Anda di halaman 1dari 8

Tugas Pengantar Psikologi

Muhammad Ravi Akbar


DKV BP 2021

2021
Sebagai Mahasiswa, Apa peran dan fungsi yang akan anda lakukan sebagai upaya
meminimalisir dan mengatasi masalah akibat virus COVID 19

Gunakan bagan yang ada pada modul sebagai alur berpikir sitematis dan kritis
dalam menyelesaikan kasus yang ada

COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh


virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). COVID-19 dapat
menyebabkan gangguan sistem pernapasan, mulai dari gejala yang ringan seperti flu,
hingga infeksi paru-paru, seperti pneumonia.
COVID-19 (coronavirus disease 2019) adalah jenis penyakit baru yang disebabkan
oleh virus dari golongan coronavirus, yaitu SARS-CoV-2 yang juga sering disebut virus
Corona.

Kasus pertama penyakit ini terjadi di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019.
Setelah itu, COVID-19 menular antarmanusia dengan sangat cepat dan menyebar ke
puluhan negara, termasuk Indonesia, hanya dalam beberapa bulan.
Penyebarannya yang cepat membuat beberapa negara menerapkan kebijakan untuk
memberlakukan lockdown untuk mencegah penyebaran virus Corona. Di Indonesia,
pemerintah menerapkan kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM) untuk menekan penyebaran virus ini.

Tingkat Kematian Akibat COVID-19


Menurut data yang dirilis Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Republik
Indonesia, jumlah kasus terkonfirmasi positif hingga 06 Agustus 2021 adalah
3.568.331 orang dengan jumlah kematian 102.375 orang
Dari kedua angka ini dapat disimpulkan bahwa case fatality rate atau tingkat
kematian yang disebabkan oleh COVID-19 di Indonesia adalah sekitar 2,9%. Case
fatality rate adalah presentase jumlah kematian dari seluruh jumlah kasus positif
COVID-19 yang sudah terkonfirmasi dan dilaporkan.
Merujuk pada data tersebut, tingkat kematian (case fatality rate) berdasarkan
kelompok usia adalah sebagai berikut:

 0–5 tahun: 0,49%


 6–18 tahun: 0,14%
 19–30 tahun: 0.32%
 31–45 tahun: 1,26%
 46–59 tahun: 4,84%
 >60 tahun: 11,75%

Dari seluruh penderita COVID-19 yang meninggal dunia, 0,5% berusia 0–5 tahun,
0,5% berusia 6–18 tahun, 2,8% berusia 19–30 tahun, 12,7% berusia 31–45 tahun,
36,8% berusia 46–59 tahun, dan 46,7% berusia 60 tahun ke atas.
Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, 53,1% penderita yang meninggal akibat
COVID-19 adalah laki-laki dan 46,9% sisanya adalah perempuan.

Penyebab COVID-19
COVID-19 disebabkan oleh SARS-CoV-2, yaitu virus jenis baru
dari coronavirus (kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan). Infeksi virus
Corona bisa menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang, seperti flu, atau
infeksi sistem pernapasan dan paru-paru, seperti pneumonia.
Pada penghujung tahun 2020, beberapa laporan kasus menyebutkan bahwa virus
Corona telah bermutasi menjadi beberapa jenis atau varian baru, misalnya varian
delta.
COVID-19 awalnya ditularkan dari hewan ke manusia. Setelah itu, diketahui bahwa
infeksi ini juga bisa menular dari manusia ke manusia. Penularannya bisa melalui
cara-cara berikut:

 Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat penderita
COVID-19 bersin atau batuk
 Memegang mulut, hidung, atau mata tanpa mencuci tangan terlebih dulu,
setelah menyentuh benda yang terkena droplet penderita COVID-19,
misalnya uang atau gagang pintu
 Kontak jarak dekat (kurang dari 2 meter) dengan penderita COVID-19 tanpa
mengenakan masker

CDC dan WHO menyatakan COVID-19 juga bisa menular melalui aerosol (partikel
zat di udara). Meski demikian, cara penularan ini hanya terjadi dalam prosedur
medis tertentu, seperti bronkoskopi, intubasi endotrakeal, hisap lendir, dan
pemberian obat hirup melalui nebulizer.
Dari data yang dikeluarkan oleh WHO, saat ini ditemukan beberapa varian SARS-CoV-
2 penyebab COVID-19. Berikut rincian jenis varian baru tersebut:

 Varian Alfa (B.1.1.7) yang pada awalnya ditemukan di Inggris sejak September
2020.
 Varian Beta (B.1.351/B.1.351.2/B.1.351.3) yang pada awalnya ditemukan di
Afrika Selatan sejak Mei 2020.
 Varian Gamma (P.1/P.1.1/P.1.2) yang pada awalnya ditemukan di Brazil sejak
November 2020.
 Varian Delta (B.1.617.2/AY.1/AY.2/AY.3) yang pada awalnya ditemukan di
India sejak Oktober 2020.
 Varian Eta (B.1.525) yang penyebarannya ditemukan di banyak negara sejak
Desember 2020.
 Varian Iota (B.1526) yang pada awalnya ditemukan di Amerika sejak
November 2020.
 Varian Kappa (B.1617.1) yang pada awalnya ditemukan di India sejak Oktober
2020.
 Varian Lamda (c.37) yang pada awalnya ditemukan di Peru sejak Desember
2020.

Faktor Risiko COVID-19


COVID-19 dapat menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya akan lebih berbahaya atau
bahkan fatal bila menyerang orang lanjut usia, ibu hamil, perokok,
penderita penyakit tertentu, dan orang yang daya tahan tubuhnya lemah,
seperti penderita kanker.
Karena mudah menular, penyakit ini juga berisiko tinggi menginfeksi para tenaga
medis yang merawat pasien COVID-19. Oleh karena itu, tenaga medis dan orang
yang melakukan kontak dengan pasien COVID-19 perlu menggunakan alat pelindung
diri (APD).
Selain itu, pemerintah bersama perusahaan farmasi dan berbagai institusi kesehatan
kini juga tengah mengembangkan dan meneliti vaksin COVID-19. Setelah melalui uji
klinis dan dinyatakan efektif dan aman diberikan pada manusia, pembuatan vaksin
COVID-19 akan diteruskan agar dapat diberikan kepada masyarakat.

Gejala COVID-19
Gejala awal infeksi COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu demam, pilek, batuk
kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala dapat hilang dan
sembuh atau malah memberat. Penderita dengan gejala yang berat bisa mengalami
demam tinggi, batuk berdahak atau berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-
gejala tersebut di atas muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus COVID-19.
Secara umum, ada tiga gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi
COVID-19, yaitu:

 Demam (suhu tubuh di atas 38°C)


 Batuk kering
 Sesak napas

Selain gejala di atas, ada beberapa gejala lain yang jarang terjadi, tetapi juga bisa
muncul pada infeksi COVID-19, yaitu:

 Mudah lelah
 Nyeri otot
 Nyeri dada
 Sakit tenggorokan
 Sakit kepala
 Mual atau muntah
 Diare
 Pilek atau hidung tersumbat
 Menggigil
 Bersin-bersin
 Hilangnya kemampuan mengecap rasa
 Hilangnya kemampuan mencium bau (anosmia)

Gejala COVID-19 bisa muncul dalam 2 hari sampai 2 minggu setelah seseorang
terinfeksi virus penyebabnya. Sebagian pasien COVID-19 pun ada yang mengalami
penurunan oksigen tanpa adanya gejala apa pun. Kondisi ini disebut happy
hypoxia. Selain itu, beberapa laporan kasus juga menyebutkan bahwa sebagian
pasien COVID-19 dapat mengalami ruam kulit.
Untuk memastikan apakah gejala-gejala tersebut merupakan gejala dari virus
Corona, diperlukan rapid test atau PCR. Untuk menemukan tempat melakukan rapid
test atau PCR di sekitar rumah Anda, klik di sini.
Pada beberapa penderita, COVID-19 dapat tidak menimbulkan gejala sama sekali.
Orang yang sudah terkonfirmasi positif COVID-19 melalui pemeriksaan RT-PCR
namun tidak mengalami gejala disebut sebagai kasus konfirmasi asimptomatik.
Penderita ini tetap bisa menularkan COVID-19 ke orang lain.
Pada bulan juli 2020, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengganti istilah
operasional lama pada COVID-19, seperti ODP, PDP, OTG menjadi istilah baru,
yakni suspek, probable, dan konfirmasi.

Kapan harus ke dokter

Segera lakukan isolasi mandiri bila Anda mengalami gejala infeksi COVID-19 seperti
yang telah disebutkan di atas, terutama jika dalam 2 minggu terakhir Anda berada di
daerah yang memiliki kasus COVID-19 atau kontak dengan penderita COVID-19.
Setelah itu, hubungi hotline COVID-19 di 119 Ext. 9 untuk mendapatkan pengarahan
lebih lanjut.
Bila Anda mencurigai diri Anda terpapar COVID-19 tapi tidak mengalami gejala apa
pun, Anda tidak perlu memeriksakan diri ke rumah sakit. Cukup tinggal di rumah
selama 14 hari dan membatasi kontak dengan orang lain.
Bila muncul gejala baru, tanyakan kepada dokter melalui telepon atau aplikasi
kesehatan online, misalnya ALODOKTER, mengenai tindakan apa yang perlu Anda
lakukan dan obat apa yang perlu Anda konsumsi.
Bila gejala yang Anda alami memberat atau Anda memerlukan pemeriksaan langsung
oleh dokter, Anda bisa membuat janji konsultasi dengan dokter melalui aplikasi
ALODOKTER agar bisa diarahkan ke dokter terdekat yang dapat membantu Anda.

Diagnosis COVID-19
Untuk menentukan apakah pasien terinfeksi COVID-19, dokter akan menanyakan
gejala yang dialami pasien, riwayat perjalanan pasien, dan apakah sebelumnya
pasien ada kontak dekat dengan orang yang diduga terinfeksi COVID-19.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan berikut:
 Rapid test, untuk mendeteksi antibodi (IgM dan IgG) yang diproduksi oleh
tubuh untuk melawan virus Corona
 Rapid test antigen, untuk mendeteksi antigen yaitu protein yang ada di
bagian terluar virus
 Tes PCR (polymerase chain reaction) atau swab test, untuk mendeteksi virus
Corona di dalam dahak
 CT scan atau Rontgen dada, untuk mendeteksi infiltrat atau cairan di paru-
paru
 Tes darah lengkap, untuk memeriksa kadar sel darah putih dan C-reactive
protein
 Analisis gas darah, untuk memeriksa kadar oksigen dan karbon dioksida di
dalam darah

Perlu diketahui, rapid test pada COVID-19 hanya digunakan sebagai tes skrining atau
pemeriksaan awal, bukan untuk memastikan diagnosis COVID-19. Hasil rapid
test positif belum tentu menandakan Anda terkena COVID-19. Anda bisa saja
mendapatkan hasil positif bila pernah terinfeksi virus lain atau coronavirus jenis lain.
Sebaliknya, hasil rapid test COVID-19 negatif juga belum tentu menandakan bahwa
Anda terbebas dari COVID-19. Oleh sebab itu, apa pun hasil rapid test Anda,
konsultasikan dengan dokter agar dapat diberikan pengarahan lebih lanjut, termasuk
perlu tidaknya mengonfirmasi hasil tes tersebut dengan tes PCR. Biasanya tes PCR
akan melampirkan hasil positif atau negatif dengan nilai CT value.

Pengobatan COVID-19
Sampai saat ini, belum ada obat yang secara pasti dapat mengatasi penyakit COVID-
19. Jika Anda di diagnosis COVID-19 tetapi tidak mengalami gejala atau hanya
mengalami gejala ringan, Anda bisa melakukan perawatan atau isolasi mandiri di
rumah.
Ruangan isolasi harus memiliki ventilasi dan cahaya yang baik serta pertukaran udara
yang cukup. Selain itu, ruangan isolasi juga wajib dibersihkan setiap hari dengan air
sabun atau desinfektan. Selama isolasi mandiri, perhatikan beberapa hal berikut:

 Lakukan isolasi mandiri selama 2 minggu dengan tidak keluar rumah dan
menjaga jarak dengan orang dalam satu rumah.
 Selalu gunakan masker jika keluar rumah atau saat akan berinteraksi dengan
anggota keluarga.
 Terapkan etika batuk.
 Ukur suhu tubuh 2 kali sehari, pagi dan malam hari.
 Cuci tangan dengan sabun, air mengalir, atau hand sanitizer.
 Banyak minum air putih untuk menjaga kadar cairan tubuh.
 Istirahat yang cukup untuk mempercepat proses penyembuhan.
 Konsumsi obat pereda batuk, demam, dan nyeri, setelah berkonsultasi
dengan dokter.
 Perhatikan gejala yang Anda alami dan segera hubungi dokter jika gejala
memburuk.
Penelitian menunjukkan bahwa pasien COVID-19 dengan gejala ringan dapat sembuh
dalam 2 minggu. Namun, sebelum Anda mengakhiri isolasi mandiri dan kembali
beraktivitas, tetap lakukan konsultasi dengan dokter untuk mengetahui apakah Anda
sudah memenuhi kriteria sembuh dari COVID-19.
Jika Anda didiagnosis COVID-19 dan mengalami gejala berat, dokter akan merujuk
Anda untuk menjalani perawatan dan karantina di rumah sakit rujukan. Metode yang
dapat dilakukan dokter antara lain:

