Anda di halaman 1dari 72

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepala sekolah merupakan guru yang diberi tugas untuk memimpin

suatu sekolah yang mempunyai kompetensi tertentu dan dapat

menjalankan tugas serta perannya sebagai seorang kepala sekolah.

Kepala sekolah dalam menjalankan kinerjanya harus mempunyai inovasi

dan strategi di setiap melaksanakan tugas dan perannya serta harus

bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Dalam pengembangan

sekolah, kepala sekolah memiliki peran dan tugas yang sangat besar

dalam rangka memajukan sekolah. Kepala sekolah harus mampu

menciptakan dan merancang berbagai program kegiatan untuk

mengembangkan sekolah dengan melakukan kerjasama dengan berbagai

pihak sekolah lainnya dan stakeholder sekolah lainnya.

Program pengembangan sekolah direncanakan sebagai upaya untuk

meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan yang ada pada suatu

sekolah. Pendidikan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk

meningkatkan dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

Lembaga utama di dalam pendidikan yaitu sekolah. Sekolah merupakan

salah satu lembaga alternatif yang mempunyai visi, misi, tujuan dan

fungsi. Sekolah sebagai sistem mempunyai komponen-komponen yang

saling berkaitan yang memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan.


2

Pendidikan secara umum diartikan sebagai usaha untuk

menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi baik berupa potensi

jasmani maupun potensi rohani pada suatu lingkungan masyarakat,

sehingga pembangunan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

pendidikannya. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional telah dijelaskan, pendidikan merupakan

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara. Sekolah sebagai lembaga pendidikan

formal harus menyelenggarakan pendidikan dengan penuh tanggung

jawab dan kedisiplinan untuk kemajuan pendidikan.

Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk

melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan

pendidikan nasional. Peningkatan pendidikan khususnya pada ruang

lingkup makro ditentukan oleh operasionalisasi manajemen di tingkat

sekolah, yang pemeran utama atau pelaksana utama dalam menjalankan

manajemen adalah kepala sekolah yang dibantu oleh seluruh

komunitasnya. Fakta menyebutkan, banyak ditemukan permasalahan

berupa prestasi belajar siswa rendah, kedisiplinan baik guru maupun

siswanya, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta staf tata

usaha yang lamban dalam melayani kebutuhan siswa. Masalah-masalah


3

ini membuktikan bahwa kemampuan kepala sekolah dalam mengelola dan

memberdayakan staf masih kurang. Kepala sekolah harus mampu

memanfaatkan sumber daya yang ada secara efektif dan maksimal agar

tujuan pendidikan dapat terwujud dan terlaksana dengan baik.

Permasalahan-permasalahan pendidikan di lingkup makro tersebut

menuntut adanya perbaikan, salah satunya yaitu sistem kepemimpinan

kepala sekolah atau kinerja kepala sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk

memimpin dan mengelola pendidikan di lingkup makro, sehingga perlu

adanya strategi-strategi yang harus diterapkan dalam kepemimpinannya,

karena pada saat ini banyak kepala sekolah yang hanya menjalankan

tugasnya dengan cara-cara yang masih konvensional tanpa adanya

pembaharuan maupun strategi baru dalam melaksanakan tugasnya.

Penerapan strategi dimaksudkan untuk mempermudah dan memperlancar

jalannya program yang sudah direncanakan sebelumnya agar tujuan dari

program tersebut dapat terwujud dan terlaksana sesuai yang diharapkan.

Apabila kepala sekolah melaksananakan programnya tanpa menyusun

strategi-strategi terlebih dahulu bukan berarti program yang direncanakan

tidak dapat berjalan, akan tetapi dalam pencapaian tujuannya perlu waktu

yang lebih lama dan hasilnya kurang maksimal, karena strategi

merupakan pola kerja dari program yang telah dibuat dan telah dipikirkan

baik dari segi baik dan buruknya.

Permasalahan yang sekarang sering muncul di sekolah adalah kinerja

guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang masih rendah, prestasi hasil


4

belajar siswa yang rendah, potensi dan bakat siswa yang ada kurang

diperhatikan oleh sekolah serta sistem manajerial kepala sekolah yang

masih kurang. Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) sangat

memperhatikan sistem manajerial kepala sekolah, mulai dari pelaksanaan

kegiatan pembelajaran, peningkatan kinerja dan kualitas guru serta staf,

peningkatan kemampuan siswa di bidang non akademik yang mencakup

pengembangan minat dan bakat siswa dan hal-hal lain yang berhubungan

dengan pengembangan sekolah. Berbagai program dirumuskan dan

direncanakan untuk menunjang kegiatan meanajerial kepala sekolah

dalam hal pengembangan sekolah untuk mewujudkan sekolah yang lebih

baik.

Setiap kepala sekolah harus mempunyai keterampilan manajerial yang

baik dalam mengelola sekolah yang dipimpinnya. Kemajuan serta

perkembangan sekolah sangat dipengaruhi oleh pemimpin sekolah itu

sendiri yaitu kepala sekolah. Keterampilan manajerial kepala sekolah yang

masih rendah dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan

sekolah itu sendiri, baik dalam hal pembelajaran, perkembangan kinerja

guru beserta staf yang bertugas di sekolah, serta pelaksanaan program-

program yang sudah direncanakan tidak berjalan dengan semestinya.

Berdasarkan uraian tersebut, diadakan studi tentang kepemimpinan

kepala sekolah dalam melaksanakan program-program yang telah

direncanakan untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas maupun

mutu sekolah khususnya dalam mengembangkan profesionalisme guru,


5

dan kemampuan akademik dan non akademik siswa, oleh karena itu

dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kegiatan MKKS dan Disiplin

Kerja terhadap Kualitas Kerja Kepala Sekolah SMA Swasta di Lombok

Timur” Sepanjang pengetahuan penulis, bahwa sampai saat ini belum

ada peneliti yang meneliti terkait variabel penelitian ini yang dilakukan di

SMA Swasta di Lombok Timur.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti mengidentifikasi

masalah-masalah yang memungkinkan menjadi penyebab rendahnya

kualitas kerja kepala sekolah, antara lain:

1. Perbaikan kinerja kepala sekolah belum diimpelentasikan

dengan berbagai permasalah, pengalaman, dan inovasi saat

menunaikan tugas profesi;

2. Masih kurang inisiatif dalam berkerja dan tanggung jawab dalam

tugas;

3. Kemampuan berkerja sama masih rendah sehingga berpengaruh

pada kualitas kerja;

4. Adanya anggapan bahwa budaya organisasi menjadi faktor

penting dalam bentuk perilaku disiplin;

C. Pembatasan Masalah

Banyak hal yang menyebabkan kurangnya kualitas kerja Kepala

Sekolah di SMA Swasta Lombok Timur. Penulis memberikan batasan

ruang lingkup dari penelitian yang akan dilakukan. Peneliti hanya


6

membatasi permasalahan pada pengaruh kegiatan MKKS dan disiplin

kerja terhadap kualitas kerja kepala Sekolah SMA Swasta di Lombok

Timur.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan

pembatasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah pokok

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah kegiatan MKKS berpengaruh terhadap kualitas kerja

kepala sekolah SMA Swasta di Lombok Timur?

2. Apakah disiplin kerja berpengaruh terhadap kualitas kerja kepala

sekolah SMA Swasta di Lombok Timur?

3. Apakah kegiatan MKKS, disiplin kerja secara bersama-sama

mempunyai pengaruh atau berpengaruh terhadap kualitas kerja

kepala sekolah SMA Swasta di Lombok Timur?

E. Kegunaan Hasil Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini terdiri dari manfaat teoretis dan praktis.

sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk

memperluas dan memperdalam teori pengaruh Kegiatan Musyawarah

Kerja Kepala Sekolah (MKKS) dan disiplin kerja terhadap kualitas

Kerja Kepala Sekolah SMA Swasta di Lombok Timur. Serta dapat


7

digunakan sebagai bahan kajian untuk penelitian berikutnya dengan

ruang lingkup manajemen pendidikan.

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk:

a. Sebagai masukan bagi para pimpinan untuk lebih peka

terhadap perbaikan kualitas guru, staf dan fasilitas sekolah;

b. Bagi pihak terkait lainnya dapat menjadi masukan dalam

memberikan layanan sesuai kualitas standar pelayanan;

c. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan memahami

musyawarah kerja kepala sekolah dan disiplin kerja terhadap

kualitas kerja SMA Swasta di Lombok Timur.


8

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Deskripsi Konseptual

1. Kualitas Kerja

Kualitas kerja adalah kemampuan institusi memberikan layanan

secara cepat dan memuaskan. sumber daya manusia perlu dikembangkan

secara terus menerus agar diperoleh kerja sumber daya manusia yang

berkualitas dalam arti yang sebenarnya, yaitu pekerjaan yang dilaksanakan akan

menghasilkan sesuatu yang memang dikehendaki. Berkualitas bukan hanya

pandai saja, memenuhi semua syarat kualitatif yang dituntut pekerjaan itu,

sehingga pekerjaan itu benar-benar dapat diselesaikan sesuai rencana. Hidayat,

R. (2016:199)

Konsep kualitas atau mutu dipandang sesuatu yang relatif, yang tidak selalu

mengandung arti yang bagus, baik, dan sebagainya. Kualitas atau mutu dapat

mengartikan sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu produk barang ataupun jasa yang

menunjukkan kepada konsumen kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh barang

atau jasa tersebut. Hal tersebut senada dengan pendapat Yoyon B. Irianto dalam

Casmita, (2003:28) yang menyebutkan bahwa “kualitas adalah paduan

sifat-sifat barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam

memenuhi pelanggan”. Berkualitas atau tidaknya proses pendidikan

sangat ditentukan oleh singkronnya program yang dilakukan oleh oleh

pendidik atau guru. Fahruddin, (2019:108).


9

Sementara Soewarno Hardjosoedarmo, (1996:7) mengemukakan

bahwa secara umum dapat dikatakan bahwa mutu sebagai karateristik

produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau konsumen dan diperoleh

melalui proses serta melalui perbaikan yang berkelanjutan.

Kualitas berasal dari bahasa Latin, qualis, yang artinya what kind

of. kualitas menurut Deming ialah kesesuaian dengan kebutuhan

pasar. Mutu menurut Juran ialah kecocokan dengan produk, mutu

menurut Crosby ialah kesesuaikan dengan yang disyaratkan, mutu

menurut perusahaan raksasa IMB ialah kepuasan pelanggan. Mutu

yang absolut ialah mutu yang idealismenya tinggi dan harus

dipenuhinya, berstandar tinggi, sedangkan mutu yang relatif ialah

sebuah alat yang dimana produk atau jasa dinilai dalam memenuhi

standart yang telah ditetapkan.

Menurut Alfionita, I. L. (2020:8) Kualitas adalah filosofi dan

metodologi yang membantu lembaga merencanakan perubahan dan

mengatur agenda dalam mengahadapi tekananan eksternal yang

berlebihan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil suatu

kesimpulan bahwa Kualitas merupakan proses terstruktur untuk

memperbaiki keluaran yang dihasilkan. Mutu juga sebagai topik

penting dalam diskusi, dalam diskusi muncul gagasan mengenai mutu

di sekolah yang ada. Mutu menciptakan lingkungan bagi pendidik,

orang tua, wakil-wakil masyarakat untuk bekerjasama guna


10

memberikan sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi

tantangan masyarakat. Dalam proses pemberian layanan kepada

pengguna harus memahami layanan yang menampakkan dan

keutuhan.

Pandangan mengenai mutu dapat mengimplikasikan bahwa barang

atau jasa yang diproduksi harus mengutamakan kesesuaian

kebermutuan dalam perspektif absolut dan relatif. Oleh karena itu mutu

sebagai kondisi yang terkait dengan kepuasan pelanggan terhadap

barang atau jasa yang diberikan oleh produsen. Konsep mutu juga

ditetapkan oleh produsen sebagai pembuat atau pemberi jasa yang

didasarkan pada spesifikasi yang telah ditentukan oleh produsen.

Meningkatkan kualitas harus fokus pada kepuasan pelanggan.

Pentingnya kepemimpinan mutu untuk melaksanakan peningkatan

mutu tidak dapat diabaikan. Tanpa kepemimpinan yang bermutu sulit

untuk meningkatkan mutu.

Kepemimpinan yang bermutu sama dengan karakteristik mutu

kepemimpinan yang harus dimiliki setiap pemimpin yang bermutu.

Kepemimpinan yang bermutu yang memfokuskan pada pencapaian

atau pemenuhan kepuasan pelanggan terutama dalam proses belajar

sehingga menghasilkan output yanf cerdas. (Anwar, F. 2022: 1230).

Pelanggan meliputi pelanggan internal dan eksternal sekolah.

Pelanggan internal sekolah yaitu siswa, sedangkan pelanggan

eksternal sekolah yaitu pendidik dan tenaga kependidikan.Pelanggan


11

internal luar sekolah yaitu orang tua siswa, keluarga siswa, pemerintah

dan masyarakat luas.

Menurut Crosby (1979: 58) kualitas adalah conformance to

requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan.

Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas

yang telah ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan baku, proses

produksi dan produk jadi.

Menurut Deming (1982: 176) Kualitas adalah kesesuaian dengan

kebutuhan pasar. Apabila Juran mendefinisakan kualitas sebagai

fitness for use dan Crosby sebagai conformance to requirement, maka

Deming mendefisinikan kualitas sebagai kesesuaian dengan

kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan harus benar-benar

dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk

yang akan dihasilkan.

2. Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS)

Menurut DIRJEN DIKDASMEN Kelompok Kerja Kepala Sekolah

(KKKS/ MKKS) adalah:“Kelompok kerja kepala sekolah yang

anggotanya terdiri dari semua kepala sekolah pada gugus sekolah

yang bersangkutan dimaksudkan sebagai wadah pembinaan

profesional bagi kepala sekolah dalam upaya peningkatan kemampuan

kepala sekolah baik yang terkait dengan edukatif maupun manajemen

sekolah dan pada akhirnya dalam rangka peningkatan mutu

pendidikan pada ruang lingkup tugas dan tanggung jawab sekolah


12

masing-masing dan peningkatan mutu pada skala yang lebih luas

yakni di tingkat gugus”.

Dengan adanya perubahan paradigma pendidikan sekarang ini

mengharuskan adanya perubahan fungsi dan peran kepala sekolah.

Kepala sekolah tidak lagi menjalankan kebijakan-kebijakan yang

bersifat sentralistik tetapi bergeser kearah desentralistik serta

managemen partisivatif. Kepala sekolah tidak lagi bekerja secara

individual yang cerdas tetapi harus bekerja secara team work yang

cerdas. Kepala sekolah dituntut harus pro-aktif dan mampu melakukan

perubahan-perubahan di sekolah yang mampu meningkatkan mutu

sekolah pada khususnya dan mutu pendidikan pada umumnya.

Tujuan dari MKKS diantaranya adalah:

a. Memberi kesempatan kepada anggota MKKS untuk berbagi

pengalaman serta saling memberikan bantuan dan umpan balik.

b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, serta mengadopsi

pendekatan pembaharuan dalam pembelajaran yang lebih

profesional bagi anggota MKKS.

c. Memberdayakan dan membantu anggota MKKS dalam

melaksanakan tugas-tugas pembelajaran di sekolah.

d. Meningkatkan kompetensi dan kinerja anggota MKKS dalam

peningkatan hasil belajar mengembangkan profesionalitas guru.

e. Meningkatkan mutu proses pembelajaran dan mutu pendidikan

yang tercermin dari peningkatan hasil belajar peserta didik.


13

f. Mendorong guru untuk memiliki kemampuan menggunakan metode

pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan (PAIKEM) di dalam kelas yang tercermin dari

peningkatan hasil belajar peserta didik.

g. Membantu kepala sekolah untuk memperoleh angka kredit untuk

kenaikan pangkat, peningkatan kualifikasi akademik kepala

sekolah, dan persiapan kepala sekolah dalam menghadapi proses

sertifikasi.

Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) merupakan salah satu

wadah atau tempat kegiatan yang dapat melakukan peningkatan

kemampuan dan keterampilan profesional kepala sekolah dasar dalam

rangka meningkatkan manajemen mutu pendidikan, (Nuritawati, 2019).

MKKS adalah suatu perkumpulan para kepala sekolah yang

melakukan berbagai kegiatan sebagai wadah untuk menambah

wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman kepala

sekolah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam

melakukan pengelolaan organisasi sekolah secara keseluruhan dan

memberikan pembinaan profesional kapada guru dalam rangka

meningkatkan kualitas pelaksanaan proses belajar mengajar di

sekolah (Samaun, 2018).

Tahap pelaksanaan kegiatan MKKS merupakan kegiatan yang

sangat penting dalam rangka meningkatkan kemampuan profesional

kepala sekolah, karena dalam tahap pelaksanaan ini beberapa


14

kegiatan penting yang berhubungan dengan rancangan atau program

MKKS yang sudah disusun sedemikian rupa dapat dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya, (Santoso, dkk, 2019). Namun yang jelas

dalam tahapan pelaksanaan merupakan kelanjutan dari perencanaan

kegiatan MKKS agar semua rencana yang sudah disusun dapat

direalisasikan dalam bentuk kegiatan diskusi, menyampaikan materi,

tanya jawab, tukar pendapat, penyampaian ide saran dan lain

sebagainya, sehingga tujuan dari kegiatan MKKS dapat dicapai secara

efektif dan efisien, (Mamun,dkk,2017).

MKKS merupakan sebuah wadah pertemuan bagi kepala sekolah,

yang memiliki ruang lingkup tertentu dalam pencapaian maksud

tertentu untuk menciptakan hubungan profesional demi perkembangan

sekolah yang dipimpin. Muslim, (2020) ada empat fungsi dari MKKS ini

yaitu; (1) MKKS merupakan sebuah wadah untuk memecahkan

malasah yang belum terpecahkan oleh guru pada pertemuan KKG, (2)

MKKS merupakan wadah untuk memecahkan masalah manajemen

sekolah berdasarkan temuan-temuan hasil supervisi di sekolah, (3)

MKKS merupakan sebuah lembaga atau badan sederhana yang

mampu mengkoordinir kepala sekolah dalam satu gugus, untuk

melahirkan kiat-kiat kepemimpinan sekolah, (4) MKKS sebagai wadah

untuk menghasilkan gagagsan-gagasan baru meningkatkan mutu

pendidikan.
15

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat diambil kesimpulan

tentang pengertian MKKS yaitu suatu tempat pertemuan para kepala

sekolah untuk bekerjasama membicarakan dan mendiskusikan

permasalahan yang dihadapi dalam manajemen sekolah dan kegiatan

belajar mengajar dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan

pembelajaran di sekolah masing-masing.

3. Disiplin Kerja

Disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau menghukum

bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin

merupakan bentuk pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan yang

teratur dan menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja di dalam suatu

organisasi.

Disiplin dapat diartikan sebagai suatu sikap patuh, tingkah laku, dan

perbuatan yang sesuai dengan peraturan perusahaan baik lisan

maupun tertulis. Suatu asumsi bahwa pemimpin mempunyai pengaruh

langsung pada sikap kebiasaan yang dilakukan karyawan.

Kebiasaan itu dampak dari keteladanan yang dicontohkan oleh

pimpinan. Oleh karena itu, jika mengharapkan karyawan memiliki

tingkat disiplin yang baik, maka pemimpin harus memberikan

kepemimpinan yang baik pula.

Menurut Sastrohadiwiryo (2003), disiplin kerja adalah suatu sikap

menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-

peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta
16

sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima

hukuman apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan

kepadanya.

Penerapan disiplin kerja di lingkungan kerja, memang awalnya

akan dirasakan berat oleh para pegawai, tetapi apabila terus menerus

diberlakukan akan menjadi kebiasaan, dan disiplin tidak akan menjadi

beban berat bagi para pegawai. Disiplin ini perlu diterapkan di

lingkungan kerja, karena seperti telah disinggung di atas bahwa disiplin

tidak lahir begitu saja, tetapi perlu adanya pembinaan-pembinaan

dalam menegakkan disiplin kerja ini.

Perilaku disiplin tidak akan tumbuh dengan sendirinya, melainkan

perlu kesadaran diri, latihan, kebiasaan, dan juga adanya hukuman,

dari pengertian kedisiplinan di atas maka diperlukan penerapannya

kepada seseorang, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata

penerapan adalah perbuatan menerapkan. Sedangkan menurut

beberapa para ahli seperti Lukman Ali mengatakan bahwa penerapan

adalah memperaktekkan atau memasangkan. Sedangkan menurut J.S

Badudu dan Sutan Mohammad Zain mengatakan bahwa penerapan

adalah hal, cara, atau hasil. dari pemaparan dua ahli tersebut maka

dapat difahami bahwa penerapan merupakan tindakan yang dilakukan

baik secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk

mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Jika dikaitkan dengan

kedisiplinan maka penerapan disiplin merupakan suatu tindakan yang


17

dilakukan untuk menaati segala peraturan yang telah dirumuskan baik

secara lisan maupun tulisan. Adapun unsur-unsur dari penerapan

meliputi:

a. Adanya program yang dilaksanakan;

b. Adanya kelompok target yaitu masyarakat yang menjadi sasaran

dan diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut;

c. Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang

bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun

pengawasan dari proses penerapan tersebut.

Dalam sebuah lembaga khususnya lembaga pendidikan sering

kali menerapkan kedisiplinan baik dalam segi lembaga yang

menerapkannya, atau pun membiasakan siswa untuk menerapkan

kedisiplinan kepadanya dengan secara bertahap, upaya ini dilakukan

untuk memberikan perubahan kepada siswa untuk senantiasa

membiasakan diri melakukan kedisiplinan,

Pihak sekolah juga harus melaksanakannya secara adil dan tidak

memihak, dalam penerapan disiplin ini seringkali dibarengi dengan

pemberian hukuman, fungsi pada pemberian hukuman tersebut adalah

memberikan efek jera pada setiap individu, dengan adanya hukuman

setiap anak akan menimbang kembali jika akan melanggar tata tertib

sekolah.

Menurut Rusmawati (2013) menyatakan disiplin merupakan

kemampuan untuk menguasai diri sendiri dan melaksanakan norma-


18

norma yang berlaku dalam kehidupan, mentaati tata cara yang telah

ditentukan dalam kehidupan, mentaati tata cara yang telah ditentukan

dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang telah diserahkan

kepada setiap orang sehingga dapat dijalankan dengan penuh

kesadaran. Selain itu menurut (Ngiode, 2016) disiplin kerja adalah

suatu sikap dan perilaku yang dilakukan secara sukarela dengan

penuh kesadaran dan kesediaan mengikuti peraturan-peraturan yang

telah ditetapkan oleh organisasi atau atasan, baik tertulis maupun tidak

tertulis.

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat diambil suatu

kesimpulan bahwa: “Disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau

menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur.

Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri karyawan dan

pelaksanaan yang teratur dan menunjukkan tingkat kesungguhan tim

kerja di dalam suatu organisasi”.

Disiplin merupakan bentuk patuh atau rasa taat terhadap

peraturan atau tunduk terhadap pengawasan dan pengendalian.

Sementara pendisiplinan yakni merupakan suatu usaha yang

dilakukan guna menanamkan nilai-nilai atau pemaksaan agar subjek

mematuhi sebuah peraturan.

Ada beberapa indikator disiplin kerja yang perlu diketahui dalam

menilai kinerja. Disiplin kerja merupakan sebuah sikap yang sudah

seharusnya dimiliki oleh setiap kepala sekolah. Tanpa adanya disiplin


19

kerja, maka sekolah tidak dapat bergerak maju menuju tujuan yang

ingin dicapai.
20

a. Ketepatan waktu

Indikator disiplin yang pertama adalah ketepatan waktu. Anda

dapat menilai kepala sekolah dari bagaimana mereka disiplin

terhadap waktu yang telah ditetapkan oleh sekolah. Misalnya,

sekolah telah menetapkan jam kerja mulai dari pukul 07:15 pagi

hingga 14:00, maka kepala sekolah harus hadir tepat waktu sesuai

jam kerja yang berlaku. Selain itu, jika sekolah memberikan tugas

yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, maka kepala

sekolah harus tepat waktu dalam tugas tersebut.

b. Ketaatan terhadap peraturan sekolah

Kepala sekolah harus taat terhadap peraturan sekolah.

Peraturan yang dibuat berguna untuk menjaga sekolah dalam

menjalankan visi dan misinya. Oleh karena itu, kepala sekolah

dituntut untuk disiplin dalam menjalankan peraturan sekolah.

c. Tanggung jawab dalam mengerjakan tugas

Tidak sedikit ditemukan kepala sekolah yang sering mencari

alasan untuk tidak menyelesaikan tanggung jawabnya sehingga

apabila anda menemukan kepala sekolah yang seperti ini, mereka

dapat menghambat sekolah untuk berkembang dan bergerak maju.

Oleh karena itu, seorang kepala sekolah harus memiliki tanggung

jawab atas setiap tugas yang telah diberikan kepadanya


21

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan adalah yang digunakan sebagai

perbandingan yang menghindari manipulasi terhadap sebuah karya ilmiah

dan menguatkan bahwa penelitian yang penulis lakukan benar-benar

belum diteliti oleh orang lain. Penelitian terdahulu yang relevan dilakukan

oleh:

1. Nuritawati (2019): Tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan dan mendapatkan informasi tentang upaya

kemampuan kepala sekolah dalam menyusun program supervisi

pendidikan melalui melalui Musyawarah Kerja Kepala Sekolah

MKKS berbasis pendampingan di Sekolah Binaan tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah. Prosedur

penelitian dalam penelitian ini meliputi perencanaan, tindakan,

obeservasi dan refleksi. Penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan

empat kali pertemuan. Subjek penelitian terdiri dari 3 orang kepala

sekolah Sekolah Binaan. Data penelitian dikumpulkan dengan

menggunakan lembaran obeservasi. Data dianalisis dengan

menggunakan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

MKKS berbasis Pendampingan dapat meningkatkan kemampuan

kepala sekolah dalam menyusun program supervisi pendidikan di

Sekolah Binaan. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan

kemampuan kepala sekolah dalam menyusun program supervisi

pendidikan dari siklus I ke siklus II. Rata-rata kemampuan kepala


22

sekolah dalam menyusun program supervisi pendidikan pada siklus

I adalah 73.17 dengan kategori cukup dan pada siklus II adalah

84.29 dengan kategori baik.

2. Pililie, et al (2017): Penelitian ini bertujuan untuk: a) memberikan

gambaran tentang budaya mutu sekolah di Sekolah Menengah

Pertama, b) memberikan gambaran tentang kegiatan Musyawarah

Kerja Kepala Sekolah (MKKS) di Sekolah Menengah Pertama, c)

memberikan gambaran tentang pengembangan budaya mutu

sekolah di Sekolah Menengah Pertama melalui MKKS. Metode

penelitian menggunakan penelitian tindakan sekolah. Teknik

pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis

deskriptif. Hasil penelitian menemukan bahwa: a) pada siklus I,

pengembangan budaya mutu sekolah di SMP berada pada kategori

cukup baik. Pada siklus II, pengembangan budaya mutu sekolah di

SMP berada pada kategori baik, b) MKKS di Sekolah Menengah

Pertama berada pada kualifikasi baik. Hal ini menunjukkan bahwa

Kegiatan MKKS telah dilaksanakan secara konsisten dari segi

frekuensi kegiatan, kualitas proses kegiatan dan dari kualitas

produk yang dihasilkan melalui MKKS, dan c) pengembangan

budaya mutu di SMP dapat melalui MKKS. Hal tersebut dapat

dilihat dari capaian kualitas budaya mutu yang berada pada

kategori baik.
23

3. Sya’roni, et al (2018): Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menganalisis motivasi, disiplin kerja, dan kepemimpinan kepala

sekolah secara parsial maupun simultan terhadap kinerja guru SMK

Swasta di Kecamatan Tempeh. Metode penelitian menggunakan

pendekatan kuantitatif. Dengan jumlah populasinya adalah semua

guru SMK Swasta Kecamatan Tempeh Lumajang sebanyak 53

orang guru dan kepala sekolah.

Untuk pengumpulan data menggunakan kuisioner. Teknik

analisis data menggunakan teknik analisis regresi. Hasil penelitian

ini adalah: (1) koefisien motivasi sebesar 0.239 menunjukkan

bahwa motivasi memiliki pengaruh positif terhadap kinerja guru,

yang berarti semakin tinggi motivasi seorang guru maka kinerja

guru tersebut juga akan semakin meningkat, (2) disiplin kerja

memiliki nilai koefisien sebesar 0.266, menunjukkan bahwa disiplin

kerja memiliki pengaruh positif terhadap kinerja guru, yang berarti

semakin disiplin seorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya

maka kinerja guru tersebut juga akan semakin meningkat, (3)

Koefisien kepemimpinan sebesar 0.333 menunjukkan bahwa

kepemimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh positif terhadap

kinerja guru, yang berarti jika kepemimpinan kepala sekolah

semakin baik maka akan meningkatkan kinerja guru, (4) secara

konstanta sebesar 0.741 menunjukkan besarnya kinerja guru

ketika motivasi, disiplin kerja dan kepemimpinan tidak diperhatikan


24

oleh pihak sekolah. Jadi apabila motivasi, disiplin kerja dan

kepemimpinan tidak diperhatikan oleh pihak sekolah, kinerja guru

masih ada sebesar 74.1%.

Dilihat dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tersebut,

maka penulis memilih judul yang diteliti dengan penelitian yang

relevan ini adalah Disiplin Kerja kepala sekolah sebagai administrator

dan yang kedua peran kegiatan MKKS dalam peningkatan Kualitas

Kerja Kepala SMA Swasta di Lombok Timur.

C. Kerangka Teoritik

Kegiatan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) dapat

memainkan perannya dalam meningkatkan disiplin kerja terhadap kualitas

kerja kepala sekolah SMA Swasta di Lombok Timur. Kegiatan utama

dalam rangka mewujudkan tujuannya yakni kegiatan pembelajaran,

sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian

efisiensi dan efektifitas pembelajaran. Untuk mewujudkan tujuan tersebut

maka Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) perlu ditingkatkan.

Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu

mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga pendidik dan

kependidikan. Jika kepala sekolah sebagai supervisor dapat

melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya dengan baik yaitu

melaksanakan supervisi akademik dengan sistematis melalui proses

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam rangka memperbaiki

kualitas kerja kepala sekolah.


25

Peningkatan disiplin kerja terhadap kualitas kerja kepala sekolah SMA

Swasta di Lombok Timur, pada pengukuran kinerja juga diperlukan

adanya supervisi akademik. sebagai kegiatan yang dilakukan dengan

terencana dengan mengevaluasi hasil Kegiatan.

Berdasarkan pada pemaparan tentang berbagai faktor yang

mempengaruhi kinerja, maka pada penelitian ini fokus pada beberapa

faktor saja yang dijadikan variabel, yaitu:

1. Kegiatan MKKS

2. Disiplin kerja kepala sekolah

3. Kualitas kerja kepala sekolah

Berdasarkan uraian tersebut, secara konseptual kerangka berpikir

dapat digambarkan sebagai berikut:

Musyawarah Kerja Kepala Sekolah


(X1)
1. Terwujudnya peningkatan
kegiatan
2. Terjadinya saling tukar
pengalaman dan umpan balik
3. Meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan kinerja
4. Meningkatkan disiplin dan
kualitas kerja
5. Pengaruh kegiatan MKKS

Kualitas Kerja Kepala


Sekolah (Y)
1. Kualiatas kerja
2. Kecepatan atau
ketepatan kerja
3. Inisiatif dalam kerja
4. Kemampuan Kerja
5. Komunikasi

Disiplin Kerja Kepala Sekolah (X2)


26

1. Perencanaan disiplin kerja


2. Pelaksanaan disiplin kerja
3. Evaluasi disiplin kerja

Gambar 2.1.Kerangka Teoritik

Keterangan :

X1 = Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS)

X2 = Disiplin Kerja Kepala Sekolah

Y = Kualitas Kerja Kepala Sekolah

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

1. Kegiatan MKKS berpengaruh postif secara langsung terhadap kualitas

kerja Kepala Sekolah SMA Swasta di Lombok Timur.

2. Disiplin kerja berpengaruh postif secara langsung terhadap kualitas

kerja Kepala Sekolah SMA Swasta di Lombok Timur.

