Anda di halaman 1dari 6

KOMUNITAS SAHABAT KOTA Penerapan ESD melalui jalur pendidikan non formal/informal

Komunitas Sahabat Kota (KSK) adalah komunitas pendidikan alternatif yang diperuntukkan bagi kaum muda di kota. Bertempat di Bandung, KSK terbentuk atas keprihatinan pendirinya terhadap kondisi kota yang semakin jauh dari sustainability atau keberlanjutan, baik dari segi lingkungan, sosial maupun kualitas hidup. Dalam dekade terakhir, teramati adanya penurunan kualitas lingkungan hidup yang nyata di kota Bandung. Beberapa contohnya adalah banjir semakin sering, meningkatnya kasus ISPA akibat kualitas udara yang buruk, permasalahan sampah. Peningkatan kriminalitas dan tingkat kecelakaan lalu lintas menyebabkan berkurangnya rasa aman ketika berkegiatan di kota. Ironisnya, kepedulian baik warga kota maupun pemerintah kota terhadap berbagai permasalahan ini masih rendah. Walaupun memiliki berbagai permasalahan, terdapat potensi besar yang dimiliki kota Bandung, yaitu generasi muda. Generasi muda merupakan bagian signifikan dari masyarakat kota Bandung dengan jumlah mereka yang mencapai 30% populasi warga kota. Generasi muda memiliki energi yang besar, juga kebutuhan akan pengakuan serta pengembangan diri. Jika potensi ini diarahkan secara efektif untuk menyasar permasalahan perkotaan, akan sangat banyak perbaikan yang dapat terjadi pada kota. Di sisi lain, generasi muda pun akan memperoleh manfaat dengan terdapatnya wadah untuk mengembangkan kapasitas dan mengaktualisasikan diri secara positif. Untuk dapat mewujudkan potensi tersebut menjadi manfaat yang nyata, generasi muda perlu mengembangkan kesadaran serta kepedulian terhadap berbagai isu sustainability di perkotaan, sehingga motivasi untuk memelihara kota sungguh-sungguh berasal dari dalam diri mereka. Komunitas Sahabat Kota dibuat sebagai wadah berkegiatan yang memungkinkan warga kota khususnya generasi muda mengalami interaksi secara langsung dengan kotanya sendiri. Interaksi tersebut perlu dijaga tetap positif dan aman sehingga tidak menimbulkan trauma atau ketidakpedulian yang lebih besar. Rasa kedekatan yang muncul dari interaksi dan penghayatan terhadap kota diharapkan akan memotivasi generasi muda untuk menjaga serta membangun kotanya sehingga tercipta kota yang nyaman untuk ditinggali semua warganya.

KSK bekerja atas visi sustainable city, sustainable people, atau kota lestari yang ramah bagi semua penduduknya, juga penduduk kota yang aktif menciptakan keberlanjutan bagi kotanya. Sejak kegiatan pertama pada Juli 2007, KSK aktif mengupayakan perwujudan visinya melalui misi: pemberdayaan kaum muda memanfaatkan kota sebagai tempat belajar dan berbagi ilmu menyebarkan ide, informasi dan inspirasi

Beberapa program yang telah dihasilkan KSK adalah: 1. Edukasi Kreatif (untuk anak-anak usia 6-12 tahun), kegiatan edukasi yang dikemas secara menyenangkan dalam bentuk eksplorasi lingkungan kota, pengembangan programnya berbasis pada konsep ESD. Program Edukasi Kreatif memiliki tiga bentuk, yaitu Kunjungan sekolah, Jelajah Kota, dan Kegiatan Liburan. 2. Lingkar Belajar (untuk usia remaja ke atas), kegiatan tukar belajar yang bertujuan meningkatkan kapasitas remaja dan mahasiswa untuk menginisiasi serta menghasilkan perubahan nyata. Berbagai pengetahuan dan informasi dapat dibagi dalam forum ini, termasuk hal-hal yang terkait dengan praktek-praktek sustainable dalam berbagai bidang kehidupan. 3. Program Relawan (untuk usia remaja ke atas), terdiri dari perekrutan dan pelatihan. Suatu cara memfasilitasi kaum muda sehingga dapat berkontribusi positif menciptakan perubahan nyata di kota. Relawan memperoleh pembekalan tentang konsep Sustainable Development dan dasar-dasar ESD, kemudian mempraktekkan konsep tersebut melalui pendampingan adik-adik dalam program Edukasi Kreatif. KSK berkegiatan pada tingkat lokal di kota Bandung, namun juga mengembangkan modul-modul dan media-media edukasi yang dapat digunakan secara terbuka oleh berbagai komunitas pendidikan di kota Bandung maupun kota lain. Beberapa program KSK telah digunakan oleh komunitas di kota Bogor, dan sedang dikembangkan juga oleh komunitas di Yogyakarta. Sasaran program edukasi KSK terdiri dari dua kelompok usia: 1. Anak-anak usia Sekolah Dasar (6-12 tahun), berpartisipasi dalam program edukasi kreatif 2. Remaja dan dewasa muda (17-25 tahun), berpartisipasi sebagai relawan edukasi Hingga saat ini program KSK telah menyentuh lebih dari 2000 anak dari lima sekolah dan komunitas dampingan, 1000 remaja dan mahasiswa yang pernah mengikuti kegiatan tukar belajar, juga sekitar 200 remaja dan mahasiswa yang pernah berkontribusi sebagai relawan.

IMPLEMENTASI PROGRAM
Dalam penerapan program-programnya, Komunitas Sahabat Kota memilih jalur pendidikan non formal, dan menjadi pengayaan serta pelengkap bagi proses pembelajaran formal di sekolah. Strategi pemilihan jalur pendidikan tersebut berdasar pada pertimbangan sebagai berikut: 1. Cakupan program Komunitas Sahabat Kota adalah wilayah kota Bandung, yang telah relatif baik fasilitas pendidikan formalnya, sehingga kami dapat bermitra dengan sekolah untuk meningkatkan/melengkapi proses pembelajaran yang telah ada di sekolah. 2. Usaha mentransformasi pendidikan agar menjadi ESD lebih sulit jika dilakukan melalui jalur formal, karena pendidikan formal memiliki sistem tertentu yang kurang dapat mengakomodasi ESD (beban pelajaran sudah berat, belajar secara terkotak-kotak dalam mata pelajaran, dsb). Sebaliknya jalur non formal/informal memberikan ruang yang lebih luas untuk berkembang. Melalui pendekatan non formal dan bekerja sama dengan institusi formal, diharapkan proses pembelajaran dapatmenyentuh baik anak-anak maupun pendidik mereka, sehingga mereka terpapar secara langsung pada praktek ESD.

Proses pengembangan program di Komunitas Sahabat Kota, khususnya program Edukasi Kreatif, adalah sebagai berikut: 1. Menggali isu-isu sosial yang terdapat di lingkungan kota 2. Memilih isu-isu yang disepakati 3. Mengolah dan mengemas isu tersebut menjadi modul-modul kegiatan 4. Memilih komunitas penerima program (seringkali sekolah) 5. Berkoordinasi dengan komunitas penerima program 6. Persiapan relawan dan persiapan teknis 7. Eksekusi modul dan evaluasi 8. Pengembangan dan penajaman modul.

Untuk pengintegrasian ESD dalam program edukasi komunitas, tema-tema yang dikembangkan dalam modul disesuaikan dengan lingkup ESD seperti pendidikan lingkungan, pendidikan perdamaian, pendidikan HAM, pendidikan multikultur, dan lain sebagainya. Dalam

penyampaiannya, teknis penyelenggaraan kegiatan selalu menekankan lima nilai utama ESD meliputi gambaran tentang masa depan atau envisioning, berpikir kritis dan reflektif, pola pikir sistemik dan holistik, membangun kemitraan, serta kolaboratif dan partisipatif dalam pengambilan keputusan.

Untuk meningkatkan efektivitas dan kemudahan replikasi program, Komunitas Sahabat Kota juga mengembangkan alat-alat peraga pendidikan di antaranya: Film animasi Panduan implementasi modul untuk pendidik Poster Buku cerita Alat-alat permainan sederhana

Perencanaan program dilakukan dalam jangka pendek yaitu rencana tahunan dan program bulanan, karena sifat pendidikan non formal yang lebih fleksibel serta tanggap terhadap perubahan. Dalam pertemuan rutin, kami menganalisis berbagai peluang dan permintaan atas program edukasi komunitas, yang kemudian diseleksi sesuai prioritas komunitas (kesesuaian dengan visi-misi, bobot strategis, kemudahan penyelenggaraan, dan sebagainya). Program juga dikategorisasikan sebagai program subsidi dan non-subsidi tergantung kondisi komunitas sasaran program. Hasil pembahasan dituangkan dalam jadwal program, tema-tema program yang akan diselenggarakan, dan penggiat yang bertanggung jawab terhadap setiap program. Saat merencanakan program, dijabarkan kebutuhan dan mengidentifikasi sumber-sumber yang tersedia untuk pemenuhan kebutuhan tersebut. Sumber daya program terdiri dari sumber daya finansial, dalam bentuk micro-funding atau pembayaran yang dilakukan oleh penerima program non subsidi, juga sumber daya non-finansial dalam bentuk kontribusi dari relawan serta jejaring kerja komunitas. Penyelenggaraan program edukasi komunitas dilakukan oleh tim yang terdiri atas penanggung jawab program dan relawan. Agar prinsip dan nilai-nilai ESD tetap terjaga dalam pelaksanaan program, dilakukan beberapa usaha antara lain: 1. Membuat standarisasi proses belajar dengan modul dan lembar evaluasi pembelajaran 2. Melakukan briefing pada seluruh tim pelaksana, termasuk relawan yang menjadi pendamping. Materi briefing mencakup standar proses belajar dan aturan pelaksanaan yang sesuai prinsip ESD. 3. Pelaksanaan program dikontrol dan dievaluasi oleh penanggung jawab program, yaitu anggota tim pengurus komunitas yang telah mencapai kompetensi tertentu dalam implementasi ESD (telah memperoleh pelatihan tentang ESD, jam terbang tinggi sebagai pelaksana program).

Perancangan program edukasi di Komunitas Sahabat Kota juga mencakup metode untuk evaluasi keberhasilan proses belajar. Untuk setiap aktivitas dalam rangkaian program,

dikembangkan tujuan khusus dan yang indikator keberhasilan dan para

diobservasi oleh

dilaporkan

pendamping (lihat gambar). Selain itu dikembangkan pula format-format lembar kerja yang menjadi sumber data tentang seberapa jauh peserta berhasil memahami konsep atau nilai yang ingin disampaikan dalam program. Evaluasi proses belajar juga disampaikan secara lisan melalui diskusi yang dilakukan tim pelaksana setelah program selesai dijalankan. Adapun evaluasi mengenai kemanfaatan hasil dari program biasanya dilakukan melalui wawancara langsung terhadap orang tua maupun guru peserta didik. Agar orang tua dan peserta didik dapat terlibat melanjutkan proses pembelajaran, dalam setiap program dibuat lembar komunikasi untuk pendidik yang memberikan gambaran tentang isu /tema terkait program, aktivitas yang dilakukan anak, serta aktivitas lanjutan yang dapat dilakukan orang tua dan guru untuk menindaklanjuti proses pembelajaran. Berdasarkan wawancara dengan orang tua dan guru, diketahui adanya perubahan pada anak yang menjadi peserta program Komunitas Sahabat Kota. Beberapa perubahan yang disebutkan antara lain anak menjadi lebih kritis, lebih berani dan mandiri, mampu mengungkapkan pendapat dan lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar. Begitu pula dalam perilaku sehari-hari, telah dilaporkan adanya perubahan perilaku anak yang mengarah pada keberlanjutan, seperti berusaha mengurangi sampah, lebih kritis dalam membeli dan memilih jajanan, serta tumbuhnya kedekatan terhadap alam. Adapun bagi kaum muda peserta program, hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan kepedulian terhadap berbagai isu dan permasalahan yang terkait dengan keberlanjutan program. Setelah mengikuti program Komunitas Sahabat Kota baik sebagai peserta Lingkar Belajar maupun relawan, banyak remaja dan mahasiswa menyatakan bahwa wawasan mereka meningkat dan ingin berbuat lebih banyak lagi untuk kota. Teramati pula tumbuhnya sikap-sikap yang mengarah pada kehidupan yang lebih sustainable seperti lebih menghemat sumber daya, memilih transportasi ramah lingkungan, serta berpartisipasi aktif mewujudkan sustainable development melalui berbagai bidang.

Sebagian besar kaum muda (remaja dan mahasiswa) yang pernah menjadi relawan di Komunitas Sahabat Kota hingga saat ini masih aktif menjadi relawan di berbagai gerakan sosial/lingkungan, bahkan beberapa di antaranya telah berinisiatif mengembangkan gerakan sendiri untuk membantu mewujudkan keberlanjutan pada tingkatan lokal di lingkungan sekitar mereka. Beberapa inisiatif gerakan yang digagas oleh relawan dan peserta program Komunitas Sahabat Kota antara lain: 1. Sepedah Gembira kampanye penggunaan sepeda sebagai sarana transportasi sehari-hari bagi anak-anak dan kaum muda. 2. Bandung Cycle Chic kampanye penggunaan sepeda sebagai sarana trnasportasi khususnya bagi kaum muda perempuan. 3. Garage Sale Sekolah Ibu pemberdayaan perempuan di komunitas orang tua siswa Sekolah Dasar, fundraising melalui pemanfaatan barang bekas untuk membantu biaya sekolah anakanak kurang mampu. 4. Sahabat Kecil komunitas pendidikan alternatif yang menggunakan sebagian program Komunitas Sahabat Kota, berkegiatan di kota Bogor. 5. Jejaring Anak Indonesia program korespondensi (surat-menyurat) antar anak-anak di berbagai daerah di Indonesia, merupakan bentuk pendidikan multicultural untuk meningkatkan pemahaman budaya dan rasa persatuan. Gerakan-gerakan tersebut kemudian berkembang secara mandiri di luar Komunitas Sahabat Kota, walaupun tetap berjejaring dan berkolaborasi dalam berbagai kesempatan. Untuk meningkatkan dampak program kami, saat ini Komunitas Sahabat Kota sedang mengembangkan program kemitraan dengan sekolah, di mana komunitas memberikan program edukasi baik bagi anak-anak maupun peningkatan kapasitas bagi guru, sedangkan sekolah menyediakan sarana/fasilitas yang dibutuhkan untuk menumbuhkan kebiasaan/budaya yang mendukung Sustainable Development. Salah satu contohnya adalah pembudayaan gaya hidup organik dan minim sampah di sekolah. Komunitas Sahabat Kota menyelenggarakan programprogram untuk mengedukasi warga sekolah tentang pengelolaan sampah, sedangkan sekolah menyediakan sarana berupa tempat sampah terpisah atau alat pembuat kompos, juga membuat kebijakan mengenai pengelolaan sampah di sekolah. Dengan pengembangan kemitraan ini diharapkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang diangkat dalam program dapat terinternalisasi lebih dalam baik pada anak-anak maupun warga sekolah pada umumnya, sehingga dampak program terasa hingga ke sekolah serta masyarakat.

Disusun oleh: Kandi Sekarwulan (kordinator utama/pengembang program Komunitas Sahabat Kota)

Anda mungkin juga menyukai