Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Di dalam bab I ini akan dibahas tentang masalah masalah yang


melatar belakangi penelitian ini dilakukan, rumusan masalah, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang


Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu
sasaran pembangunan dalam bidang pendidikan nasional
dan merupakan salah satu bagian dari upaya peningkatan
kualitas Sumber Daya Manusia pada umumnya. Mutu
pendidikan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah
satunya adalah dalam bidang manajemen. Manajemen
merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian anggota organisasi dan
penggunaan seluruh sumber daya organisasi lainnya demi
tercapainya tujuan sebuah organisasi, hal ini selaras dengan
pendapat Siswanto (2015:2).
Untuk mewujudkan pengelolaan yang baik dalam
sebuah organisasi diperlukan seorang manajer yang
mempunyai kemampuan yang profesional dibidangnya dan
juga mempunyai integritas yang tinggi, dan itu juga berlaku
dalam dunia pendidikan khususnya sekolah. Kualitas
pengelolaan sekolah akan tergantung kepada seorang
pemimpin di sekolah tersebut, dalam hal ini yaitu kepala
sekolah yang berperan sebagai manajernya. Sebagai seorang
manajer, kepala sekolah mempunyai tugas dan tanggung

1
jawab yang cukup besar dalam mengelola sekolahnya
tersebut.
Keberhasilan seorang kepala sekolah dalam mengelola
sekolahnya tidak akan terlepas dari kemampuan kepala
sekolah sebagai pemimpin sekolah dalam melaksanakan
peran serta fungsinya sebagai kepala sekolah pada umumnya.
Maka dari itu seorang kepala sekolah dituntut untuk mampu
memiliki kecakapan serta kesiapan dalam mengelola sebuah
sekolah. Kecakapan dan kesiapan yang dimaksud disini
adalah kemampuan mengenai manajerial yang berkenaan
dengan Permendiknas No 13 Tahun 2007 Tentang Standar
Kepala Sekolah/Madrasah, dimana kemampuan manajerial
kepala sekolah yang meliputi; perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan. Dengan kemampuan manajerial
yang baik diharapkan setiap kepala sekolah mampu
meningkatkan kualiatasnya serta menjadi pendorong dan
penegak disiplin bagi para guru agar mereka mampu
menunjukkan profesionalisme dan produktivitas kinerjanya
secara maksimal.
Pada saat ini masalah tentang kepala sekolah
merupakan suatu peran yang menuntut persyaratan kualitas
kepemimpinan yang kuat. Bahkan telah berkembang menjadi
suatu tuntutan dari masyarakat, sebagai kriteria keberhasilan
sekolah diperlukan adanya kepemimpinan kepala sekolah
yang berkualitas. Terdapat 3 (tiga) kemampuan dasar yang
selalu ditekankan yang perlu dimiliki oleh kepala sekolah,
yaitu conceptual skills, human skills dan technical skills hal ini

2
selaras dengan pendapat Wahjosumidjo (2013:349).
Disamping ketiga keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh
kepala sekolah, bahwa seorang kepala sekolah juga perlu
memahami dan mewujudkan prinsip–prinsip, praktik atau
pelaksanaan, dan prosedur dalam; memperbaiki program
pengajaran, bekerja secara efektif dengan guru, staf, siswa
maupun orang tua serta karyawan, mengelola segala sumber
daya sekolah, dan meningkatkan hubungan kerjasama antara
sekolah dengan masyarakat.
Sebagai pemimpin organisasi, kepala sekolah
mempunyai beberapa peran antara lain: sebagai seorang
pemimpin, sebagai manajer, sebagai supervisor, sebagai
administrator, sebagai motivator, dan sebagai inovator. Ibarat
sebuah sistem, peran–peran tersebut saling berhubungan satu
sama lain dan merupakan sebuah refleksi dari tugas serta
tanggungjawab kepala sekolah dalam mengembangkan
kemampuan dan kompetensinya. Dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 yang menyatakan
bahwa kepala sekolah perlu memiliki empat kompetensi, yakni
kompetensi kepribadian, kewirausahaan, manajerial, dan
supervisi.
Kepala sekolah mempunyai peranan yang sangat
penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Mutu
pendidikan akan dapat ditingkatkan apabila kepala sekolah
memiliki kompetisi yang cukup memadai baik dibidang
manajerial, kewiraushaan, kepribadian maupun supervisi.
Kualitas pendidikan di sekolah merupakan hasil dari

3
keefektifan manajerial kepala sekolah yang juga pastinya
didukung oleh guru–guru dan juga staf lainnya. Kepala
sekolah harus memberikan pelayanan yang optimal kepada
peserta didik. Kepala sekolah adalah guru yang mendapatkan
tugas tambahan untuk memimpin sebuah lembaga
pendidikan, hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri
Pendidikan Nomor: 162/U/2003 tanggal 24 Oktober 2003
tentang Pedoman Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah.
Keberhasilan pendidikan sesungguhnya akan terjadi
bila adanya suatu interaksi antara pemimpin di sekolah dalam
hal ini adalah kepala sekolah, tenaga pendidik, dan juga
peserta didik. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin di
sekolah merupakan ujung tombak dalam suatu keberhasilan
sekolah tersebut dalam mencapai tujuannya yaitu dalam visi
dan misinya. Sebagai seorang manajer, kepala sekolah
dituntut mampu mengelola dan membuat program sekolah.
Prestasi kerja guru dan karyawan menjadi tolok ukur dari
berhasil atau tidaknya kinerja kepala sekolah hal ini selaras
dengan pendapat Sagala (2010:88).
Sehubungan dengan masalah kepemimpinan kepala
sekolah, peneliti mencoba mengobservasi salah satu sekolah
yang ada di Salatiga, yaitu SD Kanisius Cungkup Salatiga.
Sekolah tersebut merupakan salah satu dari beberapa sekolah
yayasan Katolik di kota Salatiga. Berdasarkan hasil observasi
dan juga hasil wawancara dengan kepala sekolah diperoleh
keterangan, bahwa program manajerial kepala sekolah di SD
Kanisius Salatiga sudah dibuat dengan baik, namun pada

4
kenyataannya pelaksanaannya masih belum sesuai dengan
jadwal yang sudah dibuat sebelumnya, hal ini dikarenakan
banyaknya kendala dalam pelaksanaannya diantaranya
adalah kepala sekolah masih belum mampu mengoptimalkan
kompetensi manajerialnya, hal ini dikarenakan banyak
kegiatan diluar sekolah yang tidak terkait dengan tupoksinya,
jadwal supervisi yang berbenturan dengan kegiatan kepala
sekolah, terdapat beberapa guru juga yang belum siap untuk
disupervisi, kedatangan tim yang mensupervisi dari yayasan
juga terkadang tidak terjadwalkan sehingga baik kepala
sekolah maupun guru belum siap untuk di supervisi, tidak
adanya pendampingan dari yayasan untuk melakukan
perencanaan program–program sekolah kedepannya, kepala
sekolah juga masih sulit untuk memanajemen waktu, karena
selain menjabat sebagai kepala sekolah di SD Kanisius, kepala
sekolah tersebut juga menjabat sebagai kepala sekolah di TK
Kanisius salatiga, hal ini dikarenakan satu yayasan dan
sudah ditentukan dari yayasan itu sendiri, selain itu kepala
sekolah harus mengajar juga, ini karena SD Kanisius masih
kekurangan guru, guru yang mengajar hanya 5 (lima) orang,
sementara kepala sekolah juga banyak kegiatan–kegiatan
diluar seperti rapat dinas, pertemuan, kepanitiaan, dan
sebagainya.
Untuk mencapai tujuan pendidikan di Sekolah Dasar
tersebut, kepala sekolah memiliki peran yang sangat penting,
kepala sekolah merupakan penentu kebijakan yang akan
menentukan bagaimana dapat mencapai tujuan-tujuan

5
pendidikan di sekolah dan juga sebagai penggerak atau
pendorong suatu kebijakan di sekolah tersebut, begitu juga
dengan para tenaga pendidik harusnya menjadi teladan bagi
para peserta didiknya.
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka
persoalan yang mendasar terkait dengan kompetensi
manajerial kepala sekolah adalah: (1) kepala sekolah masih
belum terlalu memahami Permendiknas Nomor 13 Tahun
2007 sehingga belum mampu menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya secara optimal, (2) keterlibatan guru
dalam penyusunan perencanaan program–program di sekolah
yang merupakan refleksi dari kompetensi manajerial masih
belum dilakukan secara komprehensif, dan (3) kepala sekolah
masih belum bisa menggerakan iklim organisasi secara sehat,
misalnya dalam mengoptimalkan sumber daya yang ada di
sekolah.
Berdasarkan observasi yang dilakukan dan juga
wawancara di SD Kanisius Salatiga, dalam kurun waktu bulan
juni 2017 – Agustus 2017, penulis mengamati bahwa kepala
sekolah sudah melaksanakan Program Manajerialnya. Hal itu
terlihat dari adanya program manajerial sekolah yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian, pengawasan,
dan juga supervisi. Akan tetapi melalui observasi dan
wawancara memperlihatkan adanya persoalan dalam
pengelolaan pendidikan, dari studi dokumentasi melalui
rencana tugas kepala sekolah memperlihatkan bahwa terdapat
hambatan–hambatan dalam menjabarkan visi da misi sekolah,

