Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan sebagaimana yang telah

diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa. Adapun tujuannya adalah mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta penuh tanggung jawab

Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen

pada pasal 1 menyebutkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam melaksanakan

tugasnya guru bekerjasama dengan orang tua dan masyarakat. Untuk dapat

melaksanakan tugas dan tanggung jawab di atas, seorang guru dituntut memiliki

beberapa kemampuan dan keterampilan tertentu. Kemampuan dan keterampilan

tersebut merupakan bagian dari kompetensi profesionalisme guru. Kompetensi

merupakan suatu kemampuan yang mutlak dimiliki oleh guru agar tugas sebagai

pendidik dapat terlaksana dengan baik.

1
2

Dalam hal pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), pendidikan

memiliki nilai strategis dan mempunyai peran penting sebagai suatu investasi di

masa depan. Karena secara teoritis, pendidikan adalah dasar dari pertumbuhan

ekonomi, sains dan teknologi, serta mengurangi kemiskinan dan ketimpangan

dalam pendapatan, dan peningkatan kualitas peradaban manusia pada umumnya.

Nilai strategis pendidikan yang makro ini, menyimpulkan bahwa pendidikan

menyimpan kekuatan luar biasa untuk menciptakan keseluruhan aspek lingkungan

hidup dan dapat memberikan informasi paling berharga mengenai pegangan hidup

di masa depan serta membantu anak didik mempersiapkan kebutuhan hidup yang

esensial untuk menghadapi perubahan.

Partini (2009: 6) menyatakan bahwa tujuan diselenggarakannya

pendidikan anak usia dini yaitu; a) membentuk anak Indonesia yang berkualitas,

b) membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.

Guru sebagai orang yang berada pada barisan terdepan dalam pendidikan di

sekolah mempunyai peran utama sebagai pendidik, membelajarkan siswa,

pembimbing, dan pelatih. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Th. 2003

yang menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum

jenjang pendidikan dasar. Guru sebagai pendidik yaitu menanamkan nilai-nilai

serta norma-norma kehidupan. Membelajarkan siswa yaitu upaya meneruskan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan perkembangan

zaman, sedangkan membimbing yaitu upaya meluruskan dan mengarahkan siswa

kepada tujuan sesuai dengan kemampuan siswa dan melatih yaitu

mengembangkan keterampilan dan penerapan.


3

Keberhasilan guru dalam melaksanakan tugasnya akan ikut menentukan

keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan atau menentukan mutu pendidik. Oleh

sebab itu, guru perlu melaksanakan tugasnya seefektif mungkin sehingga siswa

dapat belajar lebih efektif dan mutu pendidikan menjadi lebih baik. Diantara tugas

keprofesionalan guru yang perlu dilaksanakan menurut Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 ayat (a) Tentang Guru dan Dosen

adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang

bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Untuk itu

dibutuhkan kompetensi guru dalam melaksanakan tugas tersebut. Melalui

peningkatan kompetensinya, guru akan mampu melaksanakan tugasnya dengan

sebaik-baiknya. Dengan demikian peningkatan kompetensi guru diharapkan

mampu meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah terutama pada

PAUD yang merupakan salah satu pendidikan formal dasar dan sangat penting

membantu anak mulai mengenal pendidikan formal. Dengan demikian diketahui

bahwa kompetensi yang baik dari guru akan memmbantu memperlancar

pelaksanaan tugas guru tersebut.

Selain kompetensi pedagogik yang merupakan kompetensi yang mesti

dimiliki guru, peran kepemimpinan kepala sekolah turut mempengaruhi

pelaksanaan tugas guru ini. Melalui kepemimpinannya, kepala sekolah diharapkan

mampu memberikan teladan kepada bawahannya agar melaksanakan tugas

dengan baik. Selain itu, kepala sekolah juga diharapkan mampu mempengaruhi

guru dengan idealismenya sehingga guru mempunyai visi dan misi yang sama

dengan kepala sekolah. Jika seorang guru dan kepala sekolah mempunyai satu

misi yang sama dan sejalan, diharapkan pelaksanaan tugas guru menjadi lebih

baik. Kepala sekolah juga diharapkan mampu memotivasi dan mengaktifkan guru
4

dalam bekerja, agar guru lebih kreaktif dalam melaksanakan tugasnya. Agar

pelaksanaan tugas semakin staabil dan konsisten, diperlukan perhatian kepala

sekolah terhadap individu guru. Dilihat dari bentuk tugas kepala sekolah tersebut,

maka jenis kepemimpinan kepela sekolah yang dibutuhkan adalah jenis

kepemimpinan transformasional kepala sekolah.

Berdasarkan prasurvei dan wawancara yang dilakukan dengan kepala

sekolah beserta guru dari 2 PAUD yang tersebar di Kecamatan Koto XI Tarusan

diperoleh fenomena berupa 1) Masih ada beberapa guru yang belum membuat

persiapan mengajar, 2) masih ada guru yang tidak membuat administrasi kelas, 3)

terlihat beberapa guru kurang menguasai kelas/ mempunyai kemampuan

pengelolaan manajemen kelas yang rendah, 4) beberapa guru mengajar tidak

sesuai dengan perkembangan anak, 5) masih ada guru yang terlambat, 6) beberapa

guru kurang kreatif menyajikan materi, 7) beberapa guru kurang menggunakan

metode yang bervariasi, 8) beberapa guru sering meninggalkan siswa di kelas, 9)

masih ada guru kurang menstimulasi anak, 10) masih terlihat kurangnya

pengawasan dari kepala sekolah, 11) beberapa kepala sekolah sering mengambil

keputusan sendiri, 12) masih terdapat Kepala sekolah yang jarang memberikan

reward kepada guru, 13) beberapa guru merasa kepala sekolah kurang adil dalam

pembagian tugas, 14) beberapa kepala sekolah terlalu sering di luar sekolah, 15)

beberapa kepala sekolah tidak berani menegur guru yang salah, 16) beberapa

kepala sekolah kurang disiplin dalam melaksanakan tugas.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


5

Tabel 1. Fenomena Pelaksanaan Tugas Guru

Permasalahan Frekuensi Presentase

Guru yang belum mampu membuat persiapan mengajar 84 orang 44%


Guru yang tidak menyerahkan laporan administrasi kelas 32 orang 16,9%
Guru yang cabut/ meninggalkan kelas sebelum jam 18 orang 9%
mengajar habis
Guru yang terlambat lebih dari 3 kali berdasarkan absensi 62 orang 32,8%
Kepala sekolah yang bermasalah dengan kehadiran di 7 orang 21,8%
sekolah
Sumber : (KKKS PKG PAUD Sarai Serumpun Kec. Koto XI Tarusan)

Fenomena di atas merupakan indikasi kurang baiknya pelaksanaan tugas

guru dan hal tersebut tidak dapat dibiarkan terus berlangsung karena akan

berdampak terhadap hasil belajar siswa dan pada gilirannya menurunnya mutu

pendidikan, sehubungan dengan itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti faktor

yang terkait dengan masalah tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Pelaksanaan tugas guru dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor

dalam diri guru maupun dari luar diri guru. Menurut Nurhizrah (2009:29) faktor

internal yang mempengaruhi pelaksanaan tugas guru, yaitu kemampuan

(kompetensi) guru, komitmen, disiplin, sikap, kepribadian, motivasi,. Sedangkan

faktor eksternal antara lain supervisi, sarana dan prasarana, insentif, dan

kepemimpinan kepala sekolah.

Faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Kepemimpinan
insentif kepala sekolah Kompetensi

Sarana dan Komitmen


prasarana
Pelaksanaan Tugas
Guru
Supervisi Disiplin
6

Motivasi Sikap
Kepribadian

Gambar 1. Faktor-faktor yang diduga berkontribusi terhadap pelaksanaan


tugas guru

Kompetensi seorang guru juga berpengaruh terhadap pelaksanaan

tugasnya. Sesuai dengan pendapat Mulyasa (2004:37) yang menyatakan

kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap

yang direleflsikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Apabila guru memiliki

kompetensi yang tinggi, maka dia akan dengan mudah memecahkan masalah yang

dihadapi disaat melaksanakan tugas-tugasnya.

Komitmen dapat diartikan sebagai suatu janji untuk melaksanakan

pekerjaannya dengan kerelaan hati mengorbankan waktunya, bersungguh-sungguh

dalam melaksanakan tugas dan merupakan bagian dalam pembelajaran untuk

menjadi lebih baik melalui perbuatan atau tindakan dengan penuh rasa

tanggungjawab. Fenomena yang terlihat adalah, guru kurang komit dengan tugas

yang dijalaninya. Guru kurang memiliki tekad dan komitmen dalam

melaksanakan tugasnya.

Disiplin adalah latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta

pengembangan tabiat. Menurut Mulyasa (2003:118) disiplin merupakan sesuatu

yang penting untuk menanamkan rasa hormat terhadap kewenangan, menanamkan

kerjasama dan merupakan kebutuhan untuk berorganisasi, serta untuk

menanamkan rasa hormat terhadap orang lain. Disiplin berkaitan dengan

pengembangan sikap yang layak terhadap pekerjaan. Secara singkat dapat

dikatakan bahwa disiplin adalah keadaan yang menyebabkan atau memberikan

dorongan kepada seseorang untuk berbuat dan melakukan segala kegiatan sesuai
7

dengan norma-norma atau aturan-aturan yang telah ditetapkan. Pelanggaran

disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan seseorang yang melanggar

ketentuan peraturan baik dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja.

Sikap guru adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif,

predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana,

sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Fenomena

yang terlihat adalah beberapa guru belum menunjukkan sikap yang baik dalam

menjalankan tugasnya. Beberapa guru terlihat mengajar dengan sikap yang malas

dengan cara memberikan tugas dan catatan sekenanya pada siswa.

Menurut Djamarah (2010: 40) menyatakan bahwa Kepribadian adalah

keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsure psikis dan fisik. Kepribadian

yang baik akan menghasilkan pelaksanaan tugas yang baik pula. Namun

fenomena yang terlihat di lapangan menunjukkan perlunya peningkatan

kepribadian guru, karena jika faktor ini tidak diperhatikan dengan baik

dikawatirkan pelaksanaan tugas guru menjadu kurang baik.

Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang dalam

memenuhi kebutuhannya. Dengan adanya motivasi dalam diri guru untuk bekerja,

dia akan lebih giat dan tekun dalam bekerja sehingga akan berdampak terhadap

pelaksanaan tugasnya. Fenomena yang terlihat selama ini masih ada guru yang

kurang motivasinya untuk melaksanakan tugas dengan baik dan bersikap apatis

terhadap tugasnya.

Menurut Yahya (2011:27-28) menyatakan bahwa supervisi adalah bantuan

dan bimbingan profesional bagi guru dalam melaksanakan tugas instruksional

guna memperbaiki proses belajar dan mengajar dengan melakukan stimulasi,

koordinasi, dan bimbingan secara berkesinambungan untuk meningkatkan


8

pertumbuhan jabatan guru secara individual maupun kelompok sehingga ada

perubahan secara berarti dari kondisi tertentu kepada kondisi yang lebih baik. (to

help to change).

Untuk menunjang pelaksanaan pendidikan diperlukan fasilitas pendukung

yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Mulyasa (2012:87) mengemukakan sarana

dan prasarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara

langsung dan tidak langsung yang dipergunakan dan menunjang proses

pendidikan khususnya proses belajar mengajar. Sebagai pelaksana tugas

pendidikan, guru juga mempunyai peran dalam mengelola sarana dan prasarana

terutama yang berhubungan dengan sarana pembelajaran yaitu alat pelajaran, alat

peraga dan media pembelajaran lainnya. Kenyataan di lapangan terlihat guru

jarang sekali mengunakan alat peraga dalam menyampaikan materi pembelajaran.

Anggapan dari beberapa orang guru menggunakan alat peraga menghabiskan

banyak waktu sehingga tujuan kurikulum tidak dapat tercapai, sehingga guru

selalu berusaha mengejar menyelesaikan materi pembelajaran tanpa

memperhatikan pemahaman pada siswa.

Handoko (2001:176) menyatakan insentif yang diberikan akan dapat

meningkatkan motivasi karyawan untuk melaksanakan kerja lebih dari standar

yang ditetapkan. Insentif yang diterima guru sesuai dengan beban pekerjaan yang

dilakukan akan mendorongnya untuk melakukan tugasnya dengan baik.

Fenomena yang ditemukan di sekolah guru yang melaksanakan kegiatan di luar

sekolah, tidak diberikan uang transportasi. Hal ini menimbulkan rasa

ketidakpuasan dalam diri guru tersebut yang berdampak pada kurang

maksimalnya pelaksanaan tugas guru.


9

Kepemimpinan transformasional kepala sekolah juga faktor yang diduga

berpengaruh dalam pelaksanaan tugas guru. Kepala sekolah yang mempunyai

perhatian yang tinggi terhadap masalah yang dihadapi guru, akan mendorong guru

agar belajar lebih baik sehingga pelaksanaan tugas guru akan lebih baik sesuai

dengan motonya, yaitu membuat perubahan bagi guru kea rah yang lebih baik.

Kenyataan kepemimpinan transformasional kepala sekolah di beberapa PAUD

tersebut masih ada yang mementingkan kepentingan pribadi lebih banyak bertugas

di luar sekolah dengan alasan ke kantor dinas pendidikan dan rapat dinas sehingga

perhatian terhadap kondisi sekolah ditangani oleh guru sendiri dan terkadang

masalah yang beratpun ditangani sendiri oleh guru. Akibat dari hal tersebut guru

tidak melaksanakan tugasnya dengan maksimal.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, dikatakan

berbagai faktor yang diduga turut mempengaruhi pelaksanaan tugas guru. Seorang

guru akan mencapai berhasil melaksanakan tugasnya jika dia memiliki

kompetensi terutama kompetensi pedagogik yang tinggi. Hal ini juga didukung

oleh peran kepala sekolah sebagai pemimpin dimana melalui kepemimpinannya

dalam lingkungan kerja akan membina, membimbing dan menfasilitasi guru

dalam melaksanakan tugasnya agar mampu menghasilkan output dari seorang

guru sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari mereka juga perlu meningkatkan

kompetensinya masing-masing, untuk itu diperlukan kepemimpinan yang baik

dari kepala sekolah agar dapat melaksanakan pembinaan kepada guru secara

kontinu atau berkelanjutan. Adanya faktor kepemimpinan ini dirasa sangat

berpangaruh pada pelaksanaan tugas guru. Banyak hal yang harus dilakukan
10

secara bersama-sama, tanpa adanya dukungan dari sesama guru mustahil bisa

terlaksana dengan baik. Melihat fenomena lapangan yang tampak dominan yaitu

guru belum dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan

tujuan pendidikan dan masih belum maksimalnya kompetensi yang dimiliki guru

untuk dapat melaksanakan tugas mengajarnya, maka penelitian dibatasi hanya

meneliti kontribusi kompetensi pedagogik guru dan kepemimpinan

transformasional kepala sekolah terhadap pelaksanaan tugas guru PAUD di

Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah penelitian di atas, peneliti merumuskan

masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah kompetensi pedagogik guru berkontribusi terhadap pelaksanaan tugas

guru PAUD di Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan?

2. Apakah kepemimpinan transformasional kepala sekolah berkontribusi

terhadap pelaksanaan tugas guru PAUD di Kecamatan Koto XI Tarusan

Kabupaten Pesisir Selatan?

3. Apakah kompetensi pedagogik guru dan kepemimpinan transformasional

kepala sekolah secara bersama-sama berkontribusi terhadap pelaksanaan tugas

guru PAUD di Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan?

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian

ini adalah untuk mengungkapkan:

1. Kontribusi kompetensi pedagogik guru terhadap pelaksanaan tugas guru

PAUD di Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan?


11

2. Kontribusi kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap

pelaksanaan tugas guru PAUD di Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten

Pesisir Selatan?

3. Kontribusi kompetensi pedagogik guru dan kepemimpinan

transformasional kepala sekolah secara bersama-sama terhadap pelaksanaan

tugas guru PAUD di Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan?

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan

dalam kajian pelaksanaan tugas guru. Selain dari itu diharapkan penelitian ini

mampu memberikan sumbangan ide dan pemikiran tentang kontribusi

Kompetensi pedagogik guru dan kepemimpinan transformasional kepala

sekolah terhadap pelaksanaan tugas guru.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai informasi untuk :

a. Para guru sebagai umpan balik dalam meningkatkan pelaksanaan tugas.

b. Pengelola PAUD sebagai pembinaan kearah perbaikan dalam pelaksaan

tugas guru.

c. Pengawas Pendidikan, dalam memberikan pengawasan dan pembinaan

terhadap pelaksanaan tugas guru secara maksimal.

d. Kepala UPTD Pendidikan Kabupaten Pesisir Selatan sebagai bahan

pembinaan untuk meningkatkan pelaksanaan tugas guru.

e. Peneliti lainnya sebagai perbandingan dan sumber data untuk mengambil

informasi dalam menyelesaikan sebuah penelitian di bidang yang sama.


12

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pelaksanaan Tugas Guru

a. Pengertian Pelaksanaan Tugas Guru

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pelaksanaan berasal dari kata

laksana yang berarti proses, atau perbuatan. Pelaksanaan diartikan sebagai

cara atau perbuatan melaksanakan rancangan, keputusan dan lain-lain.

Sedangkan tugas berarti pekerjaan yang wajib dilakukan dan menjadi tanggung

jawab seseorang.

Usman (2011:7) menyatakan bahwa tugas dan peranan guru tidak

terbatas dalam masyarakat, bahkan guru pada hakekatnya merupakan

komponen strategis yang memiliki peran yang penting dalam menentukan

gerak maju kehidupan bangsa. Untuk itu bisa dikatakan bahwa tugas tersebut

meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan.

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.

Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan

kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan

keterampilan-keterampilan pada siswa. Komarudin dalam Nurhizrah (2009:11)

menyatakan bahwa “pelaksanaan tugas adalah suatu keadaan yang

menunjukkan tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan”.

12
13

Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat dirumuskan pengertian

pelaksanaan tugas guru yaitu suatu proses atau perbuatan yang menunjukkan

cara seseorang melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk mencapai

tujuan.

b. Pentingnya Pelaksanaan Tugas Guru

Sebagai pendidik yang profesional, guru haruslah memiliki kemampuan

yang baik dalam melaksanakan tugasnya. Sebaik apapun program pendidikan

yang telah disusun tanpa didukung pelaksanaan yang baik dan profesional tidak

akan dapat mencapai hasil yang memuaskan. Schacter (2010: Jurnal)

menyatakan bahwa “ teacher’s performance can focus efforts on actual

teaching performance and provide a constructive knowl-edge base to develop

teacher quality”. Pelaksanaan tugas guru yang baik akan dapat membantu

siswa belajar secara efektif sehingga dapat bertumbuh dan berkembang secara

optimal. Sebaliknya kalau guru tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan

baik tentu akan berdampak negatif pada mutu pendidikan.

Mulyasa (2005:67) menyatakan bahwa guru harus mampu memerankan

diri dan member inspirasi bagi peserta didik, sehingga kegiatan belajar dan

pembelajaran dapat membangkitkan ide-ide baru. Pelaksanaan tugas guru ini

tentunya dipengaruhi oleh kompetensi pedagogik guru tersebut, misalnya

melaksanakan kegiatan mengajar, karena apa yang diajarkan akan menjadi

acuan siswa. Seandainya guru salah dalam mengajar sesuatu maka siswa akan

salah dalam memhami hal tersebut.


14

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa guru perlu melaksanakan

tugasnya dengan baik atau profesional sesuai dengan yang disyaratkan dalam

Undang-undang Guru dan Dosen tahun 2005 yaitu agar dapat membelajarkan

siswa secara maksimal dalam rangka peningkatan mutu sekolah.

c. Tugas Guru PAUD

Sebagai seorang pendidik yang memahami fungsi dan tugasnya, guru

khususnya ia dibekali dengan berbagai ilmu keguruan sebagai dasar, disertai

pula dengan seperangkat latihan keterampilan keguruan dan pada kondisi itu

pula ia belajar memersosialisasikan sikap keguruan yang diperlukannya.

Seorang yang berpribadi khusus yakni ramuan dari pengetahuan sikap dan

keterampilan keguruan yang akan ditransformasikan kepada anak didik atau

siswanya. Guru yang memahami fungsi dan tugasnya tidak hanya sebatas

dinding sekolah saja, tetapi juga sebagai penghubung sekolah dengan

masyarakat yang juga memiliki beberapa tugas. Djamarah (2006 : 11)

mengemukakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran kegiatan belajar mengajar

seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar

mengajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Seorang

guru menjadi pendidik yang sekaligus sebagai seorang pembimbing.

Menurut Yuliani (2009:13-15) peran guru meliputi peran dalam

berinteraksi, peran dalam pengasuhan, peran dalam mengatur tekanan atau

stress, memberikan fasilitas, perencanaan, pengayaan, pembelajaran,

bimbingan dan pemeliharaan. Hal tersebut menggambarkan peran guru PAUD

secara umum
15

Tugas Guru dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun

2010 tentang Guru Pasal 52 ayat 1 yang menyatakan bahwa tugas pokok guru

yaitu: 1) merencanakan pembelajaran, 2) melaksanakan pembelajaran, 3)

menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik. Menurut

Undang-undang guru dan dosen no 14 Tahun 2005, tugas guru antara lain (1)

membuat rencana pembelajaran, (2) melaksanakan pembelajaran, (3)

melaksanakan evaluasi dan (4) melaksanakan bimbingan dan latihan serta

manajemen kelas. Keempat tugas tersebut dapat dijelaskan berikut ini:

1) Merencanakan Pembelajaran

Rencana pembelajaran adalah menggambarkan prosedur dan

pengorganisasian pelaksanaan pembelajaran yang sistematis sehingga dapat

mencapai suatu tujuan. Supaya setiap pembelajaran dilakukan efektif dan

efisien, maka pembelajaran mesti direncanakan. Menurut PP No. 19 tahun

2005 padal 20 perencanaan proses pembelajaran meliputi menyusun silabus

dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya

tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan

penilaian hasil belajar. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan

atau kelompok mata pelajaran atau tema tertentu mencakup standar

kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), mareri pokok/ pembelajaran,

kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian,

penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Untuk mengembangkan silabus

guru perlu mengetahui prinsip-prinsip pengembangan silabus yaitu: ilmiah,

relevan, sistematis, konsisten, memadai, aktual dan konstektual, fleksibel, dan


16

menyeluruh. Melaksanakan perencanaan pembelajaran di PAUD (TK dan

KB) di mulai dari pembuatan program tahunan, semester, RKM dan RKH)

2) Melaksanakan Pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran ditujukan untuk memberikan pengalaman

belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar siswa,

siswa dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka

pencapaian kompetensi.

Kegiatan pembelajaran menurut Permen No. 41 (2007) meliputi tiga

tahapan yaitu: (a) kegiatan pendahuluan, (b) kegiatan pembelajaran, (c)

kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam

suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan

motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif

dalam proses pembelajaran, yaitu dengan cara memulai pelajaran dengan

mengingatkan kembali kepada siswa pembelajaran yang telah dipelajari

sebelumnya atau mengaitkan materi baru yang berhubungan dengan

kehidupan sehari-hari, dengan memberikan beberapa pertanyaan;

Kegiatan inti, kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk

mencapai kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara

interaktif (melakukan diskusi terbuka antara guru dengan murid dan

memberikan beberapa pertanyaan), inspiratif (memberikan gambaran dan

realita sehingga mampu memancing skemata berfikir anak), menyenangkan

(menyampaikan materi ajar yang menarik misalnya guru mengaitkan dengan

lagu-lagu atau permainan-permainan yang sesuai dengan materi pokok),


17

menantang (memberikan kuis atau memberikan sebuah deskripsi sehingga

siswa mampu menginterprestasikan apa yang disampaikan oleh guru dengan

bahasa sendiri sesuai dengan kemampuan berfikir serta ilmu pengetahuan

yang dimiliki), memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif (guru

melibatkan seluruh siswa dengan memberikan semangat dan arahan dengan

cara pengorganisasian dalam proses pembelajaran), serta memberikan ruang

yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini

dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses.eksplorasi, elaborasi,

dan konfirmasi.

Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk

rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan

tindaklanjut. Melaksanakan pembelajaran di PAUD (TK dan KB) meliputi :

a) Pendahuluan, lebih kurang 30 menit, b) Inti 60 menit, c) istirahat 60 menit,

d) dan penutup 30 menit.

3) Melaksanakan Evaluasi dan Tindak Lanjut

Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk

menentukan apakah siswa telah mencapai/menguasai kompetensi pokok

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Thoha (2003: evaluasi

adalah kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek

dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak

ukur untuk memperoleh kesimpulan. Proses ini berguna untuk menentukan


18

nilai siswa melalui kegiatan pengukuran dan penilaian hasil belajar dengan

prosedur yang harus dilakukan guru sebagai berikut: (1) penyusunan

rancangan, (2) penyusunan instrumen, (3) pengumpulan data, (4) analisis

data, dan (5) penyusunan laporan.

Dalam Permen No. 41 tahun 2007 dinyatakan bahwa Evaluasi proses

pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara

keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan

proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Evaluasi proses

pembelajaran diselenggarakan dengan cara: a) membandingkan proses

pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses, b)

mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan

kompetensi guru.

Evaluasi pembelajaran dilaksankan sesuai dengan prosedur dan

instrumen penilaian proses dan hasil belajar, dimana indikator pencapaian

kompetensi mengacu kepada Standar Penilaian. Sehingga penilaian dapat

terukur dengan jelas, dan memudahkan guru dalam melakukan evaluasi.

Melaksanakan evaluasi di PAUD (TK dan KB) dilakukan dengan terus

menerus selama proses pembelajaran berlangsung.

4) Membimbing dan Melatih

Menurut Prayitno dan Amti (2004:99) bimbingan adalah suatu proses

memberi bantuan baik kepada perorangan maupun kelompok siswa agar

siswa yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri

dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada
19

serta dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Oleh

karena itu dengan perkembangan ilmu, teknologi dan sosial budaya yang

terjadi begitu cepat sekarang ini, menyebabkan peranan guru menjadi

meningkat, tidak hanya mengajar, mendidik juga menjadi pembimbing.

Dalam melaksanakan tugas, guru sebagai pembimbing diharapkan mampu

menggunakan pendekatan yang bersifat pribadi dalam setiap pembelajaran

yng berlangsung.

Membimbing dan melatih peserta didik dibedakan menjadi tiga

kategori yaitu membimbing atau melatih peserta didik dalam proses tatap

muka, intrakurikuler, dan ekstrakurikuler. 1) Bimbingan dan latihan pada

proses tatap muka bimbingan dan latihan pada kegiatan pembelajaran adalah

bimbingan dan latihan yang dilakukan agar peserta didik dapat mencapai

kompetensi yang telah ditetapkan. 2) Bimbingan dan latihan pada kegiatan

intrakurikuler. Bimbingan dalam kegiatan intrakurikuler terdiri dari

pembelajaran perbaikan (remedial teaching) dan pengayaan (enrichment)

pada mata pelajaran yang diampu guru. Kegiatan pembelajaran perbaikan

merupakan kegiatan bimbingan dan latihan kepada peserta didik yang belum

menguasai kompetensi yang harus dicapai. Kegiatan Bimbingan dan latihan

intrakurikuler dilakukan dalam kelas pada jadwal khusus, disesuaikan

dengan kebutuhan, tidak harus dilaksanakan dengan jadwal tetap setiap

minggu. 3) Bimbingan dan latihan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan

ekstrakurikuler bersifat pilihan dan wajib diikuti siswa. Kegiatan

ekstrakurikuler dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Pelaksanaan


20

bimbingan dan latihan di PAUD dilakukan pada saat anak belajar sambil

bermain dan bermain seraya belajar

5) Manajemen Kelas

Rusdinal (2010: 9) pengelolaan kelas merupakan merupakan salah

satu prasyarat untuk mewujudkan proses pembelajaran yang dapat

merangsang anak beraktivitas. Rusydie (2011:24) menyatakan manajemen

kelas adalah segala usaha yang dilakukan untuk mewujudkan terciptanya

suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat

memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan mereka.

Manajemen kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan proses

belajar mengajar secara sistematis. Keberhasilan pelaksanaan tugas guru

dalam administrasi kelas dapat dilihat dari ketepatan dan kelengkapan

pencatatan data siswa atau kelas. Sedangkan keberhasilan tugas dalam

membina siswa dapat dilihat dari terbentuknya tingkah laku siswa yang baik

dan positif dalam kelas maupun di lingkungan sekolah. Keberhasilan dalam

membina interaksi siswa dapat dilihat dari terbinanya hubungan yang

harmonis antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan

masyarakat. Menurut Rusdinal (2010:9) pengelolaan kelas di Taman Kanak-

kanak merupakan suatu usaha yang dilakukan guru secara sistematis yang

dimulai dari merencanakan aktivitas, pembelajaran, menyiapkan sarana

pendukung, mengatur waktu aktivitas anak, menata ruang kelas serta

membangun iklim kelas yang kondusif bagi pembelajaran anak secara efektif.
21

d. Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Tugas Guru

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas guru

Suharsimi (2001:208) menyatakan bahwa pelaksanaan tugas guru secara garis

besarnya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal terdiri dari sikap, minat, motivasi, disiplin, kecerdasan, dan

kepribadian, sedangkan faktor eksternal berupa partisipasi guru dalam bekerja,

insentif, sarana prasarana, hubungan antarpribadi, dan kepemimpinan

transformasional kepala sekolah. Nanang (2004) menyatakan faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan tugas guru adalah insentif yang diterima, iklim

kerja, kepemimpinan transformasional kepala sekolah, sarana dan prasarana.

Nurhizrah, dkk (2009: 11) menyatakan bahwa pelaksanaan tugas guru adalah

suatu keadaan yang menunjuk pada berbagai kegiatan yang dilakukan guru

sebagai bentuk implementasi dari tugas dan tanggungjawabnya. Bentuk

kegiatan ini beragam, misalnya mengajar, mendidik, membimbing siswa dan

mengelola kelas dengan siswa.

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi tugas guru dapat berasal dari dalam diri guru itu

sendiri (internal) berupa kepribadian, disiplin, motivasi, sikap, minat,

kecerdasan, dan kesungguhan, sedangkan faktor eksternal adalah dukungan

organisasi dan manajemen, insentif, sarana prasarana, kepemimpinan

transformasional kepala sekolah, hubungan antarpribadi dan iklim kerja.

Berdasarkan kajian teori di atas dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan tugas guru yaitu suatu proses atau perbuatan yang menunjukkan
22

bagaimana guru merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan kemampuan yang

dimiliki serta mengelola bahan ajar, sarana, administrasi serta pengaturan

ruang belajar. Indikator pelaksanaan tugas adalah 1) membuat rencana

pembelajaran, 2) melaksanakan pembelajaran, 3) melaksanakan evaluasi dan

tindak lanjut, 4) Membimbing dan melatih, dan 5) mengelola kelas.

2. Kompetensi Pedagogik Guru

a. Pengertian Kompetensi Pedagogik Guru

Setiap guru yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada

suatu sekolah tertentu diharapkan mampu menunjukkan kinerja yang

memuaskan dan memberikan konstribusi yang maksimal terhadap pencapaian

tujuan di sekolah tersebut. Pedagogik adalah teori mendidik yang

mempersoalkan apa dan bagaimana mendidik sebaik-baiknya. Sedangkan

menurut pengertian Yunani, pedagogik adalah ilmu menuntun anak yang

membicarakan masalah atau persoalan-persoalan dalam pendidikan dan

kegiatan-kegiatan mendidik,antara lain seperti tujuan pendidikan, alat

pendidikan, cara melaksanakan pendidikan, anak didik, pendidik dan

sebagainya. Oleh sebab itu pedagogik dipandang sebagai suatu proses atau

aktifitas yang bertujuan agar tingkah laku manusia mengalami perubahan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan

seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran yang berhubungan

dengan peserta didik, meliputi pemahaman wawasan atau landasan


23

kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum

atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang

mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil

belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya

Menurut Broke dan Stone dalam Mulyasa (2005:25) mengemukakan

bahwa kompetensi guru sebagai “… descriptive of qualitative nature of

teacher to be entirely meaningful…” kompetensi merupakan gambaran

kualitatif tentang hakikat perilaku yang penuh arti. Sedangkan kompetensi

guru menurut Uzer Usman (2000: 14) adalah kemampuan seorang guru

dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggungjawab dan

layak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru lebih

mengarah kepada kemampuan guru dalam menjalankan tugasnya.

Kemampuan melaksanakan tugas yang baik mengindikasikan baiknya

kompetensi pedagogik yang dimiliki guru tersebut.

Pedagogik adalah teori mendidik yang mempersoalkan apa dan

bagaimana mendidik sebaik-baiknya. Kunandar (2011: 76) menyatakan

bahwa kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya. Hal ini berarti kompetensi pedagogik mencakup segenap

kemampuan dasar yang wajib dimiliki guru dalam melaksanakan tugasnya

sebagai guru.
24

Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan

seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran yang berhubungan

dengan peserta didik, meliputi pemahaman wawasan atau landasan

kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum

atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang

mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil

belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya.

Dari pengertian kompetensi pedagogik sebelumnya, dapat

disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan

guru dalam mengelola proses pembelajaran yang meliputi pemahaman

wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik,

pengembangan kurikulum atau silabus.

b. Pentingnya Kompetensi Pedagogik Guru

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir

(a) dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan

mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap

peserta didik, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kemudian UU RI No.

14 Tahun 2005 tentang guru dan doses dijelaskan bahwa kompetensi

pedagogik adalah kemampuan seorang guru dan dosen mengelola proses

pembelajaran peserta didik. Dari Undang-undang tersebut dapat diketahui


25

bahwa kompetensi pedagogik merupakan kompetensi yang mutlak dimiliki

guru dalam mengelola proses pembelajaran.

Menurut Syaiful Sagala (2009:158) kompetensi pedagogik adalah

kemampuan pendidik menciptakan suasana dan pengalaman belajar

bervariasi dalam pengelolaan peserta didik yang memenuhi kurikulum yang

disiapkan. Ruang lingkup kompetensi pedagogik ini mencakup pemahaman

tentang peserta didik dalam perencanaan, dan pengembangan peserta didik

untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik.

Pernyataan tersebut menyebut pentingnya kompetensi pedagogik dalam

membentuk guru menjadi guru yang matang dalam menjalankan tugasnya

dan mampu menunjukkan kemampuannya melalui pelaksanaan tugas yang

dibebankan kepadanya dengan rasa tanggung jawab dan loyalitas yang tinggi.

c. Ciri-ciri Kompetensi Pedagogik

Dalam jurnal the Californian teaching Commission (2013)

menyatakan bahwa kompetensi pedagogik “…provide students the

opportunity to use and evaluate strengths and limitations of media and

technology as integral tools in the classroom”. Kompetensi pedagogik yang

merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik,

menurut E. Mulyasa (2005) sekurang-kurangnya meliputi hal-hal berikut:

1) Pemahaman wawasan dan landasan kependidikan

Guru sebagai tenaga pendidik yang sekaligus memiliki peran

penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di negara ini,terlebih

dahulu harus mengetahui dan memahami wawasan dan landasan


26

kependidikan sebagai pengetahuan dasar. Pengetahuan awal tentang

wawasan dan landasan kependidikan ini dapat diperoleh ketika guru

mengambil pendidikan keguruan di perguruan tinggi.

2) Pemahaman terhadap peserta didik

Peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari

seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.

Tujuan guru mengenal siswa-siswanya adalah agar guru dapat membantu

pertumbuhan dan perkembangannya secara efektif, menentukan materi

yang akan diberikan, menggunakan prosedur mengajar yang serasi,

mengadakan diagnosis atas kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, dan

kegiatan-kegiatan guru lainnya yang berkaitan dengan individu siswa.

Dalam memahami siswa, guru perlu memberikan perhatian khusus pada

perbedaan individual anak didik, antara lain:

a) Tingkat kecerdasan

Kecerdasan seseorang terdiri dari beberapa tingkat yaitu : golongan

terendah adalah mereka yang IQ-nya antara 0-50 dan di katakan idiot.

Golongan kedua adalah mereka yang ber-IQ antara 50- 70 yang

dikenal dengan golongan moron yaitu keterbatasan mental. Golongan

ketiga yaitu mereka yang ber-IQ antara 70-90 disebut sebagai anak

lambat atau bodoh. Golongan menengah merupakan bagian yang besar

jumlahnya yaitu golongan yang ber-IQ 90-110. Mereka bisa belajar

secara normal. Sedangkan yang ber IQ 140 ke atas disebut genius,

mereka mampu belajar jauh lebih cepat dari golongan lainnya.


27

b) Kreativitas

Setiap orang memiliki perbedaan dalam kreativitas baik inter maupun

intra individu. Orang yang mampu menciptakan sesuatu yang baru

disebut dengan orang kreatif. Kreativitas erat hubungannya dengan

intelegensi dan kepribadian. Seseorang yang kreatif pada umumnya

memiliki intelegensi yang cukup tinggi dan suka hal-hal yang baru.

c) Kondisi fisik

Kondisi fisik berkaitan dengan penglihatan, pendengaran, kemampuan

berbicara, pincang (kaki), dan lumpuh karena kerusakan otak. Guru

harus memberikan layanan yang berbeda terhadap peserta didik yang

memiliki kelainan seperti diatas dalam rangka membantu

perkembangan pribadi mereka. Misalnya dalam hal jenis media yang

digunakan, membantu dan mengatur posisi duduk dan lain sebagainya

d) Perkembangan kognitif

Pertumbuhan dan perkembangan dapat diklasifikasikan atas kognitif,

psikologis dan fisik. Pertumbuhan dan perkembangan berhubungan

dengan perubahan struktur dan fungsi karakteristik manusia. Perubahan

tersebut terjadi dalam kemajuan yang mantap dan merupakan proses

kematangan.

3) Pengembangan kurikulum/silabus

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi, dan bahan pembelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman

pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.28


28

Sedangkan silabus adalah seperangkat rencana dan pengaturan untuk

membantu mengembangkan seluruh potensi yang meliputi kemampuan

fisik, intelektual, emosional, dan moral agama. Dalam proses belajar

mengajar, kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum/silabus

sesuai dengan kebutuhan peserta didik sangat penting, agar pembelajaran

dapat berlangsung secara efektif dan menyenangkan.

Rumusan kompetensi pedagogik terdapat dalam Penjelasan Peraturan

Pemerintah Nomor 19 tahun  2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan,

pasal 28 ayat 3 bahwa kompetensi ialah kemampuan mengelola pembelajaran

peserta didik yang meliputi; (1) pemahaman terhadap peserta didik, (2)

perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, (3) evaluasi hasil belajar, (4) 

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya.  Yang dimaksudkan dengan kompetensi pedagogik ialah

kemampuan dalam pengolahan pembelajaran peserta didik yang meliputi; a)

pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, b) pemahaman terhadap

peserta didik, c) pengembangan kurikulum/silabus, d) perancangan

pembelajaran, e) pemanfaatan teknologi pembelajaran, f) evaluasi proses dan

hasil belajar, g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya.

Teori di atas diperkuat oleh Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun

2008 tentang Guru, Pasal 3 ayat 4 yang menyatakan bahwa Kompetensi

pedagogik merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran

peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi: (a) pemahaman wawasan


29

atau landasan kependidikan; (b)pemahaman terhadap peserta didik; (c)

pengembangan kurikulum atau silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e)

pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;(f) pemanfaatan

teknologi pembelajaran; (g) evaluasi hasil belajar; dan (h) pengembangan

peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Syaiful Sagala (2009:159) mengemukakan ciri-ciri kompetensi

pedagogik sebagai berikut : 1) memiliki pemahaman wawasan atau landasan

kependidikan, 2) pemahaman terhadap peserta didik, (3) mampu

mengembangkan silabus/ kurikulum, 4) mampu menyusun kurikulum dalam

bentuk pengalaman pengalaman belajar, 5) melaksanakan pembelajaran

sebagaimana yang telah direncanakan dengan cara-cara komunikatif,

mendidik, menarik dan dialogis. Dari kajian teori tersebut dapat disimpulkan

bahwa seorang guru dikatakan memiliki kompetensi pedagogik jika

memenuhi kriteria dalam indikator sebagai berikut: 1) Memahami landasan

mengajar, 2) Menguasai ilmu mengajar (didaktik metodik), 3) Mengenal

siswa, 4) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, 5) berkomunikasi

secara efektif, simpatik dan santun,

3. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

a. Pengertian Kepemimpinan

Sebelum membahas tentang kepemimpinan transformasional, terlebih

dahulu akan dibahas pengertian tentang kepemimpinan. Menurut Canon dalam

Sagala (2011: 115) Kepemimpinan adalah kemampuan atasan mempengaruhi

prilaku bawahan maupun perilaku kelompok dalam organisasi. Kartini Kartono


30

(2008: 49) dalam bukunya “Pemimpin dan Kepemimpinan” mengemukakan

definisi kepemimpinan dari berbagai tokoh, antara lain : 1) Benis, yang

menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses dengan mana seorang agen

menyebabkan bawahannya bertingkahlaku menurut satu cara tertentu, 2)

Ordway Tead, yang menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan

mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerjasama untuk mencapai

tujuan yang diinginkan, 3) George, R.Terry yang menyatakan bahwa

kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka

berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok, 4) Howard H. Hoyt yang

menyatakan bahwa kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah

laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang.

Sagala (2000:145) menyatakan bahwa kepemimpinan yaitu suatu pokok

dari keinginan manusia yang besar untuk menggerakkan potensi organisasi.

Artinya kepemimpinan lahir dari keinginan manusis itu sendiri. Kartono

(2010:57) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan

mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, mengarahkan tingkah laku

bawahan atau orang lain untuk mencapai tujuan atau organisasi. Dari berbagai

pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah

kemampuan seorang pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang

lain untuk bekerjasama mencapai tujuan kelompok.

b. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

Yahya (2011:163) mengemukakan gagasan awal mengenai gaya

kepemimpinan transformasional dikembangkan oleh james Mac Eregor Burns dan


31

menerapkan konteks politik. Kepemimpinan transformasional pada prinsipnya

adalah memotivasi guru untuk melakukan pekerjaan atau tugas yang lebih baik

dari apa yang diinginkan bawahan atau lebih tinggi dari apa yang sudah

diperkirakan sebelumnya sehingga memperlihatkan sebuah perubahan.

Kepemimpinan seperti ini akan menimbulkan kesadaran sejak awal dan komitmen

yang tinggi dari kelompok terhadap tujuan dan misi organisasi serta akan

membangkitkan komitmen para pekerja untuk melihat dunia kerja melampaui

batas-batas kepentingan pribadi demi untuk kepentingan organisasi.

Goleman dalam Nurhizrah ( 2009:80) mengemukakan bahwa :”there are

many leaders, not just one. Leadership is distributed, it reside not solely in the

individual at the top, but in every person at every level who in one way or another

act as leader.” Yang artinya kepemimpinan transformasional tersebut sifatnya

loyal, santun dan terdistribusi pada beberapa orang tertentu.

Tomlinson (2004, dalam Raihani: 32) menyatakan bahwa Kepemimpinan

tranformasional merupakan berkenaan dengan bagaimana cara menginspirasi dan

memenangkan komitmen para pengikutnya sebagai upaya memotivasi bawahan

untuk bekerja demi tercapai sasaran organisasi dan memuaskan kebutuhan mereka

pada tingkat lebih tinggi.

Kepemimpinan tranformasional memandang manusia, kinerja dan

pertumbuhan organisasi adalah sisi yang saling berpengaruh. Kepemimpinan

transformasional dikembangkan oleh James McGregor Burns yang

menerapkannya dalam konteks politik dan selanjutnya ke dalam konteks

keorganisasian oleh Bernad Bass dalam (Yukl, 2007:210). Kepemimpinan


32

transformasional didefinisikan kepemimpinan yang melibatkan perubahan dalam

organisasi. Kepemimpinan ini juga didefinisikan kepemimpinan yang

membutuhkan tindakan memotivasi para bawahan agar bersedia bekerja demi

sasaran. yang ingin dicapai di atas kepentingan pribadi. Bass dalam Epitropaki

(2001:1) mengemukakan kepemimpinan transformasional sebagai berikut:

transformational leadership is a form leadership that occur when


leaders and elevate the interests of their employes, when they
generate awareness and acceptance of the purposes and the
mission of the group and when they sir employess to lock beyond
their own self-interest for the good of the group.

Dari pendapat Bass tersebut dapat diketahui bahwa kepemimpinan

transformasional tersebut menghasilkan pemimpin yang memikirkan kebutuhan

pekerja, membangkitkan semangat dan kesadaran dari pegawainya agar mau

bekerja dengan baik serta mempengaruhi pegawainya agar mendahulukan

kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Menurut Avolio yang dikutip

oleh Nurhizrah (2009:83) menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional

dipandang sebagai suatu proses dimana pemimpin mengembangkan orang-orang

yang dipimpinnya agar bisa menjadi pemimpin. Untuk itu seorang pemimpin

mestilah mempunyai rencana untuk masing-masing pegawainya. Aan Komariah

(2005:78) mengemukakan bahwa Kepemimpinan transformasional adalah bentuk

kepemimpinan yang memiliki wawasan jauh ke depan dan berupaya dan

memperbaiki dan mengembangkan organsiasi bukan untuk saat ini tapi di masa

mendatang. oleh karena itu, pemimpin transformasional adalah pemimpin yang

dapat dikatakan sebagai pemimpin yang visioner.


33

Berdasarkan pengertian tentang kepemimpinan transformasional tadi dapat

disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang

mampu mendatangkan perubahan dalam diri setiap individu yang terlibat atau

bagi seluruh organisasi untuk mencapai performa yang semakin tinggi dan mampu

menggerakkan setiap individu untuk menjadi agen proses perubahan tersebut.

c. Pentingnya Kepemimpinan Transformasional

Menurut Wahjosumidjo (2008: 42) kepemimpinan adalah proses

mempengaruhi tingkah laku yang mengandung indikasi serangkaian tugas

penting seorang pemimpin yaitu:

a) Mendefinisikan misi dan peranan organisasi

Misi dan peranan organisasi dapat dirumuskan dengan baik apabila seorang

pemimpin lebih dulu memahami asumsi struktural sebuah organisasi.

b) Pemimpin merupakan pengejawantahan tujuan organisasi

Dalam tugas ini pemimpin harus menciptakan kebijaksanaan ke dalam

tatanan atau keputusan terhadap sarana untuk mencapai tujuan yang

direncanakan.

c) Mempertahankan keutuhan organisasi

Pemimpin bertugas untuk mempertahankan keutuhan organisasi dengan

melakukan koordinasi dan kontrol melalui dua cara, yaitu melalui otoritas,

peraturan, literally, melalui pertemuan, dan koordinasi khusus terhadap

berbagai peraturan.

d) Mengendalikan konflik internal yang terjadi di dalam organisasi


34

Lebih jelas menurut Coovey dan Peters (dalam Komariah:2005-78)

menyatakan bahwa, seorang pemimpin transformasional memiliki visi yang

jelas, memiliki gambaran holistik tentang bagaimana organsiasi di masa depan

ketika semua tujuan dan sasarannya telah tercapai. inilah yang menegaskan

bahwa pemimpin transformasional adalah pemimpin yang mendasarkan dirinya

pada cita-citanya di masa depan, terlepas apakah visinya itu, visioner dalam arti

diakui oleh semua orang sebagai visi yang hebat dan mendasar.

Nurhizrah (2009:157) menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional

adalah kepemimpinan yang proaktif, membangkitkan tingkat kesadaran

pengikut tentang pentingnya kebersamaan dan membantu pengikut mencapai

hasil kerja yang luar biasa. Dengan kepemimpinan transformasional, para

pengikut merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan, penghormatan

terhadap pemimpin serta termotivasi dan terinspirasi untuk melakukan lebih

daripada yang awalnya diharapkan dari mereka. Menurut Bass yang dikutip oleh

Nurhizrah menyatakan bahwa dalam kepemimpinan transformasional,

pemimpin mengubah dan memotivasi pengikut dengan cara :

1. Membuat mereka menyadari pentingnya hasil tugas

2. Membujuk mereka dengan mengutamakan kepentingan tim disbanding

kepentingan pribadi

3. Mengaktifkan kebutuhan mereka yang lebih tinggi

Nurhizrah (2009:163) menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional

adalah kepemimpinan yang memberdayakan bawahan dengan idealisme, atau

dengan kata lain kepemimpinan yang mengubah pengikut menjadi pemimpin


35

dan pemimpin menjadi agen perubahan yang pada akhirnya mengubah

organisasi.

Implementasi kepemimpinan transformasional bagi sekolah seyogyanya

diarahkan pada pencapaian hasil peserta didiknya secara optimal dalam

pengertian bahwa dengan kepemimpinan transformasional itu keterampilan dan

kompetensi peserta didik yang menjadi suatu tujuan pendidikan dan

pembelajaran yang sudah ditentukan dapat dicapai dengan lebih optimal.

Menurut Yahya (2011:169) pendekatan kepemimpinan transformasional dalam

pendidikan sangat tepat karena selalu berorientasi pada perubahan dan

pengembangan dengan memberi kesempatan kepada guru memperbaiki diri,

mendorong guru untuk selalu menguasai ilmu dan pengetahuan yang relevan,

serta didasarkan atas atmosfir system nilai untuk melakukan kebijakan. Kepala

sekolah dengan berani, percaya, memberi kesempatan, mendorong dengan

sistem nilai dengan menggunakan perasaan, hati, dan harga diri pada

anggotanya.

Mulyasa (2011:16) menyatakan bahwa kepala sekolah merupakan

pemimpin pendidikan tingkat satuan pendidikan yang harus memiliki dasar

kepemimpinan yang kuat. Untuk itu, setiap kepala sekolah harus memahami

kunci kepemimpinannya, yang mencakup pentingnya kepemimpinan kepala

sekolah. Kepala sekolah yang dapat menampilkan kepemimpinan

transformasional ternyata dapat lebih menunjukkan sebagai seorang pemimpin

yang efektif dengan hasil kerja yang lebih baik. Oleh karena itu, merupakan hal

yang amat menguntungkan jika para kepala sekolah dapat menerapkan


36

kepemimpinan transformasional di sekolahnya. Kepemimpinan

transformasional berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas guru, dimana melalui

kepemimpinannya kepala sekolah akan mampu mendatangkan perubahan di

dalam diri setiap individu yang terlibat dan/atau bagi seluruh organisasi sekolah

untuk mencapai pelaksanaan tugas guru yang semakin tinggi.

Berdasarkan kajian teori diatas, dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan

transformasional kepala sekolah adalah kepemimpinan yang mampu

mendatangkan perubahan dalam diri setiap individu yang terlibat atau bagi

seluruh organisasi untuk mencapai performa yang semakin tinggi melalui

keteladanannya dan mampu menggerakkan setiap individu untuk menjadi

agen proses perubahan tersebut dengan indikator 1) menunjukkan keteladanan

dalam bekerja, 2) mempengaruhi guru dengan idealisme, 3) memotivasi dan

mengaktifkan guru dalam bertugas, 4) menumbuhkan kreatifitas dan 5)

memberikan perhatian secara individu.

B. Penelitian Relevan

Berdasarkan kajian pustaka, maka berikut dikemukakan hasil penelitian

yang ada kaitannya dengan variabel-variable penelitian ini, yaitu :

1. Sholihin, 2009 yang meneliti tentang kontribusi kepemimpinan

transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA Negeri,

SMK Negeri dan SMP negeri di Kabupaten Tuban yang menghasilkan

temuan bahwa kepemimpinan transformasional kepala sekolah

berkontribusi secara positif dan signifikan terhadap kinerja guru dengan

kontribusi sebesar 11,8%.


37

2. Bungasih Marpaung. 2012, yang meneliti tentang Kompetensi pedagogik

guru dan kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap kinerja

guru sekolah dasar di Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli

Selatan. Namun kinerja dalam tesis ini diartikan sebagai pelaksanaan tugas

guru karena adanya kesamaan dalam definisi.

3. Rusma Yul Anwar, 2011 yang meneliti tentang pelaksanaan tugas guru

dan menemukan bahwa motivasi kerja dan hubungan antarpribadi

berkontribusi secara positif dan signifikan terhadap pelaksanaan tugas

guru SMA Negeri di Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan.

C. Kerangka Pemikiran

1. Kompetensi Pedagogik Berkontribusi terhadap Pelaksanaan Tugas Guru

Sebagai guru, pelaksanaan tugas merupakan merupakan serangkaian

kegiatan dalam menjalankan tanggungjawab yang dibebankan pada guru.

Seorang guru dituntut untuk profesional dalam melaksanakan tugasnya.

Diantara tugas guru tersebut yakni membuat rencana pembelajaran,

melaksanakan pembelajaran, melaksanakan evaluasi, membimbing dan

melatih siswa serta mengelola kelas. Tugas guru tersebut hanya bisa

dilaksanakan bila guru mempunyai kemampuan atau kompetensi yang baik.

Kompetensi tersebut harus mencakup pemahaman guru tentang

landasan kependidikan, menguasai ilmu mengajar, mampu mengenal karakter

siswa, menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik dan berkomunikasi

secara efektif, simpatik dan santun. Kompetensi yang dimaksud adalah

kompetensi pedagogik guru yang diperlukan agar pelaksanaan tugas guru

menjadi lebih baik. Serangkaian kecakapan tersebut mengindikasikan seorang


38

guru memiliki kompetensi pedagogik yang baik. Dan jika guru memiliki

kompetensi pedagogik yang baik, diharapkan pelaksanaan tugas guru juga

akan membaik. Berdasarkan rasional yang telah diuraikan di atas, diyakini

bahwa kompetensi pedagogik guru berkontribusi terhadap pelaksanaan tugas

guru PAUD di Kecamatan Koto XI Tarusan

2. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Berkontribusi


terhadap Pelaksanaan Tugas Guru

Pelaksanaan tugas guru turut dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala

sekolah. Melalui kepemimpinannya, kepala sekolah diharapkan mampu

memberikan keteladanan dalam melaksanakan tugas, sehingga guru

termotivasi dan aktif dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan adalah

suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari

sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. Kepemimpinan

transformasional kepala sekolah yang baik akan mempengaruhi, menuntun

dan mengarahkan guru agar mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.

Kepemimpinan transformasional kepala sekolah yang baik akan sangat

membantu guru dalam memecahkan setiap masalah yang datang pada saat

bertugas. Jika kepala sekolah konsisten dalam memberikan keteladanan,

mampu mempengaruhi guru dengan idealismenya, memotivasi guru dan

mengaktifkan guru dalam bertugas, dan mampu menumbuhkan kreatifitas

guru dengan memberikan perhatian kepada guru maka diharapkan guru akan

semakin lancar dalam melaksanakan tugasnya.

Kepemimpinan transformasional kepala sekolah juga turut berpengaruh

terhadap kedisiplinan guru dalam bertugas yang akan mengarahkan guru agar

lebih maksimal dalam melaksanakan tugas. Dengan demikian guru akan


39

semakin rajin dan patuh terhadap peraturan yang berlaku dalam melaksanakan

tugasnya. Dengan demikian diyakini bahwa kepemimpinan transformasional

kepala sekolah berkontribusi terhadap pelaksanaan tugas guru di PAUD

Kecamatan Koto XI Tarusan.

3. Kompetensi Pedagogik dan Kepemimpinan Transformasional Kepala


Sekolah secara bersama-sama Berkontribusi terhadap Pelaksanaan
Tugas Guru

Secara umum pelaksanaan tugas guru dipengaruhi banyak aspek, agar

pelaksanaan tugas guru tersebut bisa optimal dengan memberikan hasil yang

maksimal. Salah satunya yaitu melalui peningkatan kompetensi pedagogik

guru. Contoh upaya guru dalam meningkatkan kompetensi pedagogik ini

adalah dengan menyelenggarakan pembelajaran yang efektif. Guru akan

mampu melaksanakan pembelajaran yang efektif akan membantu

terlaksananya proses pembelajaran dengan baik sesuai yang diisyaratkan

dalam pelaksanaan tuags guru. Melalui kegiatan ini otomatis kemampuan

pedagogik guru meningkat yang akan diikuti oleh naiknya kemampuan guru

dalam melaksanakan tugasnya.

Dari segi kepemimpinan, kepala sekolah hendaknya mampu

memberikan keteladanan kepada guru dalam menlaksanakan tugasnya. Kepala

sekolah mestinya bisa menunjukkan konsistensinya dalam melaksanakan

tugasnya, dengan demikian diharapkan guru akan termotivasi dan ikut

terpengaruh untuk melaksanakan tugasnya dengan lebih aktif dan kreatif.

kepala sekolah memegang kekuasaan dalam membimbing dan mengarahkan

guru agar selalu berusaha melaksanakan tugas dengan baik. Kepemimpinan

yang baik akan menghasilkan kerjasama warga sekolah yang baik sehingga
40

pelaksanaan tugas guru juga bisa lebih baik. Berdasarkan rasional tersebut

diyakini bahwa Kompetensi Pedagogik dan Kepemimpinan transformasional

kepala sekolah Berkontribusi terhadap Pelaksanaan Tugas Guru

Hubungan ketiga variabel tersebut dapat dilihat dari kerangka berikut :


rx1y
Kompetensi
Pedagogik

Rx1x2y
Pelaksanaan Tugas
Guru

Kepemimpinan rx2y
Transformasional

Gambar 2. Kerangka Hubungan Kompetensi Pedagogik dan Kepemimpinan


Transformasional Kepala Sekolah terhadap Pelaksanaan Tugas guru

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Kompetensi pedagogik berkontribusi terhadap pelaksanaan tugas guru

2. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah berkontribusi terhadap

pelaksanaan tugas guru

3. Kompetensi pedagogik dan Kepemimpinan transformasional kepala

sekolah secara bersama-sama berkontribusi terhadap pelaksanaan tugas

guru

Anda mungkin juga menyukai