Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PENELITIAN KOMUNIKASI POLITIK

Pengaruh Budaya Politik Parokial Terhadap Pengetahuan Masyarakat Pedalaman Desa (Studi
Kasus Penduduk Desa Di Kabuten Pamekasan, Pulau Sepanjang, Jawa Timur)
Dosen Pengampu
Humaini, M.A.

Diva Noviana Pitasari


173112351650199

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Budaya politik merupakan sebuah pola perilaku suatu masyarakat dan

orientasinya terhadap kehidupan berpolitik, baik itu penyelenggaraan administrasi negara,

politik pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati setiap

individu di dalam masyarakat sehari-hari. Biasa disebut dalam masyarakat umum sebagai

nilai-nilai yang berkembang dan dipraktikkan oleh masyarakat tertentu dalam berpolitik.
Negara Indonesia merupakan negara demokrasi yang wilayahnya luas dan

rakyatnya banyak. Sehingga, setiap lapisan masyarakat memiliki sebuah kebudayaan

politik masing-masing. Dalam kehidupan sehari-hari setiap masyarakat tentu tidak

terlepas dari kegiatan budaya politik. Karena kegiatan tersebut merupakan bagian dari

keseharian dalam interaksi antara warga negara dengan pemerintah, dan institusi-institusi

di luar pemerintah (non-formal).


Bisa dilihat dan diukur pengetahuan-pengetahuan, perasaan dan sikap warga

negara terhadap negaranya, pemerintahannya, dan pemimpin politiknya dengan cara

melihat budaya politik masyarakatnya dan perilaku memilihnya. Perilaku memilih

masyarakat pada dasarnya saling berkaitan antara budaya politik yang ada di masyarakat,

karena perilaku memilih merupakan sikap masyarakat untuk memberikan suara dan

menentukan calon pemimpin mana yang akan dipilih dalam pemilu secara langsung.
Salah satu budaya politik yang ada yaitu, budaya politik parokial yang artinya

terbatas pada wilayah atau ruang lingkup yang kecil misalnya bersifat provinsial. Dalam

masyarakat tradisional dan sederhana, dimana spesialisasi sangat kecil, para pelaku

politik sering serempak dengan melakukan peranannya dalam bidang ekonimi,

keagamaan, dan lainnya. Pada kebudayaan seperti ini, anggota masyarakat cenderung
tidak menaruh minat pada objek-objek politik yang luas, kecuali dalam batas tertentu,

yaitu terhadap tempat dimana ia terikat secara sempit.1


Apabila melihat perkembangan teknologi saat ini sudah semakin modern, dimana

dengan mudahnya masyarakat mendapat sebuah informasi dengan cepat. Hal tersebut

dapat dirasakan langsung jika berada dalam lingkungan kota, yang memang notabene

masyarakatnya sebagian besar paham akan teknologi, jadi sudah bukan hal yang asing

apabila di tempat-tempat umum seperti perguruan tinggi, stasiun kereta, supermarket, dan

lain sebagainya, banyak ditemui orang-orang yang tengah asik bermain dengan

gadgetnya.
Berbanding terbalik dengan beberapa desa yang masih tertinggal dari segi fasilitas

umum dan teknologinya. Di Indonesia sendiri masih ada beberapa desa yang belum

dialiri listrik, contohnya di Jawa Timur, masih terdapat 22 desa di sembilan pulau yang

belum menikmati listrik. Desa-desa tersebut tersebar di Kabuten Pamekasan, tepatnya di

Pulau Sepanjang, Pulau Raas, dan sekitarnya.


Teknologi yang menggunakan tenaga listik tentu tidak dapat digunakan di desa

yang belum dialiri listrik, sedangkan sebagian besar dari teknologi modern kini

membutuhkan tenaga listrik. Karena hal tersebut banyak penduduk desa yang tertinggal

akan informasi-informasi terbaru seputar lingkungan masyarakat dan negaranya.


Bagi penduduk desa yang masih jauh dari tersentuhnya teknologi seperti gadget,

kecil kemungkinan mereka dapat mengetahui pemimpin wilayahnya sendiri, bahkan

calon presiden dan wakil presiden yang akan mereka pilih pada saat pemilu nanti hanya

dapat mereka ketahui dari sosialisasi saja, hal itu dapat menjadi informasi satu-satunya

yang dapat diandalkan.

1 Rusadi Kantaprawira, H., Prof.Dr., SH., Sistem Politik Indonesia Suatu Pengantar, Cetakan Kelima (Cetakan
Pertama 1977), CV. Sinar Baru, Bandung 1988. hlm. 32.
Saat informasi yang disampaikan terkait pasangan calon presiden dan wakil

presiden tersebut hanya berdasarkan opini salah satu pihak, terselenggaranya pemilu

nanti penduduk desa tersebut tidak dapat membandingkan dengan pasangan calon

lainnya. Mereka hanya memiliki satu nama calon berdasarkan informasi yang diterima.

Karena minimnya akses informasi yang dapat masuk, penduduk desa tidak akan dapat

mengetahui apa saja yang sedang terjadi di negaranya, bukti perkembangan seperti apa

yang dihasilkan oleh pemimpinnya. Berbagai informasi akan sangat lambat diterima oleh

penduduk desa tersebut.


Pemilihan Presiden Republik Indonesia yang dilakukan bersamaan dengan

pemilihan calon legislatif yang berlangsung pada 17 April 2019, merupakan bukti konkrit

adanya budaya politik. Dalam hal ini pembentukan dari perilaku budaya politik parokial

sangat dipengaruhi lingkungan masyarakatnya. Dimana perilaku budaya politik parokial

tidak akan terlihat jika tersedianya fasilitas teknologi yang berkenaan dengan dunia

politik.
Berdasarkan latar belakang diatas hal ini mendorong penulis untuk menjadikan

proposal penelitian ini untuk diteliti. Dengan judul penelitian “Pengaruh Budaya Politik

Parokial Terhadap Pengetahuan Masyarakat Pedalaman Desa (Studi Kasus

Penduduk Desa Di Kabuten Pamekasan, Pulau Sepanjang, Jawa Timur)”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mendapatkan rumusan

masalah “Seberapa besar pengaruh budaya politik parokial terhadap pengetahuan

masyarakat pedalaman desa? (studi kasus penduduk desa di Kabuten Pamekasan, Pulau

Sepanjang, Jawa Timur)”


1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh budaya politik parokial terhadap

pengetahuan masyarakat pedalaman desa di Kabuten Pamekasan, Pulau Sepanjang, Jawa

Timur.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

Penelitian pertama yang berhasil peneliti temukan adalah penelitian yang

dilakukan oleh Galuh Septianingrum (2014) yang berjudul “Budaya Politik Dan Perilaku

Memilih Masyarakat Desa Suwatu Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Secara

Langsung Di Kabupaten Pati Tahun 2012”

Budaya Politik merupakan hubungan antarmanusia yang bersifat politik

mencerminkan adanya budaya politik dalam masyarakat. Budaya politik dalam

kehidupan masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain akan berbeda-beda.

Budaya politik merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan benegara,

penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan

norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap harinya.

Budaya politik juga dapat di artikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu

masyarakat yang memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan

kolektif dan penentuan kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya. Umumnya budaya

politik akan mampu membentuk suatu aspirasi, obsesi, preferensi, dan prioritas tertentu

dalam menghadapi segala perubahan yang diakibatkan oleh perubahan politik.

Terdapat tiga jenis tipe budaya politik yakni: pertama terdapat budaya politik

parokial, adalah budaya politik yang dimana partisipasi masyarakatnya masih sangat

rendah dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki masyarakat tersebut.

Kedua terdapat budaya politik kawula atau biasa juga disebut dengan budaya politik
subjek, adalah budaya politik yang masyarakatnya, adalah salah satu bentuk budaya

politik yang sudah relative maju baik sosial maupun ekonominya namun masih pasif

dalam urusan politik. Ketiga terdapat budaya politik partisipan, yang mana budaya politik

satu ini merupakan suatu budaya politik yang sangat diidam-idamkan bagi suatu negara

yang menganut sistem demokrasi.

Seperti yang penulis bahas sebelumnya, dalam hal ini pembentukan dari perilaku

budaya politik parokial sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakatnya. Dimana

perilaku budaya politik parokial tidak akan terlihat jika tersedianya fasilitas teknologi

yang berkenaan dengan dunia politik.

Dengan demikian, meskipun diatas telah disebutkan adanya penelitian dengan

tema yang hampir serupa dengan penelitian yang akan dilakukan, akan tetapi subjek,

objek dan tempat penelitiannya berbeda, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Pengaruh Budaya Politik Parokial Terhadap Pengetahuan Masyarakat

Pedalaman Desa (Studi Kasus Penduduk Desa Di Kabuten Pamekasan, Pulau Sepanjang,

Jawa Timur).
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian


3.1.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kabuten Pamekasan, Pulau Sepanjang, Jawa

Timur. Peneliti melakukan penelitian di tempat ini karena masyarakat di Kabuten

Pamekasan, Pulau Sepanjang, Jawa Timur telah mendapat aliran listrik, namun hanya

menggunakan turbin pribadi. Sehingga, ketersediaan listrik mereka masih sangat

terbatas. Padahal berbagai informasi seharusnya cepat masuk ke desa ini

menggunakan teknologi yang memerlukan tenaga listrik, namun karena keterbatasan

fasilitas yang ada desa ini menjadi sedikit tertinggal dalam menerima informasi dari

luar.

3.1.2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, adalah yaitu penelitian yang

menekankan analisinya pada data numerical (angka) yang diolah dengan metode

statistika. Metode kuantitatif merupakan metode penelitian yang menggunakan

kuesioner sebagai instrumen penelitian untuk memperoleh informasi data yang

dibutuhkan dalam penelitian tersebut.2 Pada dasarnya pendekatan kunatitatif

dilakukan pada penelitian inverensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan

menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan

hipotesis nihil.

2 Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
hlm. 24.
3.1.3. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan adalah kuantitatif, penelitian ini dilakukan

dengan mengumpulkan data yang berupa angka. Data yang berupa angka tersebut

kemudian diolah dan dianalisis untuk medapatkan suatu informasi ilmiah di balik

angka – angka tersebut. Jenis data kuantitatif lebih mudah dimengerti jika

dibandingkan dengan jenis data kualitatif. Hal ini disebabkan karena data kuantitatif

biasanya dapat juga berasal dari hasil transformasi data kualitatif namun ada juga data

kuantitatif murni sejak awal. Data kuantitatif dapat dianalisis dengan menggunakan

analisis statistik.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Budaya politik parokial merupakan sebuah budaya politik dimana masyarakat

masih sangat tradisional dan sederhana dalam budaya dan politiknya. Keikutsertaan

masyarakat dalam berlangsungnya budaya politik parokial ini masih sangat minim

dan budaya politik parokial ini adalah budaya politik yang masyarakatnya tidak

mengetahui sama sekali mengenai politik di negerinya.

Padahal pengaruh budaya politik masyarakat pada dasarnya membuat seluruh

rakyat untuk terlibat dalam pembangunan politik. Budaya politik juga sebagai

pencipta suatu masyarakat yang beradab, dimana dalam pergaulan hidup antar sesama

sebagai anggota masyarakat terdapat saling hormat menghormati serta menjunjungg

harkat dan martabat bangsa.

4.2. Saran

Mengimplementasikan budaya menjadi tanggung jawab lapisan terkemuka bangsa

kita, aparatur Negara, kaum politik cendekiawan untuk terus menerus melaksanakan,

menjabarkan dan meluruskan budaya politik serta pengalaman nilai-nilai luhur.


DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta

Rusadi Kantaprawira, H., Prof.Dr., SH., Sistem Politik Indonesia Suatu Pengantar, Cetakan
Kelima (Cetakan Pertama 1977), CV. Sinar Baru, Bandung 1988.

https://www.msn.com/id-id/ekonomi/ekonomidanbisnis/sembilan-pulau-di-jatim-belum-teraliri-
listrik/ar-AAAxSNC diakses tanggal 22 Mei 2019 pukul 19.18 WIB

https://eprints.uny.ac.id/23565/ diakses tanggal 22 Mei 2019 pukul 20.05 WIB

Anda mungkin juga menyukai