Anda di halaman 1dari 49

BUKU PANDUAN PROGRAM DESA PRODUKTIF

I. PENGANTAR
a. Prolog
Pembangunan bangsa Indonesia tidak hanya tertumpu pada pemerintah, melainkan tugas
seluruh elemen bangsa ini. Persoalan yang dihadapi bangsa ini bersifat multidimensi karena tidak
hanya berkutat pada satu sisi permasalahan. Banyak pihak mengatakan bahwa kita hanya memiliki
satu masalah, yaitu karakter kepemimpinan tanpa idealisme kebangsaan. Mayoritas mereka hanya
mengedepankan kepentingan pribadi dan golongan, pada posisi ini, masyarakat selalu tidak
diuntungkan. Seringkali mayoritas pemimpin kita belum mampu memprioritaskan kebutuhan
masyarakat. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa menjadikan Indonesia sebagai negara besar
bukanlah perkara mudah, namun membangun Indonesia maju dengan masyarakatnya yang sejahtera
bukan hal mustahil.
Peluang terwujudnya mimpi negeri ini menjadi negara besar yang memberikan kesejahteraan
bagi rakyatnya masih terbuka lebar mengingat potensi yang dimiliki, baik alam maupun manusianya.
Sebagai langkah awal dalam membangun bagsa, peran generasi muda dilakukan melalui aktivitas
kontributif. Desa Produktif (Despro) menjadi salah satu sarana pengembangan kapasitas generasi
muda dalam memahami masalah bangsa yang langsung bersinggungan dengan masyarakat akar
rumput. Dengan demikian, diperlukan persamaan persepsi tentang pengelolaan Despro yang dapat
menciptakan ruang belajar dan kontribusi mahasiswa dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Upaya pembangunan perlu konsisitensi dan integritas dalam perencanaan maupun pelaksanaan
sebuah program pembangunan masyarakat. Perencanaan program sosial akan sangat efektif jika
proses identifikasi masalah hingga pembuatan road map program dilakukan dengan benar.
Sebaliknya, ketika program hanya sebatas formalitas yang didapat hanya penghamburan tenaga,
waktu dan materi. Tidak semua orang memahami bagaimana menyusun program sosial yang efektif
dan tepat sasaran. Demikian pula mahasiswa, tidak semua mahasiswa sebagai generasi bangsa ini
memahami bagaimana melihat persoalan sosial di akar rumput. Hal ini tidak terlepas dari media yang
hanya mengumbar konstelasi politik, ekonomi dan masalah makro.
Terdapat persamaan antara pembangunan dengan pemberdayaan, keduanya merupakan
perubahan sosial yang dilakukan secara sengaja atau berencana. Dalam sosiologi pembangunan,
pemyebab perubahan sosial dikenal dalam dua teori besar (grand theory), yaitu Max Weber
memandang nilai-nilailah sebagai pendorong perubahan, sedangkan Karl Marx berpendapat aspek
materialistiklah sebagai akar perubahan. Pada akhirnya, setiap perubahan sangat mungkin
mengandung dua aspek sekaligus.
Pemberdayaan, yang berasal dari kata empowerment, bermakna sebagai pemberian power atau
kemampuan kepada pihak yang selama ini lemah atau dilemahkan secara politis dan strukural.
Setidaknya ada tiga kata kunci, yaitu: peran serta, partisipasi, dan demokrasi. Pemberdayaan
mensyaratkan peran serta yang setara antara pemerintah, swasta dan masyarakat. Aspek partisipasi
dalam suasana demokrasi, diharapkan mendorong terjadinya alokasi sumberdaya ekonomi, distribusi,
dan akumulasi mafaat, sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan lapisan
terbawah.

b. Sekilas Tentang Desa Produktif


b.1. Sekolah Desa Produktif (SDP) sebagai Akar Despro
SDP adalah program revitalisasi desa dengan mengembangkan potensi yang dimiliki
masyarakat, baik potensi bidang pendidikan, kesehatan, sosial maupun ekonomi. Pendekatan
revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (SDA, SDM, sejarah,
makna, keunikan lokasi, dan citra tempat). Sekolah Desa Produktif mengedepankan prinsip

1| Buku Panduan Desa Produktif Beastudi Indonesia


Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
partisipatif dan mandiri, sehingga masyarakat sasaran bukan hanya sebagai obyek, tetapi juga bagian
dari subyek pemberdayaan.
Sasaran program Sekolah Desa Produktif adalah masyarakat desa/komunitas marjinal. Dalam
proses penentuan sasaran, tim Sekolah Desa Produktif akan melakukan proses assessment untuk
menilai calon sasaran. Proses assessment ini dilakukan juga dalam rangka memetakan potensi calon
sasaran yang akan didampingi. Pengembangan potensi utama daerah merupakan sebuah proses
panjang dan harus dilakukan secara berkelanjutan.
Pelaksana program Sekolah Desa Produktif digerakkan oleh mahasiswa penerima Beastudi
Etos, dimana kegiatan ini menjadi bagian pembinaan mereka pada bidang sosial pemberdayaan.
Pelaksanaan program didasarkan pada analisis prioritas tujuan, yaitu dengan pertimbangan kapabilitas
SDM, keterjangkauan, jarak lokasi, kemampuan keuangan (materi) dan waktu yang berhubungan
dengan penerima manfaat beastudi Indonesia. Program akan diawali dengan aktivitas sederhana,
tetapi tidak meninggalkan proses pembinaan peningkatan kapasitas mahasiswa maupun kontribusi
nyata yang dapat dirasakan oleh masyarakat.
b.2. Transformasi Menuju Desa Produktif
SDP merupakan perkembangan awal Desa Produktif (Despro) yang saat ini mulai memiliki
alur konsistensi tujuan dan output program yang lebih terukur. Sedikit mengungkap perjalanan
Despro, bahwa program kontribusi mahasiswa penerima Beastudi Etos ini diawali dengan nama
Kampung Produktif. Tahun 2009, kampung produktif ini menjadi awal berdirinya SDP, tetapi
program ini bersifat proyek atau insidental. Pengajuan program dilakukan dengan skema kompetisi,
dimana tim yang mengajukan program kreatif yang disetujui untuk dilaksanakan programnya. Dengan
demikian, program ini dibatasi waktu dan belum memiliki aspek sustainability yang kuat.
Dinamika substansi program kampung produktif mengalami perubahan yaitu menempatkan
pola pembinaan pada aktivitas ini. Dengan demikian, sebagai program yang berkelanjutan, maka
tahun 2011 berubah menjadi Sekolah Desa Produktif (SDP) yang menjadikan program ini sebagai
bagian dari program pembinaan bidang sosial bagi penerima Beastudi Etos. Program ini memang
menitikberatkan pada aspek keberlanjutan manfaat di masyarakat, tetapi sebagai program yang dapat
dikatakan baru masih mencari bentuk yang sesuai, efektif dan efisien tanpa mengesampingkan
manfaat bagi stakeholder terlibat. Walaupun demikian, memang secara infrasruktur masih belum
memadai sebagai upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Semangat SDP diawali program melalui sekolah guna mengembangkan kualitas dan potensi
masyarakat secara umum dalam jangka panjang. Perkembangan SDP menunjukkan tidak semua
daerah memiliki program secara langsung melalui sekolah, dengan kata lain langsung berhubungan
dengan masyarakat. Perkembangan program ini menjadi koreksi pertama untuk mengkaji ulang
relevansi nama program dengan substansi program. Melihat output dari aktivitas program SDP yang
belum semua wilayah menunjukkan hasil optimal, maka terdapat beberapa perubahan, yaitu
infrastruktur internal sebagai kajian strategis program, aktor yang melaksanakan program dan
penguatan sinergi multi stakeholder.
Perubahan yang terjadi di atas dikarenakan pertimbangan tujuan program, yaitu penguatan pada
output program bagi masyarakat dan membangun profil kontributif bagi penerima manfaat Beastudi
Indonesia. Dengan demikian, tahun 2014 diputuskan SDP berubah menjadi Desa Produktif (Despro).
Perubahan terjadi pada aspek penerima program sekaligus pengelola program Despro yang awalnya
hanya bagian pembinaan bidang sosial bagi penerima Beastudi Etos, menjadi pembinaan bagi semua
penerima manfaat program Beastudi Indonesia. Infrastruktur arah program sudah mulai terbentuk,
yaitu adanya rencana strategis dan indikatornya, pola pengukuran program, sistem penguatan
kapasitas tim Despro daerah, skema penguatan jaringan serta memastikan profil SDM penerima
manfaat.

2| Buku Panduan Desa Produktif Beastudi Indonesia


Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
Pergeseran makna Desa Produktif (Despro) digunakan untuk menamai lokasi masyarakat
sasaran. Definisi Despro adalah bagian dari program pembinaan penerima manfaat Beastudi Indonesia
untuk bidang sosial pemberdayaan yang bertujuan untuk revitalisasi desa melalui multi aspek yaitu
aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sosial. Pendekatan tidak berbeda dengan SDP, yaitu
memanfaatkan potensi lingkungan (SDA, SDM, sejarah, makna, keunikan lokasi, dan citra tempat).
Despro tidak hanya mengedepankan prinsip partisipatif dan mandiri, tetapi keberlanjutan serta
manfaat program sehingga pola pemberdayaan masyarakat memiliki nilai kualitas lebih.
Terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam mengoptimalkan hasil atau capaian program
Despro, yaitu peningkatan kapasitas internal tim Despro daerah dan penguatan jaringan. Peningkatan
kapasitas tim Despro daerah menjadi penting karena proses ini akan melahirkan fasilitator yang fasih
dalam pendekatan kepada masyarakat dan pengembangan program pemberdayaan. Penguatan
jaringan setidaknya memiliki dua fungsi, antara lain sebagai bagian dari upaya pertanggungjawaban
program melalui publikasi dan mengajak stakeholder eksternal supaya mendistribusikan sumber daya
mereka kepada penerima manfaat maupun masyarakat secara langsung.
Tujuan utama Despro adalah 2 hal, pertama, memberikan kompetensi kepada penerima
manfaat BI dalam memahami persoalan akar rumput dan mengorganisasikan masyarakat. Kedua,
aktivitas Despro mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara signifikan. Kompetensi yang
dibangun bagi penerima manfaat BI adalah kompetensi social enterpreneurship secara langsung
maupun dengan mendirikan LSM/Yayasan/Komunitas untuk mengembangan masyarakat. Hal ini
membuka peluang bagi penerima manfaat menjadikan aktivitas ini sebagai unit bisnis pribadi.

c. Rencana Intervensi SDP


Program Despro meliputi 4 aspek. Pada dasarnya keempat aspek ini tidak dapat dipisahkan atau
berdiri masing-masing karena keempatnya sangat mungkin saling berkaitan. Pembagian ini hanya
berusaha untuk memudahkan memahami bentuk program yang dilakukan.
c.1. Bidang Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu motor untuk meningkatkan kapasitas masyarakat, baik
melalui pendidikan formal, informal maupun non-formal. Bidang pendidikan dapat dilakukan
berdasar 3 bentuk di atas. Bentuk program dapat berupa pendampingan belajar anak SD/SMP/SMA
dengan materi akademik maupun pembelajaran pengembangan diri. Pendampingan belajar anak di
luar sekolah mengutamakan pengembangan aspek kreativitas anak. Pendidikan informal kepada
masyarakat, seperti pelatihan sulam pita, pengelolaa sampah, membuat makanan olahan, pengentasan
gizi buruk dan training motivasi untuk orang tua/wali akan kesadaran terhadap pendidikan. Tidak lupa
pula, pengembangan kompetensi guru pada sekolah mitra supaya nilai pengembangan pola
pendidikan siswa semakin baik.
c.2. Bidang Ekonomi
Intervensi bidang ekonomi memiliki tolok ukur adanya penghasilan tambahan keluarga yang
diperoleh dari hasil proses pendampingan. Setidaknya terdapat beberapa tahapan yaitu proses
penyadaran terhadap potensi dan kebutuhan mereka; proses pembekalan (peningkatan kapasitas) dan
pendampingan; proses pengembangan (tahap produksi); proses uji kelaikan produk (labeling,
branding, pendaftaran BPOM/PIRT/Label Halal); proses uji coba pemasaran; dan proses pemasaran
produk dan penguatan jaringan. Walaupun demikian, proses ini tidak mutlak harus melalui 5 tahapan
di atas secara urut. Proses awareness building menjadi tahapan yang paling penting karena tahap ini
akan memacu ide dan partisipasi masyarakat.
c.3. Bidang Kesehatan
Intervensi pada bidang kesehatan dapat bersifat dua hal, yaitu preventif dan kuratif. Sifat kuratif
adalah pelayanan kesehatan secara cuma-suma (gratis), dimana hasil dari program ini akan diketahui
bagaimana trend penyakit dan tingkat kesehatan masyarakat. Identifikasi dapat mambantu

3| Buku Panduan Desa Produktif Beastudi Indonesia


Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
menentukan bentuk program tindak lanjut maupun program preventif untuk mengurangi dan
menanggulangi trend penyakit yang ada di lingkungan masyarakat. Bentuk program preventif melalui
sosialisasi dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan. Bentuk
program preventif seperti penyuluhan kesehatan, gizi buruk, sanitasi maupun dengan model
kampanye kesehatan (campaign) menggunakan poster.
c.4. Bidang Sosial
Institusi sosial masyarakat menjadi bekal dalam pengembangan community based resource
management (CBRM), dimana metode ini akan digunakan untuk meningkakan kualitas hidup
masyarakat berbasis potensi yang mereka miliki. Bentuk kegiatan berupa bergabung bersama
masyarakat dalam forum-forum sosial warga, optimalisasi forum warga dalam proses internalisasi
nilai maupun pencapaian target pemberdayaan, memberikan pemahaman nilai-nilai Islam bagi
masyarakat, membangun kedekatan emosional dengan warga melalui forum kultural warga dan
menyiapkan tokoh pemberdayaan lokal (community organizer lokal).

d. Struktur dan Pengelolaan


d.1. Struktur Desa Produktif

Manajer Komunitas

Supervisor
Pembinaan Bidang
Sosial

Pendamping Bidang Koord. Despro Fasilitator Despro


Sosial Etos

Koordinator Daerah
SDP

Adminkeu
PIC Program

PIC Program PIC Program PIC Program PIC Program


Pendidikan Kesehatan Ekonomi Sosial

d.2. Job Desc. Tim SDP Daerah


 Mengawal proses pelaksanaan program Desa Produktif.
 Merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi Despro di daerah masing-masing.
 Melaporkan perkembangan pelaksanaan Despro secara periodik sesuai sistematika yang ada.
 Melakukan proses kerjasama dengan pihak lain untuk optimalisasi capaian Despro
 Membangun, memonitoring dan mengevaluasi komunikasi yang baik dengan tim Despro

4| Buku Panduan Desa Produktif Beastudi Indonesia


Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
pusat, tim Despro daerah dan masyarakat sasaran.
 Membangun, menciptakan dan mengawal komunikasi maupun mempublikasikan program
Despro kepada pihak eksternal
 Optimalisasi potensi kemandirian finansial daerah.
 Membangun komunikasi dan sinergi dengan program-program Beastudi Indonesia dan
Dompet Dhuafa
d.2. Hak Tim SDP Daerah
 Support pembiayaan atas program
 Pendampingan oleh Tim Despro pusat
 Konsultasi dan koordinasi terkait konsep program Despro daerah

II. MIMPI DESA PRODUKTIF


a. Visi dan Misi
Sebuah program yang memiliki tujuan jelas dengan mengedepankan output program, Despro
memiliki visi dan misi guna menjaga alur keberlangsungan program.
 Visi
Membangun Generasi Kontributif dalam Mewujudkan Masyarakat Mandiri yang Unggul dan
Berdaya
 Misi
Menciptakan Generasi Peduli untuk Masyarakat Mandiri yang Unggul dan Berdaya
 Tujuan Utama
Mengembangkan wilayah dengan mengedepankan potensi lokal yang dimotori oleh
partisipasi masyarakat yang difasilitasi oleh mahasiswa, dimana mampu memberikan manfaat
secara signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat

b. Kurikulum Despro (Pembinaan Profil Kontributif)


Tahun Aspek Point
1. Memahami pemberdayaan masyarakat secara teoritis
Tahu Apa
2. Mengetahui pola pendekatan pemberdayaan masyarakat
1. Mampu Membuat Analisis Dasar Kondisi Masyarakat
Bisa Apa
2. Mampu Menyusun Program Pendampingan Masyarakat
1. Peka
Tahun I

2. Empati
Prilaku Seperti Apa
3. Probono/Berbagi
4. Suka Menolong
1. Training
2. Penugasan membaca Buku
Metode 3. Pendampingan Program Sosial
4. Coaching
5. Kunjungan Kelembagaan

5| Buku Panduan Desa Produktif Beastudi Indonesia


Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
1. Teori dan Strategi Pemberdayaan Masyarakat (Pola PRA)
2. Social mapping, penyusunan grand design dan aktivitas program
(Pola SLA)
Materi (Materi bersifat
3. Community Organizer
hierarki)
4. Penguatan dan pengembangan Jaringan
5. Kajian pengukur keberhasilan program (LFA)
6. PAIKEM
1. Aktif dalam kegiatan sosial (aktif dalam proses pendampingan
Indikator Keberhasilan
minimal 10 kali)
Cara Mengukur 1. Rilis Kegiatan sosial yang diikuti
(Evaluasi) 2. Daftar kontrol dari pendamping etos bidang sosial pemberdayaan
1. Memahami Demografi Sosial Masyarakat
2. Membangun Jaringan
Tahu Apa
3. Mampu Mengimplementasikan Program Pemberdayaan
Masyarakat
1. Mampu Aktif dan Mengorganisasikan Masyarakat
Bisa Apa
2. Memiliki jaringan
1. Peka
2. Empati
Prilaku Seperti Apa
3. Probono/Berbagi
4. Suka Menolong
1. Training
2. Penugasan membaca Buku
Tahun II

Metode 3. Pendampingan Program Sosial


4. Coaching
5. Kunjungan Kelembagaan
1. Manajemen pemagku kepentingan (manajemen jaringan)2.
Materi (Materi bersifat Identifikasi potensi dan resiko dalam program3. Kebijakan
hierarki) pembangunan masyarakat4. Materi kontekstual kebutuhan daerah (3
x pertemuan)
1. Melakukan kegiatan sosial terstruktur
2. Mempunyai database jaringan
Indikator Keberhasilan
3. Aktif dalam kegiatan sosial (aktif dalam proses pendampingan
minimal 15 kali)
1. Rilis kegiatan sosial yang diikuti
Cara Mengukur
2. Daftar jaringan tokoh/ institusi (nama, TTL, alamat, institusi,
(Evaluasi)
jabatan/posisi, no telepon, email, pin BB)
1. Memahami Antropologi
Tahu Apa 2. Memahami pola dan perencanaan rekayasa sosial
Tahun III

3. Memahami aktivitas social entrepreneur

1. Mampu mengelola program sosial pemberdayaan


Bisa Apa 2. Mampu mengoptimalkan jaringan program sosial pemberdayaan
3. Memahami pola menyusun perencanaan social entrepreneur

6| Buku Panduan Desa Produktif Beastudi Indonesia


Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
1. Peka
2. Empati
Prilaku Seperti Apa 3. Probono/Berbagi
4. Suka Menolong
5. Jiwa Kedermawanan Sosial (Aspek Ekonomi)
1. Training
2. Penugasan membaca Buku
Metode 3. Pendampingan Program Sosial
4. Coaching
5. Kunjungan Kelembagaan
1. Pembangunan budaya sosial masyarakat
2. Pendidikan dan pengembangan manusia
Materi (Materi bersifat 3. Tata kelola dan penguatan Civil Society (example: NGO, Social
hierarki) Entrepreneur, Lembaga Sosial Lokal/Institusi Sosial
Mandiri/Koperasi)
4. Materi kontekstual kebutuhan daerah (3 x pertemuan)
1. Memiliki keterlibatan dalam pengelolaan daerah binaan
2. Bekerja sama dengan jaringan yang dimiliki sesuai dengan jalur
Indikator Keberhasilan kompetensi
3. Aktif dalam kegiatan sosial (aktif dalam proses pendampingan
minimal 7 kali)
1. Rilis kegiatan sosial yang diikuti
Cara Mengukur 2. Daftar jaringan tokoh/ institusi (nama, TTL, alamat, institusi,
(Evaluasi) jabatan/posisi, no telepon, email, pin BB)
3. Data penyusunan kaji dampak keberlangsungan program sosial

c. Rencana Strategis
No Kategori Daerah Definisi Capaian Masyarakat/Komunitas
Sasaran
1 Wilayah proses inisiasi Program masih pada tahap awal 1. Mulai adanya komunikasi intensif
secara substantif, dimana program dengan masyarakat/komunitas sasaran
berfungsi sebagai upaya 2. Mulai adanya kegiatan sosial bersama
pendekatan kepada masyarakat. masyarakat/komunitas sasaran
Program dimaksudkan memberikan 3. Masyarakat/komunitas sasaran mulai
ruang pengalaman kepada terlibat dalam implementasi program
masyarakat terhadap pengetahuan 4. Kegiatan berlangsung secara simultan
dan pengalaman yang baru. 5. Mulai memiliki CO lokal
6. Batasan waktu berproses selama 2 tahun
2 Wilayah proses Wilayah dengan keberjalanan 1. Komunikasi dan kegiatan bersama
pendampingan dan program dengan kategori baik dan masyarakat/komunitas sasaran berjalan
penguatan mampu memberikan secara rutin
kebermanfaatan secara nyata 2. Masyarakat/komunitas sasaran terlibat
kepada masyarakat, walaupun tidak aktif dalam proses program
seluruhnya secara langsung. Tahap 3. Memiliki fokus program berbasis
ini adalah langkah awal dalam masyarakat/komunitas sasaran
mengembangkan potensi lokal 4. Memiliki output program (fisik maupun
dengan melibatkan partisipasi imaterial/jasa)

7| Buku Panduan Desa Produktif Beastudi Indonesia


Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
masyarakat. 5. Fokus program dan perencanaan
program bersifat berkelanjutan
6. Memiliki CO lokal yang menginisiasi
beberapa program (share authorized)
7. Memiliki jaringan kerjasama dalam
pengembangan program (min. 1 jaringan
eksternal)
8. Batasan waktu berproses selama 3 tahun
3 Wilayah proses Wilayah dengan keberjalanan 1. Partisipasi masyarakat/komunitas
pengembangan dan program dengan kategori stabil sasaran menjadi titik poin utama dalam
kemandirian dengan dimotori oleh partisipasi pelaksanaan program (komunikasi,
masyarakat. Hasil program mulai perencanaan, implementasi, monev)
dirasakan secara langsung oleh 2. Memiliki produk program (output) yang
masyarakat secara signifikan. Titik mulai dikelola secara swadaya (sendiri)
tekan pada fase ini adalah
3. Produk program memiliki dampak
masyarakat mampu mandiri dalam
signifikan dalam peningkatan kualitas
mengelola potensi lokal mereka.
hidup masyarakat/komunitas sasaran
4. Program bersifat berkelanjutan dan
progresif
5. CO lokal menjadi motor utama
penggerak aktivitas masyarakat/komunitas
sasaran
6. Memiliki jaringan kerjasama dalam
pengembangan program (lebih dari 2
jaringan eksternal) yang bersifat
berkelanjutan
7. Batasan waktu berproses selama 5 tahun

d. Logo Despro
d.1. Gambar dan Nama Logo

Api Cawan Kehidupan


Gambar cawan yang menjaga
api semangat kepedulian
generasi muda dalam
menjaga kehidupan dan nilai-
nilainya. Kehidupan masa
depan generasi peduli untuk
masyarakat, bangsa dan
negara.

8| Buku Panduan Desa Produktif Beastudi Indonesia


Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
d.2. Makna Logo Desa Produktif
 Daun hijau tua adalah simbol kehidupan yang memiliki banyak manfaat, selalu
berkembang dan penuh dengan dinamika. Artinya dalam proses pembelajaran
kehidupan diharapkan akan terus berkembang dengan segala tantangan yang ada,
mampu berkontribusi dan menanamkan nilai-nilai kepedulian. Warna hijau
menunjukkan karakter warna Dompet Dhuafa.
 Api dan sumber api melengkung ke bawah berwarna merah merupakan simbol
cahaya dan semangat yang terus menyala serta keoptimisan menggerakkan
kehidupan. Simbol api diartikan sebagai semangat generasi muda (penerima manfaat
BI) dalam berperan dan berkontribusi. Sumber api melengkung ke bawah bermakna
peran generasi muda secara nyata kepada masyarakat sebagai upaya meningkatkan
kualitas hidup masyarakat.
 Dua lingkaran berwarna orange bermakna sebagai simbol ikatan seluruh elemen
masyarakat secara luas. Lingkaran besar menunjukkan lingkup masyarakat
berbangsa dan bernegara. Lingkaran kecil melambangkan lingkungan masyarakat
akar rumput dengan segala potensi dan karakteristik kelokalannya. Warna orange
menjadi simbol kemasyarakatan yang bersahabat dan menjunjung nilai-nilai yang
kuat.

e. Grand Design Program

Peningkatan Pembentukan dan Peningkatan


AWARENESS
Penguatan Kapasitas
BUILDING Partisipasi Kapasitas SDM
Kelembagaan

SDP Peningkatan Perluasan Jaringan Pelengkapan


Kualitas Hidup Sarana Pendukung

III. SEKOLAH PEMBERDAYAAN


a. Sekolah Pemberdayaan
Desa Produktif (Despro) menjadi salah satu media pengembangan kapasitas generasi muda
dalam memahami masalah bangsa yang langsung bersinggungan dengan masyarakat akar rumput.
Dengan demikian, diperlukan persepsi yang sama tentang pengelolaan Despro yaitu dapat
menciptakan ruang belajar dan kontribusi bagi mahasiswa, serta peluang peningkatan kualitas
hidup masyarakat. Penguatan kapasitas mahasiswa sebagai community organizer menjadi salah
satu upaya mendistribusikan power kepada masyarakat marjinal. Tujuan sekolah pemberdayaan
ini antara lain peningkatan kapasitas generasi muda dalam hal kepedulian, pemberdayaan dan
program sosial; mengawal dan membina karakter kepemimpinan generasi muda bangsa dalam
berkontribusi pada masyarakat; dan menciptakan manfaat nyata bagi masyarakat secara langsung.

9| Buku Panduan Desa Produktif Beastudi Indonesia


Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
b. Rencana Program Pembinaan Profil Kontributif
No Materi Keterangan Materi Strategi Kemampuan yang Pemateri (bersifat Keterangan
Penyampaian diharapkan opsional)
TAHUN 1
1 Filantropi sosial dan 1. Pemahaman mengenai 1. Diskusi 1. Mampu membangun 1. Praktisi/aktivis Dalam tahun I, materi ini dilakukan
semangat kontribusi kedemawanan sosial (filantropi empati, kepedulian dan penggerak bidang sosial sebanyak 2 kali. Harapannya, dapat
(dilakukan 2 sosial, volunterism, probono semangat kontribusi menjadikan masukan bagi Etoser
kali/tahun) publico) untuk mengembangkan jiwa
2. Mendatangkan 2. Akademisi/Dosen
kepedulian sosial mereka. Tidak
tokoh inspiratif (Dosen pembangunan
hanya tergerak untuk kegiatan
sosial/kesejahteraan
SDP, tetapi kontribusi secara
sosial)
umum.
3. Kunjungan kepada 3. Tokoh masyarakat
tokoh/daerah inspiratif yang aktif dalam kegiatan
sosial

2 Teori dan strategi 1. Definisi dan teori pemberdayaan 1. Diskusi 1. Mengetahui dan 1. Akademisi/Dosen
pemberdayaan 2. Metode pendekatan kepada memahami pemberdayaan (Dosen pembangunan
masyarakat secara teoritis sosial/kesejahteraan
sosial)
2. Penyampaian 2. Mampu 2. Praktisi LSM/NGO
materi mengimplementasikan pada (prioritas bidang
lokasi sasaran Despro pemberdayaan
masyarakat)
3. Partisipasi pada
seminar atau training
eksternal

3 Training kompetensi 1. Materi disesuaikan dengan 1. Diskusi 1. Meningkatkan 1. Praktisi/aktivis Pelatihan disesuaikan dengan
pendampingan kebutuhan tim di daerah kemampuan dalam penggerak bidang sosial kebutuhan di daerah. Contoh
program (dilakukan 2 2. Materi disesuaikan dengan pendampingan program (LSM, Sekolah Alam, pelatihan: Pembelajaran Aktif
kali/tahun) program di daerah UMKM, Wirausahawan) Kreatif Efektif dan Menyenangkan
(PAIKEM); branding dan
2. Pelatihan/training 2. Memberikan 2. Kunjungan LSM, marketing; story telling, ToT Ice
pengetahuan dan Sekolah alam, Desa breaking; penyusunan pustaka
pemahaman untuk wisata, wirausahawan dasar (untuk taman
memperkuat program baca/perpustakaan); dll
3. Kunjungan
kelembagaan (outing
training)

10 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
4 Penguatan dan 1. Metode komunikasi eksternal 1. Diskusi 1. Mampu mengembangkan 1.Markom/Public Jaringan yang ingin dikuatkan
pengembangan media jaringan Relation perusahaan/ yaitu pada penguatan publikasi,
Jaringan 2. Metode fund rising (komunikasi LSM support finansial dan
jaringan dengan 2. Materi 2. Memiliki variasi jaringan 2. Praktisi lembaga Civil pendampingan fasilitator
perusahaan/NGO/doonatur/dsb) (penguatan program) Society (CS) bidang CSR
3. Metode penyusunan proposal 3. Simulasi
dan audiensi/lobby dengan pihak
eksternal
TAHUN 2
5 Manajemen pemangku 1. Memahami definisi pemangku 1. Diskusi 1. Memahami cara 1. LSM/praktisi yang Materi adalah materi lanjutan dari
kepentingan dan kepentingan2. Strategi dalam mengelola pihak yang bergerak pada bidang materi no (4), bertujuan tidak
jaringan menyinergikan pemangku terlibat dalam program pemberdayaan atau CSR hanya membangun, tetapi juga
kepentingan yang terlibat pada bagaimana memperlakukan
2. Penyampaian 2. Akademisi/Dosen
program jaringan supaya dapat bertahan dan
materi (pembangunan
berkelanjutan
sosial/kesejahteraan
sosial)
3. Kunjungan
kelembagaan (outing
training)

6 Identifikasi potensi 1. Strategi pengoptimalisasi 1. Diskusi 1. Mampu mengidentifikasi 1. Akademisi/Dosen Materi ini tidak hanya dapat
dan pengukuran potensi dan meminimalisir resiko potensi secara detail (Dosen pembangunan digunakan untuk program
keberhasilan program program sosial/kesejahteraan pemberdayaan, tetapi program
2. Metode umum pengukuran sosial) pembinaan dan aktivitas kampus,
program pendampingan 2. Materi 2. Mampu mengoptimalkan 2. Praktisi LSM/NGO sehingga sangat signifikan untuk
masyarakat potensi daerah (prioritas bidang memberikan data detail terkait
pemberdayaan segala aktivitas program etoser
masyarakat)
3. Simulasi 3. Memiliki pengetahuan
untuk merencanakan
pengukuran dalam
mengevaluasi program

11 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
7 Kunjungan 1. Materi disesuaikan dengan 1. Diskusi 1. Mampu mengembangkan Lembaga: LSM, Sekolah Kunjungan kelembagaan
kelembagaan kebutuhan program di daerah jaringan Alam, Media, Desa diharapkan mampu memberikan
2. Kunjungan kelembagaan dapat Wisata, Kelompok gambaran terkait dengan studi
dilakukan di beberapa pihak, UMKM (Usaha banding program. Materi dan
misalnya LSM, sekolah unggulan, Menengah, Kecil dan lembaga yang dituju disesuaikan
desa wisata atau komunitas Mikro), Komunitas dengan kebutuhan penguatan
"spesifik" program.
2. Observasi/simulasi/ 2. Mampu meningkatkan
praktek kompetensi sesuai
kebutuhan program di
daerah
3. Memiliki gambaran
terhadap pengelolaan dan
keberlanjutan program

8 Kebijakan UU Desa 1. Materi mengenai UU Desa (UU 1. Diskusi 1. Memiliki pengetahuan 1. Kepala desa (yang Berfungsi sebagai upaya sinergi,
Tahun 2014 No.06) mengenai UU Desa telah penguatan program dan tahapan
2. Pengalaman implementasi UU mengimplementasikan awal dalam partisipasi pengawasan
Desa di wilayah perdesaan program UU Desa) (controling) implementasi
2. Penyampaian 2. Mampu menyinergikan 2. Akademisi/Dosen kebijakan UU Desa
materi UU Desa dengan program (Dosen pembangunan
yang tengah dilakukan sosial/kesejahteraan
sosial)

9 Pembinaan oleh tokoh 1. Materi mengenai aktivitas 1. Diskusi 1. Memiliki gambaran 1. Tokoh masyarakat Diharapkan mampu menginspirasi
pemberdayaan- kontributif2. Materi membangun nyata program sosial yang yang aktif dalam kegiatan dan mendapatkan gambaran
sociopreneur program sosial3. Materi tentang ada di masyarakat sosial (penggerak tahapan nyata dalam aktivitas
tahapan dalam mengelola aktivitas sosial) kontribusi
pendampingan program kepada 2. Simulasi 2. Mampu membangun
masyarakat jaringan
3. Kunjungan (outing
training)

10 Pelatihan fokus 1. Metode memahami dan 1. Diskusi 1. Mampu menentukan 1. Praktisi/Fasilitator Pengembangan program harus
program menentukan fokus program fokus program pemberdayaan memiliki karakteristik unik dan
2. Metode menguatkan fokus masyarakat dari kefokusan, sehingga ada nilai
program NGO/LSM kekhususan produk (menarik untuk
3. Materi disesuaikan dengan 2. Simulasi 2. Mampu untuk pasar)
kefokusan program di daerah menguatkan fokus program

TAHUN 3

12 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
11 Pembangunan budaya 1. Memahami masyarakat pada 1. Diskusi 1. Mengetahui masyarakat 1. Akademisi
sosial masyarakat sudut pandang etnografi atau secara utuh sebagai (Pembangunan Sosial,
antropologi kesatuan yang bersifat Kesejahteraan Sosial,
2. Memanfaatkan potensi multi aspek Sosiologi, Antropologi)
immaterial yang berupa potensi
sosial, budaya dan gaya hidup 2. Materi 2. Mampu
mengoptimalakan potensi
budaya-sosial dalam
pembangunan masyarakat

12 Tata kelola dan 1. Peraturan pemerintah atau per- 1. Diskusi 1. Mampu mengetahui 1. Praktisi dari LSM/NGO
penguatan Civil UU di Indonesia yang mengatur regulasi pendirian dan
Society (example: keberadaan dan pendirian civil keberadaan lembaga CS
NGO, Social society (CS)
2. Materi 2. Memiliki kompetensi
Entrepreneur, 2. Mekanisme pendirian lembaga
dalam membangun
Lembaga Sosial yang berbasis CS
lembaga CS
Lokal/Institusi Sosial 3. Good governance pada lembaga
Mandiri/Koperasi) CS

13 Kunjungan 1. Materi disesuaikan dengan 1. Diskusi 1. Mampu mengembangkan Lembaga: LSM, Sekolah Kunjungan kelembagaan
kelembagaan kebutuhan program di daerah jaringan Alam, Media, Desa Wisata, diharapkan mampu memberikan
2. Kunjungan kelembagaan dapat Kelompok UMKM (Usaha gambaran terkait dengan studi
dilakukan di beberapa pihak, Menengah, Kecil dan banding program. Materi dan
misalnya LSM, sekolah unggulan, Mikro), Komunitas lembaga yang dituju disesuaikan
desa wisata atau komunitas "spesifik" dengan kebutuhan penguatan
2. Observasi/simulasi/ 2. Mampu meningkatkan program.
praktek kompetensi sesuai
kebutuhan program di
daerah
3. Memiliki gambaran
terhadap pengelolaan dan
keberlanjutan program

14 Pendidikan dan 1. Pendidikan kemasyarakatan 1. Diskusi 1. Mengetahui pola-pola 1. Akademisi


pengembangan secara umum pendidikan kemasyarakatan (Pembangunan Sosial,
manusia 2. Strategi-strategi pendidikan Kesejahteraan Sosial,
masyarakat (evidence based Sosiologi, Antropologi)
approach) 2. Materi 2. Mengetahui bentuk-
bentuk pendidikan
kemasyarakatan

13 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
15 Pembinaan oleh tokoh 1. Materi mengenai aktivitas 1. Diskusi 1. Memiliki gambaran 1. Tokoh masyarakat yang Diharapkan mampu
pemberdayaan- kontributif nyata program sosial yang aktif dalam kegiatan sosial- menginspirasi dan mendapatkan
sociopreneur 2. Materi membangun program ada di masyarakat entrepreneur (penggerak gambaran tahapan nyata dalam
sosial aktivitas wirausahawan aktivitas kontribusi
3. Materi tentang tahapan dalam sosial)
mengelola pendampingan program
kepada masyarakat 2. Simulasi 2. Mampu membangun
jaringan
3. Kunjungan (outing
training)

16 Pengukuran dan 1. Metode pengukuran program 1. Diskusi 1. Memiliki pengetahuan 1. Akademisi/Dosen Materi mengenai metode
penilaian program pendampingan masyarakat untuk merencanakan (Dosen pembangunan mengukur program SDP-Despro
SDP-Despro (konteks SDP) pengukuran dalam sosial/kesejahteraan sosial)
mengevaluasi program
2. Materi 2. Mampu melakukan 2. Praktisi LSM/NGO
pengukuran ketercapaian (prioritas bidang
program SDP di daerah pemberdayaan masyarakat)

3. Simulasi

14 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
c. Bentuk Program Berbasis Indikator MDGs
Penyesuaian Indikator Indikator SDP Alternatif Program Bentuk Indikator Capaian
Capaian SDP Program Bentuk Program
EKONOMI
Peningkatan Pengeluaran rumah Penguatan dan inovasi Inovasi Jenis usaha yang
pengeluaran rumah tangga per bulan produksi potensi lokal produksi dilakukan
tangga
Peningkatan Pengeluaran rumah Penguatan inovasi Inovasi Variasi jenis output
pengeluaran rumah tangga per bulan packaging dan labelling produksi produk
tangga
Peningkatan Pengeluaran rumah Penguatan inovasi Inovasi Peningkatan nilai jual
pengeluaran rumah tangga per bulan packaging dan labelling produksi (packaging and labelling)
tangga
Peningkatan Pengeluaran rumah Penguatan inovasi Inovasi Kompilasi produk dengan
pengeluaran rumah tangga per bulan packaging dan labelling produksi potensi lain
tangga
Peningkatan Pengeluaran rumah Penguatan inovasi Inovasi Tingkat nilai jual produk
pengeluaran rumah tangga per bulan packaging dan labelling produksi
tangga
Peningkatan Peningkatan penghasilan Pembentukan kelompok Pembentukan Pemahaman masyarakat
penghasilan tambahan dari nominal penghasilan UKM pengelolaan kelompok terhadap kelompok
masyarakat potensi lokal
Peningkatan Peningkatan penghasilan Pembentukan kelompok Pembentukan Kesadaran masyarakat
penghasilan tambahan dari nominal penghasilan pengelola sumber air kelompok akan pentingnya sebuah
masyarakat bersih di lingkungan kelompok
desa
Peningkatan Peningkatan penghasilan Pembentukan kelompok Pembentukan Terbentuk dan
penghasilan tambahan dari nominal penghasilan pengelola sumber air kelompok tersusunnya
masyarakat bersih di lingkungan kepengurusan kelompok
desa
Peningkatan Peningkatan penghasilan Pembentukan kelompok Pembentukan Kelengkapan instrumen
penghasilan tambahan dari nominal penghasilan pengelola sumber air kelompok dan tools kelembagaan
masyarakat bersih di lingkungan (secara administratif)
desa
Peningkatan Peningkatan penghasilan Penguatan pengelolaan Penguatan Peningkatan ketrampilan
penghasilan tambahan dari sektor produktif kelompok kapasitas masyarakat
masyarakat sekunder/tambahan (kelembagaan) kelompok
Peningkatan Peningkatan penghasilan Penyuluhan caregiving Penguatan Variasi program
penghasilan tambahan dari sektor produktif bagi lansia kapasitas peningkatan kapasitas
masyarakat sekunder/tambahan kelompok
Peningkatan Peningkatan penghasilan Pelatihan pengelolaan Penguatan Tingkat dukungan modal
penghasilan tambahan dari sektor produktif sampah rumah tangga kapasitas
masyarakat sekunder/tambahan kelompok
Peningkatan Peningkatan penghasilan Pelatihan pengelolaan Penguatan Peningkatan kapasitas
penghasilan tambahan dari sektor produktif pemanfaatan sampah kapasitas usaha kelompok
masyarakat sekunder/tambahan rumah tangga kelompok
Peningkatan Peningkatan penghasilan Penguatan kapasitas Penguatan Peningkatan kemampuan
penghasilan tambahan dari sektor produktif masyarakat dalam kapasitas kreatif pengembangan
masyarakat sekunder/tambahan pengelolaan kelompok usaha
kelembagaan pelestari
alam
Peningkatan Peningkatan penghasilan Penguatan kapasitas Penguatan Peningkatan penghasilan
penghasilan tambahan dari sektor produktif masyarakat dalam kapasitas berbasis kelompok
masyarakat sekunder/tambahan upaya pelestarian kelompok masyarakat
sumber air masyarakat

15 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
KESEHATAN
Penurunan angka anak Penurunan persentase Pemberian makanan Charity Tingkat kebermanfaatan
penderita gizi kurang anak kurang gizi maupun tambahan bagi anak dan program bagi masyarakat
dan gizi buruk gizi buruk ibu hamil
Kemudahan akses Adanya pelayanan Aksi Layanan Sehat Charity Kesesuaian program
pelayanan kesehatan kesehatan yang mudah (ALS) dengan kebutuhan
diakses masyarakat
Peningkatan Kemudahan masyarakat Upaya mendekatkan Charity Nilai keberlanjutan
aksesibilitas air bersih dalam mengakses air sumber air bersih program
bersih dengan masyarakat
Peningkatan Kemudahan masyarakat Upaya menyediakan Charity Tujuan program yang
aksesibilitas air bersih dalam mengakses air sanitasi yang layak bagi bersifat charity
bersih masyarakat
Penurunan angka Penurunan angka Penyuluhan kesehatan Pembinaan
kematian anak kematian bayi anak dan
pendampingan
Penurunan angka Penurunan angka Penyuluhan kesehatan Pembinaan
kematian ibu kematian ibu melahirkan ibu hamil dan
melahirkan pendampingan
Penurunan angka Rendahnya angka Kegiatan senam Penguatan Peningkatan pemahaman
penderita sakit pesakitan (warga yang bersama kapasitas masyarakat tentang
menderita sakit) individu kualitas hidup (bidang
kesehatan, ekonomi,
sosial, pendidikan dan
lingkungan)
Penurunan angka Rendahnya angka Penyuluhan bahan Penguatan Peningkatan frekuensi
penderita sakit pesakitan (warga yang makanan sehat kapasitas aktivitas bersama dengan
menderita sakit) individu masyarakat
Penurunan angka Rendahnya angka Penyuluhan pola makan Penguatan Kesadaran masyarakat
penderita sakit pesakitan (warga yang sehat kapasitas dalam beraktivitas sosial
menderita sakit) individu (membangung desa)
Penurunan angka Rendahnya angka Sosialisasi hidup sehat Penguatan Peningkatan jumlah
penderita sakit pesakitan (warga yang kepada anak (aktivitas kapasitas warga produktif
menderita sakit) permainan, kreasi dan individu
seni)
Pengelolaan sampah Adanya pola pengelolaan Penyuluhan mengenai Penguatan Tingkat pengelolaan
dan pemanfaatan sampah rumah tangga pola hidup bersih di kapasitas kelompok atau usaha
sampah rumah tangga lingkungan rumah individu masyarakat
tangga
Peningkatan Adanya sistem sanitasi Penyuluhan berkaitan Penguatan Pengembangan
aksesibilitas sanitasi yang layak bagi dengan sanitasi sehat kapasitas community based sebagai
yang layak masyarakat individu sumber pembelajaran
masyarakat
Peningkatan Adanya sistem sanitasi Penguatan kapasitas Penguatan
aksesibilitas sanitasi yang layak bagi masyarakat dalam kapasitas
yang layak masyarakat pengelolaan sistem kelompok
sanitasi
Peningkatan Adanya sistem sanitasi Training motivasi Penguatan
aksesibilitas sanitasi yang layak bagi kepada anak kapasitas
yang layak masyarakat individu
Peningkatan Adanya sistem sanitasi Training motivasi Penguatan
aksesibilitas sanitasi yang layak bagi kepada orang tua/wali kapasitas
yang layak masyarakat siswa individu
PENDIDIKAN
Penurunan angka putus Penurunan angka putus Pemberian beasiswa Charity Keterkaitan program
sekolah sekolah SD/MI atau kepada siswa SD charity dengan program
SMP/MTs produktif

16 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
Penurunan angka buta Peningkatan angka Pendirian rumah Charity Dampak pelaksanaan
huruf melek huruf baca/perpustakaan program
komunitas
Peningkatan partisipasi Jumlah anak siswa Pembinaan siswa SD Pembinaan Variasi model pembinaan
SD atau SMP (jumlah SD/MI atau SMP/MTs dan
anak yang sekolah (prosentase anak aktif pendampingan
SD/MI atau SMP/MTs) sekolah dengan anak
yang putus sekolah
tingkat SD/MI atau
SMP/MTs)
Peningkatan partisipasi Jumlah anak siswa Pendampingan belajar Pembinaan Kecakapan atau
SD atau SMP (jumlah SD/MI atau SMP/MTs kreatif dan ketrampilan yang dimiliki
anak yang sekolah (prosentase anak aktif pendampingan obyek sasaran (output)
SD/MI atau SMP/MTs) sekolah dengan anak
yang putus sekolah
tingkat SD/MI atau
SMP/MTs)
Peningkatan partisipasi Jumlah anak siswa Penyediaan ruang Pembinaan Peningkatan motivasi
SD atau SMP (jumlah SD/MI atau SMP/MTs belajar di luar sekolah dan (KBM)
anak yang sekolah (prosentase anak aktif pendampingan
SD/MI atau SMP/MTs) sekolah dengan anak
yang putus sekolah
tingkat SD/MI atau
SMP/MTs)
Peningkatan partisipasi Jumlah anak siswa Pendampingan kepada Pembinaan Peningkatan nilai
SD atau SMP (jumlah SD/MI atau SMP/MTs guru untuk dan akademik siswa
anak yang sekolah (prosentase anak aktif pembelajaran kreatif pendampingan
SD/MI atau SMP/MTs) sekolah dengan anak
yang putus sekolah
tingkat SD/MI atau
SMP/MTs)
Peningkatan partisipasi Jumlah anak siswa Pendampingan Pembinaan Peningkatan kreativitas
SD atau SMP (jumlah SD/MI atau SMP/MTs membaca dan menulis dan mengajar untuk guru
anak yang sekolah (prosentase anak aktif pendampingan
SD/MI atau SMP/MTs) sekolah dengan anak
yang putus sekolah
tingkat SD/MI atau
SMP/MTs)
Peningkatan partisipasi Jumlah anak siswa Pendampingan Pembinaan Peningkatan literasi minat
SD atau SMP (jumlah SD/MI atau SMP/MTs membaca dan menulis dan baca dan menulis
anak yang sekolah (prosentase anak aktif pendampingan
SD/MI atau SMP/MTs) sekolah dengan anak
yang putus sekolah
tingkat SD/MI atau
SMP/MTs)
Peningkatan partisipasi Jumlah anak siswa Pendampingan Pembinaan Variasi output fisik hasil
SD atau SMP (jumlah SD/MI atau SMP/MTs membaca dan menulis dan pembinaan dan
anak yang sekolah (prosentase anak aktif pendampingan pendampingan
SD/MI atau SMP/MTs) sekolah dengan anak
yang putus sekolah
tingkat SD/MI atau
SMP/MTs)
Pengelolaan sampah Peningkatan pemahaman Penyuluhan kepada Penguatan
dan pemanfaatan sadar lingkungan masyarakat mengenai kapasitas
sampah rumah tangga kebersihan lingkungan individu
(isu global warming)

17 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
Pengelolaan sampah Peningkatan pemahaman Kampanye hidup bersih Penguatan
dan pemanfaatan sadar lingkungan kapasitas
sampah rumah tangga individu
Pengelolaan sampah Peningkatan pemahaman Bersih desa bersama Penguatan
dan pemanfaatan sadar lingkungan kapasitas
sampah rumah tangga individu
Pengelolaan sampah Peningkatan pemahaman Perlombaan kebersihan Penguatan
dan pemanfaatan sadar lingkungan rumah (5R) kapasitas
sampah rumah tangga individu
SOSIAL
Peningkatan partisipasi Munculnya kelembagaan Inisiasi institusi sosial Pembinaan Adanya lembaga sosial
berbasis gender sosial lokal (sosial, berbasis masyarakat dan masyarakat yang
(pengembangan ekonomi, keagamaan dan pendampingan dibentuk/direvitaslisasi
kelembagaan sosial kesehatan)
(kelompok laki-laki dan
perempuan))
Memiliki relasi atau Memiliki hubungan Memiliki hubungan Penguatan Jumlah jaringan media
hubungan kerjasama kerjasama antara kerjasama dengan jaringan
dengan masyarakat dengan lembaga eksternal desa
lembaga/organisasi lembaga eksternal
eksternal (NGO,
sekolah, yayasan,
UKM, dll)
Memiliki relasi atau Memiliki hubungan Pembentukan jaringan Penguatan Jumlah jaringan
hubungan kerjasama kerjasama antara dan pasar (marketing) jaringan kontributor
dengan masyarakat dengan
lembaga/organisasi lembaga eksternal
eksternal (NGO,
sekolah, yayasan,
UKM, dll)
Memiliki relasi atau Memiliki hubungan Penyusunan media Penguatan Tingkat relasi dengan
hubungan kerjasama kerjasama antara publikasi jaringan pihak pendukung
dengan masyarakat dengan (kontributor dan media)
lembaga/organisasi lembaga eksternal
eksternal (NGO,
sekolah, yayasan,
UKM, dll)
Memiliki relasi atau Memiliki hubungan Melakukan kunjungan/ Penguatan Bentuk kemitraan yang
hubungan kerjasama kerjasama antara silaturahim bersama jaringan dibangun
dengan masyarakat dengan warga
lembaga/organisasi lembaga eksternal
eksternal (NGO,
sekolah, yayasan,
UKM, dll)
Memiliki relasi atau Memiliki hubungan Melakukan kunjungan Penguatan Variasi media publikasi
hubungan kerjasama kerjasama antara kelembagaan jaringan (poster, website, grup
dengan masyarakat dengan komunitas jejaring sosial,
lembaga/organisasi lembaga eksternal media massa, dll)
eksternal (NGO,
sekolah, yayasan,
UKM, dll)
Adanya tenaga Memiliki kader Pelatihan tenaga Penguatan
kesehatan masyarakat kesehatan (tenaga kesehatan masyarakat kapasitas
sukarelawan kesehatan) individu
Penurunan tingkat Peningkatan jumlah Pelatihan ketrampilan Penguatan
pengangguran di warga yang lebih produktif kapasitas
wilayah sasaran produktif individu

18 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
Pengelolaan sampah Adanya pola pengelolaan Pemanfaatan sampah Penguatan Tingkat pengelolaan
dan pemanfaatan sampah lingkungan rumah tangga kapasitas kelompok atau usaha
sampah rumah tangga masyarakat kelompok masyarakat
Pengelolaan sampah Adanya pola pengelolaan Pengembangan sistem Penguatan Pengembangan
dan pemanfaatan sampah lingkungan pengelolaan sampah kapasitas community based sebagai
sampah rumah tangga masyarakat rumah tangga kelompok sumber pembelajaran
masyarakat

d. Langkah Strategis Peningkatan Partisipasi Despro


1. Pelibatan di semua level tahapan program
 Perencanaan
 Pelaksanaan
 Evaluasi dan Monitoring
2. Melakukan pendekatan secara kultural dan struktural
 Bangun pola komunikasi yang baik
 Mengikuti forum-forum kultural warga
 Melakukan proses koordinasi dengan aparat desa
 Optimalisasi forum sosial warga sebagai basis penguatan pemahaman substansi
intervensi
3. Pembuatan Alur Intervensi yang sistematis dan terukur
 Perhatikan kondisi sosio struktur warga
 Petakan potensi konflik masyarakat
 Susun program sesuai kebutuhan dan target intervensi
4. Penguatan jaringan dan komunikasi eksternal
 Membangun jaringan dengan pihak eksternal dalam konteks eksternal
 Melakukan komunikasi eksternal sebagai penguatan program

IV. Identifikasi Wilayah (Area Assessment)


a. Analisis Masalah
Tahap analisis masalah ini akan melihat masalah berdasarka latar belakangnya, yaitu 4 bidang
besar, pendidikan, ekonomi, kesehatan dan sosial. Kajian aktivitas SDP yang dilakukan oleh
mahasiswa harus berkaitan dengan masalah 4 bidang di atas, walauapun tidak harus
seluruhnya harus dilakukan secara bersamaan. Keterjangkauan program dari 4 bidang
tersebut, antara lain:
Bidang Pendidikan
- Masalah motivasi terhadap pendidikan
- Masalah putus sekolah
- Masalah buta aksara
- Masalah sekolah marjinal
- Masalah aksesibilitas sekolah
- Pengembangan pendidikan informal
- Pengembangan pendidika non-formal
Bidang Kesehatan
- Masalah kesehatan individu
- Masalah kesehatan keluarga
- Masalah gizi buruk
- Masalah kesehatan lingkungan (misalnya: endemi penyakit, sanitasi dan sampah)

19 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
Bidang Sosial
- Masalah rendahnya partisipasi warga
- Masalah aksesibilitas warga dengan pihak eksternal
- Masalah rendahnya aktivitas kelompok sosal masyarakat
Bidang Ekonomi
- Masalah berhubungan dengan penghasilan
- Masalah berhubungan dengan pekerjaan (tingkat pengagguran)

b. Analisis Prioritas Penetuan Lokasi SDP


Penentuan lokasi SDP merupakan titik awal yang penting, dimana beberapa kriteria
penetuannya didasarkan pada beberapa poin pertimbangan, yaitu:
a. Kondisi daerah
- Kompleksitas persoalan yang dihadapi wilayah calon sasaran (dilihat dari 4
bidang)
- Kondisi geografis, demografis dan sosiologis
- Identifikasi potensi wilayah
b. Jarak calon lokasi SDP dengan asrama Beastudi Etos daerah
- Jarak calon lokasi SDP tidak lebih dari perjalanan 1 jam dari asrama Beastudi
Etos
c. Keterjangkauan secara akses
- Aksesibilitas untuk menjangkau lokasi mudah (sarana jalan baik dan prasarana
angkutan/transportasi mudah)
- Aksesibilitas relasi dengan masyarakat calon wilayah sasaran
d. Kemampuan finansial
- Fokus kajian yang akan menjadi program awal harus mempertimbangkan
kemampuan finansial yang dimiliki Beastudi Etos

c. Analisis Peran
Analisis peran merupakan langkah perencanaan terakhir untuk menentukan stakeholder yang
akan terlibat, baik secara langsung maupun tidak. Pihak terkait yang berhubungan langsung adalah
masyarakat lokal, sedangkan pihak yang tidak berhubungan secara langsung adalah pihak eksternal.
Pihak eksternal ini dapat memiliki berbagai fungsi, yaitu sebagai fasilitator, trainer, pendamping
maupun donatur, serta sifatnyadapat dalam bentuk lembaga maupun personal.

d. Alur Assessment

TIM SDP (PM BEASTUDI PENYIAPAN FORM Pengambilan Data


ETOS) ASSESSMENT Masyarakat
SASARAN/Komunitas

1. Assm. Awal: Penentuan PENILAIAN HASIL PENGKAJIAN DATA


Lokasi Despro
2. Assm. Periodik:Supporting
ASSESSMENT ASSESSMENT
Draft Program

SEKOLAH
DESA
PENYUSUNAN
PROGRAM (berbasis
SURAT KETERANGAN
MITRA
Improvement Program
Bersama Masuyarakat
PRODUKTIF
masyarakat)

20 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
Penjelasan Bagan Alur Assessment:

1. Tim SDP (PM Beastudi Etos)


Langkah awal proses assessment adalah koordinasi tim SDP untuk menyusun rencana
identifikasi masyarakat/komunitas sasaran. Terdapat dua tujuan yang ingin dicapai dari proses
ini, yaitu jika identifikasi wilayah bagi daerah baru bertujuan menentukan wilayah, sedangkan
bagi daerah yang tengah berjalan bertujuan untuk melihat perkembangan maupun potensi
daerah yang akan berhubungan dengan program.
2. Penyiapan form assessment
Penyiapan instrumen identifikasi wilayah harus dilakukan untuk mempermudah pencatatan
dokumen yang diperlukan.
3. Pengambilan data masyarakat sasaran/komunitas sasaran
Pengambilan data identifikasi masyarakat dilakukan kepada berbagai elemen masyarakat dan
bentuk data yang bervariasi. Elemen masyarakat, meliputi tokoh formal, informal dan
masyarakat umum. Data yang dibutuhkan antara lain data monografi, profil desa maupun data
hasil penelitian lain.
4. Pengkajian data assessment
Data yang telah terkumpul sesuai dengan perencanaan, kemudian dikaji untuk diolah menjadi
satu-kesatuan data yang utuh. Dengan demikian, data akan tersaji secara deskriptif.
5. Penilaian hasil assessment
Hasil data identifikasi secara deskriptif akan dinilai sesuai dengan indikator yang telah
ditentukan. Bagi penentuan daerah baru, penilaian ini menjadi sangat penting dalam
menentukan daerah sasaran.
6. a. Assessment awal: Penentuan lokasi SDP
Penentuan lokasi berdasarkan penilaian hasil assessment wilayah.
b. Assessment periodik: Supporting draft program
Hasil assessment periodik digunakan sebagai pertimbangan menentukan fokus program,
sehingga kebutuhan masyarakat relevan dengan prioritas tujuan program.
7. Penyusunan program (berbasis masyarakat)
Penilaian hasil assessment menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun program. Hasil
draft program ini menjadi bahan diskusi dengan masyarakat/komunitas sasaran untuk
mendapat masukan sebelum proses improvement program dilakukan.
8. Surat keterangan mitra
Surat keterangan mitra digunakan sebagai dokumen pendukung bahwa terjalin kerjasama
dengan masyarakat dalam program pembinaan dan fasilitasi aktivitas sosial masyarakat.
9. Improvement program bersama masyarakat
Pelaksanaan program sosial pemberdayaan masyarakat dilakukan oleh penerima manfaat
Beastudi Indonesia. Program ini bersifat sinergi antara tim SDP daerah dengan masyarakat
yang bertujuan mencapai peningkatan kualitas hidup masyarakat, dimana program ini
merupakan bagian dari pola pembinaan mahasiswa penerima manfaat.

21 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
e. Penilaian Hasil Assessment
Form Utama Penilaian Hasil Assessment
No Data Penilaian Nilai
1 Keadaan Demografis* 1 2 3 4 5
2 Keadaan Sosiologis* (interaksi dan 1 2 3 4 5
partispasi)
3 Keadaan Geografis* 1 2 3 4 5
4 Identifikasi Institusi Lokal 1 2 3 4 5
5 Pekerjaan/Matapencaharian Masyarakat 1 2 3 4 5
6 Tingkat Pendidikan 1 2 3 4 5
7 Tingkat Buta Huruf 1 2 3 4 5
8 Potensi Alam (SDA) 1 2 3 4 5
9 Potensi Infrastruktur (aksesibilitas) 1 2 3 4 5
10 Aksesibilitas birokrasi 1 2 3 4 5
11 Identifikasi Musim 1 2 3 4 5
12 Lingkungan Pengelolaan Sampah 1 2 3 4 5
Jumlah penilaian
Metode Penilaian
i. Penilaian numerik: digunakan sebagai skala pengukuran hasil identifikasi daerah sasaran.
Pengukuran ini memang memiliki 2 bentuk metode penilaian yaitu skala tetap dengan
beberapa ketentuan (kuantitatif) dan bersifat subjektif observer (kualitatif). Kedua
pengukuran ini akan dijumlahkan untuk mendapatkan hasil.
ii. Skala penilaian:
a. Nilai 1 : Sangat tidak direkomendasikan
b. Nilai 2 : Tidak direkomendasikan
c. Nilai 3 : Cukup direkomendasikan
d. Nilai 4 : Direkomendasi
e. Nilai 5 : Sangat direkomedasikan
iii. Penilaian kuantitatif tersebut di atas, tidak langsung menentukan pemilihan lokasi SDP,
tetapi akan diputuskan melalui diskusi tim dengan mempertimbangkan beberapa aspek,
yaitu analisis masalah, analisis prioritas penentuan lokasi dan analisis peran.

Penilaian Assessment SDP


Nama Desa : ...................................................
Wilayah SDP : ...................................................
No Data Penilaian Nilai
1 Keadaan Demografis* 1 2 3 4 5 ......
2 Keadaan Sosiologis* (interaksi dan 1 2 3 4 5
partispasi) ......
3 Keadaan Geografis* 1 2 3 4 5 ......
4 Identifikasi Institusi Lokal 1 2 3 4 5 ......
5 Pekerjaan/Matapencaharian Masyarakat 1 2 3 4 5 ......
6 Tingkat Pendidikan 1 2 3 4 5 ......
7 Tingkat Buta Huruf 1 2 3 4 5 ......
8 Potensi Alam (SDA) 1 2 3 4 5 ......

22 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
9 Potensi Infrastruktur (aksesibilitas) 1 2 3 4 5 ......
10 Aksesibilitas birokrasi 1 2 3 4 5 ......
11 Identifikasi Musim 1 2 3 4 5 ......
12 Lingkungan Pengelolaan Sampah 1 2 3 4 5 ......
Jumlah ......

Panduan Matrik Penilaian Assessment SDP


B.1. Bentuk Data
No Data Keterangan
1 Keadaan Demografis* Bersifat Kualitatif
2 Keadaan Sosiologis* (interaksi dan Bersifat Kualitatif
partispasi)
3 Keadaan Geografis* Bersifat Kualitatif
4 Identifikasi Institusi Lokal Dijelaskan di panduan
5 Pekerjaan/Matapencaharian Masyarakat Berdasar Monografi Desa
6 Tingkat Pendidikan Berdasar Monografi Desa
7 Tingkat Buta Huruf Berdasar Monografi Desa
8 Potensi Alam (SDA) Dijelaskan di panduan
9 Potensi Infrastruktur (aksesibilitas) Dijelaskan di panduan
10 Aksesibilitas birokrasi Bersifat Kualitatif
11 Identifikasi Musim Bersifat Kualitatif
12 Lingkungan Pengelolaan Sampah Bersifat Kualitatif

B.2. Penilaian Identifikasi Institusi Sosial


No Data Opsi Indikator Opsi Nilai
1 Identifikasi Institusi Sosial a. Berperan 1. Terdapat institusi sosial lokal yang 1
dimaksud
2. Institusi tersebut aktif
3. Memiliki ruang partisipasi warga
(terbuka)
4. Terdapat unsur kebermanfaatan
(secara langsung atau tidak langsung)
b. Tidak Berperan 1. Terdapat institusi sosial lokal yang 0,5
dimaksud
2.a. Tidak Aktif (tidak perlu
melanjutkan melihat indikator no.3)
2.b. Aktif
3. Tidak mencipta ruang partisipasi
(tertutup)
4. Tidak ada kebermanfaatan
c. Tidak Ada 1. Tidak terdapat institusi sosial lokal 0
2 Penghitungan (Scoring)
a. Total kuantitatif institusi Populasi Lembaga 10
lokal Population 10 - (10 x 20%) = 8
Sampling

23 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
Sample tolerance 8
b. Skala interval Sangat rendah 0-2 1
Rendah 2,1 - 4 2
Rata-rata 4,1 - 6 3
Tinggi 6,1 -8 4
Sangat tinggi >8 5
3 Tahapan penghitungan a. Pengisian Memberi nilai dari jawaban "berperan-
(scoring) jawaban identifikasi tidak berperan-tidak ada"
b. Jumlah seluruh Total hasil penilaian identifikasi
hasil nilai (a) institusi lokal
c. Hasil Dilihat jumlahnya dan disesuaikan
penjumlahan dengan konversi nilai pada skala
dikonversikan pada interval 5 tingkat
skala interval 5
tingkat

B.2. Penilaian Potensi Alam-SDA


No Data Opsi Indikator Opsi Nilai
1 Potensi Alam a. Sektor potensi a. Sawah 1
(bobot 40%; nilai b. Ladang 1
maks.4) c. Kebun 1
d. Ternak 1
b. Jenis potensi Terdapat 11 item jenis, tetapi untuk maks.
(bobot 60 %, nilai prioritas, maka population sampling 8
maks.8) adalah 8
Satu jenis memiliki nilai 1 (@ 1)
c. Nilai produksi* Jumlah hasil panen tiap tahun
Poin ini menjadi pertimbangan
kualitatif untuk pertimbangan akhir
2 Metode penghitungan Rumus

3 Skala interval-hasil Sangat rendah 0 - 20% 1


penghitungan (poin 2)
Rendah 20,01% - 40% 2
dikonversikan (scoring) ke
Rata-rata 40,01% - 60% 3
skala penilaian
Tinggi 60,01% -80% 4
Sangat tinggi > 80% 5

B.3. Penilaian Potensi Infrastruktur


No Data Opsi Indikator Opsi Nilai
1 Potensi Infrastruktur a. Jenis Infrastruktur (bobot Pengambilan sampel @1
30%) maksimal adalah 8 (maks.8)

24 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
b. Aksesibilitas/ Pengambilan sampel @1
keterjangkauan (bobot nilai maksimal adalah 8 (maks.8)
40%)
c. Kondisi/kualitas (bobot nilai Pengambilan sampel @1
30%) maksimal adalah 8 (maks.8)
2 Tahap Penghitungan a. Rumus:

b. Penilaian (skala 5):


Sangat rendah 0-1 1
Rendah 1,01 - 2 2
Rata-rata 2,01 - 3 3
Tinggi 3,01 - 4 4
Sangat tinggi 4,01 - 5 5

V. KAJIAN TEORITIS
a. Sustainable Livelihood Approach (SLA) sebagai Identifikasi Potensi
Pada dasarnya baseline study dimaknai sebagai studi awal hanya mendefinisikan kondisi
'penjelasan sebelum pelaksanaan' untuk penyusunan indikator yang akan digunakan bertujuan menilai
pencapaian hasil dan dampak yang disajikan dalam kerangka logis sebuah program. 1 Bila
dibandingkan dengan kerangka indikator yang sama di beberapa titik selama implementasi (evaluasi
jangka menengah) dan implementasi pasca-implementasi (evaluasi akhir), jadi dapat dikatakan bentuk
penelitian dasar untuk 'sebelum dan sesudah' penilaian atau mengubah dari waktu awal kajian pra-
implementasi ke waktu penilaian. Tanpa data dasar memahami kondisi pra-implementasi untuk
indikator pencapaian dan dampak sulit untuk menentukan apakah perubahan di tahap pencapaian hasil
memang telah terjadi.
Kajian sosial yang dilakukan merupakan upaya memahami masyarakat secara general dan
komprehensif. Dalam penyusunan baseline study akan menggunakan pendekatan penguhidupan yang
berkelanjutan (Sustainable Livelihoods Approach/SLA). Penggunaan pendekatan ini didasari oleh
upaya kajian yang komprehensif dan holistik meliputi berbagai aspek yang ada di masyarakat, baik
hubungan dengan pemerintah atau representasinya dan sektor privat. Di sisi lain dalam memahami
proses yang terjadi di masyarakat, maka akan dilihat pula hubungan kebijakan, budaya, hukum dan
kelembagaan yang berkembang dalam masyarakat tersebut. Dengan demikian, kajian sosial yang akan
disusun diharakan mampu memberikan ruang representasi bagi berbagai stakeholders yang ada di
lingkungan masyarakat kajian. Pengembangan baseline study akan memberikan arahan dan gambaran
mengenai keadaan masyarakat yang sesungguhnya terjadi dan mampu mengakomodir segala karakter

1
“A baseline study simply defines the 'pre-operation exposure' condition for the set of indicators that will be used to
assess achievement of the outcomes and impact expressed in the programme's logical framework. When compared
with the condition of the same indicators at some point during implementation (mid-term evaluation) and post-
operation implementation (final evaluation), the baseline study forms the basis for a 'before and after' assessment or a
'change over time' assessment. Without baseline data to establish pre-operation conditions for outcome and impact
indicators it is difficult to establish whether change at the outcome level has in fact occurred” dalam United Nation
World Food Program. … How to plan a Baseline Study. UN, Roma: Via Cesare Giulio Viola. Hal.5

25 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
masyarakat serta sinergisitas potensi yang ada dengan kebutuhan guna mencapai kehidupan yang
lebih baik.

b. Memahami Sustainable Livelihoods Approach (SLA)


Penjelasan mengenai SLA dalam tahap ini merupakan penjelan teoritis yang digunakan sebagai
guide dalam mengkerangkai aktivitas penyusunan baseline study. Perkembangan persoalan
kemiskinan dan pembangunan yang dihadapi dunia internasional mengakibatkan terjadinya dinamika
pada cara memahaminya. Selain hal tersebut, persoalan-persoalan di atas menyebabkan terjadinya
perkembangan pendekatan untuk memperoleh metode terbaik dalam mengusahakan pemecahan atas
persoalan yang dihadapi. Karakteristik individu dan kelompok masyarakat pada suatu wilayah
memang tidaklah dapat disamakan, sehingga diperlukan assessment untuk memunculkan metode dan
pemahaman yang relevan untuk menyelesaikan persoalan yang ada. Pendekatan yang cukup actual
sekarang ini adalah Sustainable Livelihoods Approah (SLA) 2 atau pendekatan penghidupan yang
berkelanjutan yaitu memunculkan faktor-faktor penting yang mempengaruhi penghidupan seseorang
dan pola hubungan diantaranya. Kerangka kerja pendekatan ini dapat digunakan dalam perencanaan
pengembangan aktivitas dan memperkirakan kontribusi untuk penghidupan yang berkelanjutan
melalui aktivitas tersebut.
Kerangka SLA

Sumber: Benson, et.al, 2007

Pendekatan penghidupan yang berkelanjutan pada dasarnya merupakan cara mengorganisasi


data dan analisis, atau cara pandang kita terhadap intervensi pembangunan. Dengan mengambil
pandangan holistik terhadap program (kebutuhan, fokus dan tujuan), pendekatan ini menyediakan
suatu kerangka kerja dan struktur analisis yang logis, mengidentifikasi kesenjangan dan menjamin
terjadinya jalinan antara berbagai masalah dan kegiatan yang berbeda. Tujuannya adalah untuk
membantu pemangku kepentingan terlibat dalam wacana tentang berbagai faktor yang memengaruhi

2
“The sustainable livelihoods framework presents the main factors that affect people’s livelihoods, and typical
relationships between these. It can be used in both planning new development activities and assessing the contribution
to livelihood sustainability made by existing activities.” dalam Departement For International Development (DFID).
2001. Sustainable Livelihoods Guidance Sheets. London: DFID. Hal.Introduction 2.1

26 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
penghidupan, arti pentingnya yang relatif, dan cara mereka saling berinteraksi serta cara yang paling
efektif dalam mempromosikan penghidupan yang lebih berkelanjutan.3
SLA memiliki beberapa modal (assets) yang dikelompokkan dalam 5 (lima) hal.
Pengelompokan sumber daya modal ini akan menjadi sebuah pentagon yang akan menunjukkan
potensi yang dimiliki seseorang maupun kelompok masyarakat dalam menciptakan penghidupan yang
berkelanjutan. Bentuk pentagon ini sangat mungkin bervariasi dan masing-masing modal memiliki
tingkat yang tidak sama, sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa akan terjadi ketimpangan.
Pentagon yang ideal atau diharapkan adalah memiliki pengukuran yang seimbang. Pengelompokan
modal tersebut antara lain:
1. Modal Manusia (Human Capital)
Human capital dapat dilihat dari kemampuan, pengetahuan, kemampuan untuk bekerja dan
tingkat kesehatan baik secara bersama yang memungkinkan seseorang mengejar perbedaan
strategi penghidupan dan mencapai penghidupan mereka yang layak. Pada lingkup rumah tangga,
human capital ini sebuah faktor jumlah dan kualitas ketersediaan tenaga kerja, seperti ukuran
(besar kecilnya anggota) rumah tangga, tingkat keterampilan, potensi kepemimpinan, status
kesehatan. Human capital ini menjadi sangat penting karena diperlukan untuk mengelola
keempat modal yang lainnya.
2. Modal Sosial (Social Capital)
Masih menjadi perdebatan tersendiri dalam membicacarakan social capital. Pada konteks
SLA, social capital terkait dengan sumber daya sosial yang dapat digunakan seseorang dan
kelompok untuk mencapai penghidupan yang layak. Social capital dapat dilihat dari tiga hal,
pertama, jaringan dan memiliki hubungan, baik vertikal maupun horisontal yang mampu
meningkatkan kepercayaan orang dan kemampuan untuk bekerja bersama serta memperluas
akses pada aspek kelembagaan. Kedua, keanggotaan dalam institusi formal yang memerlukan
loyalitas untuk kesepakatan mutualisme atau biasa diterimanya peran, norma dan sanksi. Ketiga,
hubungan kepercayaan (trust), resiprositas (reciprocity) dan pertukaran (exchanges) yang mampu
memfasilitasi bekerja bersama, mengurangi biaya dan mungkin menyediakan jaringan pengaman
sosial bagi golongan miskin.
3. Modal Sumber Daya Alam (Natural Capital)
Natural capital bagian dari cadangan sumber daya alam yang berhubungan dengan
pelayanan yang digunakan untuk mempertahankan penghidupan. Natural Capital memiliki
variasi yang cukup luas, dari barang public yang tidak terlihat seperti atmosfir dan pengolahan
alam yang digunakan langsung untuk produksi (pohon dan tanah). Dapat dipastikan bahwa
Natural Capital sangat penting untuk menyediakan seluruh atau sebagian penghidupan mereka
dari aktivitas yang berbasis sumebr daya (pertanian, perikanan, berburu di hutan dan menggali
bahan tambang).
4. Modal Fisik (Physical Capital)
Physical Capital terdiri dari infrastruktur dasar yang penghasil barang-barang yang
dibutuhkan untuk mendorong penghidupan. Bagian penting infrastruktur untuk penghidupan
yang berkelanjutan seperti pengadaan transport; tempat perlindungan dan bangunan yang aman;
kecukupan suplai air dan sanitasi; bersih dan ketersediaan energi; serta aksesibilitas informasi
(komunikasi). Banyak ditemukan persoalan kemiskinan dikarenakan infrastruktur dasar yang
kurang memadai, sehingga pemenuhan kebutuhan mereka terganggu.
5. Modal Keuangan (Financial Capital)

3
Benson, Charlotte, John Twigg dan Tiziana Rossetto. 2007. Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko
Bencana: Catatan Panduan bagi Lembaga-Lembaga yang Bergerak dalam Bidang Pembangunan. Yogyakarta: Jaran
Production (Hivos dan CIRCLE Indonesia). Hal.140

27 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
Financial capital memiliki dua sumber utama, yaitu ketersediaan cadangan atau tabungan
dan uang yang diterima secara rutin seperti gaji, remitan dan pensiunan. Financial capital
memiliki fungsi penting karena dapat digunakan untuk memperoleh secara langsung pendapatan,
misalnya saat membeli bahan pangan untuk mengurangi kekurangan pangan. Selain itu, benar
atau salah, financial capital mampu mempengaruhi aspek politik dan dapat membebaskan
seseoarang dari partisipasi dalam suatu organisasi yang diatur dalam kebijakan untuk
memperoleh sumber daya yang diperlukan.
6. Modal Teknologi (Technological Capital)
Technological capital merupakan identifikasi potensi teknologi yang dimiliki masyarakat.
Potensi ini dapat berbentuk teknologi tradisional maupun modern, sehingga teknologi ini mampu
memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat. Tujuan memperhatikan modal teknologi adalah
berusaha untuk mengoptimalkan potensi tersebut dalam menyelesaikan permasalahan dan
pengembangan kualitas masyarakat.
7. Modal Spiritual
Lingkungan kemasyarakatan memiliki berbagai aspek dalam menyusun komuniitas dan
pranata sosial yang mereka pahami menjadi suatu kepantasan. Beberapa aspek yang dimaksud
antara lain, faktor pendukung maupun faktor penguat dalam berperilaku dan faktor keyakinan
atas sebuah aktivitas sosial-budaya. Potensi spiritual ini mampu menggambarkan bagaimana
masyarakat memiliki konsensus bersama dalam mengambil keputusan dan itu mampu
mempengaruhi gaya hidup mereka.

Mitlin menyatakan, ketika mengkaji lebih dalam modal dari penghidupan, hal yang penting
adalah dibangunnya hubungan antar modal-modal tersebut 4 . Secara melengkapi, bukan mengganti,
aksesibilitas, pembagian, merangkaikan dan kecenderungan ketersediaan modal membantu untuk
menentukan strategi yang tepat guna memperkuat pengelompokan modal penghidupan yang layak.
Memperkuat modal penghidupan bisa jadi menghindarkan dari kesulitan seperti strategi
merekonstruksi institusi lokal masyarakat, mengubah hubungan antara masyarakat dan pemerintah
lokal, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan kolektif atau membangun kembali infrastruktur
daerah perdesaan. Modal yang ada memang tidak dapat berdiri sendiri dan harus saling
berkesinambungan supaya mewujudkan bangunan yang kuat dalam menciptakan penghidupan yang
layak.
Selain potensi dan persoalan modal penghidupan yang dimiliki seseorang (internal), masih
terdapat kerentanan yang diakibatkan oleh faktor eksternal. Pengatur perubahan pada konteks
kerentanan adalah hasil aktivitas pada tingkat mengubah stuktur dan proses (Transforming Structures
and Processes). Cara lain dalam mengelola konteks kerentanan untuk menbantu seseorang menjadi
lebih tahan dan lebih baik dapat menghimpun aspek-aspek positif. Hal ini adalah tujuan inti dari
penghidupan yang berkelanjutan, di mana dapat digunakan pula untuk mendukung orang-orang miskin
membangun modal mereka. Kerangka kerja DFID mempunyai kekhasan dalam menyajikan tiga
kategori utama kerentanan eksternal5:

4
Mitlin (2006) menyatakan bahwa “when investigating livelihoods assets, it is important to established the links between
assets. Complementarity, non-substitutability (World Bank and Oxford Press, 2003), access, clustering, sequencing and
trends in availability of assets (scones, 1998) help to determine appropriate strategy strengthening the livelihood assets.
Strengthening livelihood assets may be carried out trough such strategies as reconstruction grassroots organizations,
transforming relationship between the community and local government, developing collective knowledge and skill or
redeveloping urban infrastructure” Dalam Salvestrin, Helen. 2006. Thesis: Sustainable Livelihoods Approach and
Community Development in Practise in Enginering Organisation. University of Technology, Sydney. Hal.34
5
Departement For International Development (DFID). 2001. Sustainable Livelihoods Guidance Sheets. London: DFID.
Hal.Introduction 2.2

28 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
1. Kecenderungan (tren) biasanya jangka panjang dan berskala besar. Contoh-contohnya antara lain
tren dalam jumlah penduduk, perolehan dan penggunaan sumber daya (termasuk konflik
mengenai sumber daya), ekonomi (nasional dan internasional), pemerintahan dan politik,
teknologi dan lingkungan (misalnya, perubahan iklim).
2. Guncangan-guncangan (shock), antara lain gangguan kesehatan manusia (misal, epidemi),
guncangan dari alam (misal, bencana yang dipicu oleh bahaya alam), gejolak-gejolak ekonomi
(misal, perubahan yang pesat dalam nilai tukar), konflik dan gangguan kesehatan terhadap
tanaman/hewan piaraan. Hal tersebut dapat menghancurkan aset secara langsung (misalnya
dalam keadaan banjir dan badai). Guncangan-guncangan ini juga dapat memaksa orang untuk
menjual atau menukar aset mereka sebagai bagian dari strategi pengatasan masalah.
Ketangguhan terhadap guncangan dan tekanan eksternal merupakan faktor yang penting dalam
keberlanjutan penghidupan.
3. Sifat musiman (season shifts) tercermin melalui perubahan harga-harga, produksi, ketersediaan
pangan, peluang kerja dan kesehatan yang tergantung musim. Hal ini adalah beberapa sumber
kesulitan hidup yang terbesar dan yang paling sering dirasakan oleh orang miskin.
Kerentanan-kerntanan eksternal yang berpotensi terjadi di masyarakat ini menujukkan bahwa
upaya atau pemenuhan kebutuhan yang berhubungan dengan sumber daya tidak dapat dianggap
mudah. Modal-modal penghidupan merupakan kunci untuk membangun sebuah keadaan yang
kondusif, sehingga memerlukan upaya yang komprehensif untuk menjaga dan mengembangkan
modal yang ada. Pola-pola pemebrdayaan yang telah dituliskan di atas merupakan salah satu cara
untuk memperkuat modal penghidupan dan mengintegrasikannya sebagai satu kesatuan yang utuh. Di
sinilah diharapkan muncul skema pentagon yang seimbang, sehingga mampu memaksimalkan
fungsinya dalam mencapai kualitas kehidupan yang layak.

c. Konteks dan Variabel


Konteks Komponen variabel Indikator
Kerentanan Goncangan (Shock) Krisis ekonomi
Konflik
Bencana Alam
Krisis Pangan (gagal panen)
Wabah penyakit
Perubahan Iklim
Kecenderungan Pertumbuhan penduduk
(Trend) Perkembangan ekonomi makro
Perkembangan Teknologi
Musim (Seasonality) Harga kebutuhan pangan
Musim : Panen-masa produksi (padi, buah, dll),
musim alam, musim aktivitas sosial, siklus hama
Aset Modal Alam Lahan: sawah, kebun, ladang, lahan kritis/kosong
Penghidupan Hasil potensi alam
(modal) Sumber air: Sungai, kualitas air,sumur dan kualitas
Vegetasi alami: potensial untuk dikembangkan
Modal Manusia Pengeluaran per kapita
Rasio pendidikan dan Angka buta huruf
Angka harapan hidup
Komposisi kependudukan: mortalitas dan natalitas

29 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
Modal Keuangan Ketersediaan: tabungan dan hutang
Rutinitas: gaji, pensiunan dan remitan
Modal Sosial Jumlah anggota (masyarakat dan keluarga)
Tingkat kepercayaan dalam masyarakat
Jenis kelompok sosial (UKM dan sosial masy)
Tingkat partisipasi (decision making)
Tingkat kepercayaan jaringan pendukung
Prosentase penghasilan RT dari remitan
Prosentase pengeluaran untuk kebutuhan sosial
Rasio ketergantungan lansia
Modal Fisik Infrastruktur desa/dusun
Instalasi air bersih
Ruang pertemuan/balai pertemuan
Sekolah (SD, SMP, SMA, PT)
Infrastruktur penghidupan: pasar, warung, toko,dll
Infrastruktur transportasi
Infrastruktur informasi dan komunikasi
Lapangan olah raga
Modal Teknologi Teknologi produktif di desa
Teknologi bersifat sederhana dan modern
Teknologi yang digunakan pemenuhan kebutuhan
Peran teknologi dalam mempengaruhi aktivitas
Modal Spiritual Keyakinan tentang kebenaran atas kebiasaan
Aktivitas budaya/adat
Keyakinan atas pranata sosial
Hubungan pemahaman masyarakat dengan gaya
hidup

VI. Monitoring dan Evaluasi


Proses monitoring dan evaluasi (monev) merupakan upaya pengawasan atas program Despro.
Monev Despro dilakukan dua kali dalam satu kali periode program, yaitu pada semester
pertama dan semster kedua pada tahun terkait. Hasil yang diharapkan dari proses ini adalah
rencana tindak lanjut hasil koreksi monitoring dan pengembangan program dalam penyusunan
program periode tahun berikutnya.
a. Tujuan
 Mengetahui perkembangan program Despro, baik output internal maupun implikasi
eksternal (lokasi Despro)
 Mengetahui perkembangan kapasitas tim Despro dalam pengelolaan program secara
komprehensif
 Mendorong program guna mencapai tujuan peningkatan kualitas hidup masyarakat
 Membangun jaringan, baik dalam hal publikasi maupun transfer knowledge
 Membangun sinergi berbagai stakeholder untuk pengembangan program
 Hasil monitoring program Despro menjadi landasan/rujukan untuk penguatan program
Despro periode kedua tahun bersangkutan

30 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
 Hasil evaluasi komprehensif atas program Despro yang dijadikan pertimbangan
penyusunan program periode tahun berikutnya
b. Target
1. Monitoring Program
 Mengetahui peta realisasi pelaksanaan program terhadap perencanaan program
 Mengetahui permasalahan yang dihadapi selama implementasi program
 Membuat draft rencana strategis Despro daerah
2. Monitoring Tim dan Mitra Program
 Mengetahui dinamika tim Despro
 Mengetahui dinamika relasi dengan masyarakat sasaran dan pihak eksternal
3. Evaluasi Tim dan Mitra Program
 Mengetahui dinamika tim SDP
 Mengetahui dinamika relasi dengan pihak eksternal
 Membuka komunikasi awal terhadap pihak eksternal
4. Pengumpulan Dokumen SDP
 Melengkapi dokumentasi program berupa absensi
 Melengkapi dokumentasi program berupa foto kegiatan
 Melengkapi data penerima manfaat program
 Melengkapi dan penyelesaian UM daerah
c. Sasaran
 Penerima manfaat dan tim Despro daerah Beastudi Indonesia
 Penerima manfaat secara umum
 Manajemen daerah Beastudi Indonesia
 Pihak eksternal: Media, Yayasan, LSM, Pusat Studi/Kajian, Institusi Pemerintah,
Perusahaan
 Masyarakat mitra (lokasi Despro)

d. Bentuk Kegiatan
 Monitoring dan evaluasi program Despro
monev program merupakan upaya pengawasan proses implementasi program Despro
selama periode tahun tertentu. Monev ditujukan pada konten program maupun pihak
yang terlibat dalam prosesnya, baik internal atau eksternal program Despro. Pada
tahap evaluasi ini diharapkan mampu menghimpun data yang berkaitan dengan
program, sehingga dapat dinilai dan menghasilkan rencana tindak lanjut untuk
program periode tahun berikutnya.
 Kunjungan masyarakat
Kunjungan masyarakat dilakukan kepada masyarakat sasaran dengan tujuan
membuka komunikasi untuk peningkatan kerjasama dengan masyarakat mitra. Hal ini
diharapkan mampu meningkatkan pola kerjasama dan kebermanfaatan program.
 Penguatan Jaringan
Penguatan jaringan adalah upaya untuk membuka ruang komunikasi dengan pihak
eksternal, baik media, LSM, Yayasan atau pihak lain yang memiliki nilai pengetahuan
linear. Kegiatan dilakukan melalui kunjungan kepada stakeholder eksternal yang
disesuaikan kondisi SDP daerah. Output yang diharapkan adalah membuka ruang
kerjasama, baik dalam hal pengembangan program di masyarakat maupun
peningkatan kapasitas tim SDP daerah.

31 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
VII. PENGUATAN JARINGAN DAN KOMUNIKASI EKSTERNAL
a. Penguatan Jaringan
Pekerjaan rumah atas terciptanya kesejahteraan masyarakat dan kemajuan bangsa tidak
hanya tugas pemerintah, melainkan masyarakat akar rumput, masyarakat sipil dan sektor privat pun
seharusnya memiliki peran. Ruang bersinergi dengan berbagai masyarakat memiliki pola dan
karakteristik yang bervariasi. Ruang bersinergi dengan masyarakat lokal dengan mengedepankan
aspek kelembagaan sosial biasa disebut dengan community based resource management (CBRM)
dengan tujuan pada peningkatan kualitas hidup masyarakat. Masayarakt dalam hal ini adalah
masyarakat secara kelompok maupun individu. Secara umum peningkatan kualitas inilah yang
menjadi titik utama sebagai tujuan besar dari aktivitas pemberdayaan.
Ruang sinergi dengan pemerintah merupakan ruang kerjasama dalam pola struktur. Hal ini
sangat dimungkinkan dengan adanya program-program pemerintah yang berkaitan dengan
pemberdayaan, seperti PNPM, KUR, PKH dan SP3 dan masih banyak lainnya. Memang secara
umum, program pemerintah selalu mendapat sorotan kurang baik dan masih memiliki lubang di
banyak sisi. Walaupun demikian, sinergi program Despro dengan program pemerintah ini mampu
mengoptimalkan capaian program pemerintah, terutama program berjalan sesuai tujuan dan tepat
sasaran.
Ruang sinergi dengan masyarakat sipil, seperti LSM, yayasan dan komunitas, merupakan
pola kerjasama horisontal karena Despro memiliki latar belakang yang hampir sama. Kerjasama yang
dibangun dapat berupa transfer pengetahuan, share knowledge, pola kunjungan, pelatihan, donasi dan
supporting pembiayaan. Penguatan jaringan dengan lembaga masyarakat sipil diharapkan tetap
membawa tujuan dan karakteristik Despro, atau dengan kata lain sinergi yang dibangun berdasarkan
pada visi dan misi yang linear.
Ruang sinergi dengan privat sektor merupakan ruang sinergi yang paling terbuka lebar dan
memiliki banyak kesempatan. Program Corporate Social Responsibility/CSR (Pertanggungjawaban
Sosial Perusahaan) merupakan isu menarik di Indonesia. Keharusan perusahaan untuk menyisihkan
keuntungan perusahaan untuk aktivitas sosial ini telah diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007, sehingga
pelaksanaannya memiliki konsekuensi. Pengalaman Despro telah bekerjasama dengan beberapa
perusahaan atau derivasi perusahaan, seperti PT Indosat tbk, PT. Minamas, PT Global Liquat
Consulting (GLC), PT. Matahari Department Store, Pertamina Foundation dan Adira Finance.
Peluang membangun kerjasama tidak harus bergantung dengan kebijakan pusat, artinya Despro
daerah mampu membangun kerjasama dengan perusahaan atau sektor privat lain secara mandiri.

b. Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal menjadi salah satu instrumen penting dalam proses sosialisasi
program kepada publik. Tujuan utama dalam proses komunikasi eksternal ialah sebagai upaya
menjaga transparansi dan akuntabilitas terhadap pertanggujawaban atas amanah yang diberikan
kepada lembaga. Perspektif marketing dan komunitasi, komunikasi eksternal menjadi fungsi inspirasi
yaitu upaya untuk memberikan contoh kepada publik untuk melakukan hal yang hampir serupa atau
bahkan sama, dengan titik poin memberikan kebermanfaatan kepada masyarakat. Pada tujuan tingkat
berikutnya, komunikasi eksternal digunakan sebagai upaya penguatan program karena mampu
menarik pihak-pihak eksternal untuk ikut terlibat dalam program penguatan program. Bentuk-bentuk
komunikasi eksternal antara lain:
b.1. Press Release Media
Penulisan press release dilakukan pasca diselenggarakan program maupun event Despro,
baik di daerah maupun di pusat. Bentuk press release ini adalah tulisan berita singkat.
Tulisan berita diharapkan dapat dimuat pada media cetak atau elektronik lingkup

32 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
nasional maupun lokal, setidaknya menjadi berita untuk website Beastudi Indonesia.
Selain bentuk tulisan, program juga diharapkan mampu diliput langsung oleh salah
media elektronik, seperti stasiun televisi.
b.2. Plang Identitas Program
Pemasangan papan nama menjadi salah satu upaya pertanggungjawaban atas program
yang dilakukan. Pemasangan papan nama merupakan menjaga eksistensi program yang
telah dilakukan bersama masyarakat. Berharap bahwa pengembangan program yang
dilakukan di ruang publik dapat terkomunikasi secara massif.
b.3. Penyusunan Laporan Publik
Pola pertanggungjawaban atas program menjadi hal penting dalam menjaga akuntabilitas
dan transparansi. Laporan yang disusun ini merupakan laporan substansi program,
dokumentasi dan penggunaan anggaran zakat yang digunakan.

VIII. FASILITATOR TIM DESA PRODUKTIF


Kompleksitas program Despro dengan keterlibatan semua aktor penerima manfaat Beastudi
Indonesa, masyarakat lokal dan pihak eksternal merupakan tantangan dalam menyinergikan seluruh
elemen tersebut. Titik utama menjaga output program pada masyarakat dalam meningkatkan kualitas
hidup mereka memerlukan strategi efektif dan efisien mengingat mayoritas aktor yang menggerakkan
pemberdayaan ini adalah mahasiswa. Fasilitator diharapkan mampu menyelaraskan elemen program
Despro. Dalam menentukan fasilitator akan memperhatikan beberapa kriteria daerah yang akan
memiliki fasilitator ini. Pertama, daerah Despro dengan improvement baik. Hal ini bertujuan untuk
menjaga ritme perkembagan dan capaian program supaya tetap berkelanjutan memberikan manfaat
bagi masyarakat maupun penerima manfaat BI. Kedua, daerah dengan jumlah aktor (PM BI) yang
variatif karena harus mengkoordinasikan pola aktivitas kontribusi mereka. Ketiga, wilayah penerima
manfaat yang memiliki lebih dari 1 daerah program.
a. Ruang Lingkup Tugas Fasilitator :
1. Mempelajari dan memahami tentang Dompet Dhuafa dan Beastudi Indonesia DD
2. Bersinergi dengan tim Desa Produktif dalam merencanakan pola dan memastikan
pelaksanaan program pembinaan bidang sosial-pemberdayaan melalui sekolah
pemberdayaan bagi penerima manfaat Beastudi Indonesia (Beastudi Etos, Bakti Nusa,
Beasiswa Kemitraan)
3. Mengkoordinasikan pola perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi program
Desa Produktif yang dilaksanakan oleh masing penerima manfaat di Beastudi Indonesia
4. Melakukan proses pendampingan program Desa Produktif dan memastikan proses
implementasi program berjalan, diantara dengan:
a. Membanguun kerjasama dengan pihak desa atau komunitas sasaran terkait (lokasi
program Desa Produktif)
b. Membangun dan menjalin kerjasama dengan pihak eksternal yang memiliki visi
yang relevan dengan visi program
c. Melakukan pembinaan terhadap penerima Beastudi Indonesia
5. Membantu Koordinator Wilayah dan manajemen daerah dalam menyusun laporan
pembinaan bidang sosial-pemberdayaan penerima manfaat Beastudi Indonesia
6. Mengoordinir, memotivasi dan membantu PM Beastudi Indonesia dalam membuat press
release kegiatan program
7. Memastikan laporan periodik (bulanan, semester dan tahunan) pelaksanaan program Desa
Produktif secara tertulis dan dokumentasi kegiatan (form disesuaikan)

33 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
8. Memastikan laporan pengelolaan anggaran dan berkoordinasi dengan pendamping asrama
serta koordinator wilayah
9. Mendampingi dan merespon setiap permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan
program
10. Membantu koordinator wilayah dan manajemen daerah dalam membuat laporan kegiatan
khusus yang dilaksanakan wilayah

b. Persyaratan Fasilitator Desa Produktif:


1. Memiliki visi kontribusi kepada masyarakat
2. Memiliki pengalaman dan aktif dalam organisasi
3. Memiliki pengalaman dalam program pemberdayaan (sosial) di lingkungan
masyarakat
4. Laki-laki/Perempuan
5. Usia 20-25 tahun (masih berstatus mahasiswa lebih diutamakan)
6. Bersedia mengikuti ketentuan sebagai fasilitator Desa Produktif
7. Bersedia mengikat kontrak dan menyelesaikan amanah

IX. DESA PRODUKTIF AWARD


Aktivitas mahasiswa dalam memberdayakan masyarakat merupakan pembelajaran efektif
dan kreatif, di sisi lain tidak mengesampingkan output pada masyarakat yang muncul dari aktivitas
tersebut. Pembelajaran yang terkandung dalam proses pembinaan sosial kemasyarakatan dapat
memberikan implikasi langsung kepada masyarakat, walaupun proses manfaat yang akan dirasakan
masyarakat pun bertahap. Apresiasi atas aktivitas ini menjadi salah satu pendorong supaya hasil kerja
sudah selayaknya dihargai dan meningkatkan semangat kontributif dalam menjaga sustainabilitas
program.
a. Tujuan
 Memberikan penghargaan tim Despro daerah atas hasil aktivitas pemberdayaan sosial dan
pembinaan sosial kemasyarakatan
 Menciptakan suasana kontributif dengan semangat keberlanjutan program pemberdayaan
 Menciptakan media publikasi bagi aktor pemberdayaan, sehingga mampu menginspirasi
pihak lain (mahasiswa dan masyarakat sipil)
 Menjaga dokumentasi data program yang telah dilaksanakan

b. Sasaran
Sasaran Despro Award adalah Despro seluruh wilayah Beastudi Indonesia yaitu pada 13
wilayah penerima manfaat BI, dimana linear dengan jumlah Despro di seluruh Indonesia.
Wilayah Despro meliputi Aceh, Medan, Padang, Jakarta, Bandung, Bogor, Semarang,
Yogyakarta, Surabaya, Malang, Makassar, Samarinda dan Ambon.

c. Jadwal Pelaksanaan
Pelaksanaan program Despro Award diselenggarakan bagi seluruh wilayah Despro Beastudi
Indonesia. Pelaksanaan Despro Award dilakukan satu kali dalam satu periode tahun, dengan
melihat hasil penilaian yang komprehensif. Hasil penilaian berdasarkan proses monitoring,
evaluasi dan kajian program yang telah dilaksanakan dalam satu tahun program.
Pengumuman atas penerima penghargaan Despro dilakukan pada akhir tahun program
dan/atau awal program berikutnya.

34 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
d. Materi Penilaian
Materi penilaian meliputi berbagai aspek proses, dimana tidak hanya melihat output maupun
kuantitas program. Proses penilaian yang komprehensif ini akan menunjukkan bagaimana
konsistensi tim Despro daerah dalam menjalankan proses pembinaan sosial kemasyarakatan
dan aktivitas kontribusi sosial. Materi penilaian meliputi:
1. Indikator Program
Penyelenggaraan aktivitas program ini akan terlihat dari efektivitas pelaksanaan program
Despro yang telah direncanakan. Dengan demikian, penilaian dilihat dari program yang
berhasil dilaksanakan dan program yang tidak dapat dilaksanakan. Perbandingan
program ini akan memunculkan prosentase keberhasilan program. Penilaian ini juga akan
menunjukkan bagaimana proses perencanaan dilakukan secara tepat. Sebagai mekanisme
dokumentasi, pelaporan merupakan skema penting yang meliputi dokumen data program
dan penerima manfaat maupun bukti kegiatan dapat digunakan sebagai referensi data
serta improvement program berikutnya.
2. Indikator Capaian Program
Program yang baik sudah seharusnya memiliki pengukuran capaian yang baik pula,
sehingga aktivitas yang dilakukan memiliki hasil positif dan bermanfaat. Proses
perencanaan menjadi salah satu titik penting dalam melihat capaian program. Dengan
kata lain, bukan hanya penilaian program secara kuantitas, melainkan sisi kualitas
program.
3. Indikator Partisipasi Aktor Internal
Aktivitas tim Despro daerah ini akan cenderung melihat nilai kontributif yang dipahami
oleh tim daerah. Nilai kontributif yang seharusnya dimiliki oleh tim Despro daerah antara
lain nilai antusiasme, kepemilikan (sense of belonging) dan inisiatif. Ketiga nilai ini
diharapkan mampu menjadi modal utama bagi tim Despro daerah bahwa
penyelenggaraan program tidak hanya sekedar bagian dari tanggung jawab pembinaan
sosial kemasyarakatan, melainkan aktivitas pemberdayaan ini pada akhirnya muncul
karena kesadaran kontributif.
4. Indikator Output Program
Capaian program merupakan hasil yang dapat dilihat atau dirasakan atas adanya program
sosial di wilayah Despro. Penilaian capaian program dapat dilihat dari perencaanaan
program yang dikomparasikan dengan capaian yang telah berhasil diraih dari
pelaksanaan program. Keberhasilan capaian tersebut diharapkan mampu memunculkan
output nyata yang bermanfaat bagi masyarakat. Output ini tidak selamanya harus
berbentuk fisk maupun materi, tetapi dapat bersifat immaterial.
5. Indikator Partisipasi Masyarakat (Eksternal)
Hubungan komunikasi dengan pihak ekternal menjadi salah satu penilaian karena dapat
menjadi indikator kreativitas tim Despro daerah dalam menginovasi program. Pola
hubungan dengan pihak eksternal dapat dilakukan berdasarkan sinergi program dengan
masyarakat lokal, komunitas lain, donatur maupun kepentingan publikasi (media).
6. Indikator Penerima Manfaat (Masyarakat)
Masyarakat atau komunitas sasaran sebagai penerima manfaat program Desa Produktif
diharapkan memiliki peran penting dalam keberlangsungan program. Tingkat partisipasi
mereka mengindikasikan bahwa terdapat proses transfer pengetahuan atau pendidikan
kepada masyarakat. Proses inilah yang mampu menjaga keberlangsungan program yang
nantinya akan dikelola secara mandiri oleh masyarakat.

35 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
e. Metode Penilaian
1. Monitoring
Monitoring langsung dilakukan dua kali dalam satu periode program. Monitoring ini
selain digunakan sebagai upaya penguatan program, juga sebagai pendokumentasian
capaian berkala program. Guna memperkuat data monitoring, maka fungsi pengawasan
periodik akan menjadi salah satu instrumen penilaian progres dan capaian program.
2. Evaluasi
Evaluasi dilakukan satu kali dalam satu periode tahun, dimana dilaksanakan pada
menjelang akhir tahun program. Evaluasi ini meliputi aktivitas menyeluruh dari program
yang telah terlaksana, yaitu penilaiannya dilakukan dengan bantuan instrumen evaluasi
yang komprehensif (form monev yang diisi oleh tim Despro daerah).
3. Penyusunan Hasil Evaluasi Daerah
Penyusunan hasil evaluasi di daerah adalah gambaran pelaksanaan program yang diisi
oleh daerah sesuai dengan keadaan yang mereka hadapi. Penyusunan evaluasi daerah ini
akan melibatkan masyarakat sasaran. Dalam penyusunan hasil evaluasi ini akan
memasukkan evaluasi manajemen dengan tim pusat.

f. Bentuk Apresiasi
Sebagai bentuk apresiasi atas upaya aktivitas sosial penerima manfaat BI maka akan
terdapat beberapa stimulan bagi wilayah terbaik, antara lain:

1. Hibah Prestasi
Pada umumnya semua wilayah memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh
apresiasi, namun dalam penentuan Despro teraktif hanya akan diperuntukkan bagi
wilayah Despro terbaik. Hibah atas prestasi kontribusi sosial ini berupa biaya
pengembangan prestasi bidang kontribusi.
2. Publikasi Program
Publikasi program pun pada dasarnya dapat diperuntukkan kepada seluruh program yang
dimiliki Despro, namun publikasi secara lebih massif akan diawali dari wilayah teraktif.
Hal ini diperlukan sebagai media pengenalan mengenai Despro dan dapat digunakan
sebagai pendorong wilayah lain dalam pengembanga program, baik secara internal
maupun dukungan pihak eksternal.

g. Indikator penilaian Despro Award


Indikator Penilaian Indikator Nilai Instrumen penilaian
Indikator Program 1. 0-60% dari rencana program 1 1. Form kontrol
2. 61%-100% dari rencana program 2 2. Form monev
3. > 100% dari rencana program 3 (semester/tahunan)
Indikator Capaian Program 1. pencapaian program 0-30% 1 Matrik capaian program
2. pencapaian program 31%-75% 2 Despro (MDGs Indicator)*
3. pencapaian program > 75% 3
Indikator Penerima Manfaat 1. sifat pasif 1 Data penerima manfaat
2. sifat partisipatif 2
3. sifat sinergis-CO lokal 3
Indikator Output Program 1. Tidak ada output 1 Data komunikasi eksternal

36 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
2. Memiliki output (masih berproses 2
dalam pendampingan)
3. Memiliki output (output sudah 3
mulai mandiri) dan memiliki
kontribusi signifikan dalam
peningkatan kualitas hidup masyarakat
Indikator Partisipasi Aktor 1. Proses pembinaan belum berjalan 1 Data monitoring bulanan
Internal sesuai dengan perencanaan pusat (komunikasi dan
2. Proses pendampingan oleh PM 2 koordinasi)*
Beasiswa berjalan berdasarkan sistem
3. Proses pendampingan tersistem dan 3
bersinergi dengan aktor eksternal
Indikator Partisipasi 1. Partisipasi teknis 1 1. Data sinergi program
Masyarakat masyarakat
2. Partisipasi perencanaan, 2 2. Data sinergi program
implementasi dan evaluasi eksternal
3. Partisipasi pengembangan program 3
secara mandiri
Nb: *(memiliki pola penghitungan kuantitatif penyesuaian)

X. PENUTUP
Pembelajaran untuk pembangunan bangsa ini tidak melihat negara saja yang bertanggung
jawab atas terciptanya kesejahteraan rakyatnya, melainkan perlu multistakeholder dalam
menyelesaikan persoalan tersebut. Langkah kecil yang dilakukan melalui Sekolah Desa Produktif
(SDP) Beastudi Indonesia Dompet Dhuafa merupakan satu wujud nyata kontribusi masyarakat untuk
membangun sinergitas dengan masyarakat lain dalam mewujudkan kesejahteraan. Monitoring dan
evaluasi menjadi salah satu mekaisme kontrol dalam menjaga kualitas pembelajaran dan kemanfaatan
dari proses program SDP yang dilaksanakan.

Disusun oleh, Disetujui oleh,

Eko Sriyanto, S.Sos Arief Hudaya, S.Sos


Supervisor Desa Produktif Manajer Komunitas

37 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
Lampiran 1
Pencatatan Program Rutin
No Program (hari dan tanggal Nama kegiatan Sasaran Pihak telibat Jenis pelaporan Keterangan (jumlah
pelaksanaan) dan Target (dokumentasi, anggaran, evaluasi
Stakeholder Kuantitas laporan tertulis) dan penjelasan)
1 Etoser
Eksternal/Masyarakat: ……….
1. ……………..
2. …………….. ……….
2 Etoser
Eksternal/Masyarakat: ……….
1. ……………..
2. …………….. ……….
3 Etoser
Eksternal/Masyarakat: ……….
1. ……………..
2. …………….. ……….
4 Etoser
Eksternal/Masyarakat: ……….
1. ……………..
2. …………….. ……….

38 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
Lampiran 2
Form Luaran Penerima Manfaat
Bidang Luaran* Realisasi Jumlah Bentuk Keterangan
No Indikator* ada Tidak (kuantitas) keikutsertaan
masyarakat
(sasaran)
Pendidikan 1 Anak yang
dibimbing
2 Anak penerima
beasiswa
3 Fasilitas pendidikan
Perpustakaan/Rumah
baca
Rumah belajar
Fasilitas IT
4 Bantuan
perlengkapan
pendidikan
5 Guru yang
didampingi (SD/TK)
6 Jejaring kerjasama
pendidikan
Ekonomi 1 UKM yang
didampingi
2 Inovasi produk/hasil
Packaging &
labeling
Variasi produk

39 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
3 Pelatihan
kewirausahaan
4 Jejaring pemasaran/
rekanan/distribusi
5 Pembentukan
lembaga
UKM/Koperasi
Kesehatan 1 Peserta pengobatan
gratis/ posyandu
2 Sosialisasi Perilaku
Hidup Bersih-Sehat
Perilaku sehat
Penyuluhan
pengelolaan sampah
Aktivitas senam
bersama
3 Peningkatan
kebersihan
lingkungan
4 Penyediaan fasilitas
publik (terkait
dengan sampah)
5 Skema pengelolaan
sampah (community
base/mandiri)
Sosial 1 Pendampingan
kelompok sosial
2 Kelompok
sosial/agama yang
dibentuk

40 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
3 Pendampingan
kelompok agama
4 Pembangunan
teknologi tepat guna
(berbasis
masyarakat)
5 Partisipasi
masyarakat
Hal perencanaan
Hal pelaksanaan
Pengawasan
Evaluasi
6 Aktivitas bakti sosial
NB: *Indikator luaran ini hanya contoh, tidak menutup kemungkinan untuk berubah atau ditambah maupun dikurangi.

41 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
Lampiran 3
DATA PENERIMA MANFAAT
SEKOLAH DESA PRODUKTIF
Program: ....................................... Tanggal: ........................................
Data Desa Mitra
Data Desa
1 Nama Desa : .......................................................................
2 Alamat Daerah Mitra : .......................................................................
Jalan : .......................................................................
Kelurahan : .......................................................................
Kecamatan : .......................................................................
Kota/Kabupaten, Kode Pos : .......................................................................
Provinsi : .......................................................................
3 Contact Person Desa Mitra/Jabatan : .......................................................................
No. Telepon
4 Kepala Desa : .......................................................................
Alamat : .......................................................................
.......................................................................
No. Telepon/HP : .......................................................................
5 Gambaran Umum Desa
Geografis : .......................................................................

Demografis : .......................................................................

42 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
Sosiologis : .......................................................................

6 Dokumen pendukung a. Monografi Desa


b. Domumentasi
c. Peta Desa
d. ............................
e. ............................
FORM IDENTIFIKASI DAERAH SDP
BEASTUDI INDONESIA DOMPET DHUAFA
Form 1. Identifikasi institusi lokal yang ada di masyarakat
No. Institusi Lokal Aktivitas
1. Tempat ibadah a. berperan b. tidak berperan c. tidak ada
2. Kelompok agama a. berperan b. tidak berperan c. tidak ada
3. Sekolah a. berperan b. tidak berperan c. tidak ada
4. Perkumpulan RT/RW a. berperan b. tidak berperan c. tidak ada
5. Paguyuban a. berperan b. tidak berperan c. tidak ada
6. LSM a. berperan b. tidak berperan c. tidak ada
7. Dasawisma a. berperan b. tidak berperan c. tidak ada

43 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
8. Gotong-royong a. berperan b. tidak berperan c. tidak ada
9. PKK a. berperan b. tidak berperan c. tidak ada
10. Kelompok Tani a. berperan b. tidak berperan c. tidak ada
11. Perpustakaan Komunitas a. berperan b. tidak berperan c. tidak ada
12. ……………………….. a. berperan b. tidak berperan c. tidak ada
13. ……………………….. a. berperan b. tidak berperan c. tidak ada
14. ……………………….. a. berperan b. tidak berperan c. tidak ada
15. ……………………….. a. berperan b. tidak berperan c. tidak ada
Form : tingkat pendidikan, pendapatan perkapita

Form 2. Identifikasi Potensi Alam (Natural Capital)


Sektor Nilai Periode Detail
No. Pertanian Jenis Produksi Panen Bulan Keterangan
1. Sawah a. Padi
b. Jagung
c. Kacang-kacangan
d. Lain-lain:
....................
2. Ladang a. Umbi-umbian
b. Sayuran
c. Lain-lain:
....................
Kebun/
3. Pekarangan a. Buah-buahan:
.............................
.............................
............................
4. Ternak a. Ayam

44 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
b. Itik/bebek
c. Kambing
d. Kerbau
e. Sapi
f. Lain-lain:
............................
............................
............................

Form 3. Identifikasi Infrastruktur dan Fasilitas Desa


No. Jenis Infrastruktur Aksesibilitas Masyarakat Kondisi/ Keterangan
Lokasi/Jarak Alat Akses Kualitas
1. Jalan
2. Bangunan Umum:
Gardu
Pendopo
3. Tempat Ibadah:
Musholla
4. Rumah Sakit:
RS Umum
RS Bersalin
Klinik/BPM
5. Sekolah:
PAUD
TK
SD/sederajat
SMP/sederajat
SMA/sederajat

45 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
Akademi
Perguruan Tinggi
Pondok Pesantren
6. Tempat Sosial
Arena Olahraga
Arena Kesenian
7. Penyedia Kebutuhan
Pasar
Toko
Warung
Kaki lima
8. Badan Keuangan
Koperasi Simpan
Pinjam
Bank
KUD
BMT
Lain-lain

Form 4. Identifikasi Musim


No. Musim Bulan Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Iklim
a. Panas
b. Hujan
2. Pertanian
a. Padi

46 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
b. Jagung
c. Buah-buahan
d. Sayuran
e. Lain-lain:
......................
......................
......................
3. Hubungan dengan
Sungai
a. Banjir
b. Merti Sungai
c. Lain-lain:
......................
......................
......................
4. Penyakit
a. Demam Berdarah
b. Malaria
c. Cacar
d. Diare
e. Lain-lain:
......................
......................
......................
5. Kegiatan Sosial
a. Masa hajatan
Pernikahan
Khitanan
b. Upacara/Ritual Desa

47 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
c. Lain-lain:
......................
......................
......................

Form 5. Lingkungan dan Pengelolaan Sampah


Aktivitas Skema Tempat Keterangan
pembuangan Pembuangan Akhir
sampah RT
Pengelolaan a. Individu a. Bak Penampungan a. Jenis Sampah
Sampah
b. Kelompok b. Sungai ........................................................
........................................................
........................................................
........................................................
........................................................

c. Kolektif c. Timbun b. Volume Sampah


d. Bakar ........................................................
........................................................
........................................................
........................................................
........................................................

e. Diolah c. Periode Pembuangan Akhir


kembali/Daur ulang

48 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
........................................................
........................................................
........................................................
........................................................
........................................................

Penanggungjawab Assessment : ...........................................


Tanggal Assessment : ...........................................

Assesssor: ................................. Koordintor SDP

49 | B u k u P a n d u a n D e s a P r o d u k t i f B e a s t u d i I n d o n e s i a
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa

Anda mungkin juga menyukai