Anda di halaman 1dari 55

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU

PENDIDIKAN DI SMA IT ASH – SHOHWAH


KECAMATAN TANJUNG REDEB
KABUPATEN BERAU

Proposal Penelitian
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Seminar Proposal

Diajukan oleh:
Deasy Lisa Damayanti
2107046031

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2022

0
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan pintu menuju kemerdekaan baik secara lahiriah
maupun batiniah bagi manusia. Pendidikan sebagai anugerah pengetahuan yang
tidak hanya di pandang sebagai suatu kewajiban, namun hakikatnya kita harus
cerdas dalam merencanakan, mengorganisir, mengemas, melaksanakan, dan
mengevaluasi serta melakukan tindak lanjut sebagai proses pendidikan yang
dilakukan secara bersinergi dan berkesinambungan. Sejumlah manusia yang
terlibat harus dapat bekerja sama di lingkungan lembaga pendidikan tersebut
untuk mencapai tujuan pendidikan (Wardiah et al., 2015). Namun,
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia hingga saat ini masih belum
menunjukkan kondisi ideal. Masih banyak ditemui sekolah-sekolah yang
dikelola secara tidak profesional (Perdana, 2013). Beberapa sekolah terutama di
perkotaan telah meningkatkan mutu pendidikan dengan hasil yang sangat
menjanjikan tetapi sebagian besar sekolah lain masih perlu perhatian khususnya
sekolah yang masih dalam lingkup pedesaan (Pohan, 2018). Mutu pendidikan
Indonesia dikategorikan masih rendah jika dibandingkan dengan negara lain,
bahkan sesama anggota ASEAN pun kualitas sumber daya manusia bangsa
Indonesia termasuk dalam peringkat paling rendah (Fathurrochman et al., 2021).
Padahal, peningkatan mutu pendidikan adalah suatu proses yang terintegrasi
dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri, dan
peningkatan mutu pendidikan merupakan faktor utama dalam menentukan
keberhasilan pembangunan bangsa (Pohan, 2018).
Sejalan dengan kondisi peringkat pendidikan Indonesia dibandingkan
negara-negara lain, banyak faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan di
Indonesia antara lain: dukungan dari pemerintah, kepemimpinan kepala sekolah

1
yang efektif, kinerja guru yang baik, kurikulum yang relevan, lulusan yang
berkualitas, budaya dan iklim organisasi yang efektif, serta partisipasi
masyarakat dan dukungan orang tua siswa (Fadhli, 2017). Dari berbagai faktor
tersebut, salah satu penyebab masih banyaknya permasalahan-permasalahan
pendidikan di Indonesia diantaranya adalah rendahnya partisipasi masyarakat
dalam menyukseskan tercapainya tujuan pendidikan nasional. Masyarakat seakan
tidak ingin tahu dan mengerti tentang pelaksanaan pendidikan yang memerlukan
perhatian dari berbagai aspek. Partisipasi masyarakat khususnya orang tua yang
belum maksimal dalam meningkatkan mutu pendidikan disebabkan karena
kesadaran masyarakat dan orang tua masih sangat minim jika membahas tentang
permasalahan pendidikan. Padahal, masyarakat dan orang tua merupakan bagian
dari dunia pendidikan yang sangat penting (Muslim, 2021).
Partisipasi masyarakat dan orang tua dalam penyelenggaraan pendidikan
terkait dengan peningkatan mutu pendidikan telah didukung oleh usaha
pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan tentang otonomi pendidikan.
Otonomi pendidikan sebagai bentuk desentralisasi pendidikan yang telah
melahirkan konsep penting bagi penyelenggaraan pendidikan. Salah satu konsep
penting yang muncul tentang mutu pendidikan tersebut adalah Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) (Pohan, 2018). Keterlibatan masyarakat dan orang tua
siswa dalam penyelenggaraan pendidikan inilah yang menjadi salah satu faktor
kunci keberhasilan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam
rangka mewujudkan kemandirian sekolah (Awie, 2014). Munculnya
pembaharuan konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah pembentukan
lembaga yang menggantikan keberadaan Badan Penunjang Pendidikan (BP3)
yaitu Komisi Sekolah pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor :
044/U/2002 tanggal 2 April 2002. Sekolah yang mengganti nama BP3 menjadi
komite sekolah didasarkan pada perlunya peran serta masyarakat secara penuh
untuk meningkatkan mutu pendidikan (Pohan, 2018). Sejalan dengan hal tersebut,
Fathurrahman Al-Ayubi (2020) berpendapat bahwa meningkatkan mutu

2
pendidikan memang tidak mudah. Dalam hal peningkatan mutu, bukan hanya
sekolah dan pemangku kepentingan sekolah saja yang berperan melainkan
seluruh sumber daya manusia yang memegang peranan penting dalam
meningkatkan kualitas pendidikan tersebut. Peningkatan mutu pendidikan
merupakan proses yang terintegrasi ke dalam proses peningkatan kualitas sumber
daya manusia itu sendiri. Oleh karena itu, pelibatan masyarakat sangat penting
sebagai sumber keinginan dan kriteria pencapaian kualitas. Konsep ini disambut
dan diapresiasi sebagai angin segar dalam proses penyelenggaraan lembaga
pendidikan dengan memperkuat pelibatan masyarakat secara seragam disatukan
oleh komite sekolah dan masyarakat (Pohan, 2018).
Di sisi lain, Muhammad Munawir Pohan (2018) juga menambahkan jika
keterlibatan masyarakat dalam hal pembentukan komite sekolah didasarkan
bahwa sekolah adalah milik masyarakat, maka komite sekolah dapat berfungsi
sebagai wadah pembinaan upaya masyarakat dalam menyusun kebijakan
operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan. Namun, karena tujuan
pembentukan komite sekolah tidak dipahami, peran komite sekolah hanya
terfokus pada masalah biaya pembangunan dan pendidikan. Akibatnya, komite
sekolah kurang tanggap terhadap berbagai program yang disiapkan sekolah
karena jarang ada komite yang dilibatkan dalam penyusunan program sekolah
sebagai upaya meningkatkan partisipasi masyarakat. Sejalan dengan pendapat
tersebut, Effendy Irawan et al. (2021) mengungkapkan bahwa upaya peningkatan
mutu pendidikan pada umumnya mendasari pembentukan komite sekolah
sebagai solusi untuk memperbaiki keadaan. Kehadiran komite sekolah
semestinya dapat membantu meningkatkan kualitas layanan pendidikan. Dalam
memenuhi fungsinya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, komite sekolah
harus memiliki empat tanggung jawab khusus yang telah ditetapkan pemerintah
untuk dicapai antara lain : (1) memberi pertimbangan penentuan kebijakan; (2)
menggalang dana; (3) mengawasi pelayanan pendidikan; dan (4) menindaklanjuti
aspirasi masyarakat. Namun, disfungsi satu atau lebih tugas komite sekolah telah

3
diidentifikasi di beberapa satuan pendidikan. Di salah satu satuan pendidikan
Banda Aceh, peran komite sekolah yang berfungsi dengan baik hanya sebagai
penggalang dana (Hasan, 2014). Didukung dengan penelitian yang dilakukan di
Kabupaten Bantul, komite sekolah terkendala dalam memenuhi kewajibannya
sebagai penasihat karena kurangnya ruang demokrasi untuk saling menasihati
(Mustadi et al., 2016). Disfungsi komite sekolah salah satu satuan pendidikan di
Kabupaten Kebmen terjadi pada peran pendampingan dan pengawasan (Sadewa
& Yuniningsih, 2016). SD Sumberporong 03, sekolah negeri dan swasta di
Kabupaten Ramongan, sekolah kejuruan di wilayah Jakarta, dan SDN di
Kabupaten Cakranegara, komite sekolah sebagai pengawas layanan pendidikan,
menghadapi beberapa kendala dalam operasionalnya. Beberapa faktor tersebut
terjadi karena adanya kesibukan profesi masing-masing anggota komite sekolah
(Hanafi & Ma’sum, 2015; Kriswantono & Muhyadi, 2013; Maujud, 2017;
Mulyono & Pardjono, 2014).
Berbagai faktor yang terjadi setelah penerapan konsep komite sekolah
ternyata bertolak belakang dengan makna konsep yang sebenarnya. Menurut
hasil survei Ahmad Yani (2013), peran komite sekolah di SMP IT Al-Fityan
Gowa dinilai berdasarkan aspek kualifikasi pendidikan dan jumlah anggota
komite sekolah dinilai mampu menjalankan peran berdasarkan empat indikator
yaitu sebagai lembaga penasehat, pendukung, pengendali, dan mediator. Namun
faktanya, komite sekolah dinilai belum optimal karena beberapa faktor, antara
lain kurangnya sosialisasi tentang peran dan fungsi komite sekolah kepada orang
tua/wali, masyarakat, dan pemangku kepentingan. Komite belum didukung
dengan AD/ART dan fasilitas ruangan/kantor yang tidak disediakan. Selain itu,
sebagian besar anggota komite ada yang belum berkontribusi dalam kegiatan
sebagai pemenuhan peran komite. Hal seperti ini masih jauh dari kelayakan
tujuan dibentuknya komite sekolah. Tujuan dibentuknya komite sekolah
sebenarnya adalah sebagai organisasi dalam komunitas sekolah dengan
komitmen dan loyalitas, serta minat untuk meningkatkan kualitas sekolah.

4
Komite sekolah juga harus menggambarkan perubahan dalam empat bidang:
peningkatan pembelajaran, guru, kesejahteraan, peningkatan fasilitas sekolah,
dan peningkatan lingkungan fisik. Namun kendala yang paling terlihat adalah
upaya sekolah untuk mendanai program tersebut, terutama karena perencanaan
dilakukan terlebih dahulu baru kemudian dicari pendanaannya bukan melihat
ketersediaan dana barulah melakukan perencanaan (Faqih & Mulianti, 2016). Hal
ini didukung oleh hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh M. Faqih
& Etik Mulianti (2016) yang menunjukkan bahwa permasalahan yang dihadapi
komite sekolah SMAN 1 Gangga yaitu kurangnya keterlibatan orang tua dalam
kegiatan sekolah, pembelajaran yang kurang melibatkan guru, tenaga
kependidikan, dan komite sekolah, kurangnya informasi tentang program sekolah
bagi orang tua untuk berpartisipasi dalam program tersebut, dan belum ada
apresiasi terhadap keterlibatan orang tua dalam berbagai program dan kegiatan
sekolah.
Berbeda dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di SDN
Lengkong Karya, beberapa permasalahan terkait komite sekolah telah
teridentifikasi yaitu kinerja komite sekolah yang belum maksimal, SDM komite
sekolah yang langka, komite sekolah yang membutuhkan dana terbatas, komite
dan orang tua/wali siswa kurang berkomunikasi, sehingga kinerja komite sekolah
SDN Lengkong Karya tidak maksimal. Namun, setelah dilakukan penelitian
lebih lanjut di tahun berikutnya, komite sekolah di SDN Lengkong Karya
menunjukkan bahwa komite sekolah telah berperan dalam pertimbangan,
dukungan, pengontrol, mediator. Komite sekolah juga terlibat dalam membantu
pelaksanaan kegiatan/program sekolah (Al-Ayubi, 2020). Sejalan dengan hal
tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Nili Hayani (2015) menemukan bahwa
komite SMP Negeri 2 Seluma telah berfungsi penuh sebagai advisory agency
yang telah tertuang dalam RAPBS, sehingga pelaksanaan kegiatan pembelajaran
berjalan lancar karena anggaran telah ditetapkan secara cermat. Namun peran
komite sekolah sebagai supporting agency didasarkan pada hasil wawancara

5
ketua komite terdapat permasalahan dalam pengadaan komite dikarenakan
pendapatan orang tua yang berbeda-beda. Selain itu, peran komite sekolah
sebagai controlling agency didasarkan pada wawancara dengan orang tua siswa
SMP Negeri 2 Seluma, tidak secara langsung dikendalikan oleh orang tua, tetapi
hanya sesekali dalam mengkoordinasikan proses dan program pendidikan. Peran
komite sekolah sebagai mediator yang tinggi pelaksanaannya maka suatu
hubungan dapat mencapai maksud dan dapat dirasakan manfaatnya oleh pihak
sekolah dengan masyarakat, dengan ketentuan bahwa pengurus komite sekolah
dibentuk setelah program sekolah dibuat sebelumnya.
Selain hal-hal yang telah dipaparkan di atas mengenai hubungan komite
sekolah, masyarakat dan orang tua, hubungan yang terjalin dengan baik antara
kepala sekolah dengan komite sekolah juga akan memberikan pengaruh positif
bagi komite sekolah dalam meningkatkan sumber daya pendidikan yang
berkualitas guna menyelenggarakan manajemen pendidikan yang lebih baik.
Tujuannya adalah untuk memberikan fasilitas bagi guru dan siswa untuk belajar
semaksimal mungkin, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif. Berdasarkan
hasil penelitian Fahmi Rozi et al. (2020) menyimpulkan bahwa komite sekolah
telah bersinergi dengan kepala madrasah terkait perannya sebagai pemberi
pertimbangan, pendukung, pengontrol dan mediator. Namun selain pencapaian
yang dilakukan, masih ada beberapa indikator di dalam Tugas Pokok dan Fungsi
dari masing-masing anggota komite madrasah yang belum maksimal dijalankan.
Komite madrasah belum menyiapkan peta kerja untuk setiap anggota komite dan
belum ada program kerja yang terencana. Kinerja yang dilakukan komite
merupakan inisiatif individu dan merupakan hasil koordinasi dan arahan kepala
madrasah. Dari permasalahan di atas, maka perlu bagi sekolah itu sendiri untuk
meningkatkan mutu pendidikan yang merupakan proses yang terintegrasi dengan
peningkatan operasional lembaga pendidikan. Tidak hanya kepala sekolah, tetapi
dalam hal ini sekelompok orang yang diwakili oleh komite sekolah dapat
berperan aktif dalam meningkatkan operasional lembaga.

6
Fenomena yang muncul setelah terbentuknya komite sekolah dari
beberapa permasalahan di atas ternyata belum ada kesesuaian dengan tujuan dari
komite sekolah itu sendiri sehingga mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian lebih lanjut di salah satu SMA Swasta di Kecamatan Tanjung Redeb
Kabupaten Berau yakni SMA IT Ash-Shohwah untuk mengetahui bagaimana
peran komite sekolah yang dijalankan oleh sekolah tersebut dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikannya.
SMA IT Ash-Shohwah merupakan sekolah swasta yang baru berdiri pada
tahun 2015 dan memiliki akreditas B. Sebagai sekolah swasta yang terbilang
baru memasuki kancah sistem pendidikan, SMA IT Ash-Shohwah mampu
memperlihatkan eksistensinya dengan meraih beberapa prestasi di bidang
akademik dan non akademik dalam kurun waktu yang singkat. Prestasi akademik
yang diraih salah satunya adalah pemenang Olimpiade Fisika yang mewakili
Kabupaten Berau ke tingkat Provinsi pada tahun 2017. Untuk prestasi non
akademik yang diraih oleh sekolah tersebut yaitu di ajang Festival dan Lomba
Seni Siswa Nasional (FLS2N) jenjang SMA/SMK/MA tingkat Kabupaten tahun
2021 meraih 3 (tiga) besar dari 5 (lima) cabang lomba diantaranya adalah juara 1
vokal solo, juara 1 monolog, dan juara 2 komik digital.
Selain unggul di bidang prestasi akademik dan non akademik, biaya
pendidikan di sekolah ini bisa dikategorikan cukup mahal, namun banyak orang
tua yang tertarik untuk memasukkan anaknya di sekolah tersebut. Orang tua
tidak khawatir memasukkan anak-anak mereka ke sekolah tersebut karena biaya
pendidikan yang dikeluarkan oleh orang tua sebanding dengan apa yang mereka
harapkan. Orang tua dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan komite sekolah
dengan membuat program unggulan. Program unggulan komite secara khusus di
SMA IT Ash-Shohwah salah satunya yang melibatkan masyarakat yaitu program
Sekolah Kerja Nyata (SKN) yang merupakan turunan dari program Tunas Desa
yang mulai dijalankan pada tahun 2016. SKN diharapkan mampu menciptakan
generasi yang cerdas dan terkoneksi secara baik dengan masyarakat.

7
Berdasarkan uraian yang telah penulis jabarkan di atas menjadi rujukan
bagi peneliti untuk melakukan penelitian tentang peran komite sekolah di SMA
IT Ash-Shohwah tersebut untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan peran
komite sekolah di sekolah tersebut sebagai badan pertimbangan, badan
pendukung, badan pengontrol, dan badan penghubung, sehingga dapat menjadi
informasi yang sangat berguna dalam perencanaa program pemberdayaan dalam
peningkatan mutu pendidikan melalui komite sekolah bagi sekolah-sekolah lain.
Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk mengkaji lebih dalam tentang peran
komite sekolah khususnya pada SMA Swasta tersebut yang akan dituangkan
dalam tesis yang berjudul “Peran Komite Sekolah dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan SMA IT Ash-Shohwah Kecamatan Tanjung Redeb Kabupaten
Berau”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas dapat diidentifikasi
masalah-masalah yang ada sebagai berikut :
1. Peran komite sekolah belum sepenuhnya dilaksanakan, dimana sebagai
supporting agency, terdapat permasalahan dalam pengadaan dana komite
dikarenakan pendapatan orang tua yang berbeda-beda dan sebagai
controlling agency dimana sekolah tidak secara langsung dikendalikan oleh
orang tua, tetapi hanya sesekali dalam mengkoordinasikan proses dan
program pendidikan.
2. Masih ada beberapa indikator di dalam Tugas Pokok dan Fungsi komite
sekolah yang belum maksimal dijalankan dan sekolah belum menyiapkan
peta kerja untuk setiap anggota komite serta belum ada program kerja yang
terencana.
3. Komite sekolah tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik akibat
lemahnya internal komite sekolah itu sendiri dan faktor eksternal yaitu

8
masyarakat yang belum sepenuhnya memahami peran dan fungsi komite
sekolah.
4. Kinerja komite sekolah yang belum maksimal dimana SDM komite sekolah
yang langka, komite sekolah yang membutuhkan dana namun terbatas, serta
komite dan orang tua/wali siswa kurang berkomunikasi.
5. Komite sekolah belum optimal karena kurangnya sosialisasi tentang peran
dan fungsi komite sekolah kepada orang tua/wali, masyarakat dan pemangku
kepentingan.
6. Komite belum didukung dengan AD/ART dan fasilitas ruangan/kantor yang
tidak disediakan.
7. Sebagian besar anggota komite ada yang belum berkontribusi dalam
kegiatan sebagai pemenuhan peran komite.
8. Kurangnya keterlibatan orang tua dalam kegiatan sekolah, pembelajaran
yang kurang melibatkan guru, tenaga kependidikan, dan komite sekolah,
serta kurangnya informasi tentang program sekolah bagi orang tua untuk
berpartisipasi dalam program tersebut, dan belum ada apresiasi terhadap
keterlibatan orang tua dalam berbagai program dan kegiatan sekolah.
9. Komite sekolah terkendala dalam memenuhi kewajibannya sebagai
penasihat karena kurangnya ruang demokrasi untuk saling menasihati.
10. Disfungsi komite sekolah yang terjadi pada peran pendampingan dan
pengawasan yang terjadi akibat kesibukan profesi masing-masing anggota
komite sekolah.

C. Fokus Penelitian
Agar pokok permasalahan yang diteliti tidak melebar dari apa yang
ditentukan dari awal, maka penelitian ini hanya berfokus pada masalah tertentu.
Adapun fokus penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Peran komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan di SMA IT Ash-
Shohwah Tanjung Redeb – Berau.

9
2. Faktor pendukung dan penghambat peran komite sekolah dalam peningkatan
mutu pendidikan di SMA IT Ash-Shohwah Tanjung Redeb – Berau.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana peran komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan di
SMA IT Ash-Shohwah Tanjung Redeb – Berau?
2. Apakah saja faktor pendukung dan penghambat peran komite sekolah dalam
peningkatan mutu pendidikan di SMA IT Ash-Shohwah Tanjung Redeb –
Berau?

E. Tujuan Penelitian
Berpijak dari pokok permasalahan di atas, maka adapun tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendeskripsikan peran komite sekolah dalam peningkatan mutu
pendidikan di SMA IT Ash-Shohwah Tanjung Redeb – Berau
2. Untuk menganalisis faktor pendukung dan penghambat peran komite
sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan di SMA IT Ash-Shohwah
Tanjung Redeb – Berau

F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dijelaskan beberapa manfaat
dari pelaksanan penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih
pemikiran dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya yang
berkaitan dengan peran komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,
pengajar dan pihak yang berkecimpung dalam lembaga pendidikan pada

10
umunya serta bagi penulis khususnya agar menyadari betapa pentingnya
peran komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan.
3. Secara akademis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
masukan untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan
peningkatan mutu pendidikan melalui peranan komite sekolah dan dapat
menjadi bahan kajian lebih lanjut bagi penelitian selanjutnya.

11
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Peran Komite Sekolah
Komite sekolah adalah organisasi atau lembaga non-politik atau non-
profit yang dibentuk atas dasar nalar demokratis oleh para stakeholder yang
berkepentingan dalam dunia pendidikan khususnya di sekolah. Mereka
memiliki tanggung jawab untuk membantu sekolah dalam meningkatkan
kualitas pendidikannya (Rosnani, 2021). Menurut Daryanto (2006), komite
sekolah merupakan sebuah organisasi independen yang mewadahi partisipasi
masyarakat dalam peningkatan mutu, ketidakberpihakan, dan efisiensi
manajemen pendidikan di bidang pendidikan, baik pada jalur prasekolah,
dalam sekolah, dan luar sekolah. Sedangkan menurut Undang-Undang
nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, komite
sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang
tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang
peduli pendidikan (Undang-Undang RI, 2003).
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa komite sekolah
terdiri dari berbagai unsur yaitu orang tua/wali peserta didik, perwakilan
tokoh masyarakat yang meliputi ulama, pendeta, praktisi budaya, tokoh adat,
pakar atau pemerhati pendidikan, perwakilan organisasi masyarakat,
perwakilan dunia bisnis dan industri, kepala sekolah, perwakilan guru,
bahkan perwakilan siswa juga dapat disertakan. Keberadaan komite sekolah
dimaksudkan untuk menjadi organisasi bagi warga sekolah yang memiliki
komitmen dan loyalitas dalam meningkatkan mutu sekolah. Komite sekolah
yang dibentuk dapat dikembangkan secara khusus dan berakar pada budaya,
demografi, ekologi, nilai-nilai yang disepakati, dan kepercayaan yang

12
dibangun sesuai dengan potensi masyarakat. Oleh karena itu, komite sekolah
yang akan dibangun harus merupakan pengembangan kolektif dari kekayaan
filosofis masyarakat (Rosnani, 2021).
Komite sekolah berkedudukan disetiap satuan pendidikan, yaitu
sekolah, pada seluruh jenjang pendidikan, dari jenjang pendidikan,
pendidikan dasar, hingga pendidikan menengah baik sekolah negeri maupun
swasta. Pada setiap sekolah terdapat satu komite sekolah. Dalam hal terdapat
beberapa sekolah pada satu lokasi, atau beberapa sekolah yang berbeda
jenjang tetapi berada pada lokasi berdekatan, atau beberapa sekolah yang
dikelola oleh suatu penyelenggara pendidikan, atau karena pertimbangan
lainnya, dapat dibentuk kordinator komite sekolah (Mirhasan, 2019). Komite
sekolah bukanlah lembaga birokrasi baru. Kedudukan komite sekolah tidak
berada di atas atau di bawah kepala sekolah, tetapi memiliki hak yang sama.
Komite sekolah juga bukan lembaga pemerintah yang harus meminta
pertanggungjawaban pemerintah pusat. Komite sekolah terdiri dari orang tua
dan masyarakat. Komite sekolah merupakan organisasi independen yang
menjadi wadah pelibatan orang tua dan masyarakat untuk mendukung
terselenggaranya pendidikan di sekolah dan meningkatkan mutu pendidikan
sekolah (Pantjastuti et al., 2008). Komite sekolah berkedudukan di sekolah
dan setiap sekolah dapat membentuk komite sekolah secara mandiri atau
bergabung dengan sekolah lain. Komite sekolah bersifat independen dan
tidak memiliki hubungan hierarkis dengan lembaga pemerintah. Namun
kenyataannya, banyak komite sekolah yang hanya mengandalkan dana
pemerintah karena tidak bisa mandiri dalam hal pendanaan (Mulyasa, 2011).
Kedudukan komite sekolah yang dianggap penting dalam dunia
pendidikan, sepatutnya memiliki tujuan dari dibentuknya komite sekolah itu
sendiri. Adapun tujuan komite sekolah menurut Engkoswara & Komariah
(2010), yaitu :

13
a. Menjadi wadah dalam upaya meningkatkan pengembangan berbagai
kebijakan sekolah, termasuk pelibatan stakeholder pendidikan di tingkat
sekolah.
b. Meningkatkan keterlibatan stakeholder pendidikan tingkat sekolah
dalam memecahkan masalah pendidikan.
c. Mempromosikan upaya peningkatan kinerja dan profesionalisme kepala
sekolah, guru dan staf.
d. Menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan sekolah.
e. Mengembangkan dan menetapkan program kurikulum yang efektif.
f. Memfasilitasi dan mengendalikan pelaksanaan sistem manajemen
sekolah yang transparan dan demokratis.
Tujuan komite sekolah tidak hanya sebagai wadah dalam upaya
masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan, tetapi juga bertanggung
jawab atas pelaksanaan dan peningkatan mutu pendidikan bagi seluruh
sekolah dengan stakeholder pendidikan untuk berperan aktif dalam
mendukung kegiatan. Di sisi lain, pengelolaannya membutuhkan
transparansi, akuntabilitas, dan demokrasi. Komite sekolah merupakan
lingkungan yang terbuka dan demokratis di mana anggota sekolah yaitu
karyawan, staf, guru, siswa dan masyarakat termasuk orang tua, tokoh
masyarakat, pengusaha, dan pemerintah agar dapat terlibat langsung dalam
proses penyelenggaraan pendidikan (Al-Ayubi, 2020).
Peran serta masyarakat dalam pendidikan telah dikemukakan dalam
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 54.
Dan secara spesifik, pada pasal 56 disebutkan bahwa di masyarakat ada
dewan pendidikan dan komite sekolah atau komite madrasah, yang berperan
sebagai berikut:
a. Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan
yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program
pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah.

14
b. Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan
dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan
pertimbangan, arahan, dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta
pengawasan pendidikan di tingkat nasional, propinsi, dan
kabupaten/kota yang tidak mempunyai hubungan hirarkis.
c. Komite sekolah/madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan
berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dan memberikan
pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta
pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan (Undang-
Undang RI, 2003).
Dalam rangka memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekolah,
peran komite sekolah antara lain yang dikemukakan oleh Mulyasa (2011)
adalah sebagai berikut:
a. Pemberian pertimbangan (advisory agency) ketika memutuskan untuk
menerapkan kebijakan pendidikan di sekolah.
b. Pendukung (supporting agency) dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah, baik berupa keuangan, gagasan maupun sumber daya manusia.
c. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas pelaksanaan dan keluaran mutu pendidikan di sekolah.
d. Mediator yaitu sebagai perantara antara pemerintah dan masyarakat di
sekolah (Mulyasa, 2011).
Peran komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan dalam
pelaksanaan program sekolah yang didirikan oleh masyarakat yang sudah
ada bertujuan untuk membentuk sekolah dengan kebijakan pendidikan yang
diterima oleh masyarakat. Komite sekolah sebagai pendukung adlah upaya
sekolah dalam bentuk mempersiapkan tenaga dan pemikiran/kontribusi ide
untuk program sekolah ke depannya, terutama yang berkaitan dengan
masalah pendanaan sekolah, pendidikan yang berkualitas dan sesuai dengan
harapan masyarakat. Peran komite sekolah sebagai pengontrol dimana

15
komite bertanggung jawab untuk melakukan kegiatan pendidikan, dan
komite harus transparan dan akuntabel dalam menjalankan perannya. Peran
komite sekolah sebagai mediator pada dasarnya hanya sebagai acuan, karena
komite sekolah memiliki hak mendasar untuk mengembangkan perannya
sebagai perantara antara pemerintah dan masyarakat. Untuk memperkuat
peran masyarakat, sekolah juga harus mampu meningkatkan kerjasama
dengan orang tua, menumbuhkan serta menciptakan suasana yang nyaman
bagi siswa dan warga sekolah (Al-Ayubi, 2020).

2. Mutu Pendidikan
Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau
jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang
diharapkan. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input,
proses, dan output pendidikan (Umaedi, 2001). Mutu pendidikan bersifat
relatif karena tidak semua orang memiliki ukuran yang sama. Akan tetapi,
mengacu pada konsep umum mutu, pendidikan bermutu adalah pendidikan
yang semua unsurnya memenuhi persyaratan dan kondisi yang diinginkan
oleh pelanggan dan bermuara pada kepuasan. Kualitas pendidikan dikatakan
baik jika dapat memberikan pelayanan yang memenuhi kebutuhan
pelanggannya (Engkoswara & Komariah, 2010). Mutu berdasarkan proses
berarti efektifitas dan efisiensi dari semua elemen yang terlibat dalam proses
pendidikan. Oleh karena itu, mutu yang dihasilkan dalam dunia pendidikan
adalah gambaran yang menyeluruh tentang tingkat, jenis, atau layanan
pendidikan yang diciptakan oleh suatu lembaga untuk memenuhi harapan
dan keinginan pengguna lembaga dan masyarakat pelanggan (Asy’ari et al.,
2017).
Upaya dalam peningkatan mutu pendidikan merupakan isu yang terus
menerus akan menjadi perbincangan dalam pengelolan/ manajemen
pendidikan.Peningkatan mutu pendidikan merupakan usaha yang harus

16
diupayakan denganterus menerus agar harapan untuk pendidikan yang
berkualitas dan relevan dapat tercapai Pendidikan yang berkualitas
merupakan harapan dan tuntutan seluruh stakeholder pendidikan. Semua
orang tentunya akan lebih suka menuntut ilmu pada lembagayang memiliki
mutu yang baik. Atas dasar ini maka sekolah/ lembaga pendidikan harus
dapat memberikan pelayanan dan mutu yang baik agar tidak ditinggalkan
dan mampu bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya. Untuk mengukur
pendidikan yang berkualitas tentunya diperlukan kriteria/indikator, Sallis
(2002) mengungkapkan ada banyak indikator mutu yang baik di lembaga
pendidikan antara lain:
a. high moralvalues;
b. excellent examination results;
c. the support of parents, business and the local community;
d. plentiful resources;
e. the application of the latest technology;
f. strong and purposeful leadership;
g. the care and concern for pupils and students;
h. awell-balanced and challenging curriculum.
Pandangan ini menjelaskan bahwa sekolah yang bermutu dan baik
harus memiliki: 1) nilai-nilai moral/karakter yang tinggi; 2) hasil ujian yang
sangat baik; 3) dukungan orangtua, dunia usaha dan masyarakat setempat; 4)
sumber daya berlimpah; 5) implementasi teknologi terbaru; 6)
kepemimpinan yang kuat dan memiliki tujuan (visi); 7) keperdulian dan
perhatian bagi siswa; 8) kurikulum yang seimbang dan relevan untuk
meningkatkan mutu pendidikan perlu dilihat dari banyak sisi (Mirhasan,
2019).
Menurut Jamiludin Usman (2016), penyelenggaraan pendidikan oleh
lembaga pendidikan tidak lepas dari lima faktor pendidikan yang seluruh
faktornya saling melengkapi dalam menunjang keberhasilan lembaga

17
pendidikan secara komplementer atau suportif sebagai upaya peningkatan
mutu. Lima faktor yang dimaksud antara lain:
a. Tujuan
Sekolah perlu berpegang pada tujuan mereka untuk mencapai
hasil yang berkualitas. Kualitas lembaga pendidikan yang berjalan tanpa
tujuan akan sulit ntuk mencapai apa yang diharapkan dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
b. Guru
Guru merupakan faktor penting dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan, karena guru merupakan penggerak utama di balik
terselenggaranya kegiatan.
c. Peserta Didik
Peserta didik merupakan subjek pendidikan. Maka dari itu, mutu
pendidikan yang ingin dicapai tidak lepas dari ketergantungannya pada
kondisi fisik, perilaku, minat dan bakat dari peserta didik.
d. Alat
Alat pendidikan adalah segala tindakan yang digunakan untuk
mencapai suatu tujuan pendidikan. Yang membantu mencapai tujuan
pendidikan dikategorikan ke dalam alat pendidikan yaitu sarana,
prasarana, dan kurikulum.
e. Kerjasama antara masyarakat dan pemerintah
Kemajuan pendidikan sedikit banyak dipengaruhi oleh
masyarakat, termasuk orang tua siswa, karena tanpa adanya bantuan dan
kesadaran dari masyarakat, peningkatan mutu pendidikan itu akan sulit
terwujud.
Dari penjelasan di atas, jelas terlihat bahwa mutu pendidikan sejalan
dengan kebutuhan stakeholder dan layanan yang diberikan oleh pengelola
pendidikan. Dengan kata lain, produk pendidikan adalah lulusan yang
berkualitas yang memenuhi kebutuhan dunia kerja dan masyarakat.

18
Stakeholder pendidikan terdiri dari pemangku kepentingan internal dan
eksternal. Stakeholder pendidikan internal meliputi peserta didik, guru,
pimpinan sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya. Sedangkan Stakeholder
pendidikan eksternal meliputi calon peserta didik, orang tua, pemerintah
(pusat dan daerah), masyarakat umum, dan lingkungan sekolah (Al-Ayubi,
2020).

3. Peran Komite Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan


Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia merupakan
prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan dan pendidikan yang
merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
tersebut. Di sisi lain, salah satu masalah pendidikan yang dihadapi
masyarakat Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada semua
jenjang dan satuan pendidikan, terutama pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan, salah satunya dengan penerapan manajemen mutu berbasis
sekolah. Model manajemen ini diharapkan mampu meningkatkan otonomi
sekolah dan mendorong semua warga sekolah untuk membuat meningkatkan
kualitas sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional (Umaedi, 2001).
Penerapan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk meningkatkan partisipasi
aktifnya dalam pengelolaan pendidikan. Kualitas pendidikan dapat
meningkat jika manajemen pendidikan dikelola dengan baik. Manajemen
pendidikan merupakan proses pengorganisasian usaha dua orang atau lebih
dan/atau usaha bersama untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan
dengan menggunakan segala sumber secara efektif, efisien dan rasional.
Adapun lembaga yang mewadahi adalah dewan pendidikan yang
berkedudukan di kabupaten/kota dan komite sekolah yang berkedudukan di
satuan pendidikan (sekolah). Pembentukan kedua lembaga ini didasarkan

19
pada Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002
tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah (Romlah, 2016).
Komite sekolah merupakan konsep baru pemahaman bahwa
pendidikan adalah tanggung jawab bersama dan harus dikelola secara
terbuka dan demokratis. Peran dewan sekolah dalam peningkatan mutu
dinilai sangat tepat. Komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan bagi
sekolah berarti komite sekolah dianggap sebagai mitra kepala sekolah yang
dapat dilibatkan dalam musyawarah tentang masa depan sekolah. Melalui
komite sekolah, orang tua dan masyarakat dapat dilibatkan untuk
berpartisipasi dalam pengembangan visi, misi, tujuan dan sasaran yang
dicapai sekolah dan mentransformasikannya ke dalam pengembangan
kebijakan sekolah untuk mencapai program dan kegiatan. Komite sekolah
sebagai badan pertimbangan berperan dalam penentuan dan pelaksanaan
kebijakan pendidikan di tingkat satuan pendidikan, minimal dalam
memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada satuan
pendidikan untuk meningkatkan kualitas sekolah (Mirhasan, 2019).
Upaya peningkatan peran komite sekolah sebagai lembaga
pendukung penyelenggara dan mutu pendidikan dapat berupa dukungan
finansial, tenaga dan dukungan pemikiran/gagasan. Bahkan, dukungan
tersebut dapat dicapai dengan memecahkan masalah termasuk masalah
kekurangan guru, biaya sekolah untuk anak-anak kurang mampu, dan tenaga
untuk berpartisipasi dalam perbaikan sekolah yang rusak. Sumber daya yang
ada di daerah tersebut akan digunakan untuk meningkatkan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan oleh sekolah, yang akan dilakukan bekerja sama
dengan otoritas pendidikan. Komite sekolah sebagai badan pendukung
berperan dalam memberikan dukungan terhadap sekolah dapat berwujud
finansial, pemikiran, atau tenaga dalam penyelenggaraan, minimal dalam
mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelengaraan pendidikan yang bermutu. Komite sekolah berperan dalam

20
memberikan dukungan terhadap peningkatan kualitas pengajaran dan
pembelajaran di sekolah dan memantau kegiatan penggalangan dana untuk
sekolah. Komite sekolah sebagai badan pendukung mempunyai tiga fungsi
yaitu memberikan dukungan dalam pengelolaan sumber daya sekolah,
pengelolaan sarana dan prasarana sekolah, dan pengelolaan anggaran
sekolah (Mirhasan, 2019).
Komite sekolah sebagai badan pengontrol berperan dalam memantau
kinerja sekolah, seperti nilai ujian, kehadiran guru dan siswa, dan memeriksa
laporan keuangan bulanan. Komite sekolah melakukan pengontrolan dalam
rangka tranparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran
pendidikan minimal melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan,
program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan dari satuan pendidikan.
Komite sekolah sebagai badan pengontrol mempunyai tiga fungsi yaitu
mengontrol perencanaan pendidikan di sekolah, memantau pelaksanaan
program sekolah, dan memantau output pendidikan (Mirhasan, 2019).
Komite sekolah juga berperan sebagai mediator (penghubung atau
perantara) antara pemerintah, sekolah, orang tua dan masyarakat. Dengan
kata lain, aspirasi orang tua dan masyarakat dikomunikasikan kepada
sekolah melalui komite sekolah. Sebagai mediator, komite sekolah berperan
dalam membantu pertemuan antara wali siswa dengan guru dan mengadakan
pertemuan rutin setiap bulan dengan semua anggota komite sekolah. Peran
sebagai mediator ini membutuhkan identifikasi yang akurat tentang
kebutuhan maupun ketidakpuasan orang tua dan masyarakat. Upaya yang
dilakukan melalui komite sekolah akan digunakan oleh sekolah sebagai
bahan masukan untuk perbaikan sekolah. Komite sekolah juga berperan
dalam mensosialisasikan berbagai kebijakan dan program yang dilaksanakan
di sekolah sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Bagi
komite sekolah, peran yang harus dimainkan sebagai mediator adalah untuk
meningkatkan sumber daya yang ada dari orang tua untuk pelaksanaan

21
pendidikan di sekolah. Komite sekolah berupaya memberikan arahan dan
informasi yang jelas tentang kebijakan pemerintah di dunia pendidikan,
sejalan dengan perannya sebagai penghubung antara pemerintah dan
masyarakat. Hal ini bertujuan untuk menyadarkan masyarakat bahwa
pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan bagi
masyarakatnya (Mirhasan, 2019).
Komite sekolah mempunyai peran penting dalam sistem pendidikan.
Komite sekolah menyediakan sebuah forum di mana orang tua dan anggota
lain dari komunitas sekolah dapat berkontribusi terhadap peningkatan
prestasi belajar siswa dan kinerja sekolah sebagai tujuan dari peningkatan
mutu pendidikan di sekolah (Mirhasan, 2019). Tujuan peningkatan kualitas
dari sudut pandang manajemen pendidikan dalam meningkatkan mutu
sekolah adalah dengan mengembangkan kemampuan kepala sekolah
bersama guru dan unsur komite sekolah dalam melaksanakan pembelajaran
yang aktif dan menyenangkan. Melalui unsur-unsur komite sekolah, baik di
lingkungan sekolah maupun di masyarakat, perlu dikembangkan keterlibatan
masyarakat yang lebih aktif dalam kegiatan operasional sekolah untuk
membantu meningkatkan kualitas sekolah (Zahroh, 2017). Pada dasarnya,
tujuan pencapaian mutu adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan sekolah
dan mencapai kepuasan pelanggan. Sekolah akan diuntungkan jika tujuan
penerapan mutu berhasil dilaksanakan. Tujuan penerapan mutu adalah untuk
meningkatkan mutu pelayanan dan kinerja tenaga sekolah, yang nantinya
akan mempengaruhi kepuasan pelanggan pendidikan baik internal maupun
eksternal (Al-Ayubi, 2020).
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mewujudkan
pendidikan yang berkualitas. Hal ini mengingat pentingnya proses
peningkatan kualitas sumber daya manusia yaitu masyarakat yang
merupakan pelaku pendidikan dan berkepentingan dengan keberhasilan
pendidikan. Maka salah satu yang perlu dilakukan untuk mewujudkan hal

22
tersebut adalah dengan membentuk wadah yang mengikutsertakan
masyarakat. Salah satu bentuk realisasinya adalah komite sekolah yang
berperan sebagai wadah untuk menyalurkan segala aspirasi, inisiatif, dan
keterlibatan stakeholder sekolah secara profesional (Engkoswara &
Komariah, 2010). Namun, permasalahan yang muncul adalah komite sekolah
belum dapat menjalankan perannya dengan baik bagi beberapa sekolah,
kehadiran komite sekolah dipandang sebagai badan legalitas yang
mengesahkan berbagai pungutan dana oleh pihak sekolah. Di samping itu,
pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan kurang mengetahui
tentang fungsi dan peran komite sekolah. Komite sekolah dianggap sama
saja dengan badan pembantu penyelenggara pendidikan (BP3). Hal ini
menunjukkan sosialisasi komite sekolah belum terlaksana dengan baik
kepada masyarakat bahkan kepada komite sekolah itu sendiri. Komite
sekolah yang telah dibentuk itu pun banyak yang belum memiliki anggaran
dasar (AD) dan anggaran rumah tangga (ART) yang disusun berdasarkan
aspirasi orangtua dan masyarakat sebagai komponen utama stakeholder
pendidikan (Mirhasan, 2019).

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Peran Komite Sekolah dalam


Peningkatan Mutu Pendidikan
Berbagai upaya dalam peningkatan mutu pendidikan melalui peran
komite sekolah tentunya memiliki faktor-faktor yang mendukung dan
menghambat dari proses peningkatan mutu pendidikan itu sendiri. Sebelum
mengetahui hambatan atau masalah-masalah yang telah dipaparkan di atas,
perlu adanya dorongan atau dukungan baik dari pemerintah, pihak sekolah
dan komite sekolah. Adapun faktor pendukung komite sekolah dalam
menjalankan perannya menurut Pantjastuti, et al. (2008), yaitu:
a. Transparan berarti pembentukan komite sekolah dilakukan secara
terbuka. Diketahui oleh masyarakat lingkungan sekolah mulai dari tahap

23
persiapan, pembentukan panitia kriteria calon, pengumuman calon,
proses pemilihan sampai dengan penyampaian hasil penilaian kepada
masyarakat.
b. Akuntable dalam arti pembentukan komite sekolah yang dilakukan oleh
pelaksana dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat baik secara
substansi maupun secara fungsional.
c. Demokratis berarti pembentukan komite sekolah dilakukan dengan
melibatkan seluruh masyarakat khususnya masyarakat lingkungan
sekolah, baik secara musyawarah mufakat maupun melalui pemungutan
suara.
Lembaga komite sekolah telah ada dan dibentuk disetiap sekolah di
Indonesia. Tetapi keberadaan komite sekolah terutama didaerah tertinggal
masih banyak menghadapi beberapa hambatan. Penyebabnya antara lain: (1)
karena pelaksanaan dan fungsi komite sekolah tidak selalu dapat memenuhi
harapan tersebut, (2) pelaksanaan peran dan fungsi komite sekolah masih
sangat variatif. Di satu pihak ada komite sekolah yang masih melanjutkan
peran dan fungsi BP3 yang sering disebut sebagai stempel kepala sekolah
dan adapula komite sekolah yang justru ditakuti oleh kepala sekolah. Selain
itu konsep yang amat elegan ini dalam praktek masih menyisakan penyakit
sistem birokrasi yang sentralistik dan feodalistik. Sistem birokrasi “abs” asal
bapak senang, birokrasi yang dilayani bukan melayani sistem birokrasi
diatas meja bukan dilapangan, atau sistem birokrasi yang berorientasi untuk
atasan bukan untuk pelanggan sebagaimana dipaparkan didepan ternyata
tidak secara serta-merta dapat berubah meskipun telah diterapkan
desentralisasi pendidikan dan dengan adanya otonomi pendidikan
(Pantjastuti et al., 2008).

24
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Berdasarkan kajian penelitian terdahulu, terdapat beberapa penelitian yang
relevan dengan penelitian ini, antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Leni Rosnani (2021) yang berjudul “Analisis
Peran dan Keterlibatan Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan di SMA Tamansiswa Pematangsiantar”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Komite Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan
dilakukan dengan beberapa peran komite sekolah yaitu: (1) Komite Sekolah
sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency) telah melaksanakan
perannya dengan cara bekerja sama dengan pihak sekolah dalam penentuan
dan pelakasanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan dengan
memberikan masukan dan pertimbangan, (2) Komite Sekolah sebagai
pendukung kegiatan layanan pendidikan (supporting agency) telah
melaksanakan perannya dengan cara memberikan sumbangan pemikiran dan
turut andil dalam proses musyawarah yang dilakukan oleh pihak sekolah dan
memberikan dukungan terhadap kegiatan yang bernilai positif, (3) Komite
sekolah sebagai pengontrol kegiatan layanan pendidikan (controlling agency)
telah melaksanakan perannya dengan cara turut serta dalam kegiatan dan
mengawasi kemajuan dan program kerja yang dibuat oleh sekolah, dan (4)
Komite Sekolah sebagai penghubung atau pengait tali komunikasi antara
masyarakat dengan pemerintah (mediator) telah melakukan perannya dengan
cara menyampaikan aspirasi-aspirasi wali murid, menyampaikan keluhan-
keluhan wali murid dan menyampaikan saran-saran yang disampaikan wali
murid kepada pihak sekolah. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Leni
Rosnani dengan penelitian ini adalah objek pada penelitian Leni Rosnaini
termasuk kategori sekolah favorit yang telah lama berdiri yaitu pada tahun
1933 sehingga komite sekolahnya sudah berfungsi sejak lama, sedangkan
sekolah yang sedang peneliti teliti merupakan sekolah yang baru merintis di

25
dunia pendidikan mulai tahun 2015, sehingga komite sekolahnyapun
terbilang sangat baru.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Firdauza Ardy Nugraha (2019) yang berjudul
“Peran Komite Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pengelolaan Pendidikan
(Studi Kasus di SMP Negeri 1 Sukorejo Ponorogo)”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa (1) Peran komite sekolah: (a) Sebagai pemberi
pertimbangan, peran komite sekolah di SMP Negeri 1 Sukorejo meliputi
pengembangan kegiatan ekstrakurikuler untuk mewadahi bakat dan minat
siswa, (b) Sebagai badan pendukung, peran komite sekolah di SMP Negeri 1
Sukorejo meliputi membuat program penerapan kedisiplinan terhadap guru,
siswa dan karyawan di sekolah, (c) Sebagai badan pengontrol, peran komite
sekolah di SMP Negeri 1 Sukorejo meliputi pemantauan terhadap proses
kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa, (d) Sebagai mediator,
peran komite sekolah di SMP Negeri 1 Sukorejo meliputi memberi laporan
kepada orang tua maupun masyarakat tentang penggunaan keuangan dan
pelaksanaan program di sekolah. (2) Faktor pendukung dan faktor
penghambat: (a) Faktor pendukung peran komite sekolah yakni saling
keterbukaan antara komite sekolah dengan pihak sekolah sehingga sekolah
tidak merasa diawasi, terwujudnya kekompakan orang tua siswa atau wali
murid dalam melaksanakan hasil kesepakatan untuk mendukung program
sekolah, komunikasi dan koordinasi yang sudah terjalin baik dan harmonis
antara pihak sekolah dengan komite sekolah. (b) Faktor penghambat peran
komite sekolah yakni minimnya pengetahuan mengenai tugas-tugas komite
sekolah, kurangnya independensi dan profesionalitas komite sekolah serta
waktu yang minim untuk koordinasi antara pihak sekolah dengan komite
sekolah. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Firdauza Ardy Nugraha
dengan penelitian yang sedang peneliti teliti adalah objek penelitiannya pada
tingkat SMP.

26
3. Penelitian yang dilakukan oleh Fathurrahman Al-Ayubi (2020) yang
berjudul “Peran Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di
SDN Lengkong Karya”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komite
sekolah di SDN Lengkong Karya telah melaksanakan perannya sebagai
pemberi pertimbangan, dukungan, pengontrol dan mediator dengan baik.
Komite sekolah juga terlibat dalam membantu pelaksanaan
kegiatan/program sekolah. Komite sekolah diharapkan terus menjadi
penghubung yang baik antara sekolah, orang tua siswa dan masyarakat.
Karena hubungan yang baik akan menciptakan kerjasama dan meningkatkan
peran aktif orang tua siswa dan masyarakat dalam membantu sekolah untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh
Fathurrahman Al-Ayubi dengan penelitian yang sedang peneliti teliti adalah
objek penelitiannya pada tingkat SD.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Lilys Febriana (2019) yang berjudul
“Peranan Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di MAN 1
Palembang”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran komite sekolah
dalam meningkatkan mutu pendidikan di MAN 1 Palembang sangatlah baik,
itu dapat dilihat dari segi peningkatan sarana prasaranan di sekolah. Komite
sekolah dalam meningkatan mutu pendidikan di MAN 1 Palembang tak
luput dari beberapa perannya tersebut, yang pertama memberikan
pertimbangan (advisory agency) dalam setiap perancanaan dan program
yang disusun oleh sekolah, perbaikan ruang kelas, pengadaan alat peraga,
pembangunan laboratorium, pembanguan ruang kelas. Selain itu, komite
sekolah juga memberikan masukan dan pertimbangan dalam menetapkan
RAPBS, memberikan pertimbangan dalam pelaksanaan proses pengelolaan
pendidikan di sekolah dan mengidentifikasi sumber daya pendidikan yang
ada dalam masyarakat untuk dapat diperbantukan bagi pengembangan
sekolahkomite sekolah, yang kedua sebagai pendukung (supporting agency)
penyelenggaraan dan peningkatan mutu pendidikan di MAN 1 Palembang

27
berupa dukungan finansial, tenaga, dan dukungan pikiran, yang ketiga
sebagai pengotrol (controlling agency) terhadap pengambilan keputusan dan
perencanaan pendidikan di sekolah, di samping alokasi dana dan sumber
daya bagi pelaksanaan program di sekolah komite sekolah juga melakukan
fungsih kontrolnya terhadap keberhasilan pendidikan di sekolah yang dilihat
dari mutu pendidikan., dan yang keempat sebagai mediator (executive) atau
penghubung antara aspirasi orang tua masyarakat terhadap pihak sekolah dan
turut serta memasyarakatan kebijakan sekolah kepada pihak-pihak yang
terkait dan berwenang di tingkat daerah. Perbedaan penelitian yang
dilakukan oleh Lilys Febriana dengan penelitian yang sedang peneliti teliti
adalah objek penelitiannya pada tingkat sekolah negeri.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Astuti (2017) yang berjudul “Peran
Komite Sekolah dalam Peningkatan Mutu Layanan Pendidikan di SMA
Negeri 2 Sekampung Lampung Timur”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Komite Sekolah dalam Peningkatan Mutu Layanan Pendidikan
dilakukan dengan beberapa peran komite sekolah diantaranya: (1) Komite
sekolah sebagai Advisory agency (pemberi pertimbangan) dilakukan melalui
program kerja bersama atau melakukan musyawarah bersama yang telah
dijadwalkan oleh pihak sekolah guna membahas program kerja sekolah
kedepannya, (2) Komite sekolah sebagai Suporting agency (pendukung
kegiatan layanan pendidikan) dilakukan dengan cara memberikan
sumbangsih pemikiran dan turut andil dalam proses musyawarah yang
dilakukan oleh pihak sekolah dan memberikan dukungan terhadap setiap
kegiatan yang bernilai positif, (3) Komite sekolah sebagai Controling agency
(pengontrol kegiatan layanan pendidikan) dapat dilakukan dengan cara
memberikan pengawasan kerja sekolah, turut serta mengecek keuangan
sekolah dan memberikan pengawasan terhadap sarana dan prasarana sekolah,
dan (4) Komite sekolah sebagai Mediator (penghubung atau pengait tali
komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah) dilakukan dengan cara

28
enyampaikan aspirasi-aspirasi wali murid, menyampaikan keluhan-keluhan
wali murid dan menyampaian saran-saran yang disampaikan wali murid
kepada pihak sekolah. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Fitri Astuti
dengan penelitian ini adalah objek penelitiannya merupakan SMA negeri dan
fokus penelitiannya pada peningkatan mutu layanan pendidikan, sedangkan
objek penelitian yang sedang peneliti teliti merupakan SMA swasta dan
berfokus pada keseluruhan mutu pendidikannya.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Aziz Abdillah (2017) yang berjudul “Peran
Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendididikan di SMAN 28
Kabupaten Tangerang”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran
komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 28
Kabupaten Tangerang terbilang cukup baik namun ada beberapa peran yang
belum dilaksanakan antara lain : 1. Sebagai pertimbangan (identifikasi
sumber daya pendidikan dalam masyarakat, menyelenggarakan rapat
RAPBS, identifikasi potensi sumber daya pendidikan dalam masyarakat), 2.
Sebagai Pendukung (memantau kondisi ketenagaan pendidikan sekolah,
mobilisasi guru sukarelawan dan non tenaga pendidik untuk menanggulangi
kekurangan guru di sekolah, evaluasi dukungan sarana prasarana, memantau
kondisi anggaran), 3. Sebagai Pengontrol (memantau organisasi sekolah,
memantau angka mengulang dan bertahan siswa di sekolah), 4. Sebagai
Mediator (penghubung antara komite sekolah dengan dewan pendidikan,
Mengidentifikasi kondisi sumber daya di sekolah). Belum maksimalnya
koordinasi dengan masyarakat dan orang tua murid. Perbedaan penelitian
yang dilakukan oleh Aziz Abdillah dengan penelitian ini adalah objek
penelitiannya merupakan SMA negeri dan fokus penelitiannya pada hal-hal
yang belum terlaksana oleh komite sekolah, sedangkan objek penelitian yang
sedang peneliti teliti merupakan SMA swasta dan berfokus pada keseluruhan
peran komite yang dilaksanakan oleh sekolah.

29
C. Alur Pikir
Berdasarkan latar belakang masalah dan mengacu pada kajian teori yang
telah penulis kemukaan, penelitian ini memfokuskan pada pelaksanaan peran
komite sekolah yang ada di SMA IT Ash-Shohwah dan bertujuan untuk
mengetahui peran-peran yang dilakukan komite sekolah dan dampak yang
dihasilkan terhadap peningkatan mutu pendidikan serta menganalisis faktor
pendukung dan penghambat komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan
di sekolah tersebut. Adapun alur pikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Badan Pemberian
Pertimbangan
(Advisory Agency)

Badan Pendukung
(Supporting
Agency)
Peran Peningkatan Mutu
Komite Pendidikan
Badan Pengontrol
(Controlling
Agency)

Badan Penghubung
(Mediator Agency)

Gambar 2. 1 Alur Pikir

Mutu pendidikan secara umum merupakan suatu gambaran dan


karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan
kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan. Dalam konteks

30
pendidikan pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan.
Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengelolaan input pendidikan dilakukan
secara harmonis termasuk di dalamnya komite sekolah. Komite Sekolah dibentuk
agar ada suatu organisasi masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen dan
loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas sekolah Komite Sekolah yang
dibentuk dapat dikembangkan secara khas dan berakar dari budaya, demografis,
ekologis, nilai kesepakatan. Oleh karena itu, komite sekolah yang dibangun harus
merupakan pengembang kekayaan filosifis masyarakat secara kolektif. Artinya,
komite sekolah mengembangkan konsep yang berorientasi kepada pengguna
(client model), berbagi kewenangan (power sharing and advocacy model), dan
kemitraan (partnership model) yang difokuskan pada peningkatan mutu
pendidikan.
Peran komite sekolah yang dijabarkan dalam fungsi komite sekolah adalah
sebagai pemberi pertimbangan (advisory), pendukung (supporting), pengontrol
(controlling), dan mediator. Pemberi pertimbangan ialah memberikan masukan,
pertimbangan dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai (1)
kebijakan dan program pendidikan, (2) RAPBS, (3) kriteria kinerja satuan
pendidikan (4) kriteria tenaga kependidikan, (5) kriteria fasilitas pendidikan, dan
(6) hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan. Sebagai pendukung yang
dijabarkan dalam fungsi komite sekolah adalah mendorong orang tua dan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan, menggalang dana masyarakat
dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan, mendorong tumbuhnya
perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelengaraan pendidikan yang
bermutu. Sebagai pengontrol yang dimaksud ialah melakukan evaluasi dan
pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelengaraan, dan keluaran
pendidikan. Sebagai mediator ialah melakukan kerjasama dengan masyarakat,
menampung dan menganalisis aspirasi, ide,tuntutan, dan berbagai kebutuhan
pendidikan yang diajukan oleh masyarakat. Terbentuknya komite sekolah
diharapkan agar ada organisasi masyarakat sekolah yang memiliki komitmen dan

31
loyalitas tinggi serta peduli terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Dengan
demikian, apabila komite sekolah mengerti dan paham akan apa yang harus
dilakukan dengan komitmen dan loyalitas yang tinggi, maka kualitas atau mutu
pendidikan pun akan menjadi baik, dan akan terlihat peran komite sekolah dalam
meningkatkan mutu sekolah.

D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
pertanyaan penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Bagaimana peran komite sebagai badan pemberian pertimbangan (advisory
agency) dalam peningkatan mutu pendidikan di SMA IT Ash-Shohwah
Tanjung Redeb – Berau?
2. Bagaimana peran komite sebagai badan pendukung (supporting agency)
dalam peningkatan mutu pendidikan di SMA IT Ash-Shohwah Tanjung
Redeb – Berau?
3. Bagaimana peran komite sebagai badan pengontrol (controlling agency)
dalam peningkatan mutu pendidikan di SMA IT Ash-Shohwah Tanjung
Redeb – Berau?
4. Bagaimana peran komite sebagai badan penghubung (mediator agency)
dalam peningkatan mutu pendidikan di SMA IT Ash-Shohwah Tanjung
Redeb – Berau?
5. Apakah saja faktor pendukung peran komite sekolah dalam peningkatan
mutu pendidikan di SMA IT Ash-Shohwah Tanjung Redeb – Berau?
6. Apakah saja faktor penghambat peran komite sekolah dalam peningkatan
mutu pendidikan di SMA IT Ash-Shohwah Tanjung Redeb – Berau?

32
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Peneliti menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif karena permasalahan yang
dibahas dalam penelitian ini lebih tepat dijelaskan dengan data-data kualitatif
untuk mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan peran komite sekolah
dalam peningkatan mutu pendidikan di SMA IT Ash – Shohwah. Pendekatan
kualitatif adalah penelitian berlandaskan pada analisis deskriptif yang digunakan
untuk meneliti objek alamiah dengan peneliti sebagai instrument kunci, teknik
pengambilan data secara triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2009).
Jenis penelitian kualitatif dalam penelitian ini menggunakan penelitian best
practice yang bertujuan agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
pengembangan (inovasi) ilmu pengetahuan karena data yang diperoleh dari
penelitian ini digunakan untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan yang
telah ada (Sadiartha, 2020). Dengan kata lain, tujuan yang ingin dicapai peneliti
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran komite sekolah
yang telah diterapkan oleh SMA IT Ash – Shohwah untuk meningkatkan mutu
pendidikannya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA IT Ash – Shohwah yang beralamatkan
di jalan Al-Bina, Kelurahan Gunung Panjang, Kecamatan Tanjung Redeb,
Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Lokasi penelitian ini dipilih
dengan alasan bahwa sekolah tersebut sudah sangat relevan sebagai objek

33
penelitian karena berdasarkan hasil pengamatan awal peneliti, sekolah
tersebut sudah mampu menjalankan peran komite sekolah yang dibuktikan
dengan kegiatan-kegiatan yang melibatkan perangkat komite sekolah dan
memperlihatkan eksistensi serta prestasinya baik di bidang akademik
maupun nonakademik. Hal inilah yang menjadi alasan penelitian tentang
bagaimana peran komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan yang
dilakukan di SMA IT Ash – Shohwah.
2. Waktu Penelitian
Proses penelitian ini dilakukan secara bertahap dimulai dari
perencanaan, persiapan, dan penentuan alat pengumpulan data penelitian,
kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan
inti penelitian. Adapun jadwal penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret
sampai Desember 2022 dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian

Bulan
No Kegiatan
Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

1 Pengajuan Judul

2 Penulisan Proposal
Bimbingan
3
Proposal
4 Seminar Proposal

5 Pengumpulan Data

6 Analisis Data

7 Penyusunan Tesis

8 Bimbingan Tesis
Seminar Hasil
9
Tesis
10 Sidang Tesis

34
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini merupakan partisipan yang dapat
memberikan informasi dan data yang dibutuhkan dan berkaitan dengan peran
komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan di SMA IT Ash – Shohwah.
Adapun sumber data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi :
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang langsung didapatkan dari sumber
dan diberi kepada pengumpul data atau peneliti (Sugiyono, 2016). Sumber
data ditentukan berdasarkan teknik purposive sampling (Creswell, 2015),
dimana penentuan partisipan mempertimbangkan karakteristik partisipan
yang memiliki pemahaman holistik mengenai fenomena sentral yang akan
diteliti. Peneliti menggunakan hasil wawancara yang didapatkan dari
informan mengenai topik penelitian sebagai data primer. Sumber data primer
yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan secara langsung dari
sumbernya dan pihak-pihak yang bersangkutan dengan permasalahan yang
akan dibahas, yaitu : kepala sekolah, perangkat komite sekolah, dan guru di
SMA IT Ash – Shohwah.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data tambahan yang diambil
tidak secara langsung di lapangan, melainkan dari sumber yang sudah dibuat
orang lain, misalnya: buku, dokumen, foto, dan statistik. Sumber data
sekunder dapat digunakan dalam penelitian, dalam fungsinya sebagai sumber
data pelengkap ataupun yang utama bila tidak tersedia narasumber dalam
fungsinya sebagai sumber data primer (Nugrahani, 2014). Untuk
memperoleh sumber data sekunder, peneliti menggunakan teknik
dokumentasi. Hal ini dilakukan untuk mencari dan mengumpulkan data
melalui informasi secara tertulis, gambar-gambar dan bagan-bagan yang
berhubungan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi
sumber data sekunder adalah susunan organisasi sekolah, susunan organisasi

35
komite sekolah, dan profil dari SMA IT Ash – Shohwah itu sendiri, serta
dokumen-dokumen kegiatan yang mendukung peran komite sekolah di SMA
IT Ash – Shohwah.

D. Teknik dan Pedoman Pengumpulan Data


1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dipergunakan untuk
memperoleh data dan informasi yang saling menunjang dan melengkapi
tentang peran komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan di SMA
IT Ash – Shohwah. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
melalui tiga teknik, yaitu :
a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai
ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Observasi
juga tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain.
Melalui kegiatan observasi peneliti dapat belajar tentang perilaku dan
makna dari perilaku tersebut (Sugiyono, 2016). Teknik observasi dapat
memberikan keuntungan karena dapat mengamati dalam kondisi yang
wajar, jadi tidak di buat-buat. Pada penelitian ini, aspek yang diamati
observer dalam observasi meliputi kegiatan komite sekolah seperti
pertemuan antara orang tua dengan komite sekolah, pertemuan rutin
bulanan komite sekolah, dan sarana dan prasarana sebagai penunjang
mutu pendidikan di sekolah.
Pada teknik pengumpulan data pertama melakukan observasi,
bagian observasi peneliti membagi ke dalam beberapa macam
(Sugiyono, 2016), sebagai berikut:

36
1) Observasi Partisipasif
Pada bagian ini peneliti bertindak observer yang datang
langsung ke SMA IT Ash- Shohwah untuk mengamati tanpa terlibat
langsung dalam setiap kegiatan yang dilakukan sekolah ini.
2) Observasi Terus Terang
Pada bagian ini peneliti datang melakukan pengumpulan data
menyatakan terus terang kepada kepala sekolah, ketua komite
sekolah, guru, dan orang tua siswa (anggota komite) yang akan
peneliti wawancarai dan menyatakan bahwa peneliti sedang
melakukan penelitian.
3) Observasi Terstruktur
Pada bagian ini peneliti menggunakan observasi terstruktur
yaitu peneliti yang telah dirancang secara sistematis, dengan telah
membuat instrumen observasi yang berisikan tentang peran komite
sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan yang dilakukan di
SMA IT Ash - Shohwah.
b. Wawancara
Wawancara yaitu melakukan tanya jawab secara sepihak dan
dikerjakan secara sistematis dengan tetap berlandaskan pada tujuan
penelitian. Wawancara secara mendalam dipakai untuk memperoleh
informasi atau data yang dibutuhkan dalam penelitian (Sugiyono, 2016).
Wawancara merupakan teknik pengambilan data yang dilakukan dengan
bertatap muka dengan partisipan. Dalam penelitian ini peneliti
melakukan wawancara dengan teknik wawancara semistructured
dimana pegambilan data lapangan dengan menggunakan pedoman
wawancara dan dikombinasikan dengan pengembangan pertanyaan
melalui percakapan yang ada saat wawancara berlangsung agar dapat
mengkaji substansi penelitian dari partisipan secara detail (Mahmudah,
2021).

37
Dalam penelitian ini, wawancara digunakan untuk menyusun data
mengenai peristiwa yang sudah lewat dan pendapat yang terkait dengan
penelitian ini serta akan ditelusuri secara detail dan menyeluruh,
terutama mengenai peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di SMA IT Ash – Shohwah yang bertujuan mengambil
informasi yang lebih akurat diantaranya sebagai badan pertimbangan,
badan pendukung, badan pengontrol, dan mediator, serta menelisik
hambatan dan tantangan komite sekolah dalam peningkatan mutu
pendidikan di sekolah tersebut. Wawancara dilakukan dengan kepala
sekolah, ketua komite sekolah, guru, dan orang tua siswa (anggota
komite).
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk
memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen,
tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang
dapat mendukung penelitian (Sugiyono, 2016). Dokumentasi dilakukan
untuk mendapatkan data tertulis maupun foto tentang profil SMA IT
Ash – Shohwah beserta visi dan misi, data guru, data siswa, profil
komite sekolah, daftar hadir pertemuan/rapat komite sekolah, AD/ART
komite sekolah, Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS), laporan kegiatan komite sekolah baik akademik maupun
nonakademik, prestasi komite sekolah, SK komite sekolah, dan sarana
dan prasarana Sekolah. Dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk
melengkapi data penelitian sehingga dapat ditampilkan gambaran
tentang objek penelitian.

2. Pedoman Pengumpulan Data


Pedoman pengumpulan merupakan instrumen penelitian yang
digunakaan sebagai alat oleh peneliti agar dapat memperoleh data atau bukti

38
dari indikator yang dirinci (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini yang
menjadi instrumen adalah peneliti sendiri dengan menggunakan pedoman
observasi, wawancara dan dokumentasi sebagai panduan penelitian sehingga
penelitian terfokus berdasarkan tujuan penelitian yang akan dicapai.
a. Pedoman Observasi
Pedoman observasi pada penelitian ini dilengkapi dengan format
observasi yang digunakan sebagai instrumen. Format observasi berisi
gambaran penelitian dan digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian
pada saat observasi.

Tabel 3. 2 Pedoman Observasi

No Kegiatan Refleksi

Pertemuan antara pihak


1
sekolah dan komite sekolah

Pertemuan antara orang tua


2
dan komite sekolah

Pertemuan rutin bulanan


3
komite sekolah

Laporan kegiatan komite


4
sekolah

Kondisi kantor komite


5 sekolah (fasilitas/sarana) dan
laporan kegiatan)

b. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk mengungkapkan informasi
sesuai dengan pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti. Pedoman

39
wawancara yang perlu dipersiapkan oleh peneliti meliputi dua hal yaitu
membuat big question dan research question. Dalam penelitian ini
peneliti melakukan wawancara dengan teknik wawancara
semistructured dimana pegambilan data lapangan dengan menggunakan
pedoman wawancara dan dikombinasikan dengan pengembangan
pertanyaan melalui percakapan yang ada saat wawancara berlangsung
agar dapat mengkaji substansi penelitian dari partisipan secara detail
(Mahmudah, 2021).

Tabel 3. 3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara

Fokus
Dimensi Aspek yang Diteliti
Penelitian
Komite 1. Sebagai a. Menyelenggarakan rapat
Sekolah badan RAPBS dengan stakeholder
pemberi sekolah
pertimbangan b. Melakukan pertimbangan
(advisory terhadap kebijakan sekolah
agency) yang akan diambil
c. Memberikan masukan terhadap
proses penyelenggaraan
pendidikan di sekolah

2. Sebagai a. Memantau kondisi tenaga


badan pendidik dan kependidikan di
pendukung sekolah
(supporting b. Melakukan dukungan sarana
agency) prasarana dan evaluasi
pengadaan sarana dan prasarana
c. Memantau keadaan anggaran
pendidikan di sekolah
d. Melakukan dukungan anggaran
di sekolah

3. Sebagai a. Mengawasi proses pengambilan


badan keputusan dan pelaksanaan
pengontrol program sekolah
(controlling b. Mengontrol partisipasi

40
agency) masyarakat terhadap kegiatan
sekolah
c. Memantau prestasi sekolah

4. Sebagai a. Menjadi penghubung antara


badan sekolah, masyarakat dan orang
penghubung tua siswa dalam mengadakan
(mediator pertemuan sekolah
agency) b. Menampung aspirasi
masyarakat dan masuka
terhadap program sekolah
c. Mensosialisasikan kebijakan
dan program sekolah kepada
masyarakat

Kepala Pandangan Pandangan terhadap kinerja komite


Sekolah terhadap kinerja sekolah sebagai pemberi
komite sekolah pertimbangan, pendukung,
pengontrol dan sebagai mediator.

Guru dan Pandangan Pandangan terhadap kinerja komite


Orang Tua terhadap kinerja sekolah sebagai pemberi
Siswa komite sekolah pertimbangan, pendukung,
pengontrol dan sebagai mediator.

c. Pedoman Dokumentasi
Teknik pengambilan data melalui dokumentasi menggunakan
checklist dokumen sebagai pedomannya. Pedoman dokumentasu
berisikan informasi berupa komponen penelitian, jenis dokumen yang
digunakan dalam penelitian, uraian tentang cara merancang,
melaksanakan, menganalisisi, dan menyajikan dokumen yang digunakan
dalam menjawab pertanyaan penelitian, serta ketersediaan dokumen
(Mahmudah, 2021).

41
Tabel 3. 4 Pedoman Dokumentasi

Ketersediaan
No Jenis Dokumen Tidak
Ada
Ada
1 Profil sekolah
a. Visi dan misi sekolah
b. Sejarah singkat sekolah
c. Struktur organisasi sekolah
d. Tata tertib
2 Data guru
3 Data siswa
4 Struktur komite sekolah
5 Data pengurusan komite sekolah
6 Daftar hadir pertemuan/rapat komite
sekolah
7 SK komite sekolah
8 Laporan kegiatan komite sekolah
9 Prestasi komite sekolah
10 Data inventaris sekolah
a. Kursi dan meja
b. Papan tulis
c. Lemari buku

E. Keabsahan Data
Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang
dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data
yang diperoleh (Sugiyono, 2016). Uji keabsahan data dalam penelitian ini dapat
dilihat pada diagram berikut :

42
Gambar 3. 1 Uji Keabsahan Data dalam Penelitian Kualtatif
(Sugiyono, 2017)

1. Uji Kredibilitas Data (Credibility)


Dalam penelitian kualitatif, data dapat dinyatakan kredibel apabila
adanya persamaan antara apa yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Uji kredibilitas data atau
kepercayaan data penelitian kualitatif terdiri atas perpanjangan pengamatan,
meningkatkan ketekunan, triangulasi, analisis kasus negatif, menggunakan
bahan referensi dan member check (Sugiyono, 2017).
a. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan digunakan untuk menguji kredibilitas
data penelitian, yaitu dengan cara melakukan pengamatan apakah data
yang diperoleh sebelumnya itu benar atau tidak ketika dicek kembali ke
lapangan. Bila setelah dicek kembali ke lapangan sudah benar, berarti
sudah kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri
oleh peneliti. Sebagai bentuk pembuktian bahwa peneliti telah
melakukan uji kredibilitas, maka peneliti dapat melampirkan bukti

43
dalam bentuk surat keterangan perpanjangan pengamatan dalam laporan
penelitian (Sugiyono, 2017). Dengan perpanjangan pengamatan, berarti
peneliti kembali ke SMA IT Ash – Shohwah untuk melakukan
pengamatan dan wawancara kembali dengan sumber data yang pernah
ditemui maupun yang baru. Berapa lama perpanjangan pengamatan ini
dilakukan, akan sangat tergantung pada kedalaman, keluasan dan
kepastian data (Parwak, 2021).
b. Meningkatkan Ketekunan
Peneliti dapat meningkatkan ketekunan dalam bentuk
pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu benar atau
tidak, dengan cara melakukan pengamatan secara terus-menerus,
membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau
dokumentasi yang terkait, sehingga wawasan peneliti akan semakin luas
dan tajam (Sugiyono, 2017). Dalam meningkatkan ketekunan peneliti
melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan
antara data lapangan yang dikumpulkan berupa observasi, wawancara,
dan dokumentasi dengan literatur pendukung lainnya sehingga kepastian
data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis
(Parwak, 2021).
c. Triangulasi
Triangulasi diartikan juga sebagai kegiatan pengecekan data
melalui beragam sumber, teknik, dan waktu (Sugiyono, 2017). Dengan
demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triangulasi
waktu, sebagai berikut :
1) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengecekan data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber.
Pada tahap ini peneliti menguji data yang diperoleh berupa hasil
wawancara atau hasil observasi yang akan disesuaikan dengan

44
sumber-sumber yang dilakukan observasi atau wawancara apakah
kebenaran dan kesesuaiannya sama atau tidak.
Dalam penelitian ini, untuk menguji kredibilitas data tentang
peran komite, maka pengujian keabsahan data yang telah diperoleh
dapat dilakukan kepada kepala sekolah, ketua komite, perwakilan
orang tua, dan perwakilan guru. Data dari beberapa sumber yang
berbeda tersebut dapat dideskripsikan dan dikategorisasikan mana
pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari
beberapa sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis tersebut
dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang selanjutnya dapat
dilakukan kesepakatan (member check) dengan beberapa sumber
data tersebut.
2) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik dapat dilakukan dengan melakukan
pengecekan data kepada sumber yang sama, namun dengan teknik
yang berbeda. Pada tahap ini peneliti menguji data yang diperoleh
berupa observasi, wawancara dan dokumentasi apakah kebenaran
dan kesesuainnya sama atau tidak.
Dalam penelitian ini, data yang telah diperoleh melalui
wawancara mendalam kepada beberapa informan terkait peran
komite maka dilakukan pengecekan informasi kembali melalui
observasi ataupun dokumentasi kepada beberapa informan tersebut,
maupun sebaliknya. Apabila dengan berbagai teknik tersebut
menghasilkan data yang berbeda-beda satu sama lainnya, peneliti
dapat melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang
terkait hingga didapatkan kepastian dan kebenaran datanya.
3) Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu dapat dilakukan dengan melakukan
pengecekan kembali terhadap data kepada sumber dan tetap

45
menggunaakan teknik yang sama, namun dengan waktu atau situasi
yang berbeda. Peneliti menguji setiap pengumpulan data berupa
observasi dan wawancara pada waktu yang tepat atau tidak
sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.
Dalam penelitian ini, ketika ingin mengidentifikasi faktor
penghambat dan pendukung dari peran komite dalam peningkatan
mutu pendidikan, maka informan sebelumnya yang telah dilakukan
wawancara mendalam, diulangi wawancaranya pada waktu atau
situasi berbeda. Apabila hasil uji tetap menunjukkan data yang
berbeda, peneliti dapat melakukannya secara berulang hingga
ditemukan kepastian data. Triangulasi waktu untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengumpulkan data pada
waktu di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak
masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih
redibel (Parwak, 2021).
d. Analisis Kasus Negatif
Kasus negatif merupakan suatu kondisi data/kasus yang berbeda
dengan hasil penelitian. Analisis kasus negatif dapat dilakukan dengan
melakukan pencarian data yang berbeda atau bahkan bertentangan
dengan data yang telah ditemukan secara lebih mendalam (Sugiyono,
2017). Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan
temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Pada
tahapan ini peneliti akan menganalisis kesenjangan antara masing-
masing data yang diperoleh. Peneliti juga melakukan analisis terhadap
proses dan juga hasil yang dicapai apakah sesuai dengan tujuan ataukah
tidak (Parwak, 2021).
e. Menggunakan bahan referensi
Bahan referensi merupakan bagian dari pendukung untuk
membuktikan data yang ditemukan oleh peneliti secara autentik.

46
Sebagai contoh, data hasil wawancara mendalam dengan informan
dilengkapi rekaman audio-visual saat dilakukannya wawancara
mendalam (Sugiyono, 2017). Pada tahap ini peneliti menguatkan dengan
referensi berupa instrumen observasi, instrumen wawancara, dan
dokumentasi berupa foto, rekaman, dokumen pendukung yang
memperkuat benar adanya data yang telah ditemukan (Parwak, 2021).
f. Member Check
Member check merupakan suatu proses pengecekan data kepada
sumber data. Adapun tujuan dilakukannya member check yaitu agar
informasi yang diperoleh dalam laporan penelitian memiliki kesesuaian
dengan apa yang dimaksudkan oleh sumber data atau informan
(Sugiyono, 2017). Pada tahapan ini peneliti melihat sejauh mana data
yang diperoleh oleh pemberi data dari hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi (Parwak, 2021).
2. Uji Transferabilitas (Transferability)
Transferabilitas menunjukkan derajat ketepatan atau sejauh mana
dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana informan tersebut
dipilih. Nilai transferabilitas tergantung pada pembaca, sampai sejauh mana
hasil penelitian tersebut dapat diterapkan pada konteks dan situasi sosial
yang lain. Jika pembaca memperoleh gambaran dan pemahaman jelas
tentang laporan penelitian (konteks dan fokus penelitian), maka hasil
penelitian itu dapat dikatakan memiliki transferabilitas tinggi (Sugiyono,
2017). Pada tahap ini, peneliti menguraikan seberapa tercapainya ketepatan
antara data yang terjadi pada peran komite sekolah dalam meningkatkan
mutu pendidikan di SMA IT Ash – Shohwah dengan data yang akan
dilaporkan atau dituliskan dalam penulisan ini.
3. Uji Dependabilitas (Dependability)
Uji dependabilitas dapat dilakukan melalui kegiatan audit terhadap
seluruh proses penelitian. Hasil penelitian tidak dapat dikatakan dependable

47
jika peneliti tidak dapat membuktikan bahwa telah dilakukannya rangkaian
proses penelitian secara nyata. Mekanisme uji dependabilitas dapat
dilakukan melalui audit oleh auditor independen, atau pembimbing terhadap
rangkaian proses penelitian. Jika peneliti tidak mempunyai rekam jejak
aktivitas lapangan/penelitiannya, maka dependabilitasnya dapat diragukan
(Sugiyono, 2017). Pada tahap ini peneliti yang dibantu auditor yaitu
pembimbing melakukan audit terhadap data yang diperoleh dan hasil
penelitian tentang peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di SMA IT Ash – Shohwah.
4. Uji Konfirmabilitas (Konfirmability)
Pengujian konfirmability dalam penelitian kualitatif berarti menguji
hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil
penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka
penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability. Dalam penelitian,
jangan sampai proses tidak ada, tetapi hasilnya ada (Sugiyono, 2017). Pada
tahap ini peneliti membuktikan dan menunjukkan antara hasil yang diperoleh
berasal dari proses yang dilakukan yaitu peran komite sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan di SMA IT Ash – Shohwah.

F. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan di lapangan, dan dokumentasi
engan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, kemudian dijabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2016). Penelitian ini
menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan model pendekatan Milles dan
Huberman. Secara skematis proses pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan data dapat digambarkan sebagai berikut :

48
Gambar 3. 2 Model Pendekatan Miles & Huberman (Mahmudah, 2021)

Keempat komponen tersebut saling interaktif yaitu saling mempengaruhi


dan terkait. Pertama-tama peneliti melakukan penelitian di lapangan dengan
mengadakan wawancara, melakukan observasi, dan mengumpulkan dokumentasi
yang disebut tahap pengumpulan data. Setelah itu, karena banyaknya data yang
dikumpulkan maka diadakan reduksi data. Setelah direduksi kemudian diadakan
penyajian data. Apabila ketiga hal tersebut telah dilakukan, maka diambil suatu
keputusan atau verifikasi. Adapun tahapan analisis data tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data (Data Collection)
Pengumpulan data dilakukan melalui berbagai teknik pengumpulan
data yang telah dilakukan, yaitu penggabungan dari berbagai jenis teknik
pengumpulan data baik wawancara, observasi, maupun dokumentasi.
Semakin banyak data yang terkumpul, maka hasil penelitian yang didapat
semakin bagus. Pengumpulan data akan peneliti lakukan sepanjang data
masih diperlukan.

49
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Pada tahap reduksi data, peneliti mencatat secara teliti dan terperinci
dari data yang diperoleh dari lapangan yang cukup banyak. Peneliti
mengumpulkan data berdasarkan hasil observasi yaitu peneliti menguraikan
dari setiap kegiatan partisipasi komite sekolah dalam peningkatan mutu
pendidikan di SMA IT Ash – Shohwah. Apakah dapat meningkatkan mutu
pendidikan di SMA IT Ash – Shohwah, wawancara yaitu peneliti melihat
apa saja kegiatan yang telah dilakukan, sejak kapan dilakukan dan akan
kolaborasi dengan hasil observasi, dokumentasi yaitu penguatan penelitian
dengan memotret setiap kegiatan serta mengumpulkan data yang terkait
dengan partisipasi komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di
SMA IT Ash – Shohwah.
3. Penyajian Data (Data Display)
Pada tahapan penyajian data, peneliti menyajikan data dari proses
reduksi yang berbentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
diagram dan sejenisnya. Penyajian data peneliti menguraikan dan
menghubungkan antar kategori dari hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi yang dibuat dalam bentuk tabel berdasarkan data yang telah
terkumpulkan.
4. Penarikan Kesimpulan (Conclution Drawing)/Verifikasi (Verification)
Pada tahapan ini, peneliti memberikan kesimpulan awal yang bersifat
sementara kemudian diperkuat dengan bukti berikutnya. Penarikan
kesimpulan atau verifikasi data peneliti akan memverifikasi data yang telah
disajikan dengan demikian akan menjawab rumusan masalah akan terjawab.

50
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, A. (2017). Peran Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendididikan


di SMAN 28 Kabupaten Tangerang. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Al-Ayubi, F. (2020). Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Di SDN Lengkong Karya. In Al-Muaddib : Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial &
Keislaman. https://doi.org/10.31604/muaddib.v1i1.364
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik) (Edisi Revi).
Rineka Cipta.
Astuti, F. (2017). Peran Komite Sekolah dalam Peningkatan Mutu Layanan
Pendidikan di SMA Negeri 2 Sekampung Lampung Timur. Institut Agama Islam
Negeri Metro.
Asy’ari, H., Zahruddin, & Fauziah, S. (2017). Implementasi Prinsip-Prinsip Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 di SMK Ekonomika Depok Jawa Barat.
Manageria: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2(2), 205–233.
https://doi.org/https://doi.org/10.14421/manageria.2017.22-02
Awie, A. . A. (2014). Implementasi Kebijakan Peran Komite Sekolah SMK Negeri 5
Samarinda (Realisasi Kemendiknas Nomor 044/U/2002 Tentang Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah). Jurnal Paradigma, 3(3), 301–311.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30872/jp.v3i3.398
Creswell, J. W. (2015). Penelitian Kualitatif & Desain Riset (Memilih Diantara Lima
Pendekatan) (S. Z. Qudsy (ed.); Edisi 3). Pustaka Pelajar.
Daryanto. (2006). Administrasi Pendidikan. Rineka Cipta.
Engkoswara, & Komariah, A. (2010). Administrasi Pendidikan (Riduan (ed.);
Cetakan 1). ALFABETA.
Fadhli, M. (2017). Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan. Tadbir : Jurnal Studi
Manajemen Pendidikan, 1(2), 215–240.
Faqih, M., & Mulianti, E. (2016). Peran Komite Sekolah Dengan Mutu Pendidikan.
Jurnal Visionary : Penelitian Dan Pengembangan Di Bidang Administrasi
Pendidikan, 1(2), 108–113. https://e-
journal.undikma.ac.id/index.php/visionary/article/view/682/641
Fathurrochman, I., Danim, S., AB, S. A., Kurniah, N., Connie, Wachidi, & Ristianti,

51
D. H. (2021). Analisis Sistem Pendidikan Negera Federasi Rusia dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Indonesia. Universitas PGRI Palembang, 336–
343.
Febriana, L. (2019). Peranan Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
di MAN 1 Palembang. Jurnal PAI Raden Patah, 1(2), 152–163.
Hanafi, I., & Ma’sum, M. (2015). Analisis Implementasi Kebijakan Pendidikan:
Peran Komite Sekolah pada Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Cakrawala
Pendidikan, 1(1), 58–66. https://doi.org/https://doi.org/10.21831/cp.v1i1.4176
Hasan, H. (2014). Fungsi Komite Sekolah Dalam Perkembangan dan Implementasi
Program Sekolah Di SD Negeri 19 Kota Banda Aceh. Jurnal Pesona Dasar,
2(3), 1–12. https://doi.org/10.22146/jps.v7i1.57677
Hayani, N. (2015). Peran Komite Sekolah Dalam Pembiayaan Pendidikan. Jurnal
Manajer Pendidikan, 9(2), 315–327.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/manajerpendidikan/article/view/1125
Irawan, E., Nurhadi, & Yuhastina. (2021). Peran Komite Sekolah Dalam
Meningkatan Mutu Pendidikan: Studi Pada SMP Negeri 1 Surakarta. JIPSINDO
(Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia), 8(1), 15–28.
https://doi.org/10.21831/jipsindo.v8i1.38533
Kriswantono, M., & Muhyadi. (2013). Implementasi Peran Komite Sekolah Di Sd
Negeri Sumberporong 03 Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Jurnal
Akuntabilitas Manajemen Pendidikan, 1(1), 66–79.
https://doi.org/10.21831/amp.v1i1.2325
Mahmudah, F. N. (2021). Data Penelitian Kualitatif Manajemen Pendidikan
Berbantuan Software Atlas.Ti Versi 8 (B. Asyhari (ed.); Cetakan 1). UAD
PRESS.
Maujud, F. (2017). Peran Partisipasi Masyarakat dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Madrasah (Studi Kasus di Madrasah Ibtidaiyah Islahul Muta’allim
Pagutan Kota Mataram). PALAPA : Jurnal Studi Keislaman Dan Ilmu
Pendidikan, 5(2), 92–121. https://doi.org/10.36088/palapa.v5i2.48
Mirhasan, M. (2019). Peran Komite dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 2 Bandar Lampung. Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung.
Mulyasa. (2011). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (Cetakan 1). Bumi
Aksara.
Mulyono, W. D., & Pardjono, P. (2014). Peran komite sekolah dalam

52
penyelenggaraan pendidikan SMK di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Jurnal
Pendidikan Vokasi, 4(3), 391–404. https://doi.org/10.21831/jpv.v4i3.2562
Muslim. (2021). Implementasi Program Komite Sekolah dalam Mingkatkan Mutu
Pendidikan Agama Islam se-Kelurahan Sialangmunggu di Sekolah Dasar
Negeri 189 Pekanbaru. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Pekanbaru.
Mustadi, A., Zubaidah, E., & Sumardi. (2016). Peran Komite Sekolah Dalam
Peningkatan Mutu Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Cakrawala Pendidikan,
35(3), 312–321. https://doi.org/https://doi.org/10.21831/cp.v35i3.10578
Nugraha, F. A. (2019). Peran Komite Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pengelolaan
Pendidikan (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Sukorejo Ponorogo). Institut Agama
Islam Negeri Ponorogo.
Nugrahani, F. (2014). Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan
Bahasa. Cakra Books.
Pantjastuti, S. R., Haryanto, A., Suparlan, & Yudistira. (2008). Komite Sekolah:
Sejarah dan Prospeknya di Masa Depan (Cetakan 1). Hikayat Publishing.
Parwak, D. T. (2021). Partisipasi Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan (Studi Kasus pada MTs Al-Fatah Ambon). Institut Agama Islam
Negeri Ambon.
Perdana, D. I. (2013). Kurikulum Dan Pendidikan Di Indonesia: Proses Mencari Arah
Pendidikan Yang Ideal Di Indonesia Atau Hegemoni Kepentingan Penguasa
Semata? Jurnal Pemikiran Sosiologi, 2(1), 63–74.
Pohan, M. M. (2018). Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.
Jurnal ANSIRU PAI, 2(2), 97–106.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30821/ansiru.v2i2.2025
Undang-Undang RI, Pub. L. No. 20 (2003).
Romlah. (2016). Manajemen Pendidikan Islam (Buku Daras). Harakindo Publishing.
Rosnani, L. (2021). Analisis Peran dan keterlibatan Komite Sekolah dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA Tamansiswa Pematangsiantar.
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Medan.
Rozi, F., Nuzuar, Kusen, & Warsah, I. (2020). Sinergitas Peran Komite dan Kepala
Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di MAN 1 Lebong Bengkulu.
Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Al-Idarah, 5(2), 59–66.
https://doi.org/https://doi.org/10.54892/jmpialidarah.v5i2.72

53
Sadewa, E. Y., & Yuniningsih, T. (2016). Efektivitas Peran Komite Sekolah Di SD
Negeri 1 Kebumen Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal. Journal Of Public
Policy And Management Review, 5(2).
https://doi.org/10.14710/jppmr.v5i2.11077
Sadiartha, A. A. N. G. (2020). Best Practice : Penelitian Kualitatif dan Publikasi
Ilmiah (A. D. Fauzi (ed.); Cetakan 1). CV. Cakrawala Satria Mandiri.
Sallis, E. (2002). Total Quality Management in Education (Edisi ke 3). Kogan Page
Ltd.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D (Cetakan 7). ALFABETA.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif, dan R&D. ALFABETA.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kualitatif (Untuk Penelitian yang Bersifat
Eksploratif, Enterpretif, Interaktif dan Konstruktif). ALFABETA.
Umaedi. (2001). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Cetakan II). Tut
Wuri Handayani.
Usman, J. (2016). Urgensi Manajemen Pembiayaan dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan Madrasah. Tadris : Jurnal Pendidikan Islam, 11(2), 219–246.
https://doi.org/https://doi.org/10.19105/tjpi.v11i2.1170
Wardiah, S., Murniati, & Djailani. (2015). Strategi Komite Sekolah dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan di SD Negeri 1 Lhoknga. Jurnal Administrasi
Pendidikan, 3(2), 12–21.
Yani, A. (2013). Peran Komite Sekolah Di Sekolah Menengah Pertama Islam
Terpadu Al-Fityah Gowa. AKMEN Jurnal Ilmiah, 10(2), 175–184. https://e-
jurnal.nobel.ac.id/index.php/akmen/article/view/272
Zahroh, A. (2017). Total Quality Management : Teori & Praktik Manajemen untuk
Mendongkrak Mutu pendidikan (R. KR. (ed.); Cetakan I). Ar-Ruzz Media.

54

Anda mungkin juga menyukai