Sekolah Dasar
Sekolah Dasar merupakan salah satu bagian komponen penting dalam sistem
pendidikan nasional. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) pendidikan dasar mencakup SD/MI,
SMP/MTs (Sugiyatmi, 2012). Pendidikan dasar dan menengah adalah pendidikan yang
bertujuan untuk mengembangkan kualitas minimal yang harus dimiliki oleh setiap manusia
Indonesia sesuai dengan tuntutan perubahan-perubahan kehidupan lokal, Nasional dan global
sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan
berkesinambungan. Pendidikan di sekolah dasar merupakan pendidikan anak yang berusia
antara 7 sampai 13 tahun sebagai pendidikan di tingkat dasar yang dikembangkan sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat
setempat bagi siswa. Disinilah siswa sekolah dasar ditempa berbagai bidang studi yang
kesemuanya harus mampu dikuasai siswa. Tidaklah salah bila di sekolah dasar disebut
sebagai pusat pendidikan. bukan hanya di kelas saja proses pembelajaran itu terjadi akan
tetapi di luar kelas pun juga termasuk ke dalam kegiatan pembelajaran (Rachman, 2015).
Sekolah Dasar merupakan salah satu jenjang pendidikan yang berlangsung selama 6
tahun dan merupakan jenjang pendidikan formal level rendah yang sangat menentukan
pembentukan karakter siswa kedepannya. Pada jenjang dasar inilah anak-anak dibentuk dan
dididik menjadi pribadi yang cerdas secara akademik, spiritual, dan juga emosionalnya. Pada
sekolah dasar ini juga awal mula anak mendapatkan ilmu pengetahuan dan juga penanaman
nilai-nilai yang nantinya akan berguna dalam kehidupanya (Sugiyatmi, 2012). Dalam
(Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional) dijelaskan
pengertian pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana yang tertuang ke dalam tujuan
pendidikan nasional dan pendidikan di sekolah dasar, untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses kegiatan pembelajaran dengan tujuan agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, dalam
berbangsa dan bernegara (Rachman, 2015).
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan
mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, dari devinisi tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa
pendidikan mempunyai arti sebuah cara mendidik siswa atau memotivasi siswa untuk
berperilaku baik dan membanggakan. Secara spesifik, maka definisi pendidikan adalah suatu
proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran atau pembelajaran. atau dapat disimpulkan
usaha sadar untuk menyiapkan siswa melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Karena pentingnya sekolah dasar dalam
mempersiapkan karakter anak kedepan, maka penyelenggaraan sekolah dasar tidak dapat
dilakukan secara asal-asalan hanya dengan mementingkan kuantitas dengan mengabaikan
kualitas. Di sisi lain, pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas ditentukan oleh
kualitas pendidikan. Untuk itu penyelenggaraan pendidikan khususnya di jenjang sekolah
dasar harus memperhatikan kualitas (Sugiyatmi, 2012).
Pemberian pendidikan secara non formal atau formal pada anak bukan hanya
dilakukan dalam pendidikan keluarga saja, akan tetapi pemberian dan pemahaman
pendidikan kepada anak yang lainnya juga bertumpu di tingkat Sekolah Dasar. Pendidikan di
sekolah dasar merupakan faktor yang sangat penting (Rachman, 2015). Jasa guru pada
jenjang pendidikan sekolah dasar sangat penting. Karena pada sekolah dasar ini, awal anak-
anak menerima pelajaran-pelajaran pada hidup mereka. Pada masa ini, anak juga berada pada
fase mencontoh dan mengingat apa saja yang mereka dengar dan lihat. Pada masa ini juga
anak berada pada fase emas dalam pembelajaran. Umur 3 – 12 tahun merupakan
perkembangan fisik, kognitif, dan emosional yang pesat terjadi pada anak. Oleh karenanya,
dimasa sekolah dasar, perlu diupayakan kepada anak agar dapat leluasa untuk menerima
pengetahuannya dengan sebaik-sebaiknya dan sebenar-benarnya. Oleh karena itu, jasa guru
sekolah dasar cukup krusial dan penting dalam mengajar murid-murid didik mereka.
Fasilitas sekolah merupakan satu dari banyaknya faktor yang merupakan sebuah
bagian dari iklim sekolah. Fasilitas sendiri adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan
dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha dan merupakan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam melakukan atau memperlancar suatu kegiatan. Mengetahui sarana dan
prasarana merupakan salah satu faktor penentu terhadap hasil belajar siswa, maka persyaratan
dan penggunaan fasilitas belajar harus mengacu pada tujuan pembelajaran, metode, penilaian
minat siswa dan kemampuan guru. Penggunaan fasilitas belajar dilakukan secara efekif dan
efisien dengan mengacu pada proses pembelajaran di sekolah (Suhra, Ayu, 2016). Fasilitas
sekolah masih termasuk salah satu aspek yang perlu diperhatikan di lembaga pendidikan di
Indonesia. Di beberapa sekolah tertentu, fasilitas sekolah masih belum ikut berkembang
dengan kemajuan teknologi, bahkan di pedesaan masih banyak fasilitas sekolah yang jauh
dari kata layak.
Menurut Syah (2012:145) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdiri atas
tiga yaitu:
a. Faktor internal, adalah faktor-faktor yang berasal dari individu anak itu sendiri yang
meliputi faktor jasmaniah/keadaan dan faktor rohani siswa.
b. Faktor eksternal , yaitu faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi kondisi
lingkungan disekitar siswa.
c. Faktor pendekatan belajar, yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan
metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran.
Hasil belajar merupakan output dari proses belajar. Oleh sebab itu, hasil belajar
merupakan hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengalami proses belajar dalam waktu
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar juga langsung mempengaruhi hasil belajar (Suhra, Ayu, 2016).
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran murid sekolah dasar,
salah satunya ialah fasilitas sekolah. Manfaat yang dapat diberikan dari fasilitas sekolah yang
baik dan mumpuni adalah membantu siswa-siswi untuk bisa lebih memahami pelajaran yang
diberikan. Contohnya saat kita sedang mendengarkan penjelasan guru, sudah pasti akan lebih
gampang jika guru menulis materi yang diajarkan di papan tulis, papan tulis inilah merupakan
bagian dari fasilitas sekolah yang wajib untuk dimiliki.
Selain fasilitas, tenaga didik seperti guru juga merupakan faktor penting dalam
terpenuhinya iklim sekolah dasar yang baik dan efektif. Guru bertugas untuk memberikan
semangat yang timbul pada dalam diri siswa itu sendiri untuk menumbuhkan prestasi belajar,
bakat dan minat yang terpendam pada diri masing-masing siswa untuk lebih terpacu dan
termotivasi. Tugas para guru di sekolah dasar bukan hanya sebagai pemberi
materi/narasumber atau pengajar saja, akan tetapi lebih dari itu seorang guru di kelas juga
menjadi motivator dan pemberi bimbingan bagi semangat siswa-siswanya ke arah prestasi
yang membanggakan. Oleh karenanya, bimbingan adalah layanan yang wajib diberikan guru
kepada semua siswa-siswi di sekolah dasar dan diharapkan juga guru harus mampu
mengetahui kebutuhan yang dibutuhkan siswanya dalam memberikan layanan bimbingan
agar tahap perkembangan belajarnya terlampaui secara baik (Rachman, 2015).
Ruang Kelas Pada Sekolah Dasar
Mengatur lingkungan fisik bagi pada proses pengajaran merupakan titik mula yang
logis untuk pengelolaan ruang kelas, karena hal ini merupakan subuah tugas yang dihadapi
semua guru sebelum kegiatan kelas dimulai. Banyak guru merasa lebih mudah merencanakan
aspek pengelolaan kelas non-fisik daripada harus mengatur lingkungan kelas dalam
mendukung dan mencapai tujuan pembelajaran. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
mengatur ruang kelas pada umumnya dilakukan di tingat Sekolah Dasar, yang mempunyai
banyak instrument dan perabotan, seperti: meja guru dan siswa, rak buku, lemari buku, kursi
guru dan siswa, serta lemari arsip. Pengaturan ruang kelas adalah bentuk dari kemampuan
guru dalam memanajemen kelas dan menciptakan iklim pembelajaran yang baik bagi siswa-
siswi. Ruang kelas bukanlah ruangan yang sangat luas bagi siswa hingga puluhan orang
berinteraksi, mungkin tidak lebih dari 30 murid selama periode waktu 5-8 jam sehari. Guru
dan siswa akan selalu terlibat dalam berbagai kegiatan dalam menggunakan berbagai wilayah
ruang yang berbeda dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Carolyn & Edmund (2015:4) ada 4 kunci bagi guru untuk menciptakan
pengaturan ruang kelas yang baik, yaitu:
1. Jadikanlah wilayah sirkulasi dan mobilitas siswa tinggi dan bebas dari kemacetan.
Jangan membuat siswa/siswi sulit dalam bergerak.
2. Pastikan setiap siswa dapat dipantau dengan mudah oleh guru. Setiap siswa sebaiknya
berada pada jangkauan pandangan guru.
3. Menjaga agar instrument pengajaran yang sering digunakan dan perlengkapan siswa
mudah diakses. Pastikan semua fasilitas yang ada di kelas dapat digunakan oleh
siswa/siswi.
4. Pastikan bahwa para siswa dapat dengan mudah melihat persentasi dan tampilan seisi
kelas. Pastikan siswa dapat melihat papan tulis dengan jelas. Usahakan untuk murid
yang memiliki rabun pada mata diposisikan duduk pada baris depan.
Menerapkan tiap-tiap komponen dalam 4 kunci tersebut akan membantu guru dalam
merancang pengaturan ruang kelas sehingga dapat menciptakan iklim pembelajaran yang
efektif dan menyenangkan bagi siswa.
Menurut Suharsimi Arikunto (2008:304) dalam tata ruang kelas, guru dituntut untuk
memiliki keterampilan dalam bertindak dan memanfaatkan sesuatu, diantaranya: (1) menata
tempat duduk siswa, (2) menata alat peraga yang ada di dalam kelas, (3) menata kedisiplinan
siswa, (4) menata pergaulan siswa, (5) menata tugas siswa, (6) menata ruang fisik kelas, (7)
menata kebersihan dan keindahan kelas, (8) menata kelangkapan kelas, dan (9) menata
pajangan kelas. Tata ruang kelas sendiri merupakan usaha yang dilakukan oleh guru untuk
menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif, melalui kegiatan pengaturan siswa dan
barang/fasilitas pembelajaran. Selain itu, tata ruang kelas dimaksudkan untuk menciptakan
dan memelihara tingkah laku siswa yang dapat mendukung proses pembelajaran (Djamarah,
2006).
Ruang kelas yang efektif adalah kelas yang dikelola dengan baik (Roni, 2021). Ruang
kelas yang mengutamakan kelancaran murid dalam proses pembelajaran. Ruang kelas yang
dikelola oleh sekolah berdasarkan tata manajemen kelas yang baik dan benar. Dapat
dipahami bahwa konsep umum mengenai mengelolah kelas identik dengan kedisiplinan dan
mengontrol perilaku. Mengelola kelas yang dimaksud adalah strategi untuk mengendalikan
perilaku siswa, menanggapi gangguan, mengambil tindakan pada kenakalan siswa, memberi
hadiah dan hukuman yang sesuai, dan pada umumnya untuk menjaga kenyamanan siswa
dalam proses pembelajaran di kelas. Dari kegiatan pengelolaan kelas yang efektif ada dua
manfaatnya secara umum (Roni, 2021), yaitu:
1. Membantu murid menghabiskan waktu belajar dan mengurangi waktu akvititas yang
tidak diorientasikan pada tujuan.
2. Mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional .Pengelolaan kelas yang
baik dapat bertanggung jawab dan dapat memberikan suasana positif dengansedikit
konflik, dimana energi terkonsentrasi dalam kegiatan dengan tujuan belajar
Ruang kelas menjadi rumah bagi siswa. Rumah ini harus nyaman dan bisa melindungi siswa
selama di sekolah. Di rumah inilah siswa akan belajar, berinteraksi dengan guru, bergaul
dengan teman, dan lain sebagainya (Edi Susilo, 2021).
Ruang kelas yang efektif ialah ruang kelas yang telah berhasil dan sesuai dalam tata
kelas yang sudah dilakukan oleh guru. Di samping itu, beberapa tujuan tata ruang kelas
secara khusus dalam mengujudkan iklim kelas yang kondusif dan untuk memenuhi syarat
menjadi kelas yang efektif (Ariesta, 2020), diantaranya yaitu:
1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar yang
memungkingkan siswa untuk mengembangkan kemampuan mereka semaksimal
mungkin.
2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi
pembelajar.
3. Menyediakan dan mengatur fasilitas perabot kelas yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai lingkungan, sosial, emosional, dan intelektual
siswa dalam kelas.
Lingkungan belajar yang nyaman akan membuat siswa lebih bersemangat. Terutama ruang
kelas di sekolah yang menjadi tempat utama siswa belajar. Sebuah ruang kelas harus
memberikan kenyamanan dan keamanan bagi siswa maupun guru. Dua faktor tersebut bisa
tercipta jika ada kerjasama dari guru dan pihak sekolah. Pengertian ruang kelas adalah tempat
untuk kegiatan belajar mengajar. Tempat ini punya kriteria tertentu yang membuatnya dinilai
ideal. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi seperti sirkulasi udara yang baik, pencahayaan
yang memadai, hingga ketersediaan fasilitas yang lengkap (Edi Susilo, 2021). Ruang kelas
menjadi rumah bagi siswa. Rumah ini harus nyaman dan bisa melindungi siswa selama di
sekolah.
Peran Iklim Sekolah dan Kelas Dalam Lingkungan Pembelajaran di Sekolah Dasar
Iklim sekolah dan kelas dari sudut pandang efektivitas pendidikan yang diartikan
sebagai keseluruhan lingkungan sekolah, termasuk orangtua dan masyarakat. Creemers
(1994) mendefinisikan factor iklim lebih sempit dan dapat memberikan pengaruh pada siswa.
Sekolah juga harus memperoleh hasil dalam domain kognitif. “Salah satu aspek yang
mendukung keberhasilan proses pembelajaran adalah iklim sekolah” (Arsil, 2018). Suatu
iklim sekolah dapat dikatakan sebagai iklim sekolah yang kondusif yaitu harus sesuai dan
mendukung keberlangsungan proses pembelajaran di ruangan kelas. Jika proses pembelajaran
lancar maka siswa akan mudah dalam mencapai hasil akademis yang baik dan memuaskan.
Iklim kelas dan sekolah memiliki peran dalam memberikan pengaruh secara langsung pada
hasil sementara efek iklim sekolah. Selain itu, iklim juga berperan dalam memberikan
pengaruh langsung terhadap motivasi siswa untuk belajar. Iklim sendiri dapat mencakup
semua aspek lingkungan sekolah hingga kepribadian siswa dan pendidik, serta kinerja
akademik, tingkat aktivitas fisik dan proses serta bahan yang digunakan di seluruh
pengajaran.
Iklim sekolah dan kelas terpisah atas empat tradisi penelitian. Anderson (1982)
menggambarkan penelitian iklim sekolah sebagai anak tiri penelitian iklim organisasi dan
penelitian efek sekolah. Penelitian iklim kelas dapat digambarkan sebagai anak tiri dari
penelitian psikologis dan kelas. Iklim kelas dan iklim sekolah juga berperan penting sebagai
cerminan dari perilaku siswa yang secara tidak langsung dapat ditiru dengan cepat oleh siswa
lainnya. Sekolah yang memiliki iklim positif akan mengundang guru dan siswa merasa
nyaman berada di dalam lingkungan sekolah dan mendorong mereka untuk menampilkan
kemampuan masing-masing. Selain itu juga, siswa akan merasa termotivasi untuk
menunjukkan pencapaian mereka masingmasing baik dalam bentuk akademis maupun non-
akademis dan di sisi lain tidak berminat pada aktivitas yang agresif.
Dalam skala yang lebih kecil, Hertz-Lazarowitz dan Cohen (1992) melaporkan
program yang bertujuan untuk meningkatkan iklim sosial di sekolah. Intervensi terdiri dari
diskusi siswa dalam kelompok kecil. Topiknya adalah kenalan, membangun kepercayaan,
perolehan keterampilan mendengarkan, permainan peran, dan presentasi diri. Setelah
intervensi, siswa dan guru merasakan lebih banyak komunikasi, keterbukaan yang lebih
besar, dan lebih banyak kerja sama selama hari sekolah dan seterusnya. Meskipun program
ini menunjukkan bahwa iklim kelas dapat diubah, tidak jelas apa arti intervensi untuk faktor
efektivitas dan untuk hasil kognitif dan afektif siswa. Selama bertahun-tahun, proyek
perbaikan sekolah digunakan untuk memperkenalkan faktor efektivitas melalui pendekatan
top-down. Temuan penelitian, misalnya model lima faktor Edmonds (1979) yang terkenal,
hanya dijatuhkan ke sekolah-sekolah. Segera menjadi jelas bahwa perubahan tidak terjadi
atau menghilang setelah akhir proyek. Upaya perbaikan mungkin terlalu kuat terkait dengan
isi perbaikan dan terlalu lemah dengan konteks lingkungan (Scheerens, 1992), yaitu faktor
iklim di sekolah. Keberhasilan perubahan faktor efektivitas harus disertai dengan perubahan
faktor iklim.
Sekolah atau guru dapat menggunakan metode formal dan informal untuk menilai
kualitas faktor iklim. Kuesioner, daftar periksa dan skala penilaian adalah metode formal. Ini
berguna untuk menganalisis perbedaan antara apa yang ingin dicapai sekolah dan situasi
aktual mereka. Mereka memberikan gambaran kekuatan dan kelemahan mereka dan
menunjukkan cara untuk perbaikan. Metode formal adalah rasional ketika sekolah telah
memutuskan untuk berubah dan mengetahui arah yang harus diambil. Sekolah dapat
menggunakan metode informal pada tahap-tahap ketika belum jelas perubahan mana yang
harus terjadi, ketika diskusi antara staf dan guru belum dapat secara kuat terfokus pada topik-
topik yang digambarkan dengan jelas untuk perubahan.
Daftar periksa topik iklim yang diturunkan dari seperangkat empat instrumen yang
dirancang untuk mengukur iklim sekolah dan kelas di sekolah dasar Belanda (Brandsma dan
Bos, 1994; Inspeksi, 1995). Instrumen awalnya dikembangkan untuk perwakilan Inspektorat.
Mengambil konsep dan item utama dari set dan menyatakannya kembali sebagai topik untuk
sekolah dan guru untuk dipertimbangkan ketika mereka ingin mendiskusikan faktor iklim
mereka. Daftar periksa mengukur empat dimensi, yang masing-masing penting untuk iklim
yang baik: 1) rencana sekolah untuk efektivitas; 2) lingkungan fisik; 3) perilaku guru; dan 4)
sistem sekolah. Dengan menjawab topik tersebut, sekolah dapat mengetahui apa kelebihan
dan kekurangan mereka. Setiap item, ditandai dengan tanda bintang, dapat dijawab dengan
“ya” atau “tidak”. Semakin banyak jawaban positif yang dapat diberikan sekolah, semakin
sehat sekolah tersebut. Dengan banyak negatif jawaban pada satu atau lebih dimensi, sekolah
harus mulai mengkhawatirkan iklimnya.
Menurut daftar periksa ini, sekolah yang sehat adalah sekolah yang mengejar banyak
hasil kognitif dan afektif; memberikan suasana yang menyenangkan di ruang kelas, di gedung
sekolah dan dalam pelajaran; dan yang memiliki kesepakatan tertulis yang dinyatakan dengan
baik tentang aspek-aspek utama dari perilaku guru dan perilaku siswa. Iklim sekolah yang
positif ditandai secara kuat dengan kesadaran warga sekolah internal untuk menjadikan
sekolah sebagai learning community atau komunitas pembelajar (National School Climate
Council, 2007). Learning community yang merupakan adaptasi dari konsep learning
organization, diartikan sebagai keterhubungan antara warga sekolah, dimana mereka terlibat
bersama secara dialogis untuk berbagi pengetahuan, norma, nilai, keterampilan yang
bermuara pada kemajuan bersama. Sekolah dapat mengadopsi gagasan tersebut karena pada
dasarnya kegiatan utama sekolah adalah pembelajaran, yang tidak hanya terjadi di ruang
kelas namun juga dalam keseharian siswa (Fitriani, 2015). Sekolah yang tidak sehat adalah
sekolah yang tidak memenuhi satu atau lebih dimensi daftar periksa.
Daftar Pustaka
RF. (2021). Pengertian Dan Tujuan Pendidikan Di Sekolah Dasar. Retrieved December 2,
dan-tujuan-pendidikan-di-sekolah-dasar.html
Jebres Kota Surakarta (Studi Multi Situs di SD Negeri Sibela Timur dan SDIT Lukman
https://doi.org/http://eprints.ums.ac.id/20862/1/COVER_DEPAN.pdf
Puri Pintek. (2021, March 29). Fasilitas Sekolah Jangan Diabaikan, Ini 5 Perannya dalam
website: https://pintek.id/blog/fasilitas-sekolah-jangan-diabaikan-ini-5-perannya-
dalam-pembelajaran/
Suhra, Ayu. (2016). Pengaruh Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Madrasah
https://doi.org/http://eprints.unm.ac.id/4306/1/Bab%201.pdf
menata-ruang-kelas-yang-baik-di-sekolah-dasar/
Edi Susilo. (2021, April 11). Apa Itu Ruang Kelas? Berikut Pengertian Ruang Kelas Dan
https://www.renesia.com/pengertian-ruang-kelas/
Roni, P. (2021). RUANG KELAS YANG EFEKTIF. Retrieved December 2, 2021, from
Academia.edu website:
https://www.academia.edu/21533874/RUANG_KELAS_YANG_EFEKTIF