Anda di halaman 1dari 4

Nama : Iqbal Wahyudi

NIM : 19170074
Kelas : MPI B 19
JAWABAN
1. Citra Lembaga Pendidikan atau sekolah adalah gambaran yang memberikan kesan yang
kuat pada seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) tentang suatu sekolah. Citra
sekolah adalah kesan yang kuat yang melekat pada seseorang, sekelompok orang atau
tentang suatu insitusi, Citra sekolah dalam hal ini dapat dibedakan menjadi citra sekolah
unggulan dan non unggulan dimana definisi sekolah yang memiliki citra sebagai
sekolah yang unggul memunculkan konsep pengertian sekolah unggulan.

2. Citra yang baik dari suatu organisasi atau lembaga pendidikan merupakan aset yang
sangat penting karena citra mempunyai suatu dampak persepsi publik dan operasi
organisasi dalam berbagai hal. Adapun citra perusahaan atau pendidikan yang baik dan
kuat mempunyai manfaat-manfaat sebagai berikut:
a. Daya saing jangka menengah dan jangka panjang (mid and long term
sustainable competitive position).
b. Menjadi perisai selama masa krisis (an insurance for a adverse times).
c. Menjadi daya tarik eksekutif handal (attraction the best executives available).
d. Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran (increasing effectiveness of
marketing instrument).
e. Penghematan biaya operasional (cost saving).
Citra positif yakni bagaimana kredibilitas suatu organisasi/lembaga pendidikan dimata
publik. Kredibel ini mencakup pada 2 hal, yakni:
a. Kemampuan (expertise) dalam memenuhi kebutuhan, harapan, maupun
kepentingan publik.
b. Kepercayaan (trustworty) untuk tetap komitmen menjaga kepentingan bersama
untuk mewujudkan investasi sosial (social invesment), yaitu program-program
yang ditunjukkan untuk mendukung kesejahteraan sosial.

3. Usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi atau perusahaan dengan
publiknya, sekaligus menciptakan opini public sebagai efeknya, yang sangat berguna
sebagai input bagi organisasi yang bersangkutan. Tujuan utama public relation adalah
mempengaruhi pelaku orang secara individu ataupun kelompok saat saling
berhubungan, melalui dialog dengan semua golongan, persepsi, sikap dan opininya
terhadap suatu kesuksesan sebuah organisasi.

4. Akibatnya sebuah lembaga pendidikan tersebut tidak memiliki jangkauan publikasi


kepada khalayak dan tidak bisa membangun opini publik terkait lembaga pendidikan
tersebut. Padahal persaingan di dunia pendidikan tidak dapat terelakkan lagi. Banyak
lembaga pendidikan yang ditinggalkan oleh pelanggannya sehingga dalam beberapa
tahun ini banyak terjadi merger beberapa lembaga pendidikan.

5. Kasus pada IAIN Tulungagung adalah adanya kekerasan seksual yang dialami salah
satu mahasiswi dan pihak kampus tidak menindak adil pelaku. Hal ini tentu saja
membuat citra kampus negatif di mata publik. Beberapa faktor yang mempengaruhi
adalah publik eksternal, hubungan kampus dengan pers dan masyarakat yang buruk.
Lalu komunikasi dan kebijaksanaan kampus yang buruk, baik dalam penanganan kasus
itu sendiri, maupun komunikasi dengan pihak lain diluar kampus dalam menangani
masalah tersebut. Lalu kampus mengaku belum memiliki prosedur operasional standar
(SOP) menangani kasus kekerasan seksual. Padahal, Kementerian Agama sudah
mengeluarkan pedoman pencegahan pelecehan seksual di kampus Islam negeri, dan
IAIN Tulungagung salah satu yang menerima surat edaran itu, ini juga menandakan
kurangnya komunikasi kampus dengan pihak kementrian agama. Kampus juga
cenderung menyepelekan dan belum aware dengan masalah serius seperti pelecehan
seksual.

6. langkah-langkah yang harus dilakukan lembaga pendidikan untuk meningkatkan


citranya:
a. Publikasi lembaga Pendidikan.
Publikasi Madrasah Dengan Cara Kegiatan Tidak Langsung, seperti:
a) penyebaran info melalui tv
b) penyebaran info lewat radio
c) dan penyebaran melalui media cetak
Publikasi lembaga pendidikan dengan kegiatan langsung, seperti:
a) Membuka konsultasi public
Madrasah dapat membuka konsultasi umum atas masalah-masalah yang
dihadapi warga masyarakat sekitar, di sini peran madrasah sebagai
tempat untuk bertukar pendapat maupun pemecahan masalah. Misalnya
masalah pengangguran, kenakalan remaja, bahaya narkoba dan lain-lain.
Untuk itu madrasah dapat mengundang tenaga ahli seperti dokter,
psikolog, ahli pertanian, ustadz dan lain-lain.
b) Melalui rapat Bersama
Madrasah dapat mengundang organisasi atau yang bersimpati terhadap
pendidikan untuk rapat bersama dalam rangka membahas suatu program
madrasah. Rapat tersebut bisa dipimpin oleh kepala madrasah atau ahli
yang ditunjuk. Dalam rapat tersebut bisa membahas tentang pendidikan
lingkungan agar tercipta pendidikan yang baik atau masalah-masalah
lain.
c) Melalui bazar madrasah
Pada akhir tahun ajaran madrasah dapat mengadakan bazar, yang
memamerkan hasil-hasil karya siswa, misalnya karya tulis, karya seni,
dan karya ketrampilan. Bazar dapat digunakan sebagai media
komunikasi dengan masyarakat sekaligus untuk menunjukan kemajuan-
kemajuan yang telah di capai oleh madrasah selama ini.
d) Melalui ceramah
Madrasah dapat mengundang seorang ahli untuk memberikan ceramah
di aula madrasah, misalnya mengenai program keluarga berencana,
mendirikan UKM, bencana alam atau pokok bahasan lain. Ceramah
dapat diadakan pada waktu libur atau waktu malam. Pokok bahasan yang
dipilih adalah permasalahan yang berkembang di masyarakat sat ini,
sehingga masyarakat mempunyai pencerahan atas masalah-masalah
sosial yang dihadapinya.

b. Pembentukan Opini Publik


Moore berpendapat akar dari proses pem- bentukan opini adalah sikap
(attitude). Sikap adalah perasaan atau suasana hati seseorang mengenai orang,
organisasi, persoalan atau objek. Secara singkat, sikap adalah suatu cara untuk
melihat situasi. Sikap yang diungkapkan adalah opini. Latar belakang
kebudayaan, ras, dan agama seringkali menentukan sikap seseorang. Sama
halnya dengan pendapat R.P Abelson dalam buku Rosadi Ruslan bahwa untuk
memahami proses pembentukan opini publik terkait erat dengan sikap mental
(attitude), persepsi (perception) dan hingga kepercayaan tentang sesuatu
(belief). Dengan mempelajari opini publik, madrasah dapat menentukan atau
memperkirakan tindakan apa yang perlu dilakukan, sehingga kehati-hatian
perlu dipertimbangkan. Dengan demikian, opini publik itu sebenarnya sangat
dipengaruhi oleh pribadi-pribadi yang mempunyai kedudukan atau tempat di
lembaga-lembaga kemasyarakatan. Karena itu apapun tugas pekerjaan yang
diemban seorang tenaga pendidik jika dilakukan dengan berpijak pada
kepentingan madrasah, maka opini yang dikeluarkan masyarakat akan
menganggapnya mewakili nama baik di lembaganya. Ini berarti bahwa opini
publik yang dihasilkan masyarakat akan mempunyai kekuatan yang penting
bagi lembaga pendidikan dengan memahami opini masyarakat atau publik
terhadap sekolah/madrasah maka dapat diperoleh informasi secara menyeluruh,
yang kemudian dapat difungsikan untuk merencanakan program hubungan
madrasah dengan masyarakat. Selain itu, sekolah juga bisa mengetahui data-
data secara objektif tentang kebaikan dan kelemahan suatu komponen madrasah
yang dimaksud.

c. Pemasaran Pendidikan
d. Persaingan di dunia pendidikan tidak dapat terelakkan lagi. Banyak lembaga
pendidikan yang ditinggalkan oleh pelanggannya se- hingga dalam beberapa
tahun ini banyak terjadi merger beberapa lembaga pendidikan. Kemampuan
administrator untuk memahami pemasaran pendidikan menjadi prasyarat dalam
mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan lembaganya. Berikut
Langkah-Langkah Strategis Pemasaran Pendidikan:
a) Identifikasi pasar,
Yaitu sebuah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kondisi dan
ekspektasi pasar termasuk atribut- atribut pendidikan yang menjadi
kepentingan konsumen pendidikan. Segmentasi pasar dan positioning,
yaitu membagi pasar menjadi kelompok pembeli yang dibedakan
berdasarkan kebutuhan, karakteristik, atau tingkah laku yang mungkin
membutuhkan produk yang berbeda. Sedangkan positioning adalah
karakteristik dan pembedaan produk yang nyata yang memudahkan
konsumen untuk membedakan produk jasa antara satu lembaga dengan
lembaga lainnya.
b) Diferensiasi produk,
Yaitu melakukan diferensiasi merupakan cara yang efektif dalam
mencari perhatian pasar. Strategi ini adalah strategi yang memberikan
penawaran yang berbeda dibandingkan penawaran yang diberikan oleh
kompetitor. Komunikasi pemasaran, yaitu publikasi prestasi oleh media
independen, seperti berita dalam media masa.

7. Pondok Pesantren Sidogiri juga berperan aktif di dalam kegiatan sosial yang sangat
bermanfaat kepada masyarakat. Saat ini, Pondok Pesantren Sidogiri, sudah memiliki
dua lembaga sosial, yaitu Lembaga Zakat Sidogiri (LAZ) dan Lembaga Wakaf Sidogiri
(L-Kaf). Keberadaan dua lembaga sosial ini, sudah benar-benar berperan aktif kepada
masyarakat luas melalui program-progmram pemberdayaan yang dimilikinya. Saat ini,
LAZ Sidogiri sudah memiliki 14 perwakilan cabang yang tersebar di daerah Jawa
Timur, Jakarta, Bali dan Solo. Dana zakat yang terkumpul pada dalam tiap tahunnya
sudah mencapai miliaran rupiah.
Selain itu, bentuk kepedulian sosial Pondok Pesantren Sidogiri ada yang berbentuk
program pemberdayaan anak yatim dan kurang mampu. Yaitu dengan mendirikan DAS
(Darul Aitam Sidogiri) dan DKS (Darul Khidmah Sidogiri). DAS Surabaya didirikan
atas inisiatif para alumni PPS di Surabaya. Panti asuhan ini dibangun tahun 1414 H. /
1994 M. dan terletak di Jl. Benowo Simolawang Simokerto Surabaya.
Sejak tahun 1419 H, pengelolaan DAS Surabaya diserahkan kepada PPS. Tujuannya,
agar pendidikan dan pembinaan yang dikembangkan berjalan sesuai arah dan haluan
yang digariskan oleh para Masyayikh Sidogiri, dengan misi utama mencetak santri
sebagai ibâdillâh ash-shâlihîn.
Sedangkan, DKS Bekasi didirikan atas inisiatif para alumni Pondok Pesantren Sidogiri
di wilayah Jabodetabek. Pendirian DKS yang berlokasi di Pamahan Jatireja Cikarang
Timur Bekasi itu akhirnya mendapat restu dari Pengasuh dan Majelis Keluarga PPS.
Hadratussyekh KH. A. Nawawi Abd. Djalil hadir dalam acara peletakan batu pertama
pada 23 Syaban 1428 H./September 2007 M.
Di DAS dan DKS ini mereka mendapatkan pendidikan secara cuma-cuma. Berkat
keseriusan PPS, ribuan anak yatim piatu dan kurang mampu ini bisa menyenyam
pendidikan dan terselamatkan masa depannya.

8. Peran hubungan masyarakat (Humas) sebangai pembentuk citra/coporative image,


Membentuk corporate image, artinya sebagai pendukung dalam fungsi manajemen
organisasi atau lembaga pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai