Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERANAN STAKEHOLDERS
DALAM PENDIDIKAN ERA MASYARAKAT 5.0

Tugas Mata Kuliah:


MSDM

Dosen Pengampu:
Prof. Drs. Ahmad Suriansyah, M.Pd.,Ph.D

Disusun oleh

DWI FAJARWATI
NIM. 2120111320033

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2022
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi kelangsungan hidup bangsa,
karena itu pendidikan di Indonesia mendapat prioritas yang utama dalam
pembangunan. Pendidikan adalah sebuah tahapan yang harus dilalui yakni paling tidak
selama 12 tahun. Pendidikan juga dianggap sebagai investasi dalam hal peradaban
khususnya bagi masa depan suatu bangsa sebab berkualitas atau tidaknya kehidupan
suatu bangsa ditentukan oleh keberhasilan dan kesuksesan pendidikan. Pendidikan
pada dasarnya menduduki posisi penting dalam hal pemeliharaan dan peningkatan
taraf hidup suatu bangsa. Hal ini utamanya karena mampu memenuhi kewajiban dan
tanggung jawab (Jatmiko, 2017).
Sekolah merupakan produk layanan jasa dalam bidang pendidikan, jasa
dimaksud adalah dalam melayani kebutuhan orang tua untuk pendidikan anaknya
terutama kebutuhan untuk Pendidikan Anak Usia Dini, pilihan orang tua dalam
memilih sekolah untuk anak usia dini berbeda dengan memilih sekolah formal tingkat
lanjut, banyak factor yang akan menjadi pertimbangan para orang tua untuk
menentukan pilihannya salah satunya adalah referensi dari orang terdekat atau yang
dikenal baik yang menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Faktor referensi inilah
yang harus dapat dikelola dengan baik oleh pihak internal sekolah dengan para
stakeholder eksternal sebagai penjamin mutu dalam meyakinkan orang tua calon
peserta didik akan mutu lembaga sekolah tersebut (Rujiah & Sa’diyah, 2021).
Keberhasilan dan Tanggung jawab pendidikan pada suatu bangsa bukan hanya
tugas pemerintah pusat saja tetapi juga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah
tetapi juga tanggung jawab semua stakeholder pendidikan, pemerintah bertanggung
jawab dengan mengeluarkan regulasi atau aturan yang dibutuhkan untuk menjadi
pedoman pelaksanaan pendidikan, selanjutnya pendidikan juga menjadi tanggung
jawab Beberapa pihak yaitu pihak sekolah, orangtua, dan masyarakat atau instansi
intansi terkait yang berkepentingan. Stakeholder di dalam lembaga Sekolah berbentuk
organisasi yang disebut komite sekolah, adapun tugas komite sekolah yaitu: 1)
kebijakan dan program sekolah, Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah/
Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RAPBS/ RKAS); kriteria kinerja sekolah;
kriteria fasilitas pendidikan di sekolah; dan kriteria kerja sama sekolah dengan pihak
lain.2) menggalang dana dan sumber dana pendidikan lainnya dari masyarakat, baik

1
2

perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia industri, maupun pemangku kepentingan


lainnya melalui upaya kreatif dan inovatif . 3) mengawasi pelayanan pendidikan di
sekolah, sesuai dengan ketentuan, peraturan perundang-undangan, 4) menindaklanjuti,
keluhan, saran, kritik, dan aspirasi dari peserta didik, orang tua/wali, dan masyarakat,
serta hasil pengamatan komite sekolah atas kinerja sekolah (Rujiah & Sa’diyah, 2021).
Fenomena yang terjadi di masa sekarang ini adalah sekolah dianggap sebagai
sebuah produk jasa yang bergerak dalam melayani kebutuhan pendidikan yang
dibutuhkan oleh masyarakat terkhususnya para orang tua dalam memenuhi kebutuhan
dasar pendidikan untuk anak anaknya, tentu saja pilihan orang tua dalam memilih
lembaga pendidikan membutuhkan referensi agar apa yang menjadi tujuan atau
harapan menyekolahkan anaknya di lembaga tersebut dapat tercapai. Referensi akurat
yang di pilih para orang tua dalam menentukan lembaga pendidikan untuk anaknya
biasanya lebih banyak di dapatkan dari referensi orang terdekat karena lebih mudah
untuk menggali lebih banyak informasi yang dibutuhkan (Rujiah & Sa’diyah, 2021).

B. Permasalahan
Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikuti oleh semua orang, karena
dengan pendidikan yang memadai seseorang akan memiliki kompetensi untuk
menjawab tantangan-tantangan global dalam kehidupan (Krisnayanti, 2014). Konsep
pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mampu menjawab berbagai
tantangan dan permasalahan yang akan dihadapi sekarang dan masa yang akan datang.
Mutu pendidikan adalah kemampuan lembaga dan sistem pendidikan dalam
memberdayakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan mutu yang sesuai
dengan harapan atau tujuan pendidikan melalui proses pendidikan yang efektif.
Karakteristik pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang dapat menghasilkan
lulusan yang bermutu, yaitu lulusan yang memiliki prestasi akademik dan non-
akademik yang mampu menjadi pelopor pembaruan dan perubahan sehingga mampu
menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapinya, baik di masa
sekarang atau di masa yang akan datang.
Kerangka dasar sistem pendidikan yang berkualitas adalah yang berhasil
memenuhi tujuan dan hasil yang diinginkan sekolah secara individu; yang relevan
dengan kebutuhan siswa, komunitas dan masyarakat; dan yang memupuk kemampuan
3

siswa untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan abad ke-21 yang dibutuhkan.
Kualitas bukan satu-satunya faktor yang membuat siswa tidak bisa bersekolah, tetapi
ketika pembelajaran yang efektif tidak terjadi di sekolah. Ketika ini terjadi, beberapa
faktor dapat dilihat sebagai alasan: pengalaman belajar-mengajar yang buruk yang
diberikan oleh guru, memiliki pengajar yang tidak kompeten dalam daftar nama guru,
sistem sekolah yang salah dikelola oleh kepala sekolah, dan potensi kepemimpinan
yang buruk dan tata kelola administrator sekolah yang salah arah. Semua ini akan
kembali pada bagaimana sekolah mengadopsi dan mengaktualisasikan manajemen
berbasis sekolah secara praktis (Cabardo, 2016).
Pengelolaan stakeholder di sebuah sekolah adalah upaya untuk melibatkan
semua orang atau kelompok yang sinergis dan harmonis antar civitas akademik
madrasah dalam upaya mencapai peningkatan mutu madrasah, baik keterlibatan
jajaran pemimpin madrasah, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik,
komite, maupun lainnya. Pelibatan atau partisipasi stakeholder tersebut dimaksudkan
untuk mengembangkan madrasah yang bermutu (Kholis, 2014). Tata kelola
administrasi yang baik dan akuntabel merupakan salah satu necessary conditions dan
pilar penting bagi upaya peningkatan mutu pendidikan madrasah.
Keterlibatan pemangku kepentingan berarti bekerja dengan orang-orang dan
menggunakan sumber daya sebagaimana adanya dan membantu mereka bekerja sama
untuk mewujudkan tujuan dan tujuan yang disepakati. Seorang manajer yang terampil
mencari cara di mana minat dan kemampuan setiap individu dapat berkontribusi untuk
kebaikan keseluruhan. Kepala sekolah berusaha untuk menciptakan lingkungan di
mana hal ini dapat terjadi di sekolah. Mengingat pemerintah telah menyediakan
pendidikan dasar wajib dan gratis untuk semua, manajemen sekolah harus melibatkan
semua pemangku kepentingan dalam proses pengambilan keputusan (Gichohi, 2015).
Partisipasi stakeholder dalam pelaksanaan kegiatan sekolah juga berdampak
pada peningkatan partisipasi siswa pada kegiatan yang diselenggarakan sekolah
(Kalar, 2019). Pemangku kepentingan dapat mempengaruhi kegiatan dan kualitas
pendidikan. Salah satu pemangku kepentingan tersebut adalah orang tua. Partisipasi
aktif orang tua dianggap penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan (Cayak,
2020). Partisipasi sebagai proses dimana para pemilik kepentingan (stakeholder)
mempengaruhi dan berbagi pengawasan atas inisiatif dan keputusan pembangunan
4

serta sumber daya yang berdampak pada mereka. Pihak Internal terdiri dari: Kepala
Sekolah, Komite Sekolah, Guru, Murid, Warga Sekolah Lainnya. Pihak Eksternal
terdiri dari: Dinas atau Instansi Terkait, Warga Masyarakat Sekitar Sekolah (Aulia,
2016).
Departemen Pendidikan Dasar harus melibatkan semua pemangku kepentingan
jika diperlukan dalam pengambilan keputusan, hal ini karena keterlibatan pemangku
kepentingan dalam pengambilan keputusan sangat penting untuk manajemen sekolah
yang efektif dan peningkatan akademik peserta didik. Undang-Undang Sekolah Afrika
Selatan (UU No.84 tahun 1996) membuat ketentuan bagi pemangku kepentingan
seperti orang tua dan serikat pekerja untuk terlibat dalam proses pengambilan
keputusan sekolah. Gaya manajemen kepala sekolah harus merangkul konsep
keterlibatan pemangku kepentingan dalam proses pengambilan keputusan. Menurut
Marishane et al. (2013), sejak demokratisasi di Afrika Selatan, upaya pemerintah yang
berhasil telah dilakukan untuk melibatkan pemangku kepentingan dalam keputusan
yang memengaruhi mereka (Gamedo & Uleanya, 2021).
Merujuk pada uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah
bagaimana peran stakeholder dalam penyelenggaraan pendidikan khususnya di er
masyarakat 5.0?.

C. Pembahasan
Stakeholder pendidikan dapat diartikan sebagai orang yang menjadi pemegang
dan sekaligus pemberi support terhadap pendidikan atau lembaga pendidikan.
Lembaga pendidikan itu berupa sekolah maka stakeholder adalah : Birokrasi
pendidikan (dinas pendidikan), pengawas, kepala sekolah, guruguru, orang tua, komite
sekolah, dewan sekolah, masyarakat, dunia usaha dan dunia industri. Dengan kata lain
stakeholder adalah orang-orang, atau badan yang berkepentingan langsung atau tidak
langsung terhadap kegiatan pendidikan di sekolah (Masita & Rusman, 2018).
Pentingnya peran stakeholder dalam penyelenggaraan pendidikan telah
diungkupkan oleh Lacanilao (2020) dalam penelitiannya. Stakeholder dalam lembaga
pendidikan adalah orang-orang atau badan yang berkepentingan langsung atau tidak
langsung terhadap kegiatan pendidikan di sekolah. Menjadi pemegang dan sekaligus
pemberi support terhadap pendidikan atau lembaga pendidikan (Maryono, 2018).
5

Merujuk pada UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, khususnya Pasal
56 menjelaskan bahwa stakeholder, yaitu:
1. Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang
meliputi perencanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan melalui
dewan pendidikan dan komite sekolah.
2. Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan pendidikan tenaga sarana dan prasarana, serta
pengawasan pendidikan pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota yang
tidak mempunya hubungan hierarkis.
3. Komite sekolah sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan
dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada
tingkatan satuan pendidikan.
Muhaimin (2017) membagi menjadi stakeholder primer, sekunder, dan tersier.
1. Stakeholder pimer (utama) adalah stakeholder yang memiliki keterlibatan secara
langsung dengan suatu kebijakan pendidikan, penentu utama dalam proses
pengambilan keputusan, yaitu pemerintah
2. Stakeholder sekunder (Pendukung), adalah stakeholder yang memiliki keterkaitan
langsung dalam pendidikan dan menjadi pelaku dalam mengimplementasikan
kebijakan dari stakeholder primer. Yang dimaksud dalam pembagian stakeholder
ini adalah kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan, siswa, staf
administrasi, yayasan dan komite sekolah.
3. Stakeholder tersier (pelengkap), merupakan stakeholder yang tidak memiliki
pengaruh dalam kebijakan pendidikan dan pelaksanaan atau implementasi
kebijakan pendidikan, namun memiliki hak untuk menentukan penilaian terhadap
kebijakan pendidikan dan memiliki hak untuk menggunakan lulusan lembaga
pendidikan. Stakeholder ini adalah masyarakat mitra penyedia lapangan pekerjaan
atau masyarakat pengguna lulusan lembaga pendidikan.
Perkataan stakeholder pada awalnya digunakan dalam dunia usaha, istilah ini
berasal dari bahasa inggris terdiri atas dua kata ; stake dan holder. Stake berarti to give
support to / pancang , holder berarti pemegang. Jadi stakeholder adalah siapapun yang
memiliki kepentingan dari sebuah usaha. Stakeholder diartikan juga sebagai
6

pemangku kepentingan yaitu pihak atau kelompok yang berkepentingan, baik


langsung maupun tidak langsung terhadap eksistensi atau aktifitas perusahaan
(Rosyida, 2011). Kemudian istilah tersebut dipakai dalam dunia pendidikan dimana
dijelaskan bahwa keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan tidak hanya
menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, melainkan juga pemerintah provinsi,
Kabupaten/Kota, dan pihak sekolah, orangtua, dan masyarakat atau stakeholder
pendidikan. Hal ini sesuai dengan konsep partisipasi berbasis masyarakat (community
based participation) dan Manajemen Berbasis Sekolah/MBS (school based
management) yang kini tidak hanya menjadi wacana, tetapi mulai dilaksanakan di
Indonesia. Inti dari penerapan kedua konsep tersebut adalah bagaimana agar sekolah
dan semua yang berkompeten atau stakeholder pendidikan dapat memberikan layanan
pendidikan yang berkualitas. Untuk itu diperlukan kerjasama yang sinergis dari pihak
sekolah, keluarga, dan masyarakat atau stakeholder lainnya secara sistematik sebagai
wujud peran serta dalam melakukan pengelolaan pendidikan melalui Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah.
Keberlangsungan dan kesuksesan dalam suatu organisasi sangat tergantung
dengan para pihak-pihak yang terkait yaitu stakeholder. Pada saat krisis menyerang
perusahaan/organisasi, pengelolah hubungan dengan para stakeholder memegang
peranan sangat penting. Kesalahan dalam mengelolah hubungan dengan stakeholder
pada saat krisis akan berakibat buruk pada suatu perusahaan/organisasi. Secara umum
stakeholder dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu stakeholder internal dan
stakeholder eksternal. Stakeholder internal adalah public yang berada didalam ruang
lingkup perusahaan/organisasi. Stakeholder eksternal adalah mereka yang
berkepentingan terhadap perusahaan, dan berada diluar perusahaan. Hubungan baik
dengan stakeholder memegang peranan penting sehingga dalam kondisi krisis pun
kegiatan pendidikan tetap berjalan baik seperti saat ini dalam kondisi pandemic akibat
wabah virus corona jumlah peserta didik yang mendaftar dirasa cukup stabil karena
kepercayaan para stakeholder tersebut. Sinergitas atau kerjasama stakeholder baik
internal dan ekternal demi terjamin nya mutu pendidikan sangat berperan penting
dalam kontribusi keberlangsungan pendidikan (Mukhtar & Muhammad, 2017).
Program sekolah akan dapat berjalan lancar apabila mendapat dukungan
masyarakat, maka sepatutnya internal sekolah yang dibawahi oleh kepala sekolah terus
7

menerus membina hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat ( orang tua dan
tokoh masyarakat/pengurus masjid), sekolah harus selalu memberi informasi program
ataupun informasi tentang masalah masalah yang dihadapai, karena kesuksesan
pendidikan bukan hanya bergantung pada upaya upaya selolah tetapi juga bergantung
kepada tingginya tingkat partisipasi masyarakat (Majir, 2018).
Keberhasilan tujuan pendidikan di suatu lembaga sekolah selain bergantung
kepada faktor internal yang disebut sebagai warga sekolah yaitu yang terdiri dari
kepala sekolah, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, keberhasilan tujuan
pendidikan pun membutuhkan support atau dukungan dari luar warga sekolah atau
yang disebut factor eksternal yaitu masyarakat. Stakeholder internal dibutuhkan untuk
menjalankan proses pendidikan dan dan stakeholder eksternal dibutuhkan sebagai
penunjang untuk meningkatkan mutu pendidikan. Maka tentunya peran pengelola
sekolah harus bisa menciptakan hubungan yang baik dan efektif dengan masyarkat
atau yang disebut sebagai stakeholder eksternal (Kholis, 2014).
Peran setiap stakeholder dalam pendidikan memiliki peran yang berbeda-beda,
mulai dari penentuan kebijakan pendidikan, implementasi kebijakan dan pengguna
lulusan.
1. Pemerintah, berperan mengusahakan dan menyelanggarakan sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
2. Kepala sekolah, berperan dalam mengatur rumah tangga sekolah, memelihara
hubungan baik sekolah dengan orang tua, lembaga-lembaga lain baik pemerintah
maupun swasta
3. Guru, berperan dalam pembelajaran anak dan komunikasi secara berkala dengan:
orang tua atau wali tentang kemajuan anak dalam belajar
4. Orang tua, berperan untuk mendukung pelaksanaan belajar mengajar di sekolah,
berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar di rumah,
5. Komite sekolah, berperan sebagai pemberi pertimbangan dalam penentuan dan
pelaksanan kebijakan pendidikan di sekolah
6. Masyarakat usaha, berperan dalam mendukung kebijakan sekolah, tidak hanya
sekedar memeras dan menjadikan lulusan sekolah sebagai obyek komoditas
(Latifah, 2016). .
8

Dalam UU Sisdiknas tahun 2003 Pasal 51 (1) Pengelolaan satuan pendidikan


anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan
standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah.
Dalam sisdiknas pun diatur peran masyarakat dalam mendukung pelaksanaan
pendidikan yaitu Pasal 56 (1) Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan
pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan
melalui dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah.. (3) Komite
sekolah/madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan
tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan (Mukhtar & Muhammad, 2017).
Mutu pendidikan bersifat relative karena tidak semua orang memiliki ukuran
yang sama persis namun berdasar acuan umum pengertian mutu pendidikan adalah
pendidikan yang seluruh komponennya memiliki persyararatan dan ketentuan yang
diinginkan pelanggan (costumer) dan menimbulkan kepuasan, mutu pendidikan yang
baik adalah jika pendidikan tersebut dapat menyajikan jasa yang sesuai dengan
kebutuhan para pelanggannya. Maka untuk menjaga kepuasan pelanggan diperlukan
pelayanan yang maksimal untuk pelanggan agar pelanggan tetap loyal terhadap produk
kita (Muhadi, 2021).
Jika berbicara mengenai customer care pada dasarnya adalah bagaimana
mengelola fasilitas sekaligus persepsi. Realitas berkenaan dengan pengelolaan
performance secara aktual. Tetapi yang juga tidak boleh terlewatkan adalah bagaimana
performa tadi diterima (peceived) oleh pelanggan. Banyak kita temui kenyataan betapa
performance yang bagus tidak tidak serta merta dipersepsikan bagus oleh pelanggan.
Dengan demikian dalam customer care kita tidak dapat hanya bertumpu pada
performance belaka, tapi juga memahami pelanggan kita, kebutuhannya,
keinginannya, dan harapanharapannya. Kualitas pada dasarnya merupakan dorongan
pelanggan. Hal ini disebabkan kerena pelanggan yang menentukan keputusan terakhir
dan kualitas produk yang ada di pasar. Pengukuran kualitas dari segi pemasaran harus
menggunakan sudut pandang konsumen terhadap kualitas.
Peranan stakeholder pendidikan dalam hal ini stakeholder sekolah merupakan
bentuk partisipasi masyarakat baik secara langsung ataupun tidak langsung, yaitu
9

partisipasi masyarakat dipilah dalam dua kategori yaitu kategori partisipasi


pembiayaan dan kategori partisipasi dalam bentuk tenaga/pemikiran, partisipasi dalam
tenaga berbentuk kontribusi dalam pembangunan Gedung sekolah, partisipasi
pemikiran dalam bentuk berperan aktif dalam perencanaan, pengawasan dan
pengendalian program sekolah, penyusunan RAPBS sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan masyarakat itu sendiri melalui komite sekolah, Peran dan fungsi komite
sekolah ada dalam lampiran II Kepmendiknas No. 044 tahun 20 diarahkan kepada hal
hal berikut : mewadahi dan meningkat peran para stakeholder pendidikan dalam
merumuskan dan menentukan kebijakan sekolah, mewadahi dan meningkatkan peran
stakeholder dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi sekolah,
memfasilitasi dalam upaya peningkatan kinerja dan profesionalisme kinerja
stakeholder internal proses pendidikan sekolah tercapai sesuai tujuan yang akan
dicapai sekolah, menyediakan pengadaan dan pemeliharaan berbagai fasilitas yang
dibutuhkan sekolah dalam upaya untuk meningkatkan proses belajar mengajar (Majir,
2018).
Dalam upaya meningkatkan mutu sekolah, stakeholder internal sekolah
melakukan pelatihan dan mengikuti berbagai diklat yang diadakan oleh
pemerintah maupun yang dilakukan oleh para praktisi pendidikan, selain itu pihak
ekolah memaksimalkan organisasi sekolah dengan membangun kemitraan melalui
kerjasama yang baik dengan orang tua peserta didik atau murid yang dibentuk dengan
nama POMG ( Persatuan Orang Tua Murid dan Guru) istilah POMG tetap dipakai di
sekolah TKQ Baitul Izzah menurut kepala sekolah lebih simple. Model kemitraan
antara stakeholder internal dengan stake holder eksternal atau kemitraan antara pihak
sekolah dengan orang tua peserta didik bertujuan untuk lebih meningkatkan
perkembangan akademik siswa, kemitraan ini sesuai dengan enam program yang
dikembangkan yaitu : parenting, komunikasi, volunteer, belajar di rumah,
pengambilan keputusan, kolaborasi dengan masyarakat yang lebih luas (Kholis, 2014).
Pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah menjadikan kemitraan dengan
POMG bukan hanya dalam kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan belajar
mengajar saja seperti dalam penyiapan kegiatan outing kebutuhan kendaraan angkut
menggunakan kendaraan sewa milik stakeholder ekstrenal, kegiatan puncak tema
sebagai penyelenggara adalah orang tua murid, kegiatan parenting, kesehatan gigi
10

ataupun ketrampilan khusus narasumbernya adalah dari orang tua murid yang
berprofesi sesuai dengan kegiatan tersebut, selain itu kemitraan sekolah dengan orang
tua murid berhubungan dengan kerjasama usaha misalkan snack untuk para guru
dipesan dari orang tua murid (Rujiah & Sa’diyah, 2021).
Pelajaran penting lain yang dapat diambil adalah bahwa keterlibatan masyarakat
dalam hampir seluruh kegiatan sekolah dapat meningkatkan derajat kepemilikan para
stakeholders. Komite sekolah, orang tua, dan anggota masyarakat lainnya merasa
dihargai ketika mereka terlibat dalam kegiatan sekolah. Jika mereka merasa bahwa
mereka sesungguhnya merupakan bagian komunitas sekolah dan memahami bahwa
sekolah tidak hanya dikelola oleh pemerintah tetapi juga oleh seluruh stakeholders,
maka rasa kepemilikan akan meningkat. Asumsi yang dapat dikembangkan dari
penelitian ini adalah semakin tinggi komitmen pengelola sekolah untuk melibatkan
partisipasi stakeholders dengan menerapkan pengelolaan lembaga secara transparan
dan akuntabel, maka semakin tinggi partisipasi masyarakat, rasa kepemilikannya, dan
berimbas pada meningkatnya sekolah bermutu secara nyata (Ariwidodo, 2009).
Dalam perspektif sosiologis, keterlibatan stakeholder eksternal dalam
penyelenggaraan pendidikan merupakan sesuatu yang sepatutnya, karena
pendidikan merupakan bagian dari esensi kehidupan masyarakat. Latar belakang
kesejarahan sekolah dasar memiliki nilai positif, sebagai lembaga pendidikan
dasar mempunyai akar yang kuat dalam masyarakat, artinya rasa memiliki
(sense of belongingness) masyarakat terhadap Sekolah Dasar merupakan potensi
berharga untuk menjaga atau menjamin sustainabilitas sekolah dasar ini sebagai
lembaga pendidikan yang populis (Sulistiyorini, 2018).
Gorton menandaskan bahwa untuk membangun sekolah yang efektif
perlu melibatkan peran serta masyarakat. Ada beberapa alasan mengapa
masyarakat perlu ikut terlibat dalam menciptakan sekolah yang efektif,
yaitu (1) di dalam masyarakat dimungkinkan adanya informasi yang bermanfaat
dan patut diajarkan oleh sekolah, (2) agar ada saling pengertian terhadap
munculnya berbagai permasalahan yang dihadapi sekolah, (3) agar ada
dukungan dari masyarakat untuk melaksanakan berbagai program sekolah,
(4) keterlibatan masyarakat dan warga akan dapat membantu perbaikan sekolah,
11

dan (5) keterlibatan yang tepat dari keluarga dan masyarakat akan sangat
membantu dalam evaluasi terhadap efektivitas dan kegagalan sekolah (Gorton, 2018).
Beberapa penelitian tentang hubungan prestasi siswa dengan keterlibatan
orang tua siswa telah banyak dilakukan oleh beberapa ahli seperti, Gibbon
melaporkan hasil penelitiannya yang dilakukan di sekolah-sekolah negeri
Culumbus, Ohio, bahwa salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan mutu
sekolah adalah adanya partisipasi orang tua dan masyarakat dalam program sekolah.
Penelitian yang menggunakan instrumen Efective School Consortia Network di negara
bagian New York Amerika Serikat (1987), menunjukkan bahwa, pelibatan orang
tua dalam kegiatan sekolah memiliki pengaruh terhadap prestasi akademik
siswa. Murillo, melaporkan hasil penelitian Effective School Improvement di
Spanyol, bahwa keterlibatan orang tua siswa sangat penting untuk meningkatkan
kualitas sekolah (Murillo, 2017).
Dengan demikian jelaslah bahwa dukungan stakeholder eksternal sangat
diperlukan untuk menciptakan sekolah yang efektif. Sekolah tidak bisa
meninggalkan dan jauh dari masyarakat, demikian juga sebaliknya masyarakat
memerlukan sekolah untuk dapat memberikan layanan pendidikan anak-anak
mereka (Timan, 2016). Dengan memberdayakan stakeholder eksternal baik sebagai
perorangan, organisasi maupun dalam bentuk lembaga, akan sangat membantu
sekolah dalam memberikan pelajaran yang efektif dan efisien. Apabila terjadi
kerjasama yang saling mendukung antara sekolah dan stakeholder eksternal,
sekolah akan dapat dengan mudah mendapat bantuan dari masyarakat
dalam upaya melakukan pembinaan kepada siswa. Pengelolaan pendidikan yang
efektif dengan dukungan penuh dari stakeholder eksternal akan memberikan rasa
tenang dan nyaman bagi Kepala Sekolah, guru-guru dan pegawai sekolah lainnya
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Sulistiyorini, 2018).

D. Kesimpulan
Peran stakeholder dalam penyelenggaraan pendidikan, yakni: 1) Masyarakat
berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan,
pengawasan dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite
sekolah, 2) Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam
12

peningkatan mutu pelayanan pendidikan tenaga sarana dan prasarana, serta


pengawasan pendidikan pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota yang
tidak mempunya hubungan hierarkis, 3) Komite sekolah sebagai lembaga mandiri,
dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan
pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan
pendidikan pada tingkatan satuan pendidikan.

E. Saran-saran
1. Pemerintah diharapkan melakukan pemerataan kepada seluruh sekolah di
Indonesia baik dari segi kualitas pendidikan, sumber daya manusia, maupun
sarana dan prasarana.
2. Guna semakin meningkatkan transparansi dan akuntabilitas yaitu melalui
pendayagunaan berbagai jalur komunikasi baik langsung maupun tidak
langsung melalui temu wicara maupun media cetak, menyiapkan kebijakan
yang jelas tentang cara mendapatkan informasi, bentuk informasi yang dapat
diakses publik, membuat prosedur pengaduan apabila informasi tidak sampai
ke publik, dan membuat peraturan yang menjamin hak publik untuk
mendapatkan informasi sekolah dan sarana informasi dan komunikasi, sekolah
menyusun rencana pengembangan sekolah dan menyampaikan kepada publik
di awal setiap tahun anggaran, menyediakan informasi kegiatan sekolah
kepada publik yang akan memperoleh pelayanan pendidikan dan
memperbaharui kinerja yang baru sebagai kesepakatan komitmen baru.
13

DAFTAR PUSTAKA

Ariwidodo, B. (2009). Studi Mengenai Pengaruh Kepercayaan Merek Terhadap


Keputusan Pembelian Jasa Pendidikan Pasca Sarjana, (Studi Kasus Program
Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro Semarang),.
Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, 8(2), 187–203.

Aulia, G. (2016). Partisipasi Stakeholder dalam Pelaksanaan Program Adiwiyata.


Kebijakan dan Manajemen Publik, 4(3).

Cabardo, J. R. O. (2016). Levels of Participation of the School Stakeholders to the


Different School-Initiated Activities and the Implementation of School-Based
Management. Journal od Inquiry & Action in Education, 8(1), 81–94.

Cayak, S. (2020). A Stakeholder Approach to the Educational Process: Parental


Involvement. Gümüşhane Üniversitesi Sosyal Bilimler Enstitüsü Elektronik
Dergis, 11(2), 287–297.

Gamedo, B. T., & Uleanya, C. (2021). Review of the Impact of Stakeholders’


Participation in Rural School Education. Multicultural Education, 7(5), 18–25.

Gichohi, G. W. (2015). Stakeholder involvement in Schools in 21st Century for


Academic Excellence. International Journal of Education and Research, 3(2),
13–22.

Gorton, R. A. (2018). School Administration: Challenge and Opprtunity for


Leadership. Journal of Education Research, 132(2).

Jatmiko, D. (2017). Peran Stakeholder Sekolah dalam Mengatasi Berbagai Macam


Kekerasan di Kalangan Siswa. Nusantara, 4(1), 7–13.

Kalar, A. M. (2019). Designing a Framework of Stakeholders’ Participation in School


Sport Decisions. Ann Appl Sport Sci, 7(2), 15–20.

Kholis, N. (2014). Mutu Sekolah Dan Budaya Partisipasi Stakeholders Studi


fenomenologi di sekolah Konfensional MIN Telagasari Blitar. Jurnal
Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi, 2(2).

Krisnayanti, I. A. P. A. (2014). Analisis Persepsi Stakeholder Internal Dan Eksternal


Terhadap Transparansi Dan Akuntabilitas Laporan Keuangan Pengelolaan
Dana BOS di SMP Negeri 1 Banjar Tahun 2013. Jurnal Undiksha, 4(1).

Lacanilao, R. T. (2020). Stakeholders’ Participation in School Activities in Public


Secondary Schools in Los Baños, Laguna. Asian Journal of Social Sciences
and Management Studies, 7(3).
14

Latifah, I. N. (2016). Pengelolaan Madrasah Dalam Persfektif Total Quality


Management Di MIN Hadiluwih Sumberlawang Sragen Tahun Ajaran
2015/2016. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 3(5).

Majir, A. (2018). Rekontruksi hubungan komite sekolah dan sekolah sebagai upaya
meningkatkan mutu Pendidikan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio,
10(2).

Maryono. (2018). Akuntabilitas Sekolah; Suatu Upaya Meningkatkan Mutu


Pendidikan Madrasah. Jurnal Paramurobi, 1(1).

Masita, D. R., & Rusman. (2018). Pengaruh Solidasi Stakeholder Terhadap


Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan si SMP Muhammadiyah 15 Kenjeran
Surabaya. Tadarus: Jurnal Pendidikan Islam, 7(1).

Muhadi, I. (2021). Tata Kelola Stakeholder dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan


Pada Madrasah Tsanawiyah. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(1), 256–265.

Muhaimin. (2017). Manajemen Pendidikan, Aplikasinya dalam Penyusunan


Pengembangan Sekolah/Madrasah. Prenada Media.

Mukhtar, & Muhammad. (2017). Pemasaran dan upaya dalam mempengaruhi harapan
stakeholder dalam lembaga Pendidikan Islam. Jurnal Tarbawi, 14(2).

Murillo, J. J. (2017). Good Effective School Improvement in Spain. Educational


Research and Evaluation, 8(4), 387–410.

Rosyida, I. (2011). Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan


Program Corporate Social Reponsibility (CSR) dan Dampaknya Terhadap
Komunitas Perdesaan. Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi,
dan Ekologi Manusia, 5(1), 51–70.

Rujiah, & Sa’diyah, M. (2021). Peran Stakeholder Pendidikan Sebagai Penjamin Mutu
Sekolah PAUD di TKQ Baitul Izzah. Ar- Raayah, 5(2), 636–652.

Sulistiyorini. (2018). Partisipasi Stakeholder Eksternal dalam Meningkatkan Mutu


Pendidikan di Sekolah Dasar. Ta’allum-Jurnal Pendidikan Islam, 6(2), 347–
272.

Timan, A. (2016). Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan program Hubungan


Sekolah-Masyarakat di Sekolah Dasa. Jurnal Ilmu Pendidikan, 29(2), 174–
179.

Anda mungkin juga menyukai