Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS JURNAL KESEJHATERAAN SOSIAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kesejahteraan Sosial

Dosen Pengampu:

Dr. Yani Achdiani, M.Si

Oleh:

Dzikri Khasnnudin

NIM 1608251

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2017
ANALISIS JURNAL 1

A. Identitas Jurnal
 Nama Jurnal : Jurnal Politikom Indonesiana
 Volume : Vol. 2 No. 2, November 2017 e-ISSN : 2528 - 2069
 Judul :
“Implementasi Kebijakan Dinas Sosial Dan Penanggulangan Bencana Dalam
Menanggulangi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (Pmks) Khusus
Anak Jalanan Di Kabupaten Karawang”
 Tema : Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
 Penulis : 1. Hanny Purnamasari, S.Sos., M.A.P
2. Rijwan Munawan
 Tujuan :
1. Untuk mengetahui bagaimana isi kebijakan dalam implementasi kebijakan
Dinas Sosial dan Penanggulangan Bencana Dalam Menanggulangi Anak
Jalanan di Kabupaten Karawang.
2. Untuk mengetahui bagaimana lingkungan kebijakan dalam implementasi
kebijakan Dinas Sosial dan Penanggulangan Bencana Dalam
Menanggulangi Anak Jalanan di Kabupaten Karawang

B. Ringkasan Jurnal
Kata Kunci: Implementasi Kebijakan, Penanggulangan Anak Jalanan, Karawang
PENDAHULUAN
Anak merupakan aset bangsa dan calon penerima estafet kepemimpinan
dimasa yang akan datang. Anak juga merupakan komponen yang dapat
memajukan suatu bangsa. Anak selaku aset bangsa perlu dididik dan dibina demi
tercapainya sumber daya manusia yang mumpuni. Namun banyak saat ini anak-
anak yang terlantar bahkan sampai seharian menghabiskan waktunya di jalanan.
Tidak sedikit dari mereka pula yang mendapatkan perlakuan yang tidak
semestinya mereka dapatkan, baik itu tindak kekerasan maupun tindak kejahatan
yang lain.
Anak jalanan merupakan salah satu dari Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS) yang telah menggejala di kabupaten atau kota. Sebagaimana orang
dewasa, anak juga memiliki hak, hak anak merupakan bagian dari hak asasi
manusia yang mana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 B ayat
2. Anak jalanan mendapat penanganan yang cepat, tepat dan serius, sebab jika
penanganannya terabaikan akan menjadi masalah sosial baru, seperti kekerasan,
eksploitasi, pelecehan seksual pada anak, dan lain sebagainya. Secara umum,
kriteria anak jalanan antara lain laki-laki ataupun perempuan yang berusia antara 5
(lima) tahun hingga 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah.
Sementara menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (2005:5) anak jalanan
adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan
kegiatan hidup sehari-hari di jalanan, baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran
di jalan dan tempat-tempat umum lainnya. Anak jalanan memiliki ciriciri berusia
antara 5 sampai dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan,
penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus, dan mobilitasnya
tinggi.
Fenomena maraknya anak jalanan tidak hanya di kota-kota besar seperti
Jakarta, Bandung, dan kota-kota besar lainnya, melainkan juga Kabupaten
Karawang menjadi salah satu sasaran banyaknya anak jalanan yang berkeliaran.
Hal ini diakibatkan oleh semakin berkembangnya Kabupaten Karawang dalam hal
ekonomi. Berdasarkan hasil pemutakhiran data Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) Dinas Sosial dan Penanggulangan Bencana tahun
2013 populasi anak jalanan di Kabupaten Karawang kurang lebih berjumlah 334
orang. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan, walaupun dari segi populasi jumlah
anak jalanan masih kecil dibanding jumlah penduduk Kabupaten Karawang,
namun apabila tidak ditangani secara serius tentu akan memberikan pengaruh yang
sangat besar terhadap pembangunan sumber daya manusia.
PEMBAHASAN
Dalam Peraturan Bupati Kabupaten Karawang Nomor 47 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Fungsi dan Tata Kerja Dinas Sosial
Kabupaten Karawang Pasal 4 disebutkan bahwa dinas dalam hal ini Dinas Sosial
dan Penanggulangan Bencana mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam
melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah bidang
sosial dan tugas pembantuan yang ditugaskan kepada daerah. Serta dalam hal
fungsi tercantum pada Pasal 5 poin a, mempunyai fungsi perumusan kebijakan
teknis Dinas/atau bahan kebijakan daerah dalam hal penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah bidang sosial.
Dalam Pasal 5 sangat jelas bahwa Dinas Sosial dan Penanggulangan Bencana
memiliki fungsi dalam merumuskan kebijakan. Kebijakan tersebut berhubungan
dengan masalah-masalah sosial. Dalam menangani masalah anak jalanan sebagai
bagian dari Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), Dinas Sosial dan
Penanggulangan Bencana Kabupaten Karawang merumuskan dan melaksanakan
kebijakan yang isinya adalah peningkatan pelayanan sosial bagi anak jalanan.
Kebijakan ini dimaksudkan untuk memperbaiki perilaku buruk di jalanan dan
menanamkan cara hidup yang baik di lingkungan sekitarnya. Juga mengurangi
angka anak jalanan yang ada di wilayah Karawang dan sekitarnya. Selain itu juga
bertujuan untuk menimbulkan kesadaran, tanggung jawab sosial anak jalanan
sehingga mereka dapat melaksanakan peran dan fungsi sosialnya secara wajar.
Serta memberikan bekal keterampilan agar mereka bisa hidup mandiri.
Dalam hal kebijakan tersebut, ada beberapa kepentingan-kepentingan di
dalamnya yang ikut terlibat, dimana beberapa kepentingan ini yaitu Puskesmas
Kecamatan Cikampek, KUA Kecamatan Cikampek, dan Trantib Kecamatan
Cikampek. Adapun kebijakan yang dicanangkan ini bisa bermanfaat bagi kalangan
anak jalanan juga Kabupaten Karawang sendiri dalam mengurangi atau bahkan
menghilangkan jumlah populasi anak jalanan yang ada di Karawang dan
sekitarnya. Harapan dari kebijakan ini seperti tadi yang telah dipaparkan juga
sejauh mana fenomena anak jalanan di Kabupaten Karawang dapat menjadi
manusia yang sesuai dengan kodrat sosialnya selaku manusia sosial sehingga
mampu melaksanakan peran dan fungsinya layaknya manusia sosial yang wajar.
Kebijakan ini dilaksanakan oleh Dinas Sosial dan Penanggulangan Bencana
Kabupaten Karawang dengan mempertimbangkan beberapa faktor, yakni salah
satu yang paling urgent adalah melihat begitu banyaknya populasi anak jalanan
yang ada di Kabupaten Karawang. Dalam hal implementor dan sumber daya yang
diikut sertakan sendiri. Dinas Sosial bekerja sama dengan beberapa lembaga, yakni
Puskesmas Kecamatan Cikampek, KUA Kecamatan Cikampek, dan Trantib
Kecamatan Cikampek. Dalam kebijakan yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial dan
Penanggulangan Bencana Kabupaten Karawang mengenai Peningkatan Pelayanan
Sosial Bagi Anak Jalanan, cara-cara atau proses pengimplementasiannya melalui
beberapa kegiatan atau bentuk. Adapun bentukbentuk dalam menjalankan
kebijakan tersebut adalah melalui rehabilitasi.
C. Hasil Analisis
Berdasarkan jurnal tersebut, implementasi kebijakan pemerintah kabupaten
karawang mengenai penanggulangan anak jalanan dirasa tidak efektif bagi
sebagian anak jalanan. Beberapa anak jalanan mengungkapkan bahwa proses
rehabilitasi yang dilakukan dirasa kurang atau bahkan tidak efektif karena jangka
waktu yang singkat yaitu empat hari. Dalam jangka waktu tersebut, tidak akan
cukup untuk melatih keterampilan anak jalanan apalagi pelatihan yang dilakukan
hanya pelatihan biasa. Selain itu, pasca pelatihan juga tidak ada tindak lanjut dari
