adanya pemekaran kecamatan dan
kabupaten pada saat itu. Waktu itu status wilayah geografis Lemito masih
merupakan wilayah administrasi Kecamatan Popayato yang Ibukotanya
berkedudukan di Lemito, sehingga dari sini ada keinginan untuk melakukan
pemekaran menjadi sebuah kecamatan definitif yang diberi nama Kecamatan
Lemito. Setalah dimekarkan desa dulu yang dimekarkan begitu abis itu
dimekarkan jadi kecamatan, mepekaran kecamatan karena melengkapi kabupaten
yang mestinya kecamatan itu bisa berdiri kabupaten. Inisiatif pemekaran
Wonggarasi Tengah itu sejak tahun 2002, kemudian resmi dimekarkan pada tahun
2003 dan dipimpin oleh Plt yang pada saat itu adalah Pak Ismail Adam.
Sejak terbentuknya Kabupaten Boalemo dengan Undang – Undang Nomor
50 Tahun 1990, berangsur – angsur mulai berbenah menata semua kelembagaan
yang ada, sejalan dengan hal tersebut idealisme masyarakat mulai berkembang
pula, ini ditandai dengan munculnya berbagai aspirasi tentang pemekaran
kecamatan yang secara formal disampaikan dalam bentuk proposal. Berkaitan
dengan aspirasi pemekaran kecamatan, maka disisi lain juga diaspirasikan pula
tentang perubahan nama kecamatan induk dalam hal ini Kecamatan Popayato
menjadi Kecamatan Lemito.

Terbentuknya Desa Definitif Wonggarasi Tengah


Pada saat resmi menjadi desa definitif, Desa Wanggarasi Tengah
membentuk 4 dusun, yakni Dusun Rimbun, Dusun Hulota, Dusun Potanga, dan
Dusun Modelomo. Sejak Desa Wonggarasi resmi dimekarkan menjadi sebuah
desa definitif, Desa Wonggarasi dipimpin oleh seorang pelaksana tugas atau lebih
sering dikenal dengan Plt yang ditunjuk langsung oleh pemerintah Kecamatan
Lemito. Pelaksana tugas pada saat itu adalah bapak Ismail Adam yang menjabat
sebagai pelaksana tugas pada tahun 2003, tidak berselang lama kemudian telah
terpilih Kepala Desa Wonggarasi pertama yakni Bapak Muhammad Natsir Nu’u.
Dengan adanya pemimpin desa pertama, masyarakat sangat antusias untuk
menyambut desa yang baru dimekarkan.31
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa peran
seorang tokoh dalam sebuah proses jalannya pemerintahan desa sangatlah
diperlukan, apalagi pemerintahan desa tersebut merupakan proses awal dalam
membangun desa sebagaimana yang ada di Desa Wonggarasi Tengah yang
merupakan desa baru atau desa yang baru dimekarkan. Tantangan terbesar yang
akan dialami cukup banyak sebab akan diperhadapkan dengan proses
pembangunan awal yang akan menentukan keberlanjutan Desa Wonggarasi
Tengah di masa depan. Peran seorang pemimpin dan masyarakat yang
dipimpinnya menjadi faktor paling penting dalam menentukan arah pembangunan
Desa Wonggarasi ke depannya. Oleh karena itu, perlu seorang pemimpin yang
tahu persis kondisi sosial dan budaya masyarakat serta memiliki visi yang besar
sangat dibutuhkan dalam memimpin sebuah desa yang baru terbentuk atau baru
dimekarkan.
Keterlibatan Tokoh-tokoh dan masyarakat desa yang ada di Desa
Wonggarasi Tengah juga menjadi indikator penting dalam mendukung program
pembangunan yang akan dijalankan di awal pemerintahan Desa Wonggarasi
Tengah. Perencanaan awal agenda pembangunan menjadi poin utama dalam
mengawal arah pembangunan Desa Wonggarasi Tengah di usia yang terbilang
sangat muda karena baru saja dimekarkan dari desa induknya. Ibarat seorang anak

31
Wawancara dengan Bapak Buyan Kornelis (Sekretaris Kepala Desa Pertama Desa
Wanggarasi Tengah), pada Tanggal 7 Sepetember 2022 pukul 10.30.
yang baru dilahirkan kemudian harus hidup mandiri untuk tetap bertahan hidup di
tengah kehidupan masyarakat yang serba kompleks. Desa Wonggarasi Tengah
memiliki tantangan tersendiri untuk bagaimana bisa bertahan dan berdiri sendiri
maupun mandiri dalam mengelola ekonomi, sosial masyarakat, dan semua hal
yang ada di desa. Belum lagi diperhadapkan dengan kondisi sumberdaya manusia
yang nantinya akan ikut dalam mengawal pembangunan desa sejak dimekarkan
hingga mampu mengelola secara mandiri semua aspek kehidupan masyarakat
yang ada di Desa Wonggarasi Tengah.32
Berjalannya sebuah rencana pemekaran desa, terbentuknya desa definitif,
hingga keberlanjutan pembangunan desa tentunya tidak terlepas dari adanya
partisipasi dari masyarakat untuk menjalankan aktivitas pembangunan tersebut.
Partisipasi masyarakat dalam proses awal hingga pelaksanaan program
pembangunan ketika terbentuk desa definitif sangat memerlukan kesadaran warga
masyarakat akan minat dan kepentingan dengan strategi yang diterapkan. Ketika
desa baru saja dimekarkan, tentu membutuhkan partisipasi yang besar dari
masyarakat terutama dalam mengawal sebuah terobosan untuk mempercepat
pembangunan melalui peningkatan kualitas dan kemudahan memperoleh
pelayanan bagi masyarakat.33
Sejak berstatus definitif menjadi Desa Wonggarasi Tengah, sumber
pendapatan dari sebagian besar masyarakat Desa Wanggarasi tengah bermata
pencaharian sebagai Petani dan ada sebagian sebagai nelayan. Disamping itu ada
juga yang menjalankan usahanya sebagai peternak, tukang, pedagang, dan mata
pencaharian lainnya. Namun pendapatan masyarakat sebagian besar didapatkan
dari bertani dan nelayan sebab secara geografis wilayah Desa Wanggarasi Tengah
berada di wilayah pegunungan di bagian Utara dan wilayah bagian selatan adalah
pesisir. Bahasa yang di gunakan sehari-hari oleh masyarakat desa adalah bahasa
Gorontalo karena penduduk Desa Wonggarasi Tengah sebagian besar adalah
masyarakat yang berasal dari suku Gorontalo, meskipun sebagian kecil lainnya

32
Wawancara dengan Mohammad Natsir Nu’u (Kepala Desa Pertama Desa Wanggarasi
Tengah), pada Tanggal 8 Sepetember 2022 pukul 09.00
33
Wawancara dengan Mohammad Natsir Nu’u (Kepala Desa Pertama Desa Wanggarasi
Tengah), pada Tanggal 8 Sepetember 2022 pukul 09.00
berasal dari suku Jawa, Suku Bugis, dan Suku Tialo. Meski memiliki struktur
masyarakat yang multietnis, masyarakat di Desa Wonggarasi hidup dalam
keadaan rukun, damai dan saling menghargai antara satu dan lainnya tanpa
memandang suku dan asal daerah.34
Administrasi Awal Desa Wonggarasi Tengah
Peran seorang Tokoh yang sangat berperan penting dalam pembentukan
Desa Wanggarasi Tengah, terutama kepala Desa Wonggarasi Tengah pertama
yang memiliki tanggungjawab besar dalam meletakkan arah pembangunan Desa
Wonggarasi Tengah menjadi lebih baik ke depannya. Tantangan paling paling
besar ada penataan wilayah, ekonomi, sosial, dan pembangunan desa yang dimana
pada awalnya bergantung pada desa induk yakni Desa Wonggarasi Barat. Ketika
menjadi definitif, Desa Wonggarasi Tengah dituntut untuk lebih mandiri dalam
merencanakan agenda pembangunan desa dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat desa. Belum lagi pada saat itu diperhadapkan dengan kondisi
infrastruktur desa yang belum tersedia sebagaiman yang ada di desa induk.
Namun, semangat dan antusias pemimpin desa dan para tokoh masyarakat serta
masyarakat Desa Wonggarasi Tengah cukup tinggi sehingga mereka saling
membantu dan mendukung satu dan lainnya.
Pemerintahan desa ini yang dibangun saat kepala desa pertama bangunan
yaitu merencanakan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan
gedung kantor desa. Kepala desa pertama berusaha untuk menjalankan tugas
pemerintahannya meskipun masih tahap proses pembangunan. Kantor Desa
Wonggarasi pada saat proses membangun masih meminjam Gedung Alkhairat
untuk melaksanakan tugas administrative dan pelayanan, kemudian juga berkantor
di di rumah dan kepala desa pada waktu itu memang kalau berbicara soal
adminsitrasi desa itu belum didukung dengan sumberdaya manusia yang
mumpuni, shingga kepala desa pertama bekerja keras untuk menjalankan fungsi
pelayanan masyarakat. Kepala Desa Wonggarasi saat itu didampingi oleh
sekretaris Desa Wonggarasi Tengah yakni bapak Buyan Kornelis, sedangkan

34
Wawancara dengan Bapak Buyan Kornelis (Sekretaris Kepala Desa Pertama Desa
Wanggarasi Tengah), pada Tanggal 7 Sepetember 2022 pukul 10.30.
beberapa perangkat desa lainnya dipilih apa adanya karena memang belum ada
sumberdaya manusia yang cukup bagus pada saat itu.35
Semua pekerjaan yang berhubungan dengan pembangunan dan pelayanan
masyarakat dikerjakan dengan semangat membangun, bahkan dukungan teknologi
pada saat itu belum seperti saat ini yang sudah ada handphone dan laptop untuk
memudahkan pekerjaan. Pada saat itu pemerintah Desa Wonggarasi menggunakan
mesin ketik untuk menjalankan fungsi adminsitratif dan pembangunan desa.
Menurut bapak Muhammad Natsir Nu’u bahwa semua pekerjaan beliau kerjakan
dengan semangat ingin membangun bahkan pada saat itu yang tersedia hanyalah
mesin ketik belum ada computer, pekerjaan administratif dikerjakan dengan alat
yang tersedia apa adanya. Meski minimnya fasilitas pendukung pada saat itu,
pemerintah Desa Wonggarasi Tengah pertama tetap menjalankan tugas dengan
baik terutama dalam melayani masyarakat.
Baru pada tahun 2005 komputer mulai masuk ke wilayah-wilayah pedesaan
khususnya untuk membantu pekerjaan pemerintah desa. Pihak pemerintah
kabupaten telah menyediakan fasilitas computer untuk mendukung pekerjaan
aparat desa. Meski fasilitas computer sudah tersedia, banyak perangkat desa yang
masih belum mampu mengoperasikannya, sehingga aktivitas pelayanan
administrasi diambil alih oleh bapak Muhammad Natsir Nu’u sebagai kepala desa,
sebab sumberdaya manusia yang tersedia masih belum mampu beradaptasi dengan
kebaruan teknologi. Pengalaman 3 tahun dengan mesin ketik membuat bapak
Muhammad Natsir Nu’u mampu untuk menyesuaikan dengan teknologi computer
yang bisa dibilang sangat cangggih di jaman itu. Semua pekerjaan administrastif
dan pembenahan administrasi desa sangat terbantu.
Kondisi Ekonomi Masyarakat Desa Wanggarasi Tengah
Pada periode awal pemekaran Desa Wonggarasi Tengah sekitaran tahun
2003, diketahu cukup memprihatinkan, sebab pada saat itu ketergantungan
masyarakat kepada pemerintah desa induk (Desa Wonggarasi Barat) cukup tinggi,
sebab dengan adanya pemekaran, masyarakat akan lebih menggantungkan

35
Wawancara dengan Mohammad Natsir Nu’u (Kepala Desa Pertama Desa Wanggarasi
Tengah), pada Tanggal 8 Sepetember 2022 pukul 09.00.
nasibnya kepada pemerintah desa yang baru. Berdasarkan hasil wawancara,
diketahui bahwa 5 tahun pertama pasca pemekaran (2003-2007) merupakan masa-
masa yang cukup sulit, terutama dalam hal pengembangan ekonomi masyaralat.
Kondisi perekonomian masyarakat pada awal pemekaran menjadi fokus dari
pemerintah Desa Wonggarasi Tengah, sebab menurut Kepala Desa Wonggarasi
Tengah bahwa perekonomian masyarakat menjadi prioritas untuk diatasi. Salah
satu hal yang mendukung peningkatan ekonomi masyarakat pada awal pemekaran
adalah potensi sumberdaya alam desa yang cukup melimpah terutama di sektor
pertanian dan kelautan. Hal ini yang kemudian menjadi fokus pemerintah untuk
mengembangkan perekonomian masyarakat melalui sektor pertanian dan
kelautan.36
Kondisi ekonomi masyarakat mulai terlihat sedikit membaik pada akhir
tahun 2007 dimana perencanaan pembangunan mulai dilaksanakan, terutama hal-
hal yang menyangkut infrastruktur penunjang ekonomi, seperti jalan tani,
bantuan-bantuan yang berhubungan dengan sektor pertanian. Hal ini dilakukan
karena mengingat mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa Wonggarasi
Tengah adalah petani. Sektor pertanian menjadi salah satu komoditas yang
diunggulkan pemerintah saat itu, sehingga perencanaan pembangunan yang
menjadi prioritas pemerintah terhadap perekonomian masyarakat salah satunya
adalah perbaikan infrastruktur jalan. Pada awal tahun 2008 hingga 2015 program
pemerintah dalam peningkatan ekonomi mulai gencar-gencarnya, dimana pada
masa itu merupakan proses perencanaan pembangunan desa menjadi prioritas dari
pemerintah desa.37
Memasuki tahun 2015-2017, perekonomian masyarakat terlihat semakin
baik. Perkembangan ekonomi masyarakat Desa Wonggarasi Tengah ditopang oleh
sektor pertanian yang cukup menjanjikan. Desa Wonggarasi Tengah merupakan
Desa yang mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani.
Komoditas unggulannya pun adalah jagung. Jika dilihat dari kondisi geografi dan

36
Wawancara dengan Mohammad Natsir Nu’u (Kepala Desa Pertama Desa Wanggarasi
Tengah), pada Tanggal 8 Sepetember 2022 pukul 09.00.
37
Wawancara dengan Mohammad Natsir Nu’u (Kepala Desa Pertama Desa Wanggarasi
Tengah), pada Tanggal 8 Sepetember 2022 pukul 09.00.
ketersediaan lahan, maka diketahui bahwa masih tersedia lahan-lahan untuk
dikembangan menjadi lahan pertanian. Kekuatan utama ekonomi masyarakat
berada di sektor pertanian, sehingga sejak Desa Wonggarasi Tengah dimekarkan,
potensi pertanian cukup baik untuk dikembangan. Keadaan ekonomi masyarakat
Desa Wonggarasi Tengah semakin memperlihatkan perkembangannya.38
Hal ini menjadi dasar di mana sektor pertanian member sumbangsih besar
terhadap peningkatan ekomomi masyarakat Desa Wonggarasi Tengah. Tidak
hanya sektor pertanian, namunsektor lainnya juga telah member sumbangsih besar
terhadap dampak ekonomi bagi masyarakat Desa Wonggarasi Tengah diantaranya
sektor ekonomi pertanian, sektor jasa dan produksi serta keanekaragaman mata
pencaharian lainnya. Semua sektor ikut andil dalam member dampak terhadap
peningkatan ekonomi masyarakat, meskipun sebagian besar sumbangsih
peningkatan ekonominya berasal dari sektor pertanian, namun ukan berarti sektor
lainnya tidak memberi sumbangsih positif.
Sejak tahun 2015-2017 peningkatan ekonomi masyarakat semakin membaik,
namun hal itu mengalami perubahan yang signifikan pada tahun 2019-2021,
dimana pada tahun ini kondisi ekonomi dunia semakin melemah akibat adanya
bencana dunia yakni Covid-19. Kondisi pada tahun 2019 hingga 2021 sangat
mencekam dimana terjadi pembatasan terhadap aktivitas masyarakat, sedangkan
mayoritas masyarakat Desa Wonggarasi Tengah dituntut untuk dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Dampak ekonomi pada periode ini cukup dirasakan oleh
semua masyarakat dunia, sehingga peran pemerintah desa sangat dituntut peran
aktifnya dalam membantu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat melalui
bantuan-bantuan berupa bahan pokok.39
Pada tahun 2019 akhir merupakan awal dari terjadinya perubahan secara
signifikan di Desa Wonggarasi, dimana pada saat itu muncul pandemi Covid-19
yang telah menghantam hampir seluruh perekonomian dunia. Pada Hari Kamis
Bulan April Tahun 2020, Gubernur Gorontalo Bapak Rusli Habibie

38
Wawancara dengan Bapak Sunaryo Ayuba (Kepala Desa Wonggarasi Tengah Tahun
2008-2015 dan tahun 2015-2022), pada Tanggal 15 Sepetember 2022 pukul 11.00.
39
Wawancara dengan Bapak Sunaryo Ayuba (Kepala Desa Wonggarasi Tengah Tahun
2008-2015 dan tahun 2015-2022), pada Tanggal 15 Sepetember 2022 pukul 11.00.
mengumumkan kasus positif pertama Covid-19 di Gorontalo, dimana
pengumuman kasus pertama ini menghantam psikologi masyarakat Gorontalo
secara umum dan masyarakat Desa Wonggarasi Tengah secara khusus.
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pun mulai dilaksanakan, seluruh
masyarakat Gorontalo dilarang keluar rumah, dan untuk aktivitas ekonomi tidak
diperbolehkan, bahkan banyak petugas keamanan seperti Satpol PP dan
Kepolisian bersiaga menjaga setiap sudut yang menjadi tempat aktivitas ekonomi
masyarakat seperti pasar, dan tempat-tempat belanja.
Sebagian besar masyarakat Wonggarasi Tengah dalam upaya mencukupi
kehidupan ekonominya bermatapencaharian sebagai petani. Hal ini tidak terlalu
mengeherankan mengingat daerah Wonggarasi Tengah memiliki luas wilayah
pertanian yang cukup luas, belum lagi ditambah dengan wilayah peissir teluk
tomini yang memiliki potensi ekonomi yang cukup besar juga. Dengan kondisi
ini, beberapa masyarakat Desa Wonggarasi juga memilih untuk berprofesi sebagai
nelayan, dan sebagian lainnya bergerak di sektor jasa. Selain itu, masyarakat Desa
Wonggarasi juga ada yang berprofesi sebagai PNS, swasta dan TNI/Polri.
Perkembangan ekonomi Desa Wonggarasi Tengah telah membuktikan bahwa
pilihan untuk melakukan pemekaran desa bukanlah hal yang sia-sia, namun
banyak member dampak ekonomi yang sangat signifikan.
Kondisi Sosial Masyarakat Desa Wanggarasi Tengah
Kondisi sosial masyarakat Gorontalo pada umumnya sangat kental dengan
sistem kekerabatan yang telah dipraktekan secara turun temurun, terutama
masyarakat Gorontalo yang hidup di desa-desa. Sistem kekerabatan ini menjadi
modal utama masyarakat Gorontalo dalam membangun solidaritas dalam
kehidupan bermasyarakat. Khususnya di Desa Wonggarasi Tengah, merujuk pada
hasil wawancara dengan Sekretaris Desa pertama Desa Wanggarasi Tengah Bapak
Buyan Kornelis, diketahui bahwa sejak awal terbentuknya Desa Wonggarasi
Tengah pada tahun 2003 kehidupan sosial masyarakat terjalin dengan baik,
terutama dalam aktivitas masyarakat sehari-hari yang terjalin secara kekeluargaan.
Kondisi sosial masyarakat yang memperlihatkan adanya solidaritas dapat dilihat
pada saat dilaksanakan renacana pemekaran Dusun Wonggarasi Tengah menjadi
Desa Wonggarasi Tengah pada tahun 2003. Solidaritas terbangun oleh keinginan
bersama dalam membentuk sebuah desa definitif yakni Desa Wonggarasi Tengah.
Suasana kekeluargaan sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Desa
Wanggarasi, meskipun masyarakatnya multi etnik. Masyarakat Desa Wanggarasi
Tengah berasal dari berbagai suku diantaranya suku Gorontalo, suku Jawa, Suku
Bugis, dan Suku Tialo. Dengan kondisi sosial masyarakat yang majemuk tidak
berpengaruh pada kehidupan sosial masyarakat Desa Wonggarasi Tengah. Sikap
toleransi sangat dijujung tinggi oleh masyarakat Desa Wonggarasi, sehingga tidak
pernah terjadi permasalahan sosial di antara masyarakat. Kehidupan sosial
ekonomi ini semakin menguat seiring dengan definitifnya Desa Wonggarasi
Tengah menjadi sebuah desa. Pada 5 tahun pertama (2003-2008) pasca
pemekaran, dimana lagi gencar-gencarnya pembenahan Desa Wonggarasi Tengah
yang terhitung masih baru, solidaritas masyarakat Desa Wonggarasi Tengah
sangat terlihat terutama bergotong-royong untuk membantu pemerintah
melakukan pembenahan desa, seperti kerja bakti, saling membantu ketika ada
pekerjaan-pekerjaan di desa yang membutuhkan tenaga masyarakat dan pekerjaan
lainnya.40
Sejalan dengan penjelasan di atas, dalam masyarakat Gorontalo secara
umum ada yang dikenal dengan Huyula yang dalam Bahasa Indonesia disebut
dengan Gotong Royong, dimana masyarakat saling membantu satu sama lain.
Khususnya dalam kehidupan Gotong Royong masyarakat Desa Wonggarasi
Tengah, rasa saling membantu sangat tinggi. Dalam hal membangun Desa
Wonggarasi Tengah, masyarakat sangat antusias untuk bekerja sama demi
mewujudkan Desa Wonggarasi Tengah menjadi lebih baik. Hal ini dapat dilihat
bagaimana antusias masyarakat dan pemerintah dalam membangun Desa
Wonggarasi Tengah pada 5 tahun pertama pasca pemekaran tahun 2003 hingga
2008.41

40
Wawancara dengan Mohammad Natsir Nu’u (Kepala Desa Pertama Desa Wanggarasi
Tengah), pada Tanggal 8 Sepetember 2022 pukul 09.00
41
Wawancara dengan Wisnu Saliko (Kepala Dusun Hulota), pada Tanggal 11
Sepetember 2022 pukul 09.00
Kerjasama yang terbangun dalam masyarakat pun semakinmenguat pada
saat perencanaan pembangunan Desa Wonggarasi Tengah mulai dilaksanakan
pada sekitaran tahun 2008-2017. Masyarakat semakin antusias dalam bekerjasama
bahu-membahu dalam membantu tercapainya pembangunan Desa Wanggarasi
Tengah yang lebih baik. Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Desa
Wonggarasi Tengah telah membawa dampak besar terhadap perkembangan Desa
Wonggarasi Tengah, dimana semua pekerjaan yang berhubungan dengan
pembangunan Desa Wonggarasi Tengah sangat didukung masyarakat. Selain itu,
dalam aktivitas sehari-hari seperti tolong-menolong dalam membangun rumah
maupun pada acara-acara yang dilaksanakan masyarakat seperti acara pernikahan,
kedukaan, maupun acara pesta lainnya, masyarakat Desa Wonggarasi sangat
antusias untuk melestarikan budaya Huyula. Hubungan sosial kemasyarakatan
antara warga Desa Wonggarasi Tengah cukup harmonis, dimana hal ini
menunjukan suatu karakteristik sosial yang lebih baik tanpa memandang
perbedaan status sosial.42
Huyula merupakan suatu sistem gotong royong atau tolong menolong antara
anggota masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan bersama yang
didasarkan pada solidaritas sosial. Hal ini tercermin dalam kegiatan yang
dilaksanakan secara bersama oleh seluruh anggota masyarakat seperti halnya
dalam kegiatan kekeluargaan ataupun kegiatan yang lebih luas lagi. Pada dasarnya
terdapat tiga jenis Huyula dalam tradisi masyarakat Gorontalo, yakni ambu (kerja
bakti untuk kepentingan umum), hileiya (tolong menolong dalam membantu
tetangga yang mengalami musibah) dan ti’ayo (membantu seseorang dalam
urusan pribadi, seperti membangun rumah). Dua jenis kegiatan huyula yang
paling menonjol pada masyarakat Gorontalo adalah gotong royong dalam
membangun rumah (ti’ayo) dan gotong royong untuk membantu tetangga yang
mengalami musibah kematian (hileiya).43

42
Wawancara dengan Bapak Sunaryo Ayuba (Kepala Desa Wonggarasi Tengah Tahun
2008-2015 dan tahun 2015-2022), pada Tanggal 15 Sepetember 2022 pukul 11.00.
43
Yunus, Rasid. 2013. Transformasi Nilai-Nilai Budaya Lokal Sebagai Upaya
Pembangunan Karakter Bangsa. Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 13, No. 1, hlm 71.
Selain kegiatan gotong royong dalam membantu mendorong pembangunan
Desa Wonggarasi Tengah, kegiatan gotong royong juga dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Wanggarasi Tengah. Bentuk kegiatan
huyula membangun rumah bertujuan untuk meringankan beban pemilik rumah.
Pelaksanaan huyula dimulai dari pemilik rumah meminta tolong pada tetangga
dan menyiapkan bahan-bahan serta pekarangan yang akan dibangun rumah. Tiga
hari sebelum pekerjaan dimulai, yang bersangkutan menyampaikan secara lisan
kepada kerabat/tetangga untuk mengadakan musyawarah (heluma) mengenai
pekerjaan yang akan dilakukan untuk menginformasikan dan mendiskusikan
ukuran rumah, bahan yang telah tersedia dan makanan yang telah disediakan. Lalu
pekerjaan dilakukan secara bersama-sama. Pihak yang sudah dibantu wajib
mengembalikan apa yang disepakati dan kelak harus membantu kembali secara
suka rela bagi tetangga yang membutuhkan bantuan. Mereka yang sudah pernah
dibantu namun tidak membalas, akan mendapat sanksi cemoohan masyarakat
dan tidak diikutsertakan dalam kegiatan huyula yang lain.44
Berdasarkan penjelasan di atas, kondisi kehidupan sosial dan budaya
masyarakat Desa Wonggarasi Tengah sangat kental dengan tradisi gotong
royong terutama dalam beberapa aktivitas yang disebutkan di atas. Namun
berbeda halnya dengan kondisi gotong royong di sektor pertanian, dimana
dengan masuknya modernisasi pertanian di Desa Wonggarasi Tengah kurang
lebih pada tahun 2015 hingga saat ini, telah membawa dampak tersediri bagi
kehidupan sosial masyarakat Desa Wanggarasi Tengah. Semua aktivitas
pertanian telah tergantikan dengan mesin, kalau pun ada yang menggunakan
tenaga manusia, tentu membutuhkan dana untuk membayar pekerja atau lebih
dikenal dengan upah atau gaji. 45
Perkembangan sangat terlihat pada sektor pertanian, dimana ketika
seseorang menanam jagung atau pun pkerjaan lainnya sudah ditentukan tarif
untuk upah pekerja yakni sebesar 100.000 rupiah per hari dan 50.000 rupiah

44
Robby Milana. 2021. Huyula, Tradisi Gotong Royong di Gorontalo. Blog Kabar
Revolusi Mental. https://revolusimental.go.id.
45
Wawancara dengan Husain Tuliyabu (Kepala Desa Wonggarasi Tengah), pada Tanggal
12 Sepetember 2022 pukul 11.00.
setengah hari. Perkembangan upah pada sektor pertanian telah mengikis budaya
Huyula dalam masyarakat Gorontalo secara umum dan masyarakat Desa
Wonggarasi Tengah secara khusus. Mulai dari menanam, semai, hingga panen
semua membutuhkan tenaga manusia dan mesin, sehingga untuk mendapatkan
hasil yang baik maka petani harus mengeluarkan dana yang tidal sedikit untuk
membayar sewa mesin dan member upah pada pekerja.
Kondisi Politik Desa Wonggarasi Tengah
Pada umunya dapat dikatakan bahwa politik adalah usaha untuk menentukan
peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga, untuk
membawa mayarakat kearah kehidupan bersama yang harmonis. Sehingga
berbagai kegiatan politik yang diselenggarakan diberbagai daerah terutama Desa.
Akan tetapi kegiatan-kegiatan ini dapat menimbulkan Konflik dalam rangka ini
politik pada dasarnya dapat dilihat sebagai usaha penyelesaian.46
Politik memiliki arti yang luas terutama untuk memperoleh kekuasaan.
Seperti Desa pada umumnya berbagai macam perubahan dari berbagai aspek
seperti ekonomi, Sosiologi, Kebudayaan, serta Politik diera sekarang mengalami
berbagaimacam perubahan yang sangat signifikan. Dahulu masyarakat lebih
mengenal Demokrasi mereka lebih memilih kepemimpinan dengan sistem
musyawarah yang mengedepanan sistem kekeluargaan, siapa yang lebih
ditokohkan itulah yang dianggap layak menjadi pemimpin di desa, namun sejak
diterbitkannya UU Desa No 6 Tahun 2014, proses pemilihan pemimpin
khsusunya kepala desa menjadi lebih rumit, dimana pencalonan kepala desa
membutuhkan administrasi yang cukup banyak dan para calon pun saat ini cukup
banyak bahkan ada yang sampai 5 hingga 7 calon kepala desa.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dinamika politik di Desa
Wonggarasi Tengah tidak begitu terasa sebagaimana yang terjadi di daerah-daerah
lain. Sejak dilaksanakannya pemekaran Dusun Wanggarasi Tengah menjadi Desa
Wanggarasi Tengah pada tahun 2003, persoalan politik tidak memperlihatkan hal-
hal yang mengkhawatirkan, sebab bagi masyarakat Desa Wanggarasi Tengah dan

46
Mariam, 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama, Hlm
15
pemerintah desa, pembangunan Desa Wanggarasi Tengah menjadi hal yang paling
utama dan prioritas, sehingga persoalan politik sejak pemekaran Desa Wanggarasi
Tengah tidak seekstrim di daerah-daerah lain di Indonesia.47
Masyarakat Desa Wonggarasi Tengah tidak pernah terpancing dengan
kondisi dan dinamika politik, sebab menurut masyarakat kehidupan ekonomi lebih
penting untuk mereka pikirkan dibadingkan memeikirkan persoalan politik yang
terjadi. Bahkan dalam pemilihan Kepala Desa Wonggarasi Tengah yang sudah 4
kali dilakukan tidak pernah menimbulkan gejolak di masyarakat. Semua berjalan
dengan lancar karena masyarakat diberikan kebebasan untuk menentukan
pilihannya. Biasanya yang muncul hanya persoalan kecil seperti para pendukung
yang merasa dukungannya tidak terpilih, namun kondisi itu tidal berkepanjangan.
Sejak Kepala Desa Wanggarasi Tengah pertama tahun 2003 hingga Kepala Desa
Wonggarasi periode tahun 2008-2015 semua berjalan dengan aman.48
Menurut bapak Husain Tuliyabu, bahwa biasanya yang berkembang pasca
pemilihan kepala Desa Wonggarasi Tengah hanya unek-unek dari pendukung
ketika calonnya tidak terpilih dan hal ini biasa dalam pemilihan kepala Desa
Wonggarasi Tengah, namun kondisi itu tidak sampai pada terjadinya konflik atau
permasalahan yang serius di masyarakat. Masyarakat hari ini membutuhkan
pemimpin yang bisa menampung semua aspirasi mereka, sehingga siapa pun yang
terpilih mereka akan mendukung semua program pembangunan desa sebab
menurut masyarakat, pembangunan Desa Wonggarasi Tengah memiliki dampak
terhadap kehidupan mereka, sehingga mereka mendukung penuh siapa pun yang
terpilih sebagai Kepala Desa Wonggarasi Tengah.49
Selama kepemimpinan kepala Desa Wonggarasi Tengah, semua masyarakat
dilayani dengan baik tanpa melihat identitas masyarakat apalagi persoalan dukung
mendukung. Kepala Desa Wanggarasi Tengah melayani masyarakat sesuai
dengan kebutuhan mereka. Bahkan dalam hal pemberian bantuan pun sejak

47
Wawancara dengan Mohammad Natsir Nu’u (Kepala Desa Pertama Desa Wanggarasi
Tengah), pada Tanggal 8 Sepetember 2022 pukul 09.00
48
Wawancara dengan Wisnu Saliko (Kepala Dusun Hulota), pada Tanggal 11
Sepetember 2022 pukul 09.00
49
Wawancara dengan Husain Tuliyabu (Kepala Desa Wonggarasi Tengah), pada Tanggal
12 Sepetember 2022 pukul 11.00.
berdirinya Desa Wonggarasi Tengah pada tahun 2003 dibawah kepemimpinan
bapak Muhammad Natsir Nu’u Tahun 2003-2008, kemudian dilanjutkan oleh
bapak Sunaryo Ayuba untuk periode pertama tahun 2008-2015 hingga periode
kedua masa jabatan kepala desa bapak Sunaryo Ayuba tahun 2015- 2022,
pelayanan masyarakat menjadi prioritas utama tanpa melihat pilihan politik
masyarakat Desa Wonggarasi Tengah.
Berbagai macam dinamika politik terjadi dalam masyarakat hampir dialami
di beberapa desa di Indonesia dimana kebanyakan masyarakat memilih calon
pemimpin hanya karena memberi uang sogokan pada saat pemilihan tanpa
memikirkan masa depan mereka kelak bagaimana. Di sisi lain, masyarakat
berbuat begitu karena memiliki beberapa faktor contohnya butuh uang untuk
memenuhi kebutuhan keluarga sehingga mau tidak mau harus menerima sogokan
dari para calon, kedua faktor kenaikan bahan pangan yang serba mahal semua
barang yang diperdagangkan itu juga bisa mempengaruhi faktor masyarakat
menerima sogokan. Namun kondisi demikian tidak pernah terjadi di Desa
Wonggarasi Tengah, dan kalaupun ada kondisi demikian, sejauh ini tidak pernah
menimbulkan masalah yang sangat serius dalam kehidupan masyarakat Desa
Wanggarasi Tengah.
Bahkan hingga saat ini dengan masa jabatan bapak Husain Tuliyabu yang
menjabat tahun 2022-2027, belum terlihat masalah serius terkait dinamika politik
pasca pemilihan kepala desa beberapa bulan kemarin, meskipun masa jabatan
Bapak Husain Tuliyabu baru beberpa bulan menjabat. Secara keseluruhan,
persoalan dinamika politik belum menimbulkan permasalahan yang cukup serius
sebagaimana yang terjadi di beberapa desa di Indonesia, dan semoga kondisi ini
akan tetap bertahan agar masyarakat dapat hidup dalam ketentraman tanpa harus
menanggung beban politik yang diakibatkan oleh adanya oknum yang membuat
masalah dalam pemilihan Kepala Desa Wonggarasi Tengah.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka
ditarik simpulan bahwa; Pertama, Sejarah Desa Wonggarasi Tengah berawal dari
wilayah administrasi Desa Wonggarasi Barat, namun seiring dengan
perkembangan dan adanya keinginan masyarakat untuk membentuk suatu wilayah
administratif yang definitif, menyebabkan munculnya keinginan masyarakat dan
para tokoh untuk memisahkan diri dari desa induk. Perihal keinginan dan inisiatif
pemekaran menjadi sebuah desa sudah dibahas sebelum tahun 2003, kurang lebih
inisiatf tersebut mulai muncul sejak tahun 2002.
Sejak tahun 2002 keinginan masyarakat dan para tokoh terkait pemekaran
Desa Wonggarasi memang sudah ada inisiatif dan sudah dibahas oleh tokoh-tokoh
masyarakat. Perjuangan atas pemekaran Desa Wonggarasi tengah tidak lepas dari
keterlibatan dari tokoh-tokoh masyarakat yang pada saat itu kemudian keterlibatan
antara pemerintah kecamatan sehingga melahirkan satu musyawarah yang sebagai
dasar pembentukan Desa Wonggarasi Tengah. Pada saat proses pemekaran,
terdapat beberapa tokoh yang terlibat pada saat itu diantaranya bapak Buyan
Kornelis, kemudian (Almarhum) Bapak Samba, Bapak Mohamad Natsir Nuu,
kemudian Bapak Nasarudin Tuliyabu ada juga tokoh-tokoh lainnya Mohamad
Mantu, Ridwan Harun. Setidaknya itu sebagian dari tokoh-tokoh masyarakat yang
berperan untuk pemekaran Desa Wonggarasi Tengah.
Desa Wonggarasi Tengah yang diusinya 19 tahun tentu memiliki dinamika
tersendiri dalam kehidupan masyarakatnya. Sejak berdiri pada tahun 2003, Desa
Wonggarasi Tengah selalu mengedepankan pembangunan ekonomi masyarakat
dan pembangunan desa sebagaimana menjadi cita-cita utama dimekarkannya Desa
Wonggarasi Tengah dari desa induk yakni Desa Wonggarasi barat. Perjalanan
sejarah Desa Wonggarasi Tengah yang belum cukup panjang, tentunya dibarengi
dengan kisah-kisah perjuangan para tokoh dan masyarakat yang membutuhkan
kerjasama dan support yang kuat. Oleh sebab itu, Desa Wonggarasi Tengah tidak
terbentuk secara tiba-tiba, namun memiliki akar sejarah perjuangan yang cukup
kuat dan penting untuk diceritakan kepada generasi selanjutnya agar tujuan dan
cita-cita utama pendirian Desa Wonggarasi Tengah tetap terjaga dengan baik.
Kedua, terkait perkembangan ekonomi, dapat disimpulkan bahwa Desa
Wonggarasi Tengah telah memperlihatkan perkembangan ekonomi yang cukup
baik, dimana perekonomian masyarakat semakin meningkat dan dukungan dari
pemerintah Desa Wonggarasi Tengah sejak tahun 2003 hingga tahun 2022 cukup
besar. Tentunya perkembangan ekonomi tersebut membawa dampak positif
terhadap keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat Desa Wonggarasi Tengah.
Begitu pun halnya dengan perkembangan pada kehidupan sosial masyarakat Desa
Wonggarasi Tengah, dimana solidaritas sosial menjadi modal dalam membentuk
sebuah tatanan sosial masyarakat yang solid dan saling menghargai antara satu
dan lainnya. Tradisi Huyula menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam
kehidupan sosial masyarakat Desa Wanggarasi Tengah, meskipun dalam beberapa
hal terutama pada sektor pertanian, budaya tersebut sudah mulai terkikis dan
kemudian sudah digantikan dengan sistem upah/gaji.
Terakhir untuk dinamika politik, sejak didirikan Desa Wonggarasi Tengah
pada tahun 2003 hingga saat ini belum ada gejolak atau dinamika yang
menyebabkan masalah serius di dalam masyarakat. Semua berjalan dengan baik
termasuk pelayanan masyarakat tidal membeda-bedakan identitas sosial
masyarakat. Begitupun halnya masyarakat, dimana semua agenda dan program
pembangunan pemerintah Desa Wonggarasi Tengah selalu mendapatkan
dukungan dari masyarakat.
Daftar Pustaka
Abd. Rahman Hamid. 2011. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Ajeng. 2019. Buku Pintar Pemberdayaan Masyarakat Desa. Jawah TengaH:
Literasi Desa Mandiri.
Andik Wahyun Muqoyyidin, Pemekaran Wilayah dan Otonomi Daerah Pasca
Reformasi di Indonesia: Konsep, Fakta Empiris dan Rekomendasi ke
Depan, Jurnal Konstitusi, Volume 10, Nomor 2, Juni 2013.
Bintarto, R. 1977. “Geografi Desa (Suatu Pengantar)”. Spring: Yogyakarta.
Buyan Kornelis (Sekretaris Kepala Desa Pertama Desa Wanggarasi Tengah),
wawancara pada Tanggal 7 Sepetember 2022 pukul 10.30.
Daldjoeni, N. 1998. “Geografi Kota dan Desa”, Edisi Kedua, P.T. Alumni,
Bandung.
Daliman A. 2018, Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta : Penerbit Ombak.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2018 tentang Jumlah Penduduk Miskin
Perkotaan dan Pedesaan.
Data Profil Desa Wonggarasi Tengah Tahun 2015-2022.
David. 2018. Bum Desa Badan Usaha Milik Desa. Yogyakarta:Gava Media.
Helius Sjamsuddin. 2016, “Metodologi Sejarah “. Yogyakarta: Ombak.
Henk Schulte Nordholt. 2007. Politik Lokal Di Indonesia. Jakarta: Kitlv dan
Yayasa Obor Indonesia.
Herman. 2019. Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan
Desa Ulidang Kecamatan Tammerodo Kabupaten Majene. GROWTH
Jurnal Ilmiah Ekonomi Pembangunan Vol. 1, No. 1
Husain Tuliyabu (Kepala Desa Wonggarasi Tengah), wawancara pada Tanggal 12
Sepetember 2022 pukul 11.00.
Imron Rosyadi. 2017. Identifikasi Faktor Penyebab Kemiskinan di Pedesaan
dalam Perspektif Struktural. Proceeding 6th University Research
Colloquium 2017: Seri Humaniora, Sosial, dan Agama. Universitas
Muhammadiyah Magelang
Ismail Adam (Plt Kepala Desa Pertama Desa Wanggarasi Tengah), wawancara
pada Tanggal 5 Sepetember 2022 pukul 15.00.
Kartini Kartono. 1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung : Mandar
Maju.
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang
Budaya.
Kuntowijoyo. 2008. Penjelasan Sejarah. Yogyakarta : Tiara Wacana.
Mariam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama.
Mohammad Natsir Nu’u (Kepala Desa Pertama Desa Wanggarasi Tengah),
wawancara pada Tanggal 8 Sepetember 2022 pukul 09.00
Muh. Zainul. Arifin. 2018. Pengelolaan anggaran pembanunan desa di Desa
Bungin Tinggi, Kecamatan Sirau Pulau Padan Kabupaten Ogang
Komering Ilir Sumatera Selatan. Jurnal Thengkyang Vol 1 No 1.
Muhammad Nur Alamsyah. 2011. Memahami Perkembangan Desa Di Indonesia,
Jurnal Academica, Vol 3, No 2.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa
Ridwan Husain (Kepala Dusun Potanga), wawancara pada Tanggal 10
Sepetember 2022 pukul 09.00
Robby Milana. 2021. Huyula, Tradisi Gotong Royong di Gorontalo. Blog Kabar
Revolusi Mental. https://revolusimental.go.id.
Sakinah Nadir, 2003, Otonomi Daerah dan Desentralisasi Desa. dalam Jurnal
Politik Profetik, Volume 1, Nomor 1.
Sartono Kartodirdjo. 1987. Kebudayaan, Pembangunan dalam Perspektif
Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Sartono Kartodirdjo. 2019, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah.
Penerbit : Ombak
Soetardjo Kartohadikoesoemo. 1984. Desa, cetakan pertama, 1984, PN Balai
Pustaka, Jakarta.
Sugeng Priyadi, 2012. Metode Penelitian Sejarah. Yokyakarta: Ombak
Sulasman. 2014. Metodologi Penelitian sejarah. Bandung: Pustaka Setia
Sunaryo Ayuba (Kepala Desa Wonggarasi Tengah Tahun 2008-2015 dan tahun
2015-2022), wawancara pada Tanggal 15 Sepetember 2022 pukul 11.00.
Syaukani, Afan Gaffar dan M. Ryaas Rasyid. 2002. Otonomi Daerah dalam
Negara Kesatuan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Tim Jurusan sejarah Fakultas Sastra Universitas Diponegoro. 2016. Pedoman
Penulisan Skripsi (Semarang : Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Sastra
Universitas Diponegoro
Wawancara
Widjaya, HAW. 2003. Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan
Utuh. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Wisnu Saliko (Kepala Dusun Hulota), wawancara pada Tanggal 11 Sepetember
2022 pukul 09.00
Yunus, Rasid. 2013. Transformasi Nilai-Nilai Budaya Lokal Sebagai Upaya
Pembangunan Karakter Bangsa. Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 13,
No. 1.

Anda mungkin juga menyukai