Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu masalah besar dalam pembangunan pendidikan kita

adalah masih rendahnya mutu pembelajaran. Berbagai upaya dan langkah

telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran mulai dari

anggaran pendidikan, peningkatan kuantitas dan mutu tenaga

kependidikan, peningkatan fasilitas sarana dan prasarana

(Bangunan/gedung, ICT, IPTEK) sampai peningkatan penyelenggara

manajemen. Namun demikian berbagai upaya-upaya yang dilakukan

tersebut di atas, belum membuahkan hasil yang signifikan atau

memuaskan mutu pembelajaran masih rendah.

Maju dan mundurnya suatu pembangunan pendidikan sekolah atau

lembaga pendidikan sangat dipengaruhi oleh mutu pembelajaran yang ada

di sekolah masing-masing. Begitu pula dengan mutu pendidikannya tidak

terlepas dari peran kinerja guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran.

Peningkatan mutu guru sangat penting, karena guru merupakan garda yang

paling terdepan untuk kemajuan pendidikan dalam mencerdaskan

kehidupan bangsa dan merupakan permasalahan yang cukup serius dan

menjadi tantangan yang harus dipecahkan kalangan kepala sekolah dan

guru untuk mencari solusinya.

1
2

Salah satu contoh permasalahan rendahnya mutu pembelajaran

tersebut di atas, yaitu keberadaan dan kondisi mutu guru di Kabupaten

Bogor. Kabupaten Bogor kondisi tempatnya hampir dikelilingi oleh

berbagai sektor pendidikan sekolah/lembaga, daerah pertanian,

pemukiman, sosial, ekonomi, politik, keamanan, dan budaya yang

beraneka ragam, maka diperlukan guru atau masyarakat yang memiliki

SDM yang andal dalam bidang pendidikan khususnya dalam

meningkatkan kualitas dan pemerataan kesempatan pendidikan serta

peningkatan sistem manajemen pendidikan.

Mengingat banyaknya permasalahan-permasalahan atau

kesenjangan-kesenjangan yang krusial terdapat di lapangan, juga ada

kaitan dengan manajemen peningkatan mutu pembelajaran melalui

pemberdayaan fungsi media pembelajaran adalah:

1) Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang masih kurang dalam


standar kompetensi guru
2) Kurangnya kesadaran guru untuk mengembangkan dan
meningkatkan mutu pribadi
3) Kurangnya kesadaran guru dan pengelola kebijakan pendidikan
untuk pemberdayaan fungsi media pembelajaran.
4) Penguasaan dan penggunaan ICT yang masih kurang
5) Sarana dan prasarana dan pembiayaan yang masih kurang
6) Pengelolaan atau ilmu manajemen yang masih kurang
7) Paradigma/mindset mengajar masih ada yang konvensional.
(Sumber : hasil wawancara dengan Kepala sekolah, Guru)

Selain kesenjangan-kesenjangan tersebut di atas, ada pula faktor-

faktor yang mempengaruhi masalah-masalah yang lainnya, yaitu:

1) Adanya kelemahan-kelemahan kompetensi guru

2) Sistem kepemimpinan yang lemah


3

3) Kesejahteraan guru yang kurang

4) Kurang dan lemahnya daya saing

5) Kinerja yang masih lemah

Oleh karena itu, permasalahan ataupun kesenjangan tersebut di atas,

dapat ditanggulangi bersama-sama oleh semua pihak yang terkait

khususnya oleh guru sendiri, kepala sekolah dan pengawas sekolah serta

seluruh komponen yang ada di lingkungan sekolah.

Guru sebagai penyelenggaraan pembangunan sumber daya manusia

(SDM) menempati posisi kunci yang sangat penting dalam Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dampak mutu kemampuan guru dan

profesionalisme bukan hanya sebagai pemberi kontribusi terhadap mutu

lulusan yang dihasilkan (output) melainkan juga akan berkelanjutan secara

continu pada mutu kinerja dan jasa terhadap para lulusan (outcome) dalam

pembangunan bangsa yang kemudian akan timbul pengaruhnya terhadap

mutu, budaya, peradaban dan martabat hidup dalam bermasyarakat.

Oleh karena itu mutu guru perlu diberdayakan dan dikembangkan

berbagai kompetensi yang dimilikinya secara optimal dalam melaksanakan

peran tugas dan fungsinya dalam meningkatkan mutu kinerja guru dengan

efisien dan efektif, produktif, dan akuntabel sehingga dapat meningkatkan

mutu sekolah, di antaranya untuk meningkatkan mutu agar menghasilkan

peserta didik yang berprestasi dalam hasil belajar, berdaya saing, dan

berkemampuan dalam aspek pengetahuan, keimanan dan ketaqwaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT).


4

Dalam hal ini untuk kepentingan peserta didik, orang tua,

masyarakat dan pemerintah atau Negara untuk masa depan. Peningkatan

mutu guru merupakan permasalahan yang sangat penting, karena setiap

guru harus berusaha keras. Untuk dapat melayani tuntutan kebutuhan

kepuasan pelanggan (customer) masyarakat/orang tua, dunia usaha dan

industri, instansi/pemerintah atau pemakai jasa pendidikan, baik dalam hal

produk (outcome), pelayanan maupun mutu guru yang meliputi

kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, sosial dan mutu lain

berupa pengetahuan, keterampilan dan perilaku/akhlak yang harus dimiliki

dan diimplementasikan dalam nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada

Allah Swt. Selain itu pula, peningkatan mutu guru dan hasil belajar sangat

berperan sekali melalui pemberdayaan fungsi media pembelajaran di

sekolah masing-masing.

Sementara itu, sejalan dengan tuntutan perkembangan masyarakat di

era globalisasi yang terus bertambah sesuai perkembangan dan persaingan

ilmu pengetahuan dan teknologi, manajemen, dan sumber daya manusia,

dan seluruh aspek kehidupan masyarakat diperlukan suatu sistem

pendidikan nasional yang relevan dengan kebutuhan masyarakat tersebut.

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat/orang tua, dunia usaha dan

industri, pemerintah/instansi itu, perlu adanya dukungan dengan

kemampuan mutu kinerja guru yang akan memberikan dampak positif

terhadap peningkatan mutu dan hasil belajar/prestasi belajar di sekolah

yang bisa menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul,


5

tangguh, handal, sehingga bisa bersaing dalam era globalisasi ini, dengan

dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta ilmu manajemen, dan

memiliki keimanan dan ketaqwaan (Imtaq) yang kuat sebagai ciri khas

budaya mutu guru yang efektif dan efisien, objektif, berkeadilan,

produktif, dan akuntabel.

Untuk memenuhi sumber daya manusia yang unggul tersebut di atas,

salah satu upaya yang dilakukan sekolah adanya program peningkatan

mutu pembelajaran melalui pemberdayaan fungsi media pembelajaran.

Program pemberdayaan fungsi media pembelajaran di tingkat sekolah atau

yang diselenggarakan mutu guru dalam memberikan hasil belajar yang

akan menyiapkan dan memperbaiki peserta didik yang berkualitas dalam

hal kompetensi pengetahuan, keterampilan dan sikap serta lulusannya bias

berdaya saing baik di tingkat lokal, regional, nasional, maupun dengan

dunia internasional.

Untuk merespon terhadap berbagai kebutuhan peserta didik atau

masyarakat dan salah satu bentuk lembaga yang kini sedang trend dan

menjamur di sekolah-sekolah adalah workshop-workshop, MGMP, KKG

dan pelatihan pemanfaatan media pembelajaran/ICT Training sebagai

wadah kegiatan profesional Wadah profesi ini sangat diperlukan dalam

memberikan kontribusi pada peningkatan keprofesionalan para

anggotanya, sehingga guru yang bermutu akan memberikan harapan

terhadap orang tua, masyarakat, pemerintah, dunia usaha /industri

menginginkan guru yang unggul dan berkualitas, yang benar dapat


6

memberikan mutu terbaik, secara signifikan bagi kemajuan peserta didik

dalam peningkatan mutu hasil belajar.

Konsep manajemen peningkatan mutu guru disebutkan pula bahwa

program-programnya menyangkut seluruh aspek kehidupan yang termasuk

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan Imtaq

(keimanan dan ketaqwaan) kemampuan berkomunikasi yang mengarah

kepada penguasaan kompetensi sebagai alat berpikir kemandirian,

kreativitas, tanggung jawab di perlukan suatu sistem informasi manajemen

(SIM) dan ilmu manajemen/pengelolaan pendidikan yang lebih efektif,

efisien, produktif, dan akomodatif.

Untuk bahan perbandingan penulis, mengacu kepada hasil penelitian

yang relevan, agar Sumber Daya Manusia yang berkualitas atau bermutu

dan mampu bersanding bahkan bersaing dengan Negara maju dan Negara

berkembang diperlukan guru yang profesional yang merupakan penentu

utama keberhasilan pendidikan seperti yang dikemukakan oleh Cheng dan

Wong (1996) dalam Permadi dan Arifin (2010:59) berdasarkan hasil

penelitiannya di Zheijiang China melaporkan ada empat karakteristik

sekolah dasar yang unggul, yaitu:

1) Adanya dukungan pendidikan yang konsisten dari masyarakat;

2) Tingginya derajat profesionalisme di kalangan guru;

3) Adanya tradisi jaminan kualitas dari sekolah; dan

4) Adanya harapan yang tinggi dari siswa untuk berprestasi.


7

Ungkapan tersebut di atas, menjelaskan bahwa pendidikan yang

dinilai dari prestasi hasil belajar peserta didik, terutama di negara maju dan

berkembang ditentukan oleh guru bermutu dan profesional.

Dengan mengacu kepada Peraturan RI Nomor 19 Tahun 2005, pasal

2, ayat 1 tentang lingkup Standar Nasional Pendidikan atau 8 (delapan)

Standar Nasional Pendidikan, Undang-undang Guru dan Dosen Nomor 14

Tahun 2004, Permen Nomor 24 Tahun tentang Standar Kompetensi

Lulusan (SKL) dan penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Bogor

dilaksanakan secara otonomi daerah masing-masing di sekolah untuk

mengembangkan sesuai potensinya dan sumber daya alamnya (SDA).

Sumber daya manusia (SDM), sarana dan prasarana, serta

pengelolaan/manajemen tersebut harus didukung oleh mutu kinerja guru

yang produktif dan profesional.

Dalam Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam

pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk

itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang

bermutu sesuai minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status

sosial, ras, etnis, agama, dan gender. Pemerataan dan mutu pendidikan

akan membuat warga negara Indonesia memiliki keterampilan hidup

sehingga memiliki kemampuan untuk mengenal dan mengatasi masalah

diri dan lingkungannya, mendorong tegaknya masyarakat madani dan

modern yang dijiwai nilai-nilai pancasila. Tersirat pula dalam Undang-


8

Undang Nomor 20 Tahun 2003. Bab II, pasal 3 tentang Sistem Pendidikan

Nasional yang menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, dalam tatanan makro

pendidikan harus mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM)

yang berkualitas dan profesional sesuai dengan tujuan pendidikan yang

tercantum dalam Sisdiknas pasal 3 di atas, kemudian Undang-undang

Sistem Pendidikan Nasional Bab XI pasal 40 ayat 2, menyatakan:

1) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,

menyenangkan, kreatif, dinamis dan diagnosis;

2) Mempunyai komitmen serta profesional untuk meningkatkan

mutu pendidikan; dan

3) Memberikan teladan dan menjaga nama baik lembaga profesi,

dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan

kepadanya.

Sebagaimana data empiris hasil pengamatan dan wawancara dengan

Kepala Sekolah, guru dan siswa serta temuan pribadi guru, terdapat masih
9

rendahnya penguasaan sumber daya manusia (SDM) yang signifikan,

kurangnya kesadaran diri untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu

pribadi, dan penguasaan menggunakan ICT yang handal, dan bahkan

masih ada yang kurang lengkapnya fasilitas ICT yang handal, dan bahkan

masih ada yang kurang lengkapnya fasilitas dan sarana, serta pengelolaan

ilmu manajemen yang masih kurang, paradigma mengajar masih ada yang

konvensional, dan kurang optimal dan motivasi kinerja harus

diberdayakan, baik ilmu manajemennya, kepemimpinan sekolah,

Pengelolaan sekolah, tenaga kependidikan, serta yang paling penting para

guru tersebut guru, belum ada pemberdayaan atau pembinaan secara

khusus guru secara signifikan belum begitu adanya perubahan secara

profesional. Semuanya perlu menyadari betapa penting pemberdayaan

fungsi media pembelajaran dan sumber daya manusia (SDM).

Pendidikan merupakan institusi yang paling bertanggung jawab

terhadap masa depan suatu bangsa. Institusi pendidikan diharapkan

mampu melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas secara

akademik dan sekaligus maupun secara moral. Untuk itu, perbaikan sistem

pendidikan menjadi suatu keniscayaan dan sangat signifikan dalam sejarah

bangsa. Setiap proses pendidikan akan proses pendidikan akan

mengembangkan seluas luasnya potensi individu menuju perbaikan dan

perubahan. Perubahan ini sangat penting untuk menyesuaikan dengan

tuntutan zaman yang semakin kompleks dan persaingan global yang

semakin kompetitif.
10

Pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan

tujuan pendidikan yang diamanatkan dalam undang-undang RI Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya pasal 3.

Dalam pasal tersebut disebutkan, Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Dalam upaya memberikan penjaminan dan pelaksanaan

pengendalian mutu pemerintah menerapkan Standar Nasional Pendidikan

yang terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan

penilaian.

Pengelolaan pendidikan memerlukan organisasi pendidikan yang

baik. Organisasi apapun jenisnya, termasuk sekolah, biasanya memiliki

seorang pemimpin yang mempunyai kewenangan dan “kekuasaan”

tertinggi dalam penyelenggaraan kegiatan organisasi. Kewenangan itu

diperlukan karena dalam kegiatan organisasi perlu ada pengaturan

mengenai pembagian tugas, cara kerja, dan hubungan antara pekerja satu

dengan pekerja lainnya. Disinilah diperlukan adanya seorang pemimpin.

Mulyasa (2002) mengemukakan, bahwa “kegagalan dan keberhasilan


11

suatu organisasi banyak ditentukan oleh pemimpinnya, karena

kepemimpinan merupakan pengendali dan penentu arah yang hendak

ditempuh oleh organisasi menuju tujuan yang akan dicapai”.

Perilaku manusia dalam organisasi pendidikan dapat dilihat dari

sebuah kepemimpinan pengelolaan sekolah. Depdikbud (1993:3-4)

menyatakan bahwa:

Pengelolaan sekolah mencakup 4 tahap yaitu : (1) Perencanaan


(Planning), dalam tahap ini sekolah merencanakan kegiatan apa saja
yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
(2) Mengorganisasikan (Organizing), dalam tahap pengorganisasian
Kepala Sekolah menetapkan, memfungsikan organisasi yang
melaksanakan kegiatan tersebut, (3) Pengarahan (Actuating) dalam
tahap pengarahan, Kepala Sekolah menggerakan seluruh orang yang
terkait secara bersama-sama melaksanakan kegiatan sesuai dengan
tugas masing-masing, Kepala Sekolah mengendalikan dan
melakukan supervisi pelaksanaan kegiatan sehingga mencapai
sasaran secara efektif dan efisien.
Kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyak sekolah yang

prestasi dan motivasi belajar siswanya rendah, guru dan siswanya kurang

disiplin, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran rendah, tata

usaha tidak siap dalam melayani kebutuhan siswa, juga kurang optimalnya

penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi untuk peningkatan

pembelajaran. Masalah-masalah seperti ini adalah cerminan kemampuan

kepala sekolah yang minim dalam memberdayakan sifatnya, sarana dan

prasarana yang ada, di samping etos dan budaya semua warga sekolah dan

semua stakeholder yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan di

tingkat sekolah. Menurut Wahjosumidjo (1999) “sekolah yang berhasil

adalah sekolah yang memiliki pemimpin yang berhasil”.


12

Departemen Pendidikan Nasional memperkirakan 70 persen dari 250

ribu kepala sekolah di Indonesia tidak kompeten. Direktur Tenaga

Kependidikan, Surya Dharma pernah menyampaikan dalam sebuah

kesempatan bahwa hampir semua kepala sekolah lemah di bidang

kompetensi manajerial dan supervisi. Padahal dua kompetensi itu

merupakan kekuatan kepala sekolah untuk mengelola sekolah dengan baik.

Temuan Direktoral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga

Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, setelah melakukan uji

kompetensi. Direktorat Peningkatan Mutu melakukan uji kompetensi

berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun

2007 tentang Kompetensi Kepala Sekolah. Lebih dari 400 kepala sekolah

dari lima provinsi mengikuti tes tersebut. Untuk memastikan temuan itu,

uji kompetensi kembali dilakukan terhadap 50 kepala sekolah sebuah

yayasan pendidikan. “hasilnya sama saja” kata Surya (2009).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007

Tanggal 17 April 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah

menjelaskan bahwa kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah meliputi :

kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi

kewirausahaan, kompetensi supervisi dan kompetensi sosial. Dari kelima

kompetensi tersebut, kompetensi manajerial menjadi representasi dalam

rangka mencapai tujuan yang diinginkan dengan lebih cepat.

Tuntutan dan tantangan pendidikan pada saat ini makin gencar,

karena harus berpacu dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan


13

teknologi yang pesat, dengan komunikasi yang canggih yang tidak

mengenal batas ruang dan waktu, dan diiringi dinamika kegiatan ekonomi

yang kompetitif. Dengan demikian, tidak ada alternatif lain kecuali harus

di respon dengan dinamika pendidikan nasional yang kondusif dan

bertahan hidup layak secara berkelanjutan di tengah-tengah persaingan

yang makin kompetitif.

Pada saat bersamaan, disandingkan dengan era kesejagatan, yang

telah memunculkan persaingan yang sangat ketat antar bangsa. Bangsa

yang memiliki kemampuan bersaing akan memperoleh keuntungan, dan

sebaliknya bangsa yang tidak memiliki kemampuan bersaing akan menuai

kerugian. Kemampuan bersaing sangat ditentukan oleh kekuatan faktor

daya saing. Di antar banyak faktor daya saing, tiga yang utama adalah

manajemen, teknologi, dan sumber daya manusia. Manajemen yang

tangguh akan mampu meningkatkan efisiensi biaya dan meningkatkan

nilai tambah dan diversifikasi produk. Sedang keunggulan sumber daya

manusia akan menentukan kemenangan bersaing antar bangsa.

Keunggulan faktor daya saing sember daya manusia merupakan kunci,

karena sember daya manusia merupakan satu-satunya sember daya aktif

sedangkan sumber daya lainnya pasif.

Kekuatan faktor daya saing teknologi dalam pembelajaran . secara

teori terdapat banyak manfaat dan kemudahan yang dapat dirasakan

dengan pemanfaatan IT, misalnya sebagai media pembelajaran.


14

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar kepada

pembelajar (individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran,

perasaan, perhatian, dan minat pembelajar sedemikian rupa sehingga

proses belajar lebih efektif.

Dalam hal ini media pembelajaran konotasinya tidak selalu

teknologi yang bersifat elektronik dalam arti komputer, internet/website,

infocus, televisi, radio dll, karena media pembelajaran yang kami maksud

juga dapat berupa buku-buku, perpustakaan, laboratorium, Koran

sekolah/mading, lingkungan internal dan eksternal sekolah, kondisi

geografis, serta potensi alam dll.

Namun, secara umum pemanfaatan media pembelajaran di sekolah-

sekolah SDN di Kabupaten Bogor masih belum optimal. Hal ini

disebabkan karena terdapat beberapa kendala penerapan media

pembelajaran di bidang pendidikan. Kendala tersebut antara lain adalah

kemampuan tingkat manajerial Kepala sekolah atau Guru yang sebagian

besar tidak memiliki basis teknologi informasi khususnya teknologi

internet, sehingga masih banyak pembelajaran yang lebih efisien dengan

penerapan teknologi informasi, tidak dilirik atau bahkan dihindari

penerapannya.

Kendala lain dalam pemanfaatan teknologi informasi di sekolah,

berdasarkan sumber yang diperoleh dari

http://aflatahoba.blogspot.com/2007/04/, manfaat dan kendala penerapan


15

teknologi di antaranya : Kepala sekolah atau bahkan guru disekolah

tersebut tidak mengetahui dengan persis apa yang harus mereka lakukan,

sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan cara konvensional.

Padahal yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan dituntut untuk

selalu memiliki kreativitas dalam mengembangkan media pembelajaran

bahkan memodifikasinya, sehingga guru, kepala sekolah atau peserta didik

bukan saja sekedar mampu mengoperasikan tetapi kreatif memanfaatkan.

