Anda di halaman 1dari 15

KAJIAN KEHUMASAN DAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

DI SMK MUHAMMADIYAH KARANGMOJO


(STUDI LAPANGAN)

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


Manajemen Humas dan Pembiayaan Pendidikan Islam
dengan Dosen Pengampu Dr. Muh. Sam, M.Si.

Diajukan Oleh :

MUNAWAR, S.Pd.I
NPM. 20161010027

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Terutama di era globalisasi seperti
sekarang ini, dimana persaingan semakin meningkat dan perkembangan teknologi
yang semakin pesat mengharuskan generasi penerus bangsa mampu berfikir kritis.
Lembaga pendidikan baik formal maupun non formal dituntut untuk menjadi
pengemban amanat untuk mewujudkan hal itu. Untuk mewujudkan hal itu, peran
kehumasan dan ketersediaan biaya pendidikan menempati posisi yang sangat penting.
Pada dasarnya lembaga pendidikan merupakan organisasi sosial yang memiliki
publik internal dan eksternal. Lembaga pendidikan merupakan agen perubahan dan
tempat untuk menyalurkan ilmu kepada generasi penerus bangsa. Di era globalisasi
masyarakat akan lebih selektif dan berhati-hati dalam memilih lembaga pendidikan.
Maka lembaga pendidikan harus berupaya untuk menciptakan citra sebaik mungkin di
hadapan masyarakat dan para pemangku kepentingan.
Humas atau public relations dalam lembaga pendidikan dapat membantu
menampakkan dan menjaga citra suatu perusahaan atau lembaga pendidikan. Namun
sayangnya pada masa sekarang peran humas dalam dunia pendidikan tidak
difungsikan secara maksimal oleh lembaga-lembaga pendidikan. Hal ini disebabkan
karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh pelaksana dan pengelola lembaga
tersebut terhadap arti penting peran humas yang sesungguhnya.
Banyak yang menganggap peran humas tidak penting bagi instansi pendidikan.
Padahal dalam lembaga pendidikan peran humas atau public relations sangatlah
penting untuk membangun dan menjaga image yang positif, mengingat lembaga
pendidikan yang memiliki publik internal dan eksternal.
Selain kehumasan,pembiayaan merupakan unsur multak yang harus tersedia.
Dalam pembiayaan pendidikan dibutuhkan anggaran yang yang tidak sedikit.Menurut
Suyanto, pendidikan merupakan investasi bagi manusia dan peradaban pada masa
yang akan datang. Pendidikan adalah sesuatu yang penting, maka harus dirancang dan
dibiayai, sehingga sumber daya manusia mampu tumbuh dan bersaing.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana peran kehumasan sekolah terhadap stakeholder di SMK
Muhammadiyah Karangmojo?

1
2. Bagaimana perencanaan dan penggunaan serta pelaporan pembiayaan
pendidikan di SMK Muhammadiyah Karangmojo?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peran kehumasan sekolah terhadap stakeholder di SMK
Muhammadiyah Karangmojo.
2. Untuk mengetahui perencanaan dan penggunaan serta pelaporan pembiayaan
pendidikan di SMK Muhammadiyah Karangmojo.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai sumbangan pemikiran untuk memperbaiki peran kehumasan di
lembaga pendidikan.
2. Sebagai sumbangan pemikiran tentang bagaimana merencanakan,
menggunakan dan melaporkan pembiayaan pendidikan.
3. Memberikan informasi pihak-pihak yang membutuhkan, khususnya bagi
lembaga atau instansi terkait.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam kegiatan kajian lapangan ini. Teknik pengumpulan data menggunakan cara
sebagai berikut:
1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumentasi

2
BAB II
KONDISI IDEAL KEHUMASAN DAN PEMBIAYAAN
PENDIDIKAN DI SEKOLAH
A. Kehumasan
Berfungsi tidaknya humas dalam sebuah organisasi dapat diketahui dari ada tidaknya
kegiatan yang dilaksanakan dalam suatu lembaga. Mengenai konsep fungsional
humas, Scott M. Cutlip dan Allen Center (Effendy Onong, 2002:34) memberikan
penjelasan sebagai berikut:
1. Memudahkan dan menjamin arus opini yang bersifat mewakili dari publik-publik
suatu organisasi, sehingga kebijaksanaan dan operasionalisasi organisasi dapat
dipelihara keserasiannya dengan ragam kebutuhan dan pandangan publik-publik
tersebut.
2. Menasehati manajemen mengenai jalan dan cara menyusun kebijaksanaan dan
operasionalisasi organisasi untuk dapat diterima secara maksimal oleh publik.
3. Merencanakan dan melaksanakan program-program yang dapat menimbulkan
penafsiran yang menyenangkan terhadap kebijaksanaan dan operasionalisasi
organisasi.
Hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu
sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan
pribadi peserta didik di sekolah. Dalam hal ini sekolah merupakan bagian yang
integral dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat. Sekolah dan masyarakat
memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah, oleh karena itu
hubungan sekolah dengan masyarakat harus dibina suatu hubungan yang harmonis.
Menurut Purwanto, Ngalim (1993:189-190) Secara kongkrit lagi, tujuan
diselenggarakan hubungan sekolah dan masyarakat adalah:
1. Mengenalkan pentingnya sekolah bagi masyarakat.
2. Mendapatkan dukungan dan bantuan morel maupun finansial yangdiperlukan bagi
pengembangan sekolah.
3. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang isi dan pelaksanaanprogram
sekolah.
4. Memperkaya dan memperluas program sekolah sesuai denganperkembangan dan
kebutuhan masyarakat.
5. Mengembangkan kerja sama yang lebih erat antara keluarga dan sekolahdalam
mendidik anak-anak.

3
Menurut Nawawi, Hadari (1988:73) Tugas-tugas pokok atau beban kerja humas suatu
organisai atau lembaga dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Memberikan informasi dan menyampikan ide (gagasan) kepada masyarakat atau
pihak-pihak yang membutuhkannya. Menyebarluaskan informasi dan gagasan-
gagasan itu agar diketahui maksud atau tujuannya sertakegiatankegiatannya
termasuk kemungkinan dipetik manfaatnya oleh pihak-pihak diluar organisasi.
2. Membantu pimpinan yang karena tugas-tugasnya tidak dapat langsung
memberikan informasi kepada masyarakat atau pihak-pihak yang memerlukannya.
3. Membantu pimpinan mempersiapkan bahan-bahan tentang permasalahan dan
informasi yang akan disampaikan atau yang menarik perhatian masyarakat pada
saat tertentu. Dengan demikian pimpinan selalu siap dalam memberikan bahan-
bahan informasi yang up-to-date.
4. Membantu pimpinan dalam mengembagkan rencana dan kegiatan-kegiatan
lanjutan yang berhubungan dengan pelayanan kepada masyarakat (Publicservice)
sebagai akibat dari komunikasi timbal balik dengan pihak luar, yang ternyata
menumbuhkan harapan atau penyempurnaan policy atau kegiatan yang telah
dilakukan oleh organisasi.
B. Pembiayaan Pendidikan
1. Sumber Pembiayaan Pendidikan
Untuk terselenggaranya suatu pendidikan, diperlukan pembiayaan yang bersumer
baik dari pemerintah, orang tua, murid, masyarakat, maupun institusi-institusi
lainnya seperti organisasi regional maupun internasional. Pemerintah merupakan
penanggung dana terbesar diantara yang lain (sekitar 70%), selanjutnya orangtua
murid (sekitar 10-24%) masyarakat (sekitar 5%) daan yang terakhir pihak lain baik
yang berbentuk hibah maupun pinjaman.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk menggali dana ke semua pihak sumber
pembiayaan pendidikan antara lain:
a) Pemerintah pusat dan daerah : mengusahakan agar alokasi untuk sektor
pendidikan diperbesar, pemanfaatan dana secara efektif dan efisien, dan
mengusahakan adanya alokasi bagi sektor pendidikan yang diambil dari pajak
umum.
b) Orang tua peserta didik : menyadarkan orang tua agar mau dan tertib
membayar SPP dan pendanaan lainnya yang diijinkan pemerintah,
pemanfaatan dana dari orang tua peserta didik seefektif dan seefisien mungkin.

4
c) Masyarakat : mengajak dunia usaha untuk bersedia sebagai fasilitator praktik
peserta didik, menghimbau dunia usaha agar bersedia memberikan dana yang
lebih besar untuk dunia pendidikan.
d) Pihak lain (institusi) : mengusahakan bentuk kerja sama yang tidak saling
mengikat namun menguntungkan serta mempertimbangkan bentuk-bentuk
pinjaman agar tidak memberatkan di kemudian hari.
e) Dana hasil usaha sendiri yang halal : seperti penyewaan alat, koperasi, kopma.
2. Perencanaan pembiayaan pendidikan
Untuk menyusun suatu perencanaan pembiayaan atau yang biasa disebut dengan
rencana anggaran, hal-hal yang harus diperhatikan :
a) Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama periode
anggaran.
b) Mengidentifikasikan sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, jasa, dan
barang.
c) Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang sebab uang pada dasarnya
merupakan pernyataan financial.
d) Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah disetujui dan
dipergunakan oleh instansi tertentu.
e) Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan pihak yang
berwenang.
f) Melakukan revisi usulan anggaran
g) Persetujuan revisi anggaran
h) Pengesahan anggaran
Di tingkat sekolah kita mengenal adanya Rencana Anggaran Pendapatan Sekolah
(RAPBS). Penyusunan RAPBS sebaiknya menggunakan analisa SWOT, baik dari
segi hukum, tuntutan zaman, keberadaan sekolah (visi dan misi), stakeholder, dan
output yang diharapkan. Tujuan penyusunan anggaran ini selain sebagai pedoman
pengumpulan dana dan pengeluarannya, juga sebagai pembatasan dan
pertanggungjawaban sekolah terhadap uang-uang yang diterima.
Dengan adanya RAPBS ini, maka sekolah tidak dapat semaunya memungut
sumbangan dari orangtua siswa (BP3) dan sebaliknya BP3 menjadi puas
mengetahui arah dan penggunaan dana yang mereka berikan. Sekolah swasta tidak
teriakt oleh dana pemerintah terlalu banyak. Karena mereka lebih leluasa
menyusun RAPBS-nya. PAPBS disusun dengan melalui proses tertentu, yang

5
besar kecilnya didasarkan atas kebutuhan minimum setiap tahun, dan perkiraan
pendapatannya berpedoman pada penerimaan tahun yang lalu.
3. Pelaksanaan Anggaran Pendidikan
Dalam melaksanakan anggaran pendidikan, hal yang perlu dilakukan adalah
kegiatan membukukan atau accounting. Pembukuan mencakup dua hal yaitu :
pengurusan yang menyangkut kewenangan menentukan kebijakan menerima atau
mengeluarkan uang, serta tindak lanjutnya, yakni menerima, menyimpan dan
mengeluarkan uang. Jenis pengurusan ke dua disebut juga dengan pengurusan
bendaharawan.
4. Pengawasan Pelaksamaam Pembiayaan Pendidikan
Kegiatan pengawasan pembiayaan dikenal dengan istilah auditing yaitu kegiatan
yang berkenaan dengan kegiatan pertanggungjawaban penerimaan, penyimpanan,
dan pembayaran atau penyerahan uang yang dilakukan Bendaharawan kepada
pihak-pihak yang berwenang.
Menurut Nanang Fatah pengawasan pembayaan pendidikan bertujuan untuk
mengukur, membandingkan, menilai alokasi biaya dan tingkat penggunaannya.
Secara sederhana proses pengawasan terdiri dari :
a) Memantau (monitoring)
b) Menilai
c) Malapirkan hasil temuan, baik pada kinerja aktual maupun hasilnya
Menurut Nanang Fatah, langkah atau tahapan yang harus dilakukan dalam proses
pengawasan adalah sebagai berikut:
a) Penetapan standar atau patokan, baik berupa ukuran kuantitas, kualitas, biaya
maupun waktu.
b) Mengukur dan membandingkan antara kenyataan yang sebenarnya dengan
standar yang telah ditetapkan.
c) Mnentukan tindak perbaikan atau koreksi yang kemudian menjadi materi
rekomendasi.
Pada pola pemerintahan, setiap unit yang ada dalam departemen mempertanggung
jawabkan pengurusan uang ini kepada BPK (Badan Pengawasan Keuangan)
melalui departemen masing-masing. Sasaran auditing antara lain yaitu kas, yang
dimasukkan untuk menguji kebenaran jumlah uang yang ada dengan
membandingkan jumlah uang yang seharusnya ada melalui catatannya. Sasaran
lain yaitu pengirisan barang, yang bukan saja membandingkan antara jumlah

6
barang yang ada dengan barang yang seharusnya ada, namun juga memeriksa cara-
cara penyimpannya, pemeliharaannya dan penggunaannya. Sasaran dari diadakan
auditing antara lain menindak lanjuti jika terjadi penyimpangan, dalam hal ini guna
menentukan ganti rugi. Pemeriksaan sebenarnya tidak hanya dilakukan setelah
anggaran direalisasikan namun juga sebelumnya (pemeriksaan anggaran pre audit).
Pemeriksaan ini meliputi pada kematangan rencana atau anggaran yang
menyangkut pada kebijakan semua metode yang digunakan dalam merealisasikan
dana.

7
BAB III
TEMUAN DI SMK MUHAMMADIYAH KARANGMOJO
A. Kehumasan
Pengumpulan data pertama penulis menggunakan observasi. Dalam pengamatan
penulis, peran kehumasan di SMK Muhammadiyah Karangmojo belum sepenuhnya
berfungsi sebagai cerminan sekolah. Dari sisi yang paling sederhana, kehumasan di
SMK Muhammadiyah Karangmojo kurang memberikan informasi secara sporadis
kepada masyarakat dan stakeholder melalui media yang ada. Ketika ada sebuah
peristiwa di sekolah, baik positif ataupun negatif, kehumasan tidak menempatkan diri
di posisi dimana dan apa yang harus dilakukan untuk pemberian informasi ke
masyarakat.
Kemudian dari sisi tugas pokok dan fungsinya, kehumasan di SMK
Muhammadiyah Karangmojo dalam programnya sudah bagus. Tetapi dalam
realisasinya, ada beberapa program yang penting dan pokok tidak bisa terlaksana.
Sebagai contoh, bahwa salah satu program yang dimiliki oleh kehumasan SMK adalah
melalukan penjaringan ke DU/DI untuk penempatan lulusan. Program ini tidak
terlaksana kecuali hanya sebatas untuk keperluan Praktik Industri yang lamanya hanya
3 (tiga) bulan.
Temuan ini penulis mencoba untuk menggalinya dengan cara wawancara langsung
dengan wakil kepala sekolah bidang humas, yaitu Ibu Dewi Ekarisma, S.Pd. Beliau
mengatakan:
“Memang peran kehumasan belum berjalan maksimal di SMK ini. Maklum saya
baru belajar, baru 3 bulan mendapat tugas tambahan di kehumasan. Belum
optimalnya kehumasan di sekolah ini sebetulnya terjadi sejak lama. Bisa dikatakan
kehumasan berjalan begitu-begitu saja. Tidak kreatif, kurang gesit. Ya semoga, saya
ke depan bisa lebih membawa kehumasan ini berjalan di track yang benar dan tepat.”
Berdasarkan wawancara ke unsur yang lain, BKK (Bursa Kerja Khusus), unit ini
bekerja di bawah kehumasan. Tetapi dalam hal koordinasi kurang komunikatif dan
seakan BKK berjalan sendiri. Hal ini terlihat dengan peran BKK dalam menyalurkan
lulusan ke dunia kerja/ dunia industri. Dalam peranan BKK ini, sepenuhnya adalah
inisiatif BKK, kehumasan jarang memberikan ide kreatif dan penjaringan ke DU/DI.
Penulis menyimpulkan bahwa keadaan yang ada di SMK Muhammadiyah
Karangmojo masih jauh dari kondisi ideal sebagaimana dalam teori manajemen
kehumasan di sekolah. Banyak yang belum dilakukan oleh humas jika dilihat dari job

8
depscription / uraian tugas di SK tugas tambahan tertentu. Sehingga penulis
menyarankan, perlu kirannya kiranya kepala sekolah untuk mengikutkan diklat bagi
SDm tertentu yang ada hubungannya langsung dengan kehumasan. Sehingga mereka
(humas) bisa mendapatkan pencerahan dan pemahaman baru. Ketika hal ini dilakukan
kepala sekolah, makan peran kehumasan dalam mengangkat citra sekolah atau
menempatkan diri sebagai corong sekolah bisa lebih optimal.
B. Pembiayaan Pendidikan
1. Sumber Pembiayaan
Berdasarkan pengamatan penulis di RKAS SMK Muhammadiyah Karangmojo,
pada bagian sumber pembiayaan, menunjukan bahwa sekolah ini masih
mengandalkan sumber pembiayaan dari orang tua siswa dan pemerintah. Tidak ada
satu poin pun yang menunjukan bahwa sekolah tidak bergantung kepada
keduanya. Sesuatu yang sebetulnya menjadi ancaman tersendiri bagi sebuah
sekolah swasta.
Sekolah swasta mempunyai fleksibilitas dalam pengelolaan pembiayaan,
khususnya dalam menggali sumber keuangan dan penggunaannya. Apalagi
sekolah ini adalah sekolah SMK. Menurut penulis, sekolah ini juga termasuk
sekolah yang tidak kecil. Banyak sumber keuangan yang bisa digali dari sekolah
ini. Walaupun untuk pertama tidak akan signifikan hasilnya.
Saran penulis berkaitan dengan sumber pembiayaan pendidikan, yaitu sekolah
harus mempunyai tim pengembang yang kreatif. Tim pengembang ini ada unit
khusus untuk menggali dana. Penggalian dana ini bisa dalam bentuk program
kegiatan yang mendatangkan keuntungan ekonomi. Penggalian dana bisa juga
dalam bentuk mencari donatur dari para alumni. Apabila ini dilakukan oleh
sekolah, maka sekolah tidak hanya tergantung oleh orang tua siswa dan
pemerintah.
2. Perencanaan Pembiayaan
Penulis mencoba mengumpulkan data berkaitan dengan keuangan dengan
melihat (dokumentasi) salinan RKAS (Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah).
Dilihat dari dokumennya, sementara bisa disimpulkan bahwa perencanaan biaya
pendidikan di SMK Muhammadiyah Karangmojo tersusun dengan baik. Di dalam
RKAS itu di masing-masing 8 standar nasional pendidikan sudah ada plot-plot
anggaran. Penulis berasumsi bahwa kegiatan selama 1 (satu) tahun ke depan
tinggal melihat di RKAS dan anggarannya berapa. Sederhananya, sekolah hanya

9
perlu menyiapkan panitia pelaksana atau petugas tertentu untuk melaksanakan
kegiatan sekolah yang sudah tercantum di dalam RKAS.
Selanjutnya, penulis melihat dokumen lainnya yang ada di dalam RKAS.
Penulis menemukan evaluasi dan capaian program tahun sebelumnya. Hal ini
membuat penulis yakin, bahwa perencanaan pembiayaan pendidikan di sekolah
ini sudah sama dengan teori budgeting. Karena penasaran, penulis mencoba
meminta data lain yang digunakan sekolah sebagai dasar untuk menentukan
capaian target. Bayangan penulis di dokumen itu pasti ada banyak indikator dan
bukti fisik yang digunakan dasar bahwa program ini terlaksana dengan capaian
sekian persen. Sehingga pada tahun yang akan datang capaian itu bisa
ditingkatkan lagi dengan menyesuaikan anggaran yang ada. Tetapi ternyata,
dokumen yang penulis minta tidak sepenuhnya ada. Sehingga penulis
beranggapan bahwa capaian prosentasi program yang ada di RKAS itu hanya
perkiraan saja. Mulai dari hal ini penulis sudah mempunyai pandangan lain
berkaitan dengan perencaan pembiayaan yang disusun di sekolah ini. Ada sesuatu
yang tidak beres.
Hal ini juga dikuatkan dengan wawancara dengan bagian keuangan, bendahara
sekolah, Pak Bambang Sumpono, SE. Beliau mengatakan:
“Memang betul, tidak semua program yang ada di RKAS ini berdasarkan
evaluasi program tahun sebelumnya. Sekolah masih mempunyai kelemahan
dalam menjalan fungsinya dalam hal manajemen di bagian evaluasi program.
Selama ini, sekolah itu hanya merencanakan dan melaksanakan program.
Evaluasi program belum bisa dilaksanan. Ya sekolah dikit-demi sedikit
berbenah.”
Dari sisi perencanaan pembiayaan penulis memberikan masukan yang sesuai
dengan teori budgeting. Sekolah adalah rumah bagi sebuah organisasi yang disitu
berkumpul banyak orang, dituntut untuk bekerja sama, mempunyai program,
mempunyai tujuan yang sama. Maka dalam mengawal program sekolah perlu ada
pengawasan dan evaluasi yang terus-menerus. Sehingga ketika pada suatu saat
harus membuat program yang sama dengan harapan tingkat pencapaian yang lebih
baik, maka dalam perencanaan pembiayaannya bisa dilakukan dengan baik dan
tepat sasaran. Sehingga harapannya pembiayaan pendidikan itu berjalan dengan
efektif dan efisien.

10
3. Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan
Realisasi pembiayaan yang dilakukan oleh SMK Muhammadiyah Karangmojo
apabila dilihat dari dokumen ada ketidaksesuaian. Penulis mencermati dokumen
rencana pembiayaan dan laporan realisasi pembiyaan pendidikan tahun pelajaran
2016/2017. Dari pencermatan itu, ada beberapa poin laporan pembiayaan tidak
tercantum direncana pembiayaan.
Kemudian penulis mewawancarai bendahara SMK Muhammadiyah
Karangmojo, beliau mengatakan bahwa:
“Memang tahun ini (2017/2018) ada beberapa program sekolah yang tidak sesuai
dengan rencana kegiatan sekolah. Program sekolah yang tidak sesuai itu seperti
pembukaan jurusan baru di tahun 2017/2018, padahal dalam RKAS tidak ada
program tersebut. Sedangkan pembukaan jurusan baru membutuhkan biaya yang
besar antara 50-100 juta. Hal ini terjadi karena ada pergantian pimpinan di
sekolah pada saat RKAS sudah disahkan oleh PWM”.
Sesuai dengan yang disampaikan bendahara sekolah, maka penulis
menyimpulkan bahwa ada kelemahan dalam mengawal program sekolah.
Walaupun mungkin bagi sekolah tersebut ada alasan tertentu yang digunakan
untuk pembenaran. Hal ini tentu tidak baik jika budaya seperti ini terus
berkpanjangan, istilah menggunakan ilmu kiyak-kiyuk. Penulis juga menyimpulkan
bahwa pasti ada program sekolah yang sudah direncanakan tetapi tidak dapat
direalisasikan.
Ternyata betul dugaan penulis, bahwa ada program sekolah yang tidak dapat
direalisasikan, padahal sudah direncanakan, bahkan sudah disosialisasikan kepada
komite sekolah dan orang tua siswa. Program yang tidak terealisasikan itu adalah
program pembuatan lahan parkir untuk siswa kelas X. Bagi penulis ini adalah
sesuatu yang bisa menjadi ancaman bagi sekolah. Karena jika ada orang tua atau
siswa yang kritis, kemudian menanyakan program itu, maka akan ada penurunan
kepercayaan kepada institusi sekolah. Padahal orang tua sudah membayar uang
pengembangan sekolah.
Penulis memberi masukan kepada kepada sekolah, hendaknya kepala sekolah
yang diberi tugas menjadi leader dan manajer untuk disiplin dalam mengamankan
program sekolah. Sehingga segala kemungkinan yang mengandung risiko, baik
bagi individu atau lembaga bisa dihindari. Ketidaksesuaian antara realisasi
program dan rencana program itu disebabkan dua hal. Pertama, evaluasi program

11
yang tidak jalan. Kedua, perencanaan program yang kurang matang. Apabila
evaluasi program berjalan dengan baik dan perencanaan betul-betul matang dan
dalam perencanaannya melibatkan seluruh stakeholder, maka penyimpangan
program ini dapat dihindari.
4. Pengawasan Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan
Pengawasan dalam penggunaan pembiyaan merupakan tahapan yang penting
dalam ilmu administrasi keuangan. Dengan adanya pengawasan ini, diharapkan
ada kesesuaian program, anggaran, dan hasil. Bagi sekolah swasta, dalam hal ini
adalah SMK Muhammadiyah Karangmojo pengawasan penggunaan anggaran
masih bisa dikatakan lemah, karena hanya intern sekolah. Bahkan bisa juga
dikatakan tidak ada pengawasan, jika yang dikatakan pengawasan anggaran itu
harus dari ekstern sekolah.
Dalam penggunaan anggaran sekolah yang bersumber dari pemerintah, sekolah
hanya berkewajiban membuat laporan kepada pemerintah. Selanjutnya tidak
pernah ada audit dari pemerintah untuk sekedar mencocokan antara anggaran yang
keluar dengan barang yang ada atau program yang ada. Anggaran sekolah yang
bersumber dari komite pun juga hanya dibukukan kemudian dibuat laporan
bulanan, semesetaran dan tahunan. Selanjutnya tidak ada audit dari lembaga yang
dimiliki Muhammadiyah, yaitu Lembaga Pengawas dan Pengelolaan Keuangan.
Penulis mewawancarai bendahara sekolah, beliau mengatakan bahwa di SMK
Muhammadiyah Karangmojo tidak pernah ada audit dari ekstern sekolah. Sekolah
melalui bendahara sekolah hanya membuat laporan bulanan, semesteran dan
tahunan. Kemudian setelah itu dicek oleh kepala sekolah dan selanjutnya disahkan.
Setalah disahkan oleh kepala sekolah, kemudian dilaporkan oleh PDM dan PWM.
Di PDM dan PWM juga langsung disahkan tanpa adanya pencermatan yang bisa
jadi menimbulkan sebuah pertanyaan yang perlu dijawab dengan jelas oleh
sekolah.
Saran dari penulis untuk SMK Muhammadiyah karangmojo, bahwa setiap 4
(empat) tahun sekali, sekolah harus melaksanakan program akreditasi. Di dalam
borang itu ada butir mengenai pengawasan anggaran sekolah. Ketika sekolah
dalam setiap tahun diaudit oleh lembaga pengawas keuangan ekstern, maka akan
mendapat nilai yang bagus. Selain itu, tentunya penggunaan anggaran tidak akan
mengalami pergeseran. Sehingga sekolah dalam menjalankan programnya akan
berjalan dengan baik.

12
BAB IV
KSEIMPULAN DAN SARAN
1. Banyak yang belum dilakukan oleh humas jika dilihat dari job depscription / uraian
tugas di SK tugas tambahan tertentu. Sehingga penulis menyarankan, perlu kirannya
kiranya kepala sekolah untuk mengikutkan diklat bagi SDM tertentu yang ada
hubungannya langsung dengan kehumasan. Sehingga mereka (humas) bisa
mendapatkan pencerahan dan pemahaman baru. Ketika hal ini dilakukan kepala
sekolah, makan peran kehumasan dalam mengangkat citra sekolah atau menempatkan
diri sebagai corong sekolah bisa lebih optimal.
2. Sekolah harus mempunyai tim pengembang yang kreatif. Tim pengembang ini ada
unit khusus untuk menggali dana. Penggalian dana ini bisa dalam bentuk program
kegiatan yang mendatangkan keuntungan ekonomi. Penggalian dana bisa juga dalam
bentuk mencari donatur dari para alumni. Apabila ini dilakukan oleh sekolah, maka
sekolah tidak hanya tergantung oleh orang tua siswa dan pemerintah.
3. Sekolah adalah rumah bagi sebuah organisasi yang disitu berkumpul banyak orang,
dituntut untuk bekerja sama, mempunyai program, mempunyai tujuan yang sama.
Maka dalam mengawal program sekolah perlu ada pengawasan dan evaluasi yang
terus-menerus. Sehingga ketika pada suatu saat harus membuat program yang sama
dengan harapan tingkat pencapaian yang lebih baik, maka dalam perencanaan
pembiayaannya bisa dilakukan dengan baik dan tepat sasaran. Sehingga harapannya
pembiayaan pendidikan itu berjalan dengan efektif dan efisien.
4. Hendaknya kepala sekolah yang diberi tugas menjadi leader dan manajer untuk
disiplin dalam mengamankan program sekolah. Ketidaksesuaian antara realisasi
program dan rencana program itu disebabkan dua hal. Pertama, evaluasi program yang
tidak jalan. Kedua, perencanaan program yang kurang matang. Apabila evaluasi
program berjalan dengan baik dan perencanaan betul-betul matang dan dalam
perencanaannya melibatkan seluruh stakeholder, maka penyimpangan program ini
dapat dihindari.
5. Setiap 4 (empat) tahun sekali, sekolah harus melaksanakan program akreditasi. Di
dalam borang itu ada butir mengenai pengawasan anggaran sekolah. Ketika sekolah
dalam setiap tahun diaudit oleh lembaga pengawas keuangan ekstern, maka akan
mendapat nilai yang bagus. Selain itu, tentunya penggunaan anggaran tidak akan
mengalami pergeseran. Sehingga sekolah dalam menjalankan programnya akan
berjalan dengan baik.

13
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Onong Uchjana. 2002. Hubungan Masyarakat Suatu Studi komunikologis .
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Nawawi, Hadari. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada Press
Purwanto, Ngalim. 1993. Administrasi dan Supervisi Pendidikan Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya
Stephen Brookson. … Managing Budget. Publisher’s Acknowledgments

Anda mungkin juga menyukai