PENDAHULUAN
di bidang pendidikan terjadi sejak tahun 2003 dengan ditandai lahirnya UU No.
semakin besar, serta perubahan etika birokrasi dan yang semula terpusat menjadi
sekolah, orang tua peserta didik dan masyarakat. Masing-masing memiliki fungsi
dan peran yang sesuai dengan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya. Oleh
karena itu dapat dikatakan maju mundurnya, tinggi rendahnya mutu pendidikan
pendidikan di sekolah.
berikut:
1
2
Tabel 1.1
Tinggi 17 20%
Sedang 25 28%
Rendah 46 52%
Jumlah 88 100%
pendidikan yaitu untuk kategori tinggi mencapai 20%, sedang 28% dan rendah
52%. Dengan demikian hasil tersebut di atas menunjukan bahwa kondisi mutu
kategorikan rendah.
sekolah yang efektif dan produktif. MBS merupakan paradigma baru manajemen
agar sekolah leluasa mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan
kebutuhan setempat (Mulyasa, 2004:3). Dalam hal ini yang berhubungan dengan
044/U/2002 tanggal 2 April 2002). Badan ini bersifat mandiri, tidak mempunyai
sehigga stigma bahwa komite sekolah hanya sebagai tukang stempel kebijakan
dalam pengelolaan pendidikan. Oleh karena itu pada tingkat atau satuan
4
mungkin.
Pemimpin yang paling tinggi dalam sebuah jenjang sekolah biasa kita
sebut Kepala Sekolah. Kepala Sekolah ini yang paling berperan dan bertanggung
kebijakan, kebijakan tersebut akan berdampak pada kemajuan sekolah itu sendiri.
Jika kebijakan kepala sekolah berkonotasi negatif, maka imbasnya kepada kepala
sekolah dan semua pihak yang ada dalam sekolah itu. Namun jika efeknya
menempatkan seorang kepala sekolah tidak hanya berdasar pada penilaian yang
bersifat kuantitas, tetapi dari segi kualitas guru yang ingin diangkat menjadi
strategis. Hal itu disebabkan oleh adanya sistem perekrutan yang salah, ketika
Akhirnya kita temukan sebuah fakta bahwa kepala sekolah yang lahir
aspirasi dari bawah. Sekali lagi sebab muasalnya diduga mereka direkrut hanya
Kepala sekolah yang bijak adalah pemimpin yang selalu dekat dengan
bawahannya. Tapi sering terjadi, kepala sekolah bersikap menjauh dari para guru.
semua potensi yang ada disebuah sekolah. Kita hanya berharap kedepan, proses
perekrutan tidak lagi memperhatikan proses dan mekanisme yang saat ini terjadi.
Ketika ada kepala sekolah yang mengajukan penawaran untuk menjadi pemimpin,
mereka perlu dilakukan fit and proper test. Tujuannya adalah mereka yang
terjaring dalam sistem ini, akan melahirkan pemimpin yang bisa diandalkan pada
tertentu.
institusi bagi para guru, dan kedua memberikan pimpinan dalam manajemen.
kepada kepala sekolah kesempatan yang lebih besar untuk menerapkan dengan
6
lebih mantap berbagai fungsi dari kedua peran tersebubut. Beberapa kepala
diberikan oleh MBS untuk menyesuaikan kinerjanya agar memenuhi situasi baru
menjadi kolega dari atasan para guru dan bekerjasama lebih erat dengan para guru
penanganan masalah ini seperti: supervisi kelas untuk mendorong dan mendukung
dan mendukung hasil kerja dari komite sekolah. Beberapa perubahan kinerja
masyarakat; (ii) menciptakan dan mengelola suasana belajar yang ramah dan
Di lain pihak, kepala sekolah masih enggan dalam hal-hal lain, seperti
mengunjungi dan memonitor guru kelas atau memimpin rapat formal dengan
Beberapa kepala sekolah yang lebih berani, berada dalam tahap di mana
dalam usaha mereka mencari gagasan-gagasan baru. Kepala sekolah yang lebih
7
progresif ini juga menggunakan berbagai strategi yang juga merupakan suatu
inovasi untuk mendorong agar guru berinovasi dan menularkan hasilnya kepada
menganggap bahwa "mengajar adalah urusan guru". Para guru dan anggota
komite melihat peran kepala sekolah dalam hubungan dengan peran mereka
sendiri di dalam sekolah. Dalam hal ini, para guru menfokuskan kebutuhan
mereka untuk dipenuhi oleh kepala sekolah untuk tugas kelas mereka. Sejalan
dengan itu, anggota komite membuat daftar fungsi-fungsi itu sebagai bagian dari
lain seperti kebijakan kepala sekolah dan partisipasi komite dalam mendukung
digunakan guru seperti media belajar, alat peraga dan lainnya cukup tersedia.
Sedang faktor guru harus memiliki profesionalisme dan kesejahteraan yang cukup
agar tidak berhati bimbang dalam mengajar. Apabila sudah terpenuhi, maka mutu
pelayanan pendidikan akan dapat terimplementasikan dan peserta didik akan dapat
masih belajar di ruang kelas yang pada bolong, meja dan kursi yang reot. Hendak
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tidak ada komputer. Buku pegangan
peserta didik tak pernah lengkap walau dana BOS sudah ada. Selain itu, peralatan
berupa model, alat peraga, alat/bahan praktik, media pembelajaran dan alat-alat
partisipasi aktif dari pihak peserta didik, menggunakan banyak feed back atau
sebagai fasilitator. Peserta didik dapat belajar di dalam kelas, laboratorium, ruang
pendidikan lainnya yang ada di sekolah itu, bukan di luar sekolah. Hal ini berarti,
ada di sekolah itu, harus juga dalam kondisi yang menyenangkan. Di beberapa
sekolah diakui sudah ada yang menikmati, akan tetapi di banyak sekolah lainnya
pembelajaran yang menyenangkan seperti itu masih jauh panggang dari api
9
sehingga ini menjadi 'peer' tersendiri bagi para stakeholder pendidikan. Diantara
masyarakat dan pemerintah adalah Komite Sekolah. Komite Sekolah inilah yang
partisipasi komite sekolah. Penilain partisipasi komite sekolah dapat dilihat dari
Bersama pihak sekolah menyusun dan menetapkan rencana kerja tahunan sekolah
yang dirumuskan dalam Rencana Anggaran dan Belanja Sekolah (RAPBS ). (4)
bermutu. (6) Membangun jaringan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait
kebijakan kepala sekolah merupakan aspek yang akan dijadikan ukuran dari
Tasikmalaya?
Kabupaten Tasikmalaya.
khususnya bagi Dinas Pendidikan dalam hal ini Sekolah Menengah Atas Negeri
penelitian ini juga dapat dijadikan bahan perbandingan bagi pihak-pihak terkait
yang melakukan penelitian lanjutan, karena ternyata masih banyak variabel yang
BAB II
Hornby (1986:612) berarti act of participating atau act of taking part atau act of
having a share. Dengan demikian partisipasi dapat diartikan sebagai aksi turut
serta atau ambil bagian dalam suatu kegiatan. Sebagai konsekuensi perluasan
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, maka diperlukan suatu wadah yang
sekolah untuk menyususn program yang akan diterapkan oleh sekolah tersebut.
kepada sekolah untuk mengelola segala sarana dan prasarana yang tersedia,
diberdayakan.
13
sekolah, peserta didik dan tenaga kependidikan lainnya maupun warga di luar
sekolah seperti orang tua, akademisi, tokoh masyarakat dan fihak lain yang
Sekolah.
14
Pendidikan dan Komite Sekolah merupakan amanat rakayat yang telah tertuang
beberapa hal telah diberikan kepada satuan pendidikan, baik pada jalur pendidikan
orang tua dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan konsep partisipasi berbasis
(school based management) yang kini tidak hanya menjadi wacana, tetapi mulai
diperlukan kerjasama yang sinergis dari pihak sekolah, keluarga dan masyarakat
atau stakeholder lainnya secara sitematik sebagai wujud peran serta dalam
15
sekolah.
garaan pendidikan yang semakin meningkat dewasa ini, maka dalam era
pendidikan belum berjalan secara maksimal, serta beberapa masalah yang menjadi
ini perlu dikelola dan dikoordinasikan dengan baik agar lebih bermakna bagi
16
sekolah, terutama dalam peningkatan mutu dan efektifitas pendidikan lewat suatu
2. Penyusunan APBS
a) Struktur APBS
a. Sosialisasi APBS
b. Pelaksanaan APBS
c. Perubahan APBS
d. Perhitungan APBS
17
tahun 1974 telah ada POMG (Persatuan Orang tua Murid dan Guru), kemudian
sejak tahun 1974 berubah nama menjadi BP3 (Badan Pembantu Penyelenggaraan
Mendiknas Nomor: 044/U/2002. Perubahan nama itu sesuai dengan kondisi dan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) karena tuntutan perubahan pada waktu itu
budaya baru itu termasuk pula perubahan sistem pemerintahan di Indonesia dari
Dengan kata lain bertolak atau berorientasi pada kekayaan filosofis masyarakat
secara kolektif dan bermuara pada upaya peningkatan mutu pendidikan. Dalam
hal ini ada tiga macam model yang dapat dipakai untuk mengembangkan konsep
Komite Sekolah yaitu: client model (model pengguna pendidikan), power sharing
18
and advocacy model (model kewenangan berbagai pihak yang terlibat) dan
dan Komite Sekolah tetap sebagai mitra yang saling bekerjasama sejalan dengan
Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam
satuan pendidikan, baik pada jalur pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan
pendidikan mengenai :
Dari peran dan fungsi komite sekolah sepeti tersebut itu dapat dipahami
pendidikan di sekolah menjadi lebih bermutu, atau pada upaya peningkatan mutu
pendidikan di sekolah. Ada dua kegiatan yang sangat esensial dari peran dan
fungsi komite sekolah yang berkaitan erat dengan upaya peningkatan mutu
pendidikan, yaitu :
mencukupi fasilitas sekolah dan insentif guru, dua faktor yang langsung
(terutama mengenai pembelajaran) kepada orang tua peseerta didik dan kepada
sekolah. Sebenarnya hal ini adalah salah satu tugas penting dari sekolah
(kepala sekolah dan guru) dan karena itu komite sekolah hanyalah membantu
ceramah, bulletin komite sekolah, dsb. Pemahaman orang tua dan masyarakat
hubungan dan kerjasama yang baik antara komite sekolah dengan masyarakat
2. Karena masih ditemukan sekolah kita yang kekurang guru, terutama yang
menyangkut guru muatan lokal, maka komite sekolah dapat mencari tenaga
terampil dari kalangan orang tua atau masyarakat untuk menjadi guru (nara
perlu diketahui oleh peserta didik. Misalnya mengenai pelajaran musik, adat,
(mengajarkan sesuatu untuk satu atau dua kali pertemuan dengan peseerta
didik) biasanya dilakukan oleh nara sumber itu secara sukarela. Kegiatan
seperti itu dapat juga dalam bentuk ceramah ke sekolah, misalnya mengenai
nilai-nilai islami, bahaya narkoba, penyakit menular, dsb yang diatur oleh
misalnya bazzar, malam kesenian, bursa buku, dan lain-lain pada akhir tahun.
22
untuk hal-hal yang secara langsung dapat berpengaruh kepada peningkatan mutu
pendidikan.
policy science (Dror, 1968: 6-8 ). Beberapa penulis besar dalam ilmu ini, seperti
William Dunn, Charles Jones, Lee Friedman, menggunakan istilah public policy
dan public policy analysis dalam pengertian yang tidak berbeda. Istilah
public itu sendiri dalam bahasa Indonesia yang berarti pemerintah, masyarakat
atau umum.
kebijakan tidak menjadi persoalan, selama kedua istilah itu diartikan sebagai
bersifat umum dan berlaku untuk seluruh anggota masyarakat, dengan istilah
discretion, yang dapat diartikan “ilah” atau keputusan yang bersifat kasuistis
untuk sesuatu hal pada suatu waktu tertentu. Keputusan yang bersifat kasuistis
Kata policy secara etimologis berasal dari kata polis dalam bahasa
Yunani (Greek), yang berarti negara-kota. Dalam bahasa latin kata ini menjadi
politia, artinya negara. Masuk kedalam bahasa Inggris lama (Middle English),
konotasi tersendiri. Kata tersebut mempunyai akar kata bijaksana atau bijak yang
dapat disamakan dengan pengertian wisdom, yang berasal dari kata sifat wise
dalam bahasa Inggris. Dengan pengertian ini sifat bijaksana dibedakan orang dari
sekedar pintar (clever) atau cerdas (smart). Pintar bisa berarti ahli dalam satu
bidang ilmu, sementara cerdas biasanya diartikan sebagai sifat seseorang yang
dapat berpikir cepat atau dapat menemukan jawaban bagi suatu persoalan yang
dihadapi secara cepat. Orang yang bijaksana mungkin tidak pakar dalam sesuatu
bidang ilmu, namun memahami hampir semua aspek kehidupan (Buchari Zainun
dan Said Zainal Abidin, 1988:7-10). Kalau orang yang cerdas dapat segera
memberi jawaban yang tepat atas sesuatu pertanyaan, maka orang yang bijaksana
mungkin pada waktu yang sama tidak mau memberikan jawaban, karena yang
24
bukan sekedar dapat menjawab, tetapi juga menjawab dengan tepat waktu, tepat
lingkungan dan tepat sasaran. Konotasi ini agaknya sangat relevan dengan kajian
ilmu kebijakan dan jawaban yang demikian itulah yang menjadi obyek studi dari
ilmu ini.
Kajian tentang kebijakan dalam arti yang luas sebagai usaha pengadaan
ada sejak manusia mengenal organisasi dan tahu arti keputusan. Kajian ini
dilakukan mulai dari cara yang paling sederhana dan irasional sampai dengan
cara-cara yang bersifat kombinasi kuantitatif dan kualitatif sekarang ini. Akan
tetapi sebagai suatu disiplin tersendiri, ilmu kebijakan baru diakui kehadirannya
kajian dari satu disiplin ilmu untuk memecahkan suatu permasalahan yang
dianggap termasuk dalam aspek tertentu yang relevan dengan disiplin ilmu itu.
permasalahan publik menjadi sangat kompleks. Tidak ada satu masalah yang
hanya bisa dilihat sebagai ”satu” aspek yang berdiri sendiri. Berbagai aspek saling
terkait dan saling mempengaruhi. Keterkaitan ini tidak terbatas dalam lingkungan
tertentu saja, tetapi bisa jadi dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan yang
25
lebih luas dan menyangkut aspek yang berbeda, berlangsung dalam waktu yang
amat cepat. Perubahan dalam bidang politik di Amerika Serikat pada hari ini,
Sebab itu kajian dari satu disiplin ilmu saja menjadi tidak realistis, karena
jawaban yang dihasilkan terbatas dalam kerangka teoritis tertentu, tidak sesuai
dengan masyarakat modern yang kompleks dan berkembang secara cepat. Khusus
untuk negara-negara yang sedang berkembang telah dilakukan pula kajian yang
bersifat penerapan dari disiplin ilmu-ilmu yang telah ada. Dalam ilmu
yang berbeda dari lingkungan tempat teori-teori administrasi itu dahulu tumbuh.
Hal serupa juga terjadi dalam disiplin ilmu ekonomi yang menumbuhkan kajian
berkembang. Begitu pula dalam disiplin ilmu politik, sosiologi dan lain-lain.
Dalam masyarakat dewasa ini sering timbul keluhan bahwa hasil suatu
analisis yang dilakukan dalam suatu bidang, sulit diterapkan. Kesulitan dalam
maka William Dunn menanamkan ilmu analisis kebijakan applied social science,
26
approach).
Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti
not to do). Definisi ini dibuatnya dengan menghubungkan pada beberapa definisi
lain dari David Easton, Lasswell dan Kaplan dan Carl Friedrich. Easton
ada suatu organisasi lain yang wewenangnya dapat mencakup seluruh masyarakat
program of goals, values and practices). Carl Friedrich mengatakan bahwa yang
paling pokok bagi suatu kebijakan adalah adanya tujuan (goal), sasaran (objektive)
intended to accomplish some end,” atau sebagai suatu tindakan yang bermaksud
untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi Heglo ini selanjutnya diuraikan oleh
Jones dalam kaitan dengan beberapa isi dari kebijakan. Pertama, tujuan. Di sini
yang dimaksudkan adalah tujuan tertentu yang dikehendaki untuk dicapai (the
desired ends to be achieved). Bukan suatu tujuan yang sekedar diinginkan saja.
27
Dalam kehidupan sehari-hari tujuan yang hanya diinginkan saja bukan tujuan,
tetapi sekedar keinginan. Setiap orang boleh saja berkeinginan apa saja, tetapi
kalau ada usaha untuk mencapainya, dan ada”faktor pendukung” yang diperlukan.
Kedua, rencana atau proposal yang merupakan alat atau cara tertentu untuk
mencapainya. Ketiga, program atau cara tertentu yang telah mendapat persetujuan
yakni tindakan tertentu yang diambil untuk menentukan tujuan, membuat dan
masyarakat.
sebagai suatu alat analisis daripada sebagai suatu rumusan kata-kata. Sebab itu,
katanya, isi dari suatu kebijakan lebih dapat dipahami oleh para analis dari pada
oleh para perumus dan pelaksana kebijakan itu sendiri. Bertolak dari sini, Jones
(perilaku yang tetap dan berulang dalam hubungan dengan usaha yang ada di
dalam dan melalui pemerintah untuk memecahkan masalah umum). Definisi ini
memberi makna bahwa kebijakan itu bersifat dinamis–ini akan dibicarakan secara
khusus dalam bagian lain, dalam hubungan dengan sifat dari kebijakan.
persoalan dalam kehidupan sehari-hari. “Di sini dia melihat ilmu kebijakan
sebagai perkembangan lebih lanjut dari ilmu-ilmu sosial yang sudah ada.
mengelola dan memberdayakan berbagai potensi masyarakat serta orang tua untuk
mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah. Perubahan pertama terjadi sejak
Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah, seorang Kepala Sekolah tidak lagi
sebagai pejabat struktural dengan eselon tertentu. Kepala Sekolah hanya seorang
guru yang atas dasar kompetensinya diberi tugas tambahan mengelola satuan
pendidikan. Jadi seorang kepala sekolah pada dasarnya seorang guru, yaitu
seorang guru yang dipandang memenuhi syarat tertentu dalam memangku jabatan
membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja
dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien”. Adapun
serta memotivasi warga sekolah untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah
tersebut perlu disebutkan karena erat hubungannya antara kualitas kepala sekolah
dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah dan iklim
budaya sekolah. Dalam pada itu, kepala sekolah bertanggung jawab atas
penting sejalan dengan semakin kompleknya tuntutan tugas kepala sekolah, yang
menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien. Oleh karena itu
dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan atau sebagai
Untuk mendapatkan kepala sekolah yang tangguh perlu dikaji ulang proses
pengangkatan kepala sekolah, selama ini calon belum dibekali dengan wawasan
dalam mencapai tujuan pendidikan. Ini berarti bahwa kinerja sekolah dapat
sekolah yang didukung dengan optimalisasi peran guru, ketersediaan sarana dan
dan proses pembelajaran agar menjadi lebih baik dan berkualitas (Sofyan,
pasif, akan tetapi harus diperlakukan sebagai partner kerja yang memiliki ide,
gagasan, pendapat dan pengalaman yang perlu didengar dan dihargai serta
pendidikan di sekolah terarah pada visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan
pemberdayaan guru yang pada akhirnya dapat berdampak positif terhadap kinerja
sekolah.
nasional
dan inovasi)
bersifat terbuka.
persoalan
sekolah
5. Mengelola Kurikulum
pengembang kurikulum
dokumen-dokumen kurikulum
pelajaran
e. Memfasilitasi guru untuk memilih buku sumber yang sesuai untuk setiap
mata pelajaran
pelaksanaan kurikulum
belajar mengajar
didik
kesenjangan)
kependidikan baru.
personel sekolah
l. Mengelola konflik
kependidikan
8. Mengelola Kesiswaan
studi lanjutan.
9. Mengelola Keuangan
generating activities
e. Membuat aplikasi dan proposal untuk mendapatkan dana dari penyandang dana
sistem pelaporan
pengembangan sekolah
b. Memilih strategi yang tepat untuk mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran
sekolah
orang lain
lingkungannya
demokratis
rewards
evaluasian, dsb.)
yang berlaku
dikembangkan
sekolah
program
keputusan
keputusan.
evaluasi
instrumen
evaluasi
pertanggungjawaban
44
panjang.
mengajar, (2) kepala administrasi, (3) sebagai manajer perencanaan dan pemimpin
pendapat Sanusi yang dikutip M. Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2002)
menyatakan bahwa :
“Perubahan dalam peranan dan fungsi sekolah dari yang statis di jaman
lampau kepada yang dinamis dan fungsional-konstruktif di era globalisasi,
membawa tanggung jawab yang lebih luas kepada sekolah, khususnya kepada
administrator sekolah. Pada mereka harus tersedia pengetahuan yang cukup
tentang kebutuhan nyata masyarakat serta kesediaan dan keterampilan untuk
mempelajari secara kontinu perubahan yang sedang terjadi di masyarakat
sehingga sekolah melalui program-program pendidikan yang disajikannya
dapat senantiasa menyesuaikan diri dengan kebutuhan baru dan kondisi
baru”.
makro pendidikan. Wujud perubahan dan perkembangan yang paling aktual saat
Pada bagian lain, Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2002) dengan
preposisi tentang kebijakan pendidikan bagi kepala sekolah atau calon kepala
oleh Kantz dalam Segiovanni (Sudarwan Danim, 1995) bahwa dalam keseluruhan
46
(4) Creati vity ; dan (5) Self Management of learning. Kelima keterampilan
peserta didik, orang tua dan masyarakat. Oleh karena itu pelayanan pendidikan
yang bermutu adalah pemberian layanan jasa pendidikan di sekolah yang dapat
memberikan kepuasan kepada peserta didik di sekolah dan masyarakat atau orang
tua, sejalan dengan ini Ikke Dewi Sartika (2002:8) mengemukakan bahwa :
yang seharusnya terjadi dan sesuai pula dengan yang diharapkan. Agar mutu
pendidikan itu sesuai dengan apa yang seharusnya dan apa yang diharapkan yang
global.
bahwa yang dimaksud dengan mutu pelayanan pendidikan adalah adanya jaminan
standar yang telah ditetapkan dan mampu memenuhi keinginan peserta didik dan
yang masih jauh dari harapan. Di satu pihak pemberian layanan pendidikan belum
menemukan cara yang paling tepat, dipihak lain pesatnya perkembangan ilmu
bahwa:
“......... mutu pendidikan masih belum meningkat secara signifikan, sebagian kecil
Indonesia masih belum menunjukan hasil yang optimal, salah satu indikatornya
yaitu kurangnya mutu layanan pendidikan dan dukungan secara optimal baik dari
merupakan bentuk pelayanan. Yang menjadi pelanggan adalah peserta didik, orang
tua, masyarakat dan dunia kerja. Para pelanggan jasa pendidikan yang menerima
di sekolah bermutu. Berkaitan dengan mutu pelayanan jasa pendidikan ini Sadu
Pada sisi lain pelanggan (peserta didik, orang tua dan masyarakat) juga
tidak mudah menilai kualitas pelayanan yang diberikan oleh pemberi layanan jasa
barang. Sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Vincent Gaspersz (2003: 241),
pelayanan, sehingga dalam hal ini manajemen industri jasa yang berorientasi pada
(2003: 32) mengungkapkan 5 faktor dominan atau penentu kualitas jasa, yaitu :
1) Kesederhanaan
kan secara mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan
administratif
c) Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab
3) Keamanan
Kriteria ini mengandung arti bahwa proses serta hasil pelayanan dapat
bagi masyarakat.
4) Keterbukaan
Kriteria ini mengandung arti bahwa prosedur, tata cara, persyaratan, satuan
rencana biaya/tarif serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan
wajib dipromosikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh
5) Efisien
6) Ekonomis
a) Nilai barang atau jasa pelayanan masyarakat dan tidak menuntut biaya
8) Ketepatan Waktu
kesalahan-kesalahan.
55
trasi, kasir, petugas penerima tamu, dll. Citra pelayanan dari industri jasa
sangat ditentukan oleh orang-orang dari perusahaan yang berada pada garis
banyak petugas yang melayani seperti kasir, staf administrasi dll, banyaknya
khusus, dll.
Keempat, Djam’an Satori dan Nanang Fattah dalam Modul MBS Dinas
pelayanan jasa di atas, kemudian esensi materinya oleh penulis diadopsi ke dalam
yang menyenangkan
16) Bersifat ramah dan kooperatif dengan orang tua peserta didik
58
memuaskan.
telah ditetapkan.
dari kesalahan-kesalahan.
Yaitu kemauan untuk membantu peserta didik, orang tua dan masyarakat
3. Kepastian (Assurance)
4) Guru selalu tepat janji dalam melayani kebutuhan belajar peserta didik.
bertanggung jawab.
1) Sekolah selalu tepat janji dalam melayani kebutuhan belajar peserta didik
3) Laporan hasil belajar peserta didik dilaporkan pada orang tua secara rutin
4. Empati (Emphaty)
Yaitu kesediaan guru, tat usaha dan petugas lainnya untuk lebih peduli
1) Guru dengan rasa hormat dan kasih sayang dalam melayani kebutuhan
kurang mampu
negatif
peserta didik
masyarakat
5. Berwujud (Tangible)
komunikasi.
2) Guru menata interior kelas yang membuat peserta didik nyaman untuk
belajar
pembelajaran
4) Guru menciptakan suasana kelas yang selalu bersih, indah dan sehat.
1) Di ruang tata usaha tersedia alat-alat tulis dan pengolah data yang
2) Di ruang tata usaha tersedia fasilitas pendidikan (OHP, TV, VCD, dll)
Pendidikan adalah suatu sistem yang meliputi input, output dan proses
pendidikan itu sendiri. Mutu output sangat dipengaruhi oleh mutu input dan
prosesnya. Kepala Sekolah, Supervisor dan Komite Sekolah sebagai bagian dari
Salah satu tugas kepala sekolah sebagai supervisor dan berperan penting
dilakukan melalui beberapa tahapan yang meliputi: (1) tahap pertemuan awal, (2)
dalam meningkatkan prestasi kerja guru yang pada gilirannya akan meningkatkan
sekolah, sebab peserta didik dan masyarakat selaku pelanggan jasa pendidikan
menaruh harapan yang besar terhadap sekolah dalam rangka mengantisipasi dan
berkait erat dengan proses pendidikan. Tanpa proses pelayanan pendidikan yang
bermutu tidak mungkin diperoleh produk layanan yang bermutu, dengan kata lain
Gambar 2.2
Diagram Kerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis
pendidikan.
pendidikan.
BAB III
METODE PENELITIAN
hipotesis penelitian, maka yang menjadi objek kajian penelitian ini adalah:
(2). Kebijakan Kepala Sekolah (variabel X 2) yaitu: Kepala sekolah bijak sebagai
Minimal (SPM) .
penelitian yang dimaksud dan membuktikan atau menguji hipotesis yang telah
diajukan.
pada tujuan maka metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik
dan verifikatif yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai realitas dan
fakta-fakta dari sifat populasi penelitian ini secara detail dan teliti. Penggunaan
metode ini untuk menguji hubungan dan pengaruh antar variabel. Penelitian
kemudian diolah menjadi data dan selanjutnya dilakukan suatu analisis sehingga
adalah suatu metode yang dilakukan untuk menguji hipotesis dengan perhitungan
diperjelas lagi oleh Effendi (1999: 51) menyatakan bahwa, “Terdapat hubungan
Pada penelitian ini ditetapkan tiga jenis variabel yang akan diukur, yaitu:
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
komite, kebijakan kepala kekolah dan mutu layanan pendidikan ditunjukkan pada
tabel berikut:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Dimensi Indikator
6. Standar kerja
Mengelola sarana dan prasarana
Mengelola kesiswaan
Mengelola keuangan
Mengelola hubungan sekolah-
masyarakat
Mengelola kelembagaan
Mengelola Sistem Informasi (SIM)
sekolah
Memimpin sekolah
71
terlalu besar. Sampel diambil harus dapat mewakili populasi penelitian, sehingga
yang baku, tetapi Suharsimi Arikunto (1983: 107) mengatakan bahwa dalam
populasi dan jika subyeknya lebih dari 100, maka sampelnya diambil 10-15% atau
20-25%.
a research study refers to any group on which information in obtained the larger
group to which one hopes to apply the results is called population”. Sukardi
komponen populasi”.
rumus Slovin (1960) yang dikutif dari Sevilla (1994) dan dikemukakan oleh Umar
Keterangan:
73
n = unit sampel
N = jumlah populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu SMA Negeri se-
tingkat eror yang ditolerir sebesar 10%, dengan demikian diperoleh sampel
sebagai berikut:
kesempatan menjadi anggota sampel dan diambil pada waktu yang sama, maka
penulis tetapkan besarnya sampel adalah 88 orang guru SMA Negeri se-
Kabupaten Tasikmalaya.
adalah karena guru merupakan sumber daya manusia yang diberdayakan oleh
kepala sekolah sedangkan peserta didik merupakan output dari proses pendidikan,
guru juga mengetahui partisipasi komite terhadap sekolah. Sehingga guru sebagai
74
pihak yang merasakan secara langsung pengaruh dari kebijakan yang dilakukan
yang akan digunakan terlebih dahulu diujicobakan. Pelaksanaan uji coba ini
dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya atau
sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang dianggap orang seharusnya
diukur oleh alat tersebut. Itulah sebabnya peneliti perlu menguji alat ukur atau
khusus penggunaan instrumen tersebut. Suatu instrumen yang valid untuk satu
situasi mungkin tidak valid untuk situasi yang lain. Tujuan penggunaan instrumen
untuk mengukur partisipasi komite (X1) kebijakan kepala sekolah (X2) dan
instrumen untuk mengukur mutu layanan pendidikan (Y) akan diuji masing-
masalah yang perlu dijawab oleh peneliti adalah : Seberapa jauh isi instrumen
itu mencerminkan seluruh isi yang diukur? Agar dapat memiliki validitas isi,
suatu ukuran dituntut secara memadai menarik sampel topik maupun proses
kognitif yang terdapat di dalam universum isi bidang yang sedang diteliti.
wilayah dari isi yang sedang diukur, disertai petunjuk tentang pentingnya
sebagai pedoman. Dari setiap kategori dalam kisi-kisi itu ditarik secara acak
akan mencerminkan universum isi dan karenanya akan memiliki validitas isi.
oleh instrumen tersebut mencerminkan isi dan tujuan yang terdapat di dalam
dan operasional.
(X1) kebijakan kepala sekolah (X2) maupun instrumen untuk mengukur mutu
suatu instrumen dan seberapa jauh konstruk itu dapat diukur. Penetapan
yang membentuk konstruk itu. Pendekatan logis itu juga dapat dilakukan
itu tampak cocok untuk menaksir unsur-unsur yang terdapat dalam konstruk
tersebut.
yang bisa terjadi. Kalau bukan konstruk itu sendiri yang tidak tepat, tentu
konstruk itu.
validitas isi. Setiap data yang dapat membantu menafsirkan arti skor
paling umum yang dipakai untuk menyelidiki validitas konstruk terdiri atas
beberapa langkah :
dimensi.
penelitian ini.
korelasi dengan angka kritik tabel korelasi nilai r yang ada dalam tabel-
tabel statistik.
tabel berikut:
Tabel 3.2
Agenda Penelitian
Waktu Kegiatan
N
Uraian Kegiatan
o 2009/2010
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Persiapan
Penelitian
2 Observasi
3 Membuat Usulan
Penelitian
4 Seminar Usulan
Penelitian
5 Pelaksanaan
Penelitian
Lapangan
6 Pengolahan Data
7 Penulisan/
Penyusunan Tesis
8 Pelaksanaan Ujian
Sidang
80
Daftar Pustaka
Al-Husin, syahri. 2003. Aplikasi Statistik dengan SPSS. 11.0 For Windows.
Yogyakarta:Graha Ilmu.
Boediono, Koster, Wayan. 2001. Teori dan Aplikasi Statistik dan Probabilitas.
Bandung:PT Remaja Rosdakarya
Tenner, AR; DeToro, IJ. 1992. Total Quality Management: Three Steps to
Continuous Improvement. Addison-Wesley Publishing Company,
Massachusetts.
Tim Kelompok Kerja Manajemen Berbasis Sekolah Provinsi Jawa Barat. (2001).
Pedoman Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Bandung.
Tjiptono dan Diana (1996); Total Quality Management (TQM), Andi Offset :
Yogyakarta
82