Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sekolah sebagai lembaga formal pendidikan memegang peranan penting dalam

meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembelajaran untuk menunjang kelancaran jalannya

pembangunan di Indonesia secara menyeluruh. Pembelajaran merupakan kegiatan utama sekolah

sebagai bentuk layanan pendidikan bagi masyarakat. Sekolah diberi kebebasan memilih strategi,

metode dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan karateristik mata pelajaran, siswa, guru dan

kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah. Secara umum, strategi/teknik pembelajaran

berpusat pada siswa lebih mampu memberdayakan pembelajaran siswa.

Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan

Pendidikan menjelaskan bahwa pendidikan menengah adalah jenjang pendidikan pada jalur

pendidikan formal yang merupakan lanjutan pendidikan dasar, berbentuk Sekolah Menengah

Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah Kejuruan atau

bentuk lain yang sederajat. Sekolah Menengah Kejuruan, adalah salah satu bentuk satuan

pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah

sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar

yang diakui sama atau setara SMP atau MTs. Pada tabel 1.1 berikut adalah jumlah Sekolah

/lembaga pendidikan yang dikelola oleh yayasan pondok pesantren Miftahuss’adah Wirosari

Grobogan berikut dengan jumlah siswa/ peserta didik yang tercatat pada semester genap

2021/2021 yang diambil dari data pokok kesiswaan.

1
Tabel 1.1
Sekolah yang dikelola oleh yayasan pondok pesantren Miftahuss’adah
Wirosari Grobogan Tahun 2022 beserta jumlah siswanya
No Jenis Jumlah Keterangan
1 Pendidikan Anak Usia Dini 98
2 SD 238
3 SMP 253
4 SMA 227
5 SMK 361
6 Akademi Komunitas 32
7 Madrasah Diniyah/Wustho 309
8 Santri pondok pesantren 211 Sudah tamat sekolah , namun
masih tinggal di Ponpes
Sumber: Administrasi Yayasan Pon-Pes MIFSA, 2022

Keberhasilan suatu institusi ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu sumber daya manusia

atau tenaga kerja dan sarana dan prasarana pendukung atau fasilitas kerja. Dari kedua faktor

utama tersebut sumber daya manusia lebih penting daripada sarana dan prasarana pendukung.

(Hasibuan, 2009: 10) menjelaskan bahwa manusia selalu berperan aktif dalam setiap organisasi.

Tujuan tidak mungkin terwujud tanpa peran aktif karyawan meski peralatan canggih yang

dimiliki organisasi begitu canggihnya. Demikian juga halnya dengan yang berlaku pada Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) Miftahussa’adah Wirosari Grobogan yang bernaung dan

diselenggarakan yayasan Pondok Pesantren Miftahussa’adah Wirosari Grobogan. Organisasi

tidak dapat berjalan sempurna jika salah satu faktor tersebut tidak dapat mendukung

berjalannya faktor yang lain. Sumber daya manusia yang dimiliki oleh pondok pesantren

Miftahussa’adah Wirosari Grobogan harus dapat mendukung pemanfaatan teknologi atau sarana

dan prasarana pendukung yang dapat membantu berjalannya sistem organisasi yang ada di

pondok pesantren Miftahussa’adah Wirosari Grobogan sehingga visi dan misi yang ingin dicapai

oleh pondok pesantren Miftahussa’adah Wirosari Grobogan dapat terwujud. Guru sebagai salah

2
satu sumber daya sebuah sekolah yang merupakan tenaga pengajar di sekolah mengemban tiga

tugas pokok, yaitu mendidik, membimbing dan mengajar/melatih siswa (Depdiknas, 2002: 6).

Menurut PP 74 Tahun 2008 Tentang Guru pasal 1 yang dimaksud dengan guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, tenaga kependidikan harus memiliki kualifikasi,

kompetensi, dan sertifikasi sesuai dengan bidang tugasnya. Sehingga hasil kerja dapat

ditunjukkan secara maksimal.

Kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu

kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang

diharapkan (Rivai, 2009: 547). Dari pengertian tersebut dapat dirumuskan bahwa kinerja

(performance) adalah hasil kerja yang dapat ditampilkan atau penampilan kerja seorang guru.

Dengan demikian kinerja seorang guru dapat diukur dari hasil kerja, hasil tugas, atau hasil

kegiatan dalam kurun waktu tertentu. Menurut Mulyasa (2008: 9), terdapat beberapa hal yang

menyebabkan lemahnya kinerja guru, antara lain rendahnya pemahaman tentang strategi

pembelajaran, kurangnya kemahiran dalam mengelola kelas, rendahnya kemampuan

melakukan dan memanfaatkan penelitian tindakan kelas (classroom action research), rendahnya

motivasi berprestasi, kurang disiplin, rendahnya komitmen profesi, serta rendahnya kemampuan

manajemen waktu. Berdasarkan observasi/pengamatan dilakukan peneliti (peneliti adalah

pengasuh dan ketua pembina Yayasan Miftahussa’adah Wirosari Grobogan) didapatkan hasil

bahwa masih lemahnya kinerja guru pondok pesantren Miftahussa’adah Wirosari Grobogan, hal

ini terlihat dari 40% belum terbiasa membuat persiapan sebelum mengajar, dalam pelaksanaan

3
pembelajaran juga belum menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi sehingga yang

terjadi pembelajaran terasa membosankan bagi siswa dan terdapat 30% guru yang kurang

disiplin ketika guru tidak hadir dan tidak memberikan tugas kepada guru piket untuk

pembelajaran siswa. Selanjutnya masih dari hasil pengamatan di lapangan oleh peneliti

menemukan antara lain a). masih banyak guru yang belum atau bahkan tidak memiliki

kemampuan, kecakapan atau keahlian mengoperasikan komputer dengan baik untuk urusan

administrasi pembelajaran, padahal hampir semua urusan administrasi pembelajaran disekolah

menggunakan komputer. b). Masih banyak guru yang tidak/belum memperhatikan capaian

pembelajaran dalam setiap pembelajaran di kelas dalam suatu topik pembelajaran yang telah

disampaikan kepada peserta didik, c). Masih banyak guru yang tidak/belum mampu melakukan

evaluasi pembelajaran dengan benar yang sesuai standar sehingga kompetensi setiap topik

pembelajaran masih bersifat relatif karena instrumen evaluasinya tidak berbasis standar d). masih

belum tercerminnya pelayanan prima yang diberikan guru kepada siswa, orang tua dan

masyarakat; e) Masih belum nampaknya kecerdasan emosional, spiritual, dan bahkan juga

kecerdasan intelektual guru dalam memecahkan berbagai permasalahan serta dalam berinteraksi

di lingkungan. Hal ini beralasan karena menurut Wirawan (2009: 9), kinerja mempunyai

hubungan kausal dengan kompetensi (competency atau ability). Kinerja merupakan fungsi dari

kompetensi, sikap dan tindakan. Kompetensi melukiskan karakteristik pengetahuan,

keterampilan, perilaku, dan pengalaman untuk melakukan suatu pekerjaan atau peran tertentu

secara efektif. Dengan menggunakan sumber daya manusia sebagai faktor penentu keberhasilan

maka kompetensi merupakan aspek penentu keberhasilan.

Banyak aspek internal maupun eksternal yang dapat mendukung terciptanya kinerja yang

efektif dan efisien pada suatu organisasi. Hal-hal yang dapat mempengaruhi upaya peningkatan

4
kinerja adalah kompetensi dan motivasi kerja. Kompetensi adalah “karakteristik dasar seseorang

(individu) cara berfikir, dan bertindak yang berupa motif, karakter pribadi, konsep diri,

pengetahuan serta keterampilan” (Ruky, 2003:104). Sedangkan menurut Mantja (2007:2),

kompetensi adalah “kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh dari pendidikan dan atau

pelatihan”. Menurut Sedarmayanti (2009) “kompetensi kerja merupakan faktor kunci penentu

bagi seseorang dalam menghasilkan kinerja yang sangat baik”. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa tingkat kompetensi yang dimiliki seorang pegawai sangat berpengaruh terhadap suatu

kinerja.

Kompetensi merupakan kajian yang strategis karena akan mendukung organisasi untuk

memfokuskan, memobilisasi dan mengarahkan seluruh aktivitas sumber daya manusia yang

mempengaruhi keberadaan organisasi. Sebagaimana dikemukakan Mathis dan Jackson dalam

Yuniarsih dan Suwatno (2009: 23) mendefinisikan bahwa kompetensi adalah karakteristik dasar

yang dapat dihubungkan dengan peningkatan kinerja individu atau tim. Menurut Draganidis

& Mentzas dalam Marwansyah (2010: 35) pengelompokan kompetensi terdiri dari

pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), kemampuan (abilities)dan atau karakteristik

lainnya misalnya sikap (attitude), perilaku (behaviour) dan kemampuan fisik (physical ability).

Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,

ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan. Menurut PP 74 Tahun 2008 Tentang Guru pasal 3

kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,

dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Gambaran tentang

kompetensi profesional yang dimiliki guru pondok pesantren Miftahussa’adah Wirosari

Grobogan ditunjukkan dengan komposisi guru berdasarkan tingkat pendidikan pada pondok

5
pesantren Miftahussa’adah Wirosari Grobogan pada saat ini dan dapat dilihat pada tabel 1.2

berikut.

Tabel 1.2
Komposisi guru pondok pesantren MIFSA berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan PNS Non PNS Jumlah

1 S-1 0 76 76

2 D-3 0 19 19

3 SMK/SMA/MA 0 4 4

Jumlah 0 99 99
Sumber: Tata Usaha pondok pesantren mifsa, 2022

Tabel diatas menunjukkan 76 guru yang berpendidikan S1 berstatus Non PNS , namun

masih terdapat 19 guru yang berstatus D3 bahkan masih terdapat pula guru yang berlatar

belakang Madrasah Aliyah salaf yaitu sebanyak 4 orang . Hal ini tidak sesuai dengan PP No 19

Tahun 2005 pasal 29 Tentang Standar Nasional Pendidikan, pendidik pada pondok pesantren

atau bentuk lain yang sederajat diharuskan memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum

diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1). Adapun gambaran tentang kompetensi sosial yang

merupakan kemampuan guru untuk bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama

pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta

didik yang dimiliki guru. Sementara yang terjadi pada pondok pesantren

Miftahussa’adah Wirosari Grobogan dapat terlihat dari pembagian tugas tambahan guru

pondok pesantren Miftahussa’adah Wirosari Grobogan yaitu 9 guru yang mendapat tugas

tambahan sebagai wakil Kepala Sekolah. Perkantoran, 12 guru yang mendapat tugas

tambahan sebagai Wali Kelas, masing-masing sebagai Wali Kelas baik pada PAUD, SD,

SMP , SMK baik Jurusan Teknik dan Bisnis Sepeda Motor (TBSM), Wali Kelas Tata Busana,

6
Wali Kelas Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) . Perkantoran, 5 guru yang mendapat tugas

tambahan sebagai Pembina OSIS/MPK dan 5 guru yang mendapat tugas tambahan sebagai

guru BP/BK maupun pada Akademi Komunitas. Faktor lain yang juga memegang peranan

penting dalam pelaksanaan kerja pegawai adalah motivasi. Kinerja dipengaruhi oleh motivasi

yang merupakan kekuatan yang mendorong seseorang untuk berperilaku ke arah tujuan. Faktor

yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi

(moivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis dalam Mangkunegara (2009:67) yang

merumuskan bahwa: Human performance = Ability x Motivation, sementara Motivation =

Attitude x Situation Ability = Knowledge x Skill

Sementara salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya

pendidikan menengah dan atas termasuk Pendidikan Kejuruan. Kenyataan yang dijumpai di

pondok pesantren Miftahuss’adah Wirosari Grobogan masih terdapat perbedaan kompetensi

guru yaitu masih ada guru yang lulusan D-III bahkan MA. Menurut (Mushaf, 2018) kompetensi

guru merupakan kumpulan pengetahuan, perilaku, tujuan pembelajaran dan pendidikan di

sekolah (kurikulum). Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan belajar mandiri

dengan memanfaatkan sumber belajar. Perbedaan kompetensi guru tersebut tentunya akan

memberikan pengaruh terhadap kinerja guru dalam peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan

yang diharapkan. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen menyatakan bahwa “Dimensi kompetensi guru ada tiga yaitu : kompetensi

professional, kompetensi personal dan kompetensi sosial”. Kompetensi professional artinya guru

memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam mengenai mata pelajaran yang akan

ditransformasikan kepada siswa serta penguasaan metodologinya, memiliki pengetahuan yang

7
fundamental tentang pendidikan, memiliki pengetahuan untuk memilih dan menggunakan

berbagai strategi yang tepat dalam pembelajaran. Kompetensi personal adalah kemampuan

kemampuan individu untuk menunjukkan kepribadian yang mantap sehingga patut diteladani

dan mampu menjadi sumber identifikasi, khususnya bagi siswa dan umumnya bagi sesama

manusia. Kompetensi sosial artinya guru menunjukkan kemampuan berkomunikasi dengan baik

terhadap siswanya, sesama guru, pemimpinnya dan dengan masyarakat luas.

Menurut Robbins (2018: 222) motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah,

dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Sesuai dengan pendapat Robbins

tersebut, jadi motivasi dapat dilihat dari tingkat kehadiran, tanggung jawab terhadap waktu

kerja yang telah ditetapkan. Persentase kehadiran guru pondok pesantren Miftahussa’adah

Wirosari Grobogan dapat dilihat dari tabel 1.3 yang diambil dari data absensi guru sebagai

berikut.

Tabel 1.3
Persentase ketidakhadiran guru pondok pesantren Miftahuss’adah Wirosari Grobogan
Semester 1 Tahun Pelajaran 2021/2022

Bulan Absen/Ketidakhadiran

Januari 3,4%

Februari 7,2 %

Maret 10,8%

April 18,8%

Mei 21,2%

Sumber: Tata Usaha Pondok Pesantren Miftahuss’adah, 2021/2022

Tabel diatas menunjukkan bahwa persentase absen atau ketidakhadiran guru pada

semester 1 tahun pelajaran 2021/2022 mengalami kenaikan di tiap bulannya. Hal ini

8
mengindikasikan penurunan tingkat motivasi kerja guru pondok pesantren Miftahuss’adah

Wirosari Grobogan. Sebagai tenaga professional kependidikan, guru memiliki motivasi kerja

yang berbeda antara guru yang satu dengan yang lainnya. Hal ini kelak akan berakibat adanya

perbedaan kinerja guru dalam meningkatkan mutu pendidikan. Menurut Herzberg (Robbins,

2007) menyatakan bahwa “Motivasi kerja tersusun dalam dua faktor, yaitu faktor motivator

(satisfier) dan faktor hygiene”. Faktor motivator yaitu faktor yang menyebabkan terjadinya

kepuasan kerja, seperti prestasi kerja, pengakuan, kemajuan, perasaan bahwa yang mereka

kerjakan penting dan tanggung jawab. Faktor hygiene yaitu faktor yang terbukti menjadi sumber

ketidakpuasan, seperti kebijakan administrasi, supervisi, hubungan dengan teman kerja, rasa

aman dalam pekerjaan, kehidupan pribadi, kondisi kerja dan status. Motivasi kerja guru

merupakan faktor yang penting dalam peningkatan kinerja guru karena sebagai pendorong utama

setiap guru melaksanakan tugas profesinya sesuai ketentuan yang berlaku.

Selain faktor kompetensi dan motivasi kerja, faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru

yaitu lingkungan kerja. Dari hasi pengamatan dilokasi pondok pesantren ditemukan masih tidak

tertata dengan baiknya lingkungan kerja yang meliputi kebersihan lingkungan, tataruang kerja

yang jauh dari kerapian, pencahayaan dan sinar matahari yang tidak sesuai dengan ergonomis,

serta masih banyak lagi yang tidak mencerminkan lingkungan yang sehat untuk karyawan/guru

bisa bekerja. Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang berpengaruh kinerja guru.

Terlihat suasana di dalam ruangan belajar mengajar yang kurang kondusif, seperti kurangnya

penerangan di dalam ruangan, kurang lengkapnya fasilitas belajar di ruangan. Ditegaskan bahwa

jika merasakan suasana kerja yang kondusif di sekolahnya maka diharapkan siswa akan

mencapai prestasi akademik yang memuaskan. Disimpulkan bahwa lingkungan pembelajaran di

kelas maupun di sekolah mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung terhadap proses

9
kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan permasalahan dan temuan penelitian sebelumnya, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian pada pondok pesantren Miftahuss’adah Wirosari Grobogan,

khusunya mengenai kompetensi, motivasi kerja, lingkungan kerja dan kinerja guru. Dengan

menetapkan judul penelitian “ Pengaruh Kompetensi, Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja

Terhadap Kinerja Guru Pondok Pesantren Miftahuss’adah Wirosari Grobogan “.

1.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan menjadi titik awal dalam menetapkan suatu kajian yang akan diteliti.

Maka berdasarkan observasi dan pengamatan yang dilakukan pada pondok pesantren

Miftahuss’adah Wirosari Grobogan ditemukan berbagai permasalahan yang mucul, diantaranya :

1. Ada perbedaan tingkat pendidikan guru pengajar pondok pesantren

Miftahuss’adah Wirosari Grobogan sehingga terjadi perbedaan tingkat

kompetensi guru

2. Adanya perbedaan motivasi kerja guru yang satu dengan yang lainnya sehingga

terjadi perbedaan kinerja guru untuk meningkatkan mutu pendidikan

3. Kurangnya kesempatan untuk mengembangkan kemampuan bagi guru itu sendiri

4. Masih adanya guru yang melaksanakan proses belajar mengajar belum sesuai

dengan standar kurikulum yang telah ditetapkan diantaranya guru tidak menyusun

dan mempersiapkan rencana pokok pembelajaran (RPP)

5. Lingkungan pondok pesantren Miftahuss’adah Wirosari Grobogan masih kurang

terjaga kebersihannya, sehingga proses pembelajaran berjalan kurang nyaman

1.3 Pembatasan Masalah

Banyaknya berbagai masalah yang terdapat pada pondok pesantren Miftahuss’adah

10
Wirosari Grobogan, tentu membutuhkan sebuah solusi dalam mengatasi kondisinya melalui

berbagai aktivitas, salah satunya melalui kegiatan penelitian. Namun disebabkan keterbatasan

waktu dan dana, maka peneliti menekankan kegiatan penelitian ini membahas masalah

kompetensi, motivasi kerja, lingkungan kerja dan kinerja guru pondok pesantren Miftahuss’adah

Wirosari Grobogan.

1.4 Perumusan Masalah

Penekanan pada permasalahan yang diteliti berdasarkan batasan masalah yang telah

ditetapkan. Maka diperlukan suatu perumusan masalah yang diimplementasikan dalam bentuk

pertanyaan. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana pengaruh kompetensi terhadap kinerja guru pondok pesantren

Miftahuss’adah Wirosari Grobogan?

2. Bagaimana pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru pondok pesantren

Miftahuss’adah Wirosari Grobogan?

3. Bagaimana pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja guru pondok

pesantren Miftahuss’adah Wirosari Grobogan?

4. Bagaimana pengaruh kompetensi, motivasi kerja dan lingkungan kerja secara

simultan/bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja guru pondok pesantren

Miftahuss’adah Wirosari Grobogan?

1.5 Tujuan Penelitian

Hasil dari penelitian ini tentu dapat memberikan salah satu solusi terhadap permasalahan

yang ada pada pondok pesantren Miftahuss’adah Wirosari Grobogan. Maka tujuan penelitian ini

adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh kompetensi terhadap kinerja guru pondok

11
pesantren Miftahuss’adah Wirosari Grobogan.

2. Untuk menganalisis pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru pondok

pesantren Miftahuss’adah Wirosari Grobogan.

3. Untuk menganalisis pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja guru pondok

pesantren Miftahuss’adah Wirosari Grobogan.

4. Untuk menganalisis pengaruh kompetensi, motivasi kerja dan lingkungan kerja

secara simultan/bersama-sama terhadap kinerja guru pondok pesantren

Miftahuss’adah Wirosari Grobogan.

1.6 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penulis berharap penelitian ini akan

memberikan manfaat pada pihak-pihak yang berkepentingan antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengembangan konsep,

asas ataupun teori-teori manajemen sumber daya manusia yang terkait dengan pengaruh

kompetensi, motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap kinerja guru pada lembaga

pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan melalui penelitian ini memberikan manfaat bagi semua pihak, pada

umumnya bagi masyarakat dan sekolah/organisasi lainnya, serta pada khususnya

bagi pondok pesantren Miftahuss’adah Wirosari Grobogan dalam hal pengaruh

kompetensi dan lingkungan kerja yang dapat memotivasi serta meningkatkan

kinerjanya.

12

Anda mungkin juga menyukai