pemerintah sehingga banyak anak yang aktivitasnya kembali menjadi anak
jalanan.
Para anak jalanan berharap kepada pemerintah untuk lebih serius dalam
mengurus penanggulangan anak jalanan melalui proses rehabilitasi. Namun, harus
disertasi dengan biaya dan pelatihan yang memadai agar populasi anak jalanan
dapat berkurang.
Implementasi kebijakan Dinas Sosial dan Penanggulangan Bencana belum
sepenuhnya dapat terlaksana. Manfaat dari kebijakan tersebut tidak dapat
dirasakan oleh kelompok sasaran sehingga belum terlihat derajat perubahan yang
diinginkan.
ANALISIS JURNAL 2
A. Identitas Jurnal
 Nama Jurnal : Jurnal Unesa
 Volume : Vol. 1 No. 1, tahun 2017, 1-7
 Judul :
“Peran Instruktur dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Klien Gelandangan
dan Pengemis Pada Program Keterampilan Pertanian di Balai Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial PMKS Sidoarjo”
 Tema : Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
 Penulis : Moh. Fahmi Fuadi
 Departemen Penulis : Fakultas Ilmu Pendidikan, UNESA
 Tujuan :
1. Untuk menganalisis peran instruktur dalam menumbuhkan motivasi
belajar klien gelandangan dan pengemis pada program keterampilan
pertanian di Balai Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial PMKS Sidoarjo.
2. Untuk menganalisis motivasi belajar klien gelandangan dan pengemis
pada program keterampilan pertanian di Balai Pelayanan dan Rehabilitasi
Sosial PMKS Sidoarjo.
B. Ringkasan Jurnal
Kata Kunci: Peran Instruktur, Keterampilan Pertanian, Gelandangan dan
Pengemis, Motivasi Belajar
PENDAHULUAN
Pembangunan Nasional merupakan cerminan dari kehendak yang terus
menerus untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia
secara adil dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan
penyelenggaraan negara yang maju dan demoktaris berdasarkan Pancasila.
Ginanjar Kartasasmita (Hudori, dkk, 2016:5-6) mengatakan bahwa "Pembangunan
Nasional adalah paradigma pembangunan yang terbangun atas pengalaman
Pancasila yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan
masyarakat Indonesia seluruhnya dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan, dan
pedomannya”. Tiga hal utama dalam pembangunan suatu bangsa yang berperan
sebagai masukan dalam produksi pendapatan nasional, yakni: 1) sumber daya
manusia; 2) Teknologi; dan 3) dana. Umumnya negara-negara berkembang
memiliki laju pertumbuhan penduduk lebih tinggi sementara laju ekonominya
lebih rendah dari negara-negara maju (Purwanto, 2006:1).
Selain dampak positif, pembangunan nasional juga memiliki dampak negatif
yang sulit dihindari. Gelandangan dan pengemis (Gepeng) merupakan salah satu
dampak negatif dari pembangunan yang belum merata yang kemudian
menyebabkan arus migrasi desa ke kota.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin
Kementerian Sosial, tercatat pada tahun 2008 jumlah gelandangan mencapai
25.169 orang dan jumlah pengemis mencapai 35.057 orang. Data yang dikutip
memang masih perlu ditanyakan kevaliditasannya, mengingat pendataan pada
kelompok ini relatif sulit karena mobilitas mereka yang tinggi. Sementara itu,
berdasarkan data pada tahun 2010, tercatat jumlah gelandangan mencapai 25.662
orang, jumlah pengemis mencapai 175.478 orang. Alternatif untuk mengurangi
adanya gepeng di beberapa daerah dapat dilakukan dengan diusahakannya
kesejahteraan sosial bagi gepeng dengan memenuhi kebutuhan material, spiritual,
dan warga sosial gepeng agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peran memotivasi yang dijalankan oleh instruktur pertanian pada dasarnya
bertujuan untuk memberikan semangat dan pembelajaran yang dapat mengarah
pada perubahan pola pikir untuk meningkatkan keterampilan melalui kegiatan
yang lebih bernilai bagi klien gepeng yakni melalui program pelatihan
keterampilan pertanian Balai Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial PMKS Sidoarjo.
Peran instruktur untuk menumbuhkan motivasi belajar klien gelandangan dan
pengemis pada program keterampilan pertanian di Balai Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial PMKS Sidoarjo adalah Sebagai motivator, peran tersebut
dimaksudkan untuk memberikan dorongan dan motivasi kepada klien gepeng
untuk meningkatkan potensi dan kualitas diri yang cekat, cepat dan tepat sehingga
menjadi terampil berkarya dan bekerja dibidang pertanian.
Peran instruktur pada program keterampilan pertanian di Balai Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial PMKS Sidoarjo terimplementasikan pada beberapa upaya
instruktur dalam menumbuhkan motivasi belajar klien, antara lain: a.
Pembentukan ego, seperti dalam bentuk penumbuhan kesadaran kepada klien agar
merasakan pentingnmya tugas dan menerimanya sebagai pembelajaran sehingga
bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu
motivasi yang cukup penting; b. Menumbuhkan minat untuk belajar seperti dalam
bentuk pemberian motivasi sebelum dan di akhir pembelajaran mengenai
pentingnya kebutuhan keterampilan dalam hidup ini; c. Pengakuan tujuan, seperti
dalan bentuk pemberian pemahaman tentang tujuan dan manfaat program
keterampilan pertanian; d. Pemberian hadiah, hal ini akan memacu semangat klien
untuk bisa belajar lebih giat lagi seperti pemberian makanan ringan kepada klien;
e. Mengetahui hasil, pemberian suatu harapan yang hasilnya akan dirasakan
sendiri oleh klien; f. Memberi pujian, seperti pemberian pujian yang sifatnya
membangun kepada klien yang memiliki semangat yang tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat dianalisis bahwa praktek
dalam belajar yang dijalankan oleh instruktur juga sangat penting bagi
terwujudnya pengetahuan dan keterampilan klien dari hasil belajar pertanian
terutama dalam penelitian ini adalah klien gepeng. Perubahan pola pikir juga harus
diimbangi dengan peningkatan potensi yang ada pada diri masingmasing klien
gepeng.
Dengan begitu pola pikir baik akan terwujud dengan potensi yang dimiliki
klien gepeng untuk menambah keterampilan dirinya sebagai manusia yang lebih
bernilai. Motivasi belajar klien terlihat dari adanya hasrat dan keinginan berhasil,
dorongan dan kebutuhan dalam belajar, kegiatan yang menarik dalam proses
belajar yang sengaja dibuat oleh instruktur, serta lingkungan belajar kondusif yang
kemudian berdampak pada hasil belajar klien gelandangan dan pengemis dalam
program keterampilan pertanian

Anda mungkin juga menyukai