FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI YOGYAKARTA 2021 1. Resume Film Secara Keseluruhan Singkatnya, film Our Brand is Crisis menggambarkan bagaimana komunikasi politik disusun begitu cermat dan detail oleh konsultan komunikasi dalam rangka memenangkan klien nya menjadi Presiden. Dinamika yang dilihat bukan hanya karakter klien, kompetitor klien atau dinamika masyarakat Bolivia yang menjadi latar film ini, tetapi relasi politik serta trik dan intrik antar konsultan komunikasinya. Jane yang diperankan Sandra Bullock, adalah ahli strategi komunikasi politik. Awalnya dia tidak tertarik menjadi konsultan komunikasi politik Castillo Capres Bolivia. Bahkan dengan terang-terangan Jane mengatakan kalau Castillo mempunyai perangai buruk, tidak layak dibantu dan tidak akan menang. Tetapi Jane akhirnya bersedia menjadi konsultan dan berjuang sungguh-sungguh ketika tahu kalau Pat Candy musuh bebuyutannya menjadi konsultan Rivera, Capres Partai oposisi Jane memang berfikir out of the box. Ketika Castillo terprovokasi sehingga memukul seseorang di tengah sorotan banyak media, semua anggota timnya setuju supaya Castillo meminta maaf atas kejadian tersebut. Tetapi tidak bagi Jane. Menurutnya kalau Castillo meminta maaf, maka dia masuk jebakan kedua kompetitor. Karena Jane tahu bahwa orang yang dipukul Castillo itu disusupkan tim lawan untuk memprovokasi Castillo yang dikenal temperamental. Menurut Jane, Castillo tidak usah meminta maaf tapi cukup mengatakan pada media bila dia menyesalkan kegiatan tersebut. Justru insiden itu mesti dikapitalisasi menjadi simbol Castillo yang pemberani, keras dan tegas. Strategi Jane berhasil, terbukti point Castillo bertambah karena responnya yang baik terhadap krisis. Ketika semua tim putus asa melihat peringkat Castillo tidak beranjak di ranking 3, dari 6 kandidat, Jane tidak hilang akal. Sadar kalau angka klien nya tidak akan naik signifikan, Jane melakukan maneuver menggunakan Kedubes Amerika untuk menyerang kandidat no 2. Maka terjadilah eksodus suara dari kandidat no 1, Rivera, ke no 2 karena kandidat No 2 bercitra anti Amerika. Sesuatu yang sangat disenangi masyarakat Bolivia. Karena eksodus suara ini, maka Rivera berdebat keras dengan No 2. Di tengah perdebatan dua kandidat ini, Jane berhasil menggambarkan Castillo sebagai Capres yang fokus untuk bekerja keras menghadapi krisis ketimbang dua kandidat lain yang sibuk saling menyerang. Mungkin diantara trik ciamik yang dilakukan Jane adalah cara Jane membalas intrik Pat Candy lawannya. Konsultan komunikasi politik yang meski beberapa kali berhasil mengalahkan Jane, tetapi dia mengakui kepintaran strategi komunikasi politik Jane. Dalam sebuah gladi resik debat kandidat, Jane duduk sambil memegang buku berjudul Faust dari Goethe sastrawan Jerman. Ketika Pat Candy mendatanginya, Jane berlaku seolah sedang mencari quote untuk kandidatnya yang akan disampaikan dalam debat kandidat terakhir. Sampai akhirnya Jane ditanya Candy apa yang dia dapatkan dari buku itu, Jane menyebutkan sebuah Quote menarik yang berkaitan dengan cara berkampanye. Quote itu berbunyi "memang memungkinkan berkuasa dengan senjata tetapi jauh lebih baik memenangkan hati negara" Tetapi ketika debat kandidat dilaksanakan, Quote yang sangat menarik itu menjadi penutup pidato Rivera kliennya Pat Candy. Sambil tersenyum, Candy menatap Jane seolah ingin mengejek kalau dia sudah mencuri ide cemerlang Jane untuk mengutip perkataan Goethe. Melihat senyuman Candy, Jane hanya membalas dengan seringai kecil. Kepada tim nya Jane hanya memerintahkan supaya ucapan klien Candy dicatat dan dijadikan bahan untuk menyerang. Karena Candy telah tertipu. Menyangka itu adalah Quote dari Goethe, padahal itu ucapan Joseph Goebbels, teman dekat Hitler dan Mentri Propaganda Nazi. Ucapan klien Pat Candy dijadikan bahan untuk mencitrakan Rivera sebagai orang Pro- Nazi. Sebuah citra yang sangat buruk dihadapan masyarakat Bolivia. Strategi komunikasi politik Jane berhasil mengangkat Castillo dari figur yang tidak menyenangkan, berperangai buruk dan berpopularitas rendah menjadi Presiden Bolivia mengalahkan kandidat lain yang lebih kuat. Jane tidak hanya berhasil menjadikan krisis figur Castillo menjadi titik pijak mengangkat popularitasnya, tetapi juga membangun imagi krisis. Tetapi dalam dialog Jane dan Candy, ada hal menarik tentang posisi konsultan komunikasi politik. Sebuah pengakuan keluar dari mulut Candy. Mereka berdua menyadari bila pekerjaan mereka itu berkaitan erat dengan para monster. Menurut Candy, karena mereka terbiasa bekerja dengan monster, mereka pun pada akhirnya menjadi monster juga.Setelah film ideas of march yang juga menceritakan bagaimana komunikasi politik disusun oleh para konsultan komunikasi politik, our brand is crisis mungkin film yang juga harus ditonton untuk melihat bagaimana komunikasi politik para kandidat capres disusun. Rasanya bila orang Indonesia menonton ini dan menyadari bahwa ini juga sebetulnya yang terjadi dibelakang Pilpres dan Pilkada kemarin, rasanya mereka akan berpikir dua kali untuk terus menerus nyinyir dan sinis karena perbedaan pilihan politik atau karena idolanya kalah dalam pertarungan politik. Melihat senyuman Candy, Jane hanya membalas dengan seringai kecil. Kepada tim nya Jane hanya memerintahkan supaya ucapan klien Candy dicatat dan dijadikan bahan untuk menyerang. Karena Candy telah tertipu. Menyangka itu adalah Quote dari Goethe, padahal itu ucapan Joseph Goebbels, teman dekat Hitler dan Mentri Propaganda Nazi. Ucapan klien Pat Candy dijadikan bahan untuk mencitrakan Rivera sebagai orang Pro-Nazi. Sebuah citra yang sangat buruk dihadapan masyarakat Bolivia. Strategi komunikasi politik Jane berhasil mengangkat Castillo dari figur yang tidak menyenangkan, berperangai buruk dan berpopularitas rendah menjadi Presiden Bolivia mengalahkan kandidat lain yang lebih kuat. Jane tidak hanya berhasil menjadikan krisis figur Castillo menjadi titik pijak mengangkat popularitasnya, tetapi juga membangun imagi krisis.
2. Peran PR Dalam Film Ini
Secara umum, ada banyak hal menarik yang bisa dipelajari seorang PR dari film ini. Salah satunya peran sebagai PR yaitu merencanakan strategi komunikasi yang baik, menghadapi media dalam kondisi yang tidak memungkinkan, mempelajari apa kelemahan lawan kita atau taktik menyeimbangkan kelebihan lawan. Selain itu ada juga research, planning, communication dan evalution.
3. Yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan sebagai seorang Public Relations (PR)
Yang harus dilakukan oleh seorang PR
Seorang PR harus bisa memanfaatkan momen, dimana dalam praktiknya, seorang PR perlu kepekaan dan sensitivitas pada keadaan. Seorang PR juga harus bisa membedakan berita asli maupun berita palsu dalam film “Our Brand is Crisis” sebuah kepalsuan dilakukan dengan tindakan dimana kompetitor melakukan sebuah kelicikan dan terjadilah sebuah insiden, dengan memanfaatkan sifat tempramental dari lawannya, aksi yang dilakukan oleh kompetitornya ini berhasil membuat sebuah krisis yang berdampak pada citar lawannya, sehingga terjadilah sebuah krisis, atas kepekaan dan untuk mempertahankan citra dari kandidat calon presiden, sang konsultan komunikasi politik ini ia menegaskan pada anggotanya jika ini adalah sebuah kepalsuan dan menyarankan untuk tidak meminta maaf, sang konsultas komunikasi ini lebih menyarakan agar kandidat calon presiden ini cukup mengatakan pada media bila ia menyesalinya, dan mereka berhasil melewati krisis tersebut dan mendapatkan respon yang baik dari warga. Selanjutnya, seorang PR juga harus berpikiran out of the box, di dalam film, sang konsultan komunikasi memanfaatkan kelicikan kompetitornya sehingga masuk kedalam jebakannya dimana ia memberikan sebuah kutipan yang salah dan hal tersebut berhasil berdampak pada kompetitornya.
Yang tidak boleh dilakukan oleh seorang PR
Jangan melibatkan masalah pribadi dalam sebuah organisasi, dalam film, konsultas komunikasi politik ini memiliki kompetitor yang selalu berhasil mengalahkannya sehingga ia merasa terintimidasi, karena merasa tidak nyaman dengan kompetitor yang berada didekatnya, maka sang konsultan komunikasi ini melakukan hal-hal yang seharusnya tidak ia lakukan. Selanjutnya jangan berpikiran sempit dimana ini akan menghambat kinerja otak untuk membangun strategi-strategi yang cemerlang.
4. Keterampilan apa yang harus dimiliki seorang PR
Berdasarkan film “Our Brand is Crisis”, keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang PR adalah membangun citra yang baik untuk perusahaan/klien yang dia naungi. Di film ini, Jane Bodine selaku PR atau konsultan politik disini, berperan membangun citra yang baik untuk klien nya, Castillo yang bisa dibilang memiliki citra yang buruk. Dengan membuat persepsi yang sesuai dengan faktanya, Jane tidak mengubah karakter dari Castillo sendiri yang temperamental. Justru sebaliknya, Castillo dicitrakan sebagai pemimpin yang keras dan tegas yang akan bisa melindungi rakyat Bolivia dari ancaman-ancaman krisis ekonomi dan demokrasi, lebih pro terhadap buruh dan kelas menengah bawah dan lain-lainnya dengan membuat “Political Brand” untuk Castillo yang kemudian dijual ke media massa yaitu “Our Brand Is Crisis”.