Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pendidikan Masyarakat Volume P-ISSN: 2580-9326E-

5, Nomor 1, Oktober 2020 ISSN: 2580-7714

PERENCANAAN PEMETAAN MUTU SATUAN DAN PROGRAM


PADA PKBM DI JAWA BARAT

Oong Komar¹, Nunu Heryanto², Cucu Sukmana³

Departemen Pendidikan Masyarakat, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas


Pendidikan Indonesia
¹prof.oongkomar@upi.edu, ²nunuheryanto@upi.edu, ³cucusukmana@upi.edu
ABSTRAK
Implementasi program pemetaan mutu satuan PKBM menjawab fakta persoalan yang kerap
terjadi pada setiap lembaga non formal, khususnya adalah permasalahan dalam operasional
kelembagaan. Berdasarkan studi pendahuluan alasan yang kerap muncul dilontarkan oleh
para pengelola PKBM adalah perlunya biaya untuk operasional kelembagaan, kompetensi
pendidik yang belum memahami pendekatan andragogi pada pelaksanaan pembelajaran,
kemudian kepedulian dari pemerintah dalam dunia pendidikan non formal. Melalui kajian
ini, berupaya untuk menciptakan berdasarkan pada analisa kebutuhan masyarakat. Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan mutu satuan dan program PKBM yang
menekankan prinsip pengelolaan program pendidikan masyarakat. Untuk mengungkap data
dan informasi tersebut, maka peneliti menerapkan studi deskriptif dengan pendekatan
kualitatif yaitu mengungkapkan kedalaman data dan informasi berdasarkan rumusan
penelitian serta pertanyaan penelitian yang akan diungkap yaitu bagaimana pengelolaan
pemetaan mutu satuan dan program PKBM? Pada pengelolaan program terbagi kedalam tiga
tahapan yaitu, tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dari ketiga tahapan tersebut
dalam pelaksanaannya selalui diawali dengan menganalisis kebutuhan, lalu menyusun desain
forum yang dianjurkan dengan pengembangan bahan diskusi, kemudian diakhiri evaluasi.
Kata Kunci : konsep pengelolaan, konsep pemetaan mutu, konsep PKBM
ABSTRACT
The implementation of the quality mapping program for PKBM units answers the facts of
problems that often occur in every non-formal institution, in particular, problems in
institutional operations. Based on the preliminary study, the reasons that often emerge raised
by PKBM managers are the need for costs for institutional operations, the competence of
educators who do not understand the andragogical approach to the implementation of
learning, then the concern of the government in the world of non-formal education. Through
this study, trying to create based on the analysis of community needs. This study aims to
describe the quality management of the PKBM units and programs that emphasize the
principles of managing community education programs. To reveal the data and information,
the researcher applied a descriptive study with a qualitative approach, which was to reveal the
depth of data and information based on the research formulation and the research questions to
be revealed, namely how to manage the quality mapping of units and the PKBM program?
Program management is divided into three stages, namely, the planning, implementation, and
evaluation stages. Of the three stages in its implementation, it always begins with analyzing
needs, then compiling a recommended forum design with the development of discussion
materials, then ending with an evaluation.
Keywords : management concept, quality mapping concept, PKBM concept

1
Jurnal Pendidikan Masyarakat Volume P-ISSN: 2580-9326E-
5, Nomor 1, Oktober 2020 ISSN: 2580-7714

PENGANTAR

Pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) Dirintis untuk meningkatkan


kemampuan masyarakat menjunjung tinggi kesawadayaan, gotong royong, dan
partisipasi masyarakat, sehingga menurut Unesco (1998) dalam Mustafa kamil (2009,
hlm. 85) menyatakan bahwa pusat kegiatan belajar masyarakat adalah sebuah
lembaga pendidikan yang diselenggarakan diluar dari pendidikan formal untuk
masyarakat di pedesaan dan perkotaan yang dikelola oleh masyarakat secara langsung
untuk memberdayakan masyarakat, mengembangkan potensi hingga membantu
masyarakat untuk mendapatkan pendidikan, berkaitan dengan hal ini pusat kegiatan
belajar masyarakat adalah sebagai tempat untuk mengembangkan minat dan bakat
dari masyarakat adapun pendapat lain Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
merupakan salah satu satuan Pendidikan Nonformal (PNF) yang secara konseptual
berbasis masayarakat dan dituntut untuk selalu melakukan inovasi-inovasi untuk
melahirkan program-program pemberdayaan masyarakat yang lebih baru, berkarakter
transformatif, dan dapat menjadi best practice dengan tidak meninggalkan
karakteristik kearifan dan keunggulan lokal sebagai added values untuk
mencerdaskan dan sekaligus mensejahterahkan kehidupan masyarakat (Rizka, M.A &
Hardiansyah, R. 2016).
Untuk meningkatkan PKBM sebagai sarana belajar masyarakat, penyedia
informasi, tempat bertukar ilmu pengetahuan, dan tempat sebagai koordinasi dalam
memanfaatkan potensi-potensi yang ada di masyarakat (Sihombing, 1999; Fasli Jalal
& Dedi, 2000), Ditjen PLSP dalam tiga tahun terakhir ini telah memberikan hibah
pada beberapa perguruan tinggi untuk melakukan pendampingan, yaitu membantu
memecahkan masalah-masalah teknis yang dihadapi PKBM baik dalam perencanaan,
pelaksanaan maupun evaluasi penyelenggaraan program pendidikan pada PKBM
dalam artian bahwa hadirnya PKBM dapat memecahkan permasalahan di masyarakat.
Kita dapat memastikan bahwa banyak dari pengelola lembaga pendidikan
masyarakat yang sedikit mengalami kesulitan dan hambatan dalam mengelola
program di lembaga pendidikan. Mengingat apabila ada suatu permasalahan di dalam
lembaga maka akan terganggunya proses pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena itu,
pengelola lembaga pendidikan masyarakat perlu bermediasi dengan pihak-pihak
terkait terutama pemerintah dalam memabantu pengelola dalam menyelesaikan
hambatan tersebut.
Tujuan penting dalam pengembangan PKBM menurut Sihombing dan Gutama
dalam Saepudin, Saepudin, Sadikin, dan Saripah (2016) adalah pertama,
memberdayakat masyarakat agar mampu mandiri (berdaya). Kedua, meningkatkan
kualitas hidup masyarakat baik dari segi sosial maupun ekonomi. Ketiga,
meningkatkan kepekaan terhadap masalah-masalah yang terjadi dilingkungannya
sehingga mampu memecahkan permasalahan tersebut.
Selain menfasilitasi dan memberikan pembelajaran, menurut Sudjana (dalam
Gunartin 1991, hlm. 32) PKBM mempunyai tugas: (a) memberikan pembelajaran
kepada peserta belajar untuk meningkatkan ketrampilan, kemampuan berkomunikasi

2
Jurnal Pendidikan Masyarakat Volume P-ISSN: 2580-9326E-
5, Nomor 1, Oktober 2020 ISSN: 2580-7714

maupun beradaptasi dengan perubahan lingkungan di masa mendatang, serta


kecakapan dalam menyelesaikan permasalahan hidup, (b) pemberdayaan peserta
belajar agar mampu merubah barang yang sudah tidak mempunyai nilai ekonomis
menjadi bernilai guna dan bernilai ekonomis.
Saat ini program pemetaan mutu yang diselenggarakan hanya sebatas mengetahui
perkembangan pada sebuah lembaga pendidikan non formal, mengingat adanya
sebuah pemetaan mutu ini walaupun sudah dilakukan dengan baik, terpantau masih
banyak dari beberapa lembaga yang mengalami kesulitan untuk meningkatkan mutu
pada lembaga pendidikan tersebut. Peran pemerintah dalam membantu lembaga-
lembaga pendidikan masyarakat ini perlu diperhatikan untuk senantuasa bergerak
untuk memberdayakan masyarakat dan juga peran lembaga juga dapat memberikan
akses kepada pendidik di lembaga tersebut untuk meningkatkan kompetensi dalam
pembelajaran di lembaga tersebut.
Bekaitan dengan tujuan dari adanya pendidikan menurut Delors, yang kemudian
dikenal dengan 4 pilarnya pendidikan versi UNESCO (1996) yang harus
mendapatkan perhatian, yaitu : (i) Learning to know, untuk mengetahui; (2) learning
to do, belajar untuk menjadi dirinya; dan (4) learning to live together, belajar untuk
hidup bersama dengan orang lain.
Sementara itu tujuan pendidikan menurut UNDP dalam Human Development
Report 1999 (Dalam Rifai, 2011, No. 51-52) adalah sebagai berikut : (1) Freedom
from discrimination; bebas dari perlakuan diskriminatif, (2) Freedom from fear; bebas
dari rasa ketakutan, (2) Freedom of thought, speech and participate; bebas untuk
berfikir, berbicara dan berpartisipasi, (4) Freedom from want; bebas dari berbagai
keinginan, (5) Freedom to develop and realize, bebas untuk mengembangkan dan
merealisasi, (6) Freedom from injustice and violations; bebas dari tindak
ketidakadilan dan kekerasan, (7) Freedom from undecent work; bebas dari pekerjaan
yang tidak patut. Dari penjelasan tersebut bahwa dalam tujuan pendidikan ini dapat
diselaraskan dengan tujuan dari pendidikan masyarakat.
Berkaitan rendahnya mutu pendidikan menurut Husaini Usman (Dalam Maswan,
2015 hlm. 197) menjelaskan bahwasannya factor rendahnya mutu pendidikan adalah
(1) Kebijakan dalam penyelenggaraan pendidikan masih banyak menerapkan
pendekatan educational production function atau input-input analisis yang tidak
konsisten ; (2) Penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik dan (3)
Peran masyarakat teutama para orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan
masih sangat rendah.
Menurut Depdiknas (2005, hlm. 4) yang menjadi indikator penilaian mutu sekolah,
diadaptasi dari komponenkomponen sekolah berdasarkan standar yang ditetapkan
oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M). Standar yang
menjadi penilaian mutu sekolah terbagi tiga, yaitu: 1) standar input, mencakup aspek
tenaga kependidikan, aspek kesiswaan, aspek sarana dan pembiayaan, 2) standar
proses mencakup, aspek kurikulum dan bahan ajar, aspek PBM, aspek penilaian,
aspek manajemen dan kepemimpinan, 3) standar output, mencakup 2 aspek prestasi
belajar siswa, aspek prestasi pendidik dan kepala sekolah, serta aspek prestasi
sekolah.

3
Jurnal Pendidikan Masyarakat Volume P-ISSN: 2580-9326E-
5, Nomor 1, Oktober 2020 ISSN: 2580-7714

Menurut Hasibuan (2004, hlm. 2) pengelolaan atau manajemen adalah ilmu dan
seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut
Sudjana (2004, hlm. 16-17), pengelolaan atau manajemen adalah kemampuan dan
keterampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan baik bersama orang lain atau
melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi. Implementasi dari pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa dalam pengertian diatas dapat disimpulkan serangkaian
kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan dan
mengembangkan terhadap segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan
sumber daya manusia, sarana dan prasarana secara efisien dan efektif untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dalam menyusun sebuah program pada lembaga perlu adanya perencanaan atau
Planning untuk memberikan arah dalam melaksanakan sebuah program pada lembaga
dan sejalan dengan menurut Menurut Sudjana (2004, hlm. 57), perencanaan adalah
proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan
dilakukan pada waktu yang akan datang. Disebut sistematis karena perencanaan
dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu. Prinsip-prinsip tersebut
mencakup proses pengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan dan teknik secara
ilmiah, serta tindakan atau kegiatan yang terorganisasi dalam artian bahwa
perencanaan adalah sebagai langkah awal dalam merumuskan sebuah program yang
akan dilaksanakan.
Kemudian selanjutnya adalah melakukan sebuah pelaksanaan atau Implementing
atau Actuating Menurut Sudjana (2004, hlm. 146-147), penggerakan atau
pelaksanaan dapat diartikan sebagai upaya pimpinan untuk menggerakkan seseorang
atau kelompok orang yang dipimpin dengan menumbuhkan dorongan atau motif
dalam diri orang-orang yang dipimpin untuk melakukan tugas atau kegiatan yang
diberikan kepadanya sesuai dengan rencana dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Lebih lanjut Sudjana (2004, hlm. 148), mengemukakan beberapa unsur
penggerakan yaitu situasi, upaya menggerakkan, dan kegiatan yang bertujuan. Dari
pelaksanaan tersebut dapat dilakukan beberapa penguatan pada saat pelaksanaan
program pendidikan masyarakat dengan membuat beberapa rancangan kegiatan atau
desain dalam pelaksanaan program di lembaga pendidikan masyarakat, dapat
disimpulkan bahwa untuk pelaksanaan sendiri berkaitan dengan merumuskan teknis
yang akan dilaksanakan pada suatu program.
Selanjutnya adalah melakukan evaluasi atau evaluating Menurut Suharsimi
Arikunto (2004, hlm. 1), evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi
tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Dalam hal ini evaluasi
sangat penting dilakukan setelah melakukan program untuk mengetahui kekurangan
dan kelebihan dari suatu program yang telah dilaksanakan serta untuk memberikan
masukan untuk program yang akan dilaksanakan selanjutnya.
Kemudian perlu juga dilakukan evaluasi kebijakan dalam proses pemetaan mutu,
mengingat kebijakan merupakan salah satu komponen dalam menentukan sistem
prosedur mutu itu sendiri. Evaluasi kebijakan harus dipahami sebagai proses yang
bersifat positif berkaitan dengan penaksiran, pemberian angka, dan penilaian

4
Jurnal Pendidikan Masyarakat Volume P-ISSN: 2580-9326E-
5, Nomor 1, Oktober 2020 ISSN: 2580-7714

mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan, (Akdon, 2007 hlm. 180). Dengan
demikian hasil evaluasi kebijakan akan berujung pada proses analisis kebijakan yang
menurut Dunn terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut; (1) identifikasi masalah,
(2) perumusan masalah, (3) perumusan alternatif, (4) penyusunan kriteria dan metode
pemilihan alternatif, (5) hasil pemilihan alternatif kebijakan, (6) penyusunan
rekomendasi kebijakan, dan (7) rencana implementasi kebijakan.
Berkaitan dengan pengelolaan program pendidikan masyarakat seorang pengelola
perlu mengadopsi teori-teori pengelolaa program untuk diterapkan di dalam
menjalankan lembaga pendidikan masyarakat, saat ini program pendidikan
masyarakat sudah dapat menjalankan apa yang diterapkan pada teori-teori berkaitan
dengan lembaga pendidikan masyarakat, tentunya untuk mengelola sebuah lembaga
dibutuhkan dukungan dan pengalaman dalam mengelola lembaga pendidikan
masyarakat, perihal dukungan dari pihak lain juga sangat diperlukan untuk
menunjang dan membantu pengelola dalam mengelola program pendidikan
masyarakat.
Dari hasil wawancara terdapat beberapa hasil seperti kurangnya pengetahuan dan
pengalaman pendidik dalam pembelajaran dengan warga belajar umum dan berbeda
dengan sekolah formal pada umumnya, kemudian kurangnya biaya operasional
bantuan kepada lembaga dalam meningkatkan fasilitas untuk penunjang adanya
pembelajaran, kemudian hambatan lainnya adalah perhatian pemerintah kepada
kepedulian terhadap pendidikan masyarakat di Indonesia pada umumnya, mengingat
pendidikan non formal ini sangat dibutuhkan oleh Kalangan masyarakat untuk bisa
mendapatkan pendidikan secara layak.
Program pemetaan mutu ini merupakan upaya positif untuk membekali
pengetahuan kepada para pengelola lembaga pendidikan masyarakat dalam
menghadapi hambatan pada saat melaksanaan program. Namun tidak hanya upaya itu
saja, program diskusi ini juga dapat memberikan kegiatan positif kepada pihak
lembaga dan pemerintah untuk bisa memberikan mediasi kepada lembaga pendidikan
non formal untuk bisa meningkatkan program pendidikan masyarakat. Pentingnya
diskusi pemetaan mutu ini untuk meningkatkan program pendidikan masyarakat.
Harapannya melalui program ini wawasan dan keterampilan pengelola mengenai
pemetaan mutu meningkat sehingga hambatan dalam menjalankan sebuah lembaga
pendidikan masyarakat dapat dilaksanakan dengan baik.

METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kualitatif Deskriptif,
dengan mengutamakan pandangan emic, yaitu mementingkan pandangan informan
tanpa paksaan dari peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan
observasi partisipan. Informan penelitian ini adalah 30 orang Pengelola yang
dilakukan dengan mensurvei data melalui media aplikasi. Analisis data dilakukan
melalui beberapa tahap, yaitu : pekerjaan menuliskan, mengedit, mengklasifikasi
data, mereduksi, interprestasi data atau memberi tafsiran

HASIL DAN DISKUSI


Hasil

5
Jurnal Pendidikan Masyarakat Volume P-ISSN: 2580-9326E-
5, Nomor 1, Oktober 2020 ISSN: 2580-7714

Dalam mengembangkan mutu kualitas PKBM pasti dibutuhkan sebuah manajemen


karena manusia memiliki kemampuan yang terbatas. Manajemen atau pengelolaan
adalah kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan, baik
bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi.
Manajemen merupakan kegiatan yang dilakukan bersama dan melalui orang-orang
serta kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Manajemen
meliputi beberapa fungsi, lima fungsi manajemen adalah perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, dan penilaian. Peneliti mengungkap
bahwa hasil dari wawancara adalah sebagai berikut:
1) Kualitas dari pendidik adalah hal yang paling utama dalam menjalankan sebuah
pembelajaran, dalam hal ini banyak dari responden pengelola PKBM yang
mempunyai hambatan tersebut, berkaitan dengan hal tersebut perlu adanya
program pembinaan dan pelatihan kepada pendidik dalam memahami metode
pendekatan andragogi kedalam pembelajaran, mengingat di dalam suatu lembaga
tidak hanya warga belajar yang seusia melainkan dengan usia yang diatas dari
seorang pendidik tersebut, maka dari itu perlu adanya penguatan-penguatan
terhadap pendidik untuk bisa mengembangkan pendekatan andragogi kedalam
pembelajaran.
2) Perlu adanya bantuan operasional dari pemerintah kepada penggiat dan pengelola
lembaga pendidikan masyarakat, dalam hal ini adalah bantuan biaya bagi
masyarakat yang kurang mampu untuk menempuh pendidikan dan bantuan
operasional fasilitas PKBM serta mensosialisasikan adanya pendidikan non formal
kepada masyarakat yang dibarengi dengan memberikan program-program kepada
pengelola dan pendidik untuk meningkatkan mutu pembelajaran di lembaga
pendidikan masyarakat.
3) Adapun dari pendapat tim dosen pendidikan masyarakat yang menyatakan bahwa
ada beberapa model pelatihan yang dapat digunakan dalam meningkatkan mutu
program PKBM serta siklus kerja pengembangan mutu dapat diperhatikan pada
planning, pelaksanaan, evaluasi. Kemudian juga dapat memberikan penguatan-
penguatan dan pelatihan pada pendidik untuk menjalankan pembelajaran dengan
baik. Perlu adanya desain kembali dalam mendukung program pedidikan
masyarakat dengan mengadopsi dari teori humanistic untuk mendukung desain
dalam program pendidikan masyarakat.
4) Kualifikasi pendidik menurut sebaran data kuesinoer adalah 83.3 % berasal dari
jenjang pendidikan S1 dan 16,7 % berasal dari jenjang SMA, dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa dalam kualifikasi untuk pendidik di lembaga pendidikan
masyarakat masih didominasi oleh lulusan S1 dan mengingat standar minimal
untuk menjadi seorang pendidik adalah S1 dan sudah standar pendidikan.
5) Berkaitan dengan jumlah tenaga pendidik di lembaga pendidikan masyarakat
adalah berkisar 87,5 % untuk lebih dari 8 orang pendidik, sedangkah 5% adalah
yang mencapai 5 orang pendidik. Maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwasanya untuk jumlah tenaga pendidik pada lembaga PKBM sesuai dan tidak
ada kekurangan pendidik pada lembaga PKBM tersebut.
6) Kemudian untuk kurikulum yang digunakan pada lembaga PKBM adalah lebih
dominan menggunakan kurikulum 2013 yang dimana mencapai angka 91 % maka

6
Jurnal Pendidikan Masyarakat Volume P-ISSN: 2580-9326E-
5, Nomor 1, Oktober 2020 ISSN: 2580-7714

dari itu banyak dari lembaga PKBM yang menggunakan kurikulum 2013 dalam
melaksanakan pembelajaran di lembaga tersebut.
7) Selanjutnya untuk peserta didik yang mengikuti kegiatan pembelajaran menurut
kisaran angka mencapai 95,8 % dengan presentase murid mencapai lebih dari 20,
dalam hal ini apabila banyaknya murid pada suatu lembaga harus diimbangi
dengan keadaan tenaga pendidik dalam pelaksanaan pembelajaran, mengingat dari
hasil tersebut tenaga pendidik yang mencapai lebih dari 8 orang dan maka dari itu
keadaan pembelajaran dapat seimbang dengan keadaan tenaga pendidik di
lembaga PKBM.
8) Pekerjaan peserta yang telah mengikuti pembelajaran di lembaga pendidikan
adalah berbagai macam diantara lainnya adalah 41.7 % melanjutkan untuk bekerja,
37,5 meniti karir pada kegiatan lainnya dan untuk angka 12.5 % melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi hingga 8,3 % melanjutkan sebagai wirausaha.
9) Proporsi jam pembelajaran lebih banyak yang menerapkan jam teori lebih banyak
dari pada jam praktik dan sementara itu ada juga yang menerapkan jam pelajaran
praktik lebih banyak dari pada jam teori. Maka dari itu untuk proporsi jam
pembelajaran dari tiap lembaga PKBM berbeda-beda tergantung proporsional
yang diterapkan oleh lembaga dan pendidik.
10) Metode pembelajaran yang diterapkan oleh tiap lembaga PKBM adalah lebih
banyak yang menerapkan lebih dari 1 metode, mengingat untuk mempermudah
pendidik dalam menjalankan pembelajaran di kelas dan untuk peralatan yang
tersedia di PKBM adalah 60 % diatas 20 peralatan dan 30,4% mencapai kurang
dari 10 peralatan.
11) Jumlah dana yang tersedia pada setiap lembaga menurut data survei adalah
31.8 % dengan memcapai 50 Juta untuk pendanaan lembaga PKBM dan ada
terdapat mencapai 100 juta untuk pendanaan lembaga PKBM untuk menunjang
keberlangsungan program. Serta mengingat dana ini sebagian besar dari
pemerintah dengan mencapai persentase 78 %, maka dari itu besaran pendanaan
yang diberikan oleh pemerintah untuk menunjang fasilitas dalam lembaga PKBM
tersebut.
12) Jenis penilaian yang diterapkan oleh lembaga PKBM adalah lebih dominan
kepada ujian nasional yang mencapai 73,9% dan beberapa jenis penilaian lain
yakni tugas individual dan ujian tengah semester
Kemudian dari pendapat para narasumber yang dicantumkan, ada bebarapa penguatan
yang disampaikan melalui survei yang dikutip dari responden pengelola PKBM Jawa
barat sebagai berikut :

Tabel 1.Jumlah Kualifikasi Pendidik Pada Lembaga

JKP Jumlah Persen %


S1 24 83,3 %
SMA 6 16,7 %
SMP 0 0

7
Jurnal Pendidikan Masyarakat Volume P-ISSN: 2580-9326E-
5, Nomor 1, Oktober 2020 ISSN: 2580-7714

Total 30
Tabel 2 Jumlah Pendidik
JP Jumlah Persen %
>8 24 87,5 %
5 4 8,3 %
<5 2 4,2 %
Total 24

Tabel 3 Jumlah Pendidik


JKP Jumlah Persen %
>8 24 87,5 %
5 4 8,3 %
<5 2 4,2 %
Total 30

Tabel 4 Kurikulum
K Jumlah Persen %
Kurtilas 25 91,7 %
KTSP 5 8,3 %
Total 30

Tabel 5 Jumlah Peserta Didik


JPD Jumlah Persen %
>8 26 95,8 %
5 5 4,2 %
Total 30

Tabel 6 Jumlah Peserta didik yang Mengikuti Pembelajaran


JKP Jumlah Persen %
Bekerja 12 41,7 %
Wirausaha 5 8,3 %
Melanjutkan jenjang 4 12,5 %
Tinggi 9 37,5 %

8
Jurnal Pendidikan Masyarakat Volume P-ISSN: 2580-9326E-
5, Nomor 1, Oktober 2020 ISSN: 2580-7714

Lain-lain
Total 30

Tabel 7 Pekerjaan peserta didik setelah mengikuti Proses Pembelajaran


JKP Jumlah Persen %
>8 25 87,5 %
5 3 8,3 %
<5 2 4,2 %
Total 24

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dikemukakan bahwa secara umum bahwa


pengelolaan pemetaan mutu ini menjelaskan berkaitan dengan tahap persiapan,
pelaksanaan dan evaluasi pemetaan mutu pada lembaga PKBM di Jawa Barat.
Sebagai sebuah hasil program diskusi ini diharapkan menimbulkan sebuah inovasi
kedepannya untuk memajukan pendidikan non formal dan mengenalkan kepada
masyarakat bahwa pentingnya pendidikan non formal serta meningkatkan kinerja
pengelola dan pendidik untuk menciptakan lembaga pendidikan non formal yang
baik.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, Universitas Pendidikan Indonensia yang telah mendanai riset ini.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan
bawasannya untuk perencanaan program satuan dan Program PKBM masih perlu
adanya peningkatan bagi para pengelola dan penddidik, karena dilihat dari temuan
dan hasil riset yang dilakukan terdapat ketimpangan atau ketidak selarasan, seperti
pendidik yang tidak memahami pendekatan andragogi pada pelaksanaan
pembelajaran, butuhnya anggaran pendidikan khususnya pada pendidikan masyarakat
yang perlu diperhatikan kembali sampai dengan perlunya peningkatan kualitas
PKBM yang harus dilakukan oleh dinas terkait. Maka dari itu kesimpulan yang
diambil adalah perlu adanya program yang dapat membantu pengelola dan pendidik
untuk bisa mengelola program pendidikan masyarakat khususnya di PKBM, serta
perlu diperhatikan kembali untuk bagaimana meningkatkan kualitas mutu di PKBM
sehingga dapat bisa membantu masyarakat yang membutuhkan akses pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

9
Jurnal Pendidikan Masyarakat Volume P-ISSN: 2580-9326E-
5, Nomor 1, Oktober 2020 ISSN: 2580-7714

Arikunto, S. (2004). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara


Asy’ri, H & Mukaromah, L. (2010). Pemetaan dan Peningkatan Mutu Pendidikan
Pada SMP Bilingual Terpadu Junwangi Krian Sidoarjo. Jurnal Keppendidikan.
IAIN ; Purwokerto
Gunartin, DKK. (2018). Pusat kegiatan belajar masyarakat sebagai tempat alternatif
menumbuhkan kemandirian wirausaha warga belajar. Jurnal : Pendidikan,
ekonomi dan bisnis. 3 (2) 30-48. Diakses pada 13 Oktober 2020.
Hasibuan, SP. (2004). Manajemen. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Irmawati, A. (2017). Peran pusat kegiatan belajar masyarakat (pkbm) dalam
mengurangi buta aksara di kabupaten karimun. Jurnal : Pendidikan dan
Kebudayaan. 2 (1) 81-89. Diakses pada 13 Oktober 2020.
Kamil, M. (2003). Model-model Pelatihan. Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung: Tidak diterbitkan
Kamil, M. (2009). Pendidikan Nonformal. Bandung : Alfabeta.
Maswan. (2015). Manajemen peningkatan mutu sekolah. Jurnal : Tarbawi 12 (2) 195-
204). Diakses pada 13 oktober 2020
Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Remaja
Rosdakarya Offset, Bandung
Rizka, M. DKK. (2018). Pelatihan Evaluasi Program Pendidikan Nonformal Bagi
Pengelola
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di Kecamatan Gunungsari
Kabupaten Lombok Barat. Jurnal : Paradharma 2 (1) 15-23. Diakses pada 13
Oktober 2020.
Rosidin, A. (2017). Pemetaan Dan Perencanaan Peningkatan Mutu
Berbasis Swot-Balanced Scorecard Di Perguruan Darul Hikam Bandung. Jurnal
Administrasi Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia : Bandung.
Shofwan, I & Kuntoro, S. (2014). Pengelolaan Program Pembelajaran Pendidikan
ALternatif Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah Di Salatiga Jawa Tengah.
Jurnal : Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat. 1(1), 51-62. Doi:
http//garuda.ristekbrin.go.id. Diakses pada 13 Oktober 2020.
Sudjana, D. (2001). Pendidikan Luar sekolah. Bandung: Falah Production
Sudjana, D. (2004). Manajemen Program Pendidikan (Untuk Pendidikan Nonformal
Dan Pengembangan Smber Daya Manusia). Bandung : Falah Production
Tohani, E. (2010). Pemetaan Tinggkat Mutu Pendidikan Pada Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (Pkbm) Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Pendidikan
Luar Sekolah. UNY: Yogyakarta
Zaini.Hisyam. 2015. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani
PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 91 ayat 1, 2, dan 3
tentang penjaminan mutu pendidikan sebagaimana telah diubah menjadi PP Nomor
32 Tahun 2013.

10

Anda mungkin juga menyukai