Anda di halaman 1dari 24

MODEL KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM

PENINGKATAN KINERJA GURU DI


SMA AL-HASANIYYAH

MAKALAH

Diajukan guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Kepemimpinan


Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Dr. H. Ahmad Barowi, M.Ag.

Disusun Oleh :

AHMAD SHOLAHUDDIN RIZAL

NIM. 202610000805

PASCASARJANA
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA JEPARA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat serta


hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga
penulis dapat menyelesaikan paper dengan judul “Model
kepemimpinan sepala sekolah dalam peningkatan kinerja guru di
SMA AL-HASANIYYAH”.
Berbmacam-macam model kepemimpinan dalam setiap bidang
yang ada pasti kita temui dalam kehidupan sehari-hari namun, sering
kali kita bingung bagaimanakah kriteria yang dianggap baik atau itu,
meskipun sudah banyak contoh kebijakan dari para tokoh pemimpin
yang mengemukakan kriteria-kriteria kepemimpinan yang menjadi
dasar penilaian kebaikan atas kepemimpinan tersebut, namun tetap saja
hal itu masih menjadi problematika sampai sekarang.
Dan dalam makalah kali ini penulis akan membahas tentang
macam-macam model kepemimpinan yang juga dianut oleh para
pemimpin dunia yang latar belakang ideologinya berbeda-beda.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah “Kepemimpinan
Pendidikan Islam” di Jurusan Manajement Pendidikan Islam
Universitas Nahdlotul Ulama Jepara. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. H.
Ahmad Barowi, M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah dan
kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan
selama penulisan makalah ini.

Jepara, 31 Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
ABSTRAK.............................................................................................................. iv
BAB I....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
1.3. Tujuan....................................................................................................... 3
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................................... 4
2.1. Profil SMA AL-HASANIYYAH..............................................................4
2.2. Model Kepemimpinan...............................................................................5
2.2.1. Macam-macam Model Kepemimpinan..........................................5
2.2.2. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah.....................................13
2.2.3. Upaya Peningkatan Kinerja Guru................................................ 14
2.3. Implementasi Model Kepemimpinan Kepala Sekolah............................15
BAB III...................................................................................................................18
PENUTUP..............................................................................................................18
3.1. Simpulan................................................................................................. 18
3.2. Saran........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 20

iii
ABSTRAK

Makalah ini membahas tentang model kepemimpinan kepala sekolah


dalam meningkatkan kinerja guru, model kepemimpinan Kepala sekolah di SMA
AL-HASANIYYAH menggunakan model situasional dengan berasaskan
kekeluargaan yang harmonis saling menaruh kepercayaan dan mengayomi satu
sama lain, sehingga tercipta rasa saling memiliki, pola perilaku kepala sekolah
lebih mengutamakan asas kekeluargaan, dengan mengayomi bawahan, memberi
teladan yang baik, dengan banyak mendengarkan keluhan/curhatan serta
dilakukannya pemantauan terhadap kinerja guru, kepala sekolah akan dapat
menyimpulkan dan menganalisis masalah-masalah yang dihadapi oleh para guru,
sehingga dapat di berikan penyelesaian yang sesuai dengan kondisi yang ada.
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka upaya yang
paling strategis adalah melalui pendidikan. Kemajuan pendidikan juga ditentukan
oleh kepemimpinan kepala sekolah. Kepemimpinan sebagai bagian dari fungsi
manajemen merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi.
Manajerial dan upaya yang dilakukan Kepala Sekolah dalam meningkatkan
kinerja guru. (a) Diadakanya berifing terhadap para guru setiap pagi. (b)
Diadakannya musyawarah bulanan. (c) Diadakannya workshop dan pelatihan-
pelatihan bagi para guru yang berkebutuhan. (d) Kegiatan saling sharing antar
guru. (e) Adanya penilaian terhadap para guru. (f) Diadakannya refresing dan
kegiatan kebersamaan lainnya.

Kata Kunci : kepemimpinan, kepala sekolah, kinerja guru

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi dalam


menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk
mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan
budayanya, selain itu juga mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-
peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian serta aktivitas-aktivitas
untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerjasama dan kerja
kelompok, perolehan dukungan dan kerjasama dari orang- orang di luar
kelompok atau organisasi (Mulyadi,2010:23). Dan semua usaha yang
dilakukan dalam dunia kepemimpinan tidak lain adalah guna terwujudnya
tujuan organisasi secara efektif dan efisien, demikian pula dalam
kepemimpinan dunia pendidikan.
Banyak sekali faktor yang dapat mendukung tercapainya upaya
peningkatan mutu sekolah, salah satunya adalah faktor manajemen sekolah,
yang memposisikan kepala sekolah sebagai manajer sekolah. Salah satu
kekuatan efektif dalam pengelolaan sekolah yang berperan dan
bertanggung jawab menghadapi perubahan adalah kepemimpinan kepala
sekolah, yaitu perilaku kepala sekolah yang mampu memprakarsai
pemikiran baru didalam proses intraksi dilingkungan sekolah dengan
melakukan perubahan. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen
pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Dalam Permendiknas No 13 tahun 2017 disebutkan bahwa: Kepala
sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,
administrasi sekolah, pembinaan tenaga pendidikan serta pemeliharaan
sarana dan prasarana. Kepemimpinan begitu kuat mempengaruhi kinerja
organisasi sehingga rasional apabila keterpurukan pendidikan salah
satunya disebabkan karena kinerja kepemimpinan yang tidak dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan dan juga tidak membuat strategi
pendidikan yang adaptif terhadap perubahan.

1
2

Seperti yang di kemukakan Rivai dan Murni yang dikutip oleh


Agustinus Hermino dalam bukunya Kepemimpinan Pendidikan di Era
Globalisasi, bahwa organisasi yang memiliki kepemimpinan baik akan
mudah meletakkan dasar kepercayaan terhadap anggotanya, sedangkan
organisasi yang tidak memiliki kepemimpinan yang baik akan sulit
mendapatkan kepercayaan dari para anggotanya. Organisasi itu akan kacau
dan tujuan organisasi tidak akan tercapai, maka kepala sekolah juga perlu
memposisikan diri sebagai seorang yang memiliki pengaruh kepada para
guru serta dapat pula memberikan motivasi kepada para guru untuk dapat
bekerja dengan baik sejalan dengan visi, misi dan tujuan yang hendak di
capai oleh sekolah tersebut (Agustinus,2014:126).
Dalam tuntutan tugas lembaga yang begitu padat dan tuntutan
profesionalitas kini banyak guru yang lemah dalam kinerjanya sehingga
lembaga kesulitan untuk maju dan berkembang secara efektif, padahal
kinerja guru adalah salah satu faktor utama untuk memajukan kegiatan
belajar mengajar, hemat penulis model kepemimpinan kepala sekolah yang
di terapkan oleh kepala madrasah harus dapat berorientasi terhadap
peningkatan kinerja guru.
Dari kesimpulan diatas penulis mengambil judul skripsinya yaitu
“Model Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan kinerja
Guru”, berawal dari judul inilah penulis hendak melakukan kegiatan
penelitian secara mendalam guna mendapatkan manfaat-manfaat
penelitian yang diharapkan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Model kepemimpinan Kepala Sekolah dalam


Peningkatan Kinerja Guru di SMA NU AL- MA’RUF KUDUS ?
2. Bagaimana Implementasi Model Kepemimpinan Kepala Sekolah
dalam Peningkatan Kinerja Guru di SMA NU AL- MA’RUF
KUDUS?
3

1.3. Tujuan

1. Untuk Mengetahui tentang Model kepemimpinan Kepala Sekolah


dalam Peningkatan Kinerja Guru di SMA NU AL- MA’RUF
KUDUS
2. Untuk Menelaah lebih jauh Mengetahui Implementasi Model
Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru di
SMA NU AL- MA’RUF KUDUS?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Profil SMA AL-HASANIYYAH

Latar Belakang Berdirinya SMA AL-HASNIYYAH Pada awalnya,


Untuk mengisi kemerdekaan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dengan mewujudkan Kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UUD 1945, Pada waktu
itu di Kecamatan Karangawen baru berdiri beberapa SMA. Sedangkan
anak-anak lulusan SMP/MTs masih banyak yang belum tertampung di
SMA/MA yang ada, di antara mereka masih banyak yang melanjutkan
sekolah di luar. Oleh karena itu adanya tambahan SMA di Kecacamatan
Karangawen sangat diharapkan masyarakat.
Gagasan Berdirinya SMA AL-HASANIYYAH, Untuk
menampung dan meningkatkan mutu pendidikan di desa jragung
khususnya, dikarenakan banyak anak putus sekolah di tingkat SMP dan
tidak melanjutkan pendidikannya di jenjang berikutnya, keprihatinan
dalam mutu pendidikan inilah yang mendasari berdirinya SMA AL-
HASANIYYAH untuk memberikan pendidikan yang layak untuk
masyarakat dan meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

Visi SMA AL-HASANIYYAH


Maju dalam Prestasi Santun dalam Pekerti.

Misi SMA AL-HASANIYYAH


a. Membentuk Pribadi Muslim Ahlussunnah Wal Jama’ah yang beriman
dan bertaqwa
b. Membentuk generasi yang memiliki jiwa Nasionalisme tinggi
c. Membentuk pribadi berkarakter dan berakhalaqul Karimah
d. Mengintensifkan Pembelajaran intrakulikuler dan memiliki
keunggulan di bidang akademik
e. Menggiatkan Pembelajaran ekstrakulikuler dan meningkatkan prestasi

4
5

f. non akademik
g. Mampu Mengimplementasikan teknoogi informasi dan komunikasi
untuk meningkatkan potensi akademik akademik dan non akademik
h. Mampu bersaing melanjutkan studi di perguruan tinggi
i. Mampu berkiprah dalam kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan
j. Memiliki bekal dan kemampuan untuk terjun di dunia kerja

