Anda di halaman 1dari 52

1

MANAJEMEN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA


PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN
DI SEKOLAH DASAR NEGERI 14 AIR KUMBANG

PROPOSAL TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar


Magister Pendidikan (M.Pd.) dalam Bidang Manajemen Pendidikan

OLEH :

JHON HENDRI
Nomor Induk Mahasiswa 2019601343
Program Studi Magister Manajemen Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

( UNIVERSITAS PGRI ) PALEMBANG

2020
2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manajemen pengembangan sumber daya pendidikan pada era reformasi saat

ini merupakan salah satu bentuk implementasi dari UU Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang memberikan arahan untuk dilakukan

pengelolaan pada sistem pendidikan di Indonesia, khususnya untuk pengelolaan

satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan menengah menggunakan

prinsip standar pelayanan minimal serta didukung dengan manajemen berbasis

sekolah. Program pendidikan Indonesia diimplementasikan pada pembangunan lima

pilar pendidikan, yaitu meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan,

meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan, meningkatkan kualitas atau mutu

dan relevansi layanan pendidikan, meningkatkan kesetaraan dalam memperoleh

layanan pendidikan dan meningkatkan kepastian atau keterjaminan memperoleh

layanan pendidikan. Pada hakikatnya kelima pilar tersebut saling terkait satu sama

lain, akan tetapi aspek penjaminan mutu pendidikan menjadi faktor atau pilar yang

cukup dominan dalam kegiatan manajemen pendidikan.

Mutu Pendidikan Nasional akan terukur lewat ketercapaian segenap Standar

Nasional Pendidikan, meliputi standar isi, proses, kompetensi kelulusan, pendidik

dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan

penilaian pendidikan (PP RI No 32 tahun 2013). Perhatian yang serius dan

sungguh-sungguh oleh para pihak terhadap upaya pemenuhan dan perwujudan

segenap standar tersebut akan menentukan kualitas/mutu pendidikan.

Manajemen sumber daya manusia dalam pendidikan dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan adalah sangat penting artinya. Hal ini mengingat

bahwa dalam suatu organisasi atau lembaga pendidikan, dapat maju dan

berkembang dengan dukungan dari sumber daya manusia dalam bidang pendidikan.

Oleh karena itu setiap lembaga pendidikan atau organisasi yang ingin berkembang,
3

maka harus memperhatikan sumber daya manusia dan mengelolanya dengan baik,

agar tercipta pendidikan yang bermutu tinggi.

Sebab kebijakan peningkatan mutu pendidikan yang tinggi jika disikapi secara

konsisten, akan menghasilkan lulusan yang kompeten, yang akhirnya mampu

menghasilkan warga negara yang kompetitif dalan jumlah yang besar. Program

pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia menjadi sangat

penting karena banyak permasalahan yang terdapat dalam institusi pemerintahan,

lembaga kemasyarakatan dan berbagai kegiatan di masyarakat yang efektivitasnya

tergantung kepada kualitas sumber daya manusia, baik dalam kemampuan

intelektual maupun integritas moral dalam tanggung jawabnya pada

kemasyarakatan.

Sumber daya manusia.

Menurut Damanhuri (2014:32) merupakan salah satu faktor kunci dalam

menuju kesejahteraan. Menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan

memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi, menjadi tuntutan pembangunan

menuju kesejahteraan. Rendahnya mutu pendidikan selama ini sangat dipengaruhi

oleh beberapa komponen menurut Zamroni (2012:17) antara lain : kualitas guru,

tenaga tata usaha dan sarana prasarana pembelajaran seperti buku teks pelajaran,

media pembelajaran, sumber-sumber belajar, peralatan/penunjang, laboratorium

pembelajaran yang belum memadai.

Pemerintah dituntut untuk menciptakan dan mengoptimalkan sumber daya

manusia dalam berbagai bidang sesuai dengan kebutuhannya. Analisis penelitian ini

mendasarkan pada teori pemberdayaan SDM sesuai dengan kebutuhan untuk

meningkatkan kualitas pendidikan menuju terciptanya SDM yang unggul dan

kompetitif dimulai dari peningkatan kualitas kinerja tenaga pendidik yang profesional.

Menurut Rivai & Murni (2010:56) pemberdayaan (empowerment) mengandung

dua pengertian, yaitu: (1) to give power to (memberi kekuasaan, mengalihkan

kekuasaan, mendelegasikan otoritas pada pihak lain, (2) to give ability to (usaha
4

untuk memberi kemampuan). Makna tersebut mensyiratkan bahwa konsep

peningkatan kualitas pendidikan belum mengoptimalkan pada pemberdayaan kinerja

guru, yang memiliki peran dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Pengembangan mutu tenaga pendidik merupakan perwujudan capacity

building yang bernuansa pada pemberdayaan sumber daya manusia tenaga

pendidik melalui pengembangan berbagai kemampuan (kinerja) dan tanggung jawab

serta suasana sinergis antara pemerintah (masyarakat) dengan guru (Nurjanto,

2012:83). Upaya optimalisasi kinerja guru yang berkelanjutan merupakan faktor yang

penting dibanding faktor lainnya dalam peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini telah

disadari dan dilakukan oleh pemerintah melalui penugasan studi lanjut, berbagai

training dan penataran pada guru.

Kunci utama agar perencanaan dan program-program pengembangan

pendidikan di sekolah berjalan optimal berada di tangan para pendidik dan tenaga

kependidikan di sekolah. Dengan demikian jelaslah masalah peningkatan

profesionalisme ketenagaan sangatlah penting untuk diperhatikan. Berkaitan dengan

hal tersebut di atas secara rinci telah dituangkan dalam PP 19 Tahun 2005 pasal 28

dan pasal 29 mengenai kualifikasi akademik dan kompetensi yang harus dipenuhi

sebagai pendidik anak berkebutuhan khusus. Kompetensi yang harus dipenuhi

mencakup 4 kompetensi yaitu: a. Kompetensi pedagogik; b. Kompetensi kepribadian;

c. Kompetensi profesional; dan d. Kompetensi Sosial. Ketentuan yang lebih terperinci

lagi dijabarkan dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007 yaitu tentang Kualifikasi

Akademik dan Kompetensi Guru. Mengenai tugas guru dijelaskan dalam UU No 14

Tahun 2005 pasal 1 sebagai berikut : ”Guru adalah pendidik profesional dengan

tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik.”

Usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan mulai dilakukan oleh

pemerintah lewat beberapa usaha seperti program sertifikasi guru dan dosen yang

menuntut agar minimal guru berkualifikasi S1 dan D4, sedangkan dosen minimal
5

berkualifikasi S2 atau S3. Mereka juga harus mempunyai kompetensi dalam bidang

ilmiah, didaktik, komunikasi dengan siswa dan kepribadian. Beberapa pembenahan

gedung sekolah, pembaruan kurikulum yang lebih menekankan siswa dan

mahasiswa aktif belajar untuk mencapai standar minimal tertentu, standardisasi

pendidikan dan lain-lain dilakukan oleh pemerintah (Suparno, 2018: 2).

Melihat pentingnya sumber daya dalam konteks sistem pendidikan, maka

manajemen sumber daya manusia harus benar-benar dilakukan secara baik.

Pengembangan sumber daya manusia dalam sebuah organisasi termasuk sekolah,

bukanlah hanya sekedar pengadaan sumber daya manusia, melainkan tindakan

terpadu dan berbagai fungsi mulai dari perencanaan, penyusunan staf atau

rekrutmen, penilaian serta pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia.

Castetter mengemukakan fungsi-fungsi yang lebih spesifik dari manajemen sumber

daya manusia, meliputi: perencanaan sumber daya manusia, penerimaan personel

baru, penyaringan, orientasi dalam rangka membantu personel menyesuaikan diri

secara efektif terhadap tugas baru, penilaian, pengembangan dan kompensasi,

sehingga dengan upaya-upaya tersebut diharapkan dapat menciptakan suatu kondisi

pembelajaran yang produktif.

Dalam hal ini keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari beberapa faktor

pendukung. Faktor pendukung tersebut adalah pendidik, yang dididik, materi

pembelajaran, metode pembelajaran, tujuan dan faktor yang terakhir adalah faktor

lingkungan. Beberapa faktor tersebut merupakan penyukses pendidikan yang

terbungkus dalam sebuah lembaga pendidikan yang disebut dengan sekolah.

Sekolah merupakan wadah penyalur pendidikan kepada peserta didik oleh pendidik

yang dianggap mampu dalam menyalurkan segala pengetahuan.

Dari hasil pengamatan awal di Sekolah Dasar Negeri 14 Air Kumbang

diperoleh gambaran bahwa Sumber Daya Manusia pada Sekolah Dasar tersebut

belum optimal, dikarenakan SD Negeri 14 Air Kumbang kategori sekolah terpencil.

Masih ada beberapa kondisi di lapangan yang sebenarnya kurang memenuhi


6

standar akreditas, seperti pendidikan guru, guru dengan pendidikan jenjang S1

hanya ada 4 orang, , 1 Orang tamat SMU dan 2 orang tamat MA. Dan supervisi

kepala sekolah yang tidak dilakukan secara berkelanjutanya, sehingga setelah

selesai proses akreditasi budaya pendidikan dan tenaga kependidikan kembali pada

kebiasan yang kurang memperhatikan administrasi maupun Standar Operasional

Prosedur (SOP) dalam segala kegiatan pembelajaran, sehingga dibutuhkan supervisi

dari Kepala Sekolah yang lebih intensif dan juga masing – masing ruang kelas

memiliki tenaga pendidik yang berbeda kemampuan dan keterampilan dalam

mengajar, dan karakter yang berbeda.

Dengan melihat isu permasalahan seperti yang dikemukakan di atas, maka

dapat dirumuskan masalah pokok yang akan menjadi bagain fokus pembahasan

dalam penelitian ini adalah Manajemen Pengembangan Sumber Daya Pendidikan

dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 14 Air Kumbang.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka dapat disusun

identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Masih rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.

2. Masih rendahnya pelatihan yang diikuti oleh sumber daya pendidikn

3. Masih rendahnya pendidik dengan jenjang S1

4. Kurangnya kepala sekolah melakukan supervisi pendidikan dengan guru, ketika

guru sedang melakukan proses belajar mengajar.

C. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah penulis dalam menganalisis hasil penelitia, maka

penelitian ini dibatasi pada pengembangan sumber daya pendidikan dalam

meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 14 Air Kumbang


7

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan akan

dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana manajemen pengembangan sumber daya pendidikan dalam

meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 14 Air Kumbang. ?

2. Apa saja hambatan manajemen pengembangan sumber daya pendidikan dalam

meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 14 Air Kumbang. ?

3. Apa saja solusi manajemen pengembangan sumber daya pendidikan dalam

meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 14 Air Kumbang. ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Untuk mengetahui manajemen pengembangan sumber daya pendidikan dalam

meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 14 Air Kumbang.

2) Untuk mengetahui hambatan manajemen pengembangan sumber daya

pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 14

Air Kumbang.

3) Untuk mengetahui solusi manajemen pengembangan sumber daya pendidikan

dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 14 Air

Kumbang.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan menjadi khasanah keilmuan

khususnya menambah referensi dalam pengembangan keilmuan pengelolaan


8

sekolah secara mikro di lingkup sekolah, khususnya dalam manajemen

pengembangan sumber daya pendidikan di sekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi kepala sekolah dalam

melakukan pengelolaan tenaga kependidikan.

b. Bagi Tenaga Pendidik

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sebagai pembinaan dan

pengembangan keprofesionalan serta sebagai bimbingan agar mampu

menjalankan segenap tugas, fungsi dan tanggung jawabnya secara profesional,

selaras dengan tuntutan standar tenaga pendidikan yang dipersyaratkan.

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan menambah pustaka di perpustakaan guna

membantu penelitian selanjutnya.


9

II. LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka

1. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Pendidikan

a. Pengertian Manajemen

Manajemen berasal dari bahasa latin dari kata “ Manus” yang artinya “

tangan” dan “ agere’ yang bearti “ melakukan. Kata -kata ini digabung menjadi “

Managere” yang bermakna menangani sesuatu, mengatur, membuat sesuatu

menjadi seperti apa yang diinginkan dengan mendayagunakan seluruh sumber

daya yang ada (Kristiawan, Safitri dan Lestari, 2012:1)

Manajemen merupakan proses merencanakan, mengorganisasikan,

memimpin, dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan

sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah

ditetapkan (Suprhihanto, 2014:4). Setiap organisasi memerlukan manajemen.

Manajemen berfungsi untuk mengatur aktivitas seluruh elemen dalam suatu

lembaga. Oleh karena itu, dalam proses manajemen diperlukan perencanaan,

pengorganisasian, penganggaran, kepemimpinan, dan pengendalian.

Manajemen merupakan seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengawasan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan (Jawangga, 2019:1)

Choliq (2011:3) menjelaskan bahwa manajemen adalah proses

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha

para anggota dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya

agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Manajemen merupakan

suatu proses menyelesaikan aktivitas secara efisien dengan atau melalui orang

lain dan berkaitan dengan rutinitas tugas suatu organisasi (Danim & Suparno,

2019:3)

Menurut Ratminto & Winarsih (2012:1) mendefinisikan manajemen

sebagai suatu seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,


10

penyusunan dan pengawasan daripada sumber daya manusia untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,

kepemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses

penggunaan semua sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi

yang telah ditetapkan.(Safroni, 2012: 44)

Pengertian manajemen telah banyak dibahas para ahli yang bisa

dijelaskan bahwa manajemen merupakan proses perencanaan, perorganisasian,

pengarahan, dan pengawasan para anggota dan sumber daya lainnya untuk

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, apabila

dalam sistem dan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

penganggaran, dan pengawasan itu kurang baik, maka proses manajemen itu

secara keseluruhan juga kurang baik, maka proses manajemen itu keseluruhan

juga kurang baik. Dengan demikian, proses pencapaian tujuan organisasi juga

terganggu, bahkan mungkin dapat mengalami kegagalan.

b. Fungsi Manajemen

Hakekat manajemen secara sederhana pada dasarnya adalah proses

mengoptimalkan kontribusi manusia, material, anggaran untuk mencapai tujuan

organisasi. Dalam hal ini tentunya tujuan untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan maka kegiatan manajemen di perpustakaan secara garis besar dapat

dilaksanakan berdasarkan fungsi-fungsi manajemen pada umumnya. Terry

mengelompokkan fungsi manajemen dalam beberapa aspek seperti

planning,organizing,actuating,and controlling dengan akronim yang cukup

popular POAC.

Menurut Terry (2010: 9), fungsi manajemen dapat dibagi menjadi empat

bagian, yakni planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating

(pelaksanaan), dan controlling (pengawasan) :


11

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan suatu kegiatan untuk menetapkan visi, misi,

tujuan, strategi, kebijakan, program, prosedur, sistem, metode, anggaran dan

standar yang dibutuhkan perpustakaan sekolah. Perencanaan meliputi program

jangka pendek, menengah, dan panjang. Di samping itu, dalam penyusunan

rencana kerja hendaknya didahului dengan analisis kebutuhan perpustakaan

sekolah dan analisis faktor pendukung dan penghambat. Misalnya kebutuhan

staf perpustakaan, sumber dana, prioritas kebutuhan bahan pustaka. Semua

program kerja yang telah tersusun tersebut hendaknya disosialisasikan kepada

seluruh warga sekolah dan masyarakat melalui komite sekolah, dengan tujuan

untuk memperoleh tanggapan atau masukan. Dengan demikian, dimungkinkan

akan terjadi perbaikan (revisi) program kerja perpustakaan.

1. Pengorganisasian (organizing)

Kepala perpustakaan sekolah harus mengidentifikasi jenis pekerjaan, beban

kerja, dan kompetensi tenaga perpustakaan. Dengan demikian, kepala

perpustakaan bisa dengan mudah menetapkan tugas dan tanggung jawab

kepada staf perpustakaan, dan mengorganisir staf perpustakaan untuk

menjalankan tugas yang ditetapkannya.

2. Menggerakkan (Actuating)

Memimpin atau menggerakan seseorang adalah aktivitas yang menyangkut

pihak yang memimpin dan pihak yang dipimpin. Tanpa ada kerja sama yang baik

dan harmonis antara kedua belah pihak maka sulit untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkannya. Actuating berhubungan dengan aktivitas mempengaruhi

orang lain agar orang tersebut dengan suka rela mau melaksanakan tugas atau

usaha-usaha kea rah pencapaian tujuan (sasaran)

Tindakan-tindakan perencanaan dan pengorganisasian belum dapat

dikatakan berhasil sebelum kita melaksanakan semua aktivitas kegiatan.


12

Masalah-masalah yang sering dihadapi kepala perpustakaan berkaitan dengan

actuating adalah :

a. Bagaimana carannya mengusahakan agar setiap staf perpustakaan mampu

bekerja sama secara lebih efisien.

b. Bagaimana caranya para mengembangkan skill (keterampilan) staf

perpustakaan sekolah.

c. Bagaimana caranya memotivasi staf perpustakaan, maupun guru

pustakawan dapat bekerja secara efektif dan efisien.

3. Pengawasan (controlling)

Tugas utama kepala perpustakaan sekolah adalah mengendalikan semua

kegiatan agar pelaksanaanya dapat berjalan sesuai dengan rencana (program)

dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Apabila terjadi

penyimpangan, maka kepala perpustakaan harus melihat dan meneliti di mana

letak terjadinya penyimpangan, maka kepala perpustakaan harus melihat dan

meneliti di mana letak terjadinya penyimpangan itu dan bagaimana cara atau

tindakan yang harus dilakukan. Biasannya, pengawasan berhubungan dengan

persoalan-persoalan sebagai berikut :

a. Membandingkan kejadian-kejadian dengan rencana yang sebelumnya

dibuat;

b. Mengadakan koreksi yang perlu dilakukan apabila kejadian riil ternyata

menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan.

Mentari (2019:13) menjelaskan manajemen memiliki beberapa fungsi,

sebagai berikut :

1) Perencanaan

Perencanaan sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan suatu

proses pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan yang akan dilaksanakan

pada masa yang akan datang dan harus ada sebelum kegiatan berlangsung.
13

2) Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan proses membagi kerja ke dalam tugas - tugas

kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang sesuai dengan

kemampuannya dan mengalokasikan sumber daya serta mengkordinasikannya

dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan organisasi.

3) Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah

rencana yang sudah disusun secara matang dan teperinci. Pelaksanaan ini

dilakukan apabila perencanaan sudah dianggap siap.

4) Pengendalian

Pengendalian diartikan sebagai usaha menentukan apa yang sedang

dilaksanakan dengan cara menilai hasil atau prestasi dan kalau terdapat

penyimpangan dari standar yang ditentukan maka segera akan diadakan usaha

perbaikan, sehingga hasil atau prestasi yang dicapai sesuai dengan rencana.

c. Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Pendidikan

Prinsip dan teori pengembangan sumber daya manusia sebagaimana

manajemen secara umum yang ada dalam dunia perusahaan, pada saat ini juga

telah diterapkan dalam dunia pendidikan. Berkaitan dengan itu, maka di lembaga

pendidikan dikenal istilah manajemen sumber daya manusia pendidikan atau

pengembangan pengelolaan tenaga kependidikan.

Menurut UU RI No 14 Tahun 2005 menjelaskan bahwa tenaga kependidikan

adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk

menunjang penyelenggaraan pendidikan. Tenaga kependidikan bertugas

melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan

pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.

Sumber daya manusia merupakan sumber daya yang memiliki kedudukan

istimewa dibandingkan dengan sumber-sumber yang lain. Sumber daya manusia

mampu bertahan karena memiliki kompetensi manajerial, yaitu kemampuan


14

untuk merumuskan visi dan strategi serta kemampuan untuk memperoleh dan

menggerakkan sumber daya – sumber daya lain dalam rangka mewujudkan visi

dan menerapkan strategi perubahan. Dengan demikian unsur sumber daya

manusia merupakan satu-satunya unsur dalam organisasi yang memiliki

dinamika untuk berkembang ketika memperoleh ilmu dan pengembangan dari

lingkungannya.

Menurut Samsudin (2010:1) SDM atau sumber daya manusia adalah orang-

orang yang merancang dan menghasilkan barang atau jasa, mengawasi mutu,

memasarkan produk, mengalokasikan sumber daya finansial, serta merumuskan

seluruh strategi dan tujuan organisasi. Sehingga dapat diartikan bahwa, SDM

adalah aset yang dimiliki bank untuk melakukan segala aktivitas operasional

bank. Dalam tugasnya, SDM diarahkan oleh sebuah manajemen yakni

Manajemen Sumber Daya Manusia.

Istilah Sumber Daya Manusia yang seringkali disingkat dengan “SDM” dalam

istilah Bahasa Inggris human resource. Kata human di Indonesiakan, berarti

manusia (untuk kata benda) atau manusiawi (untuk kata sifat). Menurut Ruky

(2014:4) mengatakan bahwa “sumber daya” yang berarti sumber dari

daya/kekuatan, jadi sumber daya manusia diartikan sebagai sumber dari

kekuatan yang berasal dari manusia-manusia yang dapat didayagunakan oleh

organisasi. Sumber daya manusia adalah orang-orang yang merancang dan

menghasilkan barang atau jasa, mengawasi mutu, memasarkan produk,

mengalokasikan sumber daya finansila, serta merumuskan seluruh strategi dan

tujuan organisasi (Usman,2013:6).

Mulyasa (2017:42) menjelaskan bahwa pengembangan sumber daya

manusia dalam pendidikan (pengelolaan tenaga kependidikan) adalah

serangkaian aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan tenaga

kependidikan (guru dan personel pendidikan lainnya), yaitu mencakup: 1)

Perencanaan pegawai; 2) Pengadaan pegawai); 3) Pembinaan dan


15

pengembangan pegawai; 4) Promosi dan mutasi, 5) Pemberhentian pegawai; 6)

Kompensasi; dan 7) Penilaian pegawai. Semua harus dilakukan secara

profesional agar tercapai tujuan yang diharapkan, yakni tersedianya tenaga

kependidikan yang diperlukan dengan kualifikasi dan kemampuan yang sesuai

sehingga memiliki kinerja (performance) yang tinggi.

d. Tujuan dan Target Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam

Pendidikan

Secara umum terdapat tiga tujuan utama dalam pengembangan sumber

daya manusia, yaitu :

1. To attract potentially qualified job applicants;

2. To retain desirable employees, and

3. To motivate employees

(Schuler, 2010:9)

Maka tujuan pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia dalam

bidang pendidikan adalah:

1) Untuk menarik pelamar yang memiliki kualifikasi sebagai tenaga

kependidikan;

2) Untuk memperoleh tenaga kependidikan yang diharapkan; dan

3) Untuk memotivasi tenaga kependidikan.

Menurut Rivai (2015:13) Adapun target yang ingin diraih dalam

pengembangan sumber daya manusia dalam pendidikan adalah :

a.Produktivitas (Productivity)

Tanpa diragukan lagi bahwa produktivitas merupakan tujuan yang penting

dari organisasi. Melalui pengembangan sumber daya manusia, sebuah lembaga

atau organisasi dapat memperbaiki produktivitas, baik lembaga atau

karyawannya, seperti meningkatnya kinerja karyawan, mengurangi kemangkiran,

dan mengurangi mutasi, pindah atau pelarian kerja


16

b. Perlindungan Hukum

Dalam memaknai karyawan, sebuah organisasi harus memenuhinya dengan

beberapa undang-undang, aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, dan keputusan

yang adil. Perlindungan hukum ini diperlukan agar dapat mengurangi biaya

kesehatan, mengurangi hilangnya berbagai kontrak, dan mempertinggi

kepercayaan masyarakat dan reputasi umum

c.Kualitas kehidupan kerja (Quality of work life)

Kualitas suatu lembaga atau organisasi akan berpengaruh terhadap kinerja

pegawai. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas kerja, maka perlu

dilakukan hal-hal seperti: meningkatkan keterlibatan karyawan, meningkatkan

kepuasan (satisfaction) kerja karyawan, mengurangi stress, dan mengurangi

kecelakaan dan karyawan yang sakit.

e. Metode Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Pendidikan

Pelaksanaan Pengembangan (training and education) harus didasarkan pada

metode- metode yang telah ditetapkan dalam program pengembangan. Program

pengembangan ditetapkan oleh penanggung jawab pengembangan, yaitu manajer

personalia dan atau suatu yim. Dalam program pengembangan ditetapkan sasaran,

proses, waktu dan metode pelaksanaannya. supaya lebih baik program ini

hendaknya disusun oleh manajer personalia atau suatu tim serta mendapat saran,

ide maupun kritik yang bersifat konstruktif. Beberapa metode pengembangan

sumber daya manusia antara lain:

a. Metode latihan (training)

Metode latihan harus berdasarkan kepada kebutuhan pekerjaan tergantung pada

berbagai faktor, yaitu waktu, biaya, jumlah peserta, tingkat pendidikan dasar peserta,

latar belakang peserta dan lain- lain. Pengembangan pegawai harus dimulai dengan

analisis kebutuhan organisasi dan para individu pegawai tersebut. Walaupun bukti

yang ada menunjukkan bahwa analisa kebutuhan pengembangan individu ini sampai

saat ini seringkali kurang mendapatkan perhatian dari organisasi. Oleh karena itu
17

beberapa organisasi telah menggunakan beberapa metode inovatif untuk

pengembangan pegawai dalam rangka memberikan gambaran tentang kecocokan

antara tuntutan pekerjaan dengan kualifikasi kemampuan dan profesionalisme.

Suatu lembaga dimana ditempatkan pegawai baru untuk suatu jabatan tertentu, atau

dimana pegawai lama ditugaskan memangku jabatan baru, bila diharapkan pegawai

tersebut sukses mengerjakan tugas- tugasnya, perlulah pegawai tersebut dididik

atau dilatih terlebih dahulu (Manulang, 2011:65).

Pelatihan harus dikaitkan pada peningkatan kinerja organisasi. Hal ini terjadi

secara paling efektif ketika pendekatan konsultasi kinerja digunakan. Konsultasi

kinerja (performance consulting) adalah proses dimana seorang pelatih( internal dan

eksternal terhadap organisasi) dan pelanggan. Pelaksanaan pelatihan (Training)

harus di dasarkan kepada metode- metode yang telah ditetapkan dalam program

pengembangan oleh lembaga. Program pengembangan ditetapkan oleh penanggung

jawab pengembangan, yaitu manajer personalia dan atau suatu tim. Dalam program

pengembangan telah ditetapkan sasaran, proses, waktu dan metode

pelaksanaannya. Supaya lebih baik program ini hendaknya disusun oleh manajer

personalia dan atau suatu tim serta mendapat sasaran, ide maupun kritik yang

bersifat konstruktif. Metode- metode pengembangan harus didasarkan pada sasaran

yang ingi dicapai.

b. Metode pendidikan( education)

Metode pendidikan dalam arti sempit yaitu untuk meningkatkan keahlian dan

kecakapan manajer memimpin parabawahannya secara efektif. Seorang manajer

yang efektif pada jabatannya akan mendapatkan hasil yang optimal. Pendidikan

adalah sebagai keseluruhan proses, teknik dan metode belajar mengajar dalam

mengalihkan suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan sebelumnya.Kesimpulannya ialah setiap metode

pengembangan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan pengetahuan

seseorang, terutama yang menyangkut penguasaan teori untuk memutuskan


18

persoalanpersoalan berkaitan dengan kegiatan pencapaian tujuan organisasi.

Dengan pengembangan jega dapat meningkatkan keahlian, keterampilan,

kecakapan dan kualitas agar sumber daya manusia yang dimiliki dapat

menyelesaikan pekerjaannya lebih efektif dan mencapai prestasi kerja optimal

(Siagian, 2012:79).

f. Program Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Pendidikan

Pengembangan sumber daya manusia yang diterapkan dalam lembaga

pendidikan mengacu pada teori pengembangan orang dewasa, yaitu lebih mengarah

pada peningkatan kualitas, penyempurnaan atau pemaksimalan fungsi, dan bukan

penambahan jumlah berat secara fisik. Mengingat peranan strategis pendidik dalam

setiap upaya peningkatan mutu relevansi dan efisiensi pendidikan, maka

pengembangan profesional guru merupakan kebutuhan. Untuk meningkatkan mutu

suatu profesi, khususnya profesi keguruan, dapat dilakukan dengan berbagai cara

misalnya dengan melakukan penataran, lokakarya, pendidikan lanjutan, pendidikan

dalam jabatan, studi banding dan berbagai kegiatan akademik lainnya.

Menurut Sagala (2010:223) menjelaskan baahwa pembinaan dan

pengembangan profesi pendidik yang dapat dilakukan adalah menyempurnakan

pengembangan sistem yang terus menerus, maka program yang harus dilalui adalah

pengembangan profesional berbagai tenaga kependidikan dan pendidik diperlukan

program yaitu:

1. Program Pre Service

Tenaga pendidikan disiapkan melalui pre service teacher education sebagai

lembaga pendidikan tenaga kependidikan( LPTK) dengan strategi pelaksanaan dan

pengembangan yang ditangani oleh perguruan tinggi yang menghasilkan tenaga

kependidikan dan pendidik kemampuan lembaga pendidikan tenaga kependidikan

(LPTK) menangani program dan melakukan inovasi dengan menanamkan

pemahaman yang mendalam tentang kurikulum pada calon pendidik dengan


19

melakukan evaluasi pada tiap periode yang telah ditentukan untuk menjamin

kesinambungan pengembangan staf.

2. Program In Service Education

Upaya peningkatan profesi guru/ pendidik di Indonesia sekurangkurangnya

menghadapi dan memperhitungkan empat faktor yaitu, ketersediaan pendidik, mutu

calon pendidik, pendidikan prajabatan dan peranan organisasi profesi. Dalam rangka

meningkatkan mutu, baik mutu profesional maupun mutu layanan, pendidik harus

pula meningkatkan sikap profesionalnya. Pengembangan sikap profesional ini dapat

dilakukan baik selagi dalam pendidikan prajabatan maupun setelah bertugas (dalam

jabatan).

Ada sejumlah cara dan tempat untuk mengembangkan profesi pendidikan, yaitu:

1) dengan belajar sendiri dirumah

2) belajar diperpustakaan khusus untuk pendidik;

3) dengan cara membentuk persatuan pendidik sebidang studi atau yang

berspesialisasi sama dan melakukan tukar menukar pikiran atau diskusi dalam

kelompoknya masing-masing;

4) mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah dimanapun pertemuan itu diadakan

selama masih dapat dijangkau oleh pendidik;

5) belajar secara formal dilembaga-lembaga pendidikan;

6) mengikuti pertemuan organisasi profesi pendidikan;

7) ikut mengambil bagian dalam kompetisi-kompetisi ilmiah.

Pengembangan pendidik sebagai salah satu sumber daya pendidikan

disekolah, merupakan keharusan mutlak agar tercapai tujuan yang diharapkan.

pendidik yang sudah berpengaaman juga harus selalu meningkatkan pengetahuan,

keterampilan dan sikap untuk meningkatkan kinerjanya, untuk itu sekolah sekolah

dan yayasan harus mempunyai perencanaan untuk mengembangkan kemampuan

profesionalisme pendidik sehingga mutu pembelajaran dapat ditingkatkan.


20

Pengembangan pendidik dapat dilakukan dengan cara on the job training dan of the

job training serta seminar, workshop, diskusi panel, rapat, simposium, konferensi dan

sebagainya. Lebih khusus upaya untuk meningkatkan kinerja pendidik dalam

pembelajaran dapat dilakukan melalui berbagai pelatihan seperti, pelatihan model

pembelajaran, pelatihan pembuatan alat peraga, pelatihan pengembangan silabus,

dan pelatihan pembuatan materi standar (Mulyasa, 2017:43)

g. Kategorisasi Sumber Daya Manusia dalam Pendidikan

Menurut Mulyasa (2017:64) sumber daya pendidikan dapat dikategorisasika

menjadi empat kelompok, yaitu.

a) Kepala Sekolah

Secara etimologi, kepala sekolah merupakan padanan dari school principal

yang bertugas menjalankan principalship atau kekepalasekolahan. Istilah

kekepalasekolahan, artinya segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas pokok

dan fungsi sebagai kepala sekolah. Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu “

kepala” dan “ sekolah”. kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin

organisasi atau lembaga. Sementara “ sekolah” bearti lembaga tempat menerima

dan memberi pelajaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan

pemimpin sekolah atau lembaga tempat menerima dan memberi pelajaran (Basri,

2014:40)

Kepala Sekolah adalah merupakan jabatan karir yang diperoleh seseorang

setelah sekian lama menjabat sebagai guru. Seseorang diangkat dan dipercaya

menduduki jabatan kepala sekolah harus memenuhi kriteria - kriteria yang

disyaratkan untuk jabatan dimaksud (Wahyudi, 2015:63)

Kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru

yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses

belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi

pelajaran dan murid yang menerima pelajaran (Wahjosumidjo, 2013:80)


21

Menurut Permadi dan Arifin (2018:55) Kepala sekolah merupakan jabatan

tambahan dari jabatan guru . hal ini berdasarkan S.K Mempan No. 0296 tahun

1996 yang menyatakan kepala sekolah adalam pemimpin resmi di sekolah,

karena ada legitimasi dari pihak yang berkuasa dan berwenang baik dari

pemerintah atau yayasan

Sobirin (2018:94) menjelaskan bahwa kepala sekolah merupakan orang

yang bertanggung jawab dalam berbagai bidang garapan, yaitu bidang akademik,

bidang kepegawaian, bidang kesiswaan, bidang sarana dan prasarana, bidang

keuangan, dan bidang hubungan kemsyarakatan.

Kepala Sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat

untuk menduduki jabatan struktural (Kepala Sekolah) di sekolah. (Aedi, 2016: 35)

Adapun pengertian Kepala Sekolah sesuai dengan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional No.28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala

Sekolah/Madrasah, Pasal 1 ayat 1 yaitu : Kepala Sekolah/Madrasah adalah guru

yang diberi tugas tambahan untuk memimpin taman kanak-kanak/raudhotul athfal

(TK/RA), taman kanak-kanak luar biasa (TKLB), sekolah/madrasah ibtidaiyah

(SD/MI), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah pertama/madrasah

tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), sekolah

menengah atas/madrasah Aliyah (SMA/MA), sekolah menengah

kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK), sekolah menengah atas luar

biasa (SMALB) yang bukan sekolah bertaraf internasioanal (SBI) atau yang tidak

dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional (SBI). Pasal 12 ayat 1

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar

menyatakan bahwa kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan

kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikans

lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.


22

Dari beberapa definisi di atas, disimpulkan bahwa Kepala Sekolah adalah

guru yang di beri tugas karena mempunyai kualifikasi dan kompetensi untuk

memimpin lembaga pendidikan.

b) Pendidik (Guru)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sebagaimana dijelaskan Mujtahid

dalam bukunya yang berjudul “Pengembangan Profesi Guru”, definisi guru adalah

orang yang pekerjaan, mata pencaharian, atau profesinya mengajar (Mujtahid,

2011:33)

Guru berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya berat, besar, penting,

baik sekali, terhormat, dan pengajar. Sementara dalam bahasa Inggris dijumpai

beberapa kata yang berarti guru, misalnya teacher yang berarti guru atau

pengajar, educator yang berarti pendidik atau ahli mendidik, dan tutor yang berarti

guru pribadi, guru yang mengajar di rumah, atau guru yang memberi les (Minarti,

2013:107)

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan

ilmu pengetahuan kepada anak didik. Kemudian guru dalam pandangan

masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat

tertentu, tidak harus di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di

surau atau mushola, di rumah dan sebagainya (Djamarah, 2010:31)

Sementara Supardi (2014:8) dalam bukunya yang berjudul “Kinerja Guru”

menjelaskan pengertian guru menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa guru adalah pendidik profesional

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah jalur pendidikan.


23

Hanafiah dan Suhana (2012:106) menjelaskan bahwa guru dalam

melaksanakan perannya yaitu sebagai pendidik, pengajar , pemimpin,

administrator, harus mampu melayani peserta didik yang dilandasi dengan

kesadaran, keyakinan, kedisiplinan, dan tanggung jawab secara optimal sehingga

memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan siswa siswa optimal, baik

fisik maupun psikis.

Sanjaya (2010:281) menjelaskan bahwa guru memiliki banyak peran antara

lain 1) guru sebagai sumber belajar, 2) guru sebagai fasilitator, 3) guru sebagai

pengelola, 4) guru sebagai demonstrator, 4) guru sebagai pembimbing, 5) guru

sebagai motivator, 6) guru sebagai evaluator.

Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa guru adalah seseorang yang telah memperoleh surat keputusan (SK) baik

dari pihak swasta atau pemerintah untuk menggeluti profesi yang memerlukan

keahlian khusus dalam tugas utamanya untuk mengajar dan mendidik siswa pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

menengah, yang tujuan utamanya untuk mencerdaskan bangsa dalam semua

aspek.

Jadi berdasarkan penjelasan di atas maka bisa disimpulkan bahwa disiplin

guru merupakan bentuk ketaatan atau kepatuhan seorang guru terhadap peraturan

untuk mendorong agar para guru di sekolah dapat memenuhi berbagai ketentuan

dan peraturan yang berlaku dalam sekolah.

c) Peserta Didik

Peserta didik merupakan subjek utama dalam pendidikan. Para pendidik selalu

berhubungan dengan peserta didik, tetapi setelah tugas pendidik selesai, anak

didik dituntut mengamalkan ilmu dalam kehidupan bermasyarakat. Tugas utama

peserta didik adalah belajar serta menuntut ilmu. Peserta didik dituntut hidup

mandiri, mampu menyelesaikan tugas-tugas pendidikan sesuai dengan

kemampuan yang dimilikinya (Basri, 2019:89).


24

d)Tata Usaha

Tata usaha sekolah adalah tenaga kependidikan yang bertugas dalam

bidang administrasi sekolah. Selain itu, kegiatan pengelolaan berbagai catatan dan

informasi tertulis itu juga disebut dengan tata usaha sebagai bagian dari proses

Manajemen Operatif yang harus dikendalikan juga dengan langkah-langkah

Manajemen Administratif. Kegiatan tata usaha sekolah sering ditujukan untuk

memperlancar proses penyelenggaraan seluruh kegiatan sekolah, diwujudkan

berupa pemberian pelayanan kepada siswa, guru/pegawai non guru, Kepala

Sekolah dan staf serta semua pihak yang berhubungan dengan sekolah dalam

membuat dan apabila memerlukan data dan informasi tertulis.

2. Mutu Pendidikan

a. Pengertian Mutu Pendidikan

Mutu adalah sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga diri.

Bagi setiap institusi, mutu adalah agenda utama dan meningkatkan mutu adalah

tugas yang paling penting. Meskipun demikian, ada sebagian orang yang

menganggap mutu sebagai sebuah konsep yang penuh dengan teka-teki. Mutu

dianggap sebagai suatu hal yang membingungkan dan sulit di ukur. Mutu dalam

pandangan orang terkadang bertentangan dengan mutu dalam pandangan orang

lain, jadi tidak anek jika ada dua pakar yang tidak memiliki kesimpulan yang sama

tentang bagaimana menciptakan institusi yang baik (Sallis, 2015:23).

Fasli (2011: 43) berpendapat pendidikan merupakan salah satu fungsi yang

harus dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh keluarga dan masyarakat

secara terpadu dengan berbagai institusi yang memang diadakan dengan sengaja

untuk mengemban fungsi pendidikan. Keberhasilan pendidikan bukan saja dapat

diketahui dari mutu individu suatu negara, melainkan juga sangat terkait erat

dengan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Selanjutnya Djohar (2013:55) berpendapat istilah mutu pendidikan

merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari tujuan pendidikan itu sendiri.
25

Sehingga kualitas yang dihasilkan dari suatu lembaga akan diukur dari output yang

dimiliki oleh suatu lembaga. Telaah reflektif atas pengalaman sejarah menunjukkan

bahwa orientasi pendidikan telah mengalami perubahan mendasar dari masa

kemasa. Sehingga mutu pendidikan itu sendiri mengalami delimatis dan tidak

sesuai dengan arah karakter yang diharapkan.

Mutu pendidikan ditentukan oleh tingkat keberhasilan keseluruhan faktor

yang terlibat untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagaimana dikutif

Darmaningtyas (2014:63-64) faktor-faktor dari dalam (internal) berpengaruh kuat

terhadap pencapaian mutu pendidikan seperti : (1) guru yang berkualitas; (2) karier

guru yang cukup terbuka; (3) kesejahteraan guru yang merefleksikan kondisi kerja

secara professional; (4) manajemen pendidikan yang dijamin oleh perundang-

undangan; (5) penguasaan terhadap metodologi mengajar; (6) peserta didik yang

sehat, bergizi, dan siap belajar; dan (7) sarana, prasarana, dan fasilitas yang

lengkap.

Mutu pendidikan tidak hanya berada pada unsur masukan (input), tetapi juga

proses, kinerja Sumber Daya Manusia yang mengelola, kreatifitas dan produktifitas

meraka, terutama unsure keluaran atau lulusan (output) agar dapat memuaskan

dan memenuhi harapan serta kebutuhan masyarakat sebagai pelanggan

pendidikan. Dengan menggunakan konsep sistem maka input, proses, dan output

yang ada dalam pendidikan memiliki hubungan yang saling mempengaruhi untuk

dapat mencapai kepuasan dan memenuhi kebutuhan masyarakat (Yusuf, 2018:

21)

Mutu Pendidikan merupakan pendidikan yang bermanfaat dan dapat

memenuhi kebutuhan masyarakat dan lingkungannya dalam hubungan dengan

kelompok (seperti interaksi sesama anggota masyarakat) perkembangan budaya

serta mempersiapkan masyarakat untuk menerima perubahan dan perkembangan

teknologi (Zazin,2011:125). Menurut Zahroh (2014:27) menjelaskan bahwa mutu

pendidikan merupakan hasil keluaran diproses secara maksimal oleh lembaga


26

pendidikan. Mutu dalam pendidikan memang dititiktekankan pada siswa dan

proses yang ada di dalamnya.

Rohiat (2018:19) menjelaskan bahwa mutu pendidikan merupakan salah

satu indikator untuk melihat produktivitas dan erat hubungannya dengan masalah

pengelolaan atau manajemen pada lembaga atau sekolah.

Mutu pendidikan di definisikan sebagai tingkat kecerdasan kehidupan

bangsa yang dapat diraih dari penerapan sistem pendidikan nasional (Barnawi dan

Arifin, 2017:27). Mutu pendidikan merupakan peningkatan kemandirian,

fleksibilitas, partisipasi, keterbukaan, kerjasama, akuntabilitas, sustainabilitas, dan

inisiatif madrasah dalam mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumber

daya yang tersedia (Mutohar, 2013:133).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mutu

pendidikan adalah kualitas atau ukuran baik atau buruk proses pengubahan sikap

dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan

manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui upaya bimbingan

pengajaran dan pelatihan.

b. Standar dan Indikator Mutu Pendidikan

Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 dinyatakan bahwa pendidikan di

Indonesia menggunakan delapan standar yang menjadi acuan dalam

membangun dan meningkatkan kualitas pendidikan. Standar Nasional

Pendidikan merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh

wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia, ada delapan standar yang

menjadi kriteria minimal tersebut yaitu:

1. Standar kompetensi lulusan adalah kualiikasi kemampuan lulusan yang

mencangkup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

2. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang

dituangkan tentang kriteria tentang tamatan, kompetensi bahan kajian.


27

3. kompetensi mata pelajaran, silabus pembelajaran yang harus dipenuhi

peserta didik pada jenjang d an jenis pendidikan tertentu.

4. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang bekaitan dengan

pelaksnaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai

satandar kompetensi lulusan.

5. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan pra

jabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.

6. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang

berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruan belajar, tempat berolaraga,

tempat beibadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat

bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang

diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termaksut penggunaan

teknologi informasi dan komunikasi.

7. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan

dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendididkan

pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar

tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.

8. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan

besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.

9. Standar penilaian pendididkan adalah standar nasional pendidikan yang

berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen hasil belajar peserta

didik.

c. Karakteristik Mutu Pendidikan

Pada dasarnya perjalanan mutu pendidikan menggambarkan atau

mengembangkan, antara lain pertama, menciptakan konsistensi tujuan.

Menciptakan konsistensi tujuan untuk memperbaiki layanan dan siswa,

dimaksudkan menjadi sekolah yang kompetitif dan berkelas dunia.


28

Hal ini juga dipertegas oleh Usman (2016:411) bahwa mutu pendidikan

memiliki 13 karakteristik yaitu:

1) Kinerja (performa) yakni berkaitan dengan aspek fungsional sekolah

meliputi : kinerja guru dalam mengajar baik dalam memberikan penjelasan

meyakinkan, sehat dan rajin mengajar, dan menyiapkan bahan pelajaran

lengkap, pelayanan administratif dan edukatif sekolah baik dengan kinerja

yang baik setelah menjadi sekolah vaforit

2) Waktu wajar (timelines) yakni sesuai dengan waktu yang wajar meliputi

memulai dan mengakhiri pelajaran tepat waktu, waktu ulangan tepat.

3) Handal (reliability) yakni usia pelayanan bertahan lama. Meliputi pelayanan

prima yang diberikan sekolah bertahan lama dari tahun ke tahun, mutu

sekolah tetap bertahan dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

4) Data tahan (durability) yakni tahan banting, misalnya meskipun krisis

moneter, sekolah masih tetap bertahan

5) Indah (aesteties) misalnya eksterior dan interior sekolah ditata menarik, guru

membuat media-media pendidikan yang menarik

6) Hubungan manusiawi (personal interface) yakni menunjung tinggi nilai-nilai

moral dan profesionalisme. Misalnya warga sekolah saling menghormati,

demokrasi, dan menghargai profesionalisme.

7) Mudah penggunaanya (easy of use) yakni sarana dan prasarana dipakai.

Misalnya aturan-aturan sekolah mudah diterapkan, buku-buku perpustakaan

mudah dipinjam di kembalikan tepat waktu.

8) Bentuk khusus (feature) yakni keuggulan tertentu misalnya sekolah unggul

dalam hal penguasaan teknologi informasi (komputerisasi).

9) Standar tertentu (comformence to specification) yakniu memenuhi standar

tertentu. Misalnya sekolah tetlah memenuhi standar pelayanan minimal.


29

10) Konsistensi (concistency) yakni keajengan, konstan dan stabil, misalnya

mutu sekolah tidak menurun dari dulu hingga sekarang, warga sekolah

konsisten dengan perkataanya.

11) Seragam (uniformity) yakni tanpa variasi, tidak tercampur. Misalnya sekolah

melaksanakan aturan, tidak pandang bulu, seragam dal berpakaian.

12) Mampu melayani (serviceability) yakni mampu memberikan pelayanan

prima. Misalnya sekolah menyediakan kotak saran dan saran-saran yang

masuk mampu dipenuhi dengan baik sehingga pelanggan merasa puas.

13) Ketepatan (acuracy) yakni ketepatan dalam pelayanan misalnya sekolah

mampu memberikan pelayanan sesuai dengan yang diinginkan pelanggan

sekolah.

Umiarso dan Gojali (2010: 130-131) menyatakan bahwa dimensi mutu untuk

menganalisa karakteristik kualitas produk adalah:

1. Performance atau kinerja, yaitu karakteristik utama yang menjadi

pertimbangan pelanggan untuk membeli suatu produk.

2. Features, aspek kedua dari kinerja yang menambah fungsi dasar yang

menyangkut pada pilihan dan pengembangannya yaitu keistimewaan

tambahan, pelengkap atau tambahan.

3. Reliability atau keandalan, yang berkaitan dengan kemungkinan suatu

produk yang berfungsi secara hasil dalam periode waktu tertentu di bawah

kondisi tertentu. Keandalan merupakan karakteristik yang merefleksikan

kemungkinan tingkat keberhasilan dalam penggunaan suatu produk.

4. Conformance, yaitu berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap

spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan

pelanggan.

5. Durability, daya tahan produk sehingga dapat terus digunakan.


30

6. Service ability, adalah merupakan karakteristik yang berkaitan dengan

kecepatan, kesopanan, kompetensi, kemudahan, serta penanganan keluhan

yang memuaskan.

7. Aesthetic, nilai keindahan yang subyektif sehingga berkaitan dengan

pertimbangan pribadi atau pilihan individual.

8. Perceived quality, berkaitan dengan reputasi atau kualitas yang

dipersepsikan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mutu dapat diraih dengan

kerja keras dari semua pihak yang ada di lingkungan kerja. Dari pemimpinnya

sendiri yang harus mampu membuat sistem dengan gaya kepemimpinannya,

sistem kerja yang ada, sehingga mampu membuat staf dan orang-orang yang

terlibat didalamnya mampu bekerja dengan baik sehingga mampu menghasilkan

produk yang sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat atau pelanggan.

Mutu adalah hasil kerja sama dari semua pihak yang ada di dalam sebuah

lembaga atau organisasi. Menurut konteks siswa, maka kualitas sekolah

ditentukan oleh upaya untuk mewujudkan kemampuan-kemampuan refleksi diri

dan inisiatif diri dari mereka. Sekolah mampu mendorong siswa dalam belajar,

menguasai kompetensi akademik, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan

mereka menjadi independen dan percaya diri dalam masyarakat. Pendidikan

yang berkualitas akan memberdayakan siswa untuk bertindak otonom dan

berbuat terbaik sesuai dengan yang mereka inginkan. Dalam konteks

pendidikan, pengertian mutu dalam hal ini berpedoman pada konteks hasil

pendidikan yang mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap

kurun waktu tertentu.

B. Studi Pendahuluan Yang Relevan


31

Pada penelitian yang relevan, peneliti mengambil beberapa penelitian yang

terkait dengan “ Manajemen Pengembangan Sumber Daya Pendidikan dalam

Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 14 Air Kumbang”.

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Salahudin dan Akos (2017:11) yang

berjudul “ Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Sumber Daya Manusia dan Sarana

Prasarana di MTSN Banjar Selatan 2 Kota Banjarmasin”. adapun hasil penelitian ini

membahas Berdasarkan hasil penelitian mulai dari proses analisis terhadap data

yang berhasil dikumpulkan dan selanjutnya dilakukan proses pengolahan data dan

telah dilakukan interpretasi terhadap hasil-hasil proses tersebut, maka dapat ditarik

suatu kesimpulan sebagai berikut SDM/Tenaga Pendidik memiliki pengaruh terhadap

mutu pendidikan di MTsN Banjar Selatan 2 Kota Banjarmasin, karena berdasarkan

hasil uji t diketahui bahwa t hitung> t Tabel artinya berdasarkan hipotesis

menunjukan SDM/Tenaga Pendidik mempengaruhi mutu pendidikan dan dapat

diterima dan sarana prasarana memiliki pengaruh terhadap mutu pendidikan di

MTsN Banjar Selatan 2 Kota Banjarmasin, karenadapat dilihat dengan berdasarkan

hasil uji t diketahui bahwa t hitung> t Tabel artinya berdasarkan hipotesis

menunjukan sarana prasarana mempengaruhi mutu pendidikan dan dapat diterima.

Persamaan penelitian ini dengan studi pendahuluan yaitu sama-sama

mengkaji manajemen pengembangan sumber daya manusia, sedangkan

perbedaan terletak di metode penelitian yang digunakan, untuk penelitian

terdahulu metode penelitiannya menggunakan pendekatan kuantitatif sedangkan

untuk penelitian sekarang metode penelitiannya menggunakan pendekatan

kualitatif.

Penelitian terdahulu selanjutnya dilakukan oleh Fadhli (2017:238) yang

berjudul” Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan”. Adapun hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia harus

mendapatkan penyelesaian dengan segera. Untuk dapat menigkatkan mutu

pendidikan maka diperlukan usaha yang serius dan nyata dari semua pihak mulai
32

dari pemerintah baik pusat maupun daerah, kepala sekolah, guru, siswa, orang

tua, masyarakat serta dunia usaha dan industri. Kehadiran manajemen dalam

upaya peningkatan mutu pendidikan tidak lagi terbantahkan. Manajemen

merupakan bagian penting dalam kegiatan-kegiatan untuk peningkatan dan

relevansi mutu pendidikan. Atas dasar itu diharapkan seluruh stakeholeder dalam

dunia pendidikan dapat memahami peranannya bahkan dapat

mengimplementasikannya.

Persamaan penelitian ini dengan studi pendahuluan yaitu sama-sama

mengkaji mengenai mutu pendidikan, sedangkan perbedaan terletak di fokus

penelitian yang digunakan, untuk penelitian terdahulu hanya mengkaji satu fokus

objek penelitian yaitu mutu pendidikan sedangkan untuk penelitian sekarang lebih

terfokus kepada pengembangan sumber daya pendidikan terhadap peningkatakn

mutu pendidikan.

Sedangkan penelitian Thoha (2017:180) yang berjudul “ Manajemen

Peningkatan Mutu Ketenagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM) di MAdrasah

Aliyah Negeri Pemekasan”. hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

Manajemen tenaga kependidikan/pegawai merupakan salah satu bentuk

pengelolaan orang/tenaga kependidikan baik guru maupun non guru yang bekerja

di suatu sekolah/madrasah seecara efektif untuk menghasilkan proses pendidikan

yang baik. MAN Pamekasan melaksanakan perencanaan pengadaan pegawai dan

perekrutan pegawai. Cara perekrutan tenaga kependidikan tidak dilakukan dengan

meletakkan pengumuman namun dengan melihat surat lamaran yang telah

diajukan oleh para pelamar dan disimpan di bagian tata usaha. Setelah itu mencari

kualifikasi akademik yang sesuai. Misalkan membutuhkan tenaga pengajar fikih

maka dicari surat pelamar yang lulusan serjana PAI kemudian ditelpon untuk

mengikuti tes lisan, prakter mengajar dan tes tulis sesuai bidangnya. Pelamar yang

mencapai nilai tertinggi dari hasil tes tersebut, maka dia yang lulus. MAN

Pamekasan senantiasa berusaha meningkatkan kualitas kinerja pegawai dengan


33

cara mengikutsertakan tenaga kependidikan pada seminar, workshop/pelatihan.

Hal ini ditunjuk oleh kepala sekolah sesuai dengan bidang pelatihan masing-

masing. Kepala sekolah memotivasi guru untuk mengikuti KKG dan MGMP.

Proses promosi di MAN Pamekasan didasarkan pada hasil PPKP (Penilaian

Prestasi Kerja Pegawai) yang nanti dapat diajukan untuk diposisikan pada jabatan

yang lebih tinggi. Proses mutasi bisa terjadi sesuai dengan kebutuhan.

Pemberhentian pegawai di MAN Pamekasan disebabkan oleh tiga hal: satu

pengunduran diri sendiri, pemberhentian oleh pihak lembaga dan pemerintah,

pemberhentian dengan alasan lain-lain. Penilaian terhadap tenaga

kependidikan/pegawai MAN Pamekasandidasarkan pada kemampuan,

keterampilan, kedisiplinan dalam bentuk PPKP. Kompensasi yang diberikan oleh

MAN Pamekasan meliputi tujangan gaji, tunjangan lauk pauk, gaji 13, sertifikasi,

Tunjangan Hari Raya (THR).

Persamaan penelitian ini dengan studi pendahuluan yaitu sama-sama

mengkaji mengenai sumber daya pendidikan, sedangkan perbedaan terletak di

fokus penelitian yang digunakan, untuk penelitian terdahulu hanya mengkaji satu

fokus objek penelitian yaitu sumber daya pendidikan sedangkan untuk penelitian

sekarang lebih terfokus kepada pengembangan sumber daya pendidikan terhadap

peningkatan mutu pendidikan.

Penelitian yang dilakukan Tahir (2017:12) yang berjudul” Pengembangan

Manajemen Sumber Daya Manusia Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan”.

Hasil Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Hakikat manajemen sumber daya

terhadap peningkatan mutu adalah suatu sistem implementasi dalam menjalankan

suatu usaha pendidikan yang berusaha memaksimumkan daya saing melalui

penyempurnaan terus menerus dalam meningkatkan kualitas pendidikan secara

totalitas dan implementasi Manajemen SDM dalam peningkatan mutu merupakan

sebuah sistem pendekatan dalam upaya memaksimalkan daya saing melalui

perbaikan secara berkesinambungan (terus menerus) untuk memperoleh nilai atau


34

mutu yang optimal atas jasa, manusia, produk dan lingkungan dengan melibatkan

keseluruhan unsur dan stakeholders organisasi di bawah satu visi bersama.

Peningkatan mutu pendidikan adalah suatu proses kerja yang lebih efektif dan

efisien yang diikuti oleh sumber daya manusia yang berkompeten dengan loyalitas

dan daya juang yang tinggi, sudah tentu akan menghasilkan peningkatan kinerja

yang berujung pada kepuasan konsumen atau pelanggan.

Persamaan penelitian ini dengan studi pendahuluan yaitu sama-sama

mengkaji mengenai sumber daya pendidikan dan mutu pendidikan, sedangkan

untuk penelitian ini tidak ada perbedaan dengan penelitian yang akan dikaji.

Penelitian Mudassir (2016:269) yang berjudul “ Pengembangan Sumber

Daya Pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kabupaten Bireun”. Hasil

Penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan penjelasan yang telah

peneliti sampaikan di atas, maka dapat dipahami bahwa konsep pengembangan

sumber daya pendidikan yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri Kabupaten

Bireuen diawali dengan langkah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengendalian. Perencanaan pengembangan sumber daya manusia dimulai

dengan mengumpulkan dan menganalisis, dan meramalkan data tentang

kebutuhan dan ketersediaan. Kendala-kendala yang dihadapi kepala sekolah

dalam pengembangan sumber daya pendidikan hampir tidak ada karena strategi

pengembangan sumber daya pendidikan di MAN Kabupaten Bireuen dilaksanakan

melalui pelatihan dan pengembangkan motivasi. Pelatihan yang dilaksanakan

bertujuan untuk mengangkat kembali performance kerja para guru yang telah

mengalami penurunan kinerja. Pengembangan motivasi juga sama bertujuan untuk

meningkatkan kinerja, dengan menggunakan model tradisional, model hubungan

manusia dan model sumber daya manusia. Terkait dengan dampak strategi

pengembangan sumber daya pendidikan yang diterapkan, di MAN Kabupaten

Bireuen terbukti positif terhadap kinerja dan mutu pendidikan. Kinerja meliputi
35

kinerja sekolah, kepala sekolah dan guru, sedangkan mutu meliputi input, proses

dan output serta pemenuhan standar nasional pendidikan.

Persamaan penelitian ini dengan studi pendahuluan yaitu sama-sama

mengkaji mengenai sumber daya pendidikan, sedangkan perbedaan terletak di

fokus penelitian yang digunakan, untuk penelitian terdahulu hanya mengkaji satu

fokus objek penelitian yaitu sumber daya pendidikan sedangkan untuk penelitian

sekarang lebih terfokus kepada pengembangan sumber daya pendidikan terhadap

peningkatan mutu pendidikan.

Penelitian terdahulu juga dilakukan oleh Krismiyati (2017:49) yang berjudul

“Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

di SD Negeri Inpres Angkasa Biak”. Hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa

Pendapat setiap sumber daya manusia atau tenaga pendidik pada Sekolah Dasar

tersebut sangat mendukung adanya program pelatihan dalam meningkatkan mutu

pendidikan. Dengan pelatihan, sumber daya manusia atau tenaga pendidik dapat

mengembangkan segala aspek kemampuan sesuai dengan tugas pokok dan

fungsi/Tupoksinya masing – masing. Kesimpulannya bahwa pengembangan

sumber daya manusia atau tenaga pendidik di SDN Inpres Angkasa sudah

berjalan baik. Akan tetapi dalam pelaksanaan program pelatihannya belum

maksimal, dan hasil yang didapat dalam pengembangan sumber daya manusia

atau tenaga pendidik di SDN Inpres Angkasa perlu adanya tindakan

penyempurnaan pada aspek pelaksanaan. Sehingga program pelatihan yang telah

direncanakan berjalan sesuai dengan harapan yang diinginkan. Walaupun sesuatu

yang sempurna itu tidak mungkin, tetapi dalam zaman modern seperti ini lembaga

atau instansi pendidikan dituntut agar terus berusaha mempertahankan sekaligus

meningkatkan apa yang menjadi tujuannya. Contohnya seperti pengembangan

sumber daya manusia atau tenaga pendidik dalam meningkatkan mutu pendidikan

ini.
36

Persamaan penelitian ini dengan studi pendahuluan yaitu sama-sama

mengkaji mengenai sumber daya pendidikan, sedangkan perbedaan terletak di

fokus penelitian yang digunakan, untuk penelitian terdahulu fokus kajian terletak di

kualitas pendidikan sedangkan untuk penelitian sekarang terletak pada mutu

pendidikan.

C. Kerangka Teoritis

Perkembangan pendidikan di Indonesia masih mengalami berbagai kendala.

Salah satu kendala yang besar berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia

pendidik dan mutu pendidikan, padahal sumberdaya manusia tersebut merupakan

penentu keberhasilan tujuan pendidikan. Pendidik dan tenaga kependidikan dengan

berbagai karakteristiknya merupakan elemen utama untuk mencapai tujuan. Oleh

karena itu lembaga pendidikan di tuntut untuk mengembangankan sumber daya

manusia yang dimiliki secara komprehensif yang dimulai dari perencanaan,

pengornaisasian, dan kontrol sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di

dalam sekolah tersebut.

Agar pengembangan dapat dilaksanakan dengan baik harus terlebih dahulu

ditetapkan suatu program manajemen pengembangan sumber daya pendidikan.

Pengembangan sumber daya manusia pendidik dalam suatu lembaga pendidikan

tidak hanya dipengaruhi oleh metode yang di terapkan akan tetapi secara teori,

pengembangan sumber daya manusia pendidik dan tenaga kependidikan ditentukan

pula oleh beberapa faktor yaitu, visi, misi dan tujuan sekolah.

Apabila semua proses bisa dilakukan dengan baik, maka akan menghasilkan

mutu pendidikan yang diharapkan. Hal ini berakibat langsung maupun tidak langsung

kepada baik dan tidaknya penegmbangan sumber daya mnusia pendidik yang

dilakukan di sekolah sehingga meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

Semua kegiatan penelitian ini dapat digambarkan kedalam paradigma

penelitian yang dapat dilihat dalam gambar 1 berikut :


37

MANAJEMEN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

MANAJEMEN YANG DITERAPKAN


(PERENCANAAN, PENGORGANISASIAN, PENGARAHAN DAN
PENGENDALIAN)

KEPALA SEKOLAH, GURU, PESERTA DIDIK & TATA USAHA

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

Gambar 1. Kerangka Teoritis

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, sebagaimana pendapat

Sugiyono (2016:8) bahwa penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi

obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti

adalah instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi


38

(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif

lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Menurut Creswell (2014:258), penelitian kualitatif merupakan metoda-metoda

untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau

sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusian.

Sudjana dan Ibrahim (2014:195) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif

merupakan penelitian yang tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan

sebelumnya, tapi dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan alami.

Peneliti menggunakan penelitian kualitatif agar peneliti lebih mudah dalam

menentukan perumusan masalah dan penyusunan laporan. Selanjutnya metode

deskriptif dipilih karena data yang dicari yaitu dari berupa kata-kata. Selain itu

metode deskriptif dipilih untuk memudahkan peneliti dalam melakukan

pengambilan data dan untuk mendeskripsikan data-data yang diperoleh dari

lapangan yang berupa data berbentuk deskripsi (bukan angka atau statistik)

Jadi penelitian ini berusaha menggambarkan suatu penelitian yang

merupakan fenomena atau hubungan yang berkaitan dengan

pengimplementasian manajemen perpustakaan di sekolah menengah atas

sederajat di kecematan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, maka lokasi

penelitian yang digunakan sebagai sumber data adalah di Sekolah Dasar Negeri

14 Air Kumbang yang beralamat di Desa Padang Rejo Kecamatan Air Kumbang

Kabupaten Banyuasin. Waktu penelitian dimulai September sampai dengan

selesai.
39

C. Metode dan Model Penelitian

Metode penelitian yang digunakan ialah metode kualitatif. Penggunaan

metode kualitatif karena beberapa pertimbangan antara lain :

a) menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan

kenyaataan ganda; kedua, cara ini menyajikan secara langsung hakekat

hubungan antara peneliti dan responden; ketiga, metode ini lebih peka dan

lebih dapat menyesuaikan diri dengan penajaman pengaruh bersama dan

terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

b) Dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan berupa kata-kata,

gambar. Semua data yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci

terhadap apa yang sudah diteliti. Jadi, laporan penelitian akan berisi

kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.

Data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, video

tape, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya

c) Penelitian kualitatif menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi

yang diperoleh dibandingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan

sumber data.

Ada beberapa alasan menggunakan metode kualitatif. Salah satu diantaranya

adalah bahwa metode ini telah digunakan secara luas dan dapat meliputi lebih

banyak segi dibanding dengan metode-metode penyelidikan yang lain.

Cara ini banyak memberikan konstribusi terhadap ilmu pengetahuan melalui

pemberian informasi keadaan mutakhir, dan dapat membantu kita dalam

mengidentifikasi faktor- faktor yang berguna untuk pelaksanaan percobaan.

Selanjutnya metode ini dapat digunakan untuk menghasilkan suatu keadaan yang

mungkin terdapat dalam situasi tertentu.

Alasan lain mengapa metode ini digunakan secara luas adalah bahwa data

yang dikumpulkan dianggap sangat bermanfaat dalam membantu kita untuk


40

menyelesaikan diri, atau dapat memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam

kehidupan sehari-hari.

Metode deskriptif kualitatif juga membantu kita mengetahui bagaimana

caranya mencapai tujuan yang diinginkan, lagi pula penelitian deskriptif lebih

banyak digunakan dalam bidang penyelidikan dengan alasan dapat diterapkannya

pada berbagai macam masalah.

D. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data yang dapat

diperoleh (Arikunto, 2010:172). Data yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah

data yang sesuai dengan penelitian yaitu Manajemen Pengembangan Sumber

Daya Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar Negeri

14 Air Kumbang. Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara, catatan

pengamatan lapangan, potret, dokumen perorangan dan dokumen resmi. Sumber

data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sumber data

sekunder ( Sugiyono, 2016:224).

1. Sumber Data Primer

Sumber Data Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data. Sumber data primer dapat diperoleh langsung dari

lapangan atau tempat penelitian berupa kata-kata atau ucapan lisan dan perilaku

dari subjek atau informan. Sumber data primer ini dari informan pertama yaitu

kepala sekolah, guru, siswa dan tata usaha.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber Data Sekunder adalah catatan adanya peristiwa ataupun catatan-

catatan yang jaraknya jauh dari sumber orisinil. Contohnya keputusan rapat

suatu perkumpulan bukan didasarkan dari keputusan rapat itu sendiri, tetapi dari

sumber berita, surat kabar, berita tentang surat kabar tersebut adalah termasuk

data sekunder (Sugiyono, 2016:240). Sumber data sekunder ini seperti dari visi
41

dan misi sekolah serta program kerja dari kepala sekolah, program kerja dan

dokumen hasil belajar siswa, dan kelengkapan administrasi dari tata usaha.

E. Instrumen Penelitian

Penelitian kualitatif mempunyai setting yang alami sebagai sumber langsung

dari data dan peneliti itu adalah instrumen kunci. Maksudnya ialah peneliti

sebagai alat pengumpul data utama. Dalam penelitian kualitatif yang diuji adalah

datanya. Selain itu, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada

perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya

terjadi pada obyek yang diteliti (Sugiyono, 2016:2). Menurut Winarni (2018:155)

dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah

peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen juga harus di

validasi seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun

ke lapangan.

Alat/Instrumen pada penelitian ini adalah Observasi, wawancara dan

dokumentasi. Selain itu, peneliti juga dibantu dengan panduan wawancara.

Dalam penelitian ini, setelah fokus penelitian menjadi jelas barulah instrumen

penelitian sederhana dikembangkan. Hal tersebut dilakukan untuk mempertajam

serta melengkapi hasil wawancara, dan dokumentasi.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Observasi Partisipatif

Dalam penelitian ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang

sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil

melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber

data dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka
42

data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada

tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak (Sugiyono, 2016:227). Observasi

Partisipatif atau observasi langsung merupakan pengamatan langsung peneliti

dengan mempelajari interaksi atau relasi orang-orang yang bersangkutan dalam

menjalankan aktivitas yang sedang berlangsung (Aminah dan Roikan, 2019:67).

2. Wawancara Kualitatif

Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana wawancara adalah suatu

kejadian atau proses interaksi antara pewawancara (interviewer) dan sumber

informasi atau orang yang diwawancarai melalui komunikasi langsung (Yusuf,

2017:372). Sukardi (2015:122) menjelaskan wawancara merupakan proses

bertemu muka antara para peneliti dengan responden yang direncanakan untuk

mendapatkan informasi yang diperlukan.

Dengan wawancara mendalam dimungkinkan untuk memperoleh gambaran

yang bersifat komprehensif dan mendetail. Agar wawancara tersebut terarah dan

jelas sehingga peneliti mudah mendapatkan data yang akurat, maka sebelum

pertanyaan, untuk wawancara disiapkan lebih dulu sesuai dengan penggalian data

yang diperlukan, pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan dapat berubah

sesuai dengan kebutuhan dan kondisi wawancara.

Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti mewawancarai dengan orang-

orang yang terlibat langsung dengan apa yang menjadi fokus penelitian yaitu

Manajemen Pengembangan Sumber Daya Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu

Pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 14 Air Kumbang

3. Dokumentasi

Dokumentasi berupa dokumen-dokumen baik berupa dokumen primer

maupun sekunder yang menunjang proses pembelajaran di dalam kelas

(Paizaluddin dan Ermalinda, 2014:135). Dokumentasi yang digunakan disini


43

berupa program kerja kepala sekolah, guru, dokumen hasil belajar, dan

kelengkapan administrasi tata usaha. Dokumen merupakan catatan atau karya

seseorang tentang sesuatu yang sudah berlalu. Dokumen tentang orang atau

sekelompok orang, peristiwa, atau kejadian dalam situasi sosial yang sesuai dan

terkait dengan fokus penelitian adalah sumber informasi yang sangat berguna

dalam penelitian kualitatif (Yusuf, 2017:391).

4. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2016:273). Pada

tahap triangulasi peneliti menggunakan tiga jenis triangulasi yaitu triangulasi

sumber, triangulasi teknik dan triangulasi waktu. Menurut Winarni (2018:183)

dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai

sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

a. Triangulasi Sumber

Cara meningkatkan kepercayaan peneliti adalah mencari data dari sumber

data yang beragam yang masih terkait satu sama lain. Seperti meminta tanggapan

dari informan sehubungan dengan manajemen pengembangan sumber daya

pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Peneliti dalam tahap ini

meminta tanggapan dari kepala sekolah sebagai informan pertama dan kepala

sekolah serta guru, siswa dan tata usaha sebagai informan ke dua

b. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik adalah penggunaan beragam teknik pengungkapan data

yang dilakukan kepada sumber data. Menguji kredibilitas data dengan triangulasi

teknik yaitu mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda. Dengan teknik wawancara kemudian dicek dengan observasi ke


44

lapangan langsung melihat kegiatan. Pengujian ini dilakukan melalui informan,

teknik wawancara, observasi dan dokumentasi.

c. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Daya yang dikumpulkan

dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar, belum

memiliki banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih

kredibel.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis dari

catatan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang

digunakan bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh,

selanjutnya ditingkatkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis (Winarni,

2018:171). Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles

and Huberman, di mana prosesnya dimulai dari data reduction (reduksi data), data

display (penyajian data), dan consclusion drawing atau verification

Komponen-komponen analisis data sebagai berikut :

1. Data Reduction / Reduksi Data

Reduksi data menunjukkan kepada proses pemilihan, pemfokusan,

penyederhanaan, pemisahan, dan pentransformasian data mentah yang terlihat

dalam catatan tertulis di lapangan. Oleh karena itu reduksi data berlangsung

selama kegiatan penelitian dilaksanakan, reduksi data dilakukan sebelum

pengumpulan data dilapangan.

Data yang direduksi dalam penelitian ini yaitu data wawancara, observasi dan

dokumentasi. Data yang telah dikumpulkan selama penelitian kemudian dilakukan

pemilihan data yang dibutuhkan pada penelitian ini. Data ini disebut dengan teknik

triangulasi adalah penggunaan beragam teknik pengungkapan data yang

dilakukan kepada sumber data. Menguji kredibilitas data dengan teknik triangulasi
45

dapat mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Misalnya mengungkapkan data tentang pendidikan karakter yang ada di sekolah

dengan teknik wawancara, lalu dicek dengan observasi langsung ke lapangan

melihat pendidikan karakter yang diprogramkan di sekolah, kemudian dengan

dokumentasi. Pengujian ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam penyajian

data. Semua pihak yang terlibat dalam penyampaian informasi data primer dan

data sekunder sangat membantu peneliti dalam memudahkan peneliti untuk

mengetahui informasi.

2. Data Display / Penyajian Data

Kegiatan kedua dalam tata alir kegiatan analisis data adalah penyajian data.

Penyajian dalam konteks ini adalah kumpulan informasi yang telah tersusun yang

membolehkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat

tayangan atau data display dari suatu fenomena akan membantu seseorang akan

memahami apa yang terjadi atau mengerjakan sesuatu. Kondisi yang demikian

akan membantu dalam melakukan analisis lebih lanjut berdasarkan pemahaman

yang bersangkutan.

Bentuk display data dalam penelitian kualitatif yang paling sering yaitu teks

naratif dan kejadian atau peristiwa itu terjadi di masa lampau.

3. Verivyin / Kesimpulan

Luasnya dan lengkapnya catatan lapangan, jenis metodologi yang digunakan

dalam pengesahan dan pengolahan data, serta pengalaman peneliti dalam

penelitian kualitatif, akan memberikan warna kesimpulan penelitian. Reduksi data,

display data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi harus dimulai sejak awal.

Dengan demikian analisis ini dilakukan saat peneliti berada di lapangan dengan

cara mendeskripsikan segala data yang telah didapat, lalu dianalisis sedemikian

rupa secara sistematis, cermat dan akurat. Dalam hal ini data yang digunakan
46

berasal dari wawancara dan dokumen-dokumen yang ada serta hasil observasi

yang dilakukan di SD Negeri 14 Air Kumbang.

Langkah-langkah analisis data dalam bagan Miles dan Huberman adalah

sebagai berikut

Data Collection Data Display

Data Reduction

Canclusion : Drawing /
Verivyin

Gambar 2 . Langkah-Langkah Analisis Data Model Milles And Huberman


Sumber: Winarni (2018:172)

H. Uji Keabsahan Data

Tahap berikutnya adalah pengecekan dan pemeriksaan keabsahan data.

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah mengadakan pengecekan

data dengan informan dan subjek studi maupun dokumen untuk membuktikan

keabsahan data yang telah di peroleh. Proses keabsahan data dilakukan untuk

memberikan gambaran mengenai kebenaran data yang peneliti temukan di

lapangan. Sugiyono (2016:270) menyatakan bahwa uji keabsahan dalam


47

penelitian kualitatif meliputi Uji kredibilitas data (validitas internal), transferebility

(Validitas eksternal) defendability (reabilitas), dan confirmavibility (objektifitas).

Uji Keabsahan Data

Uji kredibilitas data Uji confirmavibility

Uji transferebility Uji defendability

Gambar 3.2 Uji Keabsahan Data


Sumber: Sugiyono (2016:270)

1. Uji Credibility atau uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian yang

disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan tidak meragukan

sebagai sebuah karya ilmiah dilakukan;

2. Transferability ialah validitas eksternal dalam penelitian kualitatif yang

menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke

populasi di mana sampel tersebut diambil;

3. Defendability atau reliabilitas merupakan penelitian yang dilakukan oleh orang

lain dengan proses penelitian yang sama dan akan memperoleh hasil yang

sama pula. Pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit

terhadap keseluruhan proses penelitian. Dengan cara auditor mengaudit

keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan

penelitian. Misalnya bisa dimulai ketika bagaimana peneliti mulai menentukan

masalah, terjun ke lapangan, memilih sumber data, melaksanakan analisis

data, melakukan uji keabsahan data, sampai pada pembuatan laporan hasil

pengamatan; dan
48

4. Confirmability merupakan Penelitian yang bisa dikatakan objektif apabila hasil

penelitian telah disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitian kualitatif uji

confirmability berarti menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses

yang telah dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses

penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar

confirmability. Dalam penelitian ini, digunakan keabsahan data melalui tahap

pengecekan kredibilitas data dilakukan dengan triangulasi.

DAFTAR PUSTAKA

Aedi, N. 2016. Pengawasan Pendidikan: Tinjauan Teori dan Praktik. Jakarta:


Rajawali Pers

Amrinah & Roikan. 2019. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif Ilmu Politik.
Jakarta : Kencana Prenada Group

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka


Cipta
49

Barnawi dan M. Arifin. 2017. Sistem Penjamin Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik).
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Basri, Hasan. 2014.Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung : Pustaka Setia

Basri, Hasan. 2019. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia

Choliq, A. 2011. Pengantar Manajemen. Semarang: Rafi Sarana Perkasa

Cresweel,JW. 2014. Research Design Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan Mixed.


Yogyakarta : Pustaka Belajar

Danim, Sudarwan & Suparno. 2019. Manajemen dan Kepemimpinan


Transformasional Kekepalasekolahan (Visi dan Strategi Sukses Era Teknologi,
Situasi Krisis, dan INternasionalisasi Pendidikan). Jakarta: Rineka Cipta.

Damanhuri, 2014. Sumber Daya Manusia dan Aplikasinya. Jakarta: Bumi Aksara.

Darmaningtyas. 2011. Pendidikan Rusak-Rusakan. Yogyakarta: LKIS.

Depdiknas .2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang sistem pendidikan


nasional

Depdiknas. 2005. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan


Dosen, Jakarta: Depdiknas

Djamarah, SB. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu
Pendekatan Teoretis Psikologis. Jakarta :Rineka Cipta.

Djohar. 2013. Pendidikan Strategik: Alternatif untuk Pendidikan Masa Depan.


Yogyakarta: LESFI.

Fadhli, Muhammad. 2017. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan. “Jurnal Studi


Manajemen Pendidikan”. Vol 1 No 2 Hal 216-240

Fasli, Jalal dan Dedi Supriadi. 2011. Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi
Daerah. Adicita: Yogyakarta.

Hanafiah, Nanang & Suhana, Cucu. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung:
Refika Aditama

Jawangga, YH. 2019. Peran Manajemen. Klaten : Cempaka Putih


Kristiawan, Safitri, D & Lestari, R. 2012. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta :
deepublish

Krismiyati. 2017. Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Meningkatkan


Kualitas Pendidikan di SD Negeri Inpres Angkasa Biak. “ Jurnal Office”. Vol.3,
No.1 Hal 43-50.

Manulang, Marihot. 2011. Manajemen Personalia. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Mentari,EG. 2019. Manajemen Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini


Dilengkapi dengan Manajemen Perpustakaan & Ekstrakurikuler. Jawa
Tengah : Desa Pustaka Indonesia.
50

Minarti, S. 2013. Ilmu Pendidikan Islam: Fakta Teoritis-Filosofis dan Aplikatif-


Normatif. Jakarta: Amzah

Mudassir. 2016. Pengembangan Sumber Daya Pendidikan di Madrasah Aliyah


Negeri (MAN) Kabupaten Birieun. “ Jurnal Ilmiah Didaktika ”. VOL. 16, NO. 2,
255-272

Mujhtahid. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Malang: UIN Maliki Press.

Mulyasa, E. 2017. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : Rosda Karya

Mulyasa, E. 2017. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Mutohar, Prim Masrokan. 2013. Manajemen Mutu Sekolah Strategic Peningkatan


Mutu dan Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Nurjanto, 2012. Pemberdayaan Tenaga pendidik Melalui Peningkatan Profesionalitas


Dan Pembelajaran. Yogyakarta: Media Wacana Press

Paizaludin dan Ermalinda.2014. Penelitian Tindakan Kelas Panduan Teoritis dan


Praktis.Bandung : Alfabeta

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005. tentang Standar


Nasional Pendidikan Pasal 1 Ayat (1) h. 2-3

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005. tentang Standar


Nasional Pendidikan Pasal 1 Ayat (1) h. 28 dan 29

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun (2010). Tentang


Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah. Jakarta

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Peraturan


Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Permadi, D dan Arifin, D. 2018. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah


dan Komite sekolah. Bandung : PT. Sarana Panca Karya Nusa

Ratminto & Winarsih.S.Atik. 2012. Manajemen Pelayanan.Pustaka Pelajar.


Yogyakarta

Rivai, Veithzal. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan; Dari
Teori ke Praktik.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Rivai, Veithzal & Murni, S. 2010. Education Management: Analisis Teori dan Praktik.
Jakarta: Rajawali Pers

Rohiat. 2018. Kecerdasan Emosional Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung:


Refika Aditama

Ruky, Ahmad. 2014. Menjadi Eksekutif Manajemen SDM Profesional. Yogyakarta:


Andi
51

Safroni, L. 2012. Manajemen dan Reformasi Pelayanan Publik dalam Konteks


Birokrasi Indonesia. Surabaya : Aditya Media Publishing

Salahuddin & Akos, Miransyah. 2017. Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui


Sumber Daya Manusia dan Sarana Prasarana di MTSN Banjar Selatan 2 Kota
Banjarmasin. “ Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen”. Vol. 2 No. 1 Hal 1-
13.

Sallis, Edward. 2015. Total Quality Management in Education. Yogyakarta: IRCiSoD.

Samsudin, Salidi. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka Setia

Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran ( Teori dan Praktik


Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Prenada Media Grup

Schuler, Randall S.2010. Personnel and Human Resource Management, New York:
West Publishing Company.

Siagian, P. Sondang. 2012. Manajemen Stratejik.Jakarta: Bumi Aksara

Sobirin. 2018. Kepala Sekolah, Guru dan Pembelajaran. Bandung : Nuansa


Cendekia

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &D. Bandung :


Alfabeta

Sudjana, N & Ibrahim. 2014. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar
Baru Algesindo.

Sukardi. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas Implementasi dan


Pengembangannya. Jakarta : Bumi Aksara

Supardi. 2014. Kinerja Guru. PT. Jakarta :Grafindo Persada.

Suprihanto, J. 2014. Manajemen. Yogyakarta : Gaja Mada University Press

Tahir, Abdullah Wahid. 2017. Pengembangan Manajemen Sumber Daya Manusia


Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan. “ Kakanwil Kementrian Agama
Sulawesi Selatan”. Vol 6 No 1 Hal 1-14.

Terry, GR. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Pertama. Cetakan
Pertama. Jakarta : Penerbit Kencana

Thoha,Muhammad. 2017. Manajemen Peningkatan Mutu Ketenagaan dan Sumber


Daya Manusia (SDM) di MAdrasah Aliyah Negeri Pemekasan. “ Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam”. Volume 2 No 1 Hal. 169-180.

Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005. tentang Guru dan Dosen, Bandung:


Fokusmedia.

Usman,Husain. 2013. Manajemen (Teori, Praktek dan Riset Pendidikan). Jakarta:


PT. Ikrar Mandiri Abadi
52

Wahjosumidjo. 2013 Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan


Permasalahan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Wahyudi. 2015. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar


(Learning Organization). Bandung : Alfabeta

Winarni, EW. 2018. Teori dan Praktik Penelitian Kualitatif Kuantitatif Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), Reseacrh and Development. Jakarta : Bumi Aksara

Yusuf, Choirul Fuad. 2018. Budaya Sekolah dan Mutu Pendidikan. Jakarta: PT. Pena
Citrasatria.

Yusuf,Muhammad. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian


Gabungan. Jakarta : Kencana Prenada Grub

Zahroh, Aminatul. 2014. Total Quality Management (Teori & Praktik Manajemen
untuk Mendongkrak Mutu Pendidikan). Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Zamroni. 2012. Meningkatkan Mutu Sekolah, Teori, Strategi dan Prosedur. Jakarta:
PSAP Muhammadiyah

Zazin, Nur. 2011. Gerakan Menata Mutu Pendidikan ( Teori dan Aplikasi).
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Anda mungkin juga menyukai