Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH KOMPETENSI GURU DAN PENDIDIKAN PELATIHAN

TERHADAP KINERJA GURU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS


NEGERI 1PESISIR SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT

Proposal

Oleh
ALIF FADHLI
22611011069

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SANG BUMI RUWA JURAI
BANDAR LAMPUNG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi turut mewarnai dunia

pendidikan kita dewasa ini. Di berbagai sekolah sebagai lapangan pekerjaan bagi

seorang guru membutuhkan guru yang unggul, menguasai bidang pekerjaan yang

digelutinya. Faktor tingkat pendidikan sangat mempengaruhi tingginya tingkat kualitas

keterampilan bagi guru yang ada.

Tingkat pendidikan dan keterampilan seorang guru mempengaruhi kinerja.

Sumber daya manusia dalam hal ini guru yang memiliki tingkat pendidikan yang

tinggi akan lebih unggul di dalam. Tingkat pendidikan juga sangat mempengaruhi

kinerja seorang guru, baik sebagai perseorangan maupun sebagai anggota kelompok

dalam bekerja di sekolah. Pendidikan dan pelatihan adalah aspek penting yang perlu

diperhatikan untuk memperoleh jabatan sebagai seorang guru pada suatu sekolah.

Banyak sekolah yang tidak berkembang dalam mencapai kinerja para guru yang tidak

mampu bekerja secara maksimal.

Kinerja seorang guru dikatakan baik jika guru telah melakukan unsur-unsur

yang terdiri dari kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai

dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya,

kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama dengan semua warga sekolah,

kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, kepribadian yang baik, jujur, dan objektif

dalam membimbing siswa, serta tanggung jawab terhadap tugasnya. Membahas


masalah kualitas dari kinerja guru tidak terlepas dari pencapaian hasil belajar. Hal ini

karena kinerja guru sangat menentukan keberhasilan proses belajar yang efektif dan

efisien srhingga tujuan pendidikan dapat tercapai dan terwujud dari hasil belajar siswa

yang baik yang pada akhirnya dapat mencetak lulusan yang berkualitas.

Proses pembelajaran erat kaitannya dengan kompetensi guru. Dalam hal ini

paling tidak guru harus memiliki dua modal dasar, yakni kemampuan mendesain

program dan keterampilan mengkomunikasikan program itu kepada siswa.

Sebaliknya, pada bagian lain kompetensi guru diperlukan sebagai alat motivasi

ekstrinsik dalam pendidikan dan pembelajaran.

Tenaga Pendidik atau guru adalah ujung tombak dalam mencerdaskan

kehidupan bangsa, melalui berbagai jenis, jalur dan jenjang pendidikan. Secara formal

aspek guru mempunyai peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan, di

samping aspek lainnya seperti sarana/prasarana, kurikulum, siswa, manajemen, dan

pengadaan buku. Guru adalah profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan

keahlian khusus sebagai guru. Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat

dipengaruhioleh produktivitas kerja guru dalam melaksanakan tugasnya untuk

mencapai keberhasilan pendidikan.

Dalam pasal 28 ayat (3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) No

19 Tangal 16 Mei Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikandijelaskan bahwa

“kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi aspek: (1) kompetensi pedagogik, (2)

kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi profesional”.

Untuk mencapai tujuan dan semua harapan tersebut pemerintah telah berusaha

secara bertahap melengkapi segenap lembaga pendidikan dengan sarana dan prasarana
yang memadai, mencakup juga pengadaan pendidik yang profesional. Selanjutnya

diangkat pula pimpinan atau kepala sekolah yang kompeten. Hal ini ditandai dengan

kemampuan mereka dalam mengelola, membimbing, mengarahkan, menggerakkan,

dan membantu pendidik dalam mengatasi kesulitannya.

Berdasarkan pengamatan peneliti, kompetensi yang dimiliki sebagian guru

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat belum

mencapai point dan target yang diharapkan, keadaan tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 1. Tingkat Pencapaian Kompetensi GuruSekolah Menengah Atas Negeri 1


Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat
Target Realisasi
No Program Kegiatan Guru
(%) (%)
1 Penguasaan materi pembelajaran 100% 78%
2 Penguasaan K1 dan KD 100% 80%
3 Pengembangan materi pembelajaran 100% 85%
4 Mengembangkan keprofesionalan 100% 85%
secara berkelanjutan
5 Kemampuanya dalam pemanfaatan TIK 100% 74%

Rata-Rata 100%
73,4%
Sumber : Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat,
2023.

Dari tabel 1 tersebut diatas, dapat dilihat bahwa persentase tingkat pencapaian

kompetensi tertinggi pada pengembangan materi pelajaran,yaitu sebesar 85%,

sedangkan terendah pada kemampuan guru dalam memanfaatkan Teknologi dan

Informatika,yaitu sebesar 74%. Dengan ketercapaiannya rata-rata yaitu sebesar 73,4%.

Sedangkan target persentase untuk tingkat ketercapaian kompetensi tersebut adalah

sebesar 100%. Hal ini mencerminkan kompetensi yang dimiliki guru yang belum
optimal dan perlu adanya upaya peningkatan guna tercapainya kinerja seperti yang

diharapkan oleh lembaga.

Guru pada prinsipnya memiliki potensi yang cukup tinggi untuk berkreasi guna

meningkatkan kinerjanya. Namun potensi yang dimiliki guru untuk berkreasi sebagai

upaya meningkatkan kinerjanya tidak selalu berkembang secara wajar dan lancar

disebabkan adanya pengaruh dari berbagai faktor baik yang muncul dalam pribadi

guru itu sendiri maupun yang terdapat diluar pribadi guru.

Faktor selanjutnya yang juga dapat berpengaruh terhadap kinerja guru adalah

pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan diberikan sebagai tambahan ilmu

pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan tugas yang diberikan. Agar dapat

membentuk guru yang lebih berkualitas, diperlukan peningkatan kapasitas ilmu

pengetahuan dengan melakukan pengarahan kepada guru untuk meningkatkan :

1. Semangat berorientasi untuk peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.

2. Kompetensi teknis mengajar, manajerial, kepemimpinan, danMelaksanaan tugas

yang dilakukan dengan semangat kerjasama serta tanggung jawab yang diberikan

di sekolah.

Sistem pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang baik dapat meningkatkan

kualitas sekolah tersebut. Melalui pendidikan dan pelatihan diharapkan akan

menghasilkan guru yang memiliki kinerja yang tinggi. Untuk meningkatkan kinerja

guru perlu dilakukan pelatihan untuk menilai tingkat kinerja yang telah dilakukan.

Penilaian terhadap kinerja juga bermanfaat sebagai tolak ukur yang dapat digunakan

untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kemajuan sekolah.


Guru merupakan penggerak dan pelaksana setiap kegiatan atau proses belajar

mengajar di sekolah, untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan bersama. Suatu

sekolah tidak akan berjalan dengan baik jika guru sebagai pelaksana tidak memiliki

kinerja yang baik. Kinerja guru dapat terealisasikan dengan adanya usaha dari sekolah

untuk memberikan pendidikan dan pelatihan yang memadai sesuai dengan

perkembangan zaman.Dewasa ini pendidikan di Indonesia berkembang dengan pesat,

kondisi seperti ini guru dituntut memiliki wawasan yang luas dalam perkembangan

pendidikan. Peran dari seorang guru dipandang dari sisi tugas dan tanggung jawabnya

tidaklah ringan. Untuk itu, seorangguru selayaknya mendapatkan perhatian yang ideal.

Berbagai upaya telah dilakukan dalam meningkatkan kinerja guru antara lain

dengan peningkatan profesionalitas guru melalui pelatihan-pelatihan, seminar, kursus-

kursus atau pendidikan formal yang tinggi serta pembinaan dan pengembangan untuk

mendukung pembelajaran yang efektif. Dalam pelaksanaannya kita tidak hanya

menuntut keahlian dari para ahli pengembang kompetensi guru saja melainkan juga

harus memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja seorang guru.

Guru adalah pilar pendidikan. Oleh karena itu, keberhasilan pendidikan di

suatu negara sangat dipengaruhi oleh peran strategis para guru. Itulah yang menjadi

alasan kompetensi guru harus terus ditingkatkan seiring dengan perkembangan zaman.

Guru memiliki beban tugas yang sangat berat, tidak hanya bertanggung jawab

kepada para anak didiknya, tapi juga pada negara. Guru bahkan memiliki peran sentral

dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Pada UU No. 14 Th. 2005 Pasal 8, dituliskan beberapa hal yang wajib dimiliki oleh

guru dan juga dosen, yaitu:


1) Kualifikasi Akademik, minimal lulus jenjang pendidikan Sarjana atau Diploma 4.
2) Kompetensi, yang akan ditekankan lagi pada saat pendidikan profesi guru.
3) Sertifikat Pendidik, diberikan setelah melaksanakan sertifikasi guru dan
dinyatakan sudah bisa memenuhi standar profesional.
4) Sehat Secara Jasmani dan Rohani.
5) Memiliki Kemampuan, untuk mendukung terwujudnya Tujuan Pendidikan
Nasional.

Pengertian kinerja guru berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 35 tahun 2010 adalah hasil penilaian terhadap proses dan hasil kerja yang

dicapai guru dalam melaksanakan tugasnya. Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen

Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 1, kinerja guru dibingkai dalam beban tugas dan

tanggung jawabnya yaitu; merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,

menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik dan melaksanakan

tugas tambahan yang melekat pada kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja seorang

guru. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja guru dalam suatu sekolah, namun di

sini peneliti lebih tertarik meneliti dari faktor motivasi kerja dan kompetensi guru.

Fenomenayang terjadi di pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pesisir

Selatan Kabupaten Pesisir Baratmenunjukkan bahwa,terdapat beberapa guru

yangmemiliki kompetensi rendah terlihat dari masih adanya guru yang mengalami

kendala dalam menyusun perangkat kegiatan pembelajaran yang kontekstual dan

mandiri, pendidikan dan pelatihan terhadap guru perlu ditingkatkan agar guru mampu

dan paham dengan media pembelajaran yang berkenaan dengan perangkat digital dan

berakibat terhadap kinerja guru yang menurun terlihat dari hasil evaluasi belajar

terhadap siswa yang kurang memuaskan


Tabel 2. Dimensi Pencapaian Kinerja Guru Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pesisir
Selatan Kabupaten Pesisir Barat
Realisasi Target yang
No Dimensi Pencapaian Kegiatan Diharapkan
(%) (%)
Dimensi pertama
1 dapatmenunjukkan kapasitasnya 90% 100%
dalam menguasai ilmu pengetahuan.
Dimensi kedua, menunjang
2 pengembangan kapasitas 85% 100%
pengetahuan yang diperlukan sebagai
guru dan memperbaiki keterampilan
dalam menunaikan tugas sebagai
pendidik, pengajar, pembimbing,
pengarah, pelatih, penilai dan
evaluator, maka guru
wajib menunaikan tugas belajar dan
berlatih.
Dimensi ketiga guru mampu
3 mengimplementasikan manajemen 85% 100%
pembelajaran.
Dimensi keempat guru menunaikan
4 tugas birokratis yang dapat direkam 75% 100%
dalam bentuk portofolio
5 Dimensi Kelima, yaitu akuntabilitas
guru dalam menunaikan tugas 85% 100%
mengajar dan membimbing siswa
agar memenuhi standar kompetensi
manajerial lulusan.  Produktivitas
guru perlu dilihat dari pengaruh
penunaian tugasnya terhadap hasil
belajar siswa.
Rata-Rata Pencapaian Kinerja Guru 78,3% 100%
Sumber : Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat,
2023.
Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa persentase tingkat pencapaian kinerja

tertinggi pada dimensi pertama,yaitu sebesar 90%, sedangkan terendah pada dimensi

keempat,yaitu sebesar 75%. Dengan rata-rata tingkat tingkat pencapaian kinerja tahun

2019 adalah sebesar 78,3%. Sedangkan target persentase untuk tingkat pencapaian
kinerja guru pada tahun 2021 adalah sebesar 100%. Hal ini mencerminkan kinerja

guru yang belum optimal.

Berdasarkan latar belakang diatas, penelititertarik mengadakan penelitian

dengan judul:“Pengaruh Kompetensi Guru dan Pendidikan PelatihanTerhadap

Kinerja Guru pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pesisir Selatan Kabupaten

Pesisir Barat “.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, beberapa permasalahan yang teridentifikasi dan di

duga dapat mempengaruhi kinerja guru antara lain:

1. Terdapat beberapa guru yang memiliki kompetensi rendah terlihat dari masih

adanya guru yang mengalami kendala dalam menyusun perangkat kegiatan

pembelajaran yang kontekstual dan mandiri.

2. Pendidikan dan pelatihan terhadap guru perlu ditingkatkan agar guru mampu dan

paham dengan media pembelajaran yang berkenaan dengan perangkat digital.

3. Kinerja guru yang menurun terlihat dari hasil evaluasi belajar terhadap siswa yang

kurang memuaskan.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan, masalah yang muncul sangat

kompleks, sehingga perlu dibatasi agar pembahasan tidak terlalu meluas. Peneliti

membatasi permasalahan yang akan menjadi bahan penelitian, yaitu:


1. Objek penelitian dalam penelitian ini, yaitu pengaruh kompetensi guru dan

pendidikan pelatihan terhadap kinerja guru pada Sekolah Menengah Atas Negeri

1 Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat.

2. Subjek penelitian dalam penelitian ini, yaitu kinerja guru pada Sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka masalahnya dibatasi

padakompetensi guru, pendidikan pelatihan dan kinerja guru, dari masalah ini

selanjutnya dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah kompetensi guru berpengaruhterhadap kinerja guru pada Sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat?

2. Apakah pendidikan pelatihan berpengaruh terhadap kinerja gurupada Sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat?

3. Apakah kompetensi guru dan pendidikan pelatihansecara bersama-

samaberpengaruh terhadap kinerja guru pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1

Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan perumusan masalah di atas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah ingin mengetahui seberapa besar:

1. Pengaruh kompetensi guru terhadap kinerja guru Pada Sekolah Menengah Atas

Negeri 1 Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat.


2. Pengaruh pendidikan pelatihan terhadap kinerja guru pada Sekolah Menengah

Atas Negeri 1 Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat.

3. Pengaruh kompetensi profesional dan motivasi kerja secara bersama-sama

terhadap kinerja guru pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pesisir Selatan

Kabupaten Pesisir Barat.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan

dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai kompetensi

guru,pendidikan pelatihandan kinerja guru pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1

Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat.

2. Secara praktis, sebagai bahan masukan bagi semua pihak yang berkepentingan

dan membutuhkan referensi guna meningkatkan kompetensi guru,pendidikan

pelatihandan kinerja guru pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pesisir Selatan

Kabupaten Pesisir Barat.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Bulan November Tahun 2023 sampai dengan

Bulan Januari tahun 2023 di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pesisir Selatan

Kabupaten Pesisir Barat.

3.2 Penetapan Populasi dan Sampel

Menurut Arikunto (2017:173) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

apabila peneliti ingin meneliti semua elemennya yang ada dalam wilayah penelitian

maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Objek pada populasi diteliti

hasilnya dianalisis, disimpulkan dan kesimpulannya berlaku untuk seluruh populasi.

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh guru pada Sekolah Menengah Atas Negeri

1 Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat dengan sebanyak 58 orang guru.

Menurut Arikunto (2017: 173) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Menurut Arikunto (2017: 173) mengatakan

bahwa apabila subjeknya kurang dari 100, maka seluruh populasi menjadi sampel

penelitian. tetapi jika subjeknya lebih dari 100 maka dapat diambil 10-15% atau 15-

25%. Berdasarkan definisi diatas maka sampel yang digunakan adalah 57 orang

responden karena peneliti tidak termasuk ke dalam responden.


3.3 Variabel Operasional

3.3.1 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang mempengaruhi

variabel lain, dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah kompetensi

guru (X1) dan pendidikan pelatihan (X2).

2. Variabel terikat (Dependent Variable) adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel lain dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah variabel

kinerja guru (Y).

3.2.2 Definisi Operasional dan Indikator Penelitian

Definisi operasional variabel berdasarkan hal sebagaimana dimaksud dalam

pelaksanaan penelitian ini di atas adalah sebagai berikut :

Kompetensi guru sebagai variabel X1 yaitu, merupakan perpaduan antara

kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang

secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup

penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik,

pengembangan pribadi dan profesionalisme.

Pendidikan pelatihan sebagai variabel X2 yaitu, merupakan suatu program yang

diharapkan dapat memberikan rangsangan/stimulus kepada seseorang (guru) untuk

dapat meningkatkan kemampuan dalam pekerjaan tertentu memperoleh pengetahuan

umum dan pemahaman terhadap keseluruhan lingkungan kerja organisasi sehingga

guru dapat berkompetensi dalam melakukan pekerjaan.


Kinerja guru sebagai variabel Y adalah hasil atau tingkat keberhasilan seorang

guru secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas

dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target,

sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati

bersama.

Tabel 4. Indikator Pengukuran


No Item Skala
Variabel Indikator
Pernyataan Pengukuran
Kompetensi Guru 1. Kompetensi Pedagogik 1,2,3
(X1) 2. Kompetensi Kepribadian 4,5,6
(Peraturan 3. Kompetensi Sosial 7,8,9 Likert
Pemerintah No.16 4. Kompetensi Profesional 10,11,12
Tahun 2005)
Pendidikan 1. Materi Pelatihan 1,2,3
pelatihan 2. Metode Pelatihan
X2 3. Sikap dan Keterampilan 4,5,6 Likert
Anwar Prabu Instruktur/Pelatih 7,8,9
Mangkunegara, 4. Lama Waktu Pelatihan
(2015: 46) 5. Fasilitas Pelatihan 10,11,12
Kinerja Guru 1. Kualitas kerja 1,2
Y 2. Kecepatan/ ketepatan kerja 3,4
Supardi, 3. Inisiatif dalam kerja 5.6 Likert
(2014: 70) 4. Kemampuan kerja 7,8,9
5. Komunikasi 10,11,12

3.3.3 Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan skala likert 5 ( lima ) alternatif

jawaban dengan pengukuran variabel adalah :

Tabel 5. Bobot Skala Likert


Pernyataan Skor
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Ragu 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: Sugiyono, (2018: 153)
3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini jenis data yang diperlukan adalah :

1. Data Primer

Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung tanpa perantara orang atau

lembaga lain sebagai pihak ketiga. Data primer ini diperoleh dengan wawancara

melalui responden.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh melalui orang lain yang berhubungan dengan

permasalahan yang dipecahkan. Data sekunder ini diperoleh melalui cara studi

dokumenter yaitu mengumpulkan dan mempelajari brosur – brosur serta dokumen

organisasi.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data yang sesuai dengan kebutuhan dalam

penelitian ini maka teknik – teknik yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Yaitu melakukan penelitian dengan pengamatan langsung dengan cara

mendekati objek yang akan diteliti.

2. Kuisioner

Yaitu pengumpulan data dengan cara membagikan lembar pertanyaan kepada

sampel dari objek yang kita teliti.


3. Telaah Dokumentasi dan Kepustakaan

Yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan cara

mengkaji buku-buku bacaan, dokumen- dokumen, peraturan-peraturan dan

ketentuan undang-undang serta kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berkaitan

dengan pokok permasalahan.

3.6 Alat Analisis


3.6.1 Analisis Deskriptif Responden
Analisis deskriptif responden dilakukan dengan hanya mendiskripsikan

variabel-variabel penelitian dengan cara membandingkan data hasil penelitian dengan

teori-teori yang ada, dalam hal ini yang menggambarkan kompetensi guru dan

pendidikan pelatihan dengan kinerja guru pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1

Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat.

3.6.2 Analisis Kuantitatif

3.6.2.1 Pengujian Persyaratan Instrumen

1. Uji Validitas

Dalam buku Metode Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

Kombinasi, dan R&D menurut (Sugiyono 2017: 198) pengertian valid ialah : “Valid

berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya

diukur”. Berdasarkan pengertian valid di atas maka dapat disimpulkan bahwa validitas

merupakan ketetapan atau kecermatan suatu item layak digunakan atau tidak.

Metode pengujian validitas instrument penelitian yang digunakan adalah korelasi

product moment dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono 2017: 198).


N ∑ xy−( ∑ x )( ∑ y )
r=
√ [ N ∑ x −(∑ x ) ][ N ∑ y −(∑ y ) ]
2 2 2 2

Keterangan :

r = Keeratan hubungan (korelasi)


x = Jumlah skor pertanyaan
y = Jumlah skor total pertanyaan
N = Jumlah populasi yang akan diuji

Kriteria putusan:

r hitung > r tabel dan Sig, < 0,05 maka instrumen yang digunakan adalah valid

r hitung < r tabel dan Sig, > 0,05 maka instrumen yang digunakan adalah tidak valid

2. Uji Reliabilitas

Menurut Ghozali (2018: 45) reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk

mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.

Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji realibilitas pada

penelitian ini akan dihitung menggunakan rumus Cronbach Alpha (a) pada SPSS versi

22 dengan rumus sebagai berikut :

( )
k
∑ S 2i
α Cronbach= ( k−1k ) 1− S
i=1
2
p

Keterangan:
K = Jumlah butir dalam skala pengukuran
2
Si = Ragam (variance) dari butir ke-i
2
S p = Ragam (variance) dari skor total
Menurut Ghozali, (2018: 46) “Dikatakan reliabel apabila suatu variabael atau

konstruk memberikan nilai Cronbach Alpha (a) > 0,60”.

3.6.2.2 Pengujian Persyaratan Analisis

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Jika nilai residual tidak

mengikuti distribusi normal maka uji statistik menjadi tidak valid untuk

jumlah sampel kecil menurut Ghozali (2016: 154). Uji normalitas non-parametik

Kolmogorov-Smirov (K-S) merupakan salah satu cara untuk menguji normalitas

residual. Uji (K-S) dilakukan dengan membuat hipotesis :

H0: Jika nilai signifikansi > 0,05 data residual berdistribusi normal.

HA: Jika nilai signifikansi < 0,05 data residual berdistribusi tidak normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih

kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variasi yang sama. Uji

homogenitas dikenakan pada data hasil post-test dari kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Untuk mengukur homogenitas varians dari dua kelompok data

digunakan uji F. (Sugiyono, 2017: 276) dengan taraf signifikasi yang digunakan

adalah α = 0,05. Uji homogenitas menggunakan SPSS versi 22 dengan kriteria

yang digunakan untuk mengambil kesimpulan adalah:

H0: Jika nilai signifikansi > 0,05 distribusi data homogen.


HA: Jika nilai signifikansi < 0,05 distribusi data tidak homogen.

3.6.2.3 Uji Regresi Linier Sederhana dan Berganda

Menurut Hengky (2013: 4) “Analisis regresi linear berganda merupakan

teknik analisis regresi yang dapat digunakan untuk menguji pengaruh beberapa

variabel independen terhadap satu variabel dependen”.

Analisis regresi berganda (multiple regression) yaitu alat yang digunakan

untuk menguji hipotesis. Untuk menguji hipotesis tersebut menggunakan software

SPSS versi 22 karena bisa menghasilkan output untuk dianalisis lebih lanjut. Untuk itu

diformulasikan model regresi sebagai berikut:

Y = α + β1 X1 + β1 X2 + β2 X3 + ε

Keterangan :
Y = Variabel Dependen
α = Konstanta
β = Koefisien Regresi
X = Variabel Independen
Ε = Standard Error

3.6.2.4 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh antara

variabel X terhadap variabel Y, adapun uji hipotesis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Uji t
Menurut Sugiyono (2018: 194) “Uji t digunakan untuk mengetahui masing- masing

sumbangan variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat, menggunakan

uji masing-masing koefisien regresi variabel bebas apakah mempunyai pengaruh

yang bermakna atau tidak terhadap variabel terikat. Menurut Sugiyono (2014: 250)

menggunakan rumus:

t hitung r n - 2

1 - r2
Keterangan :
t hitung = Nilai t
r = Koefisien Korelasi
n = Jumlah responden
(Sugiyono, 2018: 194)

Kriteria untuk Uji t adalah sebagai berikut :


a) Jika t hitung ≥ t tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak.
b) Jika t hitung ≤ t tabel maka Ha ditolak dan Ho diterima.
Taraf signifikan dalam penelitian ini digunakan α = 0,05 atau 5%.
Yang dimaksud dengan Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha) adalah:

Ho : r1 ≤ 0 = Berarti tidak ada pengaruh kompetensi guru terhadap

kinerja guru

Ha : r1 > 0 = Berarti ada pengaruh kompetensi guru terhadap kinerja guru

Ho : r2 ≤ 0 = Berarti tidak ada pengaruh pendidikan pelatihan terhadap

kinerja guru

Ha : r2 > 0 = Berarti ada pengaruh pendidikan pelatihan terhadap kinerja

guru
2. Uji F

Menurut Sugiyono (2018: 192) terdapat hubungan yang positif dan

pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk menguji apakah

masing-masing variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

terikat secara bersama-sama dengan α = 0,05. Maka rumus Uji F yaitu:

2
R /k
Fh =
( 1−R 2 )/ ( N−k−1 )

Keterangan:

R : Koefisien korelasi ganda


K : Jumlah variabel independen
N : Jumlah populasi
(Sugiyono, 2018: 192)

Dalam hal ini F-hitung dibandingkan dengan F-tabel dengan syarat sebagai

berikut:

1. Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

2. Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Yang dimaksud hipotesis 0 (Ho) dan Hipotesis Alternatif adalah

Ho : r1 ; r2 < = 0 = Berarti tidak ada pengaruh kompetensi guru dan

pendidikan pelatihan terhadap kinerja guru

Ho : r1 ; r2 < = 0 = Berarti ada pengaruh kompetensi guru dan pendidikan

pelatihan terhadap kinerja guru


3.6.2.5 Uji Koefisien Deteminasi (R-Square)

Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan, maka koefisien-koefisien

korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan tabel interpretasi korelasi yaitu:

Tabel 7. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi


Inteval Koefisien Tingkat Hubungan
0,000 - 0,199 Sangat lemah
0,200 - 0,399 Lemah
0,400 - 0,599 Sedang
0,600 - 0,799 Kuat
0,800 - 1,00 Sangat kuat
Sumber: Sugiyono (2017:37)

Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas (kompetensi guru dan

pendidikan pelatihan) terhadap variabel terikat (kinerja guru), maka perhitungan

korelasi tersebut kemudian dilanjutkan dengan Rumus Koefisien Determinasi (KD) =

r2 X 100 %.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Wursanto. 2014. Manajemen dan Evaluasi kinerja Karyawan.


Yogyakarta: Penerbit Aswaja Pressindo.

Arikunto, S. 2017. Pengembangan Instrumen Penelitian dan Penilaian Program.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Darodjat, Tubagus Achmad. 2015. Konsep-Konsep Dasar Manajemen Personalia.


Masa Kini. Bandung. Refika Aditama.

Depdiknas. 2005. Undang-undang Pemerintah RI nomor 14, Tahun 2005 tentang


Guru dan Dosen.

Depdiknas. 2003. Undang-undang RI nomor 20, Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional

Eko, Widodo Suparno. 2015. Manajemen Pengembangan Sumber Daya.


Manusia.Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.

Edison. 2016. Manajemen dan Sumber Daya Manusia. Edisi Pertama. Bandung :


Alfabeta.

Edy, Sutrisno, 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia, Kencana Prenada. Media


Group, Jakarta.

Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Haryanto. 2014. Asessmen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hasibuan, Malayu. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit. Bumi


Aksara.

Hasibuan, Malayu S.P.. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi.


Jakarta: Bumi Aksara.

Henry Simamora. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BP STIE


YKPN.
International Journal of Education and Research Vol. 1 No.8. Dessler, Gary. (2015).
Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Perusahaan,


PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.


Cetakan kedua belas. Remaja Rosdakarya:Bandung.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Perusahaan,


PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia. Perusahaan,


PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Mustafa Iberahim. 2016. Pola Kinerja Guru. Dosen ULM Banjarmasin.

Nana Surahmad. 2016. Kinerja Guru dan Dosen. UNJ Jakarta.

Pedoman Penulisan Tesis Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Saburai


Bandar Lampung 2023

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007. Tentang Guru.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005. Tentang Standar


Nasional Pendidikan. 

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru. 

Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16


Tahun 2009. Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. 

Pribadi, 2020. Perencanaan & Pengembangan SDM. Bandung. Alfabeta

Priansa, Donni Juni. 2018. Perencanaan & Pengembangan SDM. Bandung. Alfabeta.

Robbins, Stephen P. and Mary Coulter. 2016. Manajemen, Jilid 1 Edisi 13, Alih.
Bahasa: Bob Sabran Dan Devri Bardani P, Erlangga, Jakarta.

Rohmalia, 2014. Penetapan Asestmen formatif Dalam Pembelajaran. Jakarta:


Salemba Empat.

Sudriyah & Liana, 2015. Manajemen Pendidikan. Bandung. Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta

Supardi. 2014. Kinerja Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo. 

Suratman Purnomo. 2017. Pengembangan Kinerja Guru. Dosen UIN Bandung

Wardhani. 2019. Perencanaan & Pengembangan SDM. Bandung. Alfabeta.

Widodo Suparno. 2015. Manajemen Pengembangan Sumber Daya. Manusia.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai