Anda di halaman 1dari 3

RESENSI FILM Hotel Rwanda

Sutradara : Terry Georg


Penulis : Naomi Geraghty
Skenario : Terry George ,Keir Pearson
Pemeran : Don Cheadle ,Sophie Okonedo , Joaquin Phoenix
Durasi : 122 menit[1]
Negara : Amerika Serikat , Afrika Selatan

Hotel Rwanda adalah sebuah film drama berlatar belakang sejarah mengenai Paul
Rusesabagina selama peristiwa pembantaian etnis di Rwanda. Film ini bisa disebut sebagai
Schindler’s List versi Afrika. Ber-setting di tahun 1994, berdasarkan kejadian nyata
pembantaian di Rwanda, dimana lebih dari 800.000 orang, kebanyakan suku Tutsi, dibunuh
oleh milisi ekstrimis Hutu. Dalam film, diperlihatkan ketegangan antara suku Hutu dan Tutsi
membawa kepada perang sipil dimana suku Tutsi dibantai karena status tinggi mereka yang
berawal dari kesetiaan pada kolonial bangsa Eropa.

Paul Rusesabagina (diperankan oleh Don Cheadle), seorang manajer hotel Sabena Hôtel des
Mille Collines, adalah seorang Hutu namun istrinya, Tatiana (diperankan oleh Sophie
Okonedo), adalah seorang Tutsi. Pernikahannya menjadikannya penghianat bagi ekstrimis
Hutu. George Rutaganda, seorang kenalan baik dan penyalur kebutuhan hotel yang juga
merupakan pemimpin dari Interahamwe, milisi brutal yang anti Tutsi, gagal membujuk Paul
untuk bergabung ke dalam kelompoknya di bagian awal dari film ini.

Pada malam pembantaian, tetangga dan keluarga Paul sangat berharap padanya supaya dapat
selamat. Kepemimpinan, kecerdikan dan penyuapan, membuat Paul dapat menyelamatkan
keluarga dan tetangganya dari mafia Hutu bersenjata yang bertujuan menghabisi semua suku
Tutsi. Setelah tawar menawar dengan seorang petugas militer Rwanda untuk keselamatan
keluarga dan teman, Paul membawa mereka ke hotelnya. Makin banyak pengungsi
membanjiri hotelnya dikarenakan kamp pengungsian PBB sangat berbahaya dan terlalu
penuh pada saat itu. Hotel pun menjadi penuh sesak, Paul mesti berusaha menghalihkan
tentara Hutu, peduli terhadap pengungsi, dan menjaga popularitas hotel sebagai hotel high-
class.

Penjaga perdamaian PBB, yang dipimpin oleh Kolonel Oliver (diperankan oleh Nick Nolte),
tak dapat bertindak apapun melawan Interhamwe, disebabkan mereka dilarang untuk ikut
campur dalam masalah pembantaian ini. ketidak-berpihakan PBB terus berlanjut disamping
juga kelelahan Oliver dalam menjaga pengungsi Tutsi dan kemarahannya yang
mempertanyakan kekuatan barat yang tidak peduli terhada Rwanda.

1
Sewaktu Interhamwe mengepung hotel, Paul dan keluarganya mulai mengalami stress berat.
Pasukan PBB berusaha mengevakuasi kelompok pengungsi, termasuk keluarga Paul. Namun
malah berbalik kembali ke hotel, setelah di hadang oleh massa perusuh Hutu dan
Interhamwe. Dalam usaha terakhir untuk menyelamatkan pengungsi, Paul berbicara kepada
Jenderal Rwanda dan berusaha memerasnya dengan ancaman menjadikan sang jenderal
penjahat perang. Bizimungu terpaksa setuju dan kembali ke hotel yang dalam keadaan
diserang oleh perusuh dan Interhamwe.

Tentara Bizimungu akhirnya dapat mengakhiri kekacauan dan Paul panik mulai mencari istri
dan keluarganya, berpikir kalau mereka sudah bunuh diri seperti yang diperintahkan Paul
apabila orang-orang Hutu dapat menyerang hotel. Setelah ketakutan setengah mati, Paul
menemukan mereka bersembunyi di kamar mandi. Keluarga dan para pengungsi akhirnya
dapat keluar dari hotel dengan kawalan konvoi pasukan PBB. Mereka menempuh perjalanan
melewati pengungsi Hutu dan milisi Interhamwe menuju ke belakang garis depan pihak
pemberontak Tutsi. Di akhir cerita, Paul menemukan kedua keponakannya yg masih kecil,
yang keberadaan orang tuanya tidak diketahui, dan mengajak mereka dengan keluarganya
keluar dari Rwanda.
KESIMPULAN :
Menurut saya, film ini menunjukkan tidak ada komunikasi yang baik antara kedua kelompok
etnis yang berbeda dalam suatu negara. Diskriminasi dan kecemburuan sosial juga menjadi
penyebab terjadinya kesenjangan antara kedua etnis tersebutyang mengakar hingga
menimbulkan konflik yang sejak dulu ada. Pergejolakan antar suku ini berlangsung hingga
terjadi pembantaian oleh salah satu suku. Dalam kejahatan Genosida disebutkan, setiap
perbuatan yang ditunjukan untuk menghancurkan baik keseluruhan maupun sebagian, suatu
kelompok bangsa, etnis, agama.
BERDASARKAN FILM NYA :
Film tersebut diangkat dari kisah nyata tentang peristiwa berdarah yang terjadi di
Rwanda pada tahun 1994 yang merupakan salah satu peristiwa genosida terbesar di dunia
Masalah etnisitas adalah faktor utama penyebab konflik yang terjadi di Hutu dan
Tutsi ini bukan disebabkan oleh faktor material, namun lebih kepada karena adanya politisasi
etnisitas yang berperan penting dalam memicu dan memperkeruh konflik.

NAMA : LATIFAH ZAHRA

KELAS : XI IPS 2

MATA PEL : SEJARAH PERMINATAN

~ SMAN 21 BEKASI ~

~ SEKIAN TERIMA KASIH ~

2
3

Anda mungkin juga menyukai