Anda di halaman 1dari 58

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Nama : Yunita M. Br Sembiring

Npm : 2005030142
Kelas : 2B12
Matakuliah : Manajemen Berbasis Sekolah
Dosen Pengampu : Siti Rakiyah S.Pd.,M.hum
Kata pengantar
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan karunia saya dapat menyelesaikan
tugas pembuatan buku yang berjudul Manajemen Berbasis Sekolah,untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Manajemen Berbasis Sekolah dengan dosen pengampu Ibu Siti Rakiyah S.Pd.,M.Hum. Dan dimana
dalam pembuatan buku ini saya dapat memahami lebih lagi tujuan adanya Manajemen Berbasis Sekolah
dalam pendidikan, Manajemen Berbasis Sekolah ini sangat lah penting dalam kemajuan dalam
pendidikan yang membentuk sistem pendidikan yang lebih bermutu dan berkualitas, walau banyak
tantangan dan rintangan yang saya hadapi dalam pembuatan buku ini. Jika masih banyak penulisan kata
yang salah saya mohon maaf kepada ibu dosen beserta para pembaca. saya sudah bekerja semampu
saya untuk memberikan yang terbaik, harapan saya buku ini bermanfaat bagi pembacanya, sekian dan
terima kasih.
DAFTAR ISI
BAB I

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Salah satu masalah pendidikan yang kita hadapi dewasa ini adalah rendahnya mutu pendidikan
pada setiap jenjang dan satuan pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha
telah dilakukan, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, penyediaan dan
perbaikan sarana/prasarana pendidikan, serta peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian,
berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang merata. Sebagaian sekolah,
terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu yang cukup menggembirakan, dan sebagian
lainnya masih memprihatinkan. Dari berbagai pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga faktor yang
menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata yaitu (1) kebijakan dan
penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production function yang
tidak dilaksanakan secara konsekuen, (2) penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik,
sehingga sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi, yang
kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat, (3) sangat
minimnya peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan.

Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut, perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan. Salah satu upaya
yang sekarang sedang dikembangkan adalah reorientasi penyelenggaraan pendidikan, melalui
manajemen sekolah (School Based Management).

Manajemen berbasis sekolah atau School Based Management dapat didefinisikan dan penyerasian
sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok
kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengembilan keputusan untuk
memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu sekolah dalam pendidikan
nasional.

Esensi dari MBS adalah otonomi dan pengambilan keputusan partisipasi untuk mencapai sasaran mutu
sekolah. Otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan (kemandirian) yaitu kemandirian dalam
mengatur dan mengurus dirinya sendiri. Jadi, otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk
mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah sesuai dengan dengan peraturan perundang-
undangan pendidikan nasional yang berlaku. Kemandirian yang-dimaksud harus didukung oleh sejumlah
kemampuan, yaitu kemampuan untuk mengambil keputusan yang terbaik, kemampuan
berdemokrasi/menghargai perbedaan pendapat, kemampuan memobilisasi sumber daya, kemampuan
memilih cara pelaksanaan yang terbaik, kemampuan berkomunikasi dengan cara yang efektif,
kemampuan memecahkan persoalan-persoalan sekolah, kemampuan adaftif dan antisipatif,
kemampuan bersinergi dan berkaborasi, dan kemampuan memenuhi kebutuhan sendiri.

Banyak manfaat yang telah dapat dirasakan baik oleh pemerintah daerah maupun pihak sekolah yang
secara langsung menjadi sasaran pelaksanaan. Hal ini karena dalam melaksanakan program-program ini
diterapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS), mulai dari proses perencanaan,
pelaksanaan, sampai dengan proses pelaporan dan umpan baliknya.

Dengan kata lain program-program yang dilaksanakan menganut prinsip-prinsip demokratis,


transparan, profesional dan akuntabel. Melalui pelaksanaan program ini para pengelola pendidikan di
sekolah termasuk kepala sekolah, guru, komite sekolah dan tokoh masyarakat setempat dilibatkan
secara aktif dalam setiap tahapan kegiatan. Disinilah proses pembelajaran itu berlangsung dan semua
pihak saling memberikan kekuatan untuk memberikan yang terbaik bagi kemajuan sekolah.

A. Tujuan penerapan MBS


Tujuan program Manajemen Berbasis Sekolah adalah (1) mengembangkan kemampuan kepala sekolah
bersama guru, unsur komite sekolah/mejelis madrasah dalam aspek manajemen berbasis sekolah untuk
peningkatan mutu sekolah, (2) mengembangkan kemampuan kepala sekolah bersama guru, unsur
komite sekolah/majelis madrasah dalam melaksanakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan,
baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat setempat, (3) mengembangkan peran serta
masyarakat yang lebih aktif dalam masalah umum persekolahan dari unsur komite sekolah dalam
membantu peningkatan mutu sekolah.

B. Landasan Manajemen Berbasis Sekolah

1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis MBS secara umum adalah cara hidup masyarakat. Maksudnya jika ingin reformasi
pendidikan itu sukses maka reformasi tersebut harus berakar pada cara dan kebiasaan hidup warganya.
Seandainya reformasi itu peduli terhadap cara dan kebiasaan warganya maka reformasi tersebut akan
mendapat dukungan dari segenap lapisan masyarakat. Penyelenggaraan pendidikan melalui proses
mencerdaskan kehidupan bangsa dalam konteks idiil negara kita merupakan tanggung jawab
pemerintah, sedangkan menurut praktisnya merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat dan pemerintah. Tanggung jawab tersebut, dilandasi oleh peran secara profesional.

Artinya, pelayanan pendidikan tidak dapat dihindarkan dari batas-batas tanggung jawab mengingat
masing-masing mempunyai posisi dan keterbatasan. Keluarga dalam arti biologis merupakan orang tua
langsung (ibu dan bapak), mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan pendidikan kepada anak –
anaknya di rumah tangga, dari mulai hal yang bersifat sederhana dan pribadi sampai pada hal yang
komplek dan bermasyarakat. Tugas dan wewenang ini, bersifat alamiah dan mendasar untuk
membangun individu yang bertanggung jawab. Akan tetapi sebagai orang tua, terdapat berbagai
keterbatasan dalam pelayanan pendidikan yang bersifat normatif dan terukur, baik yang bersifat
keilmuan maupun keterampilan tertentu. Oleh sebab orang tua tidak dapat melayani kebutuhan
pendidikan anaknya, maka orang tua mempercayakan kepada sekolah baik yang diselenggarakan oleh
masyarakat (yayasan pendidikan) maupun pemerintah.
Konsekuensinya orang tua wajib memberikan dukungan kepada sekolah sesuai dengan batas
kemampuan dan kesepakatan. Oleh sebab itu tujuan penyelanggaraan pelayanan pendidikan hanya bisa
dicapai apabila terjadinya sinerjik dan integrasi dukungan dari berbagai sumber daya, untuk terjadinya
sinerjik dan integrasi dukungan dari berbagai sumber daya pendidikan, perlu adanya suatu badan yang
bersifat independen dengan asas keadilan dan kemanusiaan.

Landasan munculnya MBS yang berasal dari kehidupan masyarakat (dalam modul UT) diantaranya:

a. Pendidikan nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat yaitu nilai–nilai kebersamaan yang
bersumber dari nilai sosial budaya yang terdapat di lingkungan keluarga dan masyarakat serta pada
pendidikan agama.

MBS merupakan salah satu pendekatan yang dapat diterapkan untuk mengakomodasi pendidikan nilai.
Pendidikan kewarganegaraan dan agama sangat penting untuk menumbuhkembangkan tanggung jawab
bersama di dalam kehidupan suatu masyarakat (baik secara lokal, nasional, regional, global). Nilai-nilai
spiritual diperlukan untuk menyempurnakan kesejahteraan manusia di dunia dan alam sesudahnya
sehingga kehidupan lebih bermakna. Nilai-nilai lokal tercermin dalam nilai sosial budaya setempat yang
diwujudkan dalam bentuk tata krama pergaulan, model pakaian, dan seni. Nilai-nilai nasional berkaitan
erat dengan penerapan kaidah-kaidah sebagai warga Negara yang baik yang menjunjung tinggi
kebangsaan. Kedua nilai tersebut membentuk budi pekerti dan keperibadian yang kuat, hanya dapat
dikembangkan melalui manajemen yang berbasis sekolah dengan dukungan masyarakat. Manajemen
berbasis sekolah dengan dukungan masyarakat berupaya memperkuat jati diri peserta didik dengan nilai
sosial budaya setempat, mensinergikannya dengan nilai-nilai kebangsaan serta nilai-nilai agama yang
dianut.

b. Kesepakatan-kesepakatan yang diberlakukan dalam kehidupan masyarakat.

Maksudnya adalah kesepakatan atas pranata sosial yang berlaku dalam masyarakat. Dengan kata lain
segala bentuk perubahan harus melibatkan masyarakat setempat agar semuanya lancar sesuai harapan.
Tuntutan penerapan MBS semakin nyata seiring dengan perubahan karakteristik masyarakat. Perubahan
dalam bidang sosial, ekonomi, hukum, pertahanan, keamanan, secara nasional, regional, maupun global,
mendorong adanya perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki siswa. Artinya telah
terjadi perubahan kebutuhan siswa sebagai bekal untuk terjun ke masyarakat luas dimasa mendatang
dibandingkan dengan masa lalu. Oleh karena itu, pelayanan terhadap siswa, program pengajaran, dan
jasa yang diberikan kepada siswa juga harus sesuai dengan tuntutan baru tersebut. Secara umum
perubahan lingkungan menuntut adanya pola kebiasaan dan tingkah laku baru oleh semua pihak. Untuk
menyesuaikan keadaan tersebut dibutuhkan adanya reformasi dalam pendidikan, salah satunya dengan
MBS.
2. Landasan Yuridis
Dasar Hukum Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu:

a. Dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN), pemerintah mengupayakan keunggulan masyarakat
bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Hal ini diharapkan dapat dijadikan landasan dalam
pengembangan pendidikan di Indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan, baik secara makro, meso
maupun mikro. Aspek makro erat kaitannya dengan desentralisasi kewenangan dari pemerintah pusat
ke daerah, aspek meso berkaitan dengan kebijakan daerah provinsi sampai tingkat kabupaten
sedangkan aspek mikro melibatkan sekolah yaitu seluruh sektor dan lembaga pendidikan yang paling
bawah serta terdepan dalam pelaksanaannya.

b. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS)


Tahun 2000-2004 pada bab VII tentang bagian program pembangunan bidang pendidikan khususnya
sasaran terwujudnya manajemen pendidikan yang berbasis pada sekolah dan masyarakat (school/
community based management)”.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Provinsi Sebagai Daerah Otonom.

d. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (khususnya yang terkait
dengan MBS adalah Bab XIV, Pasal 51, Ayat (1), ”pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal
dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/ madrasah.”

e. Kepmendiknas nomor 087 tahun 2004 tentang standar akreditasi sekolah, khususnya tentang
manajemen berbasis sekolah.

f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan
(khususnya yang terkait dengan MBS adalah Bab II, Pasal 3); “Badan hukum pendidikan bertujuan
memajukan pendidikan nasional dengan menerapkan manajemen berbasis sekolah/ madrasah pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah dan otonomi perguruan tinggi pada jenjang pendidikan tinggi”.

C. Fungsi manajemen berbasis sekolah


1. Wohlstetter dan Mohrman, dkk. (1997) mengemukakan empat hal penting yang didesentralisasikan
(kewenangannya diberikan kepada sekolah) Kekuasaan untuk mengambil keputusan Pengetahuan dan
keterampilan Informasi yang diperlukan oleh sekolah untuk mengambil keputusan Penghargaan atas
prestasi

2. (1) Panduan instruksional (pembelajaran) (2) Kepemimpinan yang mengupayakan kekompakan dan
fokus pada upaya perbaikan/perubahan (3) Sumber daya yang mendukung pelaksanaan perubahan. Tiga
elemen prasyarat yang bersifat organisasional
3. MPMBS (2004) menyatakan bahwa fungsi-fungsi yang sebagian porsinya dapat digarap oleh sekolah
dalam kerangka MPMBS ini meliputi: (1) proses belajar mengajar (2) perencanaan dan evaluasi program
sekolah (3) pengelolaan kurikulum, (4) pengelolaan ketenagaan (5) pengelolaan peralatan dan
perlengkapan (6) pengelolaan keuangan (7) pelayanan siswa (8) hubungan sekolah-masyarakat (9)
pengelolaan iklim sekolah.

D. Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam MBS


Hasil kajian BPPN yang bekerjasama dengan Bank Dunia (1999) tentang faktor-faktor yang perlu
mendapat perhatian sehubungan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah. Faktor-faktor tersebut
adalah kewajiban sekolah, kebijakan dan prioritas pemerintah, peranan orang tua dan masyarakat,
peranan profesionalisme dan manajerial, serta pengembangan profesi.

a. Kewajiban Sekolah
Manajemen berbasis sekolah yang menawarkan keleluasaan pengelolaan sekolah memiliki potensi yang
besar dalam menciptakan kepala sekolah, guru, dan pengelolaan sistem pendidikan profesional. Oleh
karena itu, pelaksanaannya perlu disertai seperangkat kewajiban, serta monitoring dan

tuntutan pertanggungjawaban yang relatif tinggi, untuk menjamin bahwa sekolahselain memiliki
otonomi juga mempunyai kewajiban melakanakan kewajiban pemerintah dan memenuhi harapan
masyarakat sekolah. Sehingga sekolah dituntut mampu menampilkan pengelolaan sumber daya secara
transparan, demokratis, tanpa monopoli, dan bertanggung jawab terhadap pemerintah maupun kepada
masyarakat, dalam rangka meningkatkan kapasitas pelayanan terhadap peserta didik.

b. Kebijakan dan Prioritas Pemerintah


Pemerintah sebagai penanggung jawab pendidikan nasional berhak merumuskan kebijakan-kebijakan
yang menjadi prioritas nasional terutama yang berkaitan dengan program peningkatan melek huruf dan
angka (literacy and numeracy), efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Sekolah tidak
diperbolehkan untuk berjalan sendiri dengan mengabaikan kebijakan dan standar yang ditetapkan oleh
pemerintah yang dipilih secara demokratis.

Agar prioritas-prioritas pemerintah dilaksanakan oleh sekolah dan semua aktivitas sekolah ditujukan
untuk memberikan palayanan kepada peserta didik sehingga dapat belajar dengan baik, pemerintah
perlu merumuskan seperangkat pedoman umum tentang pelaksanaan MBS. Pedoman tersebut untuk
menjamin bahwa hasil pendidikan (student outcomes) terevaluasi dengan baik, kebijakan-kebijakan
pemerintah dilaksanaakan dengan efektif, sekolah dioperasikan dalam kerangka yang disetujui
pemerintah, dan anggaran dibelanjakan sesuai dengan tujuan.
c. Peranan Orang Tua dan Masyarakat
MBS menuntut dukungan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas untuk membangkitkan motivasi
kerja yang lebih produktf dan memberdayakan oto-ritas daerah setempat, serta mengefisienkan sistem
dan menghilangkan birokrasi yang tumpang tindih.

Untuk kepentingan tersebut, diperlukan partisipasi masyarakat, dan hal ini merupakan salah satu aspek
penting dalam manajemen berbasis sekolah. Melalui dewan sekolah (school council), orang tua dan
masyarakat dapat berpartisipasi dalam pembuatan berbagai keputusan. Dengan demikian, masyarakat
lebih memahami, serta mengawasi dan membantu sekolah dalam pengelolaan termasuk kegiatan
belajar-mengajar. Besarnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sekolah tersebut, mungkin dapat
menimbulkan rancunya kepentingan antara sekolah, orang tua, dan masyarakat. Dalam hal ini
pemerintah bentuk partisipasi (pembagian tugas) setiap unsur secara jelas dan tegas.

d. Peranan Profesionalisme dan Manajemen


Manajemen berbasis sekolah menuntut perubahan-perubahan tingkah laku kepala sekolah, guru, dan
tenaga administrasi dalam mengoperasikan sekolah. Pelaksanaan MBS berpotensi menngkatkan
gesekan peranan yang bersifat profesional dan manajerial. Untuk memenuhi persyaratan pelaksanaan
MBS, kepala sekolah , guru, dan tenaga administrasi harus memiliki kedua sifat tersebut, yaitu
profesional dan manajerial. Mereka harus memiliki pengetahuan yang dalam tentang peserta didik dan
prinsip-prinsip pendidikan untuk menjamin bahwa segala keputusan penting yang dibuat oleh sekolah,
didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan pendidikan. Kepala sekolah khususnya, perlu mempelajari
dengan teliti, baik kebijakan dan prioritas pemerintah maupun prioritas sekolah sendiri. Untuk
kepentingan tersebut, kepala sekolah harus:

1. Memiliki kemampuan untuk berkolaborasi dengan guru dan masyarakat sekitar sekolah;

2. Memiliki pemahaman dan wawasan yang luas tentang teori pendidikan dan pembelajaran;

3. Memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menganalisis situasi sekarang berdasarkan apa yang
seharusnya serta mampu memperkirakan kejadian di masa depan berdasarkan situasi sekarang;

4. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan yang berkaitan
dengan efektivitas pendidikan di sekolah; dan

5. Mampu memanfaatkan berbagai peluang, menjadikan tantangan sebagai peluang, serta


mengkonseptualkan arah baru untuk perubahan.

Pemahaman terhadap sifat profesional dan manajerial tersebut sangat penting agar peningkatan
efisiensi, mutu, dan pemerataan serta supervisi dan monitoring yang direncanakan sekolah betul-betul
untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan kerangka kebijakan pemerintah dan tujuan sekolah.
e. Pengembangan Profesi
Dalam MBS pemerintah harus menjamin bahwa semua unsur penting tenaga kependidikan (sumber
manusia) menerima pengembangan profesi yang diper-lukan untuk mengelola sekolah secara efektif.

E. Konsep dan strategi Manajemen Berbasis Sekolah


Mallen, Ogawa dan Kranz (dalam Abu-Duhou, 2002) memandang Manajemen Berbasis Sekolah sebagai
suatu bentuk desentralisasi memandang sekolah sebagai suatu unit dasar pengembangan dan
mempertimbangkan redistribusi pengambilan keputusan. Suatu definisi yang menyeluruh dan koleks
juga dikmukakan oleh Neal (1991, h.17) sebagai berikut:

1. Manajemen Berbasis Sekolah adalah sekolah yang berdasarkan penelitian, komitmen, sistem
tertentu dan sekolah dari suatu wilayah menggunakan metode sentralsasi dengan parameter dan peran
staf yang akan terlibat untuk memaksimalkan efektifitas penggunaan sumber daya.

2. Bagian anggaran yang diberikan dalam bentuk yang tepat berdasarkan alokasi yang berbeda
misalnya untuk SD, SMP, SMA, dan SLB yang berbeda demi kepentingan siswa di sekolah tersebut.

3. Rencana anggaran dan pendapatan belanja sekolah (RABBS) dalam kewenangan untuk mengambil
keputusan pada setiap sekolah.

Manajemen berbasis sekolah ini diterapkan dengan tujuan agar sekolah diberi wewenang untuk
sekolahnya semaksimal mungkn sesuai dengan visi dan misi sekolah tersebut agar mutu pendidikan
dapat ditingkatkan dalam modal manajemen berbasis sekolah kewenangan keputusan tidak berada
pada kepala sekolah seorang diri, seperti yang terjadi selama ini, Tetapi dilakukan secara kolektif guru
yang dibantu dengan komite sekolah untuk mendukung pelaksaan manejemen berbasis sekolah sebagai
satuan pendidikan untuk mengetahui alasan dan bagaimana menerapkan konsep manajemen berbasi
sekolah.

F. Soal pilihan ganda dan jawaban.


1. Dalam menerapkan MBS, setiap sekolah wajib melakukan evaluasi diri yang tujuannya untuk ...

a. Mengetahui sejaumana sekolah telah menerapkaan MBS dan bagaimana hasilnya

b. Mengetahui kemajuan yang telah dicapai dan masalah-masalah yang dialami serta harus diatasi

c. Meningkatkan kualitas sekolah di berbagai komponen berdasarkan potensi yang dimuliki

d. Menentukan status sekolah diantara sekolah yang lain dan melakukan tindak lanjut

Jawaban : b.
2. Manajemen Berbasis Sekolah adalah model pengelolaan sekolah yang memiliki pokok-pokok pikiran
utama, salah satunya adalah ...

a. Pengambilan keputusan dalam hal pengelolaan sekolah adalah kepala sekolah

b. Keputusan diambil secara kolektif antara kepala sekolah dan guru

c. Sumber dana dapat diusulkan dan dikelola oleh kepala sekolah

d. Sumber dana diusulkan dan dikelola oleh sekolah sesuai perencanaan masing-masing sekolah

Jawaban : b.

3. Berikut adalah salah satu fungsi manajemen berbasis sekolah ....

a. Ketenagaan

b. Perencanaan

c. Keuangan

d. Pengembangan

Jawaban : b.

4. Salah satu tujuan MBS berupa peningkatan akuntabilitas sekolah dan komitmen semua berarti
bahwa ..

a. Sekolah bertanggungjawab atas semua yang dilakukan secara adminitrasi

b. Sekolah bertanggungjawab terhadap teknis edukatif tentang program pembelajaran

c. Dewan pendidikan dan komite sekolah bertanggungjawab atas pelaksanaan pembelajaran

d. Sekolah bertanggungjawab ata peningkatan mutu dan relevansi mutu sekolah

Jawaban : c.

5. Salah satu model pendidikan yang dapat mengakomodasi berbagai kepentingan dan aspirasi
masyarakat adalah model...

a. Kurikulum berbasis kompetensi

b. Multipel inteligen

c. Manajemen berbasis sekolah

d. Ki Hajar Dewantoro

Jawaban : c
6. Manajemen berbasis sekolah perlu diterapkan di sekolah karena...

a. Membaleri arahan kepada sekolah untuk mengembangkan keunggulannya

b. Mempunyai standar kompetensi guru yang lebih jelas

c. Memerlukan standar pelayanan minimal

d. Menjadi model pendidikan yang mudah diterapkan

Jawaban : A

7. Program yang dianjurkan pemerintah agar setiap sekolah dapat menjadi sekolah efektif adalah
dengan menerapkan ...

a. Program unggulan

b. Manajemen Berbasis Sekolah

c. Life Skill

d. Kurikulum berbasis kompetensi

Jawaban : c

8. Pendanaan Pendidikan berbasis sekolah menuntut setiap sekolah utk memberikan layanan
pendidikan pada siswa berdasarkan prinsip kecukupan, hal ini dapat dilakukan dengan cara...

a. Memberi bantuan biaya pendidikan berdasarkan kondisi sosial ekonomi siswa

b. Menghitung satuan biaya peranak untuk setiap bentuk satuan pendidikan

c. Menghitung penerimaan sekolah dari pemerintah kemudian dibagi berdasarkan jenjang dan jenis
sekolah

d. Biaya minimal ditetapkan berdasarkan syarat pendirian sekolah dan tuntutan kurikulum

Jawaban : b.

9. Manajemen Berbasis Sekolah perlu diterapkan di sekolah karena...

a. Memberi arahan pada sekolah untuk mengembangkan keunggulannya

b. Mempunyai standar kompetensi guru yang lebih jelas

c. Memerlukan standar pelayanan minimal

d. Menjadi model pendidikan yang mudah diterapkan

Jawaban : a.
10. Bila suatu sekolah mempunyai visi "menjadikan siswa unggul di bidang masing-masing" maka untuk
mencapai masa kegiatan utama yang dilakukan

a. Selalu menerapkan pendidikan berbasis ke berbagai kecerdasan jasmani

b. Mengirim siswa yang berbakat ke berbagai kompetisi di tingkat sekolah

c. Mengadakan kegiatan unggul untuk mengetahui bakat sebagai..

d. Mengadakan berbagai kegiatan untuk mengembangkan keunggulan siswa sesuai dengan hobinya

Jawaban : b.

11. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah memberikan kewenangan kepada ....

A. murid-murid untuk mengembangkan kemampuannya masing-masing

B. guru-guru agar secara bebas dalam menggunakan waktu pembelajaran

C. kepala sekolah dalam membuat peraturan sekolah

D. sekolah untuk melakukan perbaikan dan peningkatan berkelanjutan

Jawaban : D

12. Key person dalam pelaksanaan MBS adalah....

A. kepala sekolah

B. guru

C. murid

D. masyarakat

Jawaban : A.

13. Pendekatan MBS memerlukan proses dan waktu. Salah satu aspek tersebut adalah ....

A. kemampuan sekolah dalam mengadaptasi perubahan-perubahan

B. desain organisasi yang mampu mengakomodasi dan mengembangkan program yang relevan dengan
kebutuhan masyarakat

C. kebijakan pemerintah terhadap pengembangan dan pembaharuan sekolah

D. kemampuan kepala sekolah dalam membuat program sekolah

Jawaban : B
14. Penerapan MBS ditingkat pendidikan dasar di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga

kategori, kecuali ....

A. MBS secara penuh atau tinggi

B. MBS tingkat menengah atau sedang

C. MBS secara tahapan atau langsung

D. MBS secara minimal atau rendah

Jawaban : C.

15. Tujuan dibuatnya standar pelayanan minimal persekolahan adalah...

A. Sebagai standar pelayanan minimal dalam menyelenggarakan manejemen berbasis sekolah

B. Patokan menyelenggarakan pendidikan ditingkatkan dasar dan menengah agar dapat mencapai
kompetensi yang sama

C. Standar kompetensi yang harus dimiliki yang dikuasai oleh lulusan pendidikan tingkat dasar dan
menengah

D. Patokan pelayanan minimal yang wajib dilakukan oleh kabupaten dan kota dalam penyelenggaraan
pendidikan dasar dan menengah

Jawaban : D.

16. Untuk memulai alternatif customized design yang bermutu suatu sekolah harus ….

A. memiliki SPM

B. mengembangkan SPM

C. memenuhi kondisi SPM

D. mengadakan SPM

jawaban : B.

17. Model yang tepat dalam pengelolaan pendidikan yang sesuai dengan alur pikir customized design
adalah ….

A. MBS dan Pendidikan Berbasis Masyarakat

B. Manajemen Berbasis Sekolah

C. Pendidikan Berbasis Masyarakat


D. Broad Based Education

Jawaban : D

18. Salah satu manfaat penerapan MBS adalah sekolah dapat merespons secara ….

A. cepat dan tepat perubahan lingkungan serta tuntutan dan aspirasi masyarakat tanpa selalu
mohon petunjuk

B. cepat dan tepat perubahan lingkungan serta tuntutan dan aspirasi masyarakat dengan tetap
mohon petunjuk

C. cepat perubahan lingkungan serta tuntutan dan aspirasi masyarakat tanpa selalu mohon petunjuk

D. cepat perubahan lingkungan serta tuntutan dan aspirasi masyarakat dengan tetap mohon petunjuk

Jawaban : D

19. hubungannya dengan relevansi program pembelajaran, kurikulum nasional untuk pendidikan umum
seyogianya ….

