Anda di halaman 1dari 15

BAB II

KAJIAN TEORI
2. Manajemen Sekolah Dasar

2.1 Definisi Manajemen Sekolah Dasar

Manajemen merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan,


menggerakkan, mengembangkan segala upaya di dalam mengatur dan mendayagunakan sumber
daya manusia, sarana dan prasarana, untuk mencapai tujuan organisasi, secara efisien dan efektif
(Wahjosumidjo, 2000: 117). Menurut Scanlan dan Key, manajemen merupakan proses
pengoordinasian dan pengintegrasian semua sumber, baik manusia, fasilitas, maupun sumber
daya teknikal lain untuk mencapai tujuan khusus yang ditetapkan (Danim, 2007: 32).
Sementara itu, manajemen sekolah adalah proses dan instansi yang memimpin dan
membimbing penyelenggaraan pekerjaan sekolah sebagai suatu organisasi dalam mewujudkan
tujuan pendidikan dan tujuan sekolah (Sagala, 2007:55). Sekolah dasar sebagai bagian dari
pendidikan dasar merupakan jenjang yang melandasi jenjang pendidikan menengah (Depdiknas,
2006: 10).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen atau
pengelolaan sekolah dasar merupakan proses pendayagunaan sumber daya sekolah dasar melalui
kegiatan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian secara
lebih efektif dan efisien. Dari fungsi perencanaan sekolah tentunya diawali dari penentuan visi,
misi dan tujuan sekolah yang telah dirancang dan dikembamngkan pada setiap tahun ajaran baru.
Ini diawali sejak sekolah menentukan pembagian surat keputusan mengajar pada personil guru di
kelas. Menentukan visi dan misi sekolah tentunya sangat tergantung dari kondisi dan situasi
sekolah tersebut baik lingkungan sekolah, guru dan staf yang tersedia, sarana dan prasarana
maupun stok holder yang sudah terbangun
Pengorganisasian, peneliti beranggapan bahwa sebuah lembaga baik formal maupun non
formal sangat tergantung pada pengorganisasian yang dibangun. Lembaga akan berjalan lancer
sesuai tujuan yang dicanangkan tentunya diawali dengan pengorganisasian yang teratur pula.
Sebaliknya pengorganisasian yang ala kadarnya juga berdampak sangat siknifikan terhadap
kinerja sebuah organisasi. Pengorganisasian yang dibangun di sekolah tidak terlepas dengan
ritinitas seorang pemimpin dalam hal ini kepala sekolah mengadakan supervise secara teratur dan
terprogram. Sebagai contoh yang perlu dilakukan seorang kepala sekolah terkait supervise
misalnya :

1. Supervisi Akademis :

a. Kelengkapan Administrasi :

1) Silabus
2) Rencana Program Pembelajaran (RPP)
3) Jadwal pelajaran
4) Progam Tahunan
5) Program Semester
6) Program Bimbingan
7) Daftar Nilai
8) Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
9) Daftar Penyerahan Rapor
10) Buku Keliling
11) Bank Soal
12) Analisis Nilai Ulangan
13) Analisis Soal Ulangan
14) Batas Pelajaran
15) Buku Remedial dan pengayaan
16) Buku Daftar Kelas
17) Absen
18) Daftar Piket Siswa
19) Buku Keuangan Siswa
20) Buku Inventaris Kelas
21) Buku Agenda/ rapat guru
22) Buku Tamu
23) Data Dinding dll

b. Peningkatan Penguasaan Metode Pembelajaran


c. Peningkatan Penguasaan Model Model Pembelajaran
d. Peningkatan Penguasaan Sistem Penilaian Hasil Belajar
e. Pelaksanaan Pembelajaran

2. Supervisi Internal Manajerial :

a. Administrasi Tata Usaha


b. Kurikulum
c. Kesiswaan/Ekstra Kurikuler
d. Sarana/Prasarana
e. Perpustakaan
f. UKS
Sesuai dengan pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan dalam waktu dekat ini
Penyusunan Program Supervisi di SDN Purwosari 1 ini bertujuan sebagai berikut :

1. Acuan bagi pelaksanaan kegiatan supervisi di lingkungan SD N Purwosari 1


2. Meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
sebagai pendidik
3. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang bermuara
pada peningkatan kualitas tamatan.
4. Selain supervisi akademis , program supervisi ini juga dilengkapi dengan supervisi
manajerial pada setiap unit kegiatan di lingkungan SD N Purwosari 1 yang merupakan
supervisi internal dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan unit kegiatan dan
administrasi sekolah.

3. Supervisi Manajerial Internal

Pelaksanaan Supervisi Internal dalam bidang manajerial sekolah dilakukan pada setiap unit
kegiatan yang ada dalam jajaran manajerial SD Tambakroto. Pelaksanaannya dilakukan bersama
oleh Kepala Sekolah bersama dengan Pengawas pada setiap unit dengan target utama adalah
pembenahan pada :

1. Kinerja Tim Pengembang Kurikulum dalam mereviu dan merevisi KTSP


2. Perlunya dibentuk Tim Pengembang Kurikulum SD Negeri yang solid
3. Peningkatan pengelolaan sarana dan prasarana
4. Peningkatan pengelolaan lingkungan dan Budaya Sekolah
5. Peningkatan sistem informasi manajemen
6. Peningkatan Kemitraan dan kerjasama dengan orang tua siswa dan pihak lain
7. Peningkatan Manajemen Pengelolaan UKS dan Labor serta optimalisasi
pemakaiannya dalam rangka meningkatkan kompetensi siswa
8. Peningkatan kegiatan pengembangan diri meliputi layanan konseling dan
peningkatan kualitas kegiatan ekstra kurikuler

Fungsi penggerakan peneliti menyikapai bahwa keberadaan seorang pemimpin dalam hal
ini kepala sekolah vital keberadaannya. Seorang pemimpin harus meneladani kaedah pendidikan
yang telah dicanangkan Ki Hajar Dewantoro yaitu Ing Ngarso sun Tuladha artinya sebagai
pemimpin segala tingkah lakunya di lembaga menjadi tolak ukur dan contoh bawahannya.

Manajemen sekolah bukan merupakan terminologi baru dalam dunia akademik


kependidikan. Sebagai substansi tugas, manajemen sekolah telah ada sejak lembaga
persekolahan ada. Substansi prosesnya yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan telah dikembangkan sejalan dengan berjalannya substansi tugas (manajemen
akademik, manajemen keuangan, manajemen ketatalaksanaan sekolah, manajemen kemuridan,
manajemen bangunan dan perlengkapan sekolah, manajemen pelayanan khusus, manajemen
kehumasan, manajemen perpustakaan) meskipun belum bersistem (Danim, 2007: 33)
Pendapat ahli mengenai manajemen , menurut peneliti sangatlah beralasan. Ini
dikarenakan pengejawantahan manajemen mengandung makna yang luas dalam pengelolaan
sebuah organisasi Ini tertian dalam tugas = tugas seorang pemimpin dalam hal ini kepala
sekolah. Salah satu tugas kepala sekolah adalah memastikan bahwa sarana dan prasarana sekolah
dapat digunakan dengan baik dalam rangka menunjang pembuatan kebijakan dan pengambilan
keputusan yang tepat, penyusunan rencana kerja sekolah, pelaksanaan pembelajaran dan
pelaporan kinerja sekolah. Sarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan dalam
pendidikan, misalnya : lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, uang dan
sebagainya. Prasarana berarti alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya :
Ruang, Buku, Perpustakaan, Laboratorium dan sebagainya.
Dalam keputusan Menteri P dan K No. 079/1975, sarana pendidikan terdiri dari 3
(tiga) kelompok besar, yaitu: (1) bangunan dan perabot sekolah, (2) alat pelajaran yang terdiri
dari pembukuan, alat-alat peraga dan laboratorium; (3) media pendidikan yang dapat
dikelompokkan menjadi audiovisual yang menggunakan alat penampil dan media yang tidak
menggunakan alat penampil.
Adapun macam-macam sarana dan prasarana yang diperlukan di sekolah demi
kelancaran dan keberhasilan proses pendidikan sekolah adalah: (1) Ruang kelas; (2) Ruang
Perpustakan; (3) Ruang Laboratorium; (4) Ruang Keterampilan; (5) Ruang Kesenian; (6)
Fasilitas Olah raga. Sedangkan komponen-komponen sarana dan prasarana pendidikan adalah :
(1) Lahan; (2) Ruang; (3) Perabot; (4) Alat dan media pendidikan.
Dalam paradikma baru manajemen pendidikan ini Depdiknas melukiskan fungsi - fungsi
pendidikan yang didesentralisasikan ke sekolah (Mulyasa , 2006 : 20) Alurnya sebagai berikut :

INPUT PROSES OUTPUT

OUTPUT
Perencanaan dan evaluasi
Kurikulum P
Pembelajaran
Ketenangan KBM PRESTASI
Fasiitas SISWA
Keuangan
Kepesertadidikan
Hub. sekolah -masyarakat
Iklim sekolah
2.2 Fungsi Manajemen Sekolah

Fungsi manajemen sekolah adalah mengoptimalkan kemampuan menyusun rencana


sekolah dan rencana anggaran. Sekolah dikelola berdasarkan rencana sekolah dan rencana
anggaran. Masyarakat juga didorong untuk berpartisipasi mengelola sekolah. Berikut diuraikan
fungsi-fungsi pengelolaan sekolah yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
pengoordinasian, pengarahan, dan pengawasan dalam konteks kegiatan satuan pendidikan.
a. Fungsi Perencanaan
Perencanaan sekolah adalah proses menentukan sasaran alat, tuntutan-tuntutan, taksiran,
pos-pos tujuan, pedoman, dan kesepakatan yang menghasilkan program-program sekolah yang
terus berkembang (Sagala, 2007: 58).

b. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian sekolah merupakan kemampuan kepala sekolah bersama guru, tenaga
kependidikan, dan personel lainnya di sekolah dalam melakukan semua kegiatan manajerial
untuk mewujudkan hasil yang direncanakan dengan menentukan hasil yang direncanakan dengan
menentukan sasaran, menentukan struktur tugas, wewenang dan tanggung jawab (Sagala, 2007:
60).

Fattah (2006: 71) mengartikan pengorganisasian sebagai proses membagi kerja ke


dalam tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang
yang sesuai dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumber daya, serta
mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan organisasi

.
c. Fungsi Penggerakan (Actuating)

Berdasarkan seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan


fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih
banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen. Fungsi actuating justru
lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam
organisasi.

Menggerakkan (Actuating) menurut Terry berarti merangsang anggota-anggota


kelompok melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dan kemauan yang baik.
Menggerakkan dalam organisasi sekolah adalah merangsang guru dan personel
sekolah lainnya melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dan kemauan yang
baik untuk mencapai tujuan dengan penuh semangat (Sagala, 2007: 60).
d. Fungsi Pengkoordinasian

Pengkoordinasian dalam organisasi sekolah adalah mempersatukan rangkaian


aktifitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di sekolah dengan
menghubungkan, manyatupadukan, dan menyelaraskan kepala sekolah, guru,
tenaga kependidikan, dan personel lainnya sehingga berlangsung secara tertib ke
arah tercapainya maksud yang telah ditetapkan (Sagala, 2007: 62).

Usaha pengkoordinasian dapat dilakukan malalui berbagai cara, antara lain dengan
melaksanakan penjelasan singkat, mengadakan rapat kerja, memberikan petunjuk pelaksanaan
dan petunjuk teknis serta memberikan balikan tentang hasil kegiatan (Suryosubroto, 2004: 24).

e.Tujuan Model Manajemen Pembelajaran Melalui Metode “Stop and Stop”


Model manajemen pembelajaran melalui metode “stop and stop” berbasis
pendidikan karakter untuk mengatur proses belajar mengajar, dalam rangka
tercapainya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Tujuan dalam
model manajemenpembelajaran melalui metode “stop and stop” yang
dilakukan oleh para guru atau pengajarantara lain :
1. Planning (Perencanaan) dalam proses pembelajaran pada pembuatan RPP
dan sudah tercantum metode yang diterapkan dan disusun secara jelas.
2. Organizing (Pengorganisasian) dalam penyediaan media atau alat peraga,
pengelompokan SK dan KD, perumusan dan penetapan metode serta
prosedur pembelajaran dapat dilakukan secara tepat.
3. Actuating (Penggerakan/Pelaksanaan) dalam proses pembelajaran dapat
dilakukan secara runtut dan baik berdasar pada RPP.
4. Controlling (Pengawasan) untuk memantau proses pembelajaran agar
sesuai dengan apa yang dilakukan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.

C.Manfaat Model Manajemen Pembelajaran Melalui Metode “Stop and


Stop”

1. Model manajemen pembelajaran melalui metode “Stop and Stop”berbasis


pendidikan karakter padasetiap sekolah akan mengoptimalkan proses
belajar mengajar atau pembelajaran secara efektif dan efisien.
2. Model manajemen pembelajaran melalui metode “Stop and Stop”
pendidikan karakter di sekolah ini akan meningkatkan potensi kegiatan
belajar mengajar.
3. Model manajemen pembelajaran melalui “Stop and Stop” berbasis
pendidikan karakter di sekolah ini dapat memudahkan guru untuk
memahami tugas dan tanggungjawabnya dalam pembelajaran.

e. Fungsi Pengawasan

Pengawasan manajemen sekolah adalah usaha sistematis menetapkan standar prestasi


dengan perencanan sasarannya guna sistem informasi umpan balik (Sagala, 2007: 66)
2.3 Fokus Manajemen Sekolah

2.3.1 Input Sekolah

Menurut Sagala (2006: 140), input adalah segala sesuatu yang harus tersedia (perangkat
lunak maupun perangkat keras) karena dibutuhkan bagi berlangsungnya proses. Proses
pendidikan adalah berubahnya sesuatu yang merupakan input menjadi sesuatu yang lain dari
hasil proses yang disebut output.
Input sekolah dapat diidentifikasikan mulai dari manusia, uang, material/bahan-bahan,
metode-metode, dan mesin-mesin (Komariah dan Triatna, 2006: 2). Manusia yang dibutuhkan
sebagai masukan bagi proses pendidikan adalah siswa sebagai bahan utama atau bahan mentah.
Untuk menghasilkan manusia yang seutuhnya diperlukan input manusia yang memiliki potensi
untuk dididik, dilatih, dibimbing, dan dikembangkan menjadi manusia seutuhnya.

2.3.2 Proses Penyelenggaraan Sekolah

Proses penyelenggaraan sekolah merupakan kiat manajemen sekolah dalam mengelola


masukan-masukan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan atau output sekolah (Komariah dan
Triatna, 2006: 5). Menurut Slamet (dalam Komariah dan Triatna, 2006: 5) menyatakan bahwa
proses adalah berubahnya “sesuatu” menjadi “sesuatu yang lain”. Sesuatu yang berpengaruh
terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut
output.
Proses sekolah dalam dimensi kepemimpinan adalah menghasilkan keputusan
kelembagaan yang terjadi sebagai keputusan partisipatif atau keputusan bersama antara kepala
sekolah, guru, siswa, orang tua siswa, para ahli, dan orang-orang yang berkepentingan terhadap
pendidikan. Keputusan tentang bagaimana berlangsungnya sekolah yang didasarkan atas
partisipasi diharapkan dapat menumbuhkan rasa memiliki bagi semua kelompok kepentingan
sekolah.
Penyelenggaraan sekolah dari dimensi kepemimpinan ini adalah terjadinya pemotivasian
terhadap staf agar mereka terus semangat bekerja dan menghasilkan karya yang berguna dan
bermutu. Di era global ini, dituntut keahlian yang harus terus dikembangkan seiring dengan
inovasi-inovasi yang ditemukan dalam bidang pendidikan.
Pengelolaan program sekolah adalah pengkoordinasian dan penyerasian program sekolah
secara holistik dan integratif yang meliputi:
a. Perencanaan, pengembangan, dan evaluasi program;
b. Pengembangan kurikulum;
c. Pengembangan proses belajar mengajar;
d. Pengelolaan sumber daya manusia (guru, konselor, karyawan, dan sebaginya).
e. Pelayanan siswa;
f. Pengelolaan fasilitas;
g. Pengelolaan keuangan;
h. Pengelolaan hubungan sekolah-masyarakat;
i. Perbaikan program (Komariah dan Triatna, 2006: 5)

2.3.3 Output Sekolah

Sekolah sebagai sistem, seharusnya menghasilkan output yang dapat dijamin


kepastiannya (Komariah dan Triatna, 2006: 5). Output dari aktivitas sekolah adalah segala
sesuatu yang kita pelajari di sekolah, yaitu seberapa banyak yang dipelajari dan seberapa baik
kita mempelajarinya. Output sekolah secara mudah dapat dikatakan sebagai siswa yang berhasil
keluar sebagai pemenang dari kegiatan menuntut ilmu yang diakhiri dengan ujian-ujian dan
menghasilkan suatu nilai penghargaan, berupa angka-angka nilai.
Pendidikan adalah investasi, sehingga keberadannya harus terkait dengan kembali hasil
atau keluaran yang bermanfaat atau menguntungkan secara finansial dan sosial (Komariah dan
Triatna, 2006: 6). Apabila ditinjau dari sudut lulusan, output sekolah adalah lulusan yang
berguna bagi kehidupan, yaitu lulusan yang bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, dan
lingkungannya. Lulusan ini mencakup outcome, yaitu hasil dari investasi pendidikan yang
selama ini dijalani siswa untuk menjadi suatu yang berguna dan bermanfaat. Output pendidikan
dasar adalah siswa dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

2.3.4 Spesifikasi ModelManajemen Pembelajaran melalui Metode “Stop and


Stop”
Model manajemen pembelajaran melalui “Stop andstop”berbasis
pendidikan karakter di satuan pendidkan memiliki spesifikasi antara lain:
1.Penerapan proses manajemen yaitu: (perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan) pada pembelajaran dapat dijadikan acuan
untuk melakukan kegiatan belajar mengajar agar tujuan kegiatan belajar
mengajar dapat tercapai secara efektif dan efisien.
2.Pendidikan anak terintegrasi dalam pembelajaran dan pelaksanaannya
harus menggunakan metode yang tepatyang dilakukan pada proses
manajemen pembelajaran. Nilai pengajaran pada setiap mata pelajaran yang
dilakukan oleh setiap guru sangat membutuhkan metode, cara yang
terkandung dalam pembelajaran itu sendiribertujuan mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik,
dan berperilaku baik.
3.Penggunaan model pembelajaran melalui metode “stopand stop”diterapkan
pada semua pelajaran yang diselenggarakan oleh setiap satuan pendidikan
untuk satuan pendidikan di sekolah dasar.

Pola Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Metode “stop & stop” di Sekolah

Pengawasa oleh
Kepala Sekolah

Tenaga kependidikan

GURU GURU GURU GURU GURU


PARA SISWA DI KELAS

2.4 Konsep Mutu


Mutu mempunyai pengertian yang bervariasi Seperti ang dikemukakn Nomi pfeffer dan
Anna Coote “ mutu merupakan konsep yang licin “ .Mutu mengimplementasikan hal -hal yang
berbeda masing masing orang.bahkan semua menyetujui untuk mengungkapkan upaya
peningkaan mutu pendidikan. Mutu sebuah ide yang dinamis. Memang makna mutu yang
demikian luas akan sedikit membingungkan pemahaman kita. Akan tetapi pemahaman kita
konsekwensi praktis yang siknifikan akan muncul dari perbedaan - perbedaan makna tersebut.
Denngan demikian mutu membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam. Devinisi relatif mutu
memiliki dua aspek yaitu ; Menysuaikan diri dengan spesivikasi dan kedua memenuhi kebutuhan
pelanggan. Mutu memilikisebuah sistem yang biasa disebut sistem jaminan mutu “ qualyty
assurance system “ ( Edward Sallis 2011 : 49 )
2.5 Hakekat Pembelajaran
Menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah
lakuyang diinginkandengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Aliran kognitif
mendifinisikn pmbelajara sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berfikir agar mengnal danmemahami sesuatu yang sedang dipelajari. Adapun humanistik
mendiskrifsikan pemblajaran sebgaimemberikan kebebsan kepada siswa untuk memilih bahan
pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.(Hamdani 2011: 23)
Salah satu pembelajaran adalah membangun gagasan sainstifik setelah siswa berinteraksi
dengan lingkungan, peristiwa, dan informasi dari sekitarnya. Pada dasarnya semua siswa
memiliki gagasan atau pengetahuan awal yang sudah membangun dlam wujud skemata. Dari
pengetahuan awal dan pengalaman yang ada , siswa menggunaka informasi dari lingkungan
dlam rangka mengkontruksi interprestasi pribadi serta makna - maknanya. Makna dibangun
ketika guru memberikan permasalahan yang relevan dengan pengetahuan dan pengalaman yang
sudah ada sebelumnya, memberi kesempatan kepada siswa menemukan dan menerapkan idenya
sendiri. Untuk membangun maknater sebut, proses belajar mengajar berpusat pada siswa.
Berbicara pda konsep pembelajaran maka di dalamnya tidak akan epas yang namanya belajar.
Belajar memiliki bentuk - bentuk sesuai karakter anak dan lingkungan belajarnya. Belajar
dibedakan menjadi lima bentuk yaitu : (1) Belajar responden, (2) Belajar kontiguitas, (3) belajar
operant, (4) belajar observasional dan (5) belajar kognitif .( Ratna Wilis Dahar : 4 ). Di sini peran
guru sangat sentral dan vital, sentral dibutuhkan kehadiran guru secara utuh dan karismatik, vital
sangat penting untuk membentuk karakter anak.Guru harus memiliki minat besar terhadap materi
yang mereka ajarkan dan menunjukkan minat yang jelas dan pengharapan yang tinggi bahwa
anak - anak juga akan menyukai pelajaran karena antosiasme guru itu menular. ( Barbara K.
Given 2007 : 217 )
2.6 Mutu Pendidikan

Dalam Peraturan Menteri Pendidikn Nasional Nomor 63 tahun 2009 tentang sistem
penjamin mutu Pendidikan pasal (1) ayat ( 1) memberikan pengertian bahwa mutu pendididkan
adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dpat diraih dari penerapan Sitem Pendidikan
Nasional .Standar mutu pendidikan di Indonesia ditetapkan dalam suatu standarisasi Nasional
dan dikenal dengan standar Nasioanl Pendidikan.
Standar Pendidikan Naioanal tersebut meliputi : (1) Standar Kompentensi Lulusan yang
mencakup Sikap, Pengetahuan, dan Ketrampilan. ( 2) Standar isi adalah ruang lingkup materi
dan tingkat kompentensi yang dituangkan dalam kreteria tentang kompentensi tamatan,
kompentensi bahan kajian, kompenten, kompentensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran
yang harus dipenuhi oleh peserta didikpada jenjang dan jenis pendidikan tertentu; (3) Standar
proses adalah standar Nasioanal Pendidikan yanag berkaitan dengan pelaksanaan Pembelajaran
pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompentensi lulusan. (4). Standar
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan adalah kreteria pendidikan dan kelayakan fisik maupun
mental ,serta pendidikan dalam jabatan. ( 5 ). Standar Sarana dan Prasarana adalah standar
Nasioanal Pendidikan yang berkaitan dengan kreteria monimal tentang ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat ibadah, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berekreasi,
serta sumber belajar lainnya yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran ,termasuk
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. ( 6 ) Standar Pengelolaan adalah standar
nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan , Kab / Kota , Propinsiatau Nasional agar tercapai
efisiensindan efektifitas penyelenggaraan pendidikan . ( 7) . Standar pembiayaan adalah : Standar
yanag mengatur komponen dan besarnya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu
tahun ( 8 ) Standar Penilaian Pendidkan adalah ; Standar Nasioanl Pendidikan yang berkaitan
dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
Selain pengertian mutu pendidikan yang diuraikan di ata, mutu pendidikan dapat juga
diartikan sebagai seseorang yang telah mencapai tujuan kurikulum ( obyektive of curriculum )
yang dirancang untuk pengelolaan pembelajaran peserta didik ( Suryadi 1993 ) . Konsep ini
lebih menekankan kepda pengawasan dalam pencapaian tujuan kurikulum pembelajaran ,
sehimgga indikator umumnya adalah semakin tujuan kurikulum tercapai maka dapat
dikategorikan suatu pendidikan yang bermutu.
Mutu Pendidikan menurut Amtu ( 2011 : 22-23 ) , adalah berbagai indikator dan
komponen pendidikan yang saling bekaitan . Komponen dan variabel yang menentukan
terwujudnya mutu pendidikan yang baik secara umum masih dikaitkan dengan sistem ,
kurikulum, tenaga pendidikan, peserta didik, proses belajar mengajar, anggaran, sarana prasarana
pendidikdn lingkungaan belajar budya organisasi, kepemimpinan dan lain sebagainya.
Menurut Zahroh ( 1014: 58 ) mutu pendidikan harus mengutamakan siswa atau perbaikan
program sekolah yang dilakukan secara kreatif dan konstruktif oleh pihak pendidikan . Lembaga
pendidikan dikatakan bermutu jika Input , proses, dan output dapatmemenuhi persyaratan yang
dituntut oleh pengguna jasa pendidikan. Input yaitu segala sesuatu yang harus tersedia karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya KBM , saran prasarana, program dan harapan ( visi misi dan
tujuan ) . Proses yaitu pengambilan keputusan proses pengelolaan kelembagaan , proses
pengelolaan program, proses belajar dan mengajar dan proses monitoring dan evaluasi. Output
yaitu prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses sekolah . Output sekolah dapat dikatakan
berkualitas / bermutu tinggi jika pristasi sekolah , kususnya pristasi belajar siswa menunjukkan
pencapaian yang tinggi. ( 1 ) Pristasi akademik berupa nilai ulangan umum ujian Nasional,
karya ilmiah, lomba akademik. dan (2 ) pristasi non akademik seperti kegiatan - kegiatan
ekstrakurikuler.
Ditegaskan lebih jauh bahwa mutu Pendidikan adalah kemampuan lembaga pendidikan
dalam mendayagunakan sumber sumber pendidikn untuk meningkatkan kemampuan belajar
seoptimal mungkin. Analisis konsep ini lebih menekankan kepada kinerja lembaga, yaitu
kecenderungan semakin efektif dalam mendayagunakan sumbr - sumber pendidikan dan semakin
baik hasil yang dicapai, maka dapat dikatakan pendidikan tesebut memiliki mutu yang baik.

2.7 Konsep Team Work Teacher ( Kelompok Kerja Guru )

Kelompok Kerja Guru sebenarnya sudah cukup lama mengemuka di kalangan kaum
pendidik.Ini kebanyakan guru menyebutnya KKG. KKG sering kita laksanakan pada setiap
Gugus Sekolah yang terbentuk atas beberapa lembaga Pendidikan atau Sekolah bergabung
menjadi satu dengan nama Gugus sekolah. Keberadaan Gugus Sekolah telah diakui memberi
manfaat yang signifikan bagi pengembangan sistem pembinaan profesional bagi Guru.bahkan
Kepala Sekolah maupun Pengawas Sekolah.
Prinsip pengembangan Gugus Sekolah melalui wadah KKG, KKKS dan KKPS adalah “
dari Guru, Oleh Guru dan untuk Guru “. Artinya semua kegiatan didesain untuk kepentingan dan
pengembangan kompentensi profesional Guru, dilakukan sepenuhnyaoleh para guru di bawah
fasilisator pihak terkait dan tentus saja segala hal yang dikembangkan di gugus sekolah
semuanya berasal dari guru. Melalui wadah KKG,KKKS dan KKPS semua guru yang ada dapat
saling berbagi dan saling mengisi , mereka yang mempunyai kelebihan berbagi dengan mereka
yang memiliki permasalahan kesulitan mengajar di bidang - bidang tertentu. Sehingga semua
permasalahan dan kesulitan akan bisa terpecahkan tanpa harus bertanya ke sana ke mari. Dalam
kegiatan yang dikembangkan guru di gugus sekolah dikenal dengan “ Tutor Sebaya “ atau istilah
“ peer teaching. “ ( Asep Rachmat , 2009 :
2.8 Penelitian Terdahulu

Rita Dunn, Andrea Honigsfeld dkk (2008) Impact of Learning-Style Instructional


Strategies on Students’ Achievement and Attitudes: Perceptions of Educators in Diverse
Institutions ( Dampak Pembelajaran Instruksional dan keragaman gaya dalam peningkatan
Pristasi anak ) Hasil dari penelitian ini menyatakan tentang gaya belajar yang diterapkan di
dalam masyarakat dan institusi mereka. Dari antara mereka materi diselidiki adalah dampak dari
gaya mengajar terhadap praktek, syllabi, dan nilai-nilai dan apakah hal tersebut mampu
membangun siswa atau instruksi untuk meningkatkan hasil, bagaimana hal itu meningkatkan
persepsi para siswa dan juga hasil belajar mereka, dan bagaimana itu mendukung profesi
pendidikan. Persaamaan dari penelitian saya adalah sama-sama mencari solusi bagaimana
pembelajaran yang baik guna meningkatkan pristasi anak. Perbedaannya Rita Dunn menekankan
pada gaya mengajar sementara saya menekankan pada pembentukan pokja guru.
Penelitianlain tentang peranan guru dalam pembelajaran yang dilakukan oleh Algozzine,
Gretes dan Queen (2007) yang berjudul “Beginning Teachers' Perceptions of Their Induction
Program Experiences”. ( Persepsi awal Program Induksi Guru ) Hasil dari penelitian yang
mereka lakakukan yaitu membahas tentang keberadaan seorang guru yang berkualitas di dalam
kelas sangat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Karena dengan adanya
guru yang berkualitas tersebut dapat membimbing siswa dalam memaksimalkan kualitas siswa
tersebut. Karena dalam pembinaan siswa di sekolah membutuhkan adanya tanggung jawab
seorang guru. Penelitian ini menekankan pada karakteristik induksi Guru pemula yang
berkualitas, sementara penelitian saya mencakup keberadaan semua guru dalam satu lembaga
pendidikan. Persamaannya mempunyai tujuan yang sama yaitu berusaha meningkatkan mut
pembelajran di Sekolah.
Hanushek (2005) dengan penelitiannya yang berjudul The Economics of School Quality, (
Dampak Ekonomi terhadap Mutu Sekolahan ) Dalam penelitian ini di jelaskan bahwa akhir-
akhir ini prestasi siswa dalam tes PISA sangat memprihatinkan. Sekolah yang berkualitas sangat
dipengaruhi oleh keadaan ekonomi sekolah tersebut. Peningkatan kualitas sekolah erat kaitannya
dengan pengeluaran sekolah. Dalam penelitian ini disebutkan bahwa untuk menjadi sekolah yang
berkualitas dengan meningkatkan kualitas guru yang dapat menghasilkan keuntungan yang
cukup besar dalam kinerja murid serta membuat kebijakan yang tepat untuk mengubah gaya guru
dalam mengajar. Dalam penelitian ini menekankan dari segi biaya seolah sedang penelitian saya
menekankan pada kekompakan kerja. Kesamaannya bermuara pada mutu Sekolah.
Penelitian yang dilakukan oleh Theresia Sri Rahayau ( 2013 ) dengan penelitian yang
berjudul “ Evaluasi Program Pengembangan Profesional Guru Melalui KKG Di Gugus Imam
Bonjol Kec. Sidorejo Kota Salatiga “ guru Dalam Penelitian ini dijelaskan bahwa melalui
kegiatan KKG ( Team Work Theacher ‘ yang diadakan pada masing - masing gugus sekolah
membawa dampak positif guna peningkatan cara belajar dan mengajar yang baik. Ini membawa
dan meningkatkan kualitas belajar siswa. Pada peneliti ini mengarah evaluasi program KKG /
POKJA Guru penelitian saya pengembangan POKJA Guru. Persamaannya pada Kelompok Kerja
Guru.
Arifah Haryati ( 2015 ) dengan penelitian yang berjudul “ Strategi Kepala Sekolah dalam
meningkatkan Mutu Pendidikan pada Sekolah Dasar “ Dalam Penelitian ini dijelaskan bahwa
melalui Setrategi Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Bijak dan transparan akan dapat
memperoleh mutu Pendidikan yang baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Sulasmi ( 2015 ) yang berjudul “ Strategi Peningkatan
Mutu Sekolah di SD Negeri 2 Jampiroso Temanggung “ Dalam penelitiannya membukikan
bahwa setrategi yang dikembangkan sekolah membawa peningkatan mutu sekolah sesuai
harapan . Penelitian yang dilakukan Arifah Haryati berfokus pada setrategi Kepala Sekolah
sementara saya pada setrategi semua Guru. Persamaanya bertujuan untuk meningkatkan mutu
Sekolah dan pembelajaran maupun prestasi siswa.
Pada awal sebelum Melakukan setrategi Pembelajaran guru banyak yang mengajar belum
optimal sebagaimana pada standar proses dan Permendikbud 103 tahun 2014 tentang
Pelaksanaan Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah, oleh karena itu diadakan
Solusi dan setrategi Pembelajaran dengan merancang model kelompok kerja guru sesuan
karakter, kemampuan maupun bidang penguasaan masing - masing guru, agar dalam
memberikan pembelajaran dan bimbingan bisa optimal yang mengarah ke dalam kemajuan
Pembelajaran dan Manajemen Sekolah.
2.9 Hipotesis Pengembangan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat disimpulkan
sementara (hipotesis) sebagai berikut : “Bahwa pengembangan manajemen Pendidikan dengan
model Team Work Theacher ( pokja guru ) .dapat meningkatkan kompetensi guru dalam
melakukan Kegiatan Pembelajaran secara optimal dan mengarahkan membimbing sesuai
karakter dan kemampuan yag dimiliki guru di bidang yang dikuasai masing - masingdengan
sebaik - baiknya di SDN Purwosari 1 Tahun Pelajaran 2015/2016”.dan seterusnya.

Anda mungkin juga menyukai