3. Terdapat pengaruh postif kegiatan MKKS dan disiplin kerja secara

bersama-sama terhadap kualitas kerja Kepala Sekolah SMA Swasta di

Lombok Timur.
27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitan

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif, dimana

peneliti menggambarkan fenomena dengan lebih detail dengan data-data

berupa data kuantitatif. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan

yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data numerical

(angka) yang diolah dengan metode statistika untuk mengungkap

keterkaitan antara Pengaruh Kegiatan MKKS dan Disiplin Kerja terhadap

Kualitas Kerja Kepala Sekolah SMA Swasta di Lombok Timur. Penelitiaan

ini juga menggunakan pendekatan penelitan inferensial (dalam rangka

pengujian Hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu

probalitas untuk meneliti kemungkinan saling hubungan sebab akibat

dengan cara mengamati terhadap akibat yang ada dengan mencari faktor

yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu. Penelitan ini

meneliti hubungan sebab akibat dengan cara mengamati Pengaruh

Kegiatan MKKS dan Disiplin Kerja yang mempengaruhi Kualitas Kerja

Kepala Sekolah SMA Swasta di Lombok Timur.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMA Swasta di Lombok Timur,

Adapun penentuan tempat didasarkan pada pertimbangan bahwa SMA

Swasta di Lombok Timur yang cukup banyak dibandingkan dengan


28

sekolah lain. Penelitian ini dilakukan pada SMA Swasta di Lombok Timur.

dari bulan Agusutus sampai dengan September 2022.

C. Metode Penelitian

Penelitan ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dalam penelitian ini,

Kondisi yang diteliti adalah kondisi alamiah yang mana

gejala/realitas/fenomena yang diteliti dapat diklasifikasikan relatif tetap,

kongkrit, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat (kausal). penelitian

dilakukan pada Kegiatan MKKS SMA Swasta di Lombok Timur, Selama

proses penelitian bersifat deduktif dimana untuk menjawab rumusan

masalah yang dirumuskan dalam suatu hipotesis penelitian.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Arikunto, (2010) populasi adalah keseluruhan objek

penelitian, sedangkan menurut menurut Sugiyono, (2012) populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, dengan

mengacu pada pengertian di atas maka populasi dalam penelitian ini

adalah Kepala Sekolah SMA Swasta di Lombok Timur yang terdiri dari

45 Kepala Sekolah.

2. Sampel

Sugiyono, (2012) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila


29

populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang

ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan

waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari

populasi itu. Pendapat yang sama juga dikemukakan Arikunto, (2010)

menyatakan bahwa sampel merupakan sebagian atau wakil populasi

yang diteliti.

Berdasarkan jumlah populasi 45 orang kepala sekolah, peneliti

kemudian berasumsi bahwa jumlahnya sedikit maka teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non probability

sampling teknik sampling jenuh bila semua anggota populasi dijadikan

sampel, sehingga sampel dalam penelitian ini adalah 45 orang.

E. Rancangan Penelitian

Penelitian ex-post facto merupakan penelitian yang mengungkap

data yang telah ada sedemikian rupa dengan tanpa sengaja memberi

treatment. Dalam penelitian ini ada variabel bebas (X) dan variabel

terikat (Y), dimana data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data primer dan data sekunder. Data primer adalah kegiatan MKKS

sebagai (A) dan disiplin kerja sebagai (B). Data sekunder mengenai

kualitas kerja Kepala Sekolah (Y).

Pengumpulan data primer dilakukan dengan menyebar angket

terhadap beberapa responden dengan metode pengambilan sampel

secara non probability sampling. Berdasarkan variabel bebas dan

variabel terikat maka desain penelitian ex-post facto dapat digambarkan


30

dengan desain penelitian sebagai berikut.

Tabel 3.1. Rancangan Analisisi Variance dua Jalur A.B ( 2 x 2 )

Kegiatan MKKS (A) Baik Tidak


(A1) Baik Ƹ
(A2)
Disiplin
Kerja (B)

(B1) (A1B1) (A2B1

(B2) (A2B1) (A2B2)

Ƹ Ƹ 45

Keterangan:

A : Kegiatan MKKS

A1= MKKS Baik

A2= MKKS Tidak Baik

B : Disiplin Kerja

B1= Disiplin Kerja Baik.

B2= Disiplin Kerja tidak baik

Y : Kualitas Kerja Kepala Sekolah

F. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan tujuan dan metode penelitian yang ditetapkan, jenis

data dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Variabel mayor

terdiri dari Kegiatan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (A), Disiplin Kerja

(B), Kualitas kerja (Y). Sebelum instrumen penelitian digunakan, terlebih

dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas untuk
31

mengetahui ketepatan instrumen dalam menjalankan fungsi ukurnya,

sedangkan uji reliabilitas yaitu untuk mengukur tingkat reliabelitas

sehingga data yang diperoleh dari hasil penelitian konsisten dan

mengandung makna kecermatan pengukuran.

Uji coba validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap responden yang

memiliki kesamaaan karakteristik dengan sampel yang diteliti. Sehingga

ada beberapa instrumen yang harus dibuang atau direvisi karena tidak

memenuhi kriteria tersebut. Instrumen yang telah direvisi, kemudian

disebarkan kepada responden yang dijadikan sampel penelitian. Setiap

sampel mendapatkan kuesioner yang sama banyaknya. Kuesioner

disebar kepada responden, dengan permohonan meminta responden

untuk memilih salah satu alternatif respon/jawaban yang disediakan dan

kuesioner dikembalikan dalam waktu satu minggu kemudian. Kuesioner

yang dikembalikan 100%.

1. Instrumen Variabel Terikat

Secara umum variabel terikat dikenal dengan variabel dependen

yang disimbolkan dengan (Y). Dikatakan variabel terikat apabila

variabel yang mempengaruhi variabel independen atau variabel

bebas, yang disimbolkan dengan (Y).

a. Definisi konseptual

Menurut Sugiyono (2012:38), “variabel merupakan suatu atribut,

sifat ataupun nilai dari orang, obyek yang mempunyai variasi

tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik


32

kesimpulannya”. Pada penelitian ini terdapat dua macam variabel

yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).

1) Variabel bebas (independen), merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menyebabkan perubahan pada

variabel terikat (dependen). Variabel bebas atau independen (X)

dalam penelitian ini adalah kegiatan MKKS dan disiplin kerja

Kepala Sekolah.

2) Variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat dari adanya variabel bebas

atau independen (Sugiyono, 2012:39). Variabel terikat atau

dependen (Y) dalam penelitian ini adalah kualitas kerja Kepala

Sekolah.

b. Definisi Operasional

Kepala sekolah harus memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi,

untuk memberikan contoh kepada rekan kerja yang ada di sekolah,

tingkat disiplin kepala sekolah yang dimiliki akan berpengaruh

terhadap kinerja Bapak/Ibu guru dan terhadap siswa, sehingga

dapat meningkatkan kualitas kerja seorang kepala sekolah.

Dengan demikian dalam kegiatan Musyawarah Kerja Kepala

Sekolah (MKKS) yang ada di SMA Swasta Lombok Timur dan

tingkat disiplin yang tinggi dalam diri kepala sekolah dapat

meningkatkan kualitas Kerja Kepala Sekolah SMA swasta di

Lombok Timur
33

c. Kisi- kisi instrumen

Kisi-kisi instrument penelitian untuk variabel Kualitas Kerja

Kepala Sekolah dijelaskan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Istrumen Angket Penelitian

Indikator No Butir
1) Merencanakan kegiatan sebagai 1,2,3
kepala sekolah yang efektif
2) Program kerja di bidang manajerial 4,5,6
3) Program kerja di bidang 7,8,9
kewirausahaan
4) Program kerja di bidang supervisi 10,11,12,13,14,15
5) Program kerja pengembangan 16,17,18
6) Memicu dan/atau memeliharan 19,20,21
keterlibatan guru dalam
pembelajaran
7) Merancang alat evaluasi untuk 22,23,24
mengukur kemajuan dan
keberhasilan belajar peserta didik
8) Menggunakan berbagai strategi dan 25,26,27
metode penilaian untuk memantau
kemajuan dan hasil belajar peserta
didik
9) Mengenal fungsi dan program 28,29,30
bimbingan dan penyuluhan

d. Jenis Instrumen

Instrumen penelitian yang dipergunakan untuk mengukur

variabel kualitas Kerja Kepala Sekolah dalam penelitian ini berupa

angket atau kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti. Sugiyono

(2018) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat

pengumpul data yang digunakan untuk mengukur fenomena alam

maupun sosial yang diamati. Dengan demikian,penggunaan

instrumen penelitian yaitu untuk mencari informasi yang lengkap


34

mengenai suatu masalah, fenomena alam maupun sosial.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan

untuk menghasilkan data yang akurat yaitu dengan menggunakan

skala Likert. Sugiyono, (2012) menyatakan bahwa Skala Likert

digunakan untuk mengukur suatu sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang suatu fenomena

sosial. Dalam penelitian ini, untuk mengukur variabel kinerja

Kepala Sekolah digunakan jenis instrument angket atau kuesioner

dengan pemberian skor sebagai berikut:

Tabel 3.3.Gradasi Jawaban Model SkalaLikert

No Jawaban Skor Positif


1 Selalu (SL ) 5
2 Sering (SR) 4
3 Kadang-kadang ( KD) 3
4 Jarang (JR) 2
5 TidakPernah (TP) 1

e. Pengujian Validitas dan Penghitungan Reliabilitas

Instrumen yang baik dalam penelitian adalah instrumen yang valid

dan reliabel. Untuk pengujian istrumen dalam penelitian ini

dilakukan.

1) Uji Validitas Instrumen

Validitas instrumen penelitian ini dilakukan melalui 2 tahap

yaitu:

a) Validitas Kontruk dan Isi


35

Validitas kontruk dan isi ditentukan atas dasar

pertimbangan dari para ahli. Setidaknya, para ahli yang

melakukan validasi konstruk dan isi sebanyak 3 orang.

b) Validitas Butir

Menurut Sugiyono, (2012) validitas adalah suatu ukuran

yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan

suatu instrumen. Instrumen yang valid mengandung arti

bahwa instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur dan memiliki

dukungan yang besar terhadap skor dari item total. Salah

satu cara untuk mengukur validitas butir angket yaitu

menggunakan rumus korelasi product moment dengan

angka kasar, sebagai berikut (Arikunto, 2010).

N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy =
√( N ∑ X −( ∑ X ) )( N ∑ Y −(∑ Y ) )
2 2 2 2

denganrxy merupakan koefisien korelasi antara variabel X

dan variabel Y, N merupakan jumlah sampel yang diuji

coba, X adalah skor-skor tiap butir angket untuk setiap

individu uji coba, dan Y adalah skor total tiap individu uji

coba.

2) Perhitungan Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas angket adalah tingkat keajegan (konsitensi)

suatu angket, yakni sejauh mana suatu angket dapat dipercaya


36

untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah

walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda.

Reliabilitas suatu angket adalah taraf sampai dimana suatu

angket mampu menunjukkan konsisten hasil pengukurannya

yang diperlihatkan dalam taraf ketetapan dan ketelitian hasil.

Reliabel angket berhubungan dengan ketetapan hasil angket.

Untuk mengetahui reliabilitas seluruh angket digunakan

rumus Alfa Cronbach sebagai berikut:

{ ∑ si
}
2
k
ri = 1− 2
k−1 st

dengan ri adalah reliabilitas, n jumlah soal, ∑ s 2i adalah jumlah


varian skor tiap-tiap item dan σ t2 adalah varian total. Harga ri

yang diperoleh diinterpretasikan sesuai dengan kriteria dalam

tabel berikut.

Tabel 3.4. Kriteria Reliabilitas Instrumen (Candiasa, 2010)

Nilai r Interpretasi
0,81 < r ≤1,00 Sangat tinggi
0,61< r ≤ 0,80 Tinggi
0,41< r ≤ 0,60 Sedang
0,21< r ≤ 0,40 Rendah
0,00 < r ≤ 0,20 Sangat rendah

2. Instrumen variabel Bebas

a. Definisi konseptual
37

Definisi konseptual adalah sesuatu yang berkaitan dengan

pikiran, atau dengan konsep-konsep mental atau ide-ide filosofis

atau imajiner. Contoh konseptual adalah ketika anda merumuskan

filosofi abstrak untuk menjelaskan dunia yang tidak dapat

dibuktikan atau dilihat.

b. Definisi Operasional

Nasir (1998:152) berpendapat bahwa definisi operasional

adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan

cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun

memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur

variabel tersebut:

Perilaku disiplin tidak akan tumbuh dengan sendirinya,

melainkan perlu kesadaran diri, latihan, kebiasaan, dan juga adanya

hukuman, dari pengertian kedisiplinan di atas maka diperlukan

penerapannya yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi

dalam upaya meningkatkan kualitas produk didik melalui usaha

memotivasi, membimbing, membina, dan mengarahkan orang-orang

yang terkait dengan kegiatan. Dengan memotivasi, membimbing,

membina dan mengarahkan orang dalam suatu organisai merupakan

faktor yang mampu mempengaruhi kinerja guru yang dilihat dari etos

kerja dan hasil kerja guru. (Asmui, 2019:62). Disiplin yang dilakukan

oleh kepala sekolah termasuk serangkaian kegiatan pemberian

layanan dan bantuan baik secara individual maupun kelompok yang


38

dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru dalam rangka

memperbaiki belajar mengajar demi pencapaian tujuan pengajaran.

c. Kisi-Kisi Instrumen

Kisi-kisi instrument penelitian untuk variabel Disiplin Kerja

dijelaskan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Kisi-Kisi Istrumen Disiplin Kerja

No Indikator No.Butir
1 Perencanaan Disiplin Kerja 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
2 Pelaksanaan Disiplin Kerja 11,12,13,14,15,16,17,18,19,20
3 Evaluasi Disiplin Kerja 21,22,23,24,25,26,27,28,29,30

d. Jenis Instrumen

Instrumen penelitian yang dipergunakan untuk mengukur

variabel Disiplin Kerjadalam penelitian ini berupa angket atau

kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti. Dalam penelitian ini,

untuk mengukur Disiplin Kerja digunakan jenis instrument

angketatau kuesioner dengan pemberian skor sebagai berikut:

Tabel 3.6. Gradasi Jawaban Model Skala Likert

No Jawaban Skor Positif


1 Selalu (SL ) 5
2 Sering (SR) 4
3 Kadang-kadang ( KD) 3
4 Jarang (JR) 2
5 TidakPernah (TP) 1

e. Pengujian Validitas dan Penghitungan Reliabilitas

Instrumen yang baik dalam penelitian adalah instrumen yang valid


39

dan reliabel. Untuk pengujian istrumen dalam penelitian ini

dilakukan.

1) Uji Validitas Instrumen

Validitas instrumen penelitian ini dilakukan melalui 2 tahap

yaitu:

a)Validitas Kontruk dan Isi

Validitas kontruk dan isi ditentukan atas dasar

pertimbangan (judgment) dari para ahli.

Setidaknya, para ahli yang melakukan validasi konstruk dan

isi sebanyak 3 orang.

b)Validitas Butir

Salah satu cara untuk mengukur validitas butir angket yaitu

menggunakan rumus korelasi product moment dengan

angka kasar, sebagai berikut (Arikunto, 2010).

N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy =
√( N ∑ X −( ∑ X ) )( N ∑ Y −(∑ Y ) )
2 2 2 2

denganrxy merupakan koefisien korelasi antara variabel X

dan variabel Y, N merupakan jumlah sampel yang diuji

coba, X adalah skor-skor tiap butir angket untuk setiap

individu uji coba, dan Y adalah skor total tiap individu uji

coba.

2) Perhitungan Reliabilitas Instrumen


40

Reliabilitas angket adalah tingkat keajegan (konsitensi)

suatu angket, yakni sejauh mana suatu angket dapat dipercaya

untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah

walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Reliabilitas

suatu angket adalah taraf sampai dimana suatu angket mampu

menunjukkan konsisten hasil pengukurannya yang diperlihatkan

dalam taraf ketetapan dan ketelitian hasil. Reliabel angket

berhubungan dengan ketetapan hasil angket.

Untuk mengetahui reliabilitas seluruh angket digunakan

rumus Alfa Cronbach sebagai berikut:

ri =
k
k−1 {∑
1− 2
st
s2i
}
dengan ri adalah reliabilitas, n jumlah soal, ∑ s 2i adalah jumlah
varian skor tiap-tiap item dan σ t2 adalah varian total.

E. Teknik Analisis Data

Alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis

regresi linier berganda dengan bantuan SPSS 16. Selanjutnya dilakukan

beberapa pengujian uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Setelah semua

data dalam penlitian ini terkumpul, maka selanjutnya dilakukan analisis

data yang terdiri:

1. Analisis Deskriptif
41

Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data secara faktual

dan akurat mengenai hasil penelitian yang dilihat dari mean, median,

modus, standar deviasi, range, nilai minimum dan nilai maksimum

(Ghozali, 2018:19). Analisis deskriptif ini digunakan untuk mengetahui

suatu kondisi dengan memberikan penjelasan rasio dan mencari nilai dari

setiap variabel yaitu kegiatan MKKS, disiplin kerja, dan kualitas kerja

kepala sekolah.

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan persyaratan statistik yang harus

dilakukan pada analisis linier berganda yang berbasis ordinary least

square. Dalam OLS hanya terdapat satu variabel dependen, sedangkan

untuk variabel independen berjumlah lebih dari satu. Metode ini digunakan

untuk meminimalisir jumlah kuadrat kesalahan dengen mengestimasi

suatu garis regresi. Menurut Ghozali (2018:159) untuk menentukan

ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik

yaitu, uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji

autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi

dalam penelitian ini memiliki residual yang berdistribusi normal atau

tidak. Indikator model regresi yang baik adalah memiliki data

terdistribusi normal. Cara untuk mendeteksi apakah residual


42

berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan uji statistik non-

parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) test yang terdapat di program

SPSS. Distribusi data dapat dikatakan normal apabila nilai signifikansi

> 0,05. Mendeteksi apakah data terdistribusi normal atau tidak juga

dapat dilakukan dengan metode yang lebih handal yaitu dengan

melihat Normal Probability Plot. Model regresi yang baik ialah data

berdistribusi normal, yaitu dengan mendeteksi dan melihat penyebaran

data (titik) pada sumbu diaogonal grafik (Ghozali, 2018:161-167).

b. Uji Linieritas

Uji linier digunakan untuk mengetahui apakah data itu linier atau

tidak. Data yang akan dianalisis dan dihitung dengan menggunakan

perhitungan aplikasi statistik SPSS 16.0 berdasarkan pada uji test for

linearity. Dengan cara : klik analyze – compare means – means – hasil

belajar ke dependent list dan self efficacy ke independent list – klik

option – pilih test for linearity – klik continue – OK.

c. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian

populasi adalah sama atau tidak. Untuk populasi yang terdiri dari 2

populasi digunakan uji homogenitas varians yaitu membandingkan

varians terbesar dan terkecil dengan tabel F, sedangkan sampel yang

lebih dari 2 digunakan uji Bartlett

3. Uji Hipotesis
43

Untuk mengetahui apakah variabel kegiatan MKKS dan disiplin kerja

mempunyai pengaruh terhadap kualitas kerja Kepala Sekolah dilakukan

dengan uji-F. Perhitungan nilai uji-F dalam penelitian ini menggunakan

program SPSS version 16.0. Pengaruh kuantitatif antara masing-masing

variabel bebas (X1 dan X2) terhadap variabel terikat (Y) dihitung dengan

menganalisis bentuk persamaan regresi linier sederhana, dengan model

persamaan:

Y^ =a+b i X i +ε

Keterangan:

a = Konstanta regresi

b = Koefisien regresi

X = Variabel bebas

ϵ = Kesalahan prediksi

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas kegiatan

MKKS dan disiplin kerja secara bersama-sama terhadap variabel kualitas

kerja Kepala Sekolah maka dihitung juga dengan menganalisis bentuk

regresi ganda dengan persamaan:

Y^ =a+b 1 X 1 +b 2 X 2 + ε

Keterangan:

a = Konstanta regresi

b1,b = Koefisien regresi

X1,X = Variabel bebas


44

ϵ = Kesalahan prediksi

Untuk mengetahui apakah persamaan regresi yang diperoleh dapat

dipergunakan untuk menarik kesimpulan pengaruh antara variabel bebas

X terhadap variabel terikat Y, maka dilakukan uji linieritas dan signifikansi

regresi.

a. Uji Linieritas

Pengujian linieritas persamaan regresi dilakukan dengan

melihat nilai Deviation from linierity pada tabel Anova. Hipotesis

yang digunakan:

H0 : Model persamaan regresi tidak linier

H1 : Model persamaan regresi linier

Dengan kriteria uji: tolak H0 jika nilai Sig. dari Deviation from

linierity pada tabel Anova kurang dari 0,05 (Sig. < 0,05) dalam hal

lain H0 diterima (Sig. > 0,05).

b. Uji Signifikansi Regresi

Pengujian tingkat keberartian regresi yang didapat, dilakukan

dengan uji t untuk persamaan regresi linier sederhana dan uji F

untuk persamaan regresi lnier ganda. Hipotesis yang diajukan

dalam uji ini adalah:

H0 : Persamaan regresi tidak signifikan

H1 : Persamaan regresi signifikan


45

Kriteria uji yang digunakan untuk uji t pada taraf signifikan

(α) 0,05 adalah tolak H0 jika nilai signifikan (Sig. < 0,05), dalam hal

lain H0 diterima.

F. Hipotesis Statistika

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah:

1. H0 : ρ1 = 0

H1 : ρ1 ≠ 0

2. H0 : ρ2 = 0

H1 : ρ2 ≠ 0

3. H0 : ρj = 0

H1 : minimal ada satu ρj ≠ (j = 1,2,...)


46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini disajikan hasil penelitian yang diperoleh dari responden

melalui instrumen penelitian yang berupa angket. Hasil penelitian

kemudian diolah untuk menggambarkan distribusi data tentang kegiatan

MKKS, disiplin kerja Kepala Sekolah, dan kualitas kerja Kepala Sekolah

SMA Swasta di Lombok Timur. Selanjutnya data hasil penelitian dianalisis

untuk mengetahui apakah kegiatan MKKS dan disiplin kerja mempunyai

pengaruh terhadap kualitas kerja Kepala Sekolah SMA Swasta di Lombok

Timur. Perhitungan analisis data dilakukan dengan uji-F menggunakan

program SPSS version 16.0.

Pengaruh kegiatan MKKS dan disiplin kerja terhadap kualitas kerja

Kepala Sekolah SMA Swasta di Lombok Timur, dianalisis dengan regresi

linier sederhana, sedangkan untuk menganalisis secara bersama-sama


47

kegiatan MKKS dan disiplin kerja secara bersama-sama terhadap kualitas

kerja Kepala Sekolah SMA Swasta di Lombok Timur dianalisis

menggunakan analisis regresi ganda.

Sampel penelitian berjumlah 45 orang Kepala Sekolah SMA Swasta di

Lombok Timur. Deskripsi tentang analisis deskriptif, pengujian hipotesis

penelitian sebagai berikut.

A. Deskripsi Data

Pada bagian ini disajikan secara berturut-turut hasil analisis deskriptif

data kegiatan MKKS, disiplin kerja dan kualitas kerja Kepala Sekolah SMA

Swasta di Lombok Timur secara berturut-turut sebagai berikut.

1. Kualitas Kerja Kepala Sekolah

Kualitas kerja Kepala Sekolah diukur dengan 30 butir pertanyaan

masing-masing terdiri atas 5 pilihan secara langsung dengan skor 1

sampai 5. Selanjutnya skor diubah menjadi skala 100 sehingga

nilainya berkisar antara 20 sampai dengan 100. Berdasarkan hasil

pengolahan data, nilai terendeh dari kualitas kerja kepala sekolah

sebesar 60 dan nilai tertinggi sebesar 100. Selengkapnya hasil

deskripsi terdapat pada tabel 4.1

Tabel 4.1. Hasil Analisis Deskriptif Kualitas Kerja Kepala Sekolah

Nomo Keterangan
r Nilai
1 Mean 85,0889
48

2 Median 85,0000
3 Modus 83,0000
Standar
4 Deviasi 8,7043
5 Range 40,0000
6 Nilai Minimum 60,0000
Nilai 100,000
7 Maksimum 0

Distribusi frekuensi kualitas kerja Kepala Sekolah SMA Swasta di

Lombok Timur seperti pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kualitas Kerja Kepala Sekolah SMA


Swasta di Lombok Timur

Nomor Interval f Kumulatif Relatif (%)


1 60 - 66 1 1 2,22%
2 67 - 73 3 4 6,67%
3 74 - 80 5 9 11,11%
4 81 - 87 18 27 40,00%
5 88 - 94 11 38 24,44%
6 95 - 101 7 45 15,56%
Jumlah 45 100,00%

Menentukan kategori dari kualitas kerja Kepala Sekolah SMA

Swasta di Lombok Timur digunakan mean ideal dan standar deviasi

ideal, sehingga hasil pengkategorian kualitas kerja Kepala Sekolah

seperti pada tabel 4.3.

Nomor Interval Frekuensi Persentase Kategori


1 Y ≥ 85 23 51,11% Tinggi
2 73 ≤ Y < 85 0 0,00% Sedang
49

3 Y < 73 22 48,89% Rendah


Jumlah 45 100,00%

Hasil pengkategorian pada tabel 4.3 dapat disajikan dalam bentuk

diagram seperti pada gambar 4.1.

60.00%
51.11%
50.00% 48.89%

40.00%
Persentase

30.00%

20.00%

10.00%
0.00%
0.00%
Tinggi Sedang Rendah
Kategori

Gambar 4.1. Grafik Kategori Kualitas Kerja Kepala Sekolah SMA Swasta
di Lombok Timur
2. Kegiatan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS)

Kegiatan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) diukur

dengan 30 butir pertanyaan masing-masing terdiri atas 5 pilihan secara

langsung dengan skor 1 sampai 5. Selanjutnya skor diubah menjadi

skala 100 sehingga nilainya berkisar antara 20 sampai dengan 100.

Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai terendah dari kegiatan MKKS

sebesar 50 dan nilai tertinggi sebesar 99. Selengkapnya hasil deskripsi

terdapat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Hasil Analisis Deskriptif Kegiatan MKKS


50

Nomor Keterangan Nilai


86,355
1 Mean 6
86,000
2 Median 0
86,000
3 Modus 0
11,876
4 Standar Deviasi 6
49,000
5 Range 0
50,000
6 Nilai Minimum 0
99,000
7 Nilai Maksimum 0

Distribusi frekeunsi kegiatan MKKS SMA Swasta di Lombok Timur

seperti pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kegiatan MKKS SMA Swasta di


Lombok Timur

Nomor Interval f Kumulatif Relatif(%)


1 50 - 58 1 1 2,22%
2 59 - 67 3 4 6,67%
3 68 - 76 4 8 8,89%
4 77 - 85 9 17 20,00%
5 86 - 94 10 27 22,22%
6 95 - 103 18 45 40,00%
Jumlah 45 100,00%

Menentukan kategori dari kegiatan MKKS SMA Swasta di Lombok

Timur mengguanak mean ideal dan standar deviasi ideal, sehingga

hasil pengkategorian kegiatan MKKS dapat ditunjukkan seperti tabel

4.6.

Tabel 4.6. Kategori Kegiatan MKKS SMA Swasta di Lombok Timur

Nomor Interval Frekuensi Persentase Kategori


51

1 X1 ≥ 85 28 62,22% Tinggi
2 73 ≤ X1 < 85 0 0,00% Sedang
3 X1 < 73 17 37,78% Rendah
Jumlah 45 100,00%

Hasil pengkategorian pada tabel 4.6 dapat disajikan dalam bentuk

diagram seperti pada gambar 4.2.

70.00%
62.22%
60.00%

50.00%

37.78%
Persentase

40.00%

30.00%

20.00%

10.00%
0.00%
0.00%
Tinggi Sedang Rendah
Kategori

Gambar 4.2. Grafik Kegiatan MKKS SMA Swasta di Lombok Timur

3. Disiplin Kerja Kepala Sekolah

Disiplin kerja Kepala Sekolah diukur dengan 30 butir pertanyaan

masing-masing terdiri atas 5 pilihan secara langsung dengan skor 1

sampai 5. Selanjutnya skor diubah menjadi skala 100 sehingga

nilainya berkisar antara 20 sampai dengan 100. Berdasarkan hasil

pengolahan data, nilai terendeh dari disiplin kerja kepala sekolah

sebesar 60 dan nilai tertinggi sebesar 100. Selengkapnya hasil

deskripsi terdapat pada tabel 4.7.


52

Tabel 4.7. Hasil Analisis Deskriptif Disiplin Kerja Kepala Sekolah

Nomo Keterangan
r Nilai
1 Mean 89,9333
2 Median 93,0000
3 Modus 99,0000
Standar
4 Deviasi 10,3757
5 Range 40,0000
6 Nilai Minimum 60,0000
Nilai 100,000
7 Maksimum 0

Distribusi frekuensi disiplin kerja Kepala Sekolah SMA Swasta di

Lombok Timur seperti pada tabel 4.8.

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Disiplin Kerja Kepala Sekolah SMA


Swasta di Lombok Timur

Nomor Interval f Kumulatif Relatif (%)


1 60 - 66 2 2 4,44%
2 67 - 73 0 2 0,00%
3 74 - 80 6 8 13,33%
4 81 - 87 8 16 17,78%
5 88 - 94 10 26 22,22%
6 95 - 101 19 45 42,22%
Jumlah 45 100,00%

Menentukan kategori dari disiplin kerja Kepala Sekolah SMA

Swasta di Lombok Timur digunakan mean ideal dan standar deviasi

ideal, sehingga hasil pengkategorian disiplin kerja Kepala Sekolah

SMA Swasta di Lombok Timur dapat ditunjukkan seperti pada tabe 4.9.

Tabel 4.9. Kategori Disiplin Kerja Kepala Sekolah SMA Swasta di


Lombok Timur

Nomor Interval Frekuensi Persentase Kategori


53

1 X2 ≥ 85 31 68,89% Tinggi
2 73 ≤ X2 < 85 0 0,00% Sedang
3 X2 < 73 14 31,11% Rendah
Jumlah 45 100,00%

Hasil pengkategorian pada tabel 4.9 dapat disajikan dalam bentuk

diagram seperti pada gambar 4.3.

80.00%
68.89%
70.00%

60.00%

50.00%
Persentase

40.00%
31.11%
30.00%

20.00%

10.00%
0.00%
0.00%
Tinggi Sedang Rendah
Kategori

Gambar 4.3. Grafik Disiplin Kerja Kepala Sekolah SMA Swasta di Lombok
Timur
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data

Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu dilakukan

pemeriksaan atau pengujian terhadap beberapa asumsi yang menjadi

persyaratan agar dapat dianalisis menggunakan regresi linier sederhana

dan regresi ganda, seperti uji normalitas, uji multikolinearitas, uji

autokorelasi, uji heteroskedastisitas. Hasil pengujian prasyarat dijelaskan

sebagai berikut.

1. Uji Normalitas
54

Uji normalitas dalam penelitian menggunakan uji Kolmogorov-

Smirnov dengan keputusan uji yaitu jika Asymp pada data residual

bernilai lebih dari 0,05 (Asymp.Sig > 0,05) maka dapat disimpulkan

bahwa data berdistribusi normal. Hasil uji adalah sebagai berikut.

Tabel 4.10. Hasil Uji Normalitas

Unstandardiz
ed Residual
N 45
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 5.33294042
Most Extreme Absolute .096
Differences Positive .053
Negative -.096
Kolmogorov-Smirnov Z .643
Asymp. Sig. (2-tailed) .803

Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa

Asymp.Sig dari data residual dari model regresi bernilai lebih besar

dari 0,05 (0,803 > 0,05) sehingga data dapat dinyatakan bahwa data

residual berdistribusi normal.

2. Uji linieritas

Uji linieritas dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan pada

grafik scatterplot dengan keputusan uji sebagai berikut:

a. Jika sebaran data membentuk pola tertentu dan teratur, maka

dapat diindikasikan bahwa terjadi gejala linieritas.


55

b. Jika sebaran data tidak membentuk pola tertentu dan menyebar

pada keempat kuadran maka dapat diindikasikan tidak terjadi

gejala linieritas.

Hasil uji linieritas menggunakan scatterplot sebagai berikut.

Gambar 4.4. Scatterplot

Berdasarkan output gambar 4.4 tidak terjadi gejala linieritas.

3. Uji Homogenitas

Tabel 4.11. Hasil Uji Homogenitas

Data
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
2.143 2 132 .121

Berdasarkan hasil di atas dapat diketahui signifikansi sebesar

0,121. Karena signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa ketiga kelompok data mempunyai varinas yang sama.

C. Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan setelah pengujian prasyarat terpenuhi.


56

Pengujian hipotesis terdiri atas:

1. Kegiatan MKKS berpengaruh postif secara langsung terhadap


kualitas kerja Kepala Sekolah SMA Swasta di Lombok Timur.

Hipotesis yang diuji berbunyi kegiatan MKKS berpengaruh postif

secara langsung terhadap kualitas kerja Kepala Sekolah SMA Swasta

di Lombok Timur. Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana

dengan program SPSS version 16.0 diperoleh hasil seperti tabel 4.12.

Tabel 4.12. Hasil Analisis Regresi Sederhana Kegiatan MKKS


Berpengaruh Postif Secara Langsung terhadap Kualitas Kerja Kepala
Sekolah SMA Swasta di Lombok Timur

Standardize
Unstandardized d
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 37.411 6.406 5.840 .000
Kegiatan
.552 .074 .753 7.512 .000
MKKS

Berdasarkan tabel 4.12 diperoleh nilai t hitung sebesar 7,512 lebih

besar dari pada nilai t tabel 2,0167, sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh kegiatan MKKS terhadap kualitas kerja Kepala

Sekolah SMA Swasta di Lombok Timur. Nilai signifikan diperoleh

sebesar 0,000 < 0,05. Disimpulkan, kegiatan MKKS berpengaruh postif

secara signifikan terhadap kualitas kerja Kepala Sekolah SMA Swasta

di Lombok Timur.

Hasil analisis pada tabel 4.12, diperoleh koefisien regresi b sebesar

0,552, dan konstanta a sebesar 37,411. Dengan demikian, bentuk


57

persamaan regresi kegiatan MKKS (X1) terhadap kualitas kerja Kepala

^
Sekolah SMA Swasta di Lombok Timur adalah Y =37 , 411+0 , 552 X 1 .

Artinya bahwa, jika nilai variabel kegiatan MKKS dinaikkan sebesar

satu-satuan maka variabel kualitas kerja Kepala Sekolah akan

bertambah 0,552 dari kegiatan MKKS ditambah 37,411 dari faktor lain

yang tidak diamati. Bentuk grafis persamaan regresi diberikan pada

gambar berikut.

120

100
Kualitas Kerja Kepala Sekolah

f(x) = 0.55211182881941 x + 37.410965182395


80 R² = 0.567503270072378

60

40

20

0
40 50 60 70 80 90 100 110
Kegiatan MKKS

Gambar 4.5. Grafik Pengaruh Kegiatan MKKS terhadap Kualitas Kerja


Kepala Sekolah SMA Swasta di Lombok Timur

Bersarnya pengaruh kegiatan MKKS terhadap kualitas kerja Kepala

Sekolah SMA Swasta di Lombok Timur dapat dilihat dari nilai R2 yang

terdapat pada tabel 4.13.

Tabel 4.13. Kontribusi Kegiatan MKKS terhadap Kualitas Kerja Kepala


Sekolah SMA Swasta SMA di Lombok Timur
58

R Adjusted R Std. Error of


Model R Square Square the Estimate
1 .753a .568 .557 5.791
a. Predictors: (Constant), Kegiatan
MKKS

Berdasarkan tabel 4.13, nilai R2 sebesar 0,568. Artinya bahwa,

kegiatan MKKS berpengaruh sebesar 56,8% terhadap kualitas kerja

Kepala Sekolah SMA Swasta di Lombok Timur, sedangkan sisanya

43,2% dipengaruhi oleh faktor lain.

2. Disiplin kerja berpengaruh postif secara langsung terhadap kualitas


kerja Kepala Sekolah SMA Swasta di Lombok Timur.

Hipotesis yang diuji berbunyi disiplin kerja berpengaruh postif

secara langsung terhadap kualitas kerja Kepala Sekolah SMA Swasta

di Lombok Timur. Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana

dengan program SPSS version 16.0 diperoleh hasil seperti tabel 4.14.

Tabel 4.14. Hasil Analisis Regresi Sederhana Kegiatan MKKS


Berpengaruh Postif Secara Langsung terhadap Kualitas Kerja Kepala
Sekolah SMA Swasta di Lombok Timur

Standardize
Unstandardized d
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 27.898 7.553 3.694 .001
Disiplin Kerja Kepala
.636 .083 .758 7.621 .000
Sekolah

Berdasarkan tabel 4.14 diperoleh nilai t hitung sebesar 7,621 lebih

besar dari pada nilai t tabel 2,0167, sehingga dapat disimpulkan bahwa
59

terdapat pengaruh disiplin kerja Kepala Sekolah terhadap kualitas

kerja Kepala Sekolah SMA Swasta di Lombok Timur. Nilai signifikan

diperoleh sebesar 0,000 < 0,05. Disimpulkan, disiplin kerja Kepala

Sekolah berpengaruh postif secara signifikan terhadap kualitas kerja

Kepala Sekolah SMA Swasta di Lombok Timur.

Hasil analisis pada tabel 4.14, diperoleh koefisien regresi b sebesar

0,636, dan konstanta a sebesar 27,898. Dengan demikian, bentuk

persamaan regresi disiplin kerja Kepala Sekolah (X2) terhadap kualitas

kerja Kepala Sekolah SMA Swasta di Lombok Timur adalah

Y^ =27 , 898+0 , 636 X 2 . Artinya bahwa, jika nilai variabel disiplin kerja

Kepala Sekolah dinaikkan sebesar satu-satuan maka variabel kualitas

kerja Kepala Sekolah akan bertambah 0,636 dari disiplin kerja Kepala

Sekolah ditambah 27,898 dari faktor lain yang tidak diamati. Bentuk

grafis persamaan regresi diberikan pada gambar berikut.

120

100
Kualitas Kerja Kepala Sekolah

f(x) = 0.635928615661769 x + 27.8977087203738


80 R² = 0.574622339982829

60

40

20

0
55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105
Disiplin Kerja Kepala Sekolah
60

Gambar 4.6. Grafik Pengaruh Disiplin Kerja Kepala Sekolah terhadap


Kualitas Kerja Kepala Sekolah SMA Swasta di Lombok Timur

Bersarnya pengaruh disiplin kerja terhadap kualitas kerja Kepala

Sekolah SMA Swasta di Lombok Timur dapat dilihat dari nilai R2 yang

terdapat pada tabel 4.15.

Tabel 4.15. Kontribusi Disiplin Kerja terhadap Kualitas Kerja Kepala


Sekolah SMA Swasta SMA di Lombok Timur

R Adjusted R Std. Error of


Model R Square Square the Estimate
1 .758a .575 .565 5.743
a. Predictors: (Constant), Disiplin Kerja Kepala
Sekolah
Berdasarkan tabel 4.15, nilai R2 sebesar 0,575. Artinya bahwa,

disiplin kerja berpengaruh sebesar 57,5% terhadap kualitas kerja

Kepala Sekolah SMA Swasta di Lombok Timur, sedangkan sisanya

42,5% dipengaruhi oleh faktor lain.

3. Terdapat pengaruh postif kegiatan MKKS dan disiplin kerja secara


bersama-sama terhadap kualitas kerja Kepala Sekolah SMA
Swasta di Lombok Timur.
Hipotesis yang diuji berbunyi terdapat pengaruh postif kegiatan

MKKS dan disiplin kerja terhadap kualitas kerja Kepala Sekolah SMA

Swasta di Lombok Timur. Berdasarkan hasil analisis regresi linier

sederhana dengan program SPSS version 16.0 diperoleh hasil seperti

tabel 4.16.
61

Tabel 4.16. Hasil Uji Analysis of Varian (ANOVA)

Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regressio
2082.273 2 1041.137 34.944 .000a
n
Residual 1251.371 42 29.795
Total 3333.644 44

Berdasarkan tabel 4.16 di atas, diperoleh nilai F hitung sebesar

34,944 lebih besar dari pada F tabel sebesar 3,2199. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh postif kegiatan MKKS dan

disiplin kerja secara bersama-sama terhadap kualitas kerja Kepala

Sekolah SMA Swasta di Lombok Timur. Nilai signifikansi diperoleh

sebesar 0,000 lebih kecil 0,05 (0,000 < 0,05). Disimpulkan, terdapat

pengaruh yang signifikan kegiatan MKKS dan disiplin kerja secara

bersama-sama terhadap kualitas kerja Kepala Sekolah SMA Swasta di

Lombok Timur.

Persamaan regresi ganda kegiatan MKKS dan disiplin kerja secara

bersama-sama terhadap kualitas kerja diperoleh berdasarkan hasil

analisis yang ditunjukkan pada tabel 4.17.

Tabel 4.17. Hasil Analisis Regresi Ganda kegiatan MKKS dan Disiplin
Kerja Secara Bersama-sama terhadap Kualitas Kerja Kepala Sekolah
SMA Swasta di Lombok Timur.
62

Standardize
Unstandardized d
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 27.590 7.180 3.843 .000
Kegiatan MKKS .293 .124 .399 2.365 .023
Disiplin Kerja Kepala
.358 .142 .427 2.528 .015
Sekolah

Berdasarkan tabel 4.17 di atas, diperoleh koefisien arah regresi b1

sebesar 0,293; arah regresi b2 sebesar 0,358 dan konstanta a sebesar

27,590. Dengan demikian, pengaruh kegiatan MKKS (X1) dan disiplin

kerja (X2) secara bersama-sama terhadap kualitas kerja Kepala

Sekolah (Y) SMA Swasta di Lombok Timur ditunjukkan oleh

persamaan

Y^ =27 ,590+ 0 ,293 X 1 +0 , 358 X 2

Artinya bahwa: jika variabel kegiatan MKKS dan disiplin kerja

ditingkatkan sebesar satu-satuan maka kualitas kerja akan bertambah

0,293 dari kegiatan MKKS ditambah 0,358 dari disiplin kerja ditambah

27,590 dari faktor lain yang tidak diamati.

Bersarnya pengaruh variabel kegiatan MKKS dan disiplin kerja

secara bersama-sama terhadap kualitas kerja Kepala Sekolah SMA

Swasta di Lombok Timur diperoleh berdasarkan nilai R2 yang terdapat

pada tabel 4.18.

Tabel 4.18. Kontribusi Kegiatan MKKS dan Disiplin Kerja Secara


Bersama-sama terhadap Kualitas Kerja Kepala Sekolah SMA Swasta
di Lombok Timur
63

R Adjusted R Std. Error of


Model R Square Square the Estimate
1 .790a .625 .607 5.458

Berdasarkan tabel 4.18, diperoleh nilai R2 sebesar 0,625. Artinya

bahwa kegiatan MKKS dan disiplin kerja secara bersama-sama

berpengaruh sebesar 62,5% terhadap kualitas kerja Kepala Sekolah

SMA Swasta di Lombok Timur, sedangkan sisanya 37,5% dipengaruhi

oleh faktor lain.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan analisis data

hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 45 orang responden yang

dijadikan sampel penelitian, pembahasan dari hasil analisis data penelitian

diuraikan sebagai berikut.

1. Pengaruh kegiatan MKKS terhadap Kualitas Kerja Kepala Sekolah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegitan MKKS berpengaruh

positif dan signifikan terhadap Kualitas Kerja Kepala Sekolah.

Berdasarkan hasil uji statistik pada pengaruh kegiatan MKKS terhadap

Kualitas Kerja Kepala Sekolah, menunjukkan bahwa nilai signifikansi

variabel kegiatan MKKS sebesar 0,000 (lebih kecil dari 0,05) dan

koefisien regresi sebesar 0,552 (positif), maka hipotesis 1 (H 1)

diterima, yang berarti bahwa kegiatan MKKS berpengaruh positif dan


64

signifikan terhadap kualitas kerja Kepala Sekolah. Hasil penelitian ini

sejalan Menurut DIRJEN DIKDASMEN Musyawarah Kerja Kepala

Sekolah (MKKS) adalah: Kelompok kerja kepala sekolah yang

anggotanya terdiri dari semua kepala sekolah pada gugus sekolah

yang bersangkutan dimaksudkan sebagai wadah pembinaan

profesional bagi kepala sekolah dalam upaya peningkatan kemampuan

kepala sekolah baik yang terkait dengan edukatif maupun manajemen

sekolah dan pada akhirnya dalam rangka peningkatan mutu

pendidikan pada ruang lingkup tugas dan tanggung jawab sekolah

masing-masing dan peningkatan mutu pada skala yang lebih luas

yakni di tingkat gugus”.

Dengan adanya perubahan paradigma pendidikan sekarang ini

mengharuskan adanya perubahan fungsi dan peran kepala sekolah.

Kepala sekolah tidak lagi menjalankan kebijakan-kebijakan yang

bersifat sentralistik tetapi bergeser kearah desentralistik serta

managemen partisivatif. Kepala sekolah tidak lagi bekerja secara

individual yang cerdas tetapi harus bekerja secara team work yang

cerdas. Kepala sekolah dituntut harus pro-aktif dan mampu melakukan

perubahan-perubahan di sekolah yang mampu meningkatkan mutu

sekolah pada khususnya dan mutu pendidikan pada umumnya.

MKKS singkatan dari Musyawarah Kerja Kepala Sekolah. MKKS

dibentuk oleh para kepala sekolah ditingkat SMP dan SMA/SMK.

Ditingkat SD, kepala sekolah tergabung dalam sebuah komunitas


65

tersendiri dengan nama Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S). MKKS

mempunyai struktur kepengurusan ditingkat kabupaten atau bisa

disebut sebagai MKKS Rayon. Ditingkatan bawahnya ada juga MKKS

Sub Rayon. MKKS ini dibentuk oleh para kepala sekolah dibeberapa

kecataman dalam suatu wilayah yang berdekatan. Jadi, MKKS Rayon

membawahi beberapa MKKS Sub Rayon. MKKS tidak memiliki jenjang

struktural sampai ditingkat propinsi atau tingkat nasional. Ditingkat

propinsi, MKKS hanya bersifat koordinatif antar pengurus (yang

biasanya diwakili ketua MKKS Rayon).

MKKS biasanya mempunyai masa kerja 3 tahun dengan

ketentuan pengurusnya bisa dipilih kembali untuk 1 satu kali masa

jabatan berikutnya. Boleh nggak kalau dipilih kembai untuk periode

yang ketiga? Untuk kondisi saat ini, pemilihan pengurus sampai yang

ketiga kalinya menjadi tidak lazim karena akan berbenturan dengan

masa kerja kepala sekolah yang maksimal hanya 8 tahun tahun. Pada

kepengurusan MKKS berikutnya akan tampil para kepala sekolah yang

lainnya dengan semangat yang lebih fresh dan ide-ide yang lebih

segar.

Dalam kinerjanya, MKKS bertugas mengkoordinir kegiatan-

kegiatan ditingkat kabupaten (bagi MKKS Rayon) termasuk

pelaksanaan semester dan kenaikan kelas. Begitu juga dengan

pelaksanaan kegiatan pengembangan profesi guru. Ketika

mengkoordinir pelaksanaan semester tidak berati bahwa semua aspek


66

yang berkaitan dengan semester lantas menjadi urusan MKKS. Urusan

penyusunan dan penggandaan naskah, misalnya, MKKS mempunyai

kewajiban melaksanakannya hanya kalau ada permohonan dan

permintaan dari para kepala sekolah berdasarkan usulan dari guru-

guru terkait. Ingat, penyusunan soal merupakan hak dan otoritas penuh

para guru baik itu dalam ulangan harian, ulangan semester, maupun

ulangan kenaikan kelas. Namun demikian apabila para guru

menghendaki agar terjadi kesamaan dalam penyusunan soal (ditingkat

kabupaten) maka MKKS bisa membantu mengkoordinirnya.

2. Pengaruh Disiplin kerja terhadap Kualitas Kerja Kepala Sekolah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Disiplin berpengaruh positif

dan signifikan terhadap Kualitas Kerja Kepala Sekolah. Berdasarkan

hasil uji statistik pada pengaruh Disiplin terhadap Kualitas Kerja Kepala

Sekolah, menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel Disiplin sebesar

0,000 (lebih kecil dari 0,05) dan koefisien regresi sebesar 0,636

(positif), maka hipotesis 2 (H2) diterima, yang berarti bahwa Disiplin

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Kerja Kepala

Sekolah.

Disiplin merupakan sebuah rasa taat dan patuh kepada nilai

yang dipercaya yang menjadi tanggung jawabnya. Disiplin yaitu patuh

terhadap aturan atau tunduk pada pengawasan dan pengendalian.

Kata disiplin berasal dari bahasa latin yaitu Discere yang berarti

belajar. Berdasarkan kata tersebut, muncullah kata Disciplina yang


67

mempunyai arti pengajaran atau pelatihan. Dalam bahasa Inggris

disiplin yaitu Disciple yang memiliki arti pengikut atau murid. Untuk

lebih lengkapnya silakan simak ulasan pengertian disiplin menurut para

ahli dibawah ini dengan seksama. Pengertian Disiplin bejalar menurut

Sanjaya adalah hal yang sangatlah diperlukan bagi setiap siswa,

dengan adanya disiplin belajar, tujuan pendidikan akan lebih mudah

tercapai. Sanjaya (2005: 9). Pengertian disiplin menurut Zainal adalah

satu aspek kehidupan yang mesti wujud dalam masyarakat. Oleh itu ia

hendaklah mendapat perhatian berat dari semua pihak Pengertian

disiplin menurut DEPDIKNAS adalah suatu sikap konsisten dalam

melakukan sesuatu. Menurut pandangan ini disiplin sebagai suatu

konsistem dalam melakukan sesuatu. Menurut pandangan ini disiplin

sebagai sikap yang taat terhadap sesuatu aturan yang menjadi

kesepakatan atau telah menjadi ketentuan.Depdiknas (2001).

Pengertian disiplin menurut James Drever adalah kemampuan

mengendalikan perilaku yang berasal dari dalam diri seseorang sesuai

dengan hal-hal yang telah diatur dari luar atau norma yang sudah ada.

Dengan kata lain, disiplin dari segi psikologis adalah perilaku

seseorang yang muncul dan mampu menyesuaikan diri dengan aturan

yang telah ditetapkan. KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Pengertian disiplin menurut KBBI adalah tata tertib (di sekolah,

kemiliteran, dan sebagainya); ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan


68

(tata tertib dan sebagainya); bidang studi yang memiliki objek, sistem

dan metode tertentu.

3. Pengaruh kegiatan MKKS dan Disiplin Kerja Secara Bersama-sama


terhadap Kualitas Kerja Kepala Sekolah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegitan MKKS dan Disiplin

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Kerja Kepala

Sekolah. Berdasarkan hasil uji statistik pada pengaruh kegiatan MKKS

dan Disiplin berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Kerja

Kepala Sekolah, menunjukkan bahwa nilai signifikansi uji Fsebesar

0,000 (lebih kecil dari 0,05) dan nilai F hitung lebih besar dari nilai

kritispada F tabel (34,944 > 3,2199) sehingga Hipotesis 3 (H3)

diterima, yang berarti bahwa kegiatan MKKS dan Disiplin berpengaruh

secara bersama-sama (simultan) dan signifikan terhadap Kualitas

Kerja Kepala Sekolah.

Artinya menunjukkan bahwa jika kegiatan MKKS dan Disiplin

ditingkatkan, maka Disiplin berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Kualitas Kerja Kepala Sekolah akan semakin meningkat.


69

BABV

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa

hal sebagai berikut:

1. Kegiatan MKKS berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Kerja

Kepala Sekolah SMA Swsata di Kabupaten Lombok Timur

sebesar 56,8% dengan p = 0,000. Semakin meningkat kegiatan

MKKS, maka Kualitas Kerja Kepala Sekolah akan semakin

meningkat;

2. Disiplin berpengaruh signifikan terhadap Kulaitas Kerja Kepala

Sekolah SMA Swsata di Kabupaten Lombok Timur sebesar


70

57,5% dengan p= 0,000. Semakin meningkat Disiplin, maka

Kulaitas Kerja Kepala Sekolah SMA Swsata di Kabupaten

Lombok Timur juga akan meningkat;

3. Kegiatan MKKS dan Disiplin berpengaruh secara bersama-sama

(simultan) terhadap Kulaitas Kerja Kepala Sekolah dengan nilai

p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa jika kegiatan MKKS dan

Disiplin ditingkatkan, maka Kulaitas Kerja Kepala Sekolah akan

semakin meningkat.

B. Implikasi

Implikasi dalam penelitian mencakup dua hal yaitu implikasi teoritis

dan praktis. Implikasi teoritis berhubungan dengan bagi pengembangan

teori pendidikan tentang pengaruh kegiatan MKKS dan Disiplin terhadap

Kualitas Kerja Kepala Sekolah. Implikasi praktis berkaitan dengan

kontribusi penelitian terhadapKualitas Kerja Kepala Sekolah

1. Implikasi Teori

Penelitian ini membuktikan bahwa Kualitas Kerja Kepala Sekolah

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu adanya kegiatan MKKS

dan Disiplin. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kegiatan MKKS, dapat

dilakukan dengan rutin melaksanakan monitoring dan evaluasi agar

pelaksanaan kegiatan MKKS dapat berjalan dengan baik. Disiplin perlu


71

dilakukan untuk mengevaluasi hasil kerja apakah sudah memenuhi visi

dan misi sekolah dan indikator keberhasilan dalam pembelajaran.

2. Implikasi Praktis

Hasil yang ditunjukkan dari kegiatan MKKS dan Disiplin Terhadap

Kulaitas Kerja Kepala Sekolah termasuk dalam kategori tinggi. Oleh

karena itu, dengan tingginya kegiatan MKKS dan Disiplin diharapkan

dapat meningkatkan Kulaitas Kerja Kepala Sekolahdalam mencapai visi

dan misi sekolah.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka saran yang

dapat peneliti ajukan yaitudalam rangka meningkatkan Kulaitas Kerja

Kepala Sekolah SMA Swsata di Kabupaten Lombok Timur, maka:

a. Bagi MKKS

MKKS SMA Swasta di Kabupaten Lombok Timur perlu

meningkatkan wahana dalam menemukan gagasan baru yaitu

dengan saling bertukar pikiran tentang informasi pendidikan,

berkomunikasi tentang pembaruan pendidikan dan pengalaman

sekolah masing-masing.

b. Bagi Kepala Sekolah


72

Disiplin dapat meningkatkan Kulitas Kerja Kepala Sekolah, oleh

karena itu diharapkan kepala sekolah dapat menerapkan poin-

poin panduan kerja pengawasan pembelajaran dengan sebaik-

baiknya.

Anda mungkin juga menyukai