 Memberikan obat untuk mengurangi keluhan dan gejala


 Memasang ventilator atau alat bantu napas guna mencukupi
kebutuhan oksigen
 Memberikan infus cairan agar tetap terhidrasi
 Memberikan obat pengencer darah dan pencegah penggumpalan darah
 Memberikan obat-obatan imunosupresif, misalnya tocilizumab (Actemra)
 Memberikan terapi plasma konvalesen

Penelitian untuk mencari metode pengobatan yang efektif dalam mengatasi penyakit
COVID-19 masih terus dilakukan. Beberapa jenis obat yang diteliti untuk mengatasi
COVID-19 adalah remdesivir, lopinavir-ritonavir, molnupiravir, dan favipiravir. Selain
itu, obat ivermectin yang diklaim banyak pihak bisa mengobati COVID-19 hingga saat
ini belum terbukti efektif dan masih terus diteliti.
Di antara obat-obatan tersebut, remdesivir dinilai paling efektif dalam mengatasi
COVID-19 pada beberapa pasien. Meski demikian, penelitian tentang efektivitas
remdesivir masih terus berlanjut.

Komplikasi COVID-19
Pada kasus yang parah, infeksi COVID-19 bisa menyebabkan komplikasi serius
berupa:

 Edema paru
 Gagal napas akut
 Pneumonia
 Gagal jantung akut
 Gagal hati akut
 Infeksi sekunder pada organ lain, seperti penyakit jamur hitam
 Gagal ginjal
 Gangguan pembekuan darah
 Rhabdomyolysis
 ARDS (acute respiratory distress syndrome)
 Syok septik
 Kematian

Selain itu, saat ini muncul istilah long haul COVID-19. Istilah ini merujuk kepada
seseorang yang sudah dinyatakan sembuh melalui hasil pemeriksaan PCR yang sudah
negatif, tetapi tetap merasakan keluhan seperti lemas, batuk, nyeri sendi, nyeri
dada, sulit berkonsentrasi, jantung berdebar, atau demam yang hilang timbul.

Berbagai kegiatan yang bisa dilakukan para mahasiswa, seperti:


sosialisasi penggunaan masker, cuci tangan, sosialisasi jaga jarak fisik. Termasuk juga
menggalang bantuan sosial secara mandiri untuk masyarakat yang terdampak
ekonominya akibat pandemi, serta melakukan program membagikan masker.
Selain terlibat dalam kegiatan sosialisasi, edukasi dan penggalangan bantuan sosial,
peran mahasiswa khususnya mahasiswa di bidang kesehatan bisa bertindak
membantu pemerintah sebagai relawan untuk melakukan vaksinasi Covid-19 kepada
masyarakat.

Pencegahan COVID-19
Saat ini, Indonesia sedang melakukan vaksinasi COVID-19 secara berkala ke
masyarakat Indonesia. Meskipun vaksinasi sudah mulai di jalankan, cara pencegahan
yang terbaik adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda
terinfeksi virus ini, yaitu:

 Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 2 meter dari orang
lain, dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan mendesak.
 Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian,
termasuk saat pergi berbelanja bahan makanan.
 Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang
mengandung alkohol minimal 60%, terutama setelah beraktivitas di luar
rumah atau di tempat umum.
 Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.
 Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat, misalnya olahraga
rutin dan konsumsi makanan bergizi serta suplemen.
 Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai positif
terinfeksi COVID-19, atau orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek.
 Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang
tisu ke tempat sampah.
 Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan,
termasuk kebersihan rumah.
 Jaga sirkulasi dan kebersihan udara di dalam ruangan. Bila perlu, bisa
menggunakan air purifier.

Anda mungkin juga menyukai