Fenomenologi berasal dari kata pahainomenon dari bahasa Yunani yang berarti gejala atau
segala sesuatu yang menampakkan diri. Istilah fenomena dapat dilihat dari dua sudut
pandang, yaitu fenomena itu selalu menunjuk keluar dan fenomena dari sudut pandang
kesadaran kita. Fenomenologi yang kita kenal malalui Husserl adalah ilmu tentang fenomena.
Walaupun demikian Alfred Schutz yang lebih dikenal dalam membangun perspektif ini.
Melalui Schutz-lah pemikiranpemikiran Husserl yang dirasakan abstrak dapat dipahami, dan
lebih “membumi”. Schutz juga adalah orang pertama yang menerapkan fenomenologi dalam
penelitian ilmu sosial (Hamid, 2018).
2. Pengumpulan data
Proses pengumpulan data meliputi proses pemilihan partisipan atau sampel dan
metode pengumpulan data. Pada umumnya, fenomenologi menggunakan teknik
purposeful sampling, di mana setiap orang yang mempunyai pengalaman tentang
fenomena yang sedang diteliti berhak untuk menjadi partisipan (Carpenter, 1999).
4. Studi literatur
Setelah proses analisis data selesai maka peneliti melakukan studi literatur secara
mendalam untuk mengetahui hubungan dan posisi hasil penelitian terhadap hasil-hasil
penelitian yang telah ada.
6. Petimbangan etik
Pertimbangan etik yang harus diperhatikan meliputi pemberian informasi tentang sifat
penelitian, keikutsertaan yang bersifat sukarela, ijin untuk merekam interview,
kerahasiaan identitas partisipan baik pada rekaman, transkrip, maupun pada deskripsi
lengkap.
https://www.academia.edu/46905502/Buku_Penelitian_Kualitatif_Studi_Fenomenologi
_Case_Study_Grounded_Theory_Etnografi_Biografi
https://doi.org/10.7454/jki.v9i2.164