Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas UTS mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah

Yang diampu oleh Dr. Rita Aryani, M.Pd

Proses dan Komponen-Komponen Manajemen


Berbasis Sekolah

Disusun oleh :
Novlia (1882050023)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCA SAKTI BEKASI

2022
Kata Pengantar

Assalamualaikum wr.wb.

Puji Skyukur kehadirat Allah Swt. Yang telah menganugerahkan kenikmatan. sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah berjudul "Proses dan Komponen-Komponen
Manajemen Berbasis Sekolah" dengan baik. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat
bermanfaat sebagai salah satu rujukan, pedoman, atau penambah wawasan.saya sadar
makalah ini tidak luput dari banyak kekurangan, baik dari segi kualitas, maupun dalam
pemilihan bahasa yang kami gunakan. Semua murni didasari keterbatasan yang saya miliki.
Oleh sebab itu, saya membutuhkan saran dan kritik dari pembaca agar kedepannya, penulis
dapat memperbaiki makalah ini menjadi makalah yang layak dan lebih baik lagi.

Bekasi, 21 Oktober 2022


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………… i
BAB I PENDAHULUAN ………..…………………………………………………………. 1
A.Latar Belakang……………………………………………………………………….. 1
B.Rumusan Masalah   ………………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN ……… …………………………………………………………….3
A.Proses Manajemen Berbasis Sekolah ……………………………………………. 3
B. Manajemen Kurikulum ………………………………………………….………….  4
C.Manajemen Pembelajaran …………………………………………………...……… 5
D.Manajemen Tenaga Kependidikan …………………………………………….……. 6
E.Manajemen Kesiswaan ……………………………………………………………….7
F.Manajemen Keuangan ……………………………………………………………… 8
G.Manajemen Sarana dan Prasarana ………………………………………………….. 9
H.Manajemen Hubungan Kemasyarakatan ………………………………………….. 10
I.Manajemen Layanan Khusus………………………………………………………..11
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………..12
A.Kesimpulan…………………………………………………………………………… 12
B.Saran………………………………………………………………………………….. 12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Balakang
Dewasa ini globalisasi telah membawa perubahan-perubahan mendasar dalam
berbagai lingkungan termasuk lingkungan pendidikan. Salah satu contoh perubahan mendasar
yang sedang digulirkan saat ini adalah Manajem Berbasis Sekolah. Pemerintah telah
melakukan sosialisasi ditingkat sekolah dasar pada khususnya tentang pengaruh dan
kegunaan Manajemen Berbasis Sekolah terhadap peningkatan mutu dan kualitas sekolah
menuju kearah yang lebih baik, akan tetapi hal tersebut seolah tidak mendapat respon yang
positif dari pihak sekolah. Terbukti dengan masih banyaknya angka partisipasi pendidikan
nasional yang kurang baik dan kualitas pendidikan tetap menurun. Diharapkan pelaksanaan
Manajemen Berbasis Sekolah sesuai dengan anjuran yang diberikan sehingga Manajemen
Berbasis Sekolah dapat berhasil mengangkat kondisi dan memecahkan masalah pendidikan
yang ada. Hal tersebut diharapkan akan bermuara pada peningkatan kualitas pendidikan di
Indonesia.
Dalam Manajemen Berbasis Sekolah, sekolah memiliki wewenang yang besar dalam
mengelola kebijakannya. Oleh karena itu, kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelolah
sekolah sngatlah penting, selain peran guru, siswa, maupun peran serta masyarakat tentunya.
Dalam pengeolaan sekolah diperlukan suatu kemampuan manajerial. Dalam buku
Manajemen Berbasis Sekolah, Nurkholis (2003: 120) menyatakan bahwa: “Sebagai manajer,
kepala sekolah harus memerankan fungsi manajerial dengan melakukan proses perencanaan,
pengorganisasian, menggerakkan dan mengoordinasikan.”
Dari hal tersebut jelas terlihat bahwa kepemimpinan kepala sekolah sangatlah vital
dalam pengelolaan sekolah. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya sebuah sekolah apabila
kepala sekolah tidak memiliki kemampuan manajemen ( sebagai manajer ) maka yang terjadi
adalah kesemrawutan pengelolaan, baik itu pengelolaan kurikulum, pengelolaan
pembelajaran, pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan, pengelolaan kesiswaan,
pengelolaan keuangan, pengelolaan sarana dan prasarana, pengelolaan hubungan
kemasyarakatan, serta pengelolaan layanan khusus. Akan tetapi, pengelolaan tersebut tidak
semata-mata tugas dari kepala sekolah saja. Dibutuhkan kerjasama yang baik antara
komponen sekolah itu sendiri. Baik dari guru, siswa, orang tua siswa, maupun komite
sekolah. Apabila kerjasama terjalin dengan baik, maka tujuan pendidikan yang diharapkan
akan lebih mudah tercapai.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, terdapat beberapa
rumusan masalah dalam kaitannya dengan komponen Manajemen Berbasis Sekolah, yaitu
sebagai berikut:

A. Bagaiman proses Manajemen Berbasis Sekolah?


B. Apakah pengertian dari komponen dan Manajemen Berbasis Sekolah?
C. Bagaimanakah Manajemen Kurikulum?
D. Bagaimanakah Manajemen Pembelajaran atau Pengajaran?
E. Bagaimanakah Manajemen Ketenagaan?
F. Bagaimanakah Manajemen Kesiswaan?
G. Bagaimanakah Manajemen Keuangan dan Pembiayaan?
H. Bagaimanakah Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan?
I. Bagaimanakah Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat?
J. Bagaimanakah Manajemen Layanan Khusus?

Untuk menjawab beberapa rumusan masalah di atas, berikut penjelasannya dalam Bab II.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PROSES MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Untuk mencapai keberhasilan MBS, masing-masing komponen/bidang manajemen sekolah


diselenggarakan secara profesional melalui 4 proses manajemen sekolah guna menghasilkan
kesatuan pengelolaan sekolah yang berkualitas.

Proses Manajemen Berbasis Sekolah:


1. Perencanaan
Perencanaan adalah proses menetapkan tujuan, kegiatan, sumber daya, waktu, tempat dan prosedur
penyelenggaraan komponen manajemen berbasis sekolah. Syarat-syarat perencanaan dalam
manajemen sekolah meliputi: (1) tujuan yang jelas, (2) sederhana, (3) realistis, (4) praktis, (5) terinci,
(6) fleksibel, (7) menyeluruh, dan (8) efektif dan efisien. Dalam perencanaan perlu menjawab 5 W dan
1 H (why, what, who, when, where, dan how). Produk perencanaan adalah rencana kegiatan

2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah proses kegiatan memilih, membentuk hubungan kerja, menyusun
deskripsi tugas dan wewenang orang-orang yang terlibat dalam kegiatan komponen/bidang
manajemen sekolah tertentu sehingga terbentuk kesatuan tugas dan struktur organisasi yang
jelas dalam upaya pencapaian tujuan peningkatan mutu sekolah. Memilih orang-orang yang
dilibatkan dalam kegiatan tertentu mempertimbangkan karakteristik dan latar belakang yang
bersangkutan, antara lain: karakteristik fisik dan psikis (minat, kemampuan, emosi,
kecerdasan, dan kepribadian); serta latar belakang (pendidikan, pengalaman, dan jabatan
sebelumnya). Membentuk hubungan kerja menjadi satu kesatuan berarti bahwa penempatan
orang-orang dalam kegiatan tertentu dibentuk berupa susunan dan atau struktur organisasi,
lengkap dengan deskripsi tugas dan wewenangnya

Struktur organisasi sekolah berisi tentang sistem penyelenggaraan dan administrasi yang
diuraikan secara jelas dan transparan. Semua pimpinan, pendidik, dan tenaga kependidikan
mempunyai uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas tentang keseluruhan
penyelenggaraan dan administrasi sekolah. Pedoman yang mengatur tentang struktur
organisasi sekolah:
1. memasukkan unsur staf administrasi dengan wewenang dan tanggungjawab yang jelas
untuk menyelenggarakan administrasi secara optimal;
2. dievaluasi secara berkala untuk melihat efektifitas mekanisme kerja pengelolaan sekolah;
3. diputuskan oleh kepala sekolah dengan mempertimbangkan pendapat dari komite sekolah

3. Pelaksanaan
Pelaksanaan berarti implementasi dari perencanaan dan pengorganisasian yang telah disusun.
Dalam pelaksanaan perlu diberikan motivasi, supervisi, dan pemantauan. Pemberian motivasi
merupakan upaya mendorong pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah agar selalu
meningkatkan mutu kegiatan yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Supervisi yaitu
pemberian bantuan perbaikan dan pengembangan kegiatan implementasi komponen/bidang
manajemen sekolah agar lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan peningkatan mutu
sekolah. Supervisi meliputi supervisi manajerial dan akademik, yang dilakukan secara teratur
dan berkesinambungan oleh kepala sekolah, atasan dan pemangku kepentingan lainnya.
Pemantauan dilakukan oleh kepala sekolah, atasan, dan pemangku kepentingan lainnya
secara teratur dan berkesinambungan untuk menilai efisiensi, efektifitas, dan akuntabilitas
penyelenggaraan komponen/bidang manajemen sekolah.

Prinsip pelaksanaan MBS meliputi:


(1) penetapan standar operasional kegiatan,
(2) penentuan ukuran keberhasilan kegiatan,
(3) melakukan pengembangan kegiatan atau tindakan koreksi jika diperlukan.

Dalam melaksanakan program sekolah, sekolah membuat dan memiliki pedoman yang
mengatur berbagai aspek pengelolaan secara tertulis yang mudah dibaca oleh pihak-pihak
yang terkait. Perumusan pedoman sekolah:
1. mempertimbangkan visi, misi dan tujuan sekolah;
2. ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan masyarakat.

Pedoman sekolah berfungsi sebagai petunjuk pelaksanaan operasional. Pedoman pengelolaan


sekolah meliputi:
1. implementasi kurikulum;
2. kalender pendidikan/akademik;
3. struktur organisasi sekolah;
4. pembagian tugas di antara guru;
5. pembagian tugas di antara tenaga kependidikan;
6. aturan akademik;
7. tata tertib sekolah;
8. kode etik sekolah;
9. biaya operasional sekolah

4. Pengevaluasian
Pengawasan diartikan sebagai proses kegiatan untuk membandingkan antara standar yang
telah ditetapkan dengan hasil pelaksanaan kegiatan. Pengawasan berguna untuk mengukur
keberhasilan dan penyimpangan, memberikan laporan dan menerapkan sistem umpan balik
bagi keseluruhan kegiatan komponen/bidang manajemen sekolah. Pengawasan meliputi
kegiatan evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan. Kegiatan pengawasan juga
didasarkan atas kegiatan pemberian motivasi, pengarahan, supervisi, dan pemantauan.

Sekolah menyusun program pengawasan secara obyektif, bertanggung jawab dan


berkelanjutan. Penyusunan program pengawasan di sekolah didasarkan pada Standar
Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Program pengawasan
disosialisasikan ke seluruh pendidik dan tenaga kependidikan. Pengawasan pengelolaan
sekolah meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil
pengawasan.

Pemantauan pengelolaan sekolah dilakukan oleh komite sekolah atau bentuk selain dewan
perwakilan pihak yang berkepentingan secara berkala dan berkelanjutan untuk menilai
efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas pengelolaan. Supervisi pengelolaan akademik
dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah.

Dalam proses pengawasan sekolah, sekolah menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan


untuk mengikuti akreditasi sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.
Sekolah harus selalu berusaha meningkatkan status akreditasi, dengan menggunakan lembaga
akreditasi eksternal yang memiliki legitimasi. Sekolah harus terus meningkatkan kualitas
kelembagaannya secara holistik dengan menindaklanjuti saran-saran hasil akreditasi

B. KOMPONEN DAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Komponen adalah bagian yang merupakan seutuh ( W.J.S. Poerwodaminto, 1984: ).


Secara umum, komponen merupakan bagian dari sebuah sistem utuh.
Mengenai pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), Nurkholis (2003: )
menyatakan bahwa:
Manajemen Berbasis Sekolah adalah model pengelolaan sekolah berdasarkan kekhasan,
kebolehan, kemampuan, dan kebutuhan sekolah,yang dilakukan secara partisipatif,
transparan, akuntabel, berwawasan kedepan, tegas dalam penegakan hukum, adil, prediktif,
peka terhadap aspirasi stakeholder, pasti dalam jaminan mutu, professional, efisien dan
efektif dalam rangka peningkatan mutu.
Sedangkan menurut Mulyasa (2009: ) menyatakan bahwa: “MBS adalah salah satu
wujud dari reformasi pendidikan, yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan
pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi peserta didik.”
Tidak terlalu berbeda dengan pendapat di atas, Rohiat (2008: ) juga menyatakan
bahwa:
MBS adalah model pengelolaan yang memberikan otonomi, memberikan fleksibilitas atau
keluwesan pada sekolah, mendorong partisipasi sekolah secara langsung dari warga sekolah
dan masyarakat dan guna meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan
nasional serta perundang-undangan yang berlaku.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat kita pahami bahwa komponen merupakan
bagian dari sebuah keutuhan. Dalam hal ini keutuhan yang dimaksud adalah MBS. Jadi
komponen dalam MBS memiliki makna bagian-bagian dari Manajemen Berbasis Sekolah.
Bagian-bagian tersebut antara lain: Manajemen Kurikulum, Manjemen Keuangan, dan
sebagainya.
C. MANAJEMEN KURIKULUM

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan  pembelajaran  untuk  mencapai  tujuan  pendidikan tertentu (Kurikulum SDN 3
Tamanwinangun, 2010: 5). Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta
kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan
dan  peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum  disusun oleh satuan pendidikan untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di
daerah. Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan
oleh Departemen Pendidikan Nasioanal ( sekarang Kementerian Pendidikan Nasional-red )
pada tingkat pusat. Karena itu sekolah merealisasikan dan menyesuaiakan kurikulum tersebut
dengan kegiatan pembelajaran. Disamping itu, sekolah juga bertugas dan berwenang untuk
mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
lingkungan setempat.
Menurut Nurkholis (2003: 45) menyatakan bahwa: “Sekolah dapat mengembangkan,
namun tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional yang
dikembangkan oleh Pemerintah Pusat. Sekolah juga diberi kebebasan untuk mengembangkan
kurikulum muatan lokal.”
Pengembangan kurikulum muatan lokal telah dilakukan sejak digunakkannya
Kurikulum 1984, khususnya di sekolah dasar (Mulyasa, 2009: 40). Pada kurikulum tersebut
muatan lokal disisipkan pada berbagai bidang studi yang sesuai. Dalam kurikulum 1994,
muatan lokal tidak lagi disisipkan pada setiap bidang studi.
Jadi intinya adalah dalam pengelolaan kurikulum yang bersifat nasional, sekolah tidak
berhak mengurangi isinya. Yang boleh dikembangkan adalah muatan lokal yang disesuaiakan
sesuai dengan kondisi dan karakteristik sekolah masing-masing.

C. MANAJEMEN PROGRAM PEMBELAJARAN ATAU PENGAJARAN

Sekolah diharapkan dapat mengembangkan program pengajaran serta melaksanakan


pengawasan dalam pelaksanaannya. Dalam proses pengembangan program sekolah, manajer
hendaknya tidak membatasi diri pada pendidikan dalam arti sempit, ia harus menghubungkan
peserta didik dan kebutuhan lingkungan.
Dalam kepentingan kepala sekolah sebagai manajer, ia harus bertanggung jawab
terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan atau perbaikan program
pengajaran di sekolah. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, ada empat langkah yang harus
dilakukan. Menurut Mulyasa (2009: 41) , empat langkah tersebut yaitu: menilai kesesuaian
program yang ada dengan tuntutan kebudayaan dan kebutuhan murid, meningkatkan
perencanaan program, memilih dan melaksanakan program, serta menilai perubahan
program.
Sekolah diberi kebebasan untuk memilih strategi, metode, dan teknik pembelajaran
yang paling efektif (Nurkholis, 2003: 45). Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka dalam
proses pembelajaran atau pengajaran ada baiknya bersifat terpusat pada siswa.
Mengenai pembelajaran bersifat pada siswa, Rohiat (2008: 65) menyatakan bahwa:
Yang dimaksud dengan pembelajaran berpusat pada siswa adalah pembelajaran yang
menekankan pada keaktifan belajar siswa, bukan pada keaktifan mengajar guru. Oleh karena
iitu, cara-cara belajar siswa aktif seperti active learning, cooperative learning, dan quantum
learning perlu diterapkan.
Berikut beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan program
pengajaran:
1. Tujuan yang hendak dicapai harus jelas;
2. Bersifat sederhana dan fleksibel;
3. Sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan;
4. Bersifat menyeluruh dan harus jelas pencapainnya;
5. Ada koordinasi antarkomponen pelaksana program.
Dari beberapa prinsip di atas, apabila dapat dilaksanakan semua maka tujuan yang
diharapkan akan lebih mudah tercapai. Selain itu, dalam pengelolaan sekolah harus ada
pembagian tugas guru, penyusunan kalender pendidikan, program-program pembelajaran.
Dengan tujuan agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan teratur.

D. MANAJEMEN TENAGA KEPENDIDIKAN

Ketenagaan dalam sekolah identik dengan posisi guru sebagai pendidik maupun
tenaga kependidikan. Adanya pembagian tugas yang jelas antara ketenagaan yang satu
dengan yang lainnya akan menunjang kelancaran dari pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
Menurut Mulyasa (2009: 42) manajemen tenaga kependidikan (guru dan personil)
mencakup (1) perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan
pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6)
kompensasi, (7) penilaian pegawai.
Mengenai pengelolaan ketenagaan, Nurkholis (2003: 46) menyatakan bahwa:
Pengelolaan ketenagaan mulai dari analisis kebutuhan perencanaan, rekrutmen,
pengembangan, penghargaan dan sanksi, hubungan kerja hingga evaluasi kinerja tenaga kerja
sekolah dapat dilakukan oleh sekolah kecuali guru pegawai negeri yang sampai saat ini masih
ditangani oleh birokrasi di atasnya.
Tugas kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen tenaga kependidikan
bukanlah pekerjaan yang mudah karena tidak hanya mengusahakan tercapainya tujuan
sekolah, tetapi juga tujuan tenaga kependidikan (guru dan pegawai) secara pribadi. Oleh
karena itu, kepala sekolah dituntut untuk mengerjakan instrumen pengelolaan tenaga
kependidikan, seperti daftar riwayat pekerjaan, dan kondisi pegawai untuk membantu
kelancaran MBS di sekolah yang dipimpinnya.

E. MANAJEMEN KESISWAAN

Mengenai Manajemen Kesiswaan, Mulyasa (2009: 46-47) menyatakan bahwa:


Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan kegiatan yang berkaitan dengan
peserta didik (siswa), mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu
sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik,
melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah.
Tujuan dari manajemen kesiswaan yaitu untuk mengatur berbagai kegiatan dalam
bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan lancar, tertib,
dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah.
Tanggung jawab kepala sekolah menurut Sutisna (1985) dalam Mulyasa (2009: 46)
sebagai berikut:
1. Kehadiran murid di sekolah dan masalah-masalah yang berhubungan dengan itu;
2. Penerimaan, orientasi, klarifikasi, dan penunjukkan murid kelas dan program studi;
3. Evaluasi dan pelaporan kemajuan belajar;
4. Program supervisi bagi murid yang mempunyai kelainan, seperti : pengajaran, perbaikan, dan
pengajaran luar biasa;
5. Pengendalian dan disiplin murid;
6. Program bimbingan dan penyuluhan;
7. Program kesehatan dan keamanan;
8. Penyesuaian pribadi, sosial, dan emosional.
Nurkholis (2003: 46) dan Rohiat (2008: 67) menyatakan bahwa: “Yang diperlukan
dalam manajemen kesiswaan adalah intensitas dan ekstensinya.”
Yang perlu diperhatikan dalam manajemen kesiswaan adalah bahwa sekolah tidak
hanya mengembangkan pengetahuan anak saja, akan tetapi juga harus mengembangkan sikap
kepribadian, aspek sosial emosional, disamping keterampilan-keterampilan yang lain.
Sehingga akan tercipta peserta didik yang cerdas intelejen, emosional, maupun spiritualnya.

F. MANAJEMEN KEUANGAN

Keuangan merupakan salah satu sumber dari sekolah yang secara langsung
menunjang kelangsungan dari sekolah tersebut dalam efektifitas dan efisiensi pengelolaan
pendidikan. Dalam MB, hal tersebut akan jauh lebih terasa, karena menuntut sekolah untuk
merencanakan, mengelola, mengevaluasi, serta mempertanggungjawabkan penggunaan
keuangan secara transparan.
Sekolah diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendatangkan
penghasilan, sehingga sumber keuangan tidak semata-mata bergantung pada pemerintah
(Nurkholis, 2003: 46). Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa sekolahlah yang paling
memahami kebutuhannya sehingga desentralisasi uang sudah seharusnya dilimpahkan ke
sekolah (Rohiat, 2009: 66)
Mulyasa (2009: 48) menyatakan bahwa: “Sumber keuangan dan pembiayan sekolah
secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: (1) pemerintah, (2) orang tua atau
peserta didik, (3) masyarakat.”
Dalam pengelolaan keuangan di sekolah, diperlukan rasa tanggungjawab yang besar
dari semua komponen sekolah agar penggunaannya dapat maksimal dan sesuai sasaran.
Dengan penggunaan yang tepat, maka semua kebutuhan sekolah dalam hal peningkatan
pembelajaran, baik teknis ataupun non-teknis akan tercukupi sehingga sekolah dapat berjalan
dengan lancar, teratur dan bertanggungjawab.

G. MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA


( FASILITAS )

Mengenai sarana dan prasarana pendidikan, Mulyasa (2009: 49) menyatakan bahwa:
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan
dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang
kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan
prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah,
tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman
sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olahraga,
komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.
Manejemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah
yang bersih, rapi, indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru
maupun murid untuk berada di sekolah.
Nurkholis (2003: 46) dan Rohiat (2008: 66) sepakat bahwa pengelolaan fasilitas
seharusnya dilakukan oleh sekolah mulai dari pengadaan, pemeliharaan, dan perbaikan
hingga pengembannya.
Melihat alasan dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa dalam MBS, sekolah
yang benar-benar mengetahui kondisi dan kebutuhan fasilitas untuk pengembangan
sekolahnya masing-masing.

H. MANAJEMEN HUBUNGAN MASYARAKAT

Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakekatnya merupakan suatu sarana yang
sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di
sekolah.
Menurut Mulyasa (2009: 50) tujuan dari hubungan sekolah dengan masyarakat
adalah:
1) Memajukan kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak;
2) Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat;
3) Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.
Gambaran dan kondisi sekolah dapat diinformasikan ke masyarakat melalui laporan
kepada orang tua siswa, buletin bulanan, penerbitan surat kabar, pameran sekolah, open
house, kunjungan ke sekolah, kunjungan ke rumah siswa (home visit), penjelasan oleh staf
sekolah, siswa itu sendiri, radio serta laporan tahunan.
Esensi dari hubungan ini adalah meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan,
dan dukungan dari masyarakat, terutama dukungan moral dan finansial yang dari dulu telah
didesentralisasikan {Nurkholis (2003: 46-47) dan Rohiat (2008: 67)}
Dari beberapa pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa kelangsungan sebuah
sekolah tidak bisa lepas dari peran serta masyarakat. Maka, seyogyanya jalinan atau
hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat harus dijunjung tingggi. Sekolah
merupakan bagian dari masyarakat, pun demikian dengan masyarakat yang harus merasa
memiliki sekolah. Keduanya saling membutuhkan demi tercapainya tujuan pendidikan
Indonesia.

I. MANAJEMEN LAYANAN KHUSUS

Menurut Mulyasa (2009: 52) manajemen layanan khusus meliputi manajemen


perpustakaan, kesehatan, dan keamanan sekolah.
1) Manajemen perpustakaan
Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik akan menunjang perkembangan peserta
didik dalam hal perkembangan pengetahuan . Disamping itu juga memungkinkan bagi guru
untuk mengembangkan pengetahuan secara mandiri, dan juga dapat mengajar dengan metode
bervariasi, misalnya belajar individual.
2) Manajemen Kesehatan
Sekolah sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan bertanggungjawab terhadap proses
pembelajaran, tidak hanya bertugas mengembangkan pengetahuan saja, tetapi juga harus
meningkatkan jasmani dan rohani siswa. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional
yaitu mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Sebagai tindak lanjut dari hal tersebut,
maka di sekolah diadakan UKS ( Usaha Kesehatan Sekolah ) dan pendirian tempat ibadah.
3) Manajemen Keamanan
Dengan tujuan memberikan rasa tenang dan nyaman dalam mengikuti proses belajar dan
mengajar bagi komponen sekolah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa proses dan komponen MBS yang telah diuraikan di atas, sebenarnya
ada benang merah dari pelaksanaan MBS, yaitu bahwa sekolah mempunyai kewenangan
dalam mengelola sekolahnya. Alasan yang menguatkan hal tersebut karena sekolah dianggap
lebih memahami dan mengetahui kondisi yang ada di sekolah, baik mengenai program
pembelajaran, ketenagaan, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana, hubungan dengan
masyarakat serta layanan khusus. Akan tetapi kewenangan tersebut tidak dalam arti
semuanya merupakan kewenangan sekolah. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan, diantaranya
dalam hal kurikulum. Sekolah hanya berwenang menjabarkan kurikulum nasional dan
mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan karakteristik daearahnya masing-
masing.
Jadi Proses dan Komponen Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagaimana telah
diuraikan di atas, esensinya adalah kewenangan yang besar pada sekolah dengan tuntutan
kemampuan manajerial dari kepala sekolah dengan dukungan dari guru, peserta didik,
masyarakat, serta pemerintah.
B. Saran
1. Proses dan Komponen-komponen MBS seperti diuraikan di atas akan berjalan dengan baik
apabila kemampuan manajerial kepala sekolah baik dengan didukung oleh semua komponen
sekolah yang ada;
2. Sebaiknya semua proses dan komponen dalam sekolah memahami tugas dan
kewajibannya masing-masing sehingga akan tercipta kondisi yang baik demi tercapainya
tujuan pendidikan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
E. Mulyasa. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nurkholis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Rohiat. 2008. Manajemen Sekolah. Bandung: PT Refika Aditama.
Tim Pengembang Kurikulum. 2010. Kurikulum SD Negeri 3 Tamanwinangun.
https://www.tozsugianto.com/2018/04/proses-manajemen-berbasis-sekolah-mbs.html

Anda mungkin juga menyukai