Anda di halaman 1dari 81

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hidup dan
kehidupan manusia. Pendidikan yang paling utama bagi manusia untuk
dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama dalam berbagai
aspek kehidupan. Pemerintah melakukan berbagai kebijakan dan upaya
dalam rangka ketersediaan dan peme
nuhan standar pelayanan pendidikan. Diantara upaya tersebut adalah
mengoptimalkan keterlibatan orang tua dan masyarakat bersama
pemerintah untuk membangun pendidikan pada tingkat kabupaten/kota
dan sekolah dalam suatu wadah. Atas gagasan dan pemikiran tersebut,
sejak tahun 2002 telah ditetapkan Keputusan Mentri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 004/U/2022 tentang Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah. Kedua wadah ini akan membantu pemerintah dalam
menyediakan pelayanan pendidikan yang bermutu bagi masyarakkat pada
tingkat kabupaten/kota dan sekolah.
Pada perkembangannya untuk menjamin mutu pelayanan dari
komite sekolah, maka pemerintah membuat rambu-rambu sebgai tolok
ukur kinerja komite sekolah dan telah diatur dalam Permendikbut Nomor
75 Tahun 2016 bahwa komite sekolah mempunyai tugas dan
tanggungjawab seperti, (1) memberi pertimbangan dalam menentukan
dan pelaksanaan kebijakan pendidikan,kebijakan dan program,Rencana
Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RAPBS/RKAS), kriteri kinerja sekolah,
kriteria fasilitas pendidikan, kriteria kerja sama sekolah, (2) menggalang
dana dan sumber daya pendidikan lainnya dari masyarakat, (3)
mengawasi pelayanan pendidikan di sekolah sesuai dengan ketetntuan

1
peraturan perundang-undangan, dan (4) menindaklanjuti keluhan, saran,
kritik dan aspirasi peserta didik, orang tua/wali dan masyarakat.
Pemerintah bersam kalangan orang tua dan masyarakat terus
berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha
pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui
pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan
tenaga kependidikan lainnya. Masih dijumpai persoalan keterbatasan dan
jangkauan sekolah dalam memenuhi kebutuhan sekolah, sehingga dalam
beberapa kasus di sekolah belum maksimal memberi pelayanan
terbaiknya bagi masyarakat. Keterbatasan sarana dan prasarana
pendidikan pada jenjang SD, SLTP, dan SLTA yang tidak memperlihatkan
peningkatan dan kemajuan yang berarti bahkan dapat dikatakan konstan
dari tahun ke tahun, kecuali pada beberapa sekolah dengan jumlah yang
relatif sangat kecil.
Keterbatasan pemerintah/sekolah dalam menjamin mutu layanan
pendidikan diatas, mengambarkan bahwa diperlukan orang lain terutama
pihak berkepentingan langsung yaitu siswa/ orang tua dan pengguna jasa
pendidikan lainnya untuk bersama-sama meningkatkan mutu pelayanan
pendidikan di sekolah-sekolah terutama pada wilayah/ daerah yang
sangat membutuhkan. Kehadiran komite sekolah sebagai salah satu
wadah yang telah memiliki legalitas hukum, diharapkan dapat
memperkecil persoalan pemenuhan kebutuhan pendidikan sekaligus
sebagai alat dan mediasi dengan pihal-pihak terkait dalam upaya
menyediakan layanan pendidikan bermutu di sekolah. Namun dalam
beberapa kasus yang ada di sekolah, belum menunjukkan hasil maksimal
seperti penelitian Hasan (2014) mengatakan bahwa komite sekolah
kurang berperan dalam menentukan kebijakkan sekolah. Peran komite

2
sekolah hanya sebatas menerima laporan kepala sekolah. Komite sekolah
kurang dilibatkan dalam hal mengambil kebijakan sekolah. Komite sekolah
hanya dilibatkan saat pengumpulan dana dari masyarakat. Keterlibatan
komite sekolah dalam pengembangan dan implementasi program sekolah
di SD Negeri 19 Bandah Aceh hanya 36,37 %. Komite sekolah akan
berfungsi penuh dilibatkan oleh pihak sekolah jika ada kaitannya dengan
pendanaan sekolah yang memerlukan bantuan dari masyarakat.
Studi kasus yang dilakukan di Banda Aceh, tidak beda jauh dengan
hasil yang terjadi di papua lebih khusus di SMK YPKP Sentani kabupaten
Jayapura. Hasil studi awal penelitian di SMK YPKP Sentani pada tanggal 08
Agustus 2023 menunjukkan bahwa terdapat beberapa masalah antara
lain terbatasnya tenaga guru, sehingga harus merekrut tenaga guru
honorer dengan kosekuensi pembiayaan, penggalangan dana masih
bersifat ke dalam (internal sekolah), Selain itu masalah yang krusial
dikalangan orang tua dan masyarakat, yaitu mindset orang tua, komite
sekolah, masyarakat tentang slogan pendidikan swasta di kabupaten
Jayapura antara lain dapat memicu kurangnya keterlibatan orang tua dan
masyarakat di sekolah-sekolah. Sementara dalam kenyataannya slogan
tersebut tidak terealisasi secara maksimal. Perlu dipahami bahwa
kebutuhan pendidikan/ sekolah akan penyediaan kebutuhan sekolah
dapat dipenuhi pemerintah, sehingga sangat logis kalau sekolah dan
orang tua murid memerlukan dukungan berbagai pihak termasuk pihak
masyarakat/swasta. Lebih lanjut dikemukakan pula dalam Permendikbud
Nomor 75 Tahun 2016 bahwa masyarakat berkewajiban memerikan
dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan.
Peran masyarakat sangat diperlukan dalam mengoptimalkan kualitas
sekolah.

3
Setiap satuan pendidikan, diharapkan memperhatikan dan
mengimplementasikan regulasi pendidikan diatas, dalam rangka
menyediakan pelayanan pendidikan yang bermutu bagi masyarakat.
Partisipasi masyarakat dimaksudkan diharapkan dapat memajukan
kualitas belajar, meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak,
meningkatkan keserasian kehidupan sekolah dengan kehidupan di
masyarakat, memotivasi masyarakat dalam membantu program sekolah,
dan mewujudkan tanggungjawab bersama antara pihak sekolah dan
masyarakat terhadap kualitas pendidikan. Karena pendidikan berkualitas
akan berkontribusi juga bagi masyarakat dan bermanfaat bagi
kepentingan banyak orang. Begitu pula sebaliknya pendiidkan tidak
berkualitas, akan berdampak buruk bagi pengguna jasa dan masyarakat
luas dalam berbagai dimensi pembangunan.
Pemikiran lain yang dikemukakan Syamsuddin (2018) bahwa (1)
komite sekolh sebagai perangkat yang ikut sert dan bertngungjawab
terhadap kepentingan setiap sekolah. Tanggngjawab yang dimaksud dalah
untuk membantu sekolah mencari jalan keluarterhadap apa saja yang
dihadapi sekolah, (2) Komite sekolah merupakan badan mandiri yang
mewadahi peran serta masyarakat dalam meningkatkan mutu,
pemerataan pendiidikan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan
pendidikan baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah
maupun jalur pendidikan luar sekolah. (3) Pelaksanaan kurikulum di
sekolah tidak terlepas dari dukungankomite sekolah. Minimal dalam
persoalan-persolan penyediaan sarana dan prasarana pendukung dalam
pelaksanaan kurikulum di sekolah.
Sekolah-sekolah yang memiliki visi dan misi yang jelas di era revolusi
ini diharapkan dapat mengimplementasikan rambu-rambu kinerja komite

4
yang telah digariskan dalam regulasi maupun dari pemikiran dan/ atau
pendapat ahli dlam penjelasan sebelumnya, seperti yang dicontohkan
SMK Negeri 2 dan SMK Negeri 3 Tasikmalaya, yang diteliti oleh Surjana
(2017), menunjukkan bahwa komite sekolah telah memahami fugsi dan
peran komite sekolah dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran
sekolah yang cukup baik dalam menganalisis, mengantisipasi
permasalahan mengkoordinasikan dan mengintegrasikan semua kegiatan
sekolah sehingga tujuan sekolah tercapai.
Komite sekolah cukup baik dalam menggalan dana dari masyarakat serta
menjalin komunikasi dan kerja sama dengan orang tua siswa dan tokoh
masyarakat dalam mengembangkan mutu pendidikan sekolah.
Cotoh kasus di Tasikmalaya, diharapkan dapat menginspirasi satuan
pendidikan lainnya dalam meningkatkan pelayanan pendidikan. Setiap
personal komite sekolah wajib memahami tugas dan fungsi mereka dalam
berbagai kepentingan sekolah, mulai perencanaan kebijakan,
pelaksanaan, sampai pada tataran evaluasi dan tindak lanjut. Kehadiran
komite sekolah tidak hanya sekadar tanda tangan surat menyurat
terutama dalam melegalkan uang komite sekolah, tetapi sejak awal
perncanaan pengembangan sekolah, kepala sekolah mengundang
mitranya (komite sekolah) sebagai representatif masyarakat di sekolah.
Komite sekolah turut serta dalam pengambilan kebijakan-kebijakan
pengelolaan sekolah. Denan demikian sekolah dan komite sekolah
memiliki visi dan misi yang sama dalam melakukan berbagai terobosan
dan/atau upaya memajukan sekolah, bukan sebaliknya, komite sekolah
punya program tersendiri yang berbeda visi dan misi sekolah. Jadi,
kehadiran komite sekolah sebgai wadah yang memediasi aspirasi
masyarakat dalam memajukan pendidikan. Makin berdaya komite sekolah

5
diharapkan pula akan semakin baik pelayanan pendidikan yang secara
langsung dan tidak langsung akan berdampak terhadap mutu lulusan.
Berdasarkan beberapa pemikiran tersebut, maka peneliti meras
terpanggil untuk melakukan kajian lebih mendalam tentang implementasi
tugas komite sekolah dalam peningkatan mutu pelayanan pendiidkan di
SMK YPKP Sentani Kabupaten Jayapura.
1.2 Fokus Penelitian
Berdasaekan latarbbelakang masalah dalam penelitian ini difokuskan
pada : Implementasi tugas komite sekolah menurut PERMENDIKBUD
Nomor 75 Pasal 3 tahun 2016 yaitu : (1) Memberi pertimbangan
penentuan kebijakan; (2) Menggalang dana; (3) Mengawasi pelayanan
pendidikan; dan (4) Menindaklanjuti aspirasi masyarakat, Selain itu
mengkaji pula faktor pendukung dan penghambat serta dampaknya bagi
peningkatan mutu pendidikan di SMK YPKP Sentani Kabupaten Jayapura
Provinsi Papua.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasrakan latar belakang masalah dan fokus tersebut, maka maslah
dalam penelitian ini di rumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai
berikut :
1. Bagaimana gambaran implementasi tugas komite sekolah dalam
memberi pertimbangan dan penentuan kebijakan di SMK YPKP Sentani
Kabupaten Jayapura Provinsi Papua ?
2. Bagaimanan gambaran implementasi tugas komite sekolah dalam
menggalang dana di SMK YPKP Sentani Kabupaten Jayapura Provinsi
Papua ?

6
3. Bagaimana gambaran implementasi tugas komite sekolah dalam
mengawasi pelayanan pendidikan di SMK YPKP Sentani Kabupaten
Jayapura Provinsi Papua ?
4. Bagaimana gambaran implementasi komite sekolah dalam
menindaklanjuti aspirasi masyarakat di SMK YPKP Sentani Kabupaten
Jayapura Provinsi Papua ?
5. Faktor-faktor apa saja menjadi pendukung dan penghambat
implementasi tugas komite sekolaah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di SMK YPKP Sentani Kabupaten Jayapura Provinsi papua
6. Bagaimana dampak implementasi tugas komite sekolah dalam
peningkatan mutu pendidikan di SMK YPKP Sentani Kabupaten
Jayapura provinsi Papua ?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan maslah tersebut diatas, maka
tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis implementasi tugas komite sekolah dalam
memberi petimbangan dan penentuan kebijakan di SMK YPKP Sentani
Kabupaten Jayapura Provinsi Papua.
2. Untuk menganalisis implementasi tugas komite sekolah dalam
menggalang dana di SMK YPKP Sentani Kabupaten Jayapura Provinsi
Papua.
3. Untuk menganalisis implementasi tugas komite sekolah dalam
mengawasi pelayanan pendidikan di SMK YPKP Sentani Kabupaten
Jayapura Provinsi Papua.
4. Untuk menganalisisimplementasi tugas komite sekolah di SMK YPKP
Sentani Kabupaten Jayapura Provinsi Papua.

7
5. Untuk menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambat
implementasi tugas komite sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di SMK YPKP Sentani Kabupaten Jayapura Provinsi Papua.

8
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Komite sekolah dan Mutu Pelayanan Pendidikan


2.1.1. Pengertian Komite Sekolah
Komite sekolah berasal dari dua suku kata yaitu : Komite dan
sekolah. Dalam kamus populer komite sekolah adalah,
bahwa,dewan,panitia. Berarti komite sekolah adalah sejumlah orang yang
di tunjuk untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Sedangkan sekolah
adalah sebuah tempat dimana terjadi proses belajar mengajar serta
tempat memberi dn menerima pelajaran menurut tingkatannya masing-
masing. Komite sekolah merupakaninstitusi yang dimunculkan untuk
menampung dan menyalurkan partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan. Karena
dijadikan tempat yang representatif, kemunculan komite sekolah
diharapkan bisa mewujudkan peningkatan mutu pelayanan pendidikan,
pemerataan dsn efesiensi dalam pengelolaan pendidikan di satuan
pendidikan.
Komite sekolah atau madrasah adalah lembaga mandiri yang
beranggotakan orang orang tua/wali peserta didik, komunitas sekolah,
serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan. Menurut Bedjo Sujanto
dalam bukunya manajemen berbasis sekolah, mengatakan ada 4 poin
mengenai komite sekolah,
1. Badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka
peningkatan mutu,pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan
di satuan pendidikan.
2. Dibentuk berdassarkan musyawarah yang demokratis oleh stakholder
pendidika.
9
3. Nama generik, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-
masing satuan pendidikan.
4. BP3, Komite sekolah dan atau Majelis Sekolah yang sudah ada dapat
memeperluas fungsi, peran, dan keanggotaannya sesuai dengan acuan
ini.
Komite sekolah/Madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan
berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan
pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta
pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan. (Pasal 56, ayat 3
UU Nomor 22 Tahun 2003).
2.1.2 Peran dan Fungsi Komite Sekolah
Permendikbud No.75 Tahun 2017 Tentang Komite Sekolah dan
Kebijakan Saber Pungli berdasrkan Kepmendiknas Nomor 44/U/2022
tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah sudah tidak relevan
adalah komponen keanggotaaan Komite Sekolah masih memasukan unsur
guru dari sekolah yang bersangkutan.
1. Optimalisasi tugas dan fungsi Komite Sekolah
2. Menghindari praktik (pungutanliar) baik yang dilakukan sekolah
maupun komite sekolah.
3. Melindungi masyarakat yang kurang mampu
4. Perlunya transparansi alokasi anggaran dari pemda/pemerintah pusat
kepada sekolah dan akuntabilitas pertanggungjawaban penggalanagan
dana oleh komite sekolah.
5. Tujuan Revitalisasi Komite sekolah dengan aprinsip Gotong Royong.
Keputusan Metri Pendidikan Nasional No. 044/U/2002
(Kemendiknas,2022 yang memuat tentang Komite Sekolah, menjabarkan
peran dan fungsi Komite Sekolah Yaitu : (1) Sebagai pemberi

10
pertimbangan (Advisory Agency); (2) Sebagai pendukung (Supporting
Agency); (3) sebagai pengontrol (Controling agency); (4) sebagai mediator
antara pemerintah dan masyarakat di satuan pendidikan. Keempat peran
dan fungsi tersebut dijelaskan sebagi berikut:
2.1.2.1 Peran Pemberi Pertimbangan (Advisory Agency)
Fungsi pemberi pertimbangan bagi komite sekolah menurut Syaiful
Sagala (2009:256), adalah dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
pendidikan pada tingkat kabupaten/kota dan pada tingkat satuan
pendidikan. Setiap kebijakan dan program yang diputuskan hendaknya
dikoordinasikan terlebih dahulu dengan komite sekolah. Hal ini bertujuan
untuk menganalisis apakah kebijakan dan program sekolah sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai serta situasi dan kondisi sekolah. Sri Renani dkk
(2008:81-82), mengungkapkan bahwa idealnya, sekolah dan yayasan
pendidikan harus meminta pertimbangan kepada Komite Sekolah dalam
merumuskan kebijakan, program, dan kegiatan sekoalh, termasuk juga
dalam merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolah.
Jadi, dapat disimpilkan bahwa Komite Sekolah sebgai pemberi
pertimbangan adlah melakukan koordinasi dengan pihak sekolah, dan
memberikan masukan dalam setiap kebijakan yang diambil oleh sekolah
dengan maksud untuk menganalisis resiko dan keuntungan dari setiap
kebijakan. Hal tersebut memungkinkan bahwa kebijakan yang ditetapkan
oleh sekolah tidak akan memeberatkan pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya.
2.1.2.2 Peran sebagai Pendukung ( Supporting Agency)
Peran Komite Sekolah sebagai pendukung bukan hanya pendukung
dalam bidang finansial saja seperti BP3 yang ada sebelum Komite Sekolah.
Pernyataan tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh

11
Hasbullah (2007:92) bahwa peran Komite Sekolah sebagai pendukung
baik yang terwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam
penyelenggaraaan pendidikan di satuan pendidikan.
Sri Renani dkk (2007:81) mengungkapkan bahwa seharusnya
penekanann peran komite sekolah bulan pada aspek dana saja tetapi juga
gagasan dalam rangka penyelenggaraan dan peningkatan mutu
pendidikandan. Pendapat tersebut didukung oleh pernyataan Syaiful
Sagala (2009:258) yang berpendapat bahwa dana atau keuangan dapat
dicari manakalah memiliki ide dan gagasan yang kreatif, serta mampu
menjalin kerjasama secara sinergis di antara semua stakeholder
pendidikan.
Fungsi pendukung Komite Sekolah yang berkaitan dengan internal
manajemen sekolah menurut Syaiful Sagala (2009:258), yaitu : (1)
Mendata jumlah guru serta tingkat pendidikan yang memerlukan
pendidikan, latihan, dan peningkatan kualifikasi pendidik; (2) Memberikan
pelatihan berkaitan dengan mata pelajaran dan layanan belajar lainnya
bagi guru yang membuntuhkan; (3) Mendata jumlah siswa beserta indeks
prestasinya, guru, komite sekolah; (4) Mendukung program pengayaan
bagi siswa yang telah mencapai KKM; (5) Menyediakan penghargaan dan
hadiah bagi siswa yang berprestasi baik dalam bidang akademik maupun
non akademik; (6) Menyelenggarakan kegiatan keagamaan untuk
meningkatkan kualitas keagamaan warga sekolah maupun masyarakat dis
ekitanya; (7) Mendukung pemanfaatan sarana-sarana untuk memberikan
layanan belajar yang lebih baik; (8) berkoordinasi dengan guru untuk
membuat atau menyediakan media belajar sesuai dengan kebutuhan
belajar, dan (9)memaksimalkan agaran operasional sekolah. Berdasarkan
beberapa pendapat diatas apat ditarik kesimpualan bahwa peran komite

12
sekolah sebagai pendukung dalam satuan pendidikan dapat bergerak
dalam bidang finansial, tenaga maupun ide dan gagasan yang inovatif
untuk bersama-sama meningkatkan mutu layananan pendidikan. Dari
ketiga bidang tersebut penekanan peran komite sekolah lebih diutamakan
pada ide dan gagasan yang dapat melahirkan program-program kreatif
dan inovatif.
2.1.2.3 Peran sebagai pengintrol (Controlling Agency)
Komite sekolah memiliki peran sebagi pengawas (controlling
Agency).sesuai dengan peran tersebut komite sekolah memiliki hak untuk
mengontrol sekolah. Pendapat tersebut didukung Syaiful Sagala
(2009:259) yang menyatakan bahwa komite sekolah dalam perannya
sebagai pengontrol melakukan aktivitas sebagai berikut: (1) Menanyakan
proses pembelajaran kepada guru apakah telah sesuai dengan standar, (2)
Menanyakan dan meminta laporan kondisi kesehatan, gisi,serta bakat
peserta didik, (3) ikut serta dalam penyusunan RKS dan RKT, (4)
Memantau pelaksanaan rencana.
Kegiatan sekolah (RKS) dan Rencana kegiatan tahunan (RKT), (5)
Memantau penggunaaan dana BOS,(6) Ikut serta dalam pembagian
raport, (7) Mengontrol kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan
lainnya, dan (8) Mengontrol pelaksanaan PBM. Selain melakukan
pengawasan terhadap kegiatan administrasi, komite sekolah juga
merupakan badan yang melakukan pengawas sosial terhadap sekolah.
Menurut Sri Renani dkk (2007:82), pengawasan sosial yang dimaksud
lebih menitiberatkan pada implikasi sosial yang mengiringinya serta
dilakukan preventif. Jadi, peran Komite Sekolah sebagai pengontrol dapat
disimpulkan bahwa komite sekolah memiliki kewenangan untuk
mengontrol setiap kebijakan dan segala aktivitas sekolah baik dalm bidang

13
akademik maupun non akademik dalam rangka menciptakan sistem
sekolah yang transparan.
2.1.2.4 Fungsi Sebagai Mediator ( mediatorAgency)
Menurut Hasbullah (2007:90) pada dasranya posisi Komite Sekolah
berada di tengah-tengah antara orang tua murid, murid, guru, masyarakat
setempat dan pihak-pihak lain yang terkait dengan sekolah. Posisi
tersebut menjadikan Komite Sekolah memiliki tanggung jawab untuk
menghubungkan berbagai pihak yang sama-sama memiliki kepentingan
pada lembaga sekolah. Pendidikan untuk anak dimulai dari keluarga,
kemudian berlanjut kesekolah dan masyarakat di sekitarnya. Pada saat
anak sudah mulai belajar di sekolah, bukan berarti keluarga dan
masyarakt begitu saja melepas partisipasi dan tanggung jawabnya pada
pendidikan anak. Ketiga pihak tersebut tetap bekerjasama untuk
memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak. Menurut Syaiful Sagala
(2009:260), jika ada kerjasama yang sinergis antara keluarga, sekolah, dan
masyarakat, maka beberapa dari banyak program inovatif dapat dicoba
dilaksankan oleh sekolah. Oleh karena itu, Fungsi Komite Sekolah sangat
dibutuhkan dalam hal tersebut.
Menurut Zamroni (2007:63), fungsi Komite Sekolah sebgai wakil
stakeholder, memungkinkan termobilisasinya partisipasi orang tau dan
masyarakat kepada sekolah. Jadi, pengelolaan sekolah dapat dilaksanakan
secara transparan dan terpantau oleh masyarakat. Transparansi
pengelolaan pendidikan oleh sekolah dapt membangun sikap saling
percaya antara sekolah dan masyarakat.
Fungsi penghubung Komite Sekolah menurut Syaiful Sagala
(2009;260) menunjukkan bahwa Komite Sekolah : (1) Menghubungkan
pihak sekolah dengan instansi-instansi pemerintah yang ada di

14
lingkungannya, pihak sekolah dan orang tua siswa, (2) menghubungi
orang tua siswa yang dianggap mampu dan bersedia untuk menjadi
donatur terhadap penyelenggaraan kegiatan sekolah, (3) mencari
informasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan diri oleh sekolah,
dan memberi laporan kepada masyarakat tentang penggunaan keuangan
dan pelaksanaan program.
Fungsi Komite Sekolah sebagai mediator menjadi sangat penting
mengingat bahwa masyarakat memiliki hak untuk ikut aktif dalam
penyelenggaraan pendidikan disekolah. Hal tersebut bertujuan agar
sekolah tidak terisolasi dari masyarakat.Nasution Zulkarnaen (2006:39)
mengemukakan bahwa hubungan antar sekolah dengan masyarakat yang
baik harus menjadi perhatian dari setiap kepala sekolah dan stafnya.
Komite Sekolah sangat berperan dalam menjembatani orang tua,
masyarakat dan pihak sekolah untuk bersama-sama mewujudkan sekolah
yang bermutu. Berdasarka beberapa pendapat telah dipaparkan diatas,
dapat ditarik kesimpulan fungsi Komite sekolah sebagai mediator adalah
sebagai penghubung antar siswa, orang tua siswa, masyarakt dan instansi-
instansi pemerintah yang berkaitan dengan sekoalh dalam rangka
meningkatkan hubungan yang sinergis untuk menciptakan pendidikan
yang bermutu.
2.1.3 Kemitraan Sekolah Dengan Stakeholder
Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Menurut Syaiful Sagala (2009: 246),
masyarakat merupakan pemilik sekolah, dan sekolah ada karena
masyarakat. Hubungan salaing ketergantungan tersebut memberikan
peluang kepada masyarakat untuk ikut berperan serta dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah seperti memiliki hak untuk ikut

15
dalam pengambilan keputusan dalam upaya peningkatan mutu sekolah.
Dasar hukum keterlibatan masyarakat dalam pendidikan tercantum dalam
UU No 20 Tahun 2003 Pasal 8 yang berbunyi : “masyarakat berhak
berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan,pengawasan, dan
evaluasi program pendidikan” dan Pasal 9 yang berbunyi “masyarakat
berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam
penyelenggaraan pendidikan”.
Menurut Ahmad Nawawi (2010) pandangan paradigma lama,
hubungan sekolah, orang tua dan masyarakat merupakan institusi
terpisah dan bersifat tabu apabila orang tua dan masyarakat masuk dalam
ranah sekolah, khususnya berkaitan dengan pembelajaran dan
keprofesional para guru. Sementara pada paradigma transisi, sekolah,
orang tua dan masyarakat sudah mulai menjalin hubungan keluarga
namun masyarakat masih belum melakukan kontak dengan sekolah.
Pandangan padigma baru, hubungan sekolah dengan para stakeholder
haruslah terjalin secara sinergis untuk meningkatkan mutu layanan
pendidikan Komite Sekolah sebagai wakil dari para stakeholder harus
dapat
menjembatani komunikasi antara sekolah dan orang tua serta
masyarakat.
Sebenarnya,kerjasama antara sekolah ,orang tua dan masyarakat
memiliki peluang yang lebih besar untuk dapat memunculkan
programprogram berkualitas. Program-program berkualitas tersebut akan
dapat muncul manakala ketiga pihak tersebut dapat membangun iklim
kemintraan yang sinergis sejalan dengan kebutuhan sekolah termasuk
juga dalam pembelajaran anak-anak di sekolah.sejalan dengan pendapat
Comer dan Hayanes yang mengungkapkan bahwa anak-anak dapat belajar

16
dengan lebihbaik apabila didukung oleh lingkungan disekitarnya yaitu
oleh guru,orang tua dan masyarakat. Siswa tidak bisa memperoleh
seluruh kebutuhan petumbuhan dan perkembangannya di
sekolah,apabila tidak ada keterlibatan yang bermakna dari orang tua dan
masyarakat.Bentuk kerjasama antara pihak sekolah,masyarakat dan
instansi lain terbagi menjadi tiga model yaitu profesional, advokasi dan
kemintraan. Menurut Keith &Girling dalam Rahmania Untari (2007:2)
kemintraan mengandung pembagian tanggung jawab dan inisiatif antara
keluarga, sekolah dan masyarakat yang ditunjukan pada pencapaian
target pendidikan tertentu. Model ini juga mengandalkan pada
kepentingan pribadi orang tua dan masyarakat sehinggamau tidak
mau,mereka ikut berpartisipasi dalam aktivitas yang berkaitan dengan
sekolah.
Tujuan dibentuknya kemintraan antara sekolah dan orang tua serta
masyarakat adalah adanya kemungkinan meluasnya jaringan pendukung
sekolah sehingga sekolah memiliki banyak pihak yang dapat
didayagunakan dalam rangka peningkatan mutu sekolah khususnya dan
peningkatan mutu pendidikpada umumnya.Tujuan lain adanya
kemintraan sekolah dengan lembaga lembaga lain yang ada di masyarakat
menurut Sodiq A Kuntoro (2010:4) antara lain: (1) membantu sekolah
dalam melaksanakan tugas pendidikan atau belaja bagi siswa; (2)
memperkaya pengalaman belajar yang dipeoleh siswa dalam berbagai
latar kehidupannya; (3) mendekatkan pembelajaran dengan kondisi yang
nyata dari kehidupan disekitar siswa; (4) membantu sekolah untuk dapat
memanfaatkan sumber daya pendidikan yang ada di masyarakat guna
pendukung proses belajar siswa; (5) membantu meningkatkan
kemandirian, sikap toleransi dan terbuka dari para siswa dalam belajar;

17
dan (6) membantu agar pembelajaran siswa menjadi lebih bermakna bagi
kehidupan dan pemecahan masalah sosialnya.
2.1.4 Organisasi dan Pengurus Komite Sekolah
2.1.4.1 Fungsi Dan Tugas Komite Sekolah (pasal 2 dan 3, Permendikbud
No. 75 tahun 2017 Tentang Komite Sekolah dan Kebijakan Saber
Pungli)
1. Fungsi Komite Sekolah: Peningkatan MUTU PELAYANAN Pendidikan.
2. Tugas Komite Sekolah
a. Memberikan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan
Kebijakan pendidik terkait:
1) Kebijakan dan program Sekolah;
2) RAPBS/RKAS;
3) Kriteria Kinerja Sekolah
4) Kriteria fasilitas pendidik di Sekolah; dan
5) Kriteria Kerjasama Sekolah dengan Pihak lain.
b. Menggalang dana dan sumber daya pendidikan lainnya dari
masyarakat melalui upaya kreatif dan inovatif
c. Mengawasi pelayanan pendidik di sekolah
d. Menindaklanjuti keluhan, sasaran, kritik, dan aspirasi masyarakat
atas kinerja Sekolah.
2.1.4.2 Keanggotaan (Pasal 4 Permendikbud No.75 Tahun 2017 Tentang
Komite Sekolah dan Kebijakan Saber Pungli)
1. Orangtuaa/wali dari siswa yang masih aktif
a. Maks 50%
b. Diharapkan ketua Komite dari Orang tua/wali
2. Tokoh Masyarakat
a. Maks 30%

18
b. Memiliki perkerjaan dan perilaku hidup yang menjadi panutan
c. Tidak termasuk anggota/pengurus OPG dan pengurus Parpol
3. Pakar Pendidikan
a. Maks 30%
b. Pensiunan PTK
c. Berpengalaman di bidang pendidikan
4. Jumlah Anggota: 5-15 orang
Persentasi ini merupakan batas maksimal sampai dengan
jumlah anggota memenuhi 100% yang disesuaikan dengan
kondisi daerah masing-masing.
5. Yang tidak dapat menjadi Komite Sekolah
a. Guru & Tenaga Kependidikan dari sekolah yang bersangkutan
b. Peyelengaraan Sekolah yang bersangkutan, Sekolah Swasta
Orang yang karena jabatannya berpotensi conflict of interest
pengolalaan anggaran negara
c. Pemerintah Desa
d. Pejabat daerah yang tergabung dalam
e. Forum Koordinasi Pemimpin
f. Kecamatan /Peminpin Daerah
g. Anggota DPRD
h .Pejabat pemerintah pusat/pemdayang membidangi
pendidikan

2.1.4.3 Keanggotaan & Koordinator (Pasal 4-5 Permendikbud No.75 Tahun


2O17 Tentang Komite Sekolah dan Kebijakan Saber Pungli)

19
A. Metode Pembentukan
a. Dalam 1 Sekolah: melalui rapat orang tua/wali, dimusyawarah
kandan/atau melalui voting. Ditetapkan oleh Kepala Sekolah (
Sesuai dengan PP 17 Tahun 2010).
b. Komite Sekolah Gabungan: bagi Sekolah yang memiliki siswa
kurang dari 200 dapat membentuk Komite Sekolahga bungan
dengan sekolah lain. Pembentukannya difasilitasi oleh Dinas
Pendidikan sesui kewenangannya. Ditetapkan oleh Kepala Sekolah
yang memiliki siswa paling banyak.
c. Masa jabatan: 3 Tahun, dapat dipilih kembali 1
B. Berakhirnya Keanggotaan
A. Mengundurkan diri
B. Meninggal dunia
C. Tidak dapat melaksanakan tugas karena berhalangan tetap
D. Dijatuhi pidana dan telahin kracht
3.Pembina Komite Sekolah (Bupati/walikota, camat, lurah/kepala desa
sesuai dengan wilayah kerjanya)
4.Koordinasi Konsultasi Dengan Sekolah, Dewan Pendidikan, Dinas
Pendidikan dan pemangku kepentingan lainnya.
2.1.4.4 Metode pengalangan dana yang dapat dilakukan oleh komite Sekolah .
1. Bantuan;Definisi: Pemberian uang/barang/jasa oleh pemangku
Kepentingan satuan pendidikan di luar perserta didik atau orang
tua/wali,dengan syarat yang disepakati para pihak.
2. Sumbangan Definisi: Pemberian uang/barang/jasa oleh perserta
didik,Orang tua/wali baik perseorangan maupun bersama-sama,
masyarakat atau lembaga secara sukarela, dan tidak mengingkat
satuan pendidikan.

20
Sumbangan oleh Komite Sekolah tidak boleh untuk membayar
gaji/honor guru dan Tendik.
(Permendagri Nomor 31 Tahun 2016 “APBD untuk guru PNS)
3. Pungutan definisi penarikan uang oleh sekolah kepada perserta didik
atau Orang tua/walinya yang bersifat wajib,mengikat,serta jumlah
dan jangka Penmunggutannya ditentukan.
SMA/SMK Negeri di daerah yang tidak melaksanakan
wajib belajar 12 Tahun Sekolah swasta. Dana BOS/BOSDA
diutamakan untuk kebutuhan Pokok sekolah misalnya buku
pelajaran, bukudi perpustakaan. Pungutan TIDAK DIPERUNTUKAN
untuk membangun fisik atau renovasi bangunan (Misalnya tempat
ibadah dan ruang kelas), atau untuk pembelian Kendaraan
operesional sekolah. ( Permen 75 pasal 10 Tahun 2017).

2.1.4.4 Mekanisme Penggalangan Dana (Permemdikbud No. 75 Tahun 2017


Tentang Komite Sekolah dan Kebijakan Saber Pungli)
4. Hasil penggalangan dana dubukukan pada rekening bersama
antara Komite Sekolah dan Sekolah
5. Hasil Penggalangan dana dapat digunakan untuk;
a. Menutupi kekurangan biaya sekolah
b. Pembiayaan program terkait peningkatan mutu sekolah
c. Pengembangan SARPRAS
d. Pembiayaan kegiatan operasional Komite Sekolah yang
dilakukan sewajarnya dan harus dipertanggungjawabkan
secara transparan dan oleh sekolah harus mendapatkan
pertunjukan Komite Sekolah dan dipertanggungjawabkan
secara aktual

21
Berdasarkan Keputusan Kementrian Pendidikan,
Keanggotaan Komite Sekolah terdiri atas:
1. Unsur masyarakat dapat berasal dari orang tua/wali perserta didik;
Tokoh masyarakat; tokoh pendidikan; dunia usaha/industri; organisasi
Profesi tenaga pendidikan; wakil alumni; wakil peserta didik
2. Unsur dewan guru,yayasan/lembaga penyelengaraan pendidikan
Badan Pertimbangan Desa dapat pula dilibatkan sebagai anggota
Komite Sekolah (maksimal 3 orang ).
3. Anggota Komite Sekolah sekurang-kurangnya berjumlah sembilan
orang dan jumlahnya gasal.
4. Pengurus Komite Sekolah sekurang-kurangnya terdiri atas ketua,
Sekertaris, dan Bendahara yang dipilih dari dan oleh Anggota. Ketua
Bukan berasal dari kepala satuan pendidikan.
Prinsip Pembentukan Komite Sekolah menganut prinsip-prinsip
Sebagai berikut:
1.Transparan, akuntabel, dan demokratis;
2.merupakan mitra satuan pendidikan.

2.1.5 Mekanisme Pembentukan Komite Sekolah


1. Masyarakat dan/atau kepada satuan pendidikan membentuk panitia
Persiapan. Panitian persiapan berjumlah sekurangkurangnya 5 (lima)
Orang yang terdiri atas kalangan praktisi pendidikan (seperti
guru,kepala Satuan pendidikan, penyelengaraan pendidikan),
pemerhati pendidikan (LSM peduli pendidikan,tokoh
masyarakat,tokoh agama, dunia usaha dan Industri),dan orang tua
peserta didik.
2.Panitia persiapan bertugas mempersiapkab pembentukan Komite

22
Sekolah dengan langkah-langka sebagai berikut:
a. Mengadakan forum sosialisasi kepada masyarakat (termasuk
pengurus/anggota BP3,Majelis Sekolah dan Komite Sekolah yang
sudah ada) tentang Komite Sekolah menurut Keputusan ini;
b. Menyusun kriteria dan mengidentifikasi calon anggota berdasarkan
usulan dari masyarakat ;
c. Menyeleksi calon anggota berdasarkan usula dari masyarakat;
d. Mengumumkan nama- nama calong anggota bedasarkan
masyarakat;
e. Menyusun nama-nama anggota terpili;
f. Memfasilitasi pemilihan pengurus dan anggota Komite Sekolah;
g. Menyampaikan nama pengurus dan anggota kepada kepala satuan
pendidikan;
h. Panitia persiapan dinyatakan bubar setelah Komit Sekolah
terbentuk
2.1.6 Tahapan Pembentukan Komite Sekolah
Secara teknis, Tahapan Pembentukan Komite Sekolah sebagai
berikut:
1. Sekolah membentukan tim penjaringan
2. Tim penjaringan menentukan dan mengundang calon pengurus
3. Calon pengurus bermusyawarah membentuk kepengurus
4. Kepala sekolah membuat SK pengurus
5. Pengurus yang terbentuk membuat AD/ART
6. Sekolah mengajukan program
7. Pengurus membahas program usulan sekolah
8. Pengurus mengundang orang tua wali untuk sosiali program

23
2.1.7 Hubungan Sekolah Dan Komite
Sekolah bukanlah suatu lembaga yang terpisah dari masyarakat.
Sekolah merupakan lembaga yang berkerja dan konteks sosial. Sekolah
mengambil siswanya dari masyarakat setempat, sehinggah keberadaannya
tergantung dari dukungan sosial dan finansial masyarakat. Oleh karena itu,
hubungan sekolah dan masyarakat merupakan salah satu komponen penting
dalam keseluruhan kerangka penyelengaraan pendidikan.
Adapun hubungan yang harmonis antar sekolah dan masyarakat yang
diwadahi dalam organisasi Komite Sekolah Hubungan yang harmonis ini akan
membentuk:
1.Saling pengertian antara sekolah,orangtua,masyarakat, dan
lembaga-lembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk dunia kerja.
2.Saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena mengetahui
Manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-masing.
3.Kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak yang ada
Di masyakat dan mereka merasa ikut bertanggungjawab atas suksesnya
Pendidikan di sekolah.

2.1.8 Partsipasi Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan


Dalam penyelengaraan pendidikan bermutu,penyelengaraan
pendidikan dituntut untuk mampu berkerja pada jaringan. Yaitu kerjasama
dengan berbagai pihak untuk memenfaatkan berbagai sumber kekuatan dan
peluang pendidikan. Karena tidak ada suatu kekuatan pun yang mampu berdiri
tanpa kerjasama dengan yang lain. Jadi penyelengara pendidikan harus mampu
menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, baik dengan orang tua, masyarakat
maupun dengan lembaga-lembaga pemerintah. Salsh satunya adalah menjalin
kerja sama dengan komite sekolah.

24
2.1.9 Prinsip-Prinsip Dasar Komite Sekolah
Komite Sekolah Merupakan nama baru pengganti Badan Pembantu
Penyelengaraan Pendidikan (BP3).Secara substansial kedua istilah tersebut
tidak begitu mengalami perbedaan yang membedakan hanya terletak pada
pengoptimalan peran serta masyarakat dalam mendukung dan mewujudkan
mutu pendidikan.
Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta
masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi
pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan
sekolah maupun jalur pendidikan di luar sekolah (Kepmendiknas Nomor:
004/U/2002).
Pembentukkan Komite Sekolah telah ditetapkan dalam keputusan
Mendiknas No.044/U/2002 yang juga merupakan amanat dari dari UU no. 25
Tahun 2000-2004, dimana dinyatakan bahwa sasaran yang akan dicapai dalam
program pembinaan pendidikan dasa dan menengah diantaranya adalah
terwujudnya manajemen pendidikan yang berbasis sekolah/masyarakat
dengan mengenal konsep dan merintis pembentukan Dewan Pendidikan atau
pemberdayaan Komite Sekolah di setiap sekolah.
Tujuan dibentuknya Komite Sekolah sebagai suatu organisasi
masyarakat sekolah sebagai berikut:
1.Mewadahi dan menyalurkan aspirasi serta praksara masyarakat dalam
melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan
pendidikan.
2.Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyakat dalam
penyelengaraan pendidikan di satuan pendidikan.
3. Menciptakan susasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis

25
Dalam penyelengaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di
satuan Pendidikan menurut Kepmendiknas Nomor: 044/U/2002 (dalam
Hasbullah,2006:92-93).
Pada dasarnya posisi Komite sekolah berada ditengah –tengah
antara orang tua murid, murid,guru,masyarakat setempat dan kalangan swasta
disatu pihak dengan pihak sekolah sebagai institusi, kepala sekolah, dinas
pendidikan wilayahnya, dan pemerintah daerah dipihak lainnya.Perfan komite
sekolah diharapkan maupun menjembatani kepentingan keduannya.
Adapun fungsi Komite Sekolah, sebagai berikut:
1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
Penyelengaraan pendidikan yang bermutu.
2. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorganan/organisasi/dunia
Usaha/dunia industri ) dan pemerintah berkenan dan penyelengaraan
Pendidikan yang bermutu.
3. Memampung dan menganalisis aspirasi,ide,tuntutan, dan berbagai
Kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.
4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan
Pendidikan mengenai:
a.Kebijakan dan program pendidikan;
b.Rencana anggaran pendidikan dan belanja sekolah (RAPBS)
c.Kriteria kinerja satuan pendidikan
d.Kriteria tenaga kependidikan
e.Kriteria fasilitas pendidikan, dan
f. Hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan
5. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan
guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan
6. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelengaraan

26
pendidikan di satuan pendidikan.
7.Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
penyelanggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan menurut
Kepmendiknas Nomor: 044/U/2002 (dalam Hasbullah, 2006 :93-94).
Komite sekolah dapat menjalankan fungsinya sebagai patner dari
kepala sekolah dalam mengadakan sumber daya pendidikan dalam rangka
melaksanakan pengelolaan pendidikan yang dapat memberikat fasilitas bagi
guru-guru dan siswa untuk belajar sebanyak mungkin sehinggah pembelajaran
semakain efektif.
Adanya sinergi antara komite sekolah dengan sekolah memyebabkan
lahirnya tanggung jawab bersama antara sekolah dan masyarakat dapat
menyalurkan berbagai ide dan partisipasinya dalam memajukan pendidikan
daerahnya.
Dengan pemberdayaan keuangan, transparan pengunaan alokasi
dana pendidikan lebih dapat dipertanggungjawabkan. Pendidikan secara lebih
inovatif juga akan semakin memungkinkan,disebabkan lahirnya ide-ide
cemerlang dan kreatif semua pihak terkait pendidikan yang bersangkutan.
Secara umum bentuk partisipasi masyarakat terhadap sekolah adalah:
1.Mengawasi/membimbing kebisaan anak belaja di rumah
2.Membimbing dan mendukung kegiatan akademi anak
3.Memberikan dorongan untuk meneliti, berdiskusi tentang gagasan dan
atau kejadian-kejadian aktual
4.Mengarahkan aspirasi dan harapan akademi anak
2.1.10 Struktur Organisasi Komite Sekolah
Pembentukan komite sekolah dilakukan secara transparan, akuntabel
dan demokratis. Dilakukan secara transparan adalah bahwa komite sekolah
harus dibentuk secara terbukan dan diketahui oleh masyarakat secara luas

27
mulai dari tahap pembentukan panitia persiapan, kriteria calon anggota,
proses pemilihan dan penyampaian hasil pemilihan dilakukan secara akuntabel
adalah bahwa panitia persiapan hendaknya menyampaikan laporan
pertanggungjawaban kinerja maupun penggunaan dana kepanitiaan.
Dilakukan secara demokratis adalah bahwa dalam proses pemilihan
anggota dan pengurus dilakukan dengan musyawarah mufakat. Jika sekiranya
diperlukan pemilihan anggota dan pengurus dapat dilakukan melalui
pengumutan suara.
Keanggotaan komite sekolah terdiri dari unsur masyarakat yang
dapat berasal dari perwakilan orang tua/ wali murid berdasarkan jenjang kelas
yang dilipilih secara demokratis, para tokoh masyarakat,angggota masyarakat
yang mempunyai perhatian untuk meningkatkan mutu pendidika, pejabat
pemerintah setempat, pakar pendidikan yang mempunyai perhatian pada
peningkatan mutu pendidikan, organisasi profesi tenaga pendidikan,
perwakilan siswa bagi tingkat SMP/MTs/SMA/MA/SMK yang dipilih secara
demokratis berdasarkan jenjang kelas dan perwakilan forum alumni
SD/SLTP/SLTA yang telah dewasa dan mandiri.
Anggota komite sekolah yang berasal dari unsur dewan guru,
yayasan/lembaga penyeenggaraan pendidikan, pada pertimbangan desa
sebanyak-banyaknya berjumlah tiga orang. Jumlah anggota komite sekolah
sekurang-kurangnya sembilan orang dan jumlahnya harus ganjil. Syarat-syarat,
hak dan kewajiban serta masa keanggotaan komite sekolah yang ditetapkan di
dalam anggaran dasar (AD) dan anggaran rumah tangga (ART). Struktur
kepengurusan komite sekolah di tetapkan berdasarkan AD/ART yang sekurang-
kurangnya terdiri dari atas seorang ketua, sekretaris dan bendahara. Apabila
dipandang perlu kepengurusan dapat dilengkapi dengan bidang-bidang

28
tertentu sesuai kebutuhan yang ada. Selain itu dapat pula diangkat petugas
khusunya yang menangani urusan administrasi.
Berikut adalah beberapa contoh struktur organisasi komite sekolah.
1. Contoh Struktur satu hubungan Komite sekolah Dengan Instansi Terkait :
Gambar 2.1
Struktur Satu Hubungan Komite Sekolah Instansi Terkait

DEWAN PENDIDIKAN

INSTITUSI LAIN SATUAN


PENDIDIKAN

KOMITE SEKOLAH

Keterangan :
................... Hubungan Koordinatif

2. Contoh struktur Organisasi Satu Komite Sekolah Untuk Satuan Pendidikan.


Gambar 2.2
Struktur Organisasi satu Komite Sekolah Untuk satuan Pendidikan

KETUA NARA SUMBER

BENDAHARA SEKRETARIS

ANGGOTA

Keterangan :
Hubungan Instruksi
.........................Hubungan koordinasi

29
3. Contoh struktur Organisai Satu Komite Sekolah Untuk Beberapa Satuan
Pendidikan.
Gambar 2.3
Struktur Organisasi Satu Komite Sekolah Untuk beberapa Satuan Pendidikan

ANGGOTA ANGGOTA

ANGGOTA ANGGOTA

ANGGOTA

Keterangan:
Hubungan instrusi
......................Hubungan Koordinatif

2.1.11 Konsep Dasar Pembentukan Komite Sekolah


Dalam pasal 56 UU Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
Komite Sekolah/Madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan
dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan
pertimbangan, arahan, dan dukungan tenaga sarana dan prasarana serta
pengawas pendidikan pada tingkat satuan pendidika.
Ada dua prinsip yang harus dipegang dalam proses pembentukan
Komite Sekolah, yakin, Pertama, dilaksanakan secara transparan,
akuntabel,dan demokratis, kedua, komite sekolah yang dibentuk harus dapat
Menjadi mitra sejajar dengan satuan pendidikan.

30
2.1.12 Kedudukan dan Sifat Komite Sekolah
Komite sekolah sebagai lembaga mandiri ditingkat satuan
pendidikan sebagai wadah peran serta masyarakat dalam
mewujudkan pelayanan pendidikan dan pencapaian hasil pendidikan
yang tinggi berkedudukan ditingkat satuan pendidikan atau
sekolah.Menurut Bedjo Sujanto, kedudukan dan sifat komite sekolah
disebut bahwa;
1. Komite sekolah berkedudukan di satuan pendidikan
2. Komite sekolah dapat dibentuk di
a. Satuan pendidikan (Sekolah atau luar sekolah)
b. Beberapa satuan pendidikan yang berbeda jenjang tetapi
pada satuan lokasi berdekatan.
c. Satuan-satuan pendidikan yang dikelolah oleh suatu
penyelengaraan,
d. Pertimbangan lainnya.
3. Badan yang bersifat mandiri dan tidak mempunyai hubungan
Hirarkhis dengan lembaga pemerintahan.

2.1.13 Tujuan Komite Sekolah


Komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan dalam
penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di tingkat satuan
pendidikan merupakan langka yang positif dari perancanaan
pembangunan pendidikan di Negara ini.Langkah tersebut usaha
mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap kepemilikan
31
sekolah.Oleh karena itu, pembentukan komite sekolah memiliki
beberapa tujuan dalam peningkatan mutu pendidikan.
Dewan pendidikan dan komite sekolah sebagai wadah dan
bentuk peran serta masyarakat dalam pendidikan bukanlah suatu
kebijakan dan ekslusif atau terpisah. Hal tersebut memungkinkan,
karena komite sekolah merupakan bagian dari kebijakan pendidikan
nasional sebagai bentuk desentralisasi, transparansi, dan
akuntabilitas pelaksanaan pendidikan. Tidak dapat dapat dilupakan
bahwa komite sekolah diharapkan dapat menampung aspirasi dari
semua lapisan masyarakat untuk memiliki sekolah dan bertanggung
jawab terhadap pengelolaan pendidikan disatuan pendidikan.
Pembentukan komite sekolah dapat di lihat pada Keputusan
Materi pendidikan Nasional No. 044/UU/2002 tentang acuan
pembentukan Dewan pendidikan dan Komite Sekolah yang bertujuan
Sebagai berikut;
1. Mewadahi dan menyalurkan spirasi dan prakarsa masyarakat
dalam melahirkan kebijakan dan program pendidikan.
2. Meningkatkan tanggung peran serta aktif dari seluruh lapisan
masyarakat dalam penyelengaraan pendidikan.
3. Menciptakan suasana dan kondisi terang
transparan,akuntabel,dan demokrasi dalam penyelengaraan
pendidikan yang bermutu.
Sedangkan secara fungsional komite sekolah memiliki fungsi
sebagai berikut:
32
1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komite sekolah
masyarakat terhadap penyelengaraan pendidikan yang mutu.
2. Kerja sama dengan masyarakat (Perorganan/organisasi/DUDI)
dan pemerintah berkenaan dengan penyelengaraan pendidikan
bermutu.
3. Menumpang dan menganalisis aspirasi, ide tuntutan dan
beberapa kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.
4. Memberikan masukan, pertimbangan,dan rekomendasi kepada
satuan pendidikan mengenai: (a) Kebijakan dan program
pendidikan, (RAPBS),(c) Kriteria Kinerja Satuan Pendidikan,dan
(d) Kriteria Tenaga Kependidikan,(e) Kriteria fasilitas pendidikan
serta (f) Hala-hal yang berkaitan dengan pendidikan.
5. Mendorong orang tua dan masyarakat berpatisipasi dalam
pendidikan guna mendukun peningkatan mutu pendidikan dan
pemeretaan pendidikan.
6. Menggalang dana masyarakat dalam pembiayaan
penyelengaraan pendidikan disatuan pendidikan.
7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan,
program,penyelengaraan, dan keluaran pendidikan di satuan
pendidikan.
Dengan demikian,peran dan fungsi Komite Sekolah tidak
dapat dipisahkan,karena ada keterkaitan antara peran dan fungsi.
Contohnya,pada saat Komite Sekolah memberikan pertimbangan

33
dalam penentuan dan pelaksanaan pengelolaan pendidikan yang
bermutu.
Adapun tugas-tugas komite sekolah, dalam konteks ini Hatry
menjelaskan bahwa tugas-tugas komite sekolah antara lain
adalah sebagai berikut;
1. Mengembangkan akses sekolah pada dana,hingga sekolah
mampu membangkitan berbagai sumber dana potensional
untuk mendukun proses pembelajaran siswa.
2. Mengembangkan Budgwnting sekolah dalam konteks
pembangunan kemampuan pembiayaan untuk menandai
berbagai program sekolah.
3. Memutuskan anggaran struktur sekolah.
4. Berpartisipasi dalam pemilihan kepala sekolah,dan wakil kepala
sekolah
5. Ikut serta dalam curah pendapat tentang kurikulum dalam
konteks peningkatan kualitas hasil pembelajaran, dan memberi
masukan-masukan pada sekolah tentang kualifikasi kompetensi
siswa yang akan dihasilkan sekolah.

2.1.14 Rumusan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.


Selanjutnya juga dikemukakan mengenai Dewan Pendidikan
dan Komite Sekolah masing-masing sebagai,”Dewan pendidik adalah
lembaga mandiri yang beranggotakan berbagai unsur
masyarakat yang peduli pendidikan”. Sedangkan komite adalah

34
dirumuskan sebagai berikut. ‘’Komite sekolah/Madrasah,adalah
lembanga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali peserta
didik,komunitas sekolah,serta tokoh masyarakat yang peduli
pendidikan”.

2.1.15 Keputusan Mentri Pendidik Nasional RI Nomor 044/U/2002


tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.
Merespon keinginan besar masyarakat indonesia akan perlunya
demokratisasi di bidang pendidikan, trasnparansi, akuntabilitas
dalam menyelenggaran, dan peran serta masyarkat yang lebih luas.
Depdiknaskan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah di seluruh
indonesia.
Butur-butur penting dari keputusan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pasal 1,ayat (1) Pada setiap kabupaten/kota dibentuk dewan
Pendidikan atas Prakarsa masyarakat dan/atau pemerintah
kabupaten/kota
2. Pasal 1,ayat (2) Pada setiap satuan pendidikan atau kelompok
satuan pendidikan dan/atau pemerintah kabupaten/kota
3. Pasal 3 Dengan diterbitkan keputusan ini, Keputusan menteri
Pendidikan dan kebuadayaan No.02931U/1993 tentang
pembentukan Badan Pembentu penyelengaraan Pendidik(BP3)
dinyatakan tidak berlaku.

35
2.1.16 Indikator Kinerja Komite Sekolah
Berdasarkan Keputusan Mendiknas Nomor 004/U/2002
bahwa Indikator kinerja komite sekolah terkait pada peran yang
dilakukan, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Indikator Kinerja komite sekolah

Peran Fungsi Peran Komite Indikator


Komite Sekolah
1. Badan Pertimbangan 1. Peranan Sekolah a. Mengidentifikasi
(Advisory Agency) Sumber Daya
Pendidikan
b. Memberikan masukan
untuk penyusunan
RAPBS
c. Meyelengarakan rapat
RAPBS
d. Memberikan
pertimbangan
perubahan RAPBS
e. Ikut mengesahkan
RAPBS bersama kepala
sekolah.

2. Pelaksanaan Program a. Memberikan masukan


Kurikulum, PBM dan terhadap proses
Penilaian pengelolaan
pendidikan di sekolah
b. Memberikan masukan
terhadap proses
pembelajaran kepada
guru
3. Pengelolaan Sumber a. Mengidentifikasi
Daya Pendidikan potensi sumber daya
a. SDM pendidikan
b. S/P b. Memberi
c. Anggaran pertimbangan tentang
tenaga kependidikan
yang dapat
diperbentuk di sekolah
c. Memberikan
pertimbangan tetang

36
sarana dan prasarana
yang dapat
diperbentuk di sekolah
d. Memberikan
perimbangan tentang
anggaran yang dapat
dimanamaatkan
disekolah
2. Badan pendukung 1. Pengelolaan sumber a. Memantau kondisi
(Supporting Agency) daya ketenaggaan
kependidikan di
sekolah
b. Mobilisasi guru
sukarelawan untuk
menanggulangi
kekurangan guru di
sekolah
c. Mobilisasi tenaga
kependidikan non guru
untuk mengisi
kekurangan di sekolah
2. Pengelolaan saran dan a. Memantau kondisi
prasaran sarana dan prasarana
di sekolah
b. Mobilisasi bantuan
sarana dan prasarana
sekolah
c. Mengkoordinasi
dukungan sarana dan
prasarana
3. Pengelolaan anggaran a. Memantau kondisi
anggaran pendidikan
di sekolah
b. Memobilisasi
dukungan terhadap
anggaran pendidikan
di sekolah
c. Mengkoordinasi
dukunan terhadap
anggaran di sekolah
d. Mengevaluasi
pelaksanaan dukunan
anggaran di sekolah
3. Badan Pengontrol 1. Mengontrol anggaran a. Mengontrol proses
(Controlling) pendidikan di sekolah pengambilan
keputusan di sekolah
b. Mengontrol kualitas

37
kebijakan di sekolah
c. Mengontrol proses
perencanaan
pendidikan di sekolah
d. Pengawasan terhadap
kualitas program
sekolah

2. Memantau pelaksanaan a. Memantau organisasi


program sekolah sekolah
b. Memantau
penjadwalan program
sekolah
c. Memantau alokasi
anggaran untuk
pelaksanaan program
sekolah
d. Memantau sumber
daya pelaksanaan
program sekolah
pendidikan dalam
pelaksanaan program
sekolah
3. Memantau Out Put e. Memantau hasil ujian
pendidikan akhir
f. Memantau angka
partisipasi sekolah
g. Memantau angka
mengulang sekolah
h. Memantau angka
mengulang sekolah
4. Badan penghubung 1. Peranan program a. Menjadi penghubung
(Media Agency) antara komite sekolah
dengan dewan
pendidikan
b. Mengidentifikasi
aspirasi masyarakat
untuk perencanaan
pendidikan
c. Membuat usulan
kebijakan dan program
pendidikan
2. Pelaksanaan program a. Mensosialisasikan
kebijakan dan program
sekolah kepada
masyarakat
b. Memfasilitas berbagai

38
masukan kebijakan
program terhadap
sekolah
c. Menampung
pengaduan dan
keluhan terhadap
kebijakan dan program
sekolah
3. Pengelolaan sumber a. Mengidentifikasi
daya pendidikan kondisi sumber daya di
sekolah
b. Mengidentifikasi
sumber daya
masyarakat
c. Memobilisasi bantuan
masyarakat untuk
pendidikan disekolah
d. Mengkoordinasikan
bantuan masyarakat
Sumber: (Tim Pengembangan Komite Sekolah Ditjen Dikdasmen Depdiknas
Konsultan .2007)

2.1.17 Mutu Layanan Pendidikan


Dari segi linguistik,kualitas berasal dari bahasa latin’ gualis’ yang
berarti ‘sebagaimana kenyataannya ‘. Definisi kualitas secara internasional (BS
EN ISO 9000: 2000) adalah tingkat yang menunjukkan serangkaian karakteristik
yang melekat dan memenuhi ukuran tertentu (Dale, 2003:4). Sedangkan
menurut american Society for guality Control kualitas adalah totalitas bentuk
dan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk
memuaskan kebutuhan yang tampak jelas maupun tersembunyi.
Kualitas atau mutu adalah suatu terminologi subjektif dan rekatif
yang dapat diartikan dengan berbagai cara dimana setiao definisi bisa
didukung oleh argumentasi yang sama baiknya. Secara luas mutu dapat
diartikan sebagai agregat karakteristik dari produk atau jasa yang memuaskan
kebutuhan konsumen atau pelanggaran. Karakteristik mutu dapat diukur
secara kuantitatif dan kualitatif.

39
Menurut Karsidi (2001:1) , menjelaskan “yang dimaksud mutu dalam
pendidikan adalah suatu keberhasilan proses belajar mengajar yang
menyenangkan dan memberikan kenikmatan bagi orang tua dan siswa
pengguyna jasa pelayanan pendidikan”.
Salah satu masalah yang sangat serius dalam pendidikam di tanah air
kita saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan diberbagai jenis dan jenjang
pendidikan. Banyak pihak berpendapat bahwa rendahnya mutu pendidikan
merupakan salah faktor yang menghambat menyediakan sumber daya
manusia yang mempunyai keahlian dan ketrampilan untuk memenuhi tuntutan
pembangunan bangsa di berbagai bidang.
Dalam pandangan Umaedi (2004), mutu dapat diartikan sebagi
derajat keinggulan sesuatu barang atau jasa yang dibandngkan dengan yang
lain. Mutu dapat bersifat abstrak, misalnya dalam cara hidup yang bermutu,
sikap hidup yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianggap luhur dan sangat
dihormati. Mutu dalam pendidikan dapat ditinjau dari segi relevansinya
dengan kebutuhan masyarakat, cepat tidaknya lulusan memperoleh pekerjaan
yang bergaji besar dan kemampuan seseorang di dalam mengatasi berbagai
persoalan hidup. Mutu pendidikan dapat ditinjau dari manfaat pendidikan bagi
individu, masyarakat, dan bangsa atau negara.Secara spesifik, ada yang melihat
mutu pendidikan dari segi tertinggi dan luasnya ilmu pengetahuan yang dicapai
seseorang yang menenmpuh pendidikan.
Mutu pendidikan sebenarnya dapat dikembalikan pada fugsinya ,
seperti fungsi ekonomi/teknik sosial, politik, budaya, pendidikan (Cheng,
1996), dan spiritual (Umaedi, 2004). Kalau lembaga pendidikan dapat
merelealisasikan fungsi-fungsi tersebut maka lembaga pendidikan tersebut
telah memenuhi harapan berbagai stakeholder, dan dianggap sudah

40
bermutu.Mutu pendidikan juga dapat dilihat dari tolak ukur fungsi dan tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan secara nasional.
Di samping hal di atas, ada yang berpendapat bahwa pendidikan
yang bermutu mengacau dan berbagai input (masukan), seperti tenaga
pengajar, peralatan, buku, biaya pendidikan, teknologi, dan input-input lainnya
yang diperlukan dalam proses pendidikan. Ada pula yang getol berorientasi
;pada proses, dengan argumen bahwa proses pendidikan itu yang paling
menentukan kualitas sehingga kalau harus menentuykan kualitas/ mutu maka
proseslah yang harus diamati dan menjadi fokus perhatian.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan
mutu pendidikan pada jenjang pendidikan, namun demikian berbagai
indikator. Mutu pendidikan belum menunjukan peningkatan mutu secara
merata. Untuk itu diperlukan langkah dan tindakan nyata di tingkat sekolah
dan masyarakat sekitar sekolah berada. Ada dua strategi utama yang dapat
dilakukan dalam meningkatkan dan mengembangkan mutu sekolah, yaitu
strategi yang berfokus pada; (1) dimensi struktural; dan (2) dimensi kultural
(budaya) dengan tekanan pada perubahan perilaku nyata dalam bentuk
tindakan (Depdiknas,2003:1).

2.1.18 Konsep Mutu Layanan Pendidikan


Mutu dalam konteks “hasil” pendidikan mengacu pada prestasi yang
dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai
atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil tes
kemampuan akademis, dapat pula prestasi dibidang lain seperti olah raga, seni
atau ketrampilan tertentu (Komputer, beragam jenis teknik, jasa). Bahkan
prestasi sekolah berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti

41
suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan, dan sebagainya
(Umaedi, 1999:9).
Pengertian mutu secara umum adalah gambaran dan karakteristik
yang menyeluruh dari barang-barang dan jasa yang menunjukan
kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan dalam konteks
pendidikan. Pengertian mutu mencakup input, proses dan output pendidikan
(Depdiknas Buku I MPMBS, 2001:25).
Input pendidikan adalah segala sesuati yang harus tersedia karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa
sumberdaya dan perangkat serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi
berlangsungnya proses. Input sumber daya meliputi sumberdaya manusia
(kepala sekolah,guru termasuk guru BP,karyawan ,siswa) dan sumberdaya
selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang, bahan,dsd.). Input perangkat lunak
meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan perundanundangan, deskripsi
tugas, rencana,program.Input harapan-harapan berupa visi, misi,tujuan, dan
sasaran-sasaran yang ingin capai oleh sekolah.Kesepian Input sangat
diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, tinggi
rendahnya mutu Input dapat diukur dari tingkat kesepian Input. Makin tinggi
tingkat kesepian input, makin tinggi pula mutu input tersebut.
Proses pendidikan adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang
lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut Input
sedangkan sesuat dari hasil proses output. Dalam pendidikan bersekala mikro
(ditingkat sekolah),proses yang bermaksud adalah proses pengambilan
keputusan, proses pengelolaan kelembangaan, proses pengelolaan program,
proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan
bahwa proses megajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibanding
dengan proses-proses lainnya. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila

42
pengkoordinasin dan penyerasian serta pemadua Input sekolah penyerasian
seta pemaduan Input sekolah (guru,siswa, kurikulum, uang, peralatan, dan
sebagainya) dilakukan secara harmonis,sehinggahnya maupun menciptakan
situasi pembelajaran yang menyenangkan (Enjoyable Learning),mupun
mendorong motivasi dan minat belajar , dan benar-benar mampu
memberdayaka peserta didik.Kata memberdayakan mengandung arti bahwa
perserta didik tidak sekadar menguasai pengetauan yang diajarkann oleh
gurunya, akan tetapi pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan nurani
peserta didik,dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan lebih
penting lagi peserta didik tersebut maupun belajar secara terus menerus
(maupun mengembangkan dirinya).Sekolah yang efektif dan pada umumnya
memili sejumlah karakteristik proses sebagai berikut:
1. Proses Belajar Mengajar yang Keefektifannya Tertinggi
Keefektifannya proses belajar mengajar (PBM) yang tinggi dibutuhkan
oleh sekolah yang sedang berusaha dalam meningkatkan mutu
pendidikan. Ini ditujukkan oleh sifat proses belajar mengajar yang
mekankan pada pemberdayaan peserta didik,bukan sekedar penekanan
pada internalisasi tentang apa yang diajarkan tertanam dan berfungsi
sebagai muatan murni dan hayati (ethos) sertan dipraktekan dalam
kehidupan sehari-hari oleh peserta didik (pathos). Proses belajar mengajar
yang efektif juga lebih menekankan pada belajan mengetahui (Learning to
know ),belajar berkerja (learning to do) bslajae hidup (Learning to live
together), dan belanja menjadi diri sendiri (Learning to be).
2. Kepempinan Sekolah yang Kuat
Kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam mengkoordinasikan,
menggerakkan,dan menyerasiakan semua sumberdaya pendidika yang
tersedia. Kepempinan Kepala Sekolah merupakan salah satu faktor yang

43
dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudka , misi, tujuan, dan
sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara
terencanaan dan bertahap .orang karena itu, kepala sekolah tuntut
memiliki kemampuan manajemen dan kepimpinan yang tangguh agar
mampu memgambil keputusan dan inisiatif/prakarsa untuk meningkatkan
mutu sekolah secara umum, kepala sekolah tanguh memiliki kemampuan
memobilisasi sumberdaya sekolah, terutama sumberdaya manusia, untuk
mencapai tujuan sekolah.
3. Lingkungan Sekolah yang Aman dan Tertib
Sekolah memiliki lingkungan (iklim) belajar yang aman, tertib,dan nyaman
sehinggah proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan
nyaman.Karena itu,sekolah yang efektif selalu menciptakan iklim sekolah
yang aman, nyaman tertib sealalu (pengupaya faktorfaktor yang dapat
menumbuhkan iklim tersebut.Dalam hal ini, peranan kepala sekolah
sangat penting sekali.
4. Pegelolaan Tenaga Kependidikan yang efektif
Tenaga kependidikan, terutama guru,merupakan jiwa dari sekolah.Sekolah
hanyalah merupakan wadah.Oleh karena itu, pengelolaahn tenaga
kependidikan, mulai dari kebutuhan, perencanaan,
pengembangan,evaluasi kinerja,hubungan kerja, hingga sampai pada
timbal jasa,merupakan gaparan penting bagi seorang kepala sekolah.
Terlebih-lebih pada pengembangan tenaga kependidikan,ini harus di
lakukan secara terus-menerus meningkat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sedemikian pesat. Pendeknya tenaga kependidikan yang
diperlukan untuk menyelesaikan dalam meningkatkan mutu pendidikan
adalah tenaga kependidikan yang mempunyai komitmen tinggi, sealalu
mampu dan sanggup menjalankan tugasnya dengan baik.

44
5. Sekolah memiliki Budaya Mutu
Budaya mutu tertanam di sanubari semua warga sekolah, sehingga setiap
perilaku didasari oleh profesionalisme. Budaya mutu memiliki elemen-
elemen sebagai berikut; (a) informasi kualitas harus digunakan untuk
perbaikan, bukan untuk mengadili/mrngontrol orang; (b) kewenangan
harus sebatas tanggung jawab; (c) hasil harus diikuti penghargaan (reward)
atau sanksi (punishment); (d) Kolaborasi dan sirnegi, bukan kompetisi,
harus merupakan basis untuk kerjasama; (e) warga sekolah merasa aman
terhadap pekerjaannnya; (f) atmosfir keadilan (fairness) harus
ditanamkan; (g) imbal jasa harus spadan dengan nilai pekerjaan; dan (h)
warga sekolah merasa memiliki sekolah.
6. Sekolah memiliki Kebersamaan yang kompak, Cerdas, dan Dinamis
Kebersamaan merupakan karateristik yang dituntut dalam usaha
meningkatkan mutu pendidikan karena output pendidikan merupakan
hasil kolektif warga sekolah,bukan hasil individual. Karena itu budaya
kerjasama antara fungsi dalam sekolah, antar individu dalam
sekolah,harsu merupakan kebiasaan hidup sehari-hari warga sekolah.
7. Sekolah memiliki Kewenangan (kemandirian ) Sekolah memiliki
kewenangan untuk melakukan yang terbaik bagi sekolahnya, sehingga
dituntut untuk memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja yang tidak
selalu mengantungkan pada atasan. Untuk menjadi mandiri, sekolah harus
memiliki sumberdaya yang cukup untuk menjelaskan tugasnya.
8. Partisipasi yang Tinggi dari Warga dam Masyarakat karakteristik serta
partisipasi warga sekolah dan masyarakat merupakan bagian atau faktor
dalam meningkatkan mutu pendidikan, Hal ini dilandasi olejh keyakinan
bahwa makin tinggi tingkat prestasi,maka besar rasa memiliki ; makin

45
besar rasa memiliki,makin besar pula rasa tanggunng jawab; dan makin
besar rasa tanggung jawab makin besar pula tingkat dedikasinya.
9. Sekolah Memiliki Keterbukaan (Transparan) Manajemen Keterbuakaan
ditunjukan dalam pengambilan keputusan,perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan,penggunaan uang ,dan sebagai alat kontrol.
10. Sekola memiliki Kemauan untuk Berubah (psikiologis dan pisik)
Perubahan harus merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi semua
warga sekolah. Sebaliknya, kemapanan merupakan musuh sekolah. Tentu
saja yang dimaksud perubahan adalah peningkatan, baik bersifat fisik
maupun psikiplogis. Artinya, setiap dilakukan perubahan, hasilnya
dihapkan lebih baik dari sebelumnya ( ada peningkatan)terutama mutu
peserta didik.
11. Sekolsh melakukan Evaluasi dan Perbaikan Secara Berkerlanjut
Evaluasi berlajar secara teratur bukan hanya di tunjukakan untuk
mengetahui tingkat daya serap dan kemampuan perserta didik, tetapi
yang terpenting adalah bagimana memanfaatkan hasil evaluasi belajar
tersebut untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar
mengajar di sekolah. Oleh karena itu, fungsi evaluasi sangat penting dalam
rangka meningkatkan mutu peserta didik dan mutu sekolah secara
keseluruan dan secar terus-menerus merupakan kebiasaan warga
sekolah.Tiada hari tanpa perbaikan. Karena itu, sistem mutu yang sebagai
acuan bagi perbaikan harus ada. Sistem mutu yang bermaksud harus
mencakup stuktur organisasi, Tanggung jawab, prosedur, proses dan
sumberdaya untuk menerapkana manajemen mutu.
12. Sekolah Responsi dan antisipasi terhadap Kebutuhan Sekolah selalu
tanggap terhadap berbagai aspirasi yang mucul bagi peningkat
mutu.Karena itu, sekolah selalu membaca lingkungan menanggapinya

46
secara cepat dan tepat. Bahkan, sekolah tidak hanya mampu meyesuaikan
terhadap perubahan/tuntunan, akan tetapi juga mampu mengantisipasi
hal-hal yang mungkin bakal terjadi. Menjemput bola, adalah padanan kata
yang tepat bagi istilah antisipatif.
13. Sekolah memiliki akuntabilitas
Akuntabilitas adalah bentuk pertanggung jawaban yang harus dilakukan
sekolah terhadap keberhasilan program yang telah dilaksanakan .
Akuntabilitas ini berbetuk laporan prestsi yang mencapai dan dilaporkan
kepada pemerintah, orang tua siswa, dan masyarakat.
Berdasarkan laporan hasil program ini, pemerintah dapat menilai
apakah program sekolah mecapai tujuan yang dukehendak atau tidak. Jika
berhasil, maka pemerintah perlu membersihkan maka pemerintah perlu
memberikan penghargaan kepada sekolah yang besangkutan, sehingga
menjadi faktor pendorong untuk terus meningkatkan kinerjanya dimasa
yang akan datang. Sebaliknya jika program tidak berhasil, maka
pemerintah perlu memberikan teguran sebagai hukuman atas kinerjanya
yang diangap tidak memenui syarat.
Demikian pula,para orang tua siswa dan anggota masyarakat dapat
memberikan penilaian apakah program ini dapat meningkat prestasi anak-
anaknya secara individual dan kinerja sekolah secara keseluruh.jika
berhasil,maka orang tua peserta didik perlu memberikan samangat dan
dorongan untuk peningkatan program yang akan datang. Jika kurang
berhasil, maka orang tua siswa dan masyarakat berhak meminta
pertanggungjawaban dan penjelasan sekolah atas kegagalan program
sekolah yang dilakukan. Dengan cara ini, maka sekolah tidak akan main-
main dalam melaksanankan program pada tahun-tahun yang akan datang.

47
Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah
adalah prestasi sekolah yang di hasilakan dari proses/prilaku
sekolah.Kinerja sekolah dapat di ukur dari kualitasnya, efektivitasnya,
produktivitasnya, efesisedinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya
dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output
sekolah,dapat dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan
berkualitas/brmutu tinggi jika prestasi sekolah, Khususnya prestasi belajar
siswa, menujukan pencapaian yang tinggi dalam: (1) prestasi akademik
berupa nilai Ujian Nasaional (UN), karya ilmiah,lomba akademik, dan (2)
prestasi non akademik,seperti misalnya IMTAQ,kejujuran, kesopanan, olah
raga,kesenian, ketrampilan keujuran, dan kegiatan- kegiatan
ektsrakurikuler lainya.Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan
kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti misalnya
perancanaan,pelaksanaan, dan pegawasan.
2.2 Faktor Penghambatan Dan Pendukung Komite Sekolah
2.2.1 Faktor Penghambatan Komite Sekolah
Faktor penghambatan Komite sekolah adalah
1. Kualitas input siswa yang rendah
2. Keterbatasan waktu kerja sebagai pengurus
3. Pemahaman yang kurang sesuai tentang program sekolah dan
tuntutan masyarakat tentang mutu sekolah
2.2.2 Faktor Pendukung Komite Sekolah
Faktor pendukung komite Sekolah adalah
1. Komitmen masyarakat pada pendidikan bermutu,
2. Kualitas sumberdaya Komite Sekolah meliputi tingkat pendidikan yang
dimiliki dan motivasi pengabdian.

48
2.3 Faktor –faktor Yang Mempengaruh Mutu Layanan Pendidikan
Agar fungsi pendidikan sebagai motivator, inspirator dapat dilakukan
dengan baik, maka pendidikan perlu memahami faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi proser dan hasil belajar sebjek pendidik,
menurut Depdikbud (1985:11), faktor-faktor itu lazim dikelompokkan
atas dua bagian, yaitu :
2.3.1 Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis ini mencakup faktor meterial pembelajaraan, faktor
lingkungan, faktor instrumental, dan faktor kodisi induvisual sabjek didik.
Karena itu, penting bagi pendidik mempertimbangkan kesesuaian
material pembelajaran dengan tingkat kemampuan subjek didk, juga
melakukan gradasi material pembelajaran.
Faktor lingkungan, yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan
sosial, juga perlu mendapat perhatian Belajar dalam kondisi alam yang
segar selalu lebih efektif dari pada sebaliknya. Demikian pula, belajar
pada pagi hari selalu memberikan hasil yang lebih baik dari pada sore
hari. Sementara itu, lingkungan sosial yang hiruk,terlalu ramai, juga
kurang konduktif bagi proses dan pencapaian hasil belajar yang optimal.
Faktor fisiologis lainnya yang berpengaruh terhadap proses dan hasil
adalah kondisi induvidual subjek didik sendiri. Termasuk kedalam faktor
ini adalah kesegaran jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki
kesepian yang memadai untuk memulai tindakan belajar.
2.3.2 Faktor Psikologi
Menurut Syah (2003), psikologi pendidikkan adalah sebuah disiplin
psikologi yang membahas masalah psikologi yang terjadi dalam dunia
pendidikan.

49
Faktor-faktor psikologi yang berpengaruh terhadap proses dan hasil
belajar jumlahnya banyak sekali, dan masing-masing tidak dapat dibahas
secara terpisah. Perilaku individu, termasuk perilaku belajar, merupakan
totalitas penhayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling
mempengaruhi antara berbagai gejala,seperti pehartian, pengfamatran
ingatan, pikiran dan motif. Berbagai gejala tersebut saling terkait dan
sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan peserta didik.

2.4 Kajian Empiris

Kajian empiris merupakan kajian dari hasil penelitian yang sudah


dilakukan peneliti sebelumnya dengan tujuan mendapatkan hasil
tertentuyang dapat menjadi sumber informasi yang dapat membantu
dalam pelaksanaan penelitian yang berkaitan.

1. Arifian Dwi Cahyanto (2013), dalam penelitiannya yang berjudul peran


Komite Sekolah Dalam Menjalankan Tugas Pokok Dan Fungsi di SMA
Negeri 1 Sanden. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara
keseluruhan peran Komite Sekolah dalam menjalankan tugas pokok
sudah berjalan, walaupun masih ada beberapan kekurangan. Peran
Komite Sekolah dalam menjalankan tugas pokok tersebut dapat dilihat
ketika rapat koordinasi dan pertemua-pertemuan rutin, seperti dalam
penyusunan dan pengesahan RAPBS, program sekolah, perencanaan
pembangunan, dan sarana prasaran.
Peran Komite Sekolah dalam menjalankan tugas pokok sebagai
badan pertimbangan, pedukung, pengkontrol,dan penghubuung
antara pemerintah dengan orang tua siswa atau masyarakat di satuan
pendidik. Sebagai badan pertimbangan Komite Sekolah dalam
menjalankan tugas pokok fungsinnya dapat terwujudkan oleh Komite

50
Sekolah dalam perumusan program sekolah seperti penentuan
besarnya uang SPP, uang sumbangan perencanaan pembangunan
sekolah , perancanaan penambahan fasilitas sekolah, dengan
memberikan pertimbangan berupa masukan, saran, dan pendapat.
Peran Komite Sekolah dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya
sebagai badan pendukung terlihat dari dukungan yang diberikan
terkait dengan pendanaan, penggalangan dana,support,dam motivasi
kepada sekolah.
Peran Komite Sekolah dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya sebagai badab pengontrol yaitu dengan mencermati setiap
laporan yang diberikan kepala sekolah, dan melakukan pengawasan
secara langsung ke lapangan walaupun tidak bisa waktu. Apabila
melakukan evaluasi dapat disesuaikan dengan lingkungan yang terjadi
di sekolah, sedangkan peran Komite Sekolah dalam menjalankan
tugas pokok dan fungsinya sebagai badan penghubung terlihat ketika
rapat pleno di sekolah. Komite Sekolah berperan memediasi antara
pemerintah dengan oarang tua siswa disekolah mulai dari
menyampaikan program,menyampaikan aspiran,dan kesepakatan
yang dihasilkan.
Komite Sekolah mempunyai tugas, kepegurusan, keanggotaan,
dan seabagai fasilitator antara sekolah dengan masyarakat yang jels
sesuai dengan Kepmendiknas.Komite Sekolah seharusnya mengetahui
dan mendukung setiap kegiatan yang dilaksanakan sekolah. Kegiatan
sekola mengacu pada manajemen sekolah yang meliputih bidang
sarana prasarana, kesiswaan, personalia, kurikulum,keuangan, dan
bidang hubungan masyarakat.Sehingga, Komite Sekolah mempunyai
peran dalam pelaksanaan manajemen sekolah.

51
2. Larasati Siska Yuni (2009), dalam penelitian berjudul “Peran Komite
Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA Ronggolawe
Kota Semarang.Hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara
dengan beberapa pihak sekolah dapat diketahui bahwa belum atau
tidak semua peran komite sekolah dilakukan.Dalan menjalankan tugas
perannya masih ada kekurangan.Peran komite sekolah sebagai
pemberi pertimbangan diwujudkan dalam bentuk pemberi
pertimbangan terhadap penyedian dan penggunaan sarana dan
prasarana dibutuhkan oleh sekolah juga memberikan pertimbangan
terhadap penyedian dan penggunaan sarana dan prasarana yang di
butuhkan oleh sekolah. Komite Sekolah juga memberikan
pertimbangan terhadap penggunaan dan pemanfaatan anggaran atau
dana yang di perolh sekolah, memberikan masukan tentang
rancangan anggaran pendapat dan belanja sekolah (RAPBS). Peran
komite sekolah sebagai pendukung berupa dukungan materill dan
moril.
Peran sebagai pengontrol dengan melakukan pengawasan
terhadap alokasi anggaran untuk pelaksanaan program sekolah dan
melakukan pengawasan terhadap partisipasi sekolah pada program
sekolah. Komite sekolah juga berperan serta dalam rangka transparan
pengunaan alokasi dana pendidikan yang berasal dari pusat agar lebih
dapat dipertanggungjawabkan. Peran komite sebagai mediator sejauh
ini wujudnya berupa penghubung antara sekolah dengan masyarakat,
kepala sekolah dengan dewan pendidikan serta, kepala sekolah
dangan sekolah itu sendiri dalam hal ini guru, staf karyawan dan
murid.

52
Sarana yang diajukan dalam penelitian ini adalah seharusnya
komite sekolah lebih memahami lagi apa yang menjadi tugas dan
perannya seperti halnya terdapat dalam,AD/ART sekolah.Sekolah
yayasan dan komite serta masyarakat dalam hal ini adalah orang tua
murid bisa lebih berkerja sama dalam meningkatkan mutu pendidikan,
lebih sering melakukan koordinasi dengan jalan diadakannya dialog
secara dan prasarana,pengunaan dana hingga pada masalah siswa
atau murid .
3. Budi Kurniwan (2011), dengan judul penelitian “ Peran komite sekolah
dalam Meningkatkan Mutu pendidikan di Madrasah Pembangunan
UIN jakarta”. Hasil dari penelitian ini adalah keberadaan komite
sekolah di Madrasah Pembangunan UIN yang membantu pihak
sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan.Hasil dari penelitian ini
di peroleh melaui wawancara dengan pihak sekolah, dapat diketahui
bahwa belum atau tidak semua peran komite sekolah di lakukan
tetapi, berkerja sama dengan masyarakat,oarang tua, guru, pihak -
pihak yang berkaitan dengan sekolah ,serta instansi-instansi lain yang
berhubung dengan pedidikan dan sekolah. Komite sekolah juga
memberikan pertimbangan terhadap pengunaan dan pemanfaatan
Rencana Angaran Pendapat dan Belanja Sekolah (RAPBS). Peran
komite sekolah sebagai pendukung berupa materiel dan moriel.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan
komite sekolah dalam pertimbangan,pendukung dan sebagai
penghubung antara sekolah,komite,orang tua/masyarakat yang di
lakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah
Pembangunan UIN jakarta.

53
4. Utami Dewi Septi Purnama (2012) dengan judul penelitian “Peran
komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan di SMA Negeri 1
Temon”, dengan hasil penelitin sebagai badan pertimbangan terhadap
penyusun RKAS bersama dengan sekolah, tenaga pendidik yang dapat
diperbentukan, bantuan dan prasarana serta angaran sekolah tetapi
komite sekolah belum memberikan pertimbangan terhadap proses
pembelajaran. Proses pembelajaran diserahkan sepenuhnya kepada
guru, sebagai pendukung meliputi pemantauan dalam memingkatkan
mutu pendidikan dan memberikan pertimbangan terhadap penyusun
RKAS bersama sekolah,Tenaga pendidiik yang di bentuk, bantuan
sarana dan prasarana serta anggaran sekolah, tetapi komite sekolah
belum memberikan pertimbangan terhadap proses pembelaja. Proses
pembelajaran diserahkan sepenuhnya guru. Memantau sarana dan
prasaran melalui laporan kepala sekolah pada saat rapat
bersama,namun komite tidak memantau tenaga kependidikan di
sekolah dan dalam hal keuanganpun. Dan Tujuan dalam penelitian ini
adalah meningkatkan mutu pendidikan dan berkerja sama dengan
semua pihak yang peduli pendidikan, bersama kepala sekolah, guru
komite dan orang tua.
Dari beberapa penelitian yang reven di atas akan diketahui
bahwa referensi dan kontribusi dalam penulisan ini akan diuraikan pada tabel
berikut:
Tabel 2.2
Referensi dan Kontribusi Penelitian Relevan Terhadap Peneliti
Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian
Arifian Dwi Peran Komite Sekolah Dalam Hasil penelitian menunjukan
Cahyanto (2013) Menjalankan Tugas Pokok Dan bahwa seecara keseluruhan
Fungsi di SMA Negeri 1 Sande peran komite Sekolah dalam
menjalankan tugas pokok

54
sudah berjalan, walaupun
masih ada kekurangan
Larasati Siska Yuni Peran komite Sekolah Dalam Hasil Penelitian yang di
(2009) Meningkatkan Mutu Pendidikan peroleh melalui wawancara
di SMA Ronggolawe Kota dengan beberapa pihak
Semarang sekolah dapat di ketahui
bahwa belum atau tidak
semua peran komite sekolah
dilakukan.Dalam menjalankan
tugas dan perannya masih ada
kekurangan

Budi Kurniawan (2011) Peran komite dalam Hasil penelitian ini di peroleh
Meningkatkan Mutu Pendidikan melalui wawancara dengan
di Madrasah Pembangunan UIN pihak sekolah, dapat
Jakarta diketahui bahwa belum atau
tidak semua peran komite
sekolah dilakukan
tetapi,bekerja sama dengan
masyarakat, orang
tua,guru,pihak-pihak yang
berkaitan dengan
sekolah,serta instansi- instansi
lain yang berhubungan
dengan pendidikan dan
sekolah.
Utami Dewi Septi Hasil penelitian sebagai badan
Purnama (2012) pertimbangan dapat
memberikan pertimbangan
terhadap penyusunan RKAS
bersama dengan
sekolah,tenaga pendidiik yang
dapat diperbentukan, bantuan
dan prasarana serta anggaran
sekolah,tetapi komite sekola
belum memberikan
pertimbangan terhadap
proses pembelajaran.

Kontribusi dan Referensi Dalam Penelitian ini


Kontribusi dalam Menjadi referensi bagi penelitian penulis serta membantu
penilitian ini dalam porses penyusunan penelitian.
Referensi yang Yang diteliti oleh keempat peneliti sebelumnya diatas adalah
dibutuhkan dalam peran Komite Sekolah Dalam Menjalankan Tugas Pokok Dan
penilitian Fungsi di SMA Negeri 1 Sanden, dan Peran Komite Sekolah
Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA Ronggolawe Kota
Semarang serta Madrasah pembangun UIN Jakarta dan SMA
Negeri 1 Temon, sedangkan yang ingin diteliti oleh penulis
sekarang sama juga dengan peneliti sebelumnya yaitu di tingat

55
SMK adalah Peran Komite Sekolah Dalam meningkatkan Mutu
Layanan Pendidikan di SMK YPKP Sentani Kabupaten Jayapura
Provinsi Papua Papua. Metode yang digunakan juga sama yaitu
dengan cara Observasi, wawancara dan dokumentasi,peneliti
sebulumnya mengunakan metode Kualitatif yang sama juga
digunakan oleh penulis saat ini dan juga metode peniliti
sekarang adalah metode Kuantitatif yang sama juga dengan
peneliti terdahulu yang telah di uraikan di atas. Maka teori
yang kasjian pustaka yang digunakan dalam menunjukan
penulisan sesuai dengan penelitih terdahulu.

2.5 Kerangka Berpikir


Perubahan paradigma pendidikan dengan berbasis sekolah menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah dan seluruh stakeholder
mengharuskan untuk berpartisipasi dalam peningkatan mutu
pendidikan. Wadah patisipasi masyarakat melalui lembaga otonom
yakni komite sekolah. Keberadaan lembaga ini harus dapat difungsi
sekmaksimal mungkin sesuai Keputusan Menteri Pendidikan pada
satuan pendidikan sehingga dapat memacau peningkatan mutu
layanan pendidikan .Kerangka piikir dalam penelitian ini meliputi: (1)
memberdayakan sekolah;(2) Memberdayakan komite sekolah secara
maksimal, yaitu peran pemberi pertimbangan, paran pendukun,peran
pengawas ,dan peran mediator; (3)Memberdayakan masyarakat;(4)
pemberdayakan sekolah, komite sekolah dan masyarakat Pelayanan
pendidik yang bermutu.

56
Kerangka konseptual perna komite Sekolah Dalam peningkatan Mutu
Pendidikan pada SMP Negeri Manokwari.
Gambar 2.4
Kerangka Berpikir Penelitian

SMK YPKP SENTANI


KABUPATEN JAYAPURA
PROVINSI PAPUA

PERAN KOMITE SEKOLAH

57
Berdasarkan gambar kerangka konseptual di atas (2.4)
Memperhatikan peran komite sekolah dalam meniggkatkan mutu pendidikan.
Dalam melaksanakan peran tersebut terkadang komite sekolah diperhadapkan
pada dua faktor penting, yakni faktor penghambat dan faktor pendukung , ada
dua faktor tersebut memiliki pengaaruh yang sangat strategi dalam mengelola
satuan pendidikan (sekolah).
Hubungungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu proses
komunikasi antara sekolah dengan masyarakat dengan bermaksud
meningkatkan pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dan praktek
pendidikan serta mendorong minat dan kerjasama warganya dalam usaha
memperbaiki sekolah. Dengan adanya hubungan sekolah dengan masyarakat
kemudian di dayagunakan untuk kepentingan kemajuan pendidikan anak di
sekolah. Di lain pihak, masyarakat dapat juga mengambil manfaat dengan turut
mengenyam dan menyerap kamjuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang di
capai oleh sekolah. Dari sini kehidupan masyarakat akan ditingkatkan oleh
karenanya.
Masyarakat ( komite sekolah) dapat mengerti dan memahami tujuan
pendidikan, kebutuhan-kebutuhan pendidikan, pelaksanaan dan kemajuan
pendidikan yang berlansung di sekolah tersebut. Berarti masyarakat dapat
memberi bantuan kepada sekolah demi kemajuan pendidikan putra-putrinya
baik berupa bantuan finansial ,tenaga maupun pikiran.
Keberhasian tujuan pendidikan di tentukan oleh kejelasan tujuan
yang hendak capai oleh sekolahh tersebut serta kerjasama yang di bangun oleh
pihak sekolah dengan unsur- unsur lain yang terkait dengan pengembangan
sekolah tersebut baik dari lingkungan masyarakat sekitarnya maupun pihak-
pihak stakeholder lain yang terkait dengan luaran sekolah
tersebut.Keberhasilan tujuan ini juga harus didukun oleh kelengkapan sarana

58
dan prasarana secara fisik seperti fasilitas labor, ruang kelas mau pun faktor
lingkungan penujung lainya seperti luasnya lahan sekolah, begitu juga faktor
pengujung non fisik lainnya seperti persoalan organisasi sekolah yang terdiri
dari struktur organisasi ,Kememimpinan, dan sumberdaya manusia yang
tersedia dalam organisasi tersebut.
Peranan dan tugas komite Sekolah sebagaimana dimanfaatkan oleh
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Program Pembangunan
Nasional ( Propenas) 2000-2004 yang tindak lanjut dengan keputusan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 Tentang Dewan kependidikan dan
Komiite Sekolah terkait dengan beberapa persoalan yang menunjukan
keberhasilan tujuan pendidikan tersebut, baik sebagai lembaga yang
memberikan pertimbangan terhadap kemajuan sekolah melalui penetapan
vivi,misi, tujuan dan program yang hendak dilakasakan sekolah tersebut
maupun sebagai lembaga penghubung anatara sekolah dan pihak-pihak lain
yang terkait dengan pengembangan mutu sekolah tersebut dalam penyedian
sarana dan prasarana pengujung tujuan pendidikan sekolah tersebut.
Beberapa tugas dan peran Komite Sekolah dalam meningkatan mutu
pendidikan diantaranya adalah sebagai pihak pemberi pertimbangan terhadap
berbagai kebijakan sekolah melalui penetepan visi,misi tujuan sekolah.peran
tersebut terlaksanakan melalui keikutsertaan pihak Komite Sekolah dalam
berbagai lokakarnya yang diselenggarakan pihak sekolah dalam penetapan visi
dan misi sekolah serta tujuan yang hendak dicapai sekolah.

59
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah studi kasus,dengan teknit penelitian deskripsi
kualitatif, yaitu suatu metode yang bertujuan untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematik, faktual, akurat mengenai sifat-
sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki dengan kata lain,
peneliti deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian pada
masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian
dilaksanakan.Deskripsi pada penelitian ini untuk mengambarkan peran
komite sekolah dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan .
Adapula jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data
sekunder tetang perang komite sekolah dalam meninggkat mutu
pelayanan pendidikan.
3.2 Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menegah Kejuruan Yayasan Pendidikan
Karya Pembangunankan (SMK YPKP) Jl.Kompleks YPKP Senatani
Kabupaten Jayapura. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus
sampai dengan bulan November tahun 2023.

3.3 Subjek Penelitian


Subjek Penelitian adalah suatu yang diteliti baik orang, benda ataupun
lembaga (Organisasi). Subjek penelitian pada dasarnya adalah yang akan
dikenai kesimpulan hasil penelitian untuk itu subjek dalam penelitian ini
adalah :
1. Kepala sekolah SMK YPKP Kabupaten Jayapura
2. Tenaga pendidik ( Guru) 4 orang

60
3. Ketua komite SMK YPKP Sentani Kabupaten Jayapura
4. Pengawas tingkat SMK Dinas Pendidikan Kabupaten Jayapura
5. Dua Orang siswa kelas X dan XI SMK YPKP Sentani Kabupaten Jayapura
Penelitian ini berfokus pada peran komite sekolah dalam
meningkatkan mutu layanan pendidikan di SMK YPKP Sentani Kabupaten
Jayapura.
Fokus penelitian ini antara lain tentang peran serta komite sekolah
adalah meningkatkan mutu layanan pendidikan.
3.4 Sumber Data
3.4.1 Data Primer
Sumber data primer adalah data yang dikumpulkan atau diperoleh
secara langsung dari responden melalui wawancara. Sumber data primer
diperoleh dari hasil penelitian di lapangan secara langsung dari
sumbernya dan pihak-pihak yang bersangkutan dengan masalah yang
akan dibahas.
Dalam penelitian ini dijadikan sebagai responden adalah : Kepala
sekolah; Ketua komite, Guru, Pengawas dan Siswa di SMK YPKP Sentani
Kabupaten Jayapura.
3.4.2 Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang digunakan untuk membantu
menyelesaikan data primer berupa arsip-arsip dan dokumen dari instansi
terkait. Untuk memperoleh sumber data sekunder, penelitian
menggunakan teknik dokumentasi. Hal ini dilakukan untuk mencari dan
mengumpulkan data melalui informasi secara tertulis, gambar-gambar
dan bagan-bagan yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dalam
penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah susunan
organisasui sekolah, susunan organisasi komite sekolah serta profil dari
SMK YPKP Sentani Kabupaten Jayapura.

61
3.5 Instrumen penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah penelitian itu sendiri sehingga penelitian harus
“Validasi”. Validasi terhadap peneliti, meliputi; pemahaman metode
penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang di teliti,
Kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian (Baik secara akademik
maupun logiknya) (Sugiono,2009:305).
Penelitian dalam bentuk wawancara penelitian kualitatif sebagai
human instrumen Berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih
informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai
kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan
atas temuannya.(Sugiono,2009:306).
Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian karena mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Penelitia sebagai alat peka dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi
peneliti.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhada semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus,
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu instrumen
berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi
kecuali manusia,
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami
dengan pengetahuan semata dan untuk memahami, kita perlu sering
merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita,
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segerah menganalisis data yang
diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan

62
segerah untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis
yang timbul seketika,
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan
segerah sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan,
perbaikan atau perlakuan (Sugiono,2009:308).
Berikut ini adalah kisi-kisi variabel kinerja Komite Sekolah
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Kinerja Komite
No. Aspek Indikator Metode Sumber
Analisis Data
Data
1 Badan -Komite sekolah Wawancara Kepsek
Pertimbangan diikutkan dlm program Observasi Guru
(Advisory Agency) -Kedudukan komite utk mengurusi Komite
sekolah Pengawas
-Komite sekolah
memberipertimbangan
dlm mengambil keputusan
-Komite memberi insentif utk
guru
-Tambahan jam belajat di sekolah
-Pengadaan buku sekolah
-Memberi pertimbangan tentang
anggaran.
-Menyelenggara rapat
RAPBS
2 Badan Pendukung -Memantau kebutuhan guru Wawancara Kepsek
(Supporting -kondisi sarana Prasarana Observasi Guru
Agency) -Memantau anggaran disekolah Komite
-Melaksanakan evaluasi Pengawas
3 Badan Pengontrol -Pengambilan keputusan Wawancara Kepsek
(Controling ) disekolah Observasi Guru
-Kualitas kebijakan Komite
-aproses perencanaan Pengawas
-Memantau alokasi anggaran
-Memantau ujian akhir
4 Badan -Menjadi penghubung Wawancara Kepsek
Penghubung sekolah dengan masyarakat Observasi Guru
(Media Agency) -Mengidenfikasikan masyarakat Komite
-Melaksanakan sosialisasi Pengawas
Kebijakan

63
5 Faktor-faktor -Tidak ada dukungan dari Wawancara Kepsek
penghambat masyarakat Observasi Guru
-Alasan ada biaya dari pemerintah Komite
-Latar belakang pendiidkan orang Pengawas
tua yang berbeda-beda
-Penghasilan orang tua dibawah
arat-rata
-Masyarakat disekitar tidak
peduli pendidikan
-Kesibukan dengan
pekerjaan pokok

6 Faktor Pendukung -kerjasama antara komite, kepala Wawancara Kepsek


sekolah, guru, orang tua dan Observasi Guru
stakeholder Komite
Pengawas
7 Mutu Pendidikan -Prestasi akademik (Nilai Ujian Wawancara Kepsek
Nasioanal (UN),Karya Ilmiah, Observasi Guru
Lomba akademik) Komite
-Prestasi Non akademik Pengawas
(IMTQ,kejujuran,kesopanan,Olah
raga, Kesenian, Ketrampilan
Kejujuran, dan kegiatan-kegiatan
baik ekstrakurikuler lainnya)

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai seting, berbagai
sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setingnya, data dapat
dikumpulkan pada seting alamiah, misalnya; dilingkungan tertentu dengan
berbagai responden, seminar, diskusi dll. Bila silihat dari sumber datanya,
pengumpulan data dapat maenggunakan sumber primer ( Sumber data
yang berlangsung memberikan data kepada pengumpul data) dan sumber
sekunder (Sumber yang tidak berlangsung memberikan data kepada
penguila dilihat dari cara atau teknik pengumpulan data, teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi, wawancara, dan
kuesioner, dokumentasi dan gabungan keempatnya.
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan dat dilakukan pada kondisi
yang alamiah, sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih

64
banyak pada observasi berperan serta dan wawancara dalam
(Sugiono,2008:309).
3.6.1 Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
ini dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancari (Interviewee) yang
menjawab atas pertanyaan ini (Moleong,2022:135). Tujuan wawncara
menurut Guba dan Lincoln (dalam Moleo,2022:135) antara lain : (1)
mengkonstruksikan mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi,
perasaan, motivsi, tuntunan, kepedulian, dan lain-lain kebulatan, (2)
mengkonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami
masa lalu, (3) memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai telah
diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang (4)
memverifikasi, mengubah,memperluas informasi di peroleh dari orang
lain. Adapun jenis wawancara yang penyusun gunakan adlah
wawancara tidak terstruktur yaitu pedoman wawancara yang hanya
memuat garis-garis besar yang akan ditanyakan (Arikunto,1994:231).
Wawancara di tunjukkan kepada kepala sekolah, komite sekolah, guru,
staf dan karyawan SMK YPKP Sentani Kabupaten Jayapura untuk
mendapatkan informasi tentang peran komite sekolah dalam
meningkatkan mutu layanan pendidikan di SMK YPKP Sentani
Kabupaten Jayapura.
3.6.2 Observasi ( Tanpa Wawancara)
Observasi adalah pengamatan dengan menggunakan indera
penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Observsi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh
mengenai subjek yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis melakukan

65
observasi di Sekolah Menengah Kejuruan Yayasan Pendidikan Karya
Pembangunan (SMK YPKP) Sentani Kabupaten Jayapura.
Penyusun dan program komite sekolah dalam meningkatkan mutu
layanan pendidikan di SMK YPKP Sentani Kabupaten Jayapura dilakukan
pada setiap tahun ajaran. Program disuusn oleh komite sekolah melalui
kegiatan rapat dengan melibatkan kepala sekolah dan guru.
Bersam sekolah membuat rumusan visi misi sekolah, menyusun
RKAS dan RAPBS serta mengembangkan potensi kearah yang lebih baik.
Hasil yang telah baik akan ditingkatkan dan dipertahankan, sedangkan
hsil yang belum maksimal program lanjutan pada penyusun program
komite yang akan datang.
Menurut Patton dalam Nasution (1988) menyatakan manfaat
observasi adalah:
1. Penelitian akan lebih mampu memahami konteks data dalam
keseluruhan situasi sosial dan dapat diperoleh pandangan yang
holostik atau menyeluruh.
2. Peneliti akan memmperoleh penglaman langsung sehingga
memungkinkan pendekatan induktif dan tidak dipengaruhi oleh
konsep atau pandangan sebelumnya karena pendekatan induktif
membuka kemungkinan melakukan penemuan,
3. Peneliti dapat melihat hal-hal yng kurang atau tidak diamati oleh
orang lain khusunya orang yang berada dalam lingkungan itu karena
telah dianggap biasa sehingga tidak terungkap dalam wawancara,
4. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak akan pernah di
unggkap oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif,
ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga,

66
5. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar resepsi responden
sehingga diperoleh gambaran yang lebih komprehensif,
6. Peneliti dapat mengumpulkan daya yang kaya, kesan-kesan pribadi ,
dan merasakan situasi sosial yang diteliti (Sugiono,2009:313-314).
3.6.3 Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal/ variasi yang
berupa catatan, transkrip buku, surat kabar, majalah, parasasti,
notulen, agenda, dan sebagainya ( Arikunto,2002:234). Metode ini
digunakan sebagai pelengkapan guna memperoleh data sebagai bahan
informasi yang digunakan dalam penelitian ini misalnya : Arsip, jumlah
pegawaian dan sebagiannya.
Teknik dokumentasi ini dilakukan untuk mencari dan
mengumpulkan data yang berhubungan dengan peneliti. Dokumen
yang digunakan penelitikan ini adalah berupa dokumen tentang
susunan organisasi sekoalah, profil sekolah dan susunan organisasi
komite sekolah di SMK YPKP Sentani Kabupaten Jayapura itu sendiri.
3.7 Teknik Analisis Data Kualitatif
Menurut Miles dan Huberman, terdapat tiga teknik annalisis dan
kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Proses ini berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung,
bahkan sebelum data benar-benar terkumpul.
Selanjutnya model interaktif dalam analisis data ditujukan pada
gambar berikut :

67
Gambar 3.1
Komponen Dalam Analisis Data

Pengumpulan data Penyajian Data


(data Colention (data Display)

Redukasi Data
(Data Reduction)

Kesimpulan Penarikan
Verifikasi (Conchusion :
drawing/Verfying)

Sumber: Sugiono (2013:401)

1. Redukasi Data
Redukasi dataa merupkan salah satu teknik analisis dan kualitatif.
Redukasi data adalah bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan,membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat
ambil.Redukasi tidak perlu artikan sebagai kuantifikasi data.
2. Penyajian Data.
Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data
kualitatif.Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi
disusun, sehingga memberikan kemungkinan akan adanya penarikan

68
kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif
(berbentuk catatan lapangan), matriks,grafik,jaringan dan bagan.
3. Penarikan Kesimpulan.
Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data
kualitatif.Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat
digunakan untuk mengambil tindakan.

3.8 Objektivitas dan Keabsahan Data

Untuk mengabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Teknik


keabsahan data didasarkan pada empat kriteria yaitu kepercayaan
(credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan
(dependability) dan kepastian (confirmability)(Moleong 2002:173).

Untuk menjamin keabsahan data yang akan diperoleh dalam peneliti


ini,data yang terkumpul akan dicek kebsahannya melalui metode
triangulasi yaitu teknik-teknik pemeriksaan data dengan manfaatkan
sesuatu yag lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembandingan terhadap data-data itu.

Dalam hal ini triangulas yang di gunakan adalah pemeriksaan melalui


data lain yaitu dengan cara membandingkan data mengecek baik derajat
kepercaan sesuai informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam metode kualitatif menurut Pattaon (dalam
Moleong,2002:178).

Teknik pemeriksaan keabshana data itu di lakukan dengan jalan:


1. Membandingkan data hasil wawancara dengan pengamatan
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan
apa dikatakan secara pribadi

69
3. Membandingkan apa yang yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
besangkutan
Dalama penelitian ini penulis mengunakan triangulasi dengan
cara sebagai berikut yaitu dengan membandingkan data hasil
pengamatan dan data hasil wawancara. Untuk lebih jelasnya maka
dapat digambarakan dalam bagan triangulasi sebagai berikut:

Gambar 3.2
Trigulasi Penelitian

METODE/ TEKNIK BEDA

, SUMBER YANG ADA


DATA SAMA

DIAMBIL DALAM
WAKTU DAN SUASANA
YANG BERBEDA

Adapanpun alasan peneliti mengunakan triangulasi tersebut adalah:

1. Untuk memperoleh data yang sama atau sejenis dengan permasalahan


dalam penelitian
2. Untuk memperoleh data yang sama, atau sejenis dalam tujuan dan
manfaat penelitian.

70
DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2013. Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar & Menegah.
Jakarta: PT Prestasi Pustakarya.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Bina Aksara.
Bahrul Hidayat dan Suhendra Yusuf. 2010. Mutu Pendidikan.Jakarta: Bumi
Aksara.
Choild Narbuko dan H. Abu Achmadi. 2010. Metodologi Penelitian. Bandung:
dan PT.Remaja Rosdakarya.
Chapman, Judith (ed). 1990. School-Based Decision- MAKING AND
Management. The Falmer Press Hampshire, United Kingdom.
Departemen Pendidikan Nasional RI. 1998. Upaya Perintisan Peningkatan
Mutu Pendidikin Berbasis Sekolah (Paper kerja). Jakarta:
Depdikbud.
Departemen Pendidikan Nasional RI. 2001.Manjemen Peningkatan Mutu
Pendidikan Berbasis Sekolah (Buku 1). Jakarta Depdikbud.
Departemen Pendidikan Nasional RI. 2001. Partisipasi Masyarakat. Jakarta:
Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional RI. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis sekolah: konsep Dasar. Jakarta Ditjen Dikdasmen.
Departemen Pendidikan Nasional RI. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah: Peduan monitoring dan Evaluasi;Buku 3.Jakarta:
Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional RI. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah : Pembelajaran dan Pengejaran Kontesktual : Buku

71
5.Jakarta: Depdiknas
Depdikbud. 1999. Panduan Manjemen Sekolah. Jakarta: Depdikbud.
FIS UNNES. 2008. Buku Panduan Bimbingan, Penyusun, Pelaksanaan Ujian
Dan Penilaian Skripsi Mahasiswa. Semarang: UNNES Press.
Hasbullah. 2006. Otonomi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Humas di Lembaga Pendidikan. Malang: UPT Penerbit Universitas
Muhammadiyah Malang.
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor. 4 Tahun 1995. Tentang Gerakan
Nasional Masyarakat Dan Membudayakan Kewirausahaan.Jakarta.
Lexy J. Moleong. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 004/U/2002. Tentang Dewan
Pendidikan Dan Komite Sekolah. Jakarta. http/kepmen-diknas-004-
Tahun20002.go.id/pdf di akses 20 mei 2013.
Milles dan Hurbeman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Bandung: Jakarta: UI
Press.
Meleong, Lexy. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa,E. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mansur Muslich. 2013. Authentich Assessment, Penilaian Berbasis kelas dan
Kompetensi. 22h hlm. ISBN.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

72
Pantjastuti, Sri Renani, dkk,. 2008. Komite Sekolah. Yogyakarta: Hikayat
Publishiing.
Permendikbud No. 75 Tahun 2017 Tentang komite Sekolah dan Kebijakan
Saber Pungli.
Poerwodarminto. W.J.S. 2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Rosda.2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rachman, Maman. 1999. Strategi dan Langkah-langkah Penelitian. Semarang:
Press.
Rineka Cipta. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Seokanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sudarwan,Danin. 2006, Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Suryosubroto, B. 2004. Manajemen Pendidikan Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Syah,Muhibbin.2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tilaar, H.A.R. 2003. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Tim Pengembangan Komite Sekolah Ditjen Dikdasmen Depdiknas. Konsultan:
Dr. Dasim Budimansyah Tahun 2007.
Umaedi.1999. Manajemen Berbasis Sekolah . Jakarta: Depdiknas.
Undang-Undang No 20 Tahun 2003. Tentang sistem Pendidikan Nasional.
Zulkarnaen, Nasution. 2006. Manajemen. Bandung PT. Remaja Rosdakarya.
http://agogostimung.blogspot.com ( 8 Oktober 2023 )
http://pakguruonline.pendidikan.net ( 8 Oktober 2023 )

73
Lampiran 2. Lembar Observasi
No Kegiatan Dilakukan Dokumen
Ya Tidak Ya Tidak
ada
1 Identifikasi sumber daya
pendidikan dalam masyarakat
2 Memberikan Masukan RAPBS
3 Menyelengarakan rapat RAPBS
4 Memberikan pertimbangan
perubahan RAPBS
5 Ikut merumuskan RAPBS bersama
kepala sekolah
6 Pemantau terhadap kondisi tenaga
kependidikan di sekolah
7 Mobilasi guru sukarelawan di
sekolah
8 Memantau kondisi sarana
prasarana di sekolah
9 Memantau kondisi anggran
pendidikan di sekolah
10 Mobilisasi dukungan terhadap
anggaran pendidikan di sekolah
11 Melakukan koordinasi dukungan
terhadap anggaran pendidikan di
sekolah
12 Melakukan evaluasi pelaksanaan
dukungan anggaran di sekolah
13 Adanya pengawasan terhadap
proses pengembangan keputusan
di sekolah
14 Adanya penilaian terhadap kualitas
kebijakan di sekolah
15 Adanya pengawasaan terhadap
proses perencanna di sekolah
16 Pengawasan terhadap kualitas
program di sekolah
17 Adanya penilaian terhadap hasil
ujian di sekolah

74
18 Adanya penilaian terhadap anggka
menggulang di sekolah
19 Identifikasi kondisi sumber daya di
sekolah
20 Adanya mobilisasi bantuan
masyrakat untuk pendidikan di
sekolah
21 Adanya koordinasi bantuan
masyarakat di sekolah

75
Lampiran 3. Panduan Wawancara
A. Pertanyaan yang berhubungan dengan peran komite sekolah sebagai
Badan Pertimbangan.
1. Dalam penentuan program sekolah apakah komite Sekolah
diikutsertakan?
2. Apakah kedudukan Komite Sekolah mengurus Komite Sekolah ini
saja?
3. Apakah Komite Sekolah memberi pertimbangan dalam pengambilan
keputusan mengenai tambahan jam pelajaran bagi siswa ?
4. Dalam peningkatan kesejahteraan guru, guru misalnya seperti
pemberian insentif atau bonus kepada guru yang berasal dari
anggaran komite sekolah , apakah Komite Sekolah pernah
memerikan pertimbangan?
5. Pernahkah Komite Sekolah memberikan pertimbangan dalam hal
pengadaan buku baik bagi siswa maupun untuk sekolah ini, ataupun
dalam pengadaian alat peraga untuk sekolah .
6. apakah Komite Sekolah memberikan pertimbangan apabila pihak
sekolah hendak merekut guru honrer untuk memperlancar proses
belajar mengajar?
7. Apakah Komite Sekolah pernah ikut menyelengara rapat RAPBS
(Sekolah, . Orang tua siswa, Masyarakat ) dalam perencanaan
Sekolah
8. Apakah Komite Sekolah pernah memberikan Pertimbangan tentang
anggaran yang dapat di manfaatkan di sekolah
9. Apakah Komite Sekolah pernah memberikan Pertimbangan tentang
anggaran yang dapat di manfaatkan di sekolah
10. Apakah Komite Sekolah pernah memberikan Pertimbangan tentang
anggaran yang dapat di manfaatkan di sekolah
11. Apakah Komite Sekolah memberi pertimbangan tentan saran dan
prasarana sekolah yang dapat diperbantuk di sekolah
B. Pertanyaan yang berhubungan dengan Peran Komite Sekolah sebagai
Badan Pengontrol
1. Apakah komite sekolah pernah memberi saran tentang proses belajar
mengajar di kelas misalnya menyerankan agar guru lebih melibatkan
siswa secara aktif dalam pelajaran di kelas atau menyarangkan untuk
memperbanyak tugas di rumah?
2. Apakah komite sekolah ikut mengawasi proses belajar mengajar di kelas?

76
3. Apakah komite sekolah pernah memeriksa laporan keuangan dana oleh
pihak sekolah, baik yang termasuk uang komite (iuran orang tua
murid)maupun tidak
4. Apakah komite sekolah mendatangani SPJ proyek atau kegiatan,
sehingga komite sekolah tahu dapat mengawasi pelaksanaannya
5. Apakah komite sekolah pernah mengontrol proses perencanaan
pendidikan dan pengawasan terhadap kualitas program sekolah
6. Apakah komite sekolah pernah memantaui sumber dana pelaksana
program sekola serta sumber daya pelaksanaan program sekolah
7. Apakah komite sekolah pernah memantau partisipasi stakeholder
pendidikan dalam pelaksanaan program sekolah
8. Apakah komite sekolah pernah memantau hasil ujian akhir siswa serta
partisipasi sekolah
9. Apakah komite sekolah membantu angka mengulang siswa serta angka
partisipasi sekolah
C. Pertanyaan yang berhubungan dengan peran komite sekolah sebagai
Badan penghubung (Mediator)
1. Apakah komite sekolah pernah menjadi penghubung antara komite
sekolah denga masyarakat,dengan sekolah dan dengan dewan
pendidikan dalam hal perencanaan pendidikan
2. Apakah komite sekolah mengidentifikasi aspiran masyarakat untuk
perencanaan pendidikan
3. Apakah komite sekolah pernah membuat usulan kebijakan dan program
pendidkan kepala sekolah
4. Apakah komite pernah kebijakan dan program sekolah kepada
masyarakat melaksanakan sosialisasi
5. Apakah komite sekolah pernah mengkominikasikan/menyampaikan
pengaduan dan keluhan masyarakat terhadap sekolah
6. 6.Apakah komite sekolah pernah mengkoordinasikan bantuan
masyarakat dalam pengelolaan sumber daya pendidikan
D. Pertanyaan yang berhubungan dengan peran Komite Sekolah sebagai
Badan Penduduk
1. Apakah komite sekolah secara aktif mencari dana sendiri dan tidak
bergantung kepada dana alokasi dari pihak sekolah
2. Apakah komite sekolah melakukan pendataan sendiri mengenai kondisi
sosial ekonomi dan sumber daya pendidikan masyarakat
3. Apakah komite sekolah melibatkan secara aktif tokoh masyarakat atau
pemerintah ( diluar anggota komite) apabila menghadapi suatu masalah.

77
4. Apakah selama pengurusan saudara dalam komite sekolah pernah di
adakan perbaikan fisik/rehabilitasi sekolah, baik yang didanai oleh
pemerintah,sekolah,ataupun sumberdaya lain.
5. Apakah komite sekolah ikut mengawasi proses rehabilitas /perbaikan fisik
tersebut ( misalnya dengan meminta surat pertanggung jawaban)
6. Apakah komite ikut menyumbang dalam bentuk tenaga kerja dalam
rehab/perbaikan sekolah ini baik ikut berkerja secara langsung maupunn
tidak langsung (membayar buru untuk bekerja )
7. Apakah komite sekolah pernah memantau kondisi saran dan prasaran
yang ada di sekolah
8. Apakah sekolah pernah memantau kondisi ketenangan pendidikan di
sekolah
9. Apakah komite sekolah pernah mengkoordinasikan dukungan terhadap
anggaran pendidikan disekolah
10. Komite sekolah apa pernah memantau kodisi anggaran pendidikan
disekolah
11. Apakah komite sekolah pernah melaksanakan mobilisasi tenaga
kepedidikan non guru untuk mengisi kekurangan di sekolah
E. Pertanyaan yang berhubungan dengan peran komite yang sebagai faktor
penghambat.
1. Apakah Komite Sekolah tidak pernah memantau kondisi anggaran
pendidikan disekolah?
2. Komite sekolah tidak melakukan koordinasi untuk mengambil keputusan
Yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.

3. Apakah komite sekolah tdak melibatkan secara aktif tokoh masyarakat

atau pemerintah ( diluar anggota komite) apabila menhadapi suata

masalah

4. Apakah komite sekolah tidak ikut mengawasi proses


rehabilitasi/perbaikan fisik
5. Apakah komite sekolah tidak memantau kondisi saran dan prasaran yang
ada di sekolah.

78
LAMPIRAN

Kisi-kisi Instrumen Wawancara Kinerja Komite


No. Aspek Indikator Metode Sumber
Analisis Data
Data
1 Badan -Komite sekolah Wawancara Kepsek
Pertimbangan diikutkan dlm program Observasi Guru
(Advisory Agency) -Kedudukan komite utk mengurusi Komite
sekolah Pengawas
-Komite sekolah
memberipertimbangan
dlm mengambil keputusan
-Komite memberi insentif utk
guru
-Tambahan jam belajat di sekolah
-Pengadaan buku sekolah
-Memberi pertimbangan tentang
anggaran.
-Menyelenggara rapat
RAPBS
2 Badan Pendukung -Memantau kebutuhan guru Wawancara Kepsek
(Supporting -kondisi sarana Prasarana Observasi Guru
Agency) -Memantau anggaran disekolah Komite
-Melaksanakan evaluasi Pengawas
3 Badan Pengontrol -Pengambilan keputusan Wawancara Kepsek
(Controling ) disekolah Observasi Guru
-Kualitas kebijakan Komite
-aproses perencanaan Pengawas
-Memantau alokasi anggaran
-Memantau ujian akhir
4 Badan -Menjadi penghubung Wawancara Kepsek
Penghubung sekolah dengan masyarakat Observasi Guru
(Media Agency) -Mengidenfikasikan masyarakat Komite
-Melaksanakan sosialisasi Pengawas
Kebijakan
5 Faktor-faktor -Tidak ada dukungan dari Wawancara Kepsek
penghambat masyarakat Observasi Guru
-Alasan ada biaya dari pemerintah Komite
-Latar belakang pendiidkan orang Pengawas
tua yang berbeda-beda
-Penghasilan orang tua dibawah
arat-rata
-Masyarakat disekitar tidak
peduli pendidikan
-Kesibukan dengan
pekerjaan pokok
6 Faktor Pendukung -kerjasama antara komite, kepala Wawancara Kepsek

79
sekolah, guru, orang tua dan Observasi Guru
stakeholder Komite
Pengawas
7 Mutu Pelayanan -Prestasi akademik (Nilai Ujian Wawancara Kepsek
Pendidikan Nasioanal (UN),Karya Ilmiah, Observasi Guru
Lomba akademik) Komite
-Prestasi Non akademik Pengawas
(IMTQ,kejujuran,kesopanan,Olah
raga, Kesenian, Ketrampilan
Kejujuran, dan kegiatan-kegiatan
baik ekstrakurikuler lainnya)

80
ii

Anda mungkin juga menyukai