Anda di halaman 1dari 3

1.

LANDASAN MANAJEMEN HUMAS


Manajemen pada bidang hubungan masyarakat (HUMAS) banyak membutuhkan
pengalaman yang panjang untuk dapat mengerti suatu kondisi dalam keadaan apapun.
Manajemen ini memerlukan metode atau strategi yang berguna untuk memecahkan
berbagai masalah yang berkaitan dengan sekolahan dalam lingkup masyarakat. Menurut
Hikmat (2011) mengatakan bahwa manajemen pada hakikatnya membutuhkan interaksi
dan sinergitas disetiap kompenen organisasi dengan menggerakkan sumber daya yang
dimiliki, sehingga mampu mewujudkan harapan dan cita-cita organisasi.
Menurut Hikmat (2011) menyebutkan bahwa manajemen sebagai suatu ilmu
yang harus memiliki objek studi, metode, strategi dan pendekatan sehingga dapat
digunakan dan diterapkan dalam masyarakat. Sehingga manajemen saling berkaitan
dengan berbagai disiplin ilmu lainnya dalam dipelajari, dianalisis, diteliti dan kemudian
dikembangkan sebagai suatu ilmu terapan dalam mengelola suatu organisasi atau
perusahaan. Hal ini terlihat dari prosesnya bahwa manajemen membutuhkan suatu
strategi yang didesain untuk mengandung gagasan dan ide dasar organisasi yang akan
dicapai melalui proses manajemen.
Menurut Sri Minarti (2011), pada manajemen di sekolah dapat dilihat bahwa
manajemennya tidak jauh berbeda dengan manajemen di organisasi. Yang terpenting dari
manajemen yaitu tahu akan tujuan dari organisasi tersebut. Jika sekolah, berarti fokus
permasalahan hanya berada dilingkungan sekolah. Menurut Kurniadin (2012) dan Akbar,
dkk (2021) menyebutkan secara dasar manajemen secara umum bahwa manajemen
sekolah juga memerlukan POAC yang berlaku untuk manajemen yang ada disekolah.
Hal tersebut didukung Sri Minarti (2011) dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan diperlukan mengadopsian konsep Total Quality Management (TQM) dari
dunia industri untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat terhadap mutu pendidikan.
Menurut Sri Minarti (2011) dan Morissan (2014) menyebut bahwa pendekatan
peningkatan mutu pendidikan yang sesuai dengan paradigma dan gagasan tersebut adalah
konsep School Based Management (SBM) atau Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
Manajemen Berbasis sekolah suatu rancangan dalam pengelolaan sekolah yang ditujukan
untuk meningkatkan mutu pendidikan di era desentralisasi pendidikan. Hal tersebut
didukung menurut Nuradhawati, R. (2019) yang menyebutkan bahwa perubahan
penyelenggara pendidikan tersebut disebabkan karena selama ini di Negara kesatuan
Republik Indonesia penyelenggara pendidikan bersifat sentralistik yang terlihat.
Persoalannya adalah aplikasi kebijakan pendidikan sentralistik tidak sepenuhnya berhasil
mengantarkan pada tujuan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas. Selain itu,
organisasi yang terdapat dilembaga pendidikan menjadi kaku, impersonal, dan lambat
menanggapi tuntutan perubahan. Sistem pendidikan yang sentralistik ini tidak jarang
membawa dunia pendidikan pada situasi dan kondisi dimana keputusan sulit untuk
segera diambil. Akibatnya, di dalam dunia pendidikan muncul kelambanan, pesimisme
dan penundaan pengambilan keputusan meski untuk hal-hal yang kecil.
Oleh karena itu, maka untuk mengubah sistem pendidikan yang sentralistik
menjadi desentralistik memerlukan waktu lama. Selain itu, pada manajemen humas yang
berada dilingkungan sekolah harus bisa memiliki peran menjadikan sekolahan suatu
lembaga sosial yang diselenggarakan dan dimiliki oleh masyarakat dan harus memenuhi
kebutuhan masyarakatnya. Sekolah mempunyai kewajiban secara legal dan moral untuk
selalu memberikan penerangan kepada masyarakat tentang tujuan-tujuan, program-
program, kebutuhan, keadaannya, dan sebaliknya sekolah harus mengetahui dengan jelas
apa kebutuhan, harapan, dan tuntutan masyarakatnya.
2. HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT
Menurut Sunaengsih (2017) menyebutkan bahwa hubungan sekolah dengan
masyarakat dengan seiringnya kemajuan zaman dapat terlihat dengan jelas banyak
masyarakat yang memasukkan anak-anaknya ke sekolah. Hal tersebut karena masyarakat
beranggapan bahwa pendidikan dianggap suatu kebutuhan yang penting. Dari keadaan
tersebut maka terjalinlah kerja sama yang dimaksudkan demi kelancaran pendidikan di
sekolah pada umumnya, dan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada khususnya.
Secara etimologis, “hubungan masyarakat” diterjemahkan dari perkataan bahasa Inggris
“public relation”, yang berarti hubungan sekolah dengan masyarakat ialah sebagai
hubungan timbal balik antara suatu organisasi (sekolah) dengan masyarakatnya.
Adanya hubungan timbal balik yang saling berguna antar sekolah dan masyarakat
maka akan menciptakan, membina, dan memelihara sikap budi yang menyenangkan bagi
organisasi di satu pihak dan publik di lain pihak. Dalam kegiatan tersebut maka banyak
pihak yang saling terlibat dan diperlukannya lembaga HUMAS disekolahan untuk
mengatur dan mengendalikan sehingga dapat berkembang serta memelihara hubungan
dari dua arah tersebut. Menurut Nasution (2010), HUMAS bertujuan memberikan
pemahaman antara pihak sekolah (pimpinan), komunitas sekolah (guru, karyawan, dan
siswa) dan masyarakat (orang tua, masyarakat sekitar, dan lembaga lain di luar sekolah).
Menurut supriyani (2022) dan Ningsih (2022), tujuan yang perlu dicapai pada
HUMAS pada sekolah ada 15 tujuan yaitu
1. Mengembangkan pemahaman kepada masyarakat tentang tujuan dan sasaran sekolah.
2. Memberikan penilaian kepada masyarakat untuk memenuhi program sekolah.
3. Meningkatkan hubungan harmonis antara orang tua siswa dengan guru-guru dalam
memenuhi kebutuhan anak pada pendidikan.
4. Membangun citra baik dan memelihara kepercayaan terhadap sekolah.
5. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang rencana program dan kegiatan
sekolah.
6. Mencari bantuan dan dukungan untuk pemeliharaan dan peningkatan program
sekolah.
7. Sekolah memberikan jasa pelayanan dibidang pendidikan sehingga dapat memuaskan
kepada pelanggan (siswa, keluarga, dan masyarakat lain)
8. Lebih kreatif terhadap dana pendidikan dalam bentuk kerja sama dengan lembaga
lain agar afektif.

3. IMPLEMENTASI HUBUNGAN HUMAS


Ketika kegiatan yang sudah direncanakan secara strategis dan tersusun, maka
perlu dilaksanakan dan diterapkan. Menurut Khoirunnisa dan Nugraha (2019) dalam
mengimplementasikan, rencana manajemen kehumasan ada dua hal yang penting yaitu
rencana aksi dan pelaksanaan rencana aksi yang sudah ditetapkan. Selain itu diperlukan
sumberdaya yang dimiliki sekolah, seperti sumberdaya manusia dan sumberdaya
finansial.
Dengan demikian, implementasi yang terencana dapat menjalankan berbagai
tindakan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan yang sudah diterapkan. Dalam
implementasi rencana strategis akan diperlukan rencana aksi, keterlibatan pimpinan,
komitmen terhadap implementasi rencana, alokasi sumberdaya yang dibutuhkan untuk
menjalankan rencana dan keterlibatan segenap warga organisasi. Komitemen kepala
sekolah dan segenap warga sekolah dalam menjalankan rencana strategis itu merupakan
hal yang sangat diperlukan. Menurut Yosal Irianta (2013) menunjukkan beberapa
pertanyaan yang penting dijawab dalam implementasi progam/kegiatan kehumasan ini
yang dikutip dari Smith yaitu:
1. Bagaimana penjadwalan progam/kegiatan,
2. Bagaimana anggaran yang disediakan untuk menjalankan progam,
3. Siapa yang menjadi penanggung jawab pelaksanaan progam/kegiatan tersebut.
Sehingga pada pelaksanaan semisalnya dalam membahas persoalan yang hendak
diatasi maka perlu keterlibatan orang tua dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran
di sekolah yang mengharuskan sekolah banyak berkomunikasi dan menjalin relasi
dengan orang tua/wali siswa, guru dan tenaga kependidikan di sekolah. Dalam menyusu
jadwal kegiatan dengan orang tua/ wali siswa dan jadwal berkomunikasi dengan
pendidik serta tenaga kependidikan diperlukan bertanggung jawab terhadap kegiatan
komunikasi yang dilakukan. Misalnya salah satu guru yang akan bertanggung jawab
untuk berkomunikasi dan menjalin relasi dengan sesama pendidik dan tenaga
kependidikan. Disisi lain juga harus ditetapkan pula guru lain yang bertanggung jawab
untuk memimpin proses komunikasi dengan orang tua/wali siswa. Adapun kegiatan
berkomunikasi dengan orang tua/wali siswa yang dilakukan melalui pertemuan
diperlukan juga biaya untuk menyediakan konsumsi bagi peserta.

Referensi
Morissan, Manajemen Public Relations, (Jakarta: PrenadaMedia Group, 2014), hlm. 8
Hikmat, Manajemen Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 14.
Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri
(Jogjakarta: ArRuzz Media, 2011), 7-8.
Nuradhawati, R. (2019). Dinamika Sentralisasi Dan Desentralisasi Di Indonesia. Jurnal
Academia Praja, 2(01), 152-170.
Akbar, K., Hamdi, H., Kamarudin, L., & Fahruddin, F. (2021). Manajemen POAC pada Masa
Pandemi Covid-19 (Studi Kasus BDR di SMP Negeri 2 Praya Barat Daya). Jurnal
Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian Dan Kajian Kepustakaan Di Bidang
Pendidikan, Pengajaran Dan Pembelajaran, 7(1), 167-175.
Dwiyogo, W. D. (2022). Pembelajaran visioner. Bumi Aksara.
Cucun Sunaengsih, Pengelolaan Pendidikan (Sumedang: UPI Sumedang Press, 2017), 157.
Didin Kurniadin & Imam Machali, Manajemen Pendidikan Konsep & Prinsip Pengelolaan
Pendidikan (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2012), 22.
Supriani, Y. (2022). Implementasi Manajemen Humas dalam Meningkatkan Mutu Madrasah.
JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 5(2), 587-594.
Ningsih, I. (2022). Strategi Manajemen Humas dalam Meningkatkan Citra Sekolah Di SMPN
1 Tellu Siattinge. JURNAL MAPPESONA, 5(1), 11-21.
Nasution, Zulkarnain (2010), Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan. Malang: UMM
Press
Khoirunnisa, E., & Nugraha, D. H. (2019). Implementasi Manajemen Humas Dalam
Meningkatkan Hubungan Baik Antara Sekolah Dengan Wali Siswa di SD IT
Harapan Bunda Semarang Jawa Tengah. Al-Fahim: Jurnal Manajemen Pendidikan
Islam, 1(1), 1-23.
Yosal Irianta, Manajemen Humas Sekolah (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2013), hal.
140

Anda mungkin juga menyukai