6
dan melalui dokumen perencanaan sekolah bahwa adanya
tumpang tindih program yang disusun antara pemerataan,
peningkatan, dan juga mutu. Dari hasil pengamatan
sementara dapat disimpulkan bahwa program manajerial
sangat diperlukan dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Evaluasi program sama sekali belum pernah dilakukan, hal ini
dikarenakan banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh kepala
sekolah secara rutin.
Untuk mengetahui keberhasilan dari suatu kegiatan
atau program, maka perlu diadakannya evaluasi. Evaluasi
merupakan kegiatan mengukur dan menilai. Pendapat
tersebut secara implisit menyatakaan bahwa evaluasi memiliki
cakupan yang lebih luas. Dalam sebuah proses pembelajaran
komponen yang turut menentukan keberhasilan sebuah
proses adalah evaluasi. Melalui evaluasi orang akan
mengetahui sampai sejauh mana penyampaian pembelajaran
atau tujuan pendidikan atau sebuah program dapat tercapai
sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Evaluasi merupakan
salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan dalam
kegiatan pendidikan atau pembelajaran. Melalui evaluasi, kita
akan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi,
bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian
siswa atau peserta didik serta keberhasilan sebuah pogram,
hal ini selaras dengan pendapat Arikunto (2009).
Tujuan diadakannya evaluasi program adalah untuk
mengetahui pencapaian tujuan program dengan langkah
mengetahui keterlaksanaan kegiatan program, karena
evaluator program ini mengetahui bagaimana dari komponen

7
dan sub komponen program yang belum terlaksana dan apa
sebabnya. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan evaluasi,
evaluator perlu memperjelas tujuan program yang akan
dievaluasi Arikunto (2010:18).
Dalam evaluasi program, pelaksana (evaluator) ingin
mengetahui tingkat ketercapaian suatau program dan apabila
tujuan belum tercapai pelaksana (evaluator) ingin mengetahui
letak kekurangan dan apa penyebabnya. Hasilnya digunakan
untuk menentukan tindak lanjut atau keputusan yang akan
diambil selanjutnya. Dalam kegiatan evaluasi program,
indikator merupakan petunjuk untuk mengetahui
keberhasilan atau ketidakberhasilan suatu kegiatan.
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model pengambilan keputusan yang dikembangkan oleh
Stufflebeam yang dikenal dengan CIPP Evaluation Model.CIPP
merupakan singkatan dari Context, Input, Process, and
Product. Evaluasi CIPP dikenal dengan nama Evaluasi
Formatif dengan tujuan untuk mengambil keputusan dan
perbaikan program. Hal ini selaras dengan pendapat Endang
(2011:126).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan
masalahnya adalah
a. Bagaimana konteks evaluasi program manajerial kepala
sekolah di SD Kanisius Salatiga?
b. Bagaimana input evaluasi program manajerial kepala di
SD Kanisius Salatiga?
c. Bagaimana proses evaluasi program manajerial kepala
sekolah di SD Kanisius Salatiga?

8
d. Bagaimana produk/hasil evaluasi program manajerial
kepala sekolah di SD Kanisius Salatiga?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarakan rumusan masalah tersebut penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mengetahui apa saja (context) program manajerial kepala
sekolah di SD Kanisius Salatiga
2. Mengukur kemajuan (input) program manajerial kepala
sekolah di SD Kanisius Salatiga
3. Menunjang penyusunan rencana (process) program
manajerial kepala sekolah di SD Kanisius Salatiga
4. Memperbaiki atau melakukan penyempurnakan kembali
(Product) program manajerial kepala sekolah di SD
Kanisius Salatiga
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat
baik secara teoritis maupun praktis bagi para pemerhati
pendidikan.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan agar bisa bermanfaat
sebagai materi yang dapat memperluas pengetahuan,
memperdalam, dan memperkaya teori maupun konsep
mengenai kompetensi manajerial. Sebagai seorang
pemimpin di sekolah atau seorang manajer, kepala sekolah
harus mempunyai empat kompetensi dan keterampilan
utama manajerial, yaitu keterampilan dalam membuat
perencanaan, keterampilan mengorganisasi sumber daya,
keterampilan dalam melaksanakan kegiatan, dan

9
keterampilan melakukan pengendalian dan evaluasi
(Depdiknas,2006)
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Guru SD Kanisius Cungkup Salatiga, diharapkan
penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya serta memotivasi guru untuk
meningkatkan kinerja dalam setiap proses belajar
mengajar.
b. Bagi Kepala Sekolah SD Kanisius Cungkup Salatiga,
diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas
kepemimpinan kepala sekolah dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya sebagai seorang manajer
disekolah, serta meningkatan mutu sekolah dengan
melaksanakan program manajerial sekolah yang tepat
sasaran.
c. Bagi Yayasan Kanisius, diharapkan agar hasil penelitian
ini bisa digunakan sebagai bahan evaluasi dalam
mengambil kebijakan–kebijakan yang berkaitan dengan
program–program sekolah ditahun-tahun yang akan
datang, serta memberikan pertimbangan dalam memilih
kepala sekolah yang berkompeten.
d. Bagi Dinas Pendidikan Kota Salatiga, diharapkan hasil
penelitian ini agar dapat menjadi masukan untuk
merancang program–program kedepannya agar lebih baik
lagi.

10

Anda mungkin juga menyukai