PENDAHULUAN
sebagai bentuk layanan pendidikan bagi masyarakat. Sekolah diberi kebebasan memilih strategi,
metode dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan karateristik mata pelajaran, siswa, guru dan
kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah. Secara umum, strategi/teknik pembelajaran
Pendidikan menjelaskan bahwa pendidikan menengah adalah jenjang pendidikan pada jalur
pendidikan formal yang merupakan lanjutan pendidikan dasar, berbentuk Sekolah Menengah
Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah Kejuruan atau
bentuk lain yang sederajat. Sekolah Menengah Kejuruan, adalah salah satu bentuk satuan
sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar
yang diakui sama atau setara SMP atau MTs. Pada tabel 1.1 berikut adalah jumlah Sekolah
/lembaga pendidikan yang dikelola oleh yayasan pondok pesantren Miftahuss’adah Wirosari
Grobogan berikut dengan jumlah siswa/ peserta didik yang tercatat pada semester genap
1
Tabel 1.1
Sekolah yang dikelola oleh yayasan pondok pesantren Miftahuss’adah
Wirosari Grobogan Tahun 2022 beserta jumlah siswanya
No Jenis Jumlah Keterangan
1 Pendidikan Anak Usia Dini 98
2 SD 238
3 SMP 253
4 SMA 227
5 SMK 361
6 Akademi Komunitas 32
7 Madrasah Diniyah/Wustho 309
8 Santri pondok pesantren 211 Sudah tamat sekolah , namun
masih tinggal di Ponpes
Sumber: Administrasi Yayasan Pon-Pes MIFSA, 2022
Keberhasilan suatu institusi ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu sumber daya manusia
atau tenaga kerja dan sarana dan prasarana pendukung atau fasilitas kerja. Dari kedua faktor
utama tersebut sumber daya manusia lebih penting daripada sarana dan prasarana pendukung.
(Hasibuan, 2009: 10) menjelaskan bahwa manusia selalu berperan aktif dalam setiap organisasi.
Tujuan tidak mungkin terwujud tanpa peran aktif karyawan meski peralatan canggih yang
dimiliki organisasi begitu canggihnya. Demikian juga halnya dengan yang berlaku pada Sekolah
tidak dapat berjalan sempurna jika salah satu faktor tersebut tidak dapat mendukung
berjalannya faktor yang lain. Sumber daya manusia yang dimiliki oleh pondok pesantren
Miftahussa’adah Wirosari Grobogan harus dapat mendukung pemanfaatan teknologi atau sarana
dan prasarana pendukung yang dapat membantu berjalannya sistem organisasi yang ada di
pondok pesantren Miftahussa’adah Wirosari Grobogan sehingga visi dan misi yang ingin dicapai
oleh pondok pesantren Miftahussa’adah Wirosari Grobogan dapat terwujud. Guru sebagai salah
2
satu sumber daya sebuah sekolah yang merupakan tenaga pengajar di sekolah mengemban tiga
tugas pokok, yaitu mendidik, membimbing dan mengajar/melatih siswa (Depdiknas, 2002: 6).
Menurut PP 74 Tahun 2008 Tentang Guru pasal 1 yang dimaksud dengan guru adalah pendidik
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, tenaga kependidikan harus memiliki kualifikasi,
kompetensi, dan sertifikasi sesuai dengan bidang tugasnya. Sehingga hasil kerja dapat
Kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu
kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang
diharapkan (Rivai, 2009: 547). Dari pengertian tersebut dapat dirumuskan bahwa kinerja
(performance) adalah hasil kerja yang dapat ditampilkan atau penampilan kerja seorang guru.
Dengan demikian kinerja seorang guru dapat diukur dari hasil kerja, hasil tugas, atau hasil
kegiatan dalam kurun waktu tertentu. Menurut Mulyasa (2008: 9), terdapat beberapa hal yang
menyebabkan lemahnya kinerja guru, antara lain rendahnya pemahaman tentang strategi
melakukan dan memanfaatkan penelitian tindakan kelas (classroom action research), rendahnya
motivasi berprestasi, kurang disiplin, rendahnya komitmen profesi, serta rendahnya kemampuan
pengasuh dan ketua pembina Yayasan Miftahussa’adah Wirosari Grobogan) didapatkan hasil
bahwa masih lemahnya kinerja guru pondok pesantren Miftahussa’adah Wirosari Grobogan, hal
ini terlihat dari 40% belum terbiasa membuat persiapan sebelum mengajar, dalam pelaksanaan
3
pembelajaran juga belum menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi sehingga yang
terjadi pembelajaran terasa membosankan bagi siswa dan terdapat 30% guru yang kurang
disiplin ketika guru tidak hadir dan tidak memberikan tugas kepada guru piket untuk
pembelajaran siswa. Selanjutnya masih dari hasil pengamatan di lapangan oleh peneliti
menemukan antara lain a). masih banyak guru yang belum atau bahkan tidak memiliki
kemampuan, kecakapan atau keahlian mengoperasikan komputer dengan baik untuk urusan
menggunakan komputer. b). Masih banyak guru yang tidak/belum memperhatikan capaian
pembelajaran dalam setiap pembelajaran di kelas dalam suatu topik pembelajaran yang telah
disampaikan kepada peserta didik, c). Masih banyak guru yang tidak/belum mampu melakukan
evaluasi pembelajaran dengan benar yang sesuai standar sehingga kompetensi setiap topik
pembelajaran masih bersifat relatif karena instrumen evaluasinya tidak berbasis standar d). masih
belum tercerminnya pelayanan prima yang diberikan guru kepada siswa, orang tua dan
masyarakat; e) Masih belum nampaknya kecerdasan emosional, spiritual, dan bahkan juga
kecerdasan intelektual guru dalam memecahkan berbagai permasalahan serta dalam berinteraksi
di lingkungan. Hal ini beralasan karena menurut Wirawan (2009: 9), kinerja mempunyai
hubungan kausal dengan kompetensi (competency atau ability). Kinerja merupakan fungsi dari
keterampilan, perilaku, dan pengalaman untuk melakukan suatu pekerjaan atau peran tertentu
secara efektif. Dengan menggunakan sumber daya manusia sebagai faktor penentu keberhasilan
Banyak aspek internal maupun eksternal yang dapat mendukung terciptanya kinerja yang
efektif dan efisien pada suatu organisasi. Hal-hal yang dapat mempengaruhi upaya peningkatan
4
kinerja adalah kompetensi dan motivasi kerja. Kompetensi adalah “karakteristik dasar seseorang
(individu) cara berfikir, dan bertindak yang berupa motif, karakter pribadi, konsep diri,
kompetensi adalah “kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh dari pendidikan dan atau
pelatihan”. Menurut Sedarmayanti (2009) “kompetensi kerja merupakan faktor kunci penentu
bagi seseorang dalam menghasilkan kinerja yang sangat baik”. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tingkat kompetensi yang dimiliki seorang pegawai sangat berpengaruh terhadap suatu
kinerja.
Kompetensi merupakan kajian yang strategis karena akan mendukung organisasi untuk
memfokuskan, memobilisasi dan mengarahkan seluruh aktivitas sumber daya manusia yang
Yuniarsih dan Suwatno (2009: 23) mendefinisikan bahwa kompetensi adalah karakteristik dasar
yang dapat dihubungkan dengan peningkatan kinerja individu atau tim. Menurut Draganidis
& Mentzas dalam Marwansyah (2010: 35) pengelompokan kompetensi terdiri dari
lainnya misalnya sikap (attitude), perilaku (behaviour) dan kemampuan fisik (physical ability).
ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Gambaran tentang
Grobogan ditunjukkan dengan komposisi guru berdasarkan tingkat pendidikan pada pondok
5
pesantren Miftahussa’adah Wirosari Grobogan pada saat ini dan dapat dilihat pada tabel 1.2
berikut.
Tabel 1.2
Komposisi guru pondok pesantren MIFSA berdasarkan tingkat pendidikan
1 S-1 0 76 76
2 D-3 0 19 19
3 SMK/SMA/MA 0 4 4
Jumlah 0 99 99
Sumber: Tata Usaha pondok pesantren mifsa, 2022
Tabel diatas menunjukkan 76 guru yang berpendidikan S1 berstatus Non PNS , namun
masih terdapat 19 guru yang berstatus D3 bahkan masih terdapat pula guru yang berlatar
belakang Madrasah Aliyah salaf yaitu sebanyak 4 orang . Hal ini tidak sesuai dengan PP No 19
Tahun 2005 pasal 29 Tentang Standar Nasional Pendidikan, pendidik pada pondok pesantren
atau bentuk lain yang sederajat diharuskan memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum
diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1). Adapun gambaran tentang kompetensi sosial yang
merupakan kemampuan guru untuk bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta
didik yang dimiliki guru. Sementara yang terjadi pada pondok pesantren
Miftahussa’adah Wirosari Grobogan dapat terlihat dari pembagian tugas tambahan guru
pondok pesantren Miftahussa’adah Wirosari Grobogan yaitu 9 guru yang mendapat tugas
tambahan sebagai wakil Kepala Sekolah. Perkantoran, 12 guru yang mendapat tugas
tambahan sebagai Wali Kelas, masing-masing sebagai Wali Kelas baik pada PAUD, SD,
SMP , SMK baik Jurusan Teknik dan Bisnis Sepeda Motor (TBSM), Wali Kelas Tata Busana,
6
Wali Kelas Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) . Perkantoran, 5 guru yang mendapat tugas
tambahan sebagai Pembina OSIS/MPK dan 5 guru yang mendapat tugas tambahan sebagai
guru BP/BK maupun pada Akademi Komunitas. Faktor lain yang juga memegang peranan
penting dalam pelaksanaan kerja pegawai adalah motivasi. Kinerja dipengaruhi oleh motivasi
yang merupakan kekuatan yang mendorong seseorang untuk berperilaku ke arah tujuan. Faktor
yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi
(moivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis dalam Mangkunegara (2009:67) yang
Sementara salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya
pendidikan menengah dan atas termasuk Pendidikan Kejuruan. Kenyataan yang dijumpai di
guru yaitu masih ada guru yang lulusan D-III bahkan MA. Menurut (Mushaf, 2018) kompetensi
sekolah (kurikulum). Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan belajar mandiri
dengan memanfaatkan sumber belajar. Perbedaan kompetensi guru tersebut tentunya akan
memberikan pengaruh terhadap kinerja guru dalam peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan
yang diharapkan. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen menyatakan bahwa “Dimensi kompetensi guru ada tiga yaitu : kompetensi
professional, kompetensi personal dan kompetensi sosial”. Kompetensi professional artinya guru
memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam mengenai mata pelajaran yang akan
7
fundamental tentang pendidikan, memiliki pengetahuan untuk memilih dan menggunakan
berbagai strategi yang tepat dalam pembelajaran. Kompetensi personal adalah kemampuan
kemampuan individu untuk menunjukkan kepribadian yang mantap sehingga patut diteladani
dan mampu menjadi sumber identifikasi, khususnya bagi siswa dan umumnya bagi sesama
manusia. Kompetensi sosial artinya guru menunjukkan kemampuan berkomunikasi dengan baik
Menurut Robbins (2018: 222) motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah,
dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Sesuai dengan pendapat Robbins
tersebut, jadi motivasi dapat dilihat dari tingkat kehadiran, tanggung jawab terhadap waktu
kerja yang telah ditetapkan. Persentase kehadiran guru pondok pesantren Miftahussa’adah
Wirosari Grobogan dapat dilihat dari tabel 1.3 yang diambil dari data absensi guru sebagai
berikut.
Tabel 1.3
Persentase ketidakhadiran guru pondok pesantren Miftahuss’adah Wirosari Grobogan
Semester 1 Tahun Pelajaran 2021/2022
Bulan Absen/Ketidakhadiran
Januari 3,4%
Februari 7,2 %
Maret 10,8%
April 18,8%
Mei 21,2%
Tabel diatas menunjukkan bahwa persentase absen atau ketidakhadiran guru pada
semester 1 tahun pelajaran 2021/2022 mengalami kenaikan di tiap bulannya. Hal ini
8
mengindikasikan penurunan tingkat motivasi kerja guru pondok pesantren Miftahuss’adah
Wirosari Grobogan. Sebagai tenaga professional kependidikan, guru memiliki motivasi kerja
yang berbeda antara guru yang satu dengan yang lainnya. Hal ini kelak akan berakibat adanya
perbedaan kinerja guru dalam meningkatkan mutu pendidikan. Menurut Herzberg (Robbins,
2007) menyatakan bahwa “Motivasi kerja tersusun dalam dua faktor, yaitu faktor motivator
(satisfier) dan faktor hygiene”. Faktor motivator yaitu faktor yang menyebabkan terjadinya
kepuasan kerja, seperti prestasi kerja, pengakuan, kemajuan, perasaan bahwa yang mereka
kerjakan penting dan tanggung jawab. Faktor hygiene yaitu faktor yang terbukti menjadi sumber
ketidakpuasan, seperti kebijakan administrasi, supervisi, hubungan dengan teman kerja, rasa
aman dalam pekerjaan, kehidupan pribadi, kondisi kerja dan status. Motivasi kerja guru
merupakan faktor yang penting dalam peningkatan kinerja guru karena sebagai pendorong utama
Selain faktor kompetensi dan motivasi kerja, faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru
yaitu lingkungan kerja. Dari hasi pengamatan dilokasi pondok pesantren ditemukan masih tidak
tertata dengan baiknya lingkungan kerja yang meliputi kebersihan lingkungan, tataruang kerja
yang jauh dari kerapian, pencahayaan dan sinar matahari yang tidak sesuai dengan ergonomis,
serta masih banyak lagi yang tidak mencerminkan lingkungan yang sehat untuk karyawan/guru
bisa bekerja. Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang berpengaruh kinerja guru.
Terlihat suasana di dalam ruangan belajar mengajar yang kurang kondusif, seperti kurangnya
penerangan di dalam ruangan, kurang lengkapnya fasilitas belajar di ruangan. Ditegaskan bahwa
jika merasakan suasana kerja yang kondusif di sekolahnya maka diharapkan siswa akan
kelas maupun di sekolah mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung terhadap proses
9
kegiatan belajar mengajar.
khusunya mengenai kompetensi, motivasi kerja, lingkungan kerja dan kinerja guru. Dengan
menetapkan judul penelitian “ Pengaruh Kompetensi, Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja
Permasalahan menjadi titik awal dalam menetapkan suatu kajian yang akan diteliti.
Maka berdasarkan observasi dan pengamatan yang dilakukan pada pondok pesantren
kompetensi guru
2. Adanya perbedaan motivasi kerja guru yang satu dengan yang lainnya sehingga
4. Masih adanya guru yang melaksanakan proses belajar mengajar belum sesuai
dengan standar kurikulum yang telah ditetapkan diantaranya guru tidak menyusun
10
Wirosari Grobogan, tentu membutuhkan sebuah solusi dalam mengatasi kondisinya melalui
berbagai aktivitas, salah satunya melalui kegiatan penelitian. Namun disebabkan keterbatasan
waktu dan dana, maka peneliti menekankan kegiatan penelitian ini membahas masalah
kompetensi, motivasi kerja, lingkungan kerja dan kinerja guru pondok pesantren Miftahuss’adah
Wirosari Grobogan.
Penekanan pada permasalahan yang diteliti berdasarkan batasan masalah yang telah
ditetapkan. Maka diperlukan suatu perumusan masalah yang diimplementasikan dalam bentuk
Hasil dari penelitian ini tentu dapat memberikan salah satu solusi terhadap permasalahan
yang ada pada pondok pesantren Miftahuss’adah Wirosari Grobogan. Maka tujuan penelitian ini
adalah:
11
pesantren Miftahuss’adah Wirosari Grobogan.
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penulis berharap penelitian ini akan
1. Manfaat Teoritis
asas ataupun teori-teori manajemen sumber daya manusia yang terkait dengan pengaruh
kompetensi, motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap kinerja guru pada lembaga
pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan melalui penelitian ini memberikan manfaat bagi semua pihak, pada
kinerjanya.
12