KELOMPOK 7
OLEH:
F1 REGULER’17
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
RahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah berjudul” Fungsi-Fungsi
Manajemen Berbasis Sekolah” ini tepat pada waktunya. Kami berterima kasih kepada dosen
pengampu bapak Dr. Irsan, M.Pd M.Si dan ibu Khairunnisa S.Pd M.Pd yang telah
memberikan bimbingan serta arahannya dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan juga makalah yang akan datang.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan juga dapat menambah pengetahuan kita semua untuk lebih memahami materi
khususnya yang berkaitan dengan Mata kuliah manajemen bebasis sekolah.
Kelompok 7
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.3 Tujuan 4
1.4 Manfaat 4
BAB II PEMBAHASAN 5
3.1 Kesimpulan12
3.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13
2
BAB I
PENDAHULUAN
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah proses mengelola sumber daya secara efektif
untuk mencapai tujuan yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan
mendorong pengambilan keputusan partisipatif secara langsung. Manajemen berbasis
sekolah mengupayakan sekolah menyelenggarakan suatu pendidikan yang lebih baik dan
lebih memadai bagi siswa. Selain itu MBS menjadi sarana efektif untuk menigkatkan
kemampuan sekolah, yaitu kemajuan program pendidikan dan pelayanan kepada siswa, orang
tua siswa, dan masyarakat serta kualitas lingkungan kerja untuk semua anggota organisasi.
Untuk dapat mencapai hal tersebut, penting bagi pendidik, maupun calon pendidik dan
pemerhati pendidikan untuk lebih memahami peran maupun fungsi-fungsi Manajemen
Berbasis Sekolah, agar penerapan MBS tersebut dapat diterapkan dengan benar serta berjalan
dengan baik dan tepat. Oleh sebab itu, dalam makalah ini membahas fungsi-fungsi
Manajemen Berbasis Sekolah.
3
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Berbasis Sekolah.
2. Untuk mengetahui fungsi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
3. Untuk mengetahui fungsi MBS yang dilaksanakan Sekolah
4. Untuk mengetahui fungsi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam penngembangan
kurikulum dan pengelolaan proses pembelajaran.
1.4 Manfaat
Makalah ini bermanfaat untuk memberikan informasi tentang peran manajemen berbasis
sekolah (MBS). Yaitu fungsi-fungsi dari manajemen berbasis sekolah, dan fungsi-fungsi
manajemen dilaksanakan oleh sekolah baik dalam perencanaan, pengembangan kurikulum,
pengelolaan, pelayanan siswa, serta hubungan sekolah dengan masyarakat.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Wohlstetter dan Mohrman, dkk (Syaifuddin, 1997) mengemukakan, ada empat hal
penting yang didesentralisasikan atau kewenangannya diberikan kepada sekolah. Pertama,
kekuasaan (power) untuk mengambil keputusan. Kedua, pengetahuan dan keterampilan,
termasuk untuk mengambil keputusan yang baik dan pengelolaan secara profesional. Ketiga,
informasi yang diperlukan oleh sekolah untuk mengambil keputusan. Semula informasi
dikirim kepusat untuk mengambil keputusan ditingkat pusat. Keempat, penghargaan atas
prestasi, yang harus ditangani masing-masing sekolah. Tiga elemen yang dianggap prasyarat
yang bersifat organisional yaitu: (1) panduan intruksional (pembelajaran) seperti rumusan visi
dan misi sekolah, panduan dari distrik yang memfokuskan pada peningkatan mutu
pembelajaran; (2) kepemimpinan yang mengupayakan kekompakan dan fokus pada upaya
perbaikan; (3) sumber daya yang mendukung pelaksanaan perubahan.
5
Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan perencanaan sesuai dengan
kebutuhannya. Kebutuhan yang dimaksud, misalnya kebutuhan untuk meningkatkan mutu
sekolah. Oleh karena itu, sekolah harus melakukan analisis kebutuhan mutu, yang hasilnya
akan digunakan sebagai dasar dalam membuat rencana peningkatan mutu sekolah. Sekolah
diberi wewenang untuk melakukan evaluasi, khususnya evaluasi yang dilakukan secara
internal. Evaluasi internal dilakukan oleh warga sekolah untuk memantau proses pelaksanaan
dan hasil program-program yang telah dilaksanakan. Evaluasi semacam ini sering disebut
evaluasi diri. Evaluasi diri harus jujur dan transparan agar benar-benar dapat mengungkap
informasi yang sebenarnya.
2. Pengembangan Kurikulum
a. Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah disusun dan
ditetapkan oleh pemerintah untuk menjaga standar nasional dalam hal isi, proses, dan
kompetensi lulusan. Dalam hubungan ini, kurikulum baru yang sedang diperkenalkan
memuat standar kompetensi, standar isi, dan standar proses. Oleh karena menekan
6
pada berbagai kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik, kurikulum baru ini
dikenal dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
b. Dalam kerangka MBS, kewenangan yang diberikan kepada satuan pendidikan
bersama komite untuk mengembangkan kurikulum dalam bentuk pengembangan dan
penjabaran dari apa yang sudah ditetapkan secara nasional, dibawah koordinasi dan
supervise dinas pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah.
Pengembangan kurikulum tersebut dapat dilakukan baik secara sendiri-sendiri oleh
satuan pendidikan atau dilakukan secara bersama-sama oleh beberapa sekolah
bersama komitenya (bisa dalam satu gugus atau tingkat kecamatan bahkan bisa dalam
tingkat kabupaten), dengan koordinasi dan supervise dinas pendidikan
kabupaten/kota.
c. Guru mempunyai kewenangan untuk mengembangkan proses pembelajaran, sesuai
metode yang dia kuasai dan dia pilih, serta alat bantu dan sumber belajar yang dia
anggap efektif untuk mendukung proses pembelajaran.
7
kegiatan belajar yang diperlukan untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang telah ditetapkan, serta meningkatkan mutu sekolah sesuai dengan karakteristik sekolah
masing-masing. Untuk dapat mewujudkan hal itu, sekolah harus memiliki persiapan yang
matang dan memberdayakan seluruh potensi dan unsur sekolah. Dengan demikian,
pembelajaran pun dapat lebih efektif untuk dapat menghasilkan prestasi belajar yang lebih
tinggi.
4. Pengelolaan Ketenagaan
Dalam rangka MBS peran kewenangan atau peran sekolah masih akan sangat terbatas
pada mengelola ketenagaan yang sudah ada di sekolah, dan sebatas mengelola pemanfaatan
tenaga yang sudah diangkat oleh pemerintah/pemerintah daerah, kecuali untuk tenaga
honorer yang insentifnya sebagian besar dapat dibayarkan malalui dana BOS dan/atau
melalui sumbangan orang tua (komite sekolah). Pasal 41 ayat (1), (2), dan (3) UU Sisdiknas
2003 menyiratkan keterbatasan kewenangan sekolah:
8
b. Pengangkatan, penempatan, dan penyebaran pendidik dan tenaga kependidikan diatur
oleh lembaga yang mengangkatnya berdasarkan kebutuhan satuan pendidikan formal.
c. Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memfasilitasi satuan pendidikan dengan
pendidik dan tenaga kependidikan yang diperlukan untuk menjamin terselenggaranya
pendidikan yang bermutu.
Pengelolaan fasilitas sekolah sudah seharusnya dilakukan oleh sekolah, mulai dari
pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan, hingga sampai pengembangan. Hal ini didasari oleh
kenyataan bahwa sekolah yang paling mengetahui kebutuhan fasilitas, baik kecukupan,
kesesuaian, maupun kemutakhirannya, terutama fasilitas yang sangat erat kaitannya secara
langsung dengan proses belajar mengajar. Kebijakan pemerintah tentang pengelolaan sarana
dan prasarana sekolah tertuang didalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sidiknas pasal 45 ayat
1 yaitu, “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana
yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik” .
6. Pengelolaan Keuangan
Bidang keuangan bagi pendanaan pendidikan di sekolah merupakan salah satu elemen
MBS yang sangat penting. Dari kajian pengalaman di negara- negara lain kita temukan istilah
“school-based budget”, “resource allocation”, dan “school-funding formula”, yang semua
merujuk keuangan sekolah sebagai elemen penting di dalam pelaksanaan MBS. Salah satu
jabaran kebijakan pemerintah berkenaan dengan dana pendidikan direalisasikan dalam bentuk
Bantuan Operasional Siswa (BOS) yang besarnya tergantung dari jumlah siswa. Walaupun
9
kebijakan BOS ini menguntungkan bagi siswa dalam mengelola pendidikan di tingkat satuan
pendidikan, namun bagi sekolah yang jumlah siswanya sedikit, kebijakan ini dirasakan masih
kurang adil, karena kebutuhan biaya operasional sekolah tidak mencukupi. Dengan MBS,
penyelenggaraan pendidikan dapat melakukan inovasi pengalokasian sumber dana
pendidikan, yang tidak hanya tergantung pada hibah dari pemerintah, tetapi bersama-sama
dengan komite sekolah dapat menghimpun pendanaan dari masyarakat, dunia usaha, dan
dunia industri (DUDI).
7. Pelayanan Siswa
10
b) Meningkatkan tujuan masyarakat dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
lingkungan dan masyarakat sekitar sekolah adalah ekosistem pendidikan yang tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Esensi hubungan sekolah masyarakat adalah
untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan moral-finansial
dari masyarakat. Masyarakat lingkungan juga merupakan sumber daya pendidikan,
laboratorium pendidikan, maupun sebagai penasehat pendidikan (Advidsory council). Di sisi
lain, masyarakat sebagai pelanggan yang dihasilkan oleh sekolah.
9. Iklim Sekolah
Pelaksanaan MBS perlu didukung oleh iklim sekolah (fisik dan nonfisik) yang
kondusif-akademik yang merupakan prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar mengajar
yang menyenangkan. Iklim yang demikian akan mendorong terwujudnya proses
pembelajaran yang efektif, yang lebih menekankan pada belajar mengetahui (learning to
know), belajar berkarya (learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be), dan
belajar hidup bersama secara harmonis (learning to live together) (Mulyasa, 2005).
Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dari warga
sekolah, kesehatan sekolah, dan kegiatan-kegiatan yang terpusat pada siswa (student-centered
activities) adalah contoh-contoh iklim sekolah yang dapat menumbuhkan semangat belajar
siswa.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen berbasis sekolah memiliki fungsi manajemen yang disentralisasikan yang
terdiri dari :
1. Perencanaan dan evaluasi
2. Pengembangan Kurikulum
4. Pengelolaan Ketenagaan
6. Pengelolaan Keuangan
7. Pelayanan Siswa
9. Iklim Sekolah
3. 2 Saran
Saran yang dapat kami berikan kepada mahasiswa calon guru adalah perlu adanya
pendalaman dan pemahaman mengenai fungsi manajemen berbasis sekolah yang
disentralisasi dengan membaca referensi lain agar agar lebih paham dan mengerti dalam
sistem penerapannya dalam bidang pendidikan untuk kedepannya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi Dan Implementasi. Bandung
: PT Remaja Rosdakarya.
Irsan, Robenhart Tamba. 2020. Manajemen Berbasis Sekolah. Medan : Universitas Negeri
Medan
Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta : PT Gramedia
13