A. mencakup kompetensi dasar dan standar materi yang volumenya lebih sedikit, tetapi
memerlukan penguasaan yang mendalam (pengayaan)

B. lebih mementingkan ilmu-ilmu dasar serta pendidikan nilai

C. penjabarannya serta program yang terkait dengan life skills dan aspirasi masyarakat disajikan
dalam bentuk muatan lokal

D. gabungan A, B, dan C

Jawaban : C

20. Bagaimana keterkaitan antara MBS dan muatan lokal?

A. MBS dapat mengakomodasikan sekolah negeri dan swasta untuk mengembangkan kekhususan
melalui muatan lokal.

B. MBS dapat mengakomodasikan sekolah negeri dan swasta untuk mendorong kompetisi mutu.

C. MBS dapat mengakomodasikan sekolah negeri dan swasta untuk mengembangkan kekhususan
dan mendorong kompetisi mutu.

D. MBS dapat mengakomodasikan sekolah negeri dan swasta untuk mengembangkan kekhususan
untuk mendorong kompetisi mutu.

Jawaban : D.
G. Soal easy teks dan jawaban

1. Apa Tujuan penerapan MBS?

Jawaban : Tujuan program Manajemen Berbasis Sekolah adalah (1) mengembangkan kemampuan
kepala sekolah bersama guru, unsur komite sekolah/mejelis madrasah dalam aspek manajemen berbasis
sekolah untuk peningkatan mutu sekolah, (2) mengembangkan kemampuan kepala sekolah bersama
guru, unsur komite sekolah/majelis madrasah dalam melaksanakan pembelajaran yang aktif dan
menyenangkan, baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat setempat, (3) mengembangkan peran
serta masyarakat yang lebih aktif dalam masalah umum persekolahan dari unsur komite sekolah dalam
membantu peningkatan mutu sekolah.

2. Tugas kepala sekolah dalam penerapan MBS

Jawaban : 1. Memiliki kemampuan untuk berkolaborasi dengan guru dan masyarakat sekitar sekolah;

2. Memiliki pemahaman dan wawasan yang luas tentang teori pendidikan dan pembelajaran;

3. Memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menganalisis situasi sekarang berdasarkan apa yang
seharusnya serta mampu memperkirakan kejadian di masa depan berdasarkan situasi sekarang;

4. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan yang berkaitan
dengan efektivitas pendidikan di sekolah; dan

5. Mampu memanfaatkan berbagai peluang, menjadikan tantangan sebagai peluang, serta


mengkonseptualkan arah baru untuk perubahan.

3. Sebutkan Ciri-Ciri MBS?

Jawaban : 1. Visi dan misi dirumuskan bersama oleh Kepala Sekolah, Guru, unsur siswa, Alumni, dan
Stakeholder;

2. RPS mengacu pada visi dan misi yang telah dirumuskan;

3. Penyusunan RAPBS sesuai dengan RPS yang disusun bersama oleh kepala sekolah, guru, dan komite
sekolah secara transparan;

4. Akuntabel (tanggung gugat);


5. Otonomi sekolah terwujud yang ditandai kemandirian dan dinamika sesuai dengan kebutuhan
masyarakat;

6. Pengambilan keputusan dilaksanakan secara partisipatif dan demokratis;

7. Terbuka menerima masukan, kritik, dan saran dari pihak manapun demi penyempurnaan program;

8. Mampu membangun komitmen seluruh warga sekolah untuk mewujudkan visi dan misi yang telah
ditetapkan;

9. Pemberdayaan seluruh potensi warga sekolah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan;

10. Terciptanya suasana kerja yang kondusif untuk peningkatan kinerja sekolah;

11. Mampu memberikan rasa bangga kepada semua pihak (warga masyarakat dan sekolah);

12. Ada transparansi dan akuntabilitas publik didalam melaksanakan seluruh kegiatan.

4. Mengapa Sekolah Harus Bermutu ?

Jawaban : Sekolah harus bermutu karena sekolah yang bermutu akan mampu mendorong,motivasi
minat belajar dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik, sehingga mampu menghasilkan
lulusan yang memiliki Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan mumpuni serta memiliki kemampuan
yang relevan yang diperlukan dalam kehidupan pribadi,berbangsa dan bernegara.

5. Apa Sebabnya saat ini sekolah banyak yang tidak bermutu ?

Jawaban : 1. Rendahnya kualitas sarana fisik

2. Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak,
kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara
laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan
masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki
laboratorium dan sebagainya.

3. Rendahnya kualitas guru

4. Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki
profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU
No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan
pengabdian masyarakat.

5. Rendahnya kesejahteraan guru


6. Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan
Indonesia.

7. Kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan

8. Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar.

9. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan

Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur.

10. Mahalnya biaya pendidikan

mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya
biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat
miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah.

6. Siapa yang harus mengelola MBS ?

Jawaban : Pihak-pihak yang berperan dalam manajemen berbasis sekolah adalah

* Peran Kantor Pendidikan Pusat dan Daerah

* Peran Dewan Sekolah dan Pengawas Sekolah

* Peran Kepala Sekolah

* Peran Para Guru

*Peran Orang Tua dan Masyarakat

7. Bagaimana penerapan Manajemen Sekolah Unggulan ?

Jawaban : 1. Membangun kapasitas level birokrat

2. Membangun kapasitas level sekolah

3. Membangun kapasitas level kelas.

8. Upaya Apa Saja Yang Dirintis Pemerintah Agar Sekolah Bermutu ?

Jawaban : 1. Sertifikasi

2. Akreditasi

3. Standarisasi
9. Kebijakan dan Prioritas Pemerintah dalam pelaksanaan MBS?

Jawaban : Pemerintah sebagai penanggung jawab pendidikan nasional berhak merumuskan kebijakan-
kebijakan yang menjadi prioritas nasional terutama yang berkaitan dengan program peningkatan melek
huruf dan angka (literacy and numeracy), efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Sekolah tidak
diperbolehkan untuk berjalan sendiri dengan mengabaikan kebijakan dan standar yang ditetapkan oleh
pemerintah yang dipilih secara demokratis.

10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan
(khususnya yang terkait dengan MBS adalah Bab II, Pasal 3), bertujuan untuk...?

Jawaban : “Badan hukum pendidikan bertujuan memajukan pendidikan nasional dengan menerapkan
manajemen berbasis sekolah/ madrasah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dan otonomi
perguruan tinggi pada jenjang pendidikan tinggi”.

BAB II

PERMASALAHAN DAN KARAKTERISTIK IMPLEMENTASI


MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

A. Permasalahan

1. Manajemen kurikulum dan pembelajaran


Masalah yang dihadapi : 1. perencanan; 2. pelaksanaan pembelajaran (kegiatan pendahuluan,
pembelajaran inti, pembelajaran lingkup) dan penutup); 3. penilaian pembelajaran (pelaksanaan
penilaian, analisis hasil penilaian, dan tindak lanjut hasil penilaian); 4. pemilihan pendekatan saintifik
dan strategi PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan);
2. Manajemen peserta didik
Masalah yang dihadapi : 1. pendataan calon peserta didik; 2. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB); 3.
pengenalan sekolah/ orientasi peserta didik; 4. pembinaan karakter peserta didik;

5. penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler; 6. penyelenggaraan layanan khusus;

7. pengawasan, evaluasi dan pelaporan. 8. melakukan pembinaan prestasi unggulan;

3. Manajemen pendidikan dan tenaga kependidikan


Masalah yang dihadapi : 1. perencanaan kebutuhan; 2. rekrutmen/pengadaan; 3. penempatan; 4.
pembinaan dan pengembangan; 5. pemberian motivasi; 6. rotasi kerja; 7. pengawasan, evaluasi kinerja,
dan pelaporan

4. Manajemen sarana dan prasarana


Masalah yang dihadapi : 1. analisis kebutuhan dan perencanaan; 2. pengadaan;

3. pendistribusian dan pemanfaatan; 4. pemeliharaan; 5. penghapusan;

5. Manajemen pembiayaan
Masalah yang dihadapi : 1. penyusunan Rencana Kerja Sekolah (RKS)/Rencana Kerja Jangka Menengah
(RKJM) dan Rencana KerjaTahunan (RKT); Rencan) Kerja danAnggaran Sekolah (RKAS); 2. penggalian
sumber-sumber; 3. pembukuan; 4. penggunaan sesuai peraturan perundangan: transparan, akuntabel;
5. pengawasan, evaluasi dan pelaporan.

6. Manajemen Humas
Masalah yang dihadapi : 1. penyusunan program; 2. pembagian tugas pelaksana; 3. pelaksanaan
kegiatan;

7. Manajemen budaya dan lingkungan sekolah


Masalah yang dihadapi : 1. perencanaan program kegiatan; 2. sosialisasi program kegiatan;

3. pelaksanaan program kegiatan;


B. Karakteristik
Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah

MBS wajib diketahui, dihayati, dan diamalkan oleh warga negara Indonesia

terutama mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan anak usia dini, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah. Oleh karena itu, ada beberapa karakteristik yang

dimiliki MBS yang wajib dipahami oleh sekolah yang ingin menerapkannya.

Diharapkan sekolah yang memperhatikan dan memiliki karakteristik MBS mampu

menerapkan MBS dengan sukses. Dalam bukunya Manajemen Berbasis Sekolah,

Nurkolis menguraikan bahwa ada delapan karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah,

diantaranya

1. Sekolah dengan MBS memiliki misi atau cita-cita menjalankan sekolah untuk

mewakili sekelompok harapan bersama, keyakinan dan nilai-nilai sekolah,

membimbing warga sekolah di dalam aktivitas pendidikan dan memberi arah kerja.

Misi ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap fungsi dan efektivitas sekolah,

karena dengan misi ini warga sekolah dapat mengembangkan budaya organisasi

sekolah yang tepat, membangun komitmen yang tinggi terhadap sekolah, dan

mempunyai insiatif untuk memberikan tingkat layanan pendidikan yang lebih baik.

2. Aktivitas pendidikan dijalankan berdasarkan karakteristik kebutuhan dan situasi

sekolah. Hakikat aktivitas sangat penting bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas

pendidikan, karena secara tidak langsung memperkenalkan perubahan manajemen

sekolah dari menajemen kontrol eksternal menjadi model berbasis sekolah.

3. Terjadinya proses perubahan strategi manajemen yang menyangkut hakikat

manusia, organisasi sekolah, gaya pengambilan keputusan, gaya kepemim-pinan,

penggunaan kekuasaan, dan keterampilan-keterampilan manajemen. Oleh karena

itu dalam konteks pelaksanaan MBS, perubahan strategi manajemen lebih


memandang pada apek pengembangan yang tepat dan relevan dengan kebutuhan

sekolah.

4. Keleluasaan dan keweangan dalam pengelolaan sumber daya yang efektif untuk

mencapai tujuan pen-didikan, guna memecahkan masalah-masalah pendidikan yang

dihadapi, baik tenaga kependidikan, keuangan dan sebagainya.

5. MBS menuntut peran aktif sekolah, adiministrator sekolah, guru, orang tua, dan

pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan di sekolah. Dengan MBS sekolah dapat

me-ngembangkan siswa dan guru sesuai dengan karakteristik sekolah masing-

masing. Dalam konteks ini, sekolah berperan mengembangkan insiatif,

memecahkan masalah, dan mengeksplorasi semua kemungkinan untuk mem-

fasilitasi efektivitas pembelajaran. Demikian halnya dengan unsur-unsur lain seperti

guru, orang tua, komite sekolah, administrator sekolah, dinas pendidikan, dan

sebagainya sesuai dengan perannya masing-masing.

6. MBS menekankan hubungan antar manusia yang cenderung terbuka, bekerja sama,

semangat tim, dan komitmen yang saling menguntungkan. Oleh karena itu, iklmi

orgnanisasi cenderung mengarah ke tipe komitmen sehingga efektivitas sekolah

dapat tercapai.

7. Peran administrator sangat penting dalam kerangka MBS, termasuk di dalamnya

kualitas yang dimiliki administrator.

8. Dalam MBS, efektivitas sekolah dinilai menurut indikator multitingkat dan

multisegi. Penilaian tentang efektivitas sekolah harus mencakup proses

pembelajaran dan metode untuk membantu kemajuan sekolah. Oleh karena itu,

penilaian efektivitas sekolah hatus memperhatikan multitingkat, yaitu pada tingkat

sekolah, kelompok, dan individu, serta indikator multisegi yaitu input, proses dan

output sekolah serta perkembangan akademik siswa.


C. Soal Pilihan ganda dan jawaban.
1. Mana pernyataan berikut yang tepat dalam menggambarkan strategi implementasi MBS di sekolah?

A. Implementasi MBS di semua sekolah akan berhasil apabila menggunakan strategi yang sama.

B. Hanya ada satu strategi agar implementasi MBS berhasil.

C. Strategi implementasi MBS akan berbeda antara sekolah yang satu dengan sekolah lainnya.

D. Strategi MBS akan berhasil kalau menggunakan panduan yang sudah ditetapkan.

Jawaban : c

2. Faktor-faktor pendukung keberhasilan implementasi MBS ialah sebagai berikut, kecuali:

A. Finansial

B. Kepemimpinan

C. Sumber daya manusia

D. Kemajuan teknologi

Jawaban : D.

3. Sekolah hanya melaksanakan apa yang ditetapkan pusat. Sikap seperti itu merupakan salah satu
contoh faktor ... sekolah yang tidak mendukung keberhasilan implementasi MBS.

A. budaya

B. sumber daya manusia

C. Kepemimpinan

D. finansial

Jawaban : A

4. Program-program sekolah dibuat bersama-sama dengan warga masyarakat dan tokoh masyarakat,
baik dari aspek pengembangan kurikulum, sarana dan prasarana sekolah yang disesuaikan dengan
kebutuhan lingkungan masyarakat. Pernyataan tersebut menggambarkan suatu ukuran keberhasil MBS
dari aspek:

A. mutu

B. peningkatan akses
C. Pemerataan

D. relevansi

Jawaban : D

5. Indikator kuantitatif keberhasilan implementasi MBS di sekolah adalah:

A. nilai ujian sekolah meningkat

B. partisipasi msyarakat

C. kepemimpinan yang efektif

D. komunikasi yang efektif

Jawaban : A

6. Indikator kualitatif keberhasilan implementasi MBS di sekolah adalah:

A. nilai ujian sekolah meningkat

B. partisipasi msyarakat meningkat

C. jumlah siswa mengulang menurun

D. jumlah siswa drop out menurun

Jawaban : B

7. Berikut ini merupakan indikator keberhasilan implementasi MBS, kecuali:

A.Kualitas layanan pendidikan menjadi lebih baik

B. Jumlah tingkat tinggal kelas menurun

C. Produktivitas sekolah semain baik

D. Sekolah lebih mandiri sehingga tidak melibatkan orang tua siswa

Jawaban : D

8. Menjamin adanya komunikasi yang efektif antara sekolah dan masyarakat merupakan ciri-ciri sekolah
yang melaksanakan MBS dalam kategori:

A. proses pembelajaran

B. organisasi

C. administrasi
D. sumber daya manusia

Jawaban : C

9. Berikut ciri-ciri sekolah yang melaksanakan MBS, kecuali:

A. Menggerakkan partisipasi masyarakat

B. Menyusun perencanaan sekolah dan kebijakan sekolah

C. Mengembangkan kurikulum yang cocok dan tanggap terhadap kebutuhan siswa dan masyarakat

D. Menyerahkan pengambilan keputusan pada kepala sekolah

Jawaban : D

10. Berikut ini merupakan ciri-ciri sekolah yang melaksanakan MBS dari aspek pembelajaran, kecuali:

A. Menyediakan program pengembangan yang diperlukan siswa

B. Berperan serta dalam memotivasi siswa

C. Mengembangkan kurikulum yang cocok dan tanggap terhadap kebutuhan siswa dan masyarakat

D. Berkomunikasi secara aktif dengan stakeholder pendidikan

Jawaban : D

11. Yang dimaksud dewan sekolah adalah ....

A. lembaga khusus yang dibentuk berdasarkan musyawarah untuk peningkatan mutu pendidikan

B. lembaga pengembangan strategi MBS sesuai dengan visi dan misi sekolah

C. lembaga yang mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada kepala sekolah

D. lembaga pengelolaan dan pemanfaatan sumber-sumber daya sekolah

Jawaban : A.

12. Yang tidak termasuk dalam tujuan dewan sekolah adalah ....

A. mewadahi dan meningkatkan peran serta stake holder pendidikan dalam merumuskan dan
menetapkan kebijakan sekolah

B. mewadahi peran serta kebijakan pemerintah daerah

C. memfasilitasi upaya peningkatan kinerja kepala sekolah, guru dan staf lainnya secara profesional

D. memfasilitasi dan mengontrol penerapan sistem manajemen sekolah


Jawaban : B

13. Kesiapan sumber daya manusia yang terkait dalam MBS serta katagori sekolah dan

daerah adalah merupakan komponen dalam....

A. tujuan rencana sekolah

B. persyaratan pelaksanaan MBS

C. perencanaan sekolah

D. tujuan MBS

Jawaban : B

14. Adanya kegiatan sosialisasi, piloting dan desiminasi merupakan kegiatan dari tahapan....

A. persiapan strategi dan penerapan konsep MBS

B. pengenalan konsep MBS kepada sekolah-sekolah

C. hasil kegiatan dari pelaksanaan MBS disekolah

D. persyaratan pelaksanaan MBS

Jawaban : A

15. Yang tidak termasuk dalam faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan kinerja kepala

sekolah dalam pelaksanaan MBS yaitu ....

A. kurikulum yang flexible

B. proses belajar mengajar yang efektif

C. lingkungan sekolah dan sumber daya sekolah

D. pedoman pengawasan sekolah

Jawaban : D.

16. Yang tidak termasuk dalam faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan kinerja kepala

sekolah dalam pelaksanaan MBS yaitu ....

A. kurikulum yang flexible

B. proses belajar mengajar yang efektif


C. lingkungan sekolah dan sumber daya sekolah

D. pedoman pengawasan sekolah

Jawaban : D

17. Yang tidak termasuk dalam akuntabilitas pendidikan yang dikemukakan oleh Mc. Ashan adalah ....

A. program dan manajemen personalia yang mengarah kepada tujuan

B. manajemen yang efektif dan efisien

C. pengembangan program, personalia dan hubungan masyarakat

D. perencanaan yang disesuaikan dengan kebutuhan sekolah

Jawaban : D.

18. MBS menuntut adanya perubahan budaya organisasi yang diarahkan kepada pencapaian

A. tujuan

B. kuantitas

C. kualitas

D. program

Jawaban : C.

19. Mutu dalam dunia pendidikan menekankan kepada ....

A. kualitas anak didik

B. jasa atau service berupa layanan

C. kualitas guru

D. kualitas kepala sekolah

Jawaban : A.

20. Pemakai jasa pendidikan yang dikategorikan pemakai internal adalah ....

A. masyarakat

B. guru

C. dunia usaha
D. organisasi pemerintah

Jawaban : B.

d. Soal Esay dan jawaban.

1. Jelaskan faktor-faktor pendukung keberhasilan implementasi MBS!

Jawaban : Faktor-faktor pendukung keberhasilan implementasi MBS adalah: political will, finansial /
keuangan, sumber daya manusia, budaya sekolah, serta kepemimpinan dan keorganisasian.

2. Berikan beberapa contoh indikator keberhasilan implementasi MBS!

Jawaban : Contoh-contoh indikator keberhasilan implementasi MBS adalah sebagai berikut:

a. Dilihat dari aspek pemerataan dan peningkatan akses adalah meningkatnya nilai APK, APM dan AT.

b. Dilihat dari aspek mutu adalah meningkatnya prestasi akademik dan non- akademik siswa, seperti
nilai ujian sekolah, meraih prestasi dalam olimpiade matematika, dan sebagainya.

c. Dilihat dari aspek layanan pendidikan di sekolah adalah berkurangnya jumlah siswa yang tinggal kelas,
drop out, dan sebagainya.

3. Jelaskan ciri sekolah yang melaksanakan MBS dilihat dari aspek organisasi sekolah, pembelajaran, dan
sumber daya manusia!

Jawaban : Ciri-ciri sekolah yang melaksanakan MBS dilihat dari berbagai aspek.

a. Aspek organisasi: sekolah menyusun rencana pengembangan sekolah dan dapat menggerakkan
partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan.

b. Pembelajaran: meningkatkan kualitas belajar siswa, menyelenggarakan pembelajaran yang aktif,


kreatif, efektif dan menyenangkan.

c. Sumber daya manusia: memberdayakan staf dan menempatkan personil yang dapat melayani
keperluan siswa, menyediakan kegiatan untuk pengembangan profesi staf.

4. Sebutkan orientasi perencanaan pendidikan sekolah!

Jawaban : Rencana pengembangan sekolah harus berorientasi ke depan dan menjelaskan bagaimana
menjembatani antara kondisi saat ini dan harapan yang ingin dicapai di masa depan.

5. Siapa saja yang harus terlibat dalam perencanaan? Mengapa?


Jawaban : Dalam menyusun perencanaan harus melibatkan stakeholders, yaitu guru, orang tua, dewan
sekolah/komite sekolah, masyarakat (tokoh masyarakat dan tokoh agama), dunia usaha dan insustri
(pengusaha), dan pemerintah.

6. Berdasarkan apa yang Anda pahami, sebutkan kembali prinsip-prinsip MBS dalam upaya peningkatan
mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan!.

Jawaban : Prinsip-prinsip MBS dalam upaya peningkatan mutu sekolah yaitu:

a. Prinsip Otonomi sebagai kemandirian yaitu kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya
sendiri (pengelolaan mandiri). Dalam hal prinsip pengelolaan mandiri dibedakan dari pandangan yang
menganggap sekolah hanya sebagai satuan organisasi pelaksana yang hanya melaksanakan segala
sesuatu berdasarkan pengarahan, petunjuk, dan instruksi dari atas atau dari luar.

b. Prinsip Fleksibilitas yang dalam hal ini dapat diartikan sebagai keluwesan-keluwesan yang diberikan
kepada sekolah untuk mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumber daya sekolah seoptimal
mungkin untuk meningkatkan mutu sekolah. Dengan keluwesan sekolah yang lebih besar, sekolah akan
lebih lincah dan tidak harus menunggu arahan dari atasannya untuk mengelola, memanfaatkan, dan
memberdayakan sumber daya.

c. Prinsip inisiatif didasarkan atas konsepsi bahwa manusia bukanlah sumber daya yang statis,
melainkan dinamis. Oleh karena itu, potensi suber daya manusis harus selalu digali, ditemukan, dan
kemudian dikembangkan. Dengan demikian, lembaga pendidikan harus menggunakan pendekatan
pengembangan sumber daya manusia (human resources development) yang memiliki konotasi dinamis
dan menganggap serta memperlakukan manusia di sekolah sebagai aset yang amat penting dan
memiliki potensi untuk terus dikembangkan.

7. Bagaimana prinsip tersebut dapat diimplementasikan dalam peningkatan mutu pendidikan di


sekolah ?

Jawaban : Implementasi prinsip-prinsip MBS dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah yaitu:

a. Sekolah harus memiliki kemampuan mengambil keputusan yang terbaik, kemampuan menghargai
perbedaan pendapat, kemampuan memobilisasi sumber daya, kemampuan memilih cara pelaksanaan
yang terbaik, kemampuan berkomunikasi dengan cara yang efektif, dan kemampuan memecahkan
persoalan-persoalan sekolah,

b. Sekolah harus kreativitas dalam melakukan upaya-upaya inovatif yang diyakini dapat meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pengelolaan sekolah, terutama proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan

c. Melibatkan semua pihak (orang tua, masyarakat) penyelenggaraan pendidikan, mulai dari
pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan sehingga mereka mempunyai rasa
memiliki dan bertangungjawab dalam meningkatkan mutu pendidikan.
8. Setelah Anda memahami ada 8 karakteristik MBS, bagaimana menurut pengamatan Anda apabila
karakteristik-karakteristik tersebut dikaitkan dengan kondisi riil di sekolah Anda, adakah yang sudah
cocok, apabila belum mengapa ?

Jawaban : Karakteristik MBS menurut saya disekolah sudah menerapkan MBS karena sekolah saya
memiliki visi misi yang jelas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, dan hamir lengkap semua baik
dari segi sarananya, guru-guru yang sudah professional maupun manajemem yang terorganisasi dengan
perencanaan yang telah dirancang sesuai dengan kebutuhan sekolah.

9. Permasalahan apa yang dihadapi dalam Manajemen Humas?

Jawaban : Masalah yang dihadapi : 1. penyusunan program; 2. pembagian tugas pelaksana; 3.


pelaksanaan kegiatan;

10. Permasalahan apa saja yang dihadapi Manajemen budaya dan lingkungan sekolah?

Jawaban : Masalah yang dihadapi : 1. perencanaan program kegiatan; 2. sosialisasi program kegiatan; 3.
pelaksanaan program kegiatan;

BAB III

PRINSIP OTONOMI DAN DESENTRALISASI SEKOLAH

A. PRINSIP OTONOMI DAN DESENTRALISASI SEKOLAH


Era otonomi daerah berdasarkan Undang-undang Repuplik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 sebagai
landasan pelaksanaan otonomi daerah memiliki makna adanya pelimpahan wewenang yang luas, nyata,
dan bertanggungjawab kepada daerah dalam pemanfaatan sumber daya nasional, secara otomatis
membawa nuansa baru dalam sistem pengelolaan pendidikan. Selanjutnya dikuatkan dengan Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

Tahun 2003.Pada bagian ketiga, pasal 56 UUSP mengisyaratkan bahwa, (1) Masyarakat berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi
program pendidikan melalui dewan pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah,(2) Dewan Pendidikan

sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu,dukungan, dan pengawasan
pendidikan di tingkat nasional, propinsi, dan kabupaten/kota yang tidak mempunyai hubungan hierarkis,
(3) Komite Sekolah/Madrasah, sebagai lembaga mandiri dibentuk untuk memberikan arahan dukungan,
dan pengawasan pada tingkat satuan pendidikan. Desentralisasi pengelolaan pendidikan sejalan dengan
otonomi daerah yang secara operasional dimulai pada 1 Januari 2001, diawali dengan pelimpahan
sebagian besar kewenangan pemerintah kepada pemerintah daerah kabupaten dan kota yang
membawa konsekuensi adanya restrukturisasi kelembagaan pemerintah, termasuk di bidang
pendidikan. Desentralisasi pendidikan diharapkan akan mendorong meningkatkan pelayanan di bidang
pendidikan kepada masyarakat yang bermuara pada upaya peningkatan kualitas pengelolaan pendidikan
dalam tataran yang paling bawah (at the bottom) yaitu sekolah melalui penerapan sebagai suatu model
implementasi kebijakan desentralisasi pendidikan merupakan suatu konsep inovatif, yang bukan hanya
dikaji sebagai wacana baru dalam pengelolaan pendidikan tetapi sebaiknya juga dipertimbangkan
sebagai langkah inovatif dan strategis ke arah peningkatan mutu pendidikan melalui pendekatan
manajemen yang bercirikan akar rumput (grass root). MBS bukan saja merupakan tuntutan inovatif
dalam manajemen sekolah, akan tetapi juga kebijakan nasional yang strategis sebagaimana dinyatakan
pada pasal 51 ayat 1 UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi
“Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah
dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis
sekolah/madrasah”. Manajemen Berbasis sekolah. MBS mengeluarkan dana, melatih guru, menyusun
kurikulum, dan mengelola sekolah-sekolah setempat (Fiske, E.B. & Drost, S.J. (1998: 8). Terkait dengan
desentralisasi, MBS dikembangkanuntuk membangun sekolah yang berkualitas. Konsep desentralisasi
model MBS mengacu kepada sekolah swa-manajemen (self-managing school), bukan pada
penyelenggaraan sekolah mandiri (self-governing school). Sedangkan Depdiknas merumuskan
pengertian MBS sebagai model manajemen yang memberikan otonomi yang lebih besar kepada sekolah
dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung warga sekolah
(guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua, dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah
berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. Dalam otonomi pendidikan, sekolah memiliki kewenangan
yang lebih besar dalam mengelola sekolahnya, sehingga sekolah lebih mandiri. Konsep MBS Departemen
Agama RI mengembangkan “Madrasah Mandiri”. Mandiri dalam mengelola program dan sumberdaya
seperti: pengetahuan, teknologi, kekuasaan, material, manusia, waktu dan keuangan. Dengan sistem ini,
sekolah-sekolah dideregulasi oleh pemerintah pusat, sementara kontrol dan pengaruh lokal diperluas
dengan tujuan sekolah diberi tanggungjawab yang lebih besar untuk mengurus segala keperluan dan
mengembangkan programnya.

