PENDAHULUAN
1
kepala sekolah membutuhkan strategi yang dapat
diimplementasikan melalui paket pendidikan. Hal
tersebut dilandaskan bahwa pendidikan merupakan
sebuah sistem yang diharapkan dapat memerhatikan
sub sistem pendukung pendidikan. Demikian juga
dengan pendidikan pada tingkat sekolah dasar
memiliki sistem dan standar implementasi yang ber-
tujuan dalam peningkatan kualitas sumber daya
manusia.
Sistem Pendidikan Nasional yang telah diatur
melalui Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 dan
Standar Pendidikan Nasional diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. Kebijakan tersebut
merupakan dasar dalam menjalankan sistem pendidik-
an pada tingkat sekolah dasar dimana salah satu
komponen utama adalah penjaminan mutu. Dalam UU
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Bab II Pasal 3 dijelaskan bahwa :
“Tujuan diselenggarakan pendidikan adalah un-
tuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan
Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab”
Ini berarti bahwa melalui pendidikan, setiap orang akan
dapat meningkatkan pengetahuan, penguasaan nilai
nilai dan keterampilan. Mutu menjadi penting dalam
rancangan pendidikan sekolah oleh karena output yang
dipersiapkan oleh sumber daya manusia yang memiliki
kemampuan memecahkan masalah.
Implementasi dari kedua payung hukum tersebut
di lakukan oleh pemerintah, antara lain dengan
terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
2
Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kompetensi
Kepala Sekolah. Salah satu isi dari Permendiknas
tersebut adalah kompotensi manajerial, kepemimipinan
merupakan standar kompetensi yang harus dimiliki
oleh kepala sekolah. Seorang kepala sekolah dalam
menjalankan perannya membutuhkan beberapa sub
sistem sebagai komponen unsur pendukung dalam
sebuah organisasi pendidikan pada tingkat sekolah
dasar.
Ditinjau dari komponennya, ada beberapa unsur
atau elemen utama dalam organisasi sekolah dasar.
Unsur-unsur tersebut meliputi: (1) sumber daya
manusia, yang mencakup kepala sekolah, guru,
pegawai administrasi, dan peserta didik; (2) sumber
daya material, yang mencakup peralatan, bahan, dana,
dan sarana prasarana lainnya; (3) atribut organisasi,
yang mencakup tujuan, ukuran, struktur tugas, jenjang
jabatan, formalisasi, dan peraturan organisasi; (4) iklim
internal organisasi, yakni situasi organisasi yang
dirasakan personel dalam proses interaksi; dan (5)
lingkungan organisasi sekolah (Direktorat Tenaga
Kependidikan Depdiknas; 2007).
Manajemen berbasis sekolah merupakan strategi
pemberian kesempatan yang lebih luas kepada sekolah
dalam pengelolaan sekolah (Mulyana, Yayan; 2009).
Sekolah diberikan kewenangan yang lebih besar untuk
mengelola sekolah secara mandiri sesuai dengan
kondisi sekolah. Kegiatan pengelolaan pendidikan,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan
evaluasi banyak ditentukan oleh sekolah. Sekolah
diharapkan mampu mengembangkan potensi yang
dimiliki sekolah dan tuntutan lingkungan masyarakat.
3
Dengan demikian memberikan peran dan tanggung
jawab kepada kepala sekolah dalam mengelola dan
menjalankan peran pendidikan sesuai tujuan pendi-
dikan nasional (Muin, A; 2011).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28
Tahun 2010 tentang Pedoman Penugasan Guru sebagai
Kepala Sekolah, seorang Kepala Sekolah tidak lagi
sebagai pejabat struktural dengan eselon tertentu.
Kepala Sekolah seorang guru yang atas dasar
kompetensinya diberi tugas tambahan untuk mengelola
satuan pendidikan. Jadi seorang kepala sekolah pada
dasarnya seorang guru, yaitu seorang guru yang di-
pandang memenuhi syarat tertentu dalam memangku
jabatan fungsional sebagai pengelola satuan pendi-
dikan.
Tuntutan tugas kepala sekolah yang semakin
tinggi akan menyebabkan timbulnya konflik peran,
Gary (2001), bahwa tekanan dari berbagai kalangan
serta ketidakjelasan peran membuat pemimpin
mengalami konflik peran. Pada era otonomi ini kepala
sekolah dituntut untuk meningkatkan prestasi peserta
didik, hal tersebut dilihat dari penetapan standar
kelulusan oleh pemerintah, sehingga kepala sekolah
harus mem-fokuskan dirinya pada peranannya sebagai
pendidik dengan melakukan pembinaan kepada peserta
didik agar mampu mencapai standar yang ditetapkan
(Tammy, 2010).
Pembinaan Kepala sekolah kepada guru atau
yang disebut dengan supervisi harus dilakukan untuk
menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif dengan
kualitas pembelajaran yang meningkat maka akan
berdampak pada peningkatan prestasi peserta didik
4
(Arikunto, Suharsini, 2004). Dengan demikian, tun-
tutan peningkatan prestasi peserta didik secara tidak
langsung akan berdampak pada tuntutan kepala
sekolah untuk melaksanakan peranannya sebagai
supervisor. Keberhasilan kepala sekolah dalam melak-
sanakan tugas-tugasnya dipengaruhi oleh berbagai
faktor, diantaranya faktor partisipasi masyarakat
sekolah dan dukungan dari berbagai pihak (Susanto,
2008). Keterlibatan guru dan masyarakat dalam
meningkatkan mutu pendidikan di lingkup sekolah
akan sangat membantu meringankan tugas kepala
sekolah, namun pada kenyataannya kualitas guru
masih rendah sehingga belum tentu mampu melak-
sanakan tugas yang dilimpahkan oleh kepala sekolah
(Balitbang, 2003).
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Dahono
(2014), peran kepala sekolah sebagai supervisor dilak-
sanakan melalui peningkatan kinerja guru dengan
bersama-sama merancang program peningkatan
kualitas peserta didik dan mutu sekolah, inspirator
dalam rangka peningkatan kinerja mengajar. Peran
kepala sekolah sebagai motivator dilakukan melalui
mengatur lingkungan kerja, suasana kerja, menerap-
kan prinsip dan hukuman. Peran kepala sekolah
sebagai visioner dengan cara menciptakan hubungan
kerja yang baik, sebagai pendorong, dan menjadi
teladan.
Hal serupa juga dialami dalam sebuah lembaga
pendidikan sekolah dasar yang berada di salah satu
Kecamatan Tuntang tepatnya SD Negeri Kesongo 04.
Kondisi Sekolah Dasar yang berada pada letak strategis
antara wilayah kota Salatiga dan Kabupaten Semarang.
5
Dimana jumlah peserta didik yang banyak apabila
dibandingkan dengan Sekolah Dasar lainnya. Jumlah
peserta didik menjadi keunggulan tersendiri dalam
pengembangan mutu sekolah karena memiliki variasi
kompetensi yang dimiliki peserta didik untuk
dikembangkan.
Jumlah peserta didik yang banyak yakni
sejumlah 226 peserta didik yang terbagi menjadi 8
kelas. Jumlah peserta didik ini kurang diimbangi
dengan jumlah guru pengajar kelas dan ketersediaan
sarana prasarana sekaligus fasilitas yang dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik. Di sisi lain
strategi manajemen pengelolaan sekolah dari pihak
kepemimpinan belum optimal dalam mensinergikan
peran komite, pengawas, guru dan orang tua murid.
Tabel 1.1 Jumlah Siswa Periode 2014/2015
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 I 20 14 34
2 II 15 16 31
3 III 13 15 28
4 IV 17 22 39
5 V 27 30 57
6 VI 23 19 42
Sumber: Data Sekolah
Dengan kondisi tersebut mengantarkan pada
Kenyataan bahwa sekolah dasar ini mendapatkan
lulusan dengan ujian paling rendah pada tingkat
kecamatan yakni dari 40 sekolah berada pada tingkat
39. Berdasarkan pada pengamatan dan wawancara
mengindikasikan bahwa orang tua peserta didik melihat
kondisi tersebut merupakan bukan masalah utama
6
yang terpenting anak sekolah dengan mendapatkan
ijazah.
Tabel 1.2 Nilai Ujian Peserta Didik
Peserta Nilai Rata-rata Jumlah
No Tahun
didik BI MAT IPA Nilai
1 2011/2012 33 6,21 6,15 6,15 18,51
2 2012/2013 34 8,12 6,79 6,24 21,15
3 2013/2014 36 7,35 6,04 6,21 19,60
Sumber: data sekolah
7
strategis pihak sekolah dalam manajemen perbaikan
mutu demi menghasilkan output peserta didik yang
memiliki kemampuan sesuai dengan profil sekolah.
Rencana strategis merupakan bagian dari program
pengembangan sekolah dalam mewujudkan visi
sekolah.
8
1. Manfaat Teoretis
a. Memperluas wawasan mengenai strategi dalam
meningkatkan mutu pendidikan sekolah dasar
melalui teori-teori manajemen pendidikan ber-
basis sekolah.
b. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran untuk mengembangkan teori-teori
mengenai manajemen peningkatan kualitas dan
peran-peran kepala sekolah di era otonomi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan pengetahuan mengenai ma-
najemen strategi kepemimpinan kepala sekolah
dalam meningkatkan mutu pendidikan pada
Sekolah Dasar.
b. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat
menjadi pedoman dalam memperbaiki kiner-
janya, melalui strategi kepemimpinan kepala
sekolah sebagai upaya untuk meningkatkan
kualitas sekolah dasar.
c. Bagi pihak Sekolah, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi pedoman dalam
memberikan dukungan yang tepat bagi pelak-
sanaan tugas dalam sebuah sekolah.
9
permasalahan yang muncul dalam penelitian.
Tujuan penelitian yakni harapan dari penyu-
sunan penelitian. Manfaat penelitian secara
teoretis dan praktis pada kajian laporan pene-
litian, Sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka meliputi teori-teori yang
mendasari dalam penyusunan penelitian ini.
Teori dalam penyusunan penelitian ini meliputi
kepemimpinan, kepala sekolah, kepemimpinan
kepala sekolah, mutu pendidikan, manajemen
strategik, manajemen strategi dalam pendidikan,
rencana strategis, analisa SWOT (Strenght,
Weakness, Oppurtunity, Threatment), penelitian
terkait, kerangka berpikir.
Bab III Metode penelitian dalam penyusunan penelitian
ini meliputi jenis penelitian, teknik pengum-
pulan data, teknik analisa data.
Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian meliputi
penyusunan deskripsi tempat penelitian di SD
Negeri Kesongo 04 Kecamatan Tuntang, Kabu-
paten Semarang. Hasil penelitian dilanjutkan
dalam pembahasan hasil penelitian.
Bab V Penutup meliputi simpulan dan saran. Simpulan
dari penelitian yang telah dilakukan dan saran
dari rekomendasi penelitian.
10