Namun demikian keterbatasan biaya dan tenaga operasional juga

sering kali menjadi kendala lain pemanfaatan IT di sekolah-sekolah. Untuk

bisa memanfaatkan IT tentu perlu adanya tenaga khusus yang mengelola

media tersebut, karena tidak setiap guru mampu mengoperasikan media

IT. Untuk sekolah yang mempunyai kemampuan baik tenaga maupun

biaya tentu tidak akan menjadi masalah, namun bagi sekolah yang miskin

dan tenaga gurunya pas-pasan, kondisi seperti ini merupakan masalah baru

yang sulit diatasi.

Selanjutnya, mungkin saja Guru kurang menyadari pentingnya

media pembelajaran dalam pendidikan. Ditambah lagi dengan anggapan

sebagian stakeholder bahwa pemanfaatan media pendidikan bagi sekolah

terkesan mahal. Biasanya, beban orang tua siswa pun menjadi lebih berat.

Sebab untuk memenuhi kebutuhan akan media pembelajaran tersebut,

salah satu sumber dana sekolah adalah membebankan kepada orang tua

siswa.
16

Kendala selanjutnya adalah persepsi yang salah terhadap media

pembelajaran. Alasan yang sering di dengar, mengapa guru enggan

memanfaatkan media pembelajaran karena dengan media tersebut jam

pelajaran siswa menjadi terganggu, tidak ada waktu untuk menyiapkan alat

peraga karena kesibukan di rumah. Kondisinya memang cukup

memperlihatkan. Artinya persepsi guru terhadap media pembelajaran

masih salah. Padahal seharusnya justru dengan bantuan media

pembelajaran, materi yang disampaikan menjadi lebih jelas bertujuan

untuk menciptakan budaya belajar yang lebih menyenangkan sehingga

hasil siswa dapat menyerap materi lebih baik dan komprehensif karena

pemahaman siswa diharapkan hampir sama dan siswa memiliki motivasi

yang lebih baik, disisi lain guru merasa terbebani, karena di tuntut harus

lebih kreatif dan memiliki persiapan pengajaran yang lebih matang.

Persepsi keliru lain adalah bahwa media pembelajaran, sering kali

hanya dipahami sebagai media yang bersifat digital, elektronik (LCD,

komputer, kalkulator dll), padahal media pembelajaran analog seperti

buku-buku, pustakawan, laboratorium dll , juga merupakan media yang

sama pentingnya bagi peningkatan mutu pendidikan sekolah.

Dalam hal ini, maka Guru menjadi faktor kunci dalam melakukan

berbagai upaya, sehingga kendala-kendala pemanfaatan media

pembelajaran dalam pembelajaran dapat di atasi. Dan proses belajar

mengajar dengan memanfaatkan media pembelajaran menjadi efektif dan

efisien dalam rangka perbaikan mutu pendidikan sekolah.


17

Sekolah yang berkemampuan unggul harus melaksanakan efisiensi

dan efektivitas manajemen. Efisiensi manajemen bias dilakukan apabila

sekolah memiliki kemampuan mengelola penyelenggaraan pendidikan

dengan memperhatikan prioritas yang sesuai kebutuhan.

Guru dapat meningkatkan mutu pendidikan melalui pemanfaatan

media pembelajaran yang efektif dan efisien dapat diwujudkan dengan

sikap dan dukungan berupa tindakan yang ditandai dengan lahirnya

kebijakan-kebijakan dari kepala sekolah yang fokus tentang pentingnya

media pembelajaran. Indikator lainnya adalah upaya-upaya penyediaan

sarana dan prasarana, serta program-program pelatihan atau workshop bagi

civitas akademik di sekolah tersebut, terutama para guru dalam hal

penguasaan dan pemanfaatan media pembelajaran.

Berdasarkan kenyataan di lapangan, dilakukan upaya-upaya

perbaikan dan tindakan dalam rangka mengoptimalkan Guru di sekolah

dalam Pengembangan media pembelajaran di sekolah, sehingga

pembelajaran di sekolah berlangsung secara efektif dan efisien sesuai

dengan tujuan sekolah , dan dapat meningkatkan mutu proses

pembelajaran sehingga pada akhirnya akan meningkatkan mutu

pendidikan sekolah tersebut.

Mutu menurut Iim Waslima, merupakan sesuatu yang kompleks,

tidak dapat disederhanakan, sehingga istilah mutu sering dihindari. Orang

lebih suka memilik kata efektif atau yang lain untuk membahas sebuah
18

mutu. Mutu sendiri merupakan bentuk budaya perilaku. Dan TQM

merupakan suatu pendekatan dalam rangka membangun budaya mutu.

Guru sekolah memiliki perannya sebagai pendidik menjalankan

fungsi emaslim, dalam mengarahkan Sumber Daya Manusia (SDM)

sekolah, sarana prasarana dan kurikulum sekolah untuk memanfaatkan

media pembelajaran, sehingga SDM, Sarpras dan Kurikulum yang ada

menjadi efektif dan efisien dalam meningkatkan mutu pendidikan sekolah.

Untuk itu kajian tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam mendukung,

mengelola dan mengupayakan serta mengarahkan sumber daya sekolah

dengan memanfaatkan media pembelajaran yang efektif dan efisien dalam

rangka meningkatkan mutu proses pembelajaran suatu sekolah, kiranya

akan menjadi sangat menarik.

Dari beberapa permasalahkan sebagaimana penyusun ungkapkan di

awal itulah, penulis memilih judul Manajemen Analisis Mutu

Pembelajaran Melalui Pemberdayaan Fungsi Media Pembelajaran.

B. Fokus Masalah

Dari latar belakang di atas, maka permasalahan dapat

diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Sistem tata kelola pengembangan media belajar (pengadaan,

penyediaan, penggunaan dan pemeliharaan).

2. Implementasi fungsi media pembelajaran untuk meningkatkan mutu

pendidikan.
19

3. Masalah-masalah yang dihadapi oleh guru dalam menyediakan dan

memfungsikan media pembelajaran.

4. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam meningkatkan

efektivitas dan efisiensi pengembangan media pembelajaran.

C. Sub Fokus Penelitian

Dalam rangka mencapai mutu pendidikan, maka perlu ada inovasi

pembelajaran seperti pengembangan Media Pembelajaran yang efisien dan

efektif, untuk itu diperlukan kemampuan kepemimpinan Kepala Sekolah

dengan kewenangan serta kompetensi yang dimiliki sehingga

pengembangan media pembelajaran benar-benar dapat meningkatkan mutu

proses pembelajaran.

Sarana Dan Prasarana Pengembangan Mutu Proses


Media Pembelajaran Pembelajaran
Guru

Gambar 1.1 Sub Fokus Penelitian

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Analisis Pemberdayaan Media Pembelajaran terhadap

Mutu Pembelajaran dari sisi Input pada SD Negeri Parigi Nanggung

Kabupaten Bogor?

2. Bagaimana Analisis Pemberdayaan Media Pembelajaran terhadap

Mutu Pembelajaran dari sisi Proses pada SD Negeri Parigi Nanggung

Kabupaten Bogor?
20

3. Bagaimana Analisis Pemberdayaan Media Pembelajaran terhadap

Mutu pembelajaran dari segi Output pada SD Negeri Parigi Nanggung

Kabupaten Bogor?

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran umum

tentang Analisis Mutu Pembelajaran Melalui Pemberdayaan Fungsi

Media Pembelajaran.

2. Tujuan Khusus

1) Untuk Mengetahui dan Menganalisis sistem tata kelola analisis

Mutu Pembelajaran melalui pemberdayaan fungsi media belajar.

2) Untuk Mengetahui dan Menganalisis implementasi fungsi mutu

pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

3) Untuk Mengetahui dan Menganalisis masalah-masalah yang

dihadapi oleh guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran

melalui media pembelajaran.

4) Untuk Mengetahui dan Menganalisis langkah-langkah yang

dilakukan guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran melalui

pemberdayaan fungsi media belajar.

F. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis
21

Penelitian ini diharapkan menghasilkan beberapa prinsip dan

guru dalam menunjang terlaksananya upaya analisis mutu pendidikan

melalui pemanfaatan media pembelajaran yang efektif dan efisien

2. Kegunaan Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi pembuat kebijakan pendidikan

dalam meningkatkan kinerja guru

b. Bahan masukan bagi sekolah sebagai data awal untuk

merencanakan analisis mutu sekolah melalui program-program

dan pembangunan kurikulum sekolah dalam peningkatan media

pembelajaran yang efektif dan efisien di lingkungan sekolah di

Kabupaten Bogor.

c. Sebagai bahan masukan bagi para guru, terutama dalam

pemanfaatan media pembelajaran yang sesuai kurikulum

sehingga efektif dan efisien dalam peningkatan mutu proses

pembelajaran di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai