Anda di halaman 1dari 6

PLAGIARISME DALAM PERSPEKTIF PANCASILA

Plagiarisme merupakan suatu tindakan mengadopsi bentuk karya orang


lain yang diklaim sebagai hasil dari karya sendiri. Plagiarisme menurut Swansea
University ( 2008 ) didefinisikan sebagai aksi menyalin atau meminjam hasil kerja
atau ide tanpa memberikan pengakuan kepada penulis asli. Adapun ciri-ciri yang
termasuk plagiarisme menurut Dr.C. Bambaun ( Valdosta State University ) yaitu
c o p y & p a s t e , mengganti dengan bahasa sendiri, mengikuti gaya
penalaran kutipan, penulisan metafora dan mengikuti ide penulis.

Dari ciri ciri diatas, tindakan plagiarisme dilakukan dengan mengutip


karya orang lain tanpa menuliskan nama penulis tersebut. Tindakan plagiarisme
biasanya dilakukan oleh para akademisi dari mulai meniru tugas kuliah, tugas
akhir, bahkan karya ilmiah orang lain yang diakuinya sebagai karya sendiri.
Kebiasaan plagiarisme dikalangan mahasiswa sudah sangat kerap dilakukan.
Mahasiswa yang dimata masyarakat adalah sekumpulan orang intelektual ternyata
mudah sekali melakukan pencurian karya orang lain.

Tidak hanya di Indonesia, tetapi hampir di seluruh dunia kasus plagiarisme


menjadi sorotan khusus yang perlu mendapatkan perhatian, agar para penerusnya
mempunyai jiwa saling menghargai dan jujur dalam melakukan berbagi tindakan.
Di negara yang sudah maju sudah menerapkan lembaga anti plagiarisme yang
bertugas mengecek secara detail setiap tugas dan karya ilmiah yang dibuat oleh
mahasiswa. Selain itu, mereka juga telah menganggap plagiarisme merupakn
suatu tindakan kejahatan, sehingga pelakunya dapat memperoleh sanksi yang
tegas bahkan sampai sanksi penjara. Di Indonesia kasus kasus plagiarisme hanya
baru diketahui melalui tugas akhir dan skripsi saja, karena tugas akademik sehari
hari kurang mendapatkan perhatian secara detail dari pihak dosen. Tindakan
mengutip tugas dan skripsi oranglain tanpa mancantumkan sumber merupakan
suatu hal yang umum yang dilakukan oleh para mahasiswa. Penyelesaian tugas
yang cepat dan hasil tulisan yang baik merupakan faktor yang mendorong para
akademisi melakukan tindakan plagiat. Hal tersebut tentu sangat merugikan orang
yang telah bersusah payah untuk menghasilkan suatu karya, tetapi oleh para
plagiaters karya tersebut tidak dihargai sama sekali.

Dalam mencegah banyaknya kasus plagiarisme, sebenarnya pemerintah


sudah melakukan berbagai upaya. Salah satunya dengan diterbitkannya Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi. Sanksi Plagiat ini berupa teguran
hingga pemberhentian dari jabatan dan pembatalan ijazah. Kemudian ada pula
penggunaan software anti plagiarisme seperti Turnitin ataupun Viper untuk
mengecek tingkat plagiarisme tulisan seseorang. Namun, ini belumlah efektif
tanpa sikap kejujuran dan integritas dari para penulis karya ilmiah (mahasiswa).
Diperlukan pencegahan dan pemberantasan sejak dini aksi plagiarisme tersebut
sebelum karya seseorang dipublikasikan. Solusi yang diajukan penulis yaitu
melalui nilai filosofis yang terdapat pada Pancasila untuk mencegah plagiarisme
sejak dini di kalangan mahasiswa. Alasan digunakan Pancasila yaitu berdasarkan
ketetapan MPR No. II/MPR/1979, dimana Pancasila dikatakan sebagai dasar
negara bangsa Indonesia yang memuat nilai nilai yang dapat dijadikan pedoman
bagi masyarakat Indonesia.

Sila Pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Artinya bangsa
Indonesia merupakan bangsa yang percaya dan bertakwa terhadap Tuhan.
Seharusnya nilai nilai kejujuran sangat dijunjung tinggi di sini karena kebohongan
merupakan hal yang menyimpang dari aturan Tuhan. Dalam menanggapi kasus
plagiarisme yang merupakan suatu kejahatan yang berawal dari kebiasaan
berbohong, maka diperlukan kajian spiritual agar seseorang sadar agar melakukan
kebohongan merupakan suatu tindakan kejahatan. Kejahatan menurut Drs Moh
Kemal Dermawan merupakan ulah manusia yang dalam usahanya untuk
memenuhi kebutuhannya atau memuaskan nafsunya sehingga sering lalai serta
sama sekali tidak peduli dengan kepentingan orang lain. Tindakan kejahatan ini
tentunya berakibat dosa jika dilakukan. Kejahatan tersebut tidak sesuai dengan
aturan agama yang sangat menekankan kepada umatnya untuk senantiasa
melakukan kejujuran. Kejahatan ini tidak sesuai dengan nilai nilai kebaikan dan
moral yang diajarkan agama. Mahasiswa tentunya akanmenghindarkan dan tidak
melakukan plagiarisme jika ini perbuatan dosa dan tidak sesuai dengan nilai
nilai ketuhanan. Apalagi bangsa Indonesia mayoritas masihmemegang teguh
ajaran agamanya, ini dapat membantu mencegah agar tidak dilakukan perbuatan
yang merugikan ini.

Sila kedua berbunyi Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Hal Ini berarti
mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Maksudnya sesuai harkat dan martabat
yaitu mengembangkan sikap menghormati dan tidak semena-mena terhadap orang
lain. Plagiarisme merupakan pengakuan gagasan (properti intelektual) orang lain
sebagai pemikiran sendiri. Tindakan ini menandakan bahwa seseorang tidak
menghormati dan menghargai karya dan hasil pemikiran orang lain. Melakukan
tindakan plagiat berarti pula melanggar hak milik orang lain (property right).
Pelanggaran hak milik oranglain akan berakibat sanksi berupa denda bahkan dapat
lebih buruk dari itu. Sila kedua ini ketika dipegang teguh dan dilaksanakan, maka
tindakan plagiat dapat dicegahdikarenakan adanya perlakuan sesuai harkat dan
martabat terhadap sesama termasuk dalam hal menghargai karya orang lain.

Sila ketiga berbunyi Persatuan Indonesia. Hal Ini berarti para akademisi
harus mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia. Tindakan plagiarisme oleh mahasiswa apalagi terhadap karya anak
bangsa sendiri merupakan tindakan yang tidak menghargai rasa kebangsaan. Ini
tidak sesuai dengan semangat kebersamaan untuk memajukan bangsa melalui
karya kepenulisan yang dapat dimulai dari generasi muda. Peniruan karya sesama
ini kemudian jika ketahuan dan terpublikasikan, maka dapat melunturkan
semangat persatuan dan kesatuan. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan
menempatkan persatuan, kesatuan, sertakepentingan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. Kepentingan
bersama hendaknya didahulukan daripada ingin menghasilkan tulisan baik untuk
mendapatkan penghargaan terhadap diri sendiri, namun proses pembuatan
karyanya penuh kecurangan.
Sila keempat berbunyi Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmah
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Hal tersebut merupakan
prinsip demokrasi, Ini berarti sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap
manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Jika
dikaitkan dengan tindakan plagiarisme, maka pelaku aksi tersebut tidaklah
menghargai penulis sebenarnya yang seharusnya mendapatkan hak atas karya
mereka. Kedudukan, hak dan kewajiban sebagai warga negara dalam kepenulisan
akan terabaikan jika seorang mahasiswa menggunakan tulisan orang lain tanpa
mencantumkan referensi untuk memperoleh penghargaan serta pencapaian bagi
dirinya sendiri. Diperlukan ketegasan hukuman dan sanksi berupa dikeluarkan
dari perguruan tinggi, pencopotan gelar, jabatan hingga penjara bagi seseorang
yang terbukti melakukan plagiarisme agar para penulis bangsa tidak melakukan
tindakan yang merugikan. Tindakan plagiarisme tersebut bukanlah wujud
demokrasi yang menekankan adanya penghargaan yang sama terhadap setiap
manusia.

Sila kelima berbunyi Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Hal
Ini merupakan tindakan untuk menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat
bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama. Ini berkaitan dengan menghormati dan
mengembangkan sikap adil terhadap sesama. Tindakan plagiarisme dianggap tidak
menghargai karya orang lain, dikarenakan mengutip gagasan tanpa
mencantumkan nama penulis dan sumbernya. Ini tentunya tidak adil dan tidak
sesuai dengan sila kelima bagi orang yang dikutip tulisannya namun tidak
dicantumkan sumbernya. Selain itu pula, karya hasil plagiat ini tidak untuk
kemajuan dan kesejahteraan bersama, namun hanya untuk kepentingan pihak yang
melakukan plagiat semata.

Dari kelima sila Pancasila diatas dapat menjadi solusi alternatif bagi
pembangunan karakter bangsa yang tangguh dan menuju kebangkitan nasional
dengan tidak melakukan kecurangan. Pada nilai filosofis Pancasila terdapat
falsafah hidup bangsayang perlu diimplementasi untuk membangkitkan semangat
juang bangsa. Semangat juang itu bukan saja untuk menyelesaikan permasalahan
bangsa, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Menurut
Poespowardojo dan Hardjatno (2010) kualitas itu akan lahir dari manusia yang
berkarakter religius, berintegritas, percaya diri,memegang prinsip keadilan dan
berjiwa nasionalisme . Karakter karakter berbasis kelima sila Pancasila inilah
yang akan menciptakan mahasiswa sebagai penerus generasi bangsa yang tidak
melakukan plagiarisme dan mencapai kemajuan bangsa bersama.
DAFTAR PUSTAKA

Eldo Tobing, 2013. Pancasila : Membentuk Karakter Mahasiswa Anti-


Plagiarisme.http://www.academia.edu/4344537/Pancasila_Membentuk_K
arakter_Mahasiswa_Anti-Plagiarisme. ( Diakses pada Rabu, 4 Oktober
2017 ).

Anda mungkin juga menyukai