(Studi Kasus pada Guru PAK SMP Negeri Se-Distrik Sentani, Kabupaten
Jayapura)
Abstrak
Penelitian ini bertolak dari kerisauan peneliti terhadap kebijakan instansi pendidikan yang
mengesampingkan pengembangan kompetensi guru Pendidikan Agama Kristen melalui
kegiatan workshop, lokakarya, dan seminar dan upaya guru yang belum optimal dalam
mengembangkan kemampuan pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial di dunia
kerja. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis problematika kinerja guru PAK di SMP
Negeri Se-Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura dalam dunia kerja. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, sementara teknik pengumpulan
data berupa wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan
guru PAK pada SMP Se-Distrik Sentani Kota belum optimal dalam meningkatkan
kompetensi pedagogik dan profesional sebagai penunjang di dunia kerja. Temuan lainnya
adalah dalam aspek kompetensi kepribadian dan sosial guru hanya berfokus pada internal
sekolah dan mengabaikan eksternal sekolah. pihak sekolah belum memainkan peran
optimal untuk mengembangkan kompetensi profesional dan sosial guru PAK melalui
kegiatan ilmiah workshop, lokakarya, dan seminar. Kesimpulan yang dapat ditarik dalam
penelitian ini adalah pengembangan kompetensi pegagogik, profesional, kepribadian, dan
sosial yang belum optimal di dunia kerja. Sehingga menjadi perhatian utama bagi pihak
guru PAK dan lembaga untuk mengoptimalkan keempat kompetensi dimaksud di dunia
kerja.
Kata Kunci: Kinerja Guru, Kompetensi Guru, Tuntutan Kerja
Pendahuluan
Di era globalisasi saat ini, guru dituntut harus mempunyai kecakapan
ketrampilan yang mampu berinovasi dan kreatif sehingga dapat bersaing dalam
masyarakat global. Pendidikan menentukan perkembangan dan standar suatu
negara, dengan demikian tingkat pendidikan turut berdampak pada kualitas bangsa.
Pendidikan menjadi hal terpenting dalam kehidupan setiap manusia, pendidikan
yang baik berasal dari guru yang baik dan berkualitas. Di Indonesia, profesi
pengajar menghendaki untuk menjadi yang teratas di antara semua pekerjaan dan
profesi lainnya (Hatta, 2018).
Guru merupakan komponen penting dalam proses pendidikan, guru
berperan untuk menciptakan Pendidikan yang bermutu dalam keberhasilan
Pendidikan dimasa depan. Pendidikan yang berkualitas ditentukan oleh guru yang
berkualitas pula, dengan kata lain Keberhasilan pendidikan berjalan seiring dengan
peran guru dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas (Kumar, 2013:13).
Salah satu dilema pendidikan Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan
kinerja (work performance) yang tepat (Danim dalam Hasanah, Nanang Fattah, &
Eka Prihatin, 2010). Dengan demikian, kinerja guru memiliki pengaruh langsung
pada standar pendidikan di negara mana pun (Nousiainen, Kangas, Rikala, &
Vesisenaho, 2018).
Tanggung jawab utama seorang guru adalah untuk mengajar, menasihati,
mengarahkan, mengevaluasi, melatih, dan mengadministrasi dengan tergat untuk
membantu siswa mengembangkan kemampuan mereka (Kartowagiran, 2011;
Naydenova & Naydenova, 2016). Dalam melaksanakan tanggung jawabnya
seorang guru harus mampu menunjukan kinerjanya dalam setiap aktivitas yang
dilakukan dalam menjalankan tugas-tugas utama yang diberikan kepadanya serta
mampu bekerja secara efisien dengan menguasai dan menerapkan ketrampilan
mereka sendiri, dapat dikatakan bahwa tugas-tugas rutin yang diselesaikan
berdampak pada kinerjanya (Uno & Lamatenggo dalam Apriliya Dwi Astuti,
2017).
Kinerja dapat dipahami sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh setiap
orang berhubungan dengan hasil atau output dari suatu proses untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan “output drive from processes, human or otherwise”
(Smith dalam Mulyasa, 2005:136). Mulyasa menambahkan “Performance” atau
kinerja dimaknai sebagai pelaksanaan, pencapaian, prestasi, dari output atau hasil
yang dikerjakan.
Dalam mencapai hasil kerja guru yang optimal terdapat beberapa komponen
kinerja guru yang meliputi kualitas kerja antar sesama teman sejawat, tepat dalam
menyelesaikan kerja serta output atau hasil kerja, kuantitas kerja berupa tanggung
jawab kerja, beban serta proses kerja yang bermuara pada jumlah kerja dan
pemanfaatan waktu dalam bekerja antara kesesuaian perencanaan dan ketepatan
waktu (Ismail, 2010; Kartowagiran, 2011). Guru diharapkan dapat melaksanakan
pembelajaran secara konsisten, efektif dan efisien dalam menghasilkan kualitas
pendidik yang berkompeten, Jika pembelajaran tidak dilakukan dengan benar,
hasilnya juga tidak akan baik (Kamdi, 2014).
Kinerja guru merupakan isu penting, setiap Lembaga Pendidikan harus
mempersiapkan dan meningkatkan kualitas dan mutu guru. Selama ini kinerja guru
terkesan kurang optimal. Guru menjalankan tugasnya hanya sebagai kegiatan rutin
yang tidak kreatif. Inovasi dan kreativitas guru masih relatif terbatas dalam
mencapai suatu prestasi (Sagala, 2009: 38).
Hal ini juga terjadi pada sebagian guru di SMP Se-Distrik Sentani, terdapat
sebagian guru belum mampu menunjukan kinerja dengan baik karena kurang
ditunjang oleh kompetensi yang dimiliki. Kurangnya kesadaran dalam melakukan
tugas dan tanggung jawab sebagai seorang guru, hal ini turut berpengaruh pada
hasil kerja dari guru tersebut. Selain keterbatasan penguasaan kompetensi,
keterbatasan dalam penguasaan teknologi juga merupakan faktor yang
mempengaruhi kinerja seorang guru dilapangan. Selain itu, guru jarang diberi
kesempatan untuk tumbuh secara profesional sebagai pendidik. Kurangnya,
kebijakan instansi pendidikan yang mengesampingkan pengembangan kompetensi
guru Pendidikan Agama Kristen melalui kegiatan workshop, lokakarya, dan
seminar.
Fenomone ini telah turut berdampak pada prestasi siswa yang masih
fluktuatif dan tidak menunjukan keberhasilan yang signifikan, salah satu faktor
penyebabnya yaitu kompetensi guru. Menyeleraskan antara kompotensi dengan
menggunakan media belajar, sumber belajar yang setara dengan kebutuhan siswa.
Guru harus dituntut dalam penguasaan perubahan zaman yaitu sikap adaptif
terhadap perkembangan teknologi, serta penguasaan kompetensi dalam
mempersiapan diri untuk dapat menjawab tuntutan kerja yang semakin berat.
Masa depan Indonesia yang kuat bergantung pada guru yang menghasilkan
peserta didik yang unik dengan landasan moral yang kokoh, kecakapan hidup
praktis, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (Joni, 2006: 12). Penerapan
dan pemakaian teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pendidikan dan
pembelajaran merupakan salah satu indikator yang berpengaruh serta mendukung
tercapainya suatu proses pembelajaran yang berkualitas pada satuan pendidikan
(Miarso 2011: 528).
Hasil kerja yang optimal dapat meningkatkan mutu Pendidikan yang
berkualitas. Minimnya pelatihan yang dilakukan oleh instansi Pendidikan terkait
guna meningkatkan kualitas guru khususnya Pendidikan agama Kristen. Berbagai
permasalahan di lingkungan rumah dan keluarga, serta pekerjaan dan beban kerja
yang berlebihan sering kali menjadi alasan tertentu, sehingga membuat guru merasa
sulit dalam mengembangkan kompetensi dalam dirinya. Hal ini perlu diatasi guna
meningkatkan taraf mutu Pendidikan kita kedepan.
Kinerja dan kompetensi mempunyai hubungan keterkaitan antara satu sama
lain. Kompotensi merupakan uraian prinsip kualitatif tentang tindakan guru yang
menggambarkan pengetahuan, kemampuan serta ketrampilan dalam melakukan
pekerjaan untuk memenuhi tujuan yang diinginkan (Wijaya & Rusyan (1991:8),
Mulyasa (2007:8), & Sanjaya 2005:145).
Dalam UU Guru dan Dosen, tahun 2005 nomor 14 pasal 1, ayat 10
dijelaskan “kompetensi merupakan sekumpulan knowledge, Skills, serta perilaku
yang dimiliki, dijiwai dan dikuasai guru atau dosen agar dapat melaksanakan
pekerjaannya secara profesional. Dapat dikatakan bahwa penguasaan dan
implementasi kompetensi seorang guru dapat menentukan kualitas proses
Pendidikan dapat tercapai sesuai yang diharapkan.
Berdasakan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 No.
20 pasal 10 mengharuskan guru menguasai; (1) kompotensi pedagogik kemampuan
dalam mengatur pembelajaran siswa; (2) kompetensi kepribadian, atau kapasitas
kepribadian untuk menjadi panutan bagi murid-muridnya dan memiliki kepribadian
yang luhur, bijaksana, dan berwibawa; (3) menjadi kompeten secara sosial adalah
mampu berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain, termasuk
siswa, guru, dan orang tua atau wali murid; dan (4) Kompetensi profesional yaitu
keahlian mendalami dan memahami secara menyeluruh pembelajaran yang didapat
dari Pendidikan profesi.
Penguasaan kompetensi merupakan salah satu unsur penting bagi guru
dalam melakukan tugas dan tanggung jawab. Keberhasilan tersebut perlu
ditungjang dengan penguasaan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang dimiliki
guru. Penguasaan kompetensi menuntut guru dapat bekerja secara profesional
dalam melaksanakan tugas yang diemban. Kompotensi mengarah pada kecakapan
seseorang melakukan sesuatu yang didapat lewat Pendidikan, saat melaksanakan
tugas pendidikan kompetensi mengacu pada kinerja dan tindakan yang beralasan
untuk memenuhi verifikasi yang ditentukan (Hawi, 2010: 4).
Secara umum Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang dimiliki
guru dalam mendidik, membimbing, dan merealisasikan pembelajaran. Banyak hal
yang terkait dengan pedagogik, dalam merancang materi, hingga berujung pada
hasil output siswa. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang
Standar Nasional Pendidikan Tahun 2005 Nomor 19, ayat (3), Pasal 28, butir a,
yang menjelaskan bahwa dalam mengelola pembelajaran siswa, guru membutuhkan
kompetensi pedagogik, yang meliputi mengenal siswa, merencanakan dan
melaksanakan pengajaran, menilai hasil belajar, dan membantu siswa mencapai
potensi penuh mereka.
Menurut Kaiser (2005:1-5) mengatakan bahwa pedagogik merupakan
pengetahuan atau ketrampilan yang secara khusus berfokus mempelajari metode
pengajaran (teaching methods). Sedangkan Kementerian Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan tahun
2010 diuraikan bahwa komponen-komponen dalam kompetensi pedagogik, antara
lain: menguasai karakteristik peserta didik, menguasai teori belajar dan prinsip-
prinsip pembelajaran, mampu mengembangkan kurikulum, merancang
pembelajaran, mengembangkan potensi peserta didik, mampu berkomunikasi
secara efektif, mampu merancang dan melaksanakan penilaian dan evaluasi
(Riandhana, 2020).
Menjadi seorang guru harus ditunjang dengan kepribadian yang baik, guru
tidak hanya menguasai kompetensi pedegogik saja tetapi harus dilengkapi dengan
kepribadian kemampuan individual yang menggambarkan perilaku yang berakhlak
baik, teguh, bijak, dewasa, dan berkarisma, menjadi panutan bagi siswa
(Kartowagiran, 2011: 464). Seorang guru harus memahami bagaimana
kepribadiannya, yang terpancar dalam setiap tindakan ha ini turut mempengaruhi
tercapainya tujuan pendidikan atau tidak. Kepribadian seorang guru akan
memutuskan apakah dia akan menjadi pelatih dan pendidik yang baik untuk murid-
muridnya atau tidak. Kompetensi kepribadian adalah keterampilan yang
berhubungan dengan perilaku guru tersebut, yang selanjutnya harus memiliki moral
yang tinggi sehingga terlihat dalam perilaku sehari-hari (Roqib dan Nurfuadi,
2009:122).
Pentingnya keterampilan sosial seorang guru ditemukan dalam tanggung
jawab pribadi guru untuk berinteraksi dengan komunitasnya sebagai seseorang
yang hidup di tengah-tengah lingkungan pendidikan dan masyarakat. Dalam
meningkatkan profesionalitas guru pada dunia kerja perlu mempunyai kompetensi
sosial yang baik berkait dengan kemampuan seorang guru untuk berinteraksi dan
berkomunikasi dengan sukses dengan siswa, guru lain, tenaga kependidikan, orang
tua, dan anggota masyarakat lainnya (Farida Sarimaya, 2008 & Arikunto, 1993).
Kemampuan guru dalam mengimplementasikan pengetahuan, kepribadian
dan ketrampilan sosial yang baik dan berkualitas untuk memenuhi kewajibannya
dan melakukan kegiatannya sebagai guru. Guru sebagai pendidik profesional,
diharapkan dapat meningkatkan kompotensi profesional yang merupakan keahlian
dalam menguasai dan mengkaji materi ajar, terdiri dari pemahaman menyeluruh
tentang dasar-dasar ilmiah dari materi pelajaran yang tercakup dalam kurikulum
sekolah dan penambahan pemahaman keilmuan secara luas dan mendalam sebagai
guru (Kartowagiran, 2011). Komponen dalam kompetensi profesional, meliputi:
penguasaan materi, penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar,
mengembangkan materi pembelajaran, pengembangan keprofesionalan,
pemanfaatan teknologi dan komunikasi (Riandhana, 2020).
Kompetensi merupakan unsur penting dalam menunjang kinerja seorang
guru dilapangan, terampil dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sebagai
pendidik. Untuk itu guru dituntut berkompeten, mempunyai kinerja yang baik, serta
memiliki kompetensi yang mendukung dibidangnya dapat bersaing di dunia kerja,
dan cakap dalam mengerjakan tugas yang ditetapkan sesuai dengan standar
perusahaan/sekolah (Maeliah, M. 2012: 176). Yang menjadi pertanyaannya, apakah
hal ini sudah dimiliki guru PAK pada SMP Negeri Se-Distrik Sentani, Pendidikan
kita saat ini sedang diperhadapkan pada tantangan era modern. Banyak aspek
kehidupan telah berevolusi dan berubah seiring dengan kemajuan zaman.
Akibatnya, tidak dapat dipungkiri bahwa paradigma dan sistem pendidikan harus
dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan saat ini (Muhson, A., Wahyuni, D.,
Supriyanto, S., & Mulyani, E, 2012: 43).
Hal ini menunjukan bahwa guru PAK pada SMP Negeri Se-Distrik Sentani
sedang mengalami pergolakan yang harus ditangan secara serius, jika tidak maka
dapat berpotensi hilangnya kualitas para penerus bangsa sebagai unjuk tombak
dimasa depan. Untuk itu diperlukan berbagai upaya dalam meningkatkan mutu
Pendidikan demi menjaga kestabilan kualitas Pendidikan peserta didik pada jenjang
Sekolah Menengah Pertama Se-Distrik Sentani untuk menjawab tuntutan
perkembangan zaman.
Mengingat begitu pentingnya kinerja guru yang bermuara pada hasil kerja
yang optimal serta dapat menjawab tuntutan dunia Pendidikan yang sering
mengalami transformasi, maka kajian dalam penulisan ini sangat penting dan
menarik untuk diteliti dalam melihat Problematika Kinerja Guru PAK dalam Dunia
Kerja Pada SMP Negeri Se-Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura. Karena, kinerja
mengacu pada bakat seseorang untuk mencapai keberhasilan pada tugas tertentu
sebagaimana dibuktikan melalui kemampuan seorang guru menguasai
kompetensinya dalam menunjukan hasil kerja yang efektif. Oleh karena itu, peneliti
menyadari akan ada banyak kerugian jika tema dalam penulisan ini tidak diteliti
serta mencari solusi yang baik.
Metode
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif.
Pendekatan ini dipilih untuk menghasilkan secara mendalam dan komprehensif
yang berkaitan dengan tema penelitian.
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, dimulai dari Bulan Juni sampai
Agustus 2022 pada SMP Negeri Se-Distrik Sentani, Kab. Jayapura, Papua.
Informan dalam penelitian ini adalah guru Pendidikan Agama Kristen yang
berjumlah 17 orang dan kepala sekolah yang berjumlah 5 orang. Peneliti
menggunakan teknik wawancara secara mendalam, observasi, dan studi
dokumentasi berupa pengumpulan data-data atau dokumentasi berupa foto, proses
pembelajaran, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan tema penelitian ini.
Simpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah pengembangan
kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial yang belum optimal di
dunia kerja. Sehingga menjadi perhatian utama bagi pihak guru PAK dan lembaga
untuk mengoptimalkan keempat kompetensi dimaksud di dunia kerja. Tuntutan
dunia kerja membuat guru Pendidikan Agama Kristen berusaha walaupun dengan
banyak keterbatasan untuk meningkatkan pengetahuan dan memampukan dirinya
untuk mengajar, mendidik, dan melatih siswa, namun belum mampu menciptakan
kehidupan yang lebih bermakna dengan kehadiran sebagai pelaku kebaikkan
dalam kehidupan sosial dilingkungannya.
Pentinnya peran instansi Pendidikan tekait dalam melakukan kegiatan
berupa pelatihan, workshop, diklat maupun seminar dalam meningkatkan kualitas
kerja guru PAK pada SMP Se-Distrik Sentani. Dengan adanya pelatihan tersebut
dapat menunjang kinerja guru PAK dalam memenuhi tuntutan Pendidika masa
kini. Disisi lain, peran sekolah bukan saja melibatkan guru PAK dalam setiap
kegiatan dan memberikan tugas tambahan, tetapi harus di tunjang dengan
pelatihan dan pembekalan bagi guru PAK agar kompetensi dapat terpenuhi
sehingga tujuan Pendidikan dapat tercapai secara maksimal.
Referensi
Andriani, R., Andriany, D. A., & Lailla, S. K. (2021). Meningkatkan Kualitas Guru
Dalam Menguasai TIK Melalui Program Microsoft Partner in Learning (PiL)
dan Aplikasi Moodle. In Current Research in Education: Conference Series
Journal (Vol. 1, No. 1).
Apriliya Dwi Astuti. (2017). Pengaruh Motivasi Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja
Guru SD Di Kabupaten Cilacap. Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan,
5(2), 150–160. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004.
Arikunto Suharsimi, 1993. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Asria, L., Sari, D. R., Ngaini, S. A., Muyasaroh, U., & Rahmawati, F. (2021). Analisis
Antusiasme Siswa dalam Evaluasi Belajar Menggunakan Platform Quizizz.
Alifmatika: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Matematika, 3(1), 1-17.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2005): Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan,
Jakarta, h. 90.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, UU no. 20 tahun 2003 tentng
Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 10. Jakarta: Depdiknas.
E. Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
E. Mulyasa, (2013). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya), h.17.
Hatta, M. (2018). Empat Komptensi untuk Membangun Profesionalisme Guru.
Hawi, Akmal. (2010). Kompetensi Guru PAI. Palembang: Rafah Press.
Iis Sugiyanti .2012. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual dan Perilaku
belajar Terhadap Tingkat Pemahaman Akutansi. Skripsi tidak diterbitkan.
Pontianak: Fakultas Ekonomi Untan Pontianak.
Irda, A. (2022). Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantu Media
Liveworksheets Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Mata Pelalajaran
Biologi Kelas X Di Sma N 1 Punggur (Doctoral Dissertation, Uin Raden Intan
Lampung).
Ismail, M. I. (2010). Kinerja Dan Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran. Lentera
Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, 13(1), 44–63.
https://doi.org/10.24252/lp.2010v13n1a4.
Jamin, H. (2018). Upaya Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru. At-Ta'dib: Jurnal
Ilmiah Prodi Pendidikan Agama Islam, 19-36.
Joni, (2006). Standar Kompetensi Profesional Guru, Jakarta.
Kaiser, David, (200). Pedagogy and The Practice of Science. (Massachusetts: The MIT
Press), hlm. 1-5.
Kamdi, W. (2014). Kinerja guru smk: analisis beban kerja dan karakteristik
pembelajaran. Teknologi dan Kejuruan: Jurnal teknologi, Kejuruan dan
Pengajarannya, 37(1).
Kartowagiran, B. (2011). Kinerja Guru Profesional (Guru Pasca Sertifikasi). Cakrawala
Pendidikan, 30(3), 463–473.
Kartowagiran, B. (2011). Kinerja guru profesional (Guru pasca sertifikasi). Jurnal
Cakrawala Pendidikan, 3(3), h. 464.
Kumar, M. S. V. (2013). The Influence of Teacher’s Professional Competence on
Students’ Achievement. IOSR Journal of Engineering, 3(11), 12–18.
https://doi.org/10.9790/3021-031121218.
Maeliah, M. (2012). Peran Guru dalam Menyiapkan Kompetensi Kerja Siswa Sesuai
Tuntutan Dunia Kerja di Industri Busana. Prosiding APTEKINDO, 6(1).
Mahirah, B. (2017). Evaluasi Belajar Peserta Didik (Siswa). Idaarah: Jurnal Manajemen
Pendidikan, 1(2), 257–267.
Mardia Hayati dan Nurhasnawati, Desain Pembelajaran, Pekanbaru: CV Mutiara pesisir
sumatra, 2014. hlm. 35-36.
Miarso, Yusufhadi. 2011. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Muhammad Ali, Guru dalam proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Bru Algensindo,
2004, hlm.98.
Muhson, A., Wahyuni, D., Supriyanto, S., & Mulyani, E. (2012). Analisis relevansi
lulusan perguruan tinggi dengan dunia kerja. Jurnal Economia, 8(1), 42-52.
Mulyasa, H. E. (2007). Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Naydenova, I. S., & Naydenova, N. N. (2016). Teacher’s Electronic Portfolio in
Professional Standard of Teacher. SHS Web of Conferences, 29(01052), 1–5.
https://doi.org/10.1051/shsconf/20162901052.
Nehe, E. (2020). Problematika Guru Ber-Kompetensi Tidak Terlatih Terhadap Kemajuan
Sekolah. Jurnal Alasma: Media Informasi dan Komunikasi Ilmiah, 2(2), 269-
284.
Ratih Anggraini 2010. Pengaruh Sikap dan Perilaku dalam Pembelajaran IPS Terpadu
Terahadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII di SMP Islamiyah Pontianak. Skripsi
tidak diterbitkan. Pontianak: FKIP UNTAN PONTIANAK.
Riandhana, T. E. (2020). Pengaruh Kompetensi Profesional Guru terhadap Pembelajaran
IPS di SMP Negeri Kota Palu. Center Of Education Journal (CEJou), 1(01),
16-23.
Roqib, Moh. dan Nurfuadi. (2009). Kepribadian Guru: Upaya Mengembangkan
Kepribadian Guru yang Sehat di Masa Depan. Yogyakarta: Grafindo Litera
Media.
Sagala, S. (2009). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Sanjaya, W. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompotensi.
Jakarta: Kencana Prenata Media Group.
Sardiman, A. M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sarimada, farida. 2008. Sertifikasi guru. Bandung. Yrama widya
Sari, P. I. (2018). Pengaruh Lingkungan Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Guru Di SMK NEGERI 10 Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro
Jambi. Eklektik: Jurnal Pendidikan Ekonomi Dan Kewirausahaan, 1 (1), 1-10.
Suprihatiningrum, Jamil (2013). Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi, &
Kompetensi Guru, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Udin, Syaefudin saud, pengembangan profesi guru, Bandung: Alfabeta, 2013. Hlm.53.
Undang-undang No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Jakarta: BP. Karya
Mandiri.
Wijaya, C., & Rusyan, A. T. (1991). Kemampuan dasar guru dalam proses belajar
mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Zuhdan Kun Prasetyo, dkk. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sains Terpadu
Untuk Meningkatkan Kognitif, Keterampilan Proses, Kreativitas serta
Menerapkan Konsep Ilmiah Peserta Didik SMP. Program Pascasarjana UNY.