PENDAHULUAN
C. Manfaat CJR
1. Membantu semua kalangan dalam mengetahui inti dari hasil penelitian yang terdapat dalam suatu
jurnal.
2. Menjadi bahan evaluasi dalam pembuatan suatu jurnal di penerbitan berikutnya.
1
D. Identitas Jurnal
Judul : Integrasi manajemen berbasis sekolah : Kepemimpinan Kepala Sekolah
Jurnal : Education Management
Tahun : 20 Febuary 2019
Volume : Vol.7, hlm. 30-38
Penulis : A.M Asfar, A.M Akbar
2
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL
Jurnal ini membahas mengenai Manajemen Berbasis Sekolah (school based management) pada
dasarnya memberikan peluang yang sangat besar (otonomi) kepada sekolah untuk mengelola dirinya
sesuai dengan kondisi yang ada serta memberikan kesempatan kepada masyarakat (stakeholders) untuk
ikut berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan pendidikan, sehingga diperlukan adanya kemampuan
manajerial yang cukup memadai serta jiwa kepemimpinan dari kepala sekolah dan didukung oleh
adanya kinerja guru yang profesional. Guru tidak akan bisa mengajar dengan baik jika tidak mempunyai
kepemimpinan kepala sekolah yang bisa menginspirasi mereka untuk mengajar secara profesional.
Kurikulum di sekolah pun tak akan bisa diterapkan dengan sempurna, apabila kepala sekolah tidak
cekatan dalam memimpin dan membimbing guru-guru dalam mengaplikasikan pengajaran sesuai
tuntutan kurikulum. Seberapa banyakpun guru-guru hebat di sekolah jika tidak ada kepemimpinan
kepala sekolah yang efektif, maka tidak akan terlahir sekolah yang bermutu.
Selama ini dunia pendidikan khususnya di Indonesia masih terkesan meraba-raba dalam kegelapan
terhadap lemahnya mutu keluaran peserta didik. Pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan
Keudayaan selalu terpaku pada peningkatan guru atau mengandalkan bongkar pasang kurikulum. Tidak
sedikit dana yang dialokasikan pemerintah pusat dan daerah untuk sekedar memberikan pelatihan
kepada guru-guru. Akan tetapi, pemerintah terkesan lupa bahwa pelatihan masif yang selama ini
diadakan tak pernah dievaluasi. Pelatihan-pelatihan untuk guru terkesan sekedar formalitas belaka, atau
untuk menghabiskan anggaran pendidikan. Bahkan, untuk memberikan kesan bahwa pemerintah
memperhatikan kualitas guru, banyak sekali pelatihanpelatihan diadakan di hotel berbintang lima. Selain
memberikan pelatihan kepada guru, Kementrian Pendidikan juga mengupayakan reformasi pendidikan
dengan mengganti kurikulum KTSP dengan Kurikulum 2013. Namun, masih dinilai belum efektif
seperti yang terlihat saat ini dimana buku ajar siswa dan buku guru masih sangat sulit didapatkan.
Bahkan beberapa guru mengatakan bahwa kesulitan memperoleh buku tersebut karena masih tersedia
dalam bentuk soft copy sementara beberapa daerah belum tersentuh jaringan internet. Fokus pemerintah
untuk memberikan perhatian kepada guru, juga pada kurikulum tidak salah. Akan tetapi pemerintah
terkesan lupa bahwa ada elemen penting yang selama ini terkesan dikesampingkan yakni kepemimpinan
kepala sekolah.
Kepemimpinan kepala sekolah adalah salah satu faktor penting untuk memajukan pendidikan.
Akan tetapi, unsur penting ini belum mejadi konsentrasi pemerintah saat ini. Padahal, guru tidak akan
3
bisa mengajar dengan baik jika tidak mempunyai kepemimpinan kepala sekolah yang bisa menginspirasi
mereka untuk mengajar secara profesional. Kurikulum di sekolah pun tak akan bisa diterapkan dengan
sempurna, apabila kepala sekolah tidak cekatan dalam memimpin dan membimbing guru-guru dalam
mengaplikasikan pengajaran sesuai tuntutan kurikulum. Seberapa banyakpun guru-guru hebat di sekolah
jika tidak ada kepemimpinan kepala sekolah yang efektif, maka tidak akan terlahir sekolah yang
bermutu. Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam
mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu
komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah
bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga
kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana. Hal tersebut
menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang
menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien.
Beberapa hal justru menjadi kontradiksi yakni fenomena-fenomena peran kepala sekolah sebagai
pemimpin juga masih dipandang sebagai profesi belaka. Hal ini sebaiknya menjadi perhatian pemerintah
khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam hal keprofesionalan seorang kepala sekolah.
Beberapa fenomena saat ini yang menunjukkan kelemahan kepala sekolah sebagai berikut:
1) Rendahnya motivasi kerja kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya
2) Pengalaman kerja kepala sekolah yang masih minim
3) Lemahnya disiplin kerja kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya
4) Kepemimpinan Kepala sekolah masih rendah
5) Keterampilan kepala sekolah dalam menyelesaikan permasalahan belum memuaskan.
Banyak hasil-hasil studi menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan merupakan faktor yang
berhubungan dengan produktivitas organisasi dan efektivitas organisasi. Sutermeister (1985:44)
mengemukakan bahwa ada beberapa faktor determinan terhadap produktivitas dan efektivitas kerja
antara lain leadership climate, type of leadership, leaders, dari faktor lain yang berpengaruh.
Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan menentukan kemajuan
sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi, dan luwes dalam
melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan kepala sekolah yang baik harus dapat mengupayakan
peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena
itu, kepala sekolah harus memiliki kepribadian atau sifat-sifat dan kemampuan serta keterampilan-
keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan. Dalam perannya sebagai seorang pemimpin,
kepala sekolah harus dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga
kinerja guru selalu terjaga. Sardiman (2009:125) mengemukakan bahwa guru adalah salah satu
4
komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan
sumber daya manusia potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah
satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai
tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru
tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai
pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan
pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.
Selama ini, kepemimpinan kepala sekolah diartikan lebih pada kepemimpian birokrasi. Kita
terkesan lupa bahwa ada tugas dasar kepala sekolah yang lain: Instructional leader, dan Community
Leader. Di Indonesia, tugas kepala sekolah dinilai sebagai seorang bureaucrat dan community leader.
Kepala sekolah hanya fokus pada bagaimana mampu mencari sumber dana untuk membiayai keperluan
sekolah, menjadi pimpinan birokrasi surat menyurat, atau menjadi perwakilan sekolah untuk rapat-rapat
dengan dinas pendidikan, dan yang lebih penting mampu memimpin rapat dengan komite sekolah untuk
meminta uang sumbangan pembanguan. Tapi hanya sedikit yang berpikir bahwa tugas kepala sekolah
yang paling utama adalah sebagai instructional leader yakni memimpin para guru dan siswa untuk
menciptakan susasana belajar mengajar yang kondusif. Instructional leader atau learner leader, berarti
bahwa semua unsur di dalam sekolah termasuk guru, siswa dan kepala sekolah adalah pembelajar.
Kepala sekolah yang mampu menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran (instructional
leader), tentunya dibutuhakan prasayarat tertentu. Setidaknya ada tiga kemampuan dasar yang harus
dimiliki kepala sekolah menurut Glickman (2011): prasyarat pengetahuan, prasyarat skill teknis, dan
prasyarat kemampuan interpersonal. Prasyarat pengetahuan berarti kepala sekolah harus memiliki
pengetahuan tentang: pedagogik, pendekatan pengajaran, metodologi pengajaran, serta perkembangan
perserta didik. Pengetahuan interpersonal berarti, kepala sekolah harus mampu melakukan pendekatan
pada guru, siswa dan pegawai sehingga tercipta susasana kekeluargaan di dalam sekolah. Pengetahaun
skill teknis berarti, kepala sekolah harus mempunyai wawasan dan kemampuan di bidang Information,
Communication and Technology (ICT) serta kemampuan mengolah data (data sekolah, data siswa, dan
data proses pengajaran) sehingga tercipta budaya pengambilan keputusan yang berdasarkan pada data.
Menurut Nawawi (1995:83), fungsi-fungsi kepemimpinan pendidikan (1) mengembangkan dan
menyalurkan kebebasan berpikir dan mengeluarkan pendapat, baik secara perseorangan maupun
kelompok sebagai usaha mengumpulkan data atau bahan dari anggota kelompok dalam menetapkan
keputusan yang mampu memenuhi aspirasi di dalam kelompoknya. (2) mengembangkan suasana
kerjasama yang efektif dengan memberikan penghargaan dan pengakuan terhadap kemampuan orang-
orang yang dipimpinnya sehingga timbul kepercayaan pada dirinya sendiri dan kesediaan menghargai
5
orang lain sesuai dengan kemampuan masing-masing.(3) mengusahakan dan mendorong terjadinya
pertemuan pendapat dengan sikap harga menghargai sehingga timbul perasaan ikut terlibat di dalam
kegiatan kelompok atau organisasi dan tumbuh perasaan bertanggung jawab atas terwujudnya pekerjaan
masing-masing sebagai bagian dari usaha pencapaian tujuan. (4) membantu menyelesaikan masalah-
masalah, baik yang dihadapi secara perseorangan maupun kelompok dengan memberikan petunjuk-
petunjuk dalam mengatasinya sehingga berkembang kesediaan untuk memecahkannya dengan
kemampuan sendiri.
Reitz (dalam Fattah, 2008:98), faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas kepala sekolah
meliputi:
1) Kepribadian, pengalaman masa lalu dan harapan
2) Harapan dan perilaku atasan
3) Karakteristik harapan dan perilaku bawahan
4) Kebutuhan tugas
5) Iklim dan kebijakan organisasi
6) Harapan dan perilaku rekanan.
Dalam kaitannya dengan kepemimpinan instruksional, Russel et al., (2003:86), mendeskripsikan
tingkah laku kepala sekolah yang efektif sebagai berikut:
1) Melakukan peran aktif untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan staf, dengan
mendorong guru untuk berpartisipasi dan menggunakan pengetahuan yang telah
dipelajarinya
2) Memperbaiki unjuk kerja pengajaran yang kurang baik
3) Melakukan kepemimpinan pengajaran langsung dalam interaksi dengan masing-masing guru
4) Meyakinkan, bahwa unjuk kerja guru di kelas dievaluasi
5) Menjadi model tokoh yang efektif. Keefektifan kepemimpinan akan sangat menopang
keberhasilan visi, misi dan tujuan organisasi yang dipimpinnya sehingga menjadikan lembaga yang
dipimpinnya menjadi lembaga yang efektif.
Kepemimpinan Pendidikan
Istilah kepemimpinan pendidikan mengandung dua pengertian. Pendidikan menerangkan dalam
lapangan apa dan di mana kepemimpinan itu berlangsung, dan sekaligus menjelaskan pula tentang
kemampuan apa dan sifat-sifat atau ciri-ciri bagaimana yang harus terdapat atau dimiliki oleh pimpinan,
sedangkan kepemimpinan itu bersifat universal, berlaku dan terdapat pada berbagai bidang kegiatan
hidup manusia. Kepemimpinan pendidikan dapat diartikan sebagai suatu kemampuan dan proses
6
memengaruhi, mengkoordinir, dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan
pengembangan ilmu pengetahuan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, supaya kegiatan-kegiatan
yang dijalankan dapat lebih efisien dan efektif di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan
pengajaran tersebut (John Bartky, 1982:111).
Menurut Nawawi (1995:44), kepemimpinan pendidikan adalah proses menggerakkan orang-orang
dalam organisasi atau lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya. Burhanuddin (1994:36), berpendapat bahwa kepemimpinan pendidikan merupakan
kemampuan mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan orang lain
yang terlibat dalam pelaksanaan dan pengembangan pendidikan secara efektif dan efisien guna
mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan. Dikaitkan dengan kepemimpinan
suatu sekolah berarti kepala sekolah tersebut mempengaruhi, menggerakkan atau melibatkan orang-
orang atau segenap personil sekolah, baik guru, staf administrasi maupun siswa untuk berpikir dan
berbuat dalam rangka mencapai tujuan sekolah.
10
BAB III
PENILAIAN TERHADAP JURNAL
1 Kelebihan/Keunggulan Penelitian
a. Memaparkan secara jelas berbagai peristiwa untuk menjadi seorang pemimpin yang baik
b. Memaparkan berbagai hal penting menyangkut kepemimpinan kepala sekolah dalam
memanajemen sekolah yang dipimpinanya.
c. Penulisan kata bersifat baku dan mudah dimengerti serta banyak menggunakan bahasa
ilmiah.
2 Kelemahan/Kekurangan Penelitian
a. Tidak adanya kesimpulan dalam jurnal tersebut sehingga pembaca harus membaca
keseluruhan dan menarik kesimpulan sendiri.
b. Dalam penulisan abstrak jurnal ini tidak memaparkan metode dan hasil pembahasan serta
data yang cukup menyangkut pokok pembahasan yang terjadi.
11
BAB IV
PENUTUP
Simpulan
Jurnal ini membahas mengenai Manajemen Berbasis Sekolah (school based management) pada
dasarnya memberikan peluang yang sangat besar (otonomi) kepada sekolah untuk mengelola dirinya
sesuai dengan kondisi yang ada serta memberikan kesempatan kepada masyarakat (stakeholders) untuk
ikut berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan pendidikan, sehingga diperlukan adanya kemampuan
manajerial yang cukup memadai serta jiwa kepemimpinan dari kepala sekolah dan didukung oleh
adanya kinerja guru yang professional
12