2.2. Model Kepemimpinan

2.2.1. Macam-macam Model Kepemimpinan

Pengertian Model/mo-del/pola (contoh, acuan, ragam, dan


sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan,1 maka
dari pengertian ini penulis lebih condong memaknai model sebagai
“ragam” karena untuk memudahkan pembaca untuk memahai
tentang bermacam-macam ragam/model kepemimpinan kepala
sekolah yang akan di ulas dalam pembahasan terkait. Hornby
menyebutkan sebagaimana yang dikutip oleh Wahjosumidjo dalam
bukunnya Kepemimpinan kepala sekolah tinjauan teoritik dan
permasalahannya, Kepemimpinan atau leadership berarti being a
leader power of leading atau the qualities of leader. Secara bahasa
makna kepemimpinan itu adalah kekuatan atau kualitas seorang
pemimpin dalam mengarahkan apa yang di pimpinnya untuk
mencapai tujuan.
Di antara pakar yang membicarakan masalah
kepemimpinan adalah Koontz, O’Donnel dan Weihrich. Di dalam
bukunya yang berjudul Management, cetakan ketujuh tahun 1980,
yang di kutip Wahjosumidjo dalam bukunya yang berjudul
Kepemimpinan kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan
Permasalahanya, bahwa yang di maksud kepemimpinan secara
umum, merupakan pengaruh seni atau peroses mempengaruhi
orang lain, sehingga mereka dengan penuh kemauan berusaha
kearah tercapainya tujuan organisasi.
6

Sebagaimana pengertian Leadership is a social influence


process in which the leader seeks the voluntary participation of
subordinates in an effort to reach organization goals. A leader can
be defined as a person who delegates or influencing others to act
so as to carry out specified objective ( kepemimpinan adalah
proses pengaruh sosial di mana pemimpin mencari partisipasi
sukarela dari bawahan dalam upaya untuk mencapai tujuan
organisasi. Seorang pemimpin dapat didefinisikan sebagai orang
yang mendelegasikan atau mempengaruhi orang lain untuk
bertindak sehingga dapat melaksanakan tujuan tertentu).
Kepemimpinan merupakan kemampuan yang di miliki
seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai
tujuan dan sasaran. Kepemimpinan atau leadership dalam
pengertian umum menunjukkan suatu proses kegiatan dalam hal
memimpin, membimbing, mengontrol perilaku, perasaan serta
tingkah laku terhadap orang lain yang ada di bawah pengawasanya.
Model kepemimpinan di dasarkan pada pendekatan yang
mengacu pada hakikat kepemimpinan yang berlandaskan pada
perilaku dan ketrampilan seseorang yang berbaur kemudian
membentuk gaya kepemimpinan yang berbeda. Bahar Agus
Setiawan dan Abd. Muhith, menyebutkan dalam bukunya
Transformasional leader ship, Model kepemimpinan kepala
sekolah SMA AL-HASANIYYAH dalam mengimplementasikan
menyebutkan jika diteliti gaya kepemimpinan memiliki tiga pola
dasar yaitu:
a. Gaya kepemimpinan yang berpola memetingkan
pelaksanaan tugas secara efektif dan efisien agar mampu
mewujudkan tujuan secara maksimal.
b. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan
pelaksanaan hubungan kerjasama.
c. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan hasil
yang dapat dicapai dalam rangka mewujudkan tujuan
7

d. organisasi.
Dari tiga pola inilah lahir cara atau metode yang digunakan
pemimpin dalam mempengaruhi pengikutnya salah satu pakar
seperti Michael Amstrong dan E Mulyasa dalam ranah ini
menyebutnya sebagai gaya kepemimpinan. Bahar Agus Setiawan
dan Abd. Muhith, menyebutkan dalam bukunya Transformasional
leader ship, gaya kepemimpinan merupakan usually seen as the
way we behave and behavior reveals itself in many ways dan lebih
bersifat outside, dari dalam keluar yang membentuk perilaku-
perilaku dari pemimpin.
1. Model kepemimpinan kontinum (Otokratis-Demokratis)
Pemimpin mempengaruhi pengekutnya dengan beberapa
cara yaitu dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrem yang di
sebut perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi
ekstrem lainya yang di sebut perilaku demokratis, perilaku
otokratis pada umumnya di nilai negatif di mana sumber kuasa dan
wewenang mutlak di tangan pemimpin dan seluruh kewenangan di
atas pengaruh pemimpin, sedang baahanya di pengaruhi dengan
ancaman dan hukuman, dan kepemimpinan ini juga memiliki
manfaat antara lain cepatnya pengambilan keputusan, kepuasan
atas pimpinan dan memberikan rasa aman dan tentram bagi
bawahan orientasi utama dari perilaku otokratis ini adalah pada
tugas dan selalu member arahan kepada bawahanya. “Perilaku
demokratis; Perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa
tau wewenang yang berawal dari bawahanya. Hal ini terjadi jika
bawahan di motivasi dengan tepat dan pimpinan dalam
melaksanakan kepemiminanya berusaha mengutamakan kerjasama
dengan team work untuk mencapai tujuan, dimana si pemimpin
senang menerima saran, pendepat bahkan keritik dari bawahanya.
Kebijakan disini terbuka bagi diskusi dan keputusan kelompok.
8

2. Model kepemimpinan Ohio


Model ini adalah model yang paling komprehensif dan
mirip dengan teori perilaku di hasilkan oleh penelitian di
Universitas State Ohio di sekitar akhir tahun 1940-an. Dalam
penelitiannya Uversitas State Ohio melahirkan teori dua faktor
tentang gaya kepemimpinan yaitu struktur Inisiasi dan konsiderasi.
Struktur inisiasi mengacu pada perilaku pemimpin dengan
menggambarkan hubungan dirinya dengan anggota kelompok kerja
dalam membentuk pola organisasi, saluran komunikasi, metode
dan prosedur yang di tetapkan dengan sebaik baiknya.
3. Model kepemimpinan likert (Likert’s Managemen System)
Likert mengembangkan suatu pendekatan penting untuk
memahami perilaku pemimpin, ia mengembangkan teori
kepemimpinan dua dimensi yaitu orientasi tugas dan individu.
Melalui penelitian ini akhirnya ia berhasil merancang empat
system kepemimpinan seperti yang di ungkapkan oleh Thoha yang
di kutip oleh E. Mulyasa yaitu system otoriter, otoriter bijaksana,
konsultatif dan parsitifatif. Penjelasan dari keempat sistem
kepemimpinan tersebut adalah seperti yang disajikan dibawwah
ini ;
Sistem Otoriter (Sangat Otokratis). Dalam sistim ini
pemimpin menentukan semua keputusan yang berkaitan dengan
pekerjaan, dan memerintahkan semua bawahan untuk
menjalankannya. Untuk itu pemimpin juga menentukan standar
pekerjaan yang harus dijalankan bawahanya, dalam menjalankan
pekerjaanya, pemimpin cenderung menerapkan hukuman dan
ancaman oleh karena itu hubungan antara pemimpin dengan
bawahan dalam sistim adalah saling curiga satu dengan lainnya.
Sistem Otoriter bijak (Otoriter Paternalistik). Perbedaan
dengan sistim sebelumnya adalah terletak kepada adanya
fleksibilitas pimpinan dalam menetapkan standar yang ditandai
dengan meminta pendapat kepada bawahan. Selain itu pemimpin
9

dalam sistim ini juga sering memberikan pujian dan hadiah


ketika bawahan berhasil bekerja dengan baik. Namun demikian
pada sistim inipun, sikap pemimpin yang selalu memerintah tetap
dominan.
Sistim Konsultatif. Kondisi lingkungan kerja pada sistem
ini dicirikan adanya komunikasi dua arah antara pemimpin dan
bawahan. Pemimpin dalam menetapkan kepemimpinan nya
cenderung lebih bersifat mendukung selain itu sietem ini juga
tergambar pada pola penerapan target sasaran organisasi yang
cenderung bersifat konsultatif yang memungkinkan diberikannya
wewenang kepada bawahan pada tingkat tertentu.
Sistem Partisipatif pada sistim ini pemimpin memiliki
gaya kepemimpinan yang lebih menekankan pada kerja kelompok
sampai ditingkat bawah, untuk mewujudkan hal tersebut,
pemimpin biasannya menunjukkan keterbukaan dan memberikan
kepercayaan yang tinggi terhadap bawahan, dengan demikian
dalam roses pengambilan keputusan dan penentuan target
pemimpin selalu melbatkan bawaha. Dalam sistem inipun pola
komunikasi yang terjadi adalah dua arah dengan memberikan
kebebasan kepada bawahan untuk mengungkapkan seluruh ide
ataupun permasalahannya yang terkait dengan pelaksanaan
pekerjaan.
Dengan demikian model kepemimpinan yang disampaikan
oleh Likert ini pada dasarnya merupakan pengembangan dari
model-model yang di kembangkan oleh Universitas Ohio yaitu dari
sudut pandang struktur inisiasi dan konsiderasi
4. Model Kepemimpinan Managerial Grid
Jika dalam model Ohio kepemimpinan ditinjau dari sisi
struktur inisiasi dan konsiderasinya, dalam managerial grid yang di
sampaikan oleh Blake dan Mouton, seperti yang dikutip oleh E.
Mulyasa memperkenalkan model kepemimpinan yang ditinjau dari
perhatiannya terhadap produksi atau tugas dan perhatian pada
10

orang. Perhatian pada produksi (tugas) adalah sikap


pemimpin yang menekankan mutu, keputusan, prosedur, mutu
pelayanan staf, efisiensi kerja, dan jumlah pengeluaran. Sedangkan
perhatian pada orang adalah sikap pemimpin yang memperhatikan
anak buah dalam rangka pencapaian tujuan. Dalam pemikiran
model managerial grid seorang pemimpin, selain harus lebih
memikirkan tugas-tugas yang akan dicapainnya, juga dituntut
untuk memiliki orientasi yang baik terhadap hubungan kerja
dengan manusia sebagai bawahannya. Artinya bahwa seorang
pemimpin tidak dapat hanya memikirkan pencapaian tugas saja
tanpa memperhitungkan faktor hubungan dengan bawahannya
sehingga seorang pemimpin dalam mengambil suatu sikap
terhadap tugas, kebijakan-kebijakan yang harus diambi, proses dan
prosedur penyelesaian tugas, saat itu juga pemimpin harus
memikirkan pola hubungan dengan staf atau membawanya secara
baik.
Model ini memeperkenalkan model kepemimpinan yang di
tinjau dari perhatianya terhadap produksi dan tugas atau perhatian
dengan orang, Perhatian pda produksi/tugas adalah sikap pemimpin
yang menekankan mutu ,keputusan, prosedur, mutu pelayanan staf,
efisiensi kerja, dan jumlah pengeluaran, sedangkan perhatian pada
orang adalah sikap pemimpin memperhatikan anak buah dalam
rangka pencapaian tujuan, dalam model ini seorang pemimpin
selain harus memikirkan tentang tugas-tugas yang akan di capai
juga di tuntut untuk memiliki orientasi yang baik terhadap
hubungan kerja dengan manusia sebagai bawahanya, artinya
pemimpin tidak dapat hanya memikirkan pencapaian tugas saja
tanpa memikirkan factor hubungan dengan bawahanya.
5. Model Situasional
Model ini merupakan teori yang di kembangkan oleh
Hersey dan Blanchard yang berusaha menyatukan bersama
pemikiran teori - teori utama untuk menjadi teori kepemimpinan
11

situasional berdasarkan perilaku. Artinya teori ini


menekankan pada ciri-ciri peribadi pemimpin dan situasi,
mengemukakan dan mencoba untuk mengukur atau
memperkirakan ciri-ciri peribadi, dan membantu pimpinan
dengan garis pedoman perilaku yang bermanfaat yang di
dasarkan kepada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat
kepribadian dan situasional.13 Teori ini menggabungkan gaya
pemimpin dan fungsi situasional untuk memprediksi keefektifan
pemimpin, teori ini memfokuskan daripada faktor-faktor seperti
tuntutan tugas, harapan dan tingkah laku rekan- rekan setingkat,
karakter, harapan dan tingkah laku karyawan budaya organisasi
dan kebijakan-kebijakanya.
Teori ini tidak membahas gaya kepemimpinan apa yang
paling baik dan gaya kepemimpinan apa yang tidak baik, tetapi
teori ini mengemukakan bagaimana tindakan seorang pemimpin
dalam situasi tertentu perilaku kepemimpinanya yang efektif. Teori
ini juga tidak membahas gaya dan perilaku yang berpola tetapi
membahas perilaku yang berdasarkan pada situasi.
Artinya pemimpin dalam memperagakan kepemimpinanya
tidak berpola pada salah satu pola perilaku dari waktu ke waktu
melainkan di dasarkan pada analisis pemimpin pada saat ia
mempelajari situasi tertentu, lalu melakukan pendekatan yang
tepat. Fielder menghubungkan perilaku kepemimpinannya dengan
situasi yang di hadapi oleh pemimpin pada suatu saat.
6. Model Kepemimpinan Combat
Model kepemimpinan combat diangkat dari strategi
pertempuran yang seringkali digunakan para jendral dalam
peperangan. Dalam bukunya yang mencoba menjelaskan
bagaimana para jendral berhasil pada pertempuran, Cohen, seperti
yang dikutip oleh J. Salusu, memuji strategi-strategi itu dan
menegaskan bahwa model combat atau model pertempuran dapat
dipakai dalam kalangan organisasi manapun. Dalam pertempuran
12

banyak hal yang tidak pasti, sama halnya dengan organisasi


yang juga tidak memunculkan ketidakpastian, oleh sebab itulah
model-model kepemimpinan yang dikembangkan banyak
terinspirasi oleh pertempuran yang banyak memunculkan tindakan-
tindakan nekat yang kadang-kadang diperlukan dengan menyadari
kemungkinan keberhasilan yang gemilang ataubahkan kegagalan
yang sempurna. Bertolak dari situasi peperangan itu dirumuskan
beberapa karakteristik dari model combat tersebut sebagaimana
yang di deskripsikan oleh J. Salusu ialah:
1. Seorang pemimpin harus bersedia menanggung resiko
sepertihalnya kura-kura yang berani maju dengan
memunculkan lehernya keluar.
2. Berusaha menjadi inovator dan untuk itu perlu secara terus
menerus belajar.
3. Segera bertindak karena tanpa bergerak seorang tidakbisa
memimpin. Mengulurwaktu berarti memberipeluang
masuknya berbagai kemungkinan yang dapat mengagalkan
strategi mencapai tujuan dan sasaran. Seorang pemimpin
harustau kapan bertempur dan kapan harus mundur.
4. Memiliki harapan yang tinggi karena dengan mengharap
organisasi beroleh lebih banyak seseorang pemimpin akan
berhasil, paling tidak setengahnya. Harapan itu harus
diiringi dengan kemauan keras dan tindakan- tindakan yang
penuh perhitungan. Tanpa mengharapkan sesuatu pemimpin
tidak akan pernah berhasil.
5. Pertahankan sikap positif selalu berfikir yang baikangkatlah
derajat orang yang bekerja disekitar karena masing-masing
mempunyai peranan yang berarti dalam kehidupan
berorganisasi.
6. Selalu berada didepan dan tidak menyuruh oranglain untuk
maju lebih dahulu, memimpin didepan artinya menarik,
mendorong. Seorang pemimpin tidak dapat memimpin dari
13

7. belakang. Memang dalam melakukan perundingan


seringkali pemimpin tertinggi tidaklangsung maju,
tetapibisa diserahkan kepada ahli runding

2.2.2. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah

Pramuji Atmosudirdjo dalam Purwanto, menyebutkan


sebagaimana yang dikutip oleh Rudolf kempa dalam bukunya yang
berjudul, Kepemimpinan kepala sekolah studi tentang hubungan
perilaku kepemimpinan, ketrampilan manajerial, manajemen
konflik, daya tahan stres kerja dengan kinerja guru, Kepemimpinan
adalah suatu kepribadian seseorang yang mendatangkan keinginan
pada kelompok orang-orang untuk mencontohnya atau
mengikutinya atau yang memancarkan suatu pengaruh tertentu,
suatu kekuatan atau wibawa, yang demikian rupa sehingga
membuat kelompok atau orang-orang mau melakukan apa yang
dikehendakinya.
Hoy dan Miskel menyebutkan sebagaimana yang
disebutkan Rudolf Kempa, Kepala sekolah dalam menjalankan
kepemimpinanya harus menempuh berbagai cara yang positif agar
tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Cara yang dapat ditempuh
kepala sekolah bisa diketahui melalui perilaku kepemimpinannya
dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku kepemimpinan yang
berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada
hubungan manusia.
Kesimpulanya kepemimpinan adalah suatu keinginan
dalam proses mempengaruhi orang-orang untuk mengharapkan
bantuan dengan sungguh-sungguh dan tertip dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, oleh karena itu seorang pemimpin
harus selalu berkomunikasi dengan tugas dan manusia dalam
menjalankannya.
14

2.2.3. Upaya Peningkatan Kinerja Guru

Beberapa factor yang dapat mempengaruhi kinerja guru di


antaranya factor dari guru itu sendiri maupun factor di luar dari
guru atau mungkin dari kedua factor tersebut, dalam penelitian ini
yang menjadi focus peneliti adalah model kepemimpinan yang di
terapkan kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru agar
lebih efektif dan efisien. Model kepemimpinan kepala sekolah akan
dapat mempengaruhi kinerja guru. Perilaku, kebijakan, dan
tindakan kepala sekolah dalam menjalankan kepemimpinan yang
terkesan baik oleh guru akan dapat mempengaruhi kinerja dari guru,
jika kepala sekolah mampu memberi keteladanan yang baik, ahlak
atau perilaku prilaku yang baik, dan mampu menjalin komunikasi
yang baik dengan para guru maka hal itu akan mempengaruhi
kinerja guru.
Disamping itu kecerdasan emosional juga merupakan suatu
hal yang mempengaruhi kinerja orang yang punya nilai yang tinggi,
rangking pertama belum tentu akan sukses dalam pekerjaan,
sedangkan orang yang biasa dalam prestasinya tapi justru biasa
lebih sukses dalam pekerjaan hal ini disebabkan oleh faktor
emosional. Jika seorang karyawan mampu mengendalikan
emosinya maka dia akan dapat menyikapi apa yang ditugaskan
kepadanya oleh pimpinan dengan baik dan dia akan berusaha untuk
focus pada pekerjaan yang ditugaskan kepadanya dengan sebaik
mungkin sehingga hasil kerjanya akan baik. Dimensi
kepemimpinan kepala sekolah sebagai bagian utama dari perhatian
manajemen pendidikan untuk meningkatkan keefektifan dan
efisiensi sekolah. Posisi kepala sekola sebagai penanggung jawab
kesuksesan atau kegagalan sekolah dalam melakukan pembelajaran
akan sangat bergantung pada upaya mengoptimalkan peran dan
tugas kepemimpinan secara efektif, sisi penting dari organisasi
sekolah adalah budaya organisasi yang di kembangkan kepala
sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
15

2.3. Implementasi Model Kepemimpinan Kepala Sekolah.

A. Implementasi model kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatan


kinerja guru di SMA AL-HASANIYYAH.
Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan
bapak Munif, selaku kepala sekolah SMA AL-HASANIYYAH, berawal
dari pengalaman beliau menjadi seorang guru selama bertahun-tahun,
dari lembaga satu kelembaga lainnya tentunya sangat banyak berbagai
ilmu dan pengalaman yang beliau dapatkan. Hingga pada tahun 2019
sampai saat ini beliau diamanahi menjadi Kepala Sekolah. Dari
pengalaman- pengalaman berkecimpung di dalam dunia pendidikan
inilah beliau menerapkan model kepemimpinannya di lembaga yang
dipimpinnya saat ini, kepala sekolah menerapkan model kepemimpinan
situasional beliau lebih memilih menerapkan model kepemimpinan
yang santai di tengah-tengah, dengan penuh pertimbangan dan asas
kekeluargaan, tidak dengan otoriter, akan tetapi setiap ada masalah
diutamakan penyelesaian dengan musyawarah, saling sharing secara
kekeluargaan, akan tetapi jika suatu kondisi mengharuskan beliau tegas
dan keras dalam memberikan sangsi yang berlaku maka beliau tidak
ragu-ragu didalam menjalankannya, karena semua dilakukan untuk
mendidik para guru agar lebih disiplin, bertanggung jawab dan
profesional sesuai dengan bidangnya.
Kepala Sekolah SMA AL-HASANIYYAH berprinsip dalam
kepemimpinannya tiada atasan dan bawahan melainkan tanggung jawab
dan wewenang saja yang berbeda dengan prinsip inilah beliau lebih
akrab dengan bawahan sehingga tiada jurang pemisah antara kepala
sekolah dengan para guru atau tenaga kependidikan yang lain, semua
keluarga, yang harus saling menyayangi, mengasihi, mengayomi dan
saling bahu- membahu dalam menjalankan roda pendidikan di SMA
AL-HASANIYYAH agar lebih eksis dimasyarakat, maju dan
16

berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.


Seorang pemimpin haruslah memiliki banyak kelebihan baik
dari segi keilmuan, wawasan, pengalaman bahkan potensi-potensi diri
yang semuanya itu harus dilengkapi dengan ahlak yang baik, demikian
kepala sekolah SMA AL-HASANIYYAH beliau senantiasa meng
upgrade diri agar dapat menjalankan roda kepemimpinan dengan
sebaik-baiknya, kepala sekolah senantiasa mempelajari model
kepemimpinan apa yang cocok untuk diterapkan di lembaga yang
dipimpinnya, sehingga dengan proses yang panjang beliau menemukan
inisiatif kepemimpinan yang bernuansa kekeluargaan.
Kemampuan berkomunikasi dan memahami orang lain dalam
berintraksi adalah salah satu hal pokok dalam kepemimpinan, oleh
karena kepala sekolah sebagai tempat sandaran berbagai macam
curhatan atas segala macam masalah dari para guru atau bawahan, maka
kepala sekolah dituntut memiliki skill komunikasi yang bagus baik
komunikasi individu, kelompok dan massa, kepala sekolah senantiasa
belajar-belajar terus dan memperluas pengalaman guna lebih
memantapkan kualitasnya sebagai kepala sekolah.
Untuk dapat mengevaluasi kinerja para guru kepala sekolah
membuat sebuah agenda khusus bagi para guru yaitu brifing yang
dilakukan setiap pagi diwaktu senggang, dan brifing ini bukan dijadikan
suatu kegiatan khusus yang menjenuhkan tetapi brifing ini sebagai
sarana curhatan bagi para guru yang mengalami masalah-masalah dalam
menjalankan proses pengajaran, membahas agenda yang akan
dilaksanakan kedepan, atau sarana mengeluarkan ide-ide, saling sharing,
inilah salah satu upaya kepala sekolah agar dapat berkomunikasi dengan
para guru secara langsung dan melakukan pengarahan, mengevaluasi,
dan memotifasi dengan sebaik-baiknya terhadap kelompok guru-guru
yang dipimpinnya.
Kepala sekolah dalam kesehariannya lebih komunikatif terhadap
para guru dan bawahan yang lain, tiada membeda- bedakan antara guru
satu dengan yang lainnya, dan membagi tanggung jawab tugas secara
17

merata, Suatu hal penting lainnya yaitu memberikan solusi


tentang permasalahan pribadi, beliau menekankan, jangan sampai
kepala sekolah tidak tahu tentang kondisi para guru-guru yang
dipimpinnya, Kepala sekolah harus memiliki skill komunikasi yang baik,
dengan memahami kondisi kejiwaan guru yang diajak bicara,
mengetahui masalah yang dihadapi para guru, dan dapat memberikan
arahan yang tepat sasaran, itu semua tidak akan tercapai tanpa
komunikasi yang baik.
Untuk menciptakan kinerja guru yang baik menggunakan
metode Manajerial yang baik. Kepemimpinan lembaga tanpa
managerial yang baik tidaklah akan mencapai tujuan yang telah
dicanangkan sebelumnya, Kepala sekolah lebih lanjut menerangkan
bahwa manajerial adalah suatu seni dalam mengatur, menjalankan
agenda-agenda dengan teratur yang efektif dan efisien, mengelola
lembaga dengan teknik-teknik yang dirasa mempermudah jalannya
kepemimpinan yang berorientasi terhadap tujuan lembaga tersebut,
memanfaatkan peluang-peluang, dan mengambil inisiatif yang cerdas
dalam memecahkan problem-problem lembaga pendidikan guna
tercapainya pendidikan yang unggul inilah yang menjadi pijakan kepala
sekolah dalam memanajerial lembaga tersebut. Sebagaimana ungkapan
As leaders, we can do a lot of things to enhance the productivity of our
people by being a role model, providing diversity training and
development workshops, and by making sure people treat each other
fairly (Sebagai seorang pemimpin, kita dapat melakukan banyak hal
untuk meningkatkan produktivitas orang-orang kita, dengan menjadi
teladan, menyediakan pelatihan keragaman dan lokakarya
pengembangan, dan dengan memastikan bahwa orang memperlakukan
satu sama lain secara adil).
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan

Kepala Sekolah mempunyai pengaruh yang sangat besar


dalam menentukan arah jalannya pocily yang ada di sekolah dalam rangka
pencapaian mutu pendidikan yang maksimal. Sebagai seorang top manager
(kepala sekolah) tidak seharunya mencari kesalahan atau kekuran gan yang
ada di sekolah dalam menjalankan fungsi pengawasan. Kepala sekolah
diharapkan mampu memberi pengaruh yang baik dalam menetapkan fungsi
planning, organizing, actuating maupun controlling demi pencapaian mutu
pendidikan yang maksimal.
Jadi kepemimpinan akan efektif apabila dalam mengelola sekolah
seorang sosok pemimpin mampu menjadi teladan terhadap bawahannya.
Kepala sekolah harus mempunyai sifat -sifat atau karakteristik sebagai
seorang pemimpin maupun sebagai seorang manajer dalam mengelola
organisasi yang menjadi tanggung jawabnya.
Kepemimpinan sangat ditentukan oleh situasi kerja atau keadaan
anggota atau bawahan dan sumber daya pendukung organisasi. Karena itu
jenis organisasi dan situasi kerja menjadi dasar pembentuk pola
kepemimpinan seseorang. Pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut tidak bisa
dipisahkan satu sama lainnya, karena saling terkait dan mempengaruhi, serta
menyatu dalam pribadi kepala sekolah yang professional.
Kepala sekolah yang mampu melaksanakan fungsi-fungsinya
sebagaimana dikatakan, akan dapat menerapkan visinya menjadi aksi
dalam paradigma baru ma najemen pendidikan. Selain itu pula, kepala
sekolah harus memahami gaya -gaya kepemimpinan.
Empat gaya kepemimpinan, yakni gaya kepemimpinan otoriter,
Pseudo -demokratis, gaya kepemimpinan laisez faire (gaya bebas) dan gaya
kepemimpinan demokratis.

18
19

3.2. Saran

Dalam Model kepemimpinan yang diterapkan situasional dan


berasaskan kekeluargaan akan tetapi di harapkan kepala sekolah harus lebih
tegas dalam mengambil tindakan karena bagaimanapun kepala sekolah selain
sebagai motivator dan pemimpin dari para guru, kepala sekolah juga
berperan sebagai kontrol terhadap kinerjaan para guru, dengan bersikap lebih
tegas maka pekerjaan guru akan semakin terkontrol dan terarahkan sehingga
lebih efektif dan efisien lagi.
Diharapkan pula kepala sekolah harus lebih konsisten dalam menjaga
kedisiplinan guru karena dengan itu para guru akan lebih serius dalam
menjalankan tugas serta lebih bertanggung jawab lagi, agar tidak bertindak
semaunya sendiri maka sangsi perlu di implementasikan dengan tegas,
dengan demikian walaupun model kepemimpinan yang diterapkan
situasional yang berasaskan kekeluargaan akan tetapi tetap dapat menjaga
tuntutan profesionalitas dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Agus Setiawan, Bahar, Muhith. Abd, Transformational Leadership Ilustrasi


di bidang organisasi pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2013
Mujtaba, Bahaudin, Sungkhawan, Jatuporn”, Situational Leadership And
Diversity Management Coaching Skills”, Journal of Diversity
Management, (Vol. 44, No. 1, tahun 2009)
Helmawati, Meningkatkan kinerja Kepala Sekolah/Madrasah Melalui
Managerial Skills, Jakarta: Rineka cipta, 2014
Hermino, Agustinus, Kepemimpinan Pendidikan di Era Gelobalisasi,
Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2014
Kempa, Rudolf, Kepemimpinan kepala sekolah studi tentang hubungan
perilaku kepemimpinan, ketrampilan manajerial, manajemen konflik,
daya tahan stres kerja dengan kinerja guru, Yogyakarta : penerbit
Ombak, 2015
Khoiri, Nur, Model kepemimpinan Kepala Madrasah dalam
Mengimplementasikan Manajemen Berbasis Sekolah di Madrasah
Aliyah NU Banat Kudus, UIN Walisongo Semarang, 2015
Nader, Nahid, “The Study of the effects between Leadership Style,
Organization Culture, Employees Performance on Leadership
Performance (Case: Government Hospitals in Isfahan)”, Journal
International of Academic Research in Business and Social Sciences,
Vol. 4. No. 12, tahun 2014.
Purwanto, M. Ngalim, ADMINISTRASI DAN SUPERVISI
PENDIDIKAN, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan
Permasalahanya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008
Zamroni dan Umiarso, ESQ Kepemimpinan Pendidikan Konstruksi sekolah
berbasis Spiritual, Semarang: RaSAIL Media Group, 2011

20

Anda mungkin juga menyukai