B. Soal pilihan ganda dan jawaban.


1. Bila kurikulum suatu sekolah dikembangkan untuk membantu siswa agar memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang berguna bagi kehidupannya, artinya sekolah tersebut telah memiliki fungsi ...

a. Sosial

b. Spiritual

c. Ekonomi

d. Politik

Jawaban : c.
2. MBS adalah salah satu bentuk otonomi pendidikan pada satuan pendidikan dimana kepala sekolah
dan guru dibantu komite sekolah dlm mengelola pendidikan. Definisi ini merupakan pendapat yang
disampaikan oleh ....

a. Mellen,Ogawa dan Kranz

b. Neal

c. Taylor

d. Depdiknas

Jawaban : a.

3. Dalam UU No. 20 Thn 2003 tentang standar Pendidikan Nasaional dikatakan bahwa pemerintah pusat
dan daerah bertanggungjawab menyediakan anggaran pendidikan sebagaimana diatur dalam pasal 31
ayat 4 UUD 45 dibahas pada pasal ....

a. 46 ayat 1 dan 2

b. 47 ayat 1 dan 2

c. 48 ayat 1

d. 49 ayat 1,2,3 dan 4

Jawaban : a.

4. Upaya peningkatkan mutu dan relevansi pendidikan di Indonesia masih sulit dilakukan, salah satunya
karena faktor input sekolah-sekolah masih rendah. Untuk kewujudkan sekolah efektif masalah tersebut
dapat diatasi dengan ...

a. Memberi bantuan dana secukupnya kesekolah-sekolah

b. Memberikan training/pelatihan kepada personal sekola

c. Membuat Standar Pelayanan Minimal

d. Melengkapi sarana dan prasarana sekolah

Jawaban : c

5. Menurut standar Pelayanan Minimal di tingkat sekolah menengah pertama, faktor yang harus
diperhatikan dalam hal anak didik adalah kecuali...

a. Psebagai siswa

b. Pakaian siswa
c. Biaya sekolah siswa

d. Unit kegiatan siswa

Jawaban : c

6. Tiga hal yang harus diperhatikan dalam memahami konsep MBS, kecuali ....

A. pengkajian konsep MBS yang menyangkut kekuatan desentralisasi dan kewenangan sekolah

B. penelitian tentang program MBS berkenaan dengan desentralisasi kekuasaan dan program
peningkatan partisipasi

C. strategi MBS harus lebih menekankan kepada elemen manajemen partisipatif

D. kebijakan otonomi dari pemerintah terhadap sekolah

Jawaban : D.

7. MBS dapat efektif diterapkan jika didukung oleh sistem ....

A. keuangan yang memadai

B. program-program sekolah yang efektif

C. pengangkatan guru-guru yang profesional

D. berbagi kekuasaan atau power antara pemerintah pusat dan daerah

Jawaban : D

8. Otonomi merupakan tindakan desentralisasi yang dilakukan oleh lembaga yang lebih tinggi ke tingkat
bawah sampai tingkat sekolah. Hal tersebut dikemukakan oleh ....

A. Blair

B. Lawler

C. Mohrman

D. Gordon

Jawaban : C

9. Di Indonesia pelaksanaan MBS ditandai oleh....

A. otonomi penuh sekolah yang mempunyai visi dan misi yang perlu dipertahankan

B. wewenang pusat yang tetap melaksanakan pemantauan


C. sekolah secara penuh berhak menyusun rencana strategis

D. pertanggungjawaban perencanaan dan pelaksanaan sekolah

Jawaban : A.

10. Perimbangan keuangan antara pusat dan daerah untuk mengatur dan menampung aspirasi
masyarakat dalam melaksanakan kontrol terhadap sekolah tertuang dalam undang-undang ....

A. nomor 20 - tahun 1999 dan UU 25 - 2000

B. nomor 20 - tahun 1999 dan UU 26 - 2000

C. nomor 22 - tahun 1999 dan UU 25 - 2000

D. nomor 23 - tahun 1999 dan UU 27 - 2000

Jawaban : C.

11. Peningkatan ilmu dan teknologi dapat dilakukan melalui pengembangan berbagai program
pendidikan, hal ini sesuai dengan fungsi pendidikan sebagai upaya untuk...

A. Memasyarakatkan kemajuan bidang teknologi

B. Meningkatkan solidaritas bangsa

C. Mempertinggi peradapan manusia

D. Mengalami budaya bangsa.

Jawaban : C.

12. Berdasarkan UU No.20/2003 ada muatan kurikulum yang berkaitan langsung dengan
pendidikan nilai sebagai salah satu alasan diterapkannya MBS, yaitu ….

A. pendidikan agama dan muatan lokal

B. pendidikan kewarganegaraan dan muatan lokal

C. pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan

D. seni dan budaya, serta muatan lokal

Jawaban : C

13. Esensi dari pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah adalah untuk
memenuhi prinsip ….

A. otonomi
B. akuntabilitas

C. jaminan mutu

D. evaluasi yang transparan

Jawaban : B

14. Pada UU No.20/2003, Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan terdapat pada Bab III Pasal 4 ayat (1),
pada UU No.2/1989 ….

A. tidak ada sama sekali

B. ada 1 prinsip saja

C. ada 2 prinsip saja

D. ada semuanya

Jawaban : B

15. Wajib belajar bagi penduduk Indonesia adalah pada tingkat ….

A. SD

B. SMP

C. SD dan SMP

D. SMA

Jawaban : C

16. Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip ….

A. keadilan

B. efisiensi dan transparansi

C. akuntabilitas publik

D. jawaban A, B, dan C bena

Jawaban : D.

17. Dalam penjelasan Pasal 51 ayat (1) dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan MBS/M adalah
bentuk otonomi manajemen pendidikan pada satuan pendidikan dan yang dimaksud dengan
satuan pendidikan adalah ….

A. kepala sekolah/madrasah dan guru dibantu Komite Sekolah/ Madrasah


B. dalam mengelola pendidikan

C. kepala sekolah/madrasah dibantu Komite Sekolah/Madrasah dalam mengelola pendidikan

D. guru dibantu Komite Sekolah/Madrasah dalam mengelola pendidikan

Jawaban : A

18. Pada Bab XV peningkatan mutu pelayanan pendidikan mencakup ….

A. perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan

B. perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program pendidikan

C. perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan program pendidikan

D. perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program pendidikan

Jawaban : A

19. Sekolah/madrasah dan Dewan Pendidikan mempunyai peran ….

A. berbeda pada tingkat (wilayah) yang sama

B. sama pada tingkat (wilayah) yang hampir sama

C. berbeda pada tingkat (wilayah) yang hampir sama

D. sama pada tingkat (wilayah) yang sama

Jawaban : D

20. Mereka yang dapat membentuk lembaga mandiri sebagai pelaku evaluasi adalah ….

A. masyarakat

B. organisasi profesi

C. jawaban A dan B benar

D. organisasi keagamaan

Jawaban : C

B. Soal Esay dan jawaban.

1. Berdasarkan konsep dasar MBS, berilah penjelasan pentingnya MBS dalam upaya peningkatan mutu
sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Jawab:

Menurut saya, mengapa penerapan MBS sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan nasional?
yaitu karena dengan MBS sekolah diberi otonomi oleh pemerintah untuk dapat dengan mudah
mengembangkan dan memajukan sekolahnya sendiri agar sekolah tersebut dapat mengembangkan dan
meningkatkan taraf pendidikan yang lebih baik guna untuk mencapai tujuan pendidikan yang di
harapkan, karena hanya sekolah lah yang lebih tahu kelemahan-kelemahan yang harus diperbaiki di
sekolah tersebut.

2. Mengapa reformasi pendidikan di Indonesia mengarah kepada penerapan MBS apabila dikaitkan
dengan otonomi daerah?

Jawab:

Yaitu karena sebelum reformasi pendidikan di Indonesia belum bisa mencapai tujuan pendidikan. Oleh
karena itu dengan Desentralisasi barulah diberlakukan pemberian otonom pada sekolah untuk dapat
mandiri mengelolah sekolahnya sendiri agar tujuan pendidikan dapat dicapai dan atau untuk
meningkatkan mutu pendidikan seperti pada sekolah-sekolah luar negeri yang menerapkan MBS seperti
Amerika dan finlandia. Perlu digaris bawahi bahwa MBS merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
mencapai keunggulan masyarakat melalui pendidikan yang bermutu yang pada akhirnya mencapai
tujuan pendidikan nasional yaitu terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan
berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang
berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

3. Salah satu alasan diterapkannya MBS adalah pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah.
Dengan otonomi yang besar kepada sekolah maka sekolah akan lebih inisiatif/kreatif dalam
meningkatkan mutu sekolah. Bagaimanakah cara sekolah memanfaatkam otonomi yang diberikan ini
untuk mengembangkan mutu pendidikan?

Jawab:

Yaitu dengan menuntut dukungan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas agar dapat
membangkitkan motivasi kerja yang lebih produktif dan memberdayakan otoritas daerah setempat,
serta membuat efisien sistem dan menghilangkan birokrasi yang saling tumpang tindih.

Menurut saya, yaitu dengan cara memperbaiki komponen-komponen yang ada pada sekolah yaitu baik
dari komponen kurikulum, proses pengajaran, keuangan, tenaga kependidikan, kesiswaan, sarana dan
prasarannya maupun hubungan sekolah dengan masyarakat dan layana khusus yang terdapat dalam
sekolah.
4. Apakah tujuan penerapan MBS apabila dikaitkan dengan konsep efisiensi, mutu dan pemerataan
bidang pendidikan ?

Jawab:

Yaitu untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi)
kepada sekolah, pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdaya
sekolah, dan mendorong partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu
pendidikan.

Secara lebih rinci, MBS bertujuan untuk (1) meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan
kemandirian, fleksibilitas, partisipasi, keterbukaan, kerjasama, akuntabilitas, sustainabilitas, dan inisiatif
sekolah dalam mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia, (2)
meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui
pengambilan keputusan bersama, (3) meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada orangtua,
masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya dan (4) meningkatkan kompetisi yang sehat
antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.

5. Peningkatan ilmu dan teknologi dapat dilakukan melalui pengembangan berbagai program
pendidikan, hal ini sesuai dengan fungsi pendidikan sebagai upaya untuk...

Jawaban : sebagai tingkatkan budaya bangsa sebab salah satu fungsi pendidikan adalah mempertinggi
peradaban bangsa.

6. Salah satu Model Pendidikan yang dapat mengakomodasi berbagai kepentingan dan aspirasi
masyarakat adalah model ...

Jawaban : Manajemen Berbasis Sekolah, sebab MBS adalah sebuah model pengelolan pendidikan yang
mengakomodasi berbagai kepentingan masyarakat.

7. Manajemen Berbasis Sekolah perlu diterapkan di sekolah karena ...

Jawaban : memberi arahan pada sekolah untuk mengembangkan keunggulannya, MBS dapat
diterapkan di sekolah karena dapat memberi arah pada sekolah untuk mengoptimalkan keunggulan
yang dimiliki lingkungan sekolah.

8. Upaya peningkatkan mutu dan relevansi pendidikan di Indonesia masih sulit dilakukan, salah satunya
karena faktor input sekolah masih rendah. Untuk kewujudkan sekolahefektif masalah tersebut dapat
diatasi dengan...
Jawaban : membuat Standar Pelayanan Minimal, sebab Sistem Pelayanan Minimal akan mendorong
sekolah untuk meningkatkan kinerja yang diterapkan

9. Nilai yang perlu diberikan agar kehidupan individu menjadi lebih dekat adalah pendidikan nilai ...

Jawaban : spiritual, sebab nilai spiritual biasanya dapat menumbuhkan semangat untuk hidup lebih
Deret

10. Apa isi dari pada pasal 51 ayat 1 UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional?

Jawaban : yang berbunyi “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen
berbasis sekolah/madrasah”.

BAB IV

KEEFEKTIVAN SEKOLAH DAN MBS & BUDAYA KAITANNYA


DENGAN KEPEMIMPINAN SEKOLAH
A. Keefektivan sekolah dan MBS
Efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melakukan tugas dengan sasaran yang dituju.
Efektivitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur keberhasilan Pendidikan. Efektivitas sekolah
terdiri dari dimensi manajemen dan kepemimpinan sekolah, guru, tenaga pendidik, dan personel
lainnya. Kurikulum, sarana prasarana, pengelolaan kelas, hubungan sekolah dan masyarakat,
pengelolaan bidang khusus lainnya hasil nyatanya merujuk kepada hasil yang diharapkan bahkan
menunjukkan kedekatan atau kemiripan antara hasil nyata dengan yang diharapkan.

Dalam pengelolaan sekolah, efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya
tujuan, ketepatan waktu dan adanya partisipasi aktif dari masyarakat, mendapatkan serta
memanfaatkan sumber daya dan sumber belajar untuk mewujudkan tujuan sekolah.

Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah merupakan alternative baru dalam pengelolaan
Pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreativitas sekolah. Kreativitas muncul
sebagai akibat dari pemberdayaan terhadap individu.
B. Budaya kaitannya dengan kepemimpinan sekolah
Salah satu masalah yang dihadapi bangsa Indonesia ialah mutu Pendidikan yang masih tergolong
rendah, khususnya Pendidikan dasar dan menengah. Mutu Pendidikan akan tercapai apabila komponen
yang terdapat dalam meningkatkan mutu Pendidikan memenuhi syarat tertentu. Komponen yang
berperan dalam peningkatan mutu Pendidikan salah satunya adalah tenaga pendidik/guru yang bermutu
yaitu yang mampu menjawab tantangan-tantangan dengan cepat dan bertanggung jawab. Sebagaimana
dijelaskan dalam UU RI Nomor 14 tahun 2005, guru adalah pendidik professional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada Pendidikan anak usia dini jalur Pendidikan formal, Pendidikan dasar, dan Pendidikan menengah.
Guru adalah yang bertanggung jawab langsung dengan pembentukan watak peserta didik melalui
pengembangan dan peningkatan kepribadian serta menanamkan nilai moral yang diinginkan dan itu
harus dimulai dari Pendidikan tingkat sekolah dasar karenanya guru SD harus memiliki kinerja dan
disiplin yang baik.

Guru harus menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya. Untuk meningkatkan kualitas dan
efektivitas. Faktor yang mempengaruhnya, diantaranya adalah kepemimpinan kepala sekolah, karena
kepada sekolah merupakan orang yang berperan penting dalam mengatur aktivitas proses belajar
mengajar dan kepala sekolah juga bertanggung jawab langsung dengan pelaksanaan segala jenis dan
bentuk peraturan atau tata tertib yang harus dilaksanakan baik oleh guru maupun siswa menurut
Robbins (2006:6) kepemimpinan merupakan kemampuan memotivasi karyawan, mengatur aktivitas
individu lain, memilih saluran komunikasi yang paling efektif, atau menyelesaikan konflik diantara
anggotanya.

Didalam sekolah kepala sekolah sebagai pemimpin harus mengetahui kebutuhan para guru untuk
memberikan motivasi dalam bekerja. Selain itu, kepala sekolah juga harus mampu menciptakan
lingkungan kerja yang baik serta memberikan peluang untuk pengembangan potensi guru. Dalam
peningkatan kualitas Pendidikan juga dipengaruhi oleh kebiasaan kerja, budaya kerja, dan budaya
organisasi yang saling berhubungan. Kondisi dan lingkungan sekolah yang baik akan menciptakan
budaya sekolah yang baik.

C. SOAL PILIHAN BERGANDA DAN JAWABANNYA


1. Upaya peningkatkan mutu dan relevansi pendidikan di Indonesia masih sulit dilakukan, salah satunya
karena faktor input sekolah-sekolah masih rendah. Untuk kewujudkan sekolah efektif masalah tersebut
dapat diatasi dengan ...

a. Memberi bantuan dana secukupnya kesekolah-sekolah

b. Memberikan training/pelatihan kepada personal sekola

c. Membuat Standar Pelayanan Minimal

d. Melengkapi sarana dan prasarana sekolah

Jawaban : c
2. Hambatan yang sangat dirasakan sekolah dalam melaksanakan dan menerapkan MBS adalah...

a. Belum adanya kesiapan personal sekolah dalam melaksanakan MBS

b. Tingginya dana yang dibutuhkan sekolah untuk pengelolaan MBS

c. Belum ada kesiapan pemerintah pusat untuk melaksanakan MBS

d. MBS dianggap tidak sesuai dengan sistem persekolahan di Indonesia

Jawaban : a

3. Pelatihan yang harus diikuti kepala sekolah untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengambil
keputusan adalah....

a. Training kemampuan profesional tenaga pendidikan

b. Training kelompok kerja pengembangan dan pendampingan MBS

c. Workshop manajemen MBS

d. Workshop tentang standar pendidikan Nasional

Jawaban : c

4. Menurut para birokrat salah satu alasan mengapa Manajemen Berbasis Sekolah perlu diterapkan di
Indonesia adalah....

a. Untuk meningkatkan fleksibilitas dalam hal pengelolaan

b. Perlunya reformasi dalam dunia pendidikan di Indonesia

c. Adanya pengelolaan melalui satu pintu yaitu sekolah

d. Efesiensi manajemen pendidikan dan upaya peningkatan mutu

Jawaban : d

5. Penyususnan rencana dan program pembelajaran meliputi ..........

a. Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran

b. Silabus dan pelaksanaan pembelajaran

c. Pelaksanaan dan rencana

d. Perencanaan dalam pelaksanaan

Jawaban : a
6. Perumusan rasional adalah .........

a. Dasar program

b. Dasar pemikiran

c. Metode pembelajaran

d. Dasar dalam metode belajar

Jawaban : b

7. Perumusan visi, misi dan tujuan termasuk ..........

a. Tahap implementasi

b. Tahap evaluasi

c. Tahap perencanaan

d. Tahap pengembangan

Jawaban : d

8. penyesuaian perencanaan kurikulum dengan perubahan dan dinamika sosial

yang terjadi di masyarakat. Seperti, sistem politik, ekonomi, sosial, dan

kebudayaan. Hal ini mepruakan pengertian dari ....

a. perlakuan pengetahuan

b. kekuatan sosial

c. Kekuatan sosial

d. pertumbuhan dan perkembangan peserta didik

Jawaban : c

9. Apa tujuan manajemen peserta didik……

a. Meningkatkan pengetahuan

b. Meningkatkan keterampilan
c. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

d. Meningkatkan pengetahuan, keterampuilan, fisikomotor

Jawaban : d

10. Dalam satuan pendidikan terdapat beberapa yang dibutuhkan oleh

sekolah berikut….

a. kepala sekolah

b. guru

c. peserta didik

d. a,b,dan c benar

Jawaban : d

11. Guru sangat dibutuhkan disekolah karena…

a. untuk membuat siswa jadi rajin sekolh

b. untuk membuat siswa jadi pemalas

c. untuk membuat siswa meningkatkan prestasi belajar

Jawaban : c

12. Sumber daya yang di butuhkan di satuan pendidikan…..

a. SDM

b. Informasi

c. Keuangan

d. a,b,dan c benar

Jawaban : d

13. Kelas, ruang guru, bangku meja, kantor, papan tulis, dll merupak

number daya …..

a. Sarana dan prasarana

b. Keuangan
c. Informasi

d. Peserta didik

Jawaban : a

14. Apa saja tugas dan tanggung jawab guru sebagai manajer.....

a. Menguasai program pengajaran

b. Meyusun program kegiatan mengajar

c. Menguasai program pengajaran dan kegiatan mengajar

d. b,dan c benar

Jawaban : c

15. Macam macam metode mengajar ialah, kecuali….

a. Metode proyek

b. Metode proyek dan Metode ekspremimen

c. Metode diskusi

d. Metode home schooling

Jawaban : d

16. Input dan proses pendidikan merupakan dua aspek yang saling berkaitan dan

menentukan output pendidikan. Salah satu input pendidikan yang mempengaruhi proses pendidikan
adalah....

a. Tenaga pengajar

b. Biaya pendidikan

c. Kurikulum

d. Teknologi

Jawaban: a

17. Upaya peningkatkan mutu dan relevansi pendidikan di Indonesia masih sulit dilakukan, salah satunya
karena faktor input sekolah-sekolah masih rendah. Untuk kewujudkan sekolah efektif masalah tersebut
dapat diatasi dengan ...

a. Memberi bantuan dana secukupnya kesekolah-sekolah


b. Memberikan training/pelatihan kepada personal sekolah

c. Membuat Standar Pelayanan Minimal

d. Melengkapi sarana dan prasarana sekolah

Jawaban: c

18. Dalam melakukan penilaian ada disebut sasaran penilaian,siapakah maksud sasaran penilaian
tersebut?

a. guru

b. siswa.

c. masyarakat

d. dokter

Jawaban : b

19. berkenaan dengan pelaksanaan, pengajaran dan peningkatan situasi belajar-mengajar sehingga
siswa dapat belajar secara lebih efektif, merupakan fungsi kepala sekolah sebagai?

a. Fungsi kurikuler

b. Fungsi edukatif

c. Fungsi pengembangan

d. Fungsi pembimbingan

Jawaban : a

20. Salah satu bentuk organisasi yang merangkul dan mewadahi serta berusaha menyatukan visi
dan misi komponen-komponen pendidikan yang terdapat dalam masyarakat, merupakan
pengertian dari?

a. Administrasi sekolah

b. Komite sekolah

c. Manajer sekolah

d. Laboran

Jawaban : b
D. SOAL ESAY
1. Jelaskan Nilai-nilai yang dapat dikembangkan dalam konteks MBS adalah sebagai berikut :

Jawaban : Terdapat Empat Prinsip MBS yaitu prinsip equifinalitas, prinsip desentralisasi, prinsip
pengelolaan mandiri dan prinsip inisiatif manusia yang secara jelas diuraikan sebagai berikut :

a. Prinsip Equifinalitas (Equifinality) yang didasarkan pada teori manajemen modern yang
berasumsi bahwa terdapat perbedaan cara untuk mencapai tujuan. Manajemen sekolah
menekankan fleksibilitas dan sekolah harus dikelola oleh sekolah itu sendiri berdasarkan
kondisinya masing-masing. Prinsip equifinalitas ini mendorong terjadinya desentralisasi
kekuasaan dan mempersilahkan sekolah memiliki mobilitas yang cukup, berkembang dan
bekerja menurut strategi uniknya masing-masing untuk mengelola sekolahnya secara efekif.

b. Prinsip Desentralisasi (Decentralization). Konsisten dengan prinsip equifinalitas maka


desentraslisasi merupakan gejala penting dalam reformasi manajemen sekolah modern. Dasar
teori dari prinsip desentralisasi ini adalah manajemen sekolah dalam aktivitas pengajaran
menghadapi berbagai kesulitan dan permasalahan.

c. Prinsip Sistem Pengelolaan Mandiri (Self-Managing System). MBS tidak menyangkal perlunya
mencapai tujuan berdasarkan kebijakan dari atas, tetapi menurut MBS terdapat berbagai cara
untuk mencapai tujuan tersebut.

d. Prinsip Inisiatif Manusia (Human Initiative). Sesuai dengan perkembangan hubungan


kemanusiaan dan perubahan ilmu tingkah laku pada manajemen modern, maka orang-orang
mulai memberikan perhatian serius pada pengaruh penting faktor manusia dalam efektivitas
organisasi.

2. Jelaskan 4 point dari Kepemimpinan pendidikan adalah sebagai

Jawaban : kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam MBS dapat dilihat berdasarkan 4 point
kepemimpinan pendidikan yaitu :

1. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar
serta produktif dan dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan, artinya : Kepemimpinan pendidikan menentukan terdorongnya motivasi dan kinerja guru
terutama dalam pelayanan terhadap siswa dengan baik, mengembangkan kemampuannya dengan
dukungan pimpinan terutama dalam penyediaan sarana dan prasarana yang harus disediakan, serta
kemampuan pimpinan untuk menyelesaikan setiap kegiatan secara tepat waktu sehingga target yang
ingin dicapai dalam proses peningkatan kualitas pendidikan jelas dan terarah dengan baik.

2. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka
secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan meningkatkan kualitas pendidikan, artinya :
Pemimpin kepala sekolah dituntut mampu mengembangkan relationship dengan berbagai pihak dalam
upaya menarik partisipasi public sehingga dukungan dari berbagai pihak datang dan membantu
peningkiatan kualitas sekolah.

3. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan
pegawai lain di sekolah , artinya : Pemimpin harus dapat menerapkan kebijakan-kebijankan yang luwes
dan terarah serta memahami semua karakteristic dan kondisi anggotanya (guru dan staff) sehingga
pemberlakuan kebijakan adil dan merata terutama konsep MBS sangat mendukung demokrasi
kepemimpinan yang benar.

4. Bekerja dengan tim manajemen untuk mencapai keberhasilan mewujudkan tujuan sekolah secara
produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, artinya : Seorang pemimpin pendidikan harus
mampu membuat ‘TEAM WORK’ yang solid dan bisa bekerjasama dalam mencapai tujuan organisasi,
sehingga tidak terjadi kesalahpahaman atau pengertian serta kebijakan tidak dibuat sepihak tapi hasil
musyawarah yang disepakati bersama sehingga komitmen kerja berjalan sesuai dengan ketentuan dan
harapan peningkatan kualitas pendidikan.

3. Apa yang di maksud dengan Merealisasikan fungsi masyarakat dalam konteks sistem pendidikan yang
demokratis?

Jawaban : sekolah sepenuhnya dimiliki oleh masyarakat dan merekalah yang membangun, dan
memelihara sekolah, mengadakan sarana pendidikan, serta mengusahakan iuran untuk keperluan biaya
operasional sekolah. Apabila sekolah telah dibangun oleh masyarakat, mereka hanya meminta bantuan
guru kepada pemerintah untuk diangkat pada sekolah mereka, melaksanakan pembangunan pendidikan
yang berkelanjutan (sustainable development), karena sekolah adalah sepenuhnya milik masyarakat
yang senantiasa bertanggung jawab dalam pemeliharaan serta operasional pendidikan sehari-hari.
Tetapi kemudian pemerintah mengambil alih kepemilikan sekolah, yang sebelumnya milik masyarakat
menjadi milik pemerintah dan mengelolanya secara birokratik dan sentralistik, yaitu melalui INPRES
No.10/1973. Sejak itu itulah terjadi keterpurukan sistem persekolahan di Indonesia. Secara perlahan
rasa memiliki masyarakat terhadap sekolah memudar dan akhirnya hilang. Peran masyarakat yang
sebelumnya “bertanggung jawab” menjadi berubah menjadi “berpartisipasi” terhadap pendidikan, dan
selanjutnya menjadi tidak peduli. Semua sumber daya pendidikan ditanggung pemerintah, dan peran
serta masyarakat apalagi bertanggung jawab terhadap pendidikan menjadi sangat berkurang.

4. Apa Yang dimaksud dengan Efektivitas MBS?

Jawaban : efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran
yang dituju. Efektivitas bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber
daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional. Efektivitas MBS berarti bagaimana MBS berhasil
melaksanakan semua tugas pokok sekolah, menjalin partisipasi masyarakat, mendapatkan serta
memanfaatkan sumber daya, sumber dana, dan sumber belajar utnuk mewujudkan tujuan sekolah.
Efektivitas MBS ini dapat dilihat berdasarkan teori sistem dan dimensi waktu.
5. Jelaskan yang dimaksud dengan Efisiensi MBS?

Jawaban :. Efisiensi merupakan aspek penting dalam manajemen sekolah karena sekolah umumnya
dihadapkan pada masalah kelangkaan sumber dana, dan secara langsung berpengaruh terhadap
kegiatan manajemen. Jika Efektivitas dilihat dari perbandingan antara rencana dengan tujuan yang
dicapai maka efisiensi lebih ditekankan pada perbandingan antara input atau sumber daya dengan
output. Suatu kegiatan efisien bila tujuan dapat dicapai secara optimal dengan penggunaan atau
pemakaian sumber dana yang minimal. Efisiensi juga merupakan perbandingan antara input dan output,
tenaga dan hasil, perbelanjaan dan masukan, biaya serta kesenangan yang dihasilkan.

6. sebutkan produktivitas dalam manajemen berbasis sekolah?

Jawaban : produktivitas pendidikan dapat ditinjau dari tiga dimensi, yaitu :

a. Meninjau produktivitas dari segi keluaran administratif, yaitu seberapa besar dan seberapa baik
layanan yang dapat diberikan dalam suatu proses pendidikan.

b. Meninjau produktivitas dari segi keluaran perubahan perilaku, yaitu dengan melihat nilai-nilai yang
diperoleh peserta didik sebagai suatu gambaran dari prestasi akademik yang telah dicapainya dalam
periode tertentu.

c. Melihat produktivitas sekolah dari keluaran ekonomois yang berkaitan dengan pembiayaan layanan
pendidikan di sekolah, hal ini mencakup “harga” layanan yang diberikan (pengorbanan atau cost) dan
“perolehan” yang ditimbulkan oleh layanan itu atau disebut “peningkatan nilai balik”.

7. Sebutkan rumusan tujuan pembelajaran tersebut harus terlebih dahulu ditetapkan!

Jawaban :

a. Tujuan berfungsi menentukan arah dan corak kegiatan pendidikan,

b. Tujuan menjadi indikator dari keberhasilan pelaksanaan pendidikan

c. Tujuan menjadi pegangan dalam setiap usaha dan tindakan dari pelaksanaan pendidikan.

8. Apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran?

Jawaban : Cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai
tujuan pembelajaran. Suatu strategi pembelajaran mengandung pengertian terlaksananya
kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran.

9. Mengapa efesien sangat penting dalam MBS?

Jawaban : efesien merupakan aspek penting penting karena sebagai antara input dan output atau
sumber daya dan output.
10. Bagaimana kita tahu efektivitas sudah berhasil atau belum?

Jawaban : Suatu sekolah dikatakan sudah efektivitas ketika visi sekolah tersebut sudah tercapai dengan
tepat sesuai dengan rencana.

BAB V

PENGEMBANGAN STAFF
A. KONSEP PENGEMBANGAN STAFF
Staf adalah seseorang yang telah memenuhi syarat tertentu, diangkat oleh pejabat yang berwenang
atau pimpinan suatu organisasi, diserahi tugas dalam unit tertentu, dan digaji berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku atau ketentuan organisasi yang bersangkutan. Staf di lembaga pendidikan
sebagian berstatus pegawai negeri sipil (PNS), sebagian berstatus sebagai tenaga harian. Pegawai Negeri
Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
diangkat sebagai Pegawai Aparatur Sipil Negara secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk
menduduki jabatan pemerintahan (UU RI No 5 Tahun 2014). Pengembangan staf atau seringkali disebut
pengembangan sumber daya manusia atau supervisi pendidikan merupakan kegiatan peningkatan
kemampuan personil yang dapat dilakukan melalui jalur gelar dan non gelar, bisa formal atau non
formal, atau bisa atas kemauan yang bersangkutan. Dengan demikian pengembangan SDM ini bisa
dilaksanakan karena program kerja kelembagaan dan kegiatan pengembangan SDM atas inisiatif
pegawai itu sendiri.

Pengembangan staf menjadi sangat penting karena dalam melaksanakan tugas, staf senantiasa
dihadapkan pada pemecahan masalah baru terutama terkait dengan perkembangan teknologi informasi
yang sangat pesat serta tantangan global secara keseluruhan. Untuk itu pengembangan diarahkan pada
kesemua aspek, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik, bahkan aspek mental spiritual.
Pengembangan tersebut bisa dilakukan melalui kegiatan pendidikan profesional. Pendidikan profesional
dan program profesionalisasi harus selalu mengikuti perkembangan dan memutakhirkan standar yang
digunakan. Kegagalan dalam pemutakhiran akan menyebabkan khalayak sasaran program hanya
menguasai kecakapan profesional kedaluwarsa (outdated professionalism), yang pada gilirannya akan
merugikan masyarakat.

Pengembangan staf dilakukan berdasarkan kebutuhan institusi, kelompok, maupun individu. Secara
institusi, pengembangan staf dimaksudkan untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan kualitas
staf dalam melaksanakan tugas. Pengembangan staf berdasarkan kebutuhan institusi itu penting, namun
pengembangan berdasarkan kebutuhan individu staf untuk menjalani proses profesionalisasi juga sangat
penting. Karena substansi kajian dan konteks pendidikan selalu berkembang dan berubah menurut
dimensi ruang dan waktu, maka staf di lembaga pendidikan dituntut untuk selalu meningkatkan
kompetensinya.
B. LINGKUP PENGEMBANGAN STAFF
Lingkup pengembangan staf berkaitan dengan jenis pekerjaan yang diampunya, yang dapat secara
individual atau kelompok. Kegiatan yang bersifat individual antara lain studi lanjut, observasi staf saat
melaksanakan pekerjaan, percakapan individu, kunjungan antar unit/lembaga. Sedangkan teknik
pengembangan staf yang bersifat kelompok antara lain seminar, kerja kelompok, demonstrasi ,
darmawisata, diskusi panel, perpustakaan jabatan, organisasi profesional, buletin supervisi, lokakarya
atau konferensi kelompok. Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
24 Tahun 2008 disebutkan dimensi kompetensi tenaga administrasi sekolah yaitu kompetensi
kepribadian, teknis, manajerial, dan sosial. Untuk itu kesemua kompetensi tersebut perlu dikembangkan
pada diri TAS.

C. TEKNIK PENGEMBANGAN STAFF

Teknik merupakan cara yang digunakan seseorang untuk melaksanakan sesuatu. Teknik pengembangan
staf berarti cara yang digunakan pimpinan untuk meningkatkan kemampuan bawahannya. Teknik
pengembangan staf bisa dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu (1) pengembangan karir administratif, dan
(2) pengembangan bidang kemampuan profesional. Pertama, pengembangan karir administratif
dilaksanakan kepada tenaga administrasi yang telah memenuhi persyaratan pangkat administratif yang
dalam peraturan boleh naik pangkat administratif tiap empat tahun sekali. Kedua, pengembangan
bidang kemampuan profesional dilaksanakan sesuai kebutuhan pegawai yang bersangkutan atau
kemampuan atas tuntutan lembaga yang bersangkutan. Pengembangan bidang kemampuan profesional
dilakukan dengan cara menempuh studi lanjut ke jenjang yang lebih tinggi, mengikuti pelatihan dan
sejumlah kegiatan yang bisa meningkatkan kemampuan.

1. Teknik Pengembangan Staf secara Individual


 Kenaikan pangkat
Pengembangan staf melalui kenaikan pangkat perlu dilakukan tiap lembaga pendidikan. Pangkat
merupakan kedudukan yang menunjukkan tingkatan seseorang Pegawai Negeri Sipil
berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan sebagai dasar
penggajian. Kenaikan pangkat merupakan penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan
pengabdian Pegawai Negeri Sipil terhadap Negara, serta sebagai dorongan kepada Pegawai
Negeri Sipil untuk lebih meningkatkan prestasi kerja dan pengabdiannya(PP No 12 Tahun 2002).

 Studi Lanjut Studi lanjut bagi pegawai negeri sipil dapat berupa tugas belajar ke jenjang yang
lebih tinggi. Tujuan pemberian tugas belajar adalah: (a) memenuhi kebutuhan akan tenaga yang
memiliki keahlian atau kompetensi tertentu dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi serta
pengembangan organisasi, (b) meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, serta
sikap dan kepribadian profesional PNS sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam
pengembangan karir seorang PNS (PP No 12 Tahun 2002).

 Observasi staf saat melaksanakan pekerjaan


Observasi ini secara sederhana bisa diartikan melihat dan memperhatikan secara teliti terhadap gejala
yang nampak saat staf melaksanakan pekerjaan. Tujuannya adalah untuk memperoleh data seobjektif
mungkin mengenai aspek-aspek dalam situasi belajar mengajar, kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh
staf dalam melaksanakan pekerjaan. Pelaksanaan observasi ini melalui beberapa tahap, yaitu: (1)
persiapan observasi; (2) pelaksanaan observasi; (3) penutupan pelaksanaan observasi; (4) penilaian hasil
observasi; dan (5) tindak lanjut (Aedi, 2007). Dalam melaksanakan observasi ini, sebaiknya pimpinan
menggunakan instrumen observasi tertentu, antara lain berupa evaluative check-list, activity check-list.

 Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah suatu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara pimpinan dan
staf, staf dengan staf, mengenai usaha meningkatkan kemampuan staf(Bafadal, 2007). Tujuannya adalah:
(1) memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan staf melalui pemecahan kesulitan yang dihadapi; (2)
mengembangkan hal mengajar yang lebih baik; (3) memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada
diri staf; dan (4) menghilangkan atau menghindari segala prasangka jelek. Dalam percakapan individual ini
pimpinan harus berusaha mengembangkan segi-segi positif staf, mendorong staf mengatasi
kesulitankesulitannya, dan memberikan pengarahan, hal-hal yang masih meragukan sehingga terjadi
kesepakatan konsep tentang situasi pembelajaran yang sedang dihadapi.

 Kunjungan antar Unit/ Lembaga


Kunjungan antar kelas/ Unit/ Lembaga dapat dilakukan oleh tenaga administrasi dan dosen. Melalui
kunjungan ini, ia akan memperoleh pengalaman baru dari teman sejawatnya mengenai proses
pelaksanaan pekerjaan dan proses pemecahan masalah dalam pekerjaan. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh pimpinan apabila menggunakan teknik ini dalam meningkatkan kemampuan staf, (1)
staf yang akan dikunjungi mampu memberikan pengalaman baru bagi staf yang akan mengunjungi, (2)
tentukan staf yang akan mengunjungi, (3) sediakan segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan, (4)
pimpinan hendaknya mengamati dan mencatat secara cermat, (5) adakan tindak lanjut setelah kunjungan
selesai, (6) adakan perjanjianperjanjian untuk mengadakan kunjungan berikutnya.

1. Teknik Pengembangan Staf secara Kelompok


Teknik pengembangan staf secara kelompok dilaksanakan kepada dua orang atau lebih. Staf yang memiliki
masalah, kebutuhan, kelemahan yang sama dikelompokkan menjadi satu/ bersama-sama. Kemudian
kepada mereka Maisyaroh, Pengembangan Staf di Lembaga Pendidikan 277 diberikan bantuan sesuai
dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. Menurut Gwynn, ada tiga belas teknik
supervisi kelompok, yaitu: kepanitiaan-kepanitiaan, kerja kelompok, laboratorium kurikulum, bacaan
terpimpin, demonstrasi, darmawisata, kuliah/studi, diskusi panel, perpustakaan jabatan, organisasi
profesional, buletin supervisi, pertemuan lokakarya atau konferensi kelompok(Bafadal, 2007). Pandangan
yang lain, ada beberapa teknik pengembangan staf antara lain: Lokakarya, belajar mandiri, belajar
berbasis elektronik(e-learning), magang, belajar berbasis pekerjaan, pembimbingan, dan mengikuti
pendidikan formal.

 Lokakarya
Lokakarya merupakan bentuk pengembangan staf yang paling sering diterapkan di berbagai
lembaga pendidikan. Lokakarya dilaksanakan selama antara dua sampai tiga hari. Ragam
kegiatan lokakarya ini berupa bermain peran, bekerja kelompok, presentasi, diskusi interaktif
serta refleksi.

 Belajar mandiri (self directed learning)


Belajar mandiri berawal dari tanggung jawab seorang staf untuk meningkatkan kompetensinya
sehingga ia akan menyusun kebutuhan belajarnya, menentukan tujuan, menentukan sumber
belajar dan menilai hasil belajarnya sendiri. Refleksi dan evaluasi diri dan penilaian sejawat
merupakan komponen utama yang akan mendorong seseorang untuk meningkatkan
kompetensinya.

 Belajar berbasis elektronik (e-learning)


Pengembangan staf berbasis elektonik menjadi kebutuhan di era global saat ini. Penggunaan
teknologi informasi sebagai sumber belajar dalam metode belajar mandiri akan menambah
efektivitas dan efisiensi.

 Magang
Magang dilaksanakan dengan mengirim staf administrasi ke institusi pendidikan lainnya yang
telah mapan dalam bidang tertentu sesuai dengan kebutuhan personil yang bersangkutan.

 Belajar berbasis pengalaman kerja (work based learning)


Belajar berbasis pengalaman kerja adalah suatu metode atau proses belajar yang berhubungan
dengan pekerjaan yang dijalani seseorang. Dalam kontek pekerjaan staf, work based learning
merupakan suatu proses pembelajaran yang berdasarkan pengalaman praktek staf sehari-hari.
Metode ini sangat sesuai dengan lingkungan pembelajaran staf edukasi di mana terdapat
integrasi pembelajaran antara praktek dan teori serta staf dapat belajar sesuai kebutuhan
mereka di tempat kerja. Prinsip pembelajaran ini adalah refleksi dan peningkatan. Portfolio
digunakan sebagai format dan dokumentasi pembelajaran.

 Pembimbingan (mentorship)
Pembimbingan sering ditemukan dalam pengembangan staf sehari-hari. Seorang mentor dapat
berperan sebagai pembimbing, model, sponsor, guru, penasihat, pelatih.

 Mengikuti studi lanjut (formal education)


Studi lanjut penting bagi setiap pegawai. Pegawai yang belum berpendidikan diploma
melanjutkan ke diploma, yang belum S1 melanjutkan ke jenjang S1. Disamping ketujuh teknik
tersebut di atas, pengembangan staf perlu dilakukan secara berkelanjutan agar hasilnya bisa
dirasakan oleh personil yang bersangkutan dan bermanfaat bagi pengembangan lembaga secara
keseluruhan. Di dalam hal ini Suparno dan Kamdi(2008) menjelaskan pengembangan profesional
secara berkelanjutan meliputi (1) pengembangan atmosfer profesional yang dinamis, (2)
pemberdayaan melalui pertumbuhan profesional individual, (3) pengembangan kemampuan
teknologis. Perlu diketahui tidak semua teknik pengembangan staf atau supervisi di atas tepat
diterapkan untuk semua pembinaan staf. Teknik tertentu cocok diterapkan untuk membina
seorang staf tetapi tidak cocok diterapkan pada staf lain. Oleh sebab itu, seorang supervisor
harus mampu mempertimbangkan teknik yang tepat sehingga mampu meningkatkan kinerja
staf di lembaga pendidikan. Oleh karena itu pimpinan harus mengetahui aspek kompetensi yang
akan 278 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 274-281
dikembangkan dan memahami teknik pengembangan yang tepat.
BAB VI

PERUBAHAN KURIKULUM

A. Pengertian Perubahan Kurikulum

Secara akademis, kurikulum setidaknya mencakup empat komponen utama: 1) Tujuan-tujuan


pendidikan yang ingin dicapai. 2) Pengetahuan, ilmu-ilmu, data-data, aktivitas-aktivitas dan
pengalaman dari mana-mana. 3) Metode dan cara-cara mengajar dan bimbingan yang diikuti
murid-murid untuk mendorong mereka kepada yang dikehendaki dan tujuan-tujuan yang
dirancang. 4) Metode dan cara penilaian yang digunakan dalam mengukur dan menilai hasil
proses pendidikan yang dirancang dalam kurikulum (Langgulung, 2003:176). Kaitannya dengan
perubahan kurikulum, Soetopo dan Soemanto (1991: 38) menyatakan bahwa suatu kurikulum
disebut mengalami perubahan bila terdapat adanya perbedaan dalam satu atau lebih komponen
kurikulum antara dua periode tertentu, yang disebabkan oleh adanya usaha yang disengaja.
Sedangkan menurut Nasution (2009: 252), perubahan kurikulum mengenai tujuan maupun alat-
alat atau cara-cara untuk mencapai tujuan itu. Mengubah kurikulum sering berarti turut
mengubah manusia, yaitu guru, pembina pendidikan, dan mereka-mereka yang mengasuh
pendidikan. Itu sebab perubahan kurikulum dianggap sebagai perubahan sosial, suatu social
change. Perubahan kurikulum juga disebut pembaharuan atau inovasi kurikulum. Dari defenisi di
atas, dapat disimpulkan bahwa perubahan kurikulum berarti adanya perbedaan dalam satu atau
lebih komponen kurikulum antara periode tertentu, yang disebabkan oleh adanya usaha yang
disengaja. Mengubah semua yang terlibat di dalamnya, yaitu guru, murid, kepala sekolah,
pemilik sekolah, juga orang tua dan masyarakat umumnya yang berkepentingan dalam
pendidikan.

1. Jenis-Jenis Perubahan Kurikulum

Menurut Soetopo dan Soemanto (1991: 39-40), perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian-
sebagian, tapi dapat pula bersifat menyeluruh.

a. Perubahan sebagian-sebagian Perubahan yang terjadi hanya pada komponen (unsur) tentu
saja dari kurikulum kita sebut perubahan yang sebagian-sebagian. Perubahan dalam metode
mengajar saja, perubahan dalam itu saja, atau perubahan dalam sistem penilaian saja, adalah
merupakan contoh dari perubahan sebagian-sebagian. Dalam perubahan sebagian-sebagian ini,
dapat terjadi bahwa perubahan yang berlangsung pada komponen tertentu sama sekali tidak
berpengaruh terhadap komponen yang lain. Sebagai contoh, penambahan satu atau lebih
bidang studi kedalam suatu kurikulum dapat saja terjadi tanpa membawa perubahan dalam cara
(metode) mengajar atau sistem penilaian dalam kurikulum tersebut.
a. Perubahan menyeluruh Disamping secara sebagian-sebagian, perubahan suatu kurikulum dapat
saja terjadi secara menyeluruh artinya keseluruhan sistem dari kurikulum tersebut mengalami
perubahan mana tergambar baik di dalam tujuannya, isinya organisasi dan strategi dan
pelaksanaannya. Perubahan dari kurikulum1968 menjadi kurikulum 1975 dan 1976 lebih
merupakan perubahan kurikulum secara menyeluruh. Demikian pula kegiatan pengembangan
kurikulum sekolah pembangunan mencerminkan pula usaha perubahan kurikulum yang bersifat
menyeluruh. Kurikulum 1975 dan 1976 misalnya, pengembangan, tujuan, isi, organisasi dan
strategi pelaksanaan yang baru dan dalam banyak hal berbeda dari kurikulum sebelumnya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Kurikulum

Menurut Soetopo dan Soemanto (1991: 40-41), ada sejumlah faktor yang dipandang mendorong
terjadinya perubahan kurikulum pada berbagai Negara dewasa ini, yaitu:
1. Bebasnya sejumlah wilayah tertentu di dunia ini dari kekuasaan kaum kolonialis. Dengan
merdekanya Negara-negara tersebut, mereka menyadari bahwa selama ini mereka telah dibina
dalam suatu sistem pendidikan yang sudah tidak sesuai lagi dengan cita-cita nasional merdeka.
Untuk itu, mereka mulai merencanakan adanya perubahan yang cukup penting di dalam
kurikulum dan sistem pendidikan yang ada.
2. Perkembangan IPTEK yang pesat sekali. Di satu pihak, perkembangan dalam berbagai cabang
ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah menghasilkan diketemukannya teori-teori yang
lama. Di lain pihak, perkembangan di dalam ilmu pengetahuan psikologi, komunikasi, dan lain-
lainnya menimbulkan diketemukannya teori dan cara-cara baru di dalam proses belajar
mengajar. Kedua perkembangan di atas, dengan sendirinya mendorong timbulnya perubahan
dalam isi maupun strategi pelaksanaan kurikulum.
3. Pertumbuhan yang pesat dari penduduk dunia dengan bertambahnya penduduk, maka makin
bertambah pula jumlah orang yang membutuhkan pendidikan. Hal ini menyebabkan bahwa cara
atau pendekatan yang telah digunakan selama ini dalam pendidikan perlu ditinjau kembali dan
kalau perlu diubah agar dapat memenuhi kebutuhan akan pendidikan yang semakin besar.
Ketiga faktor di atas itulah yang secara umum banyak mempengaruhi timbulnya perubahan
kurikulum yang kita alami dewasa ini. Perkembangan kurikulum seperti spiral, tidak sebagai
lingkaran, jadi kita tidak kembali kepada yang lama, tetapi pada suatu titik di atas yang lama.
BAB VII

AKUNTABILITAS & PROKDUTIVITAS SEKOLAH

A. Konsep Akuntabilitas Pendidikan


Sebelum membahas mengenai konsep akuntabilitas pendidikan, terlebih dahulu dibahasa mengenai
asal-usul kata akuntabilitas itu sendiri. Kata akuntabilitas dalam bahasa inggris disebut dengan kata
accountability yang memiliki arti yang dapat dipertanggungjawabkan, sedang kata sifatnya adalah
accountable. Menurut LAN (2003:3) bahwa akuntabilitas merupakan kewajiban untuk menyampaikan
pertanggungjawaban atau untuk menjawab, menerangkan kinerja, dan tindakan seseorang /badan
hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki gak atau kewenangan untuk
meminta keterangan atau pertanggungjawaban.Sementara itu McAshan yang dikutip oleh Fatah,
mengungkapkan bahwa akuntabilitas merupakan kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena
kualitas kinerjanya dalam menyelesaikan tujuan yang menjadi tanggungjwabnya. Akuntabilitas secara
tradisional dimaknai sebagai alat yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku
adminsitrasi dengan cara memberikan kewajiban untuk dapat memberikan jawaban (asnwerability)
kepada sejumlah otoritas eskternal.

B. Akuntabiltas Pendidikan
Konsep akuntabilitas pendidikan bisa dimaknai sebagai pertanggungjawaban lembaga pendidikan
(sekolah atau institusi pendidikan) dalam pencapaian tujuan pendidikan. Akuntabilitas pendidikan
adalah kajian antara apa yang sudah dilakukan oleh sekolah dengan dana yang sudsh digunakan
denagan hasil belajar yang diperoleh. Akuntabilitas pendidikan juga bisa dipahami sebaagai
pertangungjawaban atas keberhasilan proses belajar mengajar dan pekembangan peserta didiik dalam
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Pertanggungjawaban ini termasuk adanya
kesediaaan untuk disalahkan tetakala terjadi kegagalan dalam proses pendidikan tersebut. Singkatnya
akuntabilitas pendidikan merupakan kesediaan memberikan keterangan kepada pihakpihak yang
memiliki hak dan kewenangan untuk menanyakannya, pihak-pihak yang berwenang ini misalnya kepala
dinas, walikota, BPKP, BPK dan stakeholders. Akuntabiltas sekolah adalah kewajiban sekolah sebagai
instansi pendidikan untuk memberi pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan
kinerja dan tindakan penyelenggaraan pendidikan, kepada pihak yang memiliki hak atau berwenang
untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. pihak-pihak yang dimaksud adalah kepala dinas,
walikota, BPP, orang tua, masyarakat dan seluruh stakeholder pendidikan.

C. Macam-macam Akuntabilitas
Menurut Lembaga Adminitrasi Negara (LAN) bahwa akuntabilitas dibagi menjadi beberapa macam,
antara lain:
a. Akuntabilitas keuangan, yaitu suatu akuntabilitas terkait pertanggungjawaban mengenai integritas
keuangan, pengungkapan dan ketaatan terhadap peraturan. Sasaran utama akuntabilitas ini adalah
laporan keuangan yang disajikan berdasarkan perundangan yang berlaku, yang mencakuppenerimaan,
penyimpanan dan pengeluaran uang yang dilakukan oleh instansi pemetintah.
b. Akuntabilitas manfaat, yakni akuntabilitas yang memberikan perhatian pada kegiatan-kegiatan
pemerintahan. Dalam hal ini, seluruh apaarat pemerintahan dipandang mampu menjawab pencapaian
tujuan (dengan memperhatikan biaya dan manfaatnya) dan tidak hanya sekedar kepatuhan terhadap
kebutuhan hirarkhi atau prosedur. Efektifitas yang harus dicapai dalam akuntabilitas ini, tidak hanya
sekedar output tetapi yang justru diutamakan dari segi outcome. Akuntabilitas manfaat juga memiliki
kemiirpan dengan akuntabilitas program.
c. Akuntabilitas prosedural, yakni suatu pertanggungjawaban mengenai apakah sebuah kebijakan yang
telah mempertimbangkan masalah moralitas, etika, kepastian hukum dan ketaatan kepada keputusan
politis guna mendukung pencapaian tujuan akhir yang telah ditetapkan. Secara umum, akuntabilitas
prosedural ini memiliki kesamaan dengan akuntabilitas proses.

D. Tujuan & Manfaat Akuntabilitas


Di era otonomi daerah seperti sekarang ini yang serba transparan, semua sepakat bahwa akuntabilitas di
bidang pendidikan itu sifatnya krusial sehingga setiap lembaga pendidikan dan institusi terkait dengan
pelayanan publik dituntut untuk mempunyai akuntabilitas publik.
Adapun tujuan utama adanya akuntabilitas pendidikan di sekolah adalah untuk mendorong terciptanya
akuntabilitas kinerja sekolah sebagai salah satu syarat untuk terciotanya sekolah yang baik dan
terpercaya. Penyelenggara sekolah harus memahami bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan
hasil kerja kepada masyarakat.
Selain itu, tujuan akuntabilitas adalah menilai kinerja sekolah dan kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah, utnuk mengikutsertakan masyarakat dalam
pengawasan pelayanan pendidikan, dan untuk mempertanggungjawabkan komitmen pelayanan
pendidikan kepada masyarakat. Manfaat lain yang bisa diambil dari akuntabilitas pendidikan adalah
mampu membatasi ruang gerak terjadinya perubahan dan pengulangan serta revisi perencanaan.
Sebagai alat kontrol, akuntabilitas memberikan kepastian kepada aspek-aspek penting perencanaan,
antara lain:
a. Tujuan dan kinerja yang ingin dicapai.
b. Program atau tugas yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan.
c. Cara atau performan pelaksanaan dalam mengerjakan tugas.
d. Alat atau metode yang sudah jelas, dana yang dipakai dan lama bekerja yang semuanya telah
tertuang dalam bentuk alternatif penyelesaian yang sudah pasti.
e. Lingkungan sekolah tempat program dilaksanakan, dan f. Insentif terhadap pelaksana sudah
ditentukan secara pasti.
Daftar Pustaka

https://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/download/484/326/

http://ejournal.kopertais4.or.id/susi/index.php/tarbawi/article/download/3052/2220/

http://repository.uin-suska.ac.id/14166/7/7.%20BAB%20II_2018993KI.pdf

http://ap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/volume-24-no.-412-19.pdf

https://core.ac.uk/download/pdf/267075565.pdf

Anda mungkin juga menyukai