Anda di halaman 1dari 34

PENGARUH KOMPETENSI GURU DAN FASILITAS BELAJAR

TERHADAP KEPUASAN SISWA SMKN 1 SUMENEP

(Proposal Ini Dibuat Memenuhi Tugas Akhir Kuliah)

DISUSUN OLEH:

FEBRIYATUL LAILI 720213094

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI MANAJEMEN

UNIVERSITAS WIRARAJA MADURA

TAHUN 2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No 20 tahun 2003).
Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan guna meningkatkan sumber daya
manusia. Pemerintah melakukan berbagai hal dalam upaya tujuan pencapaian
pendidikan nasional. Upaya pemerintah untuk pencapaian tujuan pendidikan
nasinal dengan diselenggarakannya pendidikan melalui 3 jalur. Undang-undang
Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat (10) yang berbunyi”satuan pendidikan adalah
kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan jalur formal,
non formal, informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang dilaksanakan dalam satuan
pendidikan yang terstruktur dengan adanya kurikulum sebagai acuan dalam
kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di satuan pendidikan. Pendidikan
non formal merupakan pendidikan secara terencana dan terstruktur dan fleksibel
dalam pelaksanaanya tanpa berkaitan dengan sistem-sistem seperti pendidikan
formal. Sedangkan, pendidikan informal yaitu pendidikan secara mandiri yang di
dapatkan dari lingkungan peserta didik, seperti di lingkungan keluarga maupun
lingkungan masyarakat. Pendidikan formal terdiri dari beberapa tingkatan
diantaranya; TK, SD/MI, SMP/MTs, MA/SMK/SMA sederajat. Dalam beberapa
tingkatan pendidikan formal ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan
seperti profil sekolah, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta
manajemen organisasi sekolah dan lain sebagainya.
Sumber Daya Manusia adalah individu yang bekerja sebagai penggerak
suatu organisasi, instansi, maupun perusahaan dan bisa disebut dengan pegawai,
buruh, karyawan, guru, dan lain sebagiannya. Sumber daya manusia di sekolah
sendiri terdiri dari kepala sekolah, guru, peserta didik, staf, dan lain sebagainya.
Di dalam sumber daya manusia terdapat sumber daya fisik yang meliputi
bangunan, fasilitas belajar, dan waktu belajar. Sumber daya manusia yang perlu
diperhatikan ialah guru, yang mana guru sebagai seseorang yang menjadi pusat
dalam mentransfer dan membentuk atau menumbuhkan potensi peserta didik,
sehingga perlunya perhatian khusus dari seorang guru salah satunya
memperhatikan kompetensi-kompetensi yang dibangun dalam diri guru.
Memahami makna kompetensi harus disertai dengan pemikiran dalam
ruang lingkup konsep yang luas.
Dalam sistem pendidikan, lebih khusus di lembaga pendidikan
(sekolah), idealnya guru memiliki kompetensi yang dipersyaratkan agar dapat
melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik dan bertanggung jawab.
Kompetensi dapat juga diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-
nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang serta
penerapannya di dalam pekerjaan, sesuai dengan standar kinerja yang
dibutuhkan dilapangan. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan
terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Kaitannya dengan kompetensi guru yang dimaksud adalah melakukan
aktivitas mendidik.
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru berdasarkan undang-undang No
14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pada bab IV pasal 10 (ayat 91) yang
menyatakan bahwa :”kompetensi guru meliputi: kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi soial yang diperoleh
melalui pendidikan profesi”. Kompetensi guru sangat penting dalam kegiatan
belajar mengajar dan hasil belajar siswa karena yang diperoleh siswa tidak hanya
ditentukan dari kompetensi gurudalam membimbing siswa. Dengan kata lain
kompetensi tidak hanya mengandung pengetahuan, sikap dan keterampilan tapi
penerapan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam setiap
pekerjaan.
Berangkat dari pentingnya pelayanan, masih terdapat siwa pada beberapa
sekolah mengeluhkan pelayanan yang didapatkan dirasa sangat kurang.
Operasional hanya dijalankan tanpa perubahan kebijakan dan penerepan
manajemen yang handal untuk menjadi lebih relevan terhadap kebutuhan.
Penilaian negatif muncul dikarenakan pelayanan administrasi akademik yang
kurang baik dan daya tanggap lemah terhadap keluhan siswa. Bentuk lainnya
adalah banyaknya kritikan terhadap kegiatan dan proses akademik pada siswa.
Operasional akademik erat kaitannya dengan fasilitas yang ada pada sebuah
sekolah. Dukungan fasilitas memberikan kontribusi besar terhadap operasional
yang dilakukan. Fasilitas lengkap membantu dalam kegiatan akademik dan proses
pembelajaran akan semakin mudah dengan fasilitas lengkap pada seluruh sekolah.
Akses internet, komputer, LCD Proyektor, beasiswa, dan sarana olahraga
merupakan bentuk-bentuk fasilitas yang memberikan kontribusi terhadap kegiatan
siswa. Fasilitas merupakan bentuk tangibles yang dirasakan langsung oleh siswa
erat kaitannya dengan tingkat kepuasan dalam sebuah manajemen kualitas dan
pelayanan pihak sekolah. Kelengkapan fasilitas pendukung proses akademik pada
sekolah. tidak selalu berada pada taraf maksimal. Keyataan pada beberapa sekolah
masih ditemukan minimnya fasilitas, baik dari sarana prasarana maupun program-
program pendukung kegiatan akademik. siswa merasa bahwa kebutuhan akademik
mereka kurang terfasilitasi pada sekolah tempat menempuh pendidikan. Sekolah
harus dikelola dengan berpedoman pada kepentingan sivitas akademika dan
tenaga kependidikan. Berbagai permasalahan fasilitas berdampak pada
terbentuknya perasaan tidak puas siswa terhadap sekolah dalam menjalankan jasa
pendidikan yang dilakukan. Menurut B Suryosubroto, ada 3 fasilitas belajar
disekolah yaitu :
1. Alat pelajaran
Alat pelajaran adalah semua benda yang digunakan secara
langsung oleh guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Seperti
buku tulis, LKS, papan tulis, spidol, kursi, meja, dll.
2. Alat peraga
Alat peraga Alat peraga adalah semua alat pembantu pendidikan
dan pengajaran, dapat berupa benda ataupun perbuatan dari yang
paling kongkrit sampai ke yang paling abstrak yang dapat
mempermudah pemberian pengertian kepada siswa. Seperti atlas,
globe, patung peraga, materi RPP, silabus, peta topografi dunia, peta
topografi pulau, kerangka model pembelajaran, dan pengukur panjang
kurva. Dengan pengertian ini, maka alat pelajaran dapat termasuk
dalam lingkup alat peraga.
3. Media pembelajaran
Media adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara
dalam proses belajar mengajar untuk mempertinggi efektivitas dan
efisiensi pendidikan. Media pembelajaran dapat dikelompokkan
menjadi beberapa macam yaitu, sebagai berikut: a) Media audio,
seperti radio, tape recorder. b) Media visual, seperti gambar grafik,
diagram, bagan-bagan. c) Media audio visual, seperti infokus, film,
video, televisi. Meningkatkan pemikiran kreatif melalui banyak media,
bertujuan untuk mencapai sasaran pendidikan dan kurikulum perlu
dianalisis, untuk mengetahui fungsi mental apa yang dituju dalam
pendidikan.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan jalur pendidikan formal
yang membekali siswanya dengan berbagai macam keahlian sesuai dengan bidang
mereka masing-masing agar mereka siap bekerja setelah lulus dari SMK. SMK
Sumenep adalah salah satu SMK Negeri yang berada di Kabupaten Sumenep yang
memiliki berbagai macam jurusan atau bidang keahlian. Adapun 7 bidang
keahlian diantaranya: Manajemen Perkantoran, Akutansi, Bisnis Digital, Teknik
Komputer Dan Jaringan (TKJ), Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), Desain dan
Produksi Busana, Produksi Film, Perhotelan. Semua jurusan/bidang keahlian di
SMKN 1 Sumenep bekerjasama dengan berbagai perusahaan sesuai dengan
bidang keahliannya untuk mempermudah siswa melaksanakn praktek langsung
sesuai bidang keahliannya.
Berdasarkan hasil observasi peneliti, kompetensi guru di SMKN 1
Sumenep masih kurang berkompeten dan kurang menguasai materi tentang materi
dibidang keahlianya masing-masing sehingga banyak siswa yang kebingungan
tentang materi yang diberikan dan ada beberapa guru hanya membacakan teorinya
saja tanpa menjelaskan dan juga mempraktekkantentang materi yang diajarkan.
Sedangkan, fasilitas belajar masih kurang memfasilitasi dan ada beberapa fasilitas
yang rusak tidak bisa digunakan sehingga membuat siswa kurang nyaman dalam
proses belajar dan menjadi kendala utama dalam melaksanakan praktek belajar.
Dari beberapa faktor yang telah dijelaskan diatas tentang kompetensi guru
dan fasilitas belajar. Maka, sekilas masalah mengenai kompetensi guru pada objek
penelitian ialah kurangnya guru pengajar dan kurangnya mendalami kompetensi
yang guru tersebut miliki menjadi faktor utama yang membuat siswa kurang puas
terhadap kompetensi guru pengajar tersebut. Tidak sesuai antar kompetensi yang
dimiliki oleh guru tersebut dengan kelas jurusan yang dia ajarkan, sehingga siswa
merasa kurang paham dan juga sulit untuk menangkat materi yang diberikan oleh
guru tersebut. Fasilitas belajar di SMKN 1 Sumenep cukup memadai tetapi ada
beberapa fasilitas sarana dan prasana yang rusak sehingga cukup kesulitan untuk
siswa yang memerlukan sarana dan prasarana tersebut sebagai fasilitas belajar
mereka. Dimana sekolah kejuruan ini 70% lebih ke praktek daripada materi,
sehingga alat seperti komputer, telepon, dan lain sebagainya sangat dibutuhkan
dalam keberlangsungan proses pembelajaran siswa. Beberapa fasilitas yang rusak
sehingga membuat siswa merasa kecewa kepada pihak sekolah yang tetap
membiarkan fasilitas tersebut tidak diperbaiki.
Oleh karena itu, peneliti tertarik mengambil penelitian dengan judul
“Pengaruh Kompetensi Guru Dan Fasilitas Belajar Terhadap Kepuasan
Siswa SMKN 1 Sumenep”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu:
1.2.1 Apakah kompetensi guru dan fasilitas belajar berpengaruh
secara parsial terhadap kepuasan siswa kelas X SMKN 1
Sumenep?
1.2.2 Apakah kompetensi guru dan fasilitas belajar berpengaruh
secara simultan terhadap kepuasan siswa kelas X SMKN 1
Sumenep?
1.2.3 Diantara dua variabel diatas (kompetensi guru dan fasilitas
belajar) manakah yang lebih dominan terhadap kepuasan
siswa?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dijabarkan diatas, maka
terdapat tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui terdapat pengaruh kompetensi guru dn fasilitas
belajar secara parsial terhadap kepuasan siswa kelas X SMKN 1
Sumenep.
2. Untuk mengetahui terdapat pengaruh kompetensi guru dan
fasilitas belajar secara simultan terhadap kepuasan siswa kelas X
SMKN 1 Sumenep.
3. Untuk mengetahui dua variabel yang paling dominan
mempengaruhi kepuasan siswa kelas X SMKN 1 Sumenep.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Bagi penulis penelitian ini dapat dijadikan sebagai upaya untuk
mengembangkan dan maenambah ilmu pengetahuan serta menambah
wawasan terhadap mahasiswa sekaligus sebagai perbandingan antara teori
– teori yang didapatkan selama perkuliahan dengan kejadian yang terjadi
dilapangan.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi kalangan akademis
Hasil penelitian ini diharapkan bis digunakan sebagai
refensi tambahan untuk bahan penelitian selanjutnya tentang kompetensi
guru dan fasilitas belajar.
2) Bagi Objek
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan serta
masukan atau saran terhadap instansi yang berguna sekaligus sebagai
evaluasi kepada instansi tentang pengaruh kompetensi guru dan fasilitas
belajar terhadap kepuasan siswa SMKN 1 Sumenep.
3) Bagi Penulis
penelitian ini sebagai wawasan tambahan sekaligus
menambah pengetahuan tentang kompetensi guru dan fasilitas belajar,
serta sebagai bahan pembuktian pengukuran pengujian teori – teori
pada mata kuliah yang pernah dipelajari sebelumnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup pada penelitian ini terbatas dan hanya berfokus
pada siswa kelas X SMKN 1 Sumenep, peneliti hanya meneliti tentang
kompetensi guru dan fasilitas belajar terhadap siswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DA PERUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Kompetensi Guru
a) Pengertian Kompetensi Guru
Menurut Kusen, Hidayat, Fathurrochman, dan
Hamengkubuwono ( 2019) bahwa kompetensi guru adalah suatu
kebulatan pengetahuan, keterampilan untuk bertindak secara
cerdas dan bertanggungjawab untuk memegang jabatan sebagai
profesi.
Menurut Dudung (2018) Kompetensi sendiri merupakan
seperangkat pengetahuan keterampilan dan perilaku tugas yang
harus dimiliki, tentu dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh
guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan didalam kelas
yang disebut sebagai pengajaran.
Kompetensi adalah keterampilan dan pengetahuan
yang berasal dari lingkungan kehidupan sosial dan kerja
yang diserap, dikuasai dan digunakan sebagai instrument
untuk menciptakan nilai dengan cara menjalankan tugas
dan pekerjaan dengan sebaik-baiknya (Hartanto, 2018).
b) Indikator Kompetensi Guru
Menurut Kurniasih (2017;44) menjelaskan Terdapat empat
Indikator Kompetensi Guru:
1. Kompetensi Pedadogik
a. Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik
b. Penguasaan teori belajar dan prinsisp-prinsip
pembelajaran yang mendidik.
c. Kemampuan dalam pengembangan kurikulum
d. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik
e. Pengembangan potensi peserta didik
f. Komunikasi dengan peserta didik
g. Penilaian dan evaluasi
2. Kompetensi Kepribadian
a. bertindak sesuai dengan norma agama, hukum,
social, dan kebudayaan nasional Indonesia
b. menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur,
berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik
dan masyarakat
c. menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa
d. menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang
tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa
percaya diri
3. Kompetensi Profesional
a. kemampuan untuk menguasai materi, struktur,
konsep dan pola piker keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu
b. menguasai strandart kompetensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran/bidang pengembangan
yang diampu
c. mengembangkan materi pelajaran yang diampu
secara kreatif
d. mengembangkan keprofesian secara
berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif
e. memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk berkomunikasi dan
mengembangkan diri
4. Kompetensi Sosial
a. mampu berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik
b. mampu berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan sesam pendidik dan tenaga
kependidikan
c. mampu berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan
masyarakat

2.1.2 Fasilitas Belajar


a) Pengertian Fasilitas Belajar
Menurut A.T Wijaya (2016) fasilitas belajar adalah alat
pembelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu belajar merupakan
sarana dan prasarana yang harus tersedia untuk memperlancarkan kegiatan
pendidikan di sekolah. Sarana adalah semua peralatan, bahan, dan
perabotan yang secara langsung digunakan untuk proses pendidikan di
sekolah, meliputi gedung, ruang belajar/kelas, media belajar, meja dan
kursi.
Menurut Hasbyi (2020) fasilitas belajar merupakan kelengkapan
dalam proses belajar yang harus yang harus tersedia baik di sekolah
maupun dirumah untuk menunjang kebutuhan siswa.
Menurut Sopiatin (2017) Fasilitas adalah sarana dan prasarana
yang harus tersedia untuk melancarkan kegiatan pendidikan di sekolah.
Sarana adalah semua perangkat peralatan, bahan,dan perabot yang secara
langsung digunakan untuk proses pendidikan disekolah, meliputigedung,
ruang belajar atau kelas, media belajar, meja dan kursi. Sedangkan
prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya
proses pendidikan.
b) Indikator Fasilitas Belajar

Menurut Djamarah (2015;183) mengatakan salah satu persyaratan


untuk membuat suatu sekolah adalah pemilikan gedung sekolah
yang didalamnya ada ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang
dewan guru, ruang perpustakaan, ruang BP, ruang tata usaha,
auditorium, dan halaman sekolah yang memadai. Semua bertujuan
untuk memberikan kemudahan pelayanan anak didik. Fasilitas
belajar dapat diukur dengan indikator sebagai berikut :
1. Keadaan gedung sekolah, meliputi kenyamanan gedung
yang berkaitan dengan intensitas atau lokasi bagunan
gedung dan kelayakan gedung yang berkaitan dengan
arsitektur bagunan gedung.
2. Kualitas ruang kelas, merupakan bagian dari gedung
sekolah yang kuantitas dan kualitasnya perlu
diperhatikan oleh instansi sekolah meliputi pencahayaan
yang baik di ruang kelas, kenyamanan ruang kelas, dan
kondisi udara dalam ruang kelas merupakan tingkat
kenyamanan yang diperoleh dari termepartur dan
kelembapan di dalam ruang untuk terselenggaranya
proses belajar mengajar.
3. Kelengkapan buku diperpustakaan dapat menentukan
kualitas suatu sekolah serta dapat membantu
keberhasilan belajar dari peserta didiknya.
4. Kelengkapan buku pegangan peserta didik, dengan
pemilikan buku sendiri peserta didik dapat membaca
sendiri kapan dan dimanapun ada kesempatan baik
disekolah, dirumah dan sebagainya.
5. Kelengkapan fasilitas mengajar, seperti alat peraga yang
dapat guru gunakan untuk membantu menjelaskan suatu
proses atau cara kerja suatu mesin yang tak dapat
diwakilkan melalui kata-kata atau kalimat.
2.1.3 Kepuasan Siswa

a. Pengertian Kepuasan Siswa

Menurut Chang dan Fisher dalam Ana Uka (2014) tingkat kepuasan siswa
dalam pelajaran merupakan komponen yang sangat penting bagi mereka untuk
memperoleh pengetahuan atau keterampilan. Seorang siswa dapat dianggap
puas jika ia merasa bahwa pelajaran memenuhi kebutuhan dan harapan. Hal ini
dapat memotivasi siswa untuk berupaya lebih pada pembelajaran,
meningkatkan sikap positif ke arah pelajaran, dan untuk menghadiri kursus lain
di masa depan.

Menurut Hartyati (2020) Kepuasan siswa tersebut menjadi tolok ukur


keberhasilan terhadap apa yang diperoleh dalam proses belajar mengajar,
termasuk bagaimana guru memberikan pengajaran. Siswa akan merasa puas
jika antara kemampuan, keterampilan dan harapandalam proses belajar
mengajar tersebut sesuai.

Kepuasan siswa dalam belajar pun juga diteliti oleh Nilayani (2020),
berdasarkan hasil survei kepuasan siswa dalam belajar secara daring, beberapa
faktor yang diteliti antara lain:(1) sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan
pembelajaran daring. Dalam hal ini mayoritas siswa merasa tidak puas; (2) dalam
hal inovasi desain pembelajaran oleh guru, mayoritas siswa merasa cukup puas,
namun pengetahuan guru tentang IT menjadi salah satu penyebab ketidakpuasan
siswa karena perbengaruh padapembelajaran mereka; (3) dalam hal aktivitas
diskusi dalam proses pembelajaran daring, mayoritas siswa merasa cukup
puas; dan (4) dalam hal pelayanan kepada pada siswa, mayoritas siswa
merasa cukup puas.

b. Indikator kepuasan siswa


Berdasrkan penelitian yang dilakukan oleh Tata Suharta (2017) indikator
dalam mengukur kepuasan yaitu :
1. Tangible kondisi mengukur sarana dan prasarana
2. Reliability pelayanan dan akurasi pelayanan
3. Responsiveness kemudahan pelayanan dan respon terhadap siswa
4. Asurance kompetensi dan keamanan
5. Emphaty perhatian kepada siswa dan kemudahan komunikasi
Dari uraian diatas yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa
setiap guru memiliki beberapa kompetensi dan kompetensi itu sendiri merupakan
seperangkat pengetahuan dan ketrampilan yang harus dimiliki, dikuasai, dan
dhayati sedangkan fasilitas belajar merupakan sarana dan prasarana yang
menunjang keberlangsungannya pembelajaran siswa dikelas yang harus terpenuhi.
Maka tingkat kepuasan siswa merupakan kompenen penting bagi mereka untuk
memperoleh pengetahuan atau keterampilan. Seorang siswa dapat dianggap puas
jika ia merasa bahwa pelajaran memenuhi kebutuhan dan harapan.
2.2 Penelitian Terdahulu

2.2.1 Hasil Penelitian Hafidina Nur Muflihatun, Nanik Suryani (2020)


“Pengaruh Kompetensi Guru Dan Fasilitas Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Melalui Motivasi Belajar” jenis penelitian ini
menggunakan metode penelitian kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengaruh kompetensi guru dan fasilitas belajar
terhadap prestasi belajar melalui motivasi belajar dilakukan terhadap
siswa SMKN 10 Surabaya jurusan Otomatisasi Tata Kelola
Perkantoran dengan jumlah 420 siswa. Sampel dalam riset ini
berjumlah 205 siswa dengan menggunakan pendekatan probability
sampling dengan jenis sampel acak sederhana. Data dikumpulkan
menggunakan survei. Kemudian, data dianalisis dengan menggunakan
analisis jalur. Hasil dari riset ini menjelaskan bahwa seluruhnya positif
dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa.

2.2.2 Hasil penelitian Hafidina Nur Muflihatun, Nanik Suryani (2020)


“Pengaruh Fasilitas Belajar, Kompetensi Profesional Guru, Dan
Sistem Pemebelajaran moving class Terhadap kepuasan Belajar
Siswa” jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa persamaan regresi linear berganda yaitu
Y = 6,547+0,560X1+0,275X3+e. Hasil uji secara simultan
menghasilkan pengaruh positif dan signifikan antara variabel fasilitas
belajar, kompetensi profesional guru, dan sistem pembelajaran moving
class terhadap kepuasan belajar siswa kelas XI program keahlian
Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran di SMK Negeri 2 Semarang
sebesar 57,9%. Uji parsial menghasilkan pengaruh variabel fasilitas
belajar sebesar 12,25%, kompetensi profesional guru sebesar 12,11%,
dan sistem pembelajaran moving class sebesar 4,49%. Pengaruh parsial
terbesar merupakan variabel fasilitas belajar.
2.2.3 Hasil penelitian Muhammad Junaidi (2023) “Pengaruh Kompetensi
Guru Dan Fasilitas Belajar Terhadap Presatasi Belajar Siswa
DISMK Muhammadiyah Sampit” jenis penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji
hipotesis pada penelitian ini adalah hasil uji-t untuk variabel
kompetensi guru(X1) yaitu thitung>ttabel (4,98177) dengan tingkat
signifikan 0,000<0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, sedangkan
untuk hasil uji-t variabel fasilitas belajar (X 2) yaitu thitung>ttabel
(3,873>1,98277) dengan tingkat signifikan 0,000<0,05, maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Kemudian untuk hasil uji-f yaitu F hitung>Ftabel
(183,261>3,08) dengan tingkat signifikan 0,000<0,05. Angka R sebesar
0,877 menunjukkan hubungan/korelasi antara prestasi belajar siswa
dengan variabel bebasnya adalah kuat (sangat signifikan) pengaruhnya
sebesar 76,9%. R Square sebesar 0,79 artinya 76,9% variabel prestasi
belajar siswa (Y). Sedangkan sisanya 23,1% dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil uji
regresi linier berganda diperoleh persamaan Y= 4,896+0,660 X 1 +
0,4896 X2 artinya skor/nilai konstanta (a) menunjukkan maka nilai
prestasi belajar siswa adalah sebesar 4,896. Dan setiap penambahan
satu nilai variabel kompetensi guru memberikan kenaikan yang sama
sebesar 0,660 terhadap prestasi belajar siswa dengan syarat X 2, serta
setiap penambahan satu niai variabel fasilitas belajar memberikan
kenaikan yang sama sebesar 0,416 terhadap dengan syarat X1 tetap.
2.2.4 Hasil penelitian Dwi Heny Siska Priani, Ismiyati (2020) “Pengaruh
Kompetensi Guru, Fasilitas Belajar, Dan Lingkungan Keluarga
Terhadap Motivasi Belajar Siswa” jenis penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa teknik
pengambilan sampel menggunakan non probability sampling yaitu
sampel jenuh sebanyak 73 responden. Hasil penelitian data diperoleh
persamaan regresi berganda yang selanjutnya disngkiat dengan MBS=
9,855+0,438 (KG)=0,620 (FB)+0,646 (LK)+ e. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahawa secara simultan variabel kompetensi guru,
fasilitas belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi
belajar siswa. Simpulan dari penelitian ini adalah peningkatan motvasi
belajar siswa dapat dicapai dengan meningkatkan kompetensi guru,
fasilitas belajar, dn lingkungan keluarga.

2.2.5 Hasil penelitian Siti Nur Azizah, Maia Agatha Sri W H, M. PD (2021)
“Pengaruh Kompetensi Guru Dan Fasilitas Belajar Terhadap
Efektivitas Pembelajaran Siswa Kelas X SMAN 1 Tulunggagung
Tahun Pelajaran 2019/2020” jenis penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
pengujian regresi linier berganda yang menunjukkan bahwa koefisien
determinai (adjusr R square) sebesar 0,705. Nilai Adjusted R square
dikalikan 100% menjadi 70,5%. Sedangkan sisanya sebesar 29,5%
dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.

2.2.6 Hasil penelitian Choirudin, Rahmad Sugianto, Rani Darmayanti, Ilham


(2023) “Teacher Competence In The Preparation Of Test And Non
Test Instruments” jenis penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa this research
describe the problem-solving process for junior hight school students
with polya step in algebraic word problems. This study uses a
qualitative descriptive approach with a test instrument. The test given is
in the were taken randomly. The resuls of this study are that HR can
carry out four stages of problem-solving in questions 1 and 2. S-RM
and S-SDF can carry out a theree-stage problem-solving process in
item 1 and four locations in item 2. The steps that cannot be carried out
in question 1 are the stage of cheching again. In addition, the S=SDF
carried out the wrong-solving process at the planning and problem-
solving stages in problem 1.

2.2.7 Hasil dari Suratman, Yasir Arafat, Syaiful Eddy (2020) “The Influence
Of Principal’s Leadership And Teacher’s Competence Toward
Teacher’s Performance In Indonesia” jenis penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa the teachnique of collecting data using a questionnaire, with
data analysis using multiple linear regression of SPSS 25. The results
obtained in this study 1) there is no influence of principal leadership on
teacher’s performance, 2) there is an effect of teacher’s competence on
teacher’s performance, and 3) simultaneously there is an effect of
principal leadership and teacher’s competence on teacher’s
performance. This paper contributes to improve teacher’s performance
through principal leadership and teacher’s competence.

Berdasarkan penelitian terdahulu di atas, peneliti disini tertarik untuk


meneliti kembali apakah kompetensi guru dan fasilitas belajar benar –
benar berpengaruh atau tidak terhadap kepuasan siswa.
2.3 Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir dari penelitian ini berdasarkan dari teori dan penelitian
terdahulu, sehingga dapat dibentuk kerangka pikir penelitian dengan
judul “Pengaruh Kompetensi Guru Dan Fasilitas Belajar Terhadap
Kepuasan Siswa SMKN 1 Sumenep” sebagaimana berikut

Kompetensi Guru (X1)


Kepuasan Siswa (Y)

Fasilitas Belajar (X2)

Keterangan :

Uji Secara Parsial

Uji Secara Simultan

Sumber : Peneliti

2.4 Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka peneliti merancang hipotesis


sebagai berikut :

2.4.1 H0 : Bahwa kompetensi guru dan fasilitas belajar secara parsial maupun
simultan tidak berpengaruh terhadap kepuasan siswa SMKN 1 Sumenep

2.4.2 H1 : Bahwa kompetensi guru dan fasilitas belajar secara parsial maupun
simultan berpengaruh terhadap kepuasan siswa SMKN 1 Sumenep
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan study
Deskriptif (deskriptive research) dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif, yang berati menganalisis serta mendeskripsikan masalah-
masalah berupa fakta-fakta saat ini berupa populasi. Tujuan penelitian
deskriptif adalah untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan
current status materi yang akan diterima.

3.2 Tempat dan Waktu


Lokasi penelitian ini merupakan tempat/objek dimana peneliti melakukan
penelitian. Tempat objek penelitian dilakukan pada sekolah SMKN 1
Sumenep berada di daerah Patean, Kecamatan Batuan Kabupaten
Sumenep Madura. Sedangkan untuk waktu penelitian yang direncanakan
pada penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April
2024.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dikatakan keseluruhan objek atau subjek baik per individu
maupun kelompok untuk diteliti sesuai dengan variabel penelitian
yang ada. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini ialah
seluruh siswa kelas X SMKN 1 Sumenep yang berjumlah 468
siswa dengan status siswa aktif. Maka, jumlah populasi pada
penelitian ini ialah sebanyak 468 siswa.

3.3..2 Sampel

Menurut Sugiono (2017) dalam penelitian kuantitatif, sampel


adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Maka dalam penelitian ini karna populasi lebih
dari 100 maka beberapa dari siswa yang menjadi populasi.
Porposive sampling menurut Sugiono (2012: 218) adalah teknik
pengambilan data dengan pertimbangan tertentu dan metode
pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti yaitu kuesioner
(angket). Jumlah sampel dalam penelitian ini 216 responden.
N
Rumus : n = 2
1+ N ( e )
468
n= 2
1+ 468(0 ,05)

468
n=
1+ ( 0,0025 )

468
n=
2 ,17

n = 216

keterangan : n = sampel minimum

N = sampel populasi

e = persentase batas toleransi (margin of eror)

3.4 Jenis Dan Sumber Data


3.4.1 Jenis Sumber Data
Data dalam penelitian ini ialah jenis data subyek atau self-report
data. Data subyek merupakan jenis data yang berbentuk pendapat,
sikap, ataupun pengalaman atau karakteristik individu maupun
kelompok yang menjadi subyek dalam penelitian. Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer (primary data) adalah data yang diperoleh langsung dari
obyek penelitian. data primer dari penelitian ini adalah penyebaran
kuisioner atau angket kepada responden.

3.4.2 Teknik Pengambilan Data

Sugiyono (2017) berpendapat bahwa kualitas instrumen


penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen
dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data. Artinya, proses penelitian
tentunya harus dilakukan dengan sebaik mungkin hal yang utama
yaitu mengumpulkan data dari subyek penelitian dilakukan dengan
serius. Dalam mengumpulkan dan mengolah data perlu adanya
pantauan yang serius agar nantinya serasi dengan instrument
penelitian yang valid dan reliabilitas.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu sebagai berikut:

1. Kuisioner
Dalam kuisioner ini berisikan data umum responden dan
dilanjutkan dengan pertanyaan ataupun pernyataan masing-
masing dari setiap variable yang sudah ditetapkan. Kuisioner
bersifat rahasia sebab jawaban kuisioner sudah disediakan dengan
menggunakan skala likert. Skala likert yang digunakan
mempunyai tingkatan jawaban dari yang paling negatif sampai
ke yang paling positif, dengan tingkatan sebagai berikut :
Tabel 3.1 Skala Likert
Skor Alternatif Jawaban
1 Sangat Tidak Setuju
2 Tidak Setuju
3 Netral
4 Setuju
5 Sangat Setuju
Sumber: Sugiyono (2017) Metode Penelitian Manajemen
2. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan langsung di SMKN 1
Sumenep Kecamatan Batuan Kabupaten Sumenep.
Untuk observasi pada lingkungan sekitar sekolah.
3. Wawancara
Penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur
dengan menyiapkan daftar pertanyaan yang telah dibuat
sebelumnya. Peneliti melakukan wawancara dengan
siswa kelas X untuk mendapatkan informasi tambahan
mengenai pengaruh Kompetensi Guru dan Fasilitas
Belajar Terahadap Kepuasan Siswa SMKN 1 Sumenep.
a. Variabel Dan Definisi Variabel Penelitian

i. Variabel Dan Pengukuran Variabel


Variabel penelitian ialah hal-hal yang ditetapkan untuk
dipelajari sehingga akan diperoleh informasi kemudian akan
ditarik kesimpulannya. Menurut Hatch dan Farhady, (dalam
Sugiyono 2017) secara teoritis variabel dapat diartikan sebagai
atribut seseorang, objek, yang mempunyai variasi antara satu
orang dengan yang lain atau satu objek yang lain. Variabel
ditemukan hanya pada penelitian kuantitatif sebab penelitian
kuantitatif menganggap suatu fenomena dapat diklasifikasikan
menjad variabel – variabel. Variabel pada penelitian ini terdapat
dua macam yaitu variabrl bebas (independent variable) dan
variabel terikat (dependent variable).
Variabel bebas atau independent variable
merupakan variabel stimulus yang mempengaruhi variabel terikat
atau yang menjadi timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian
ini yang menjadi variabel bebas adalah Kompetensi Guru (X1),
Fasilitas Belajar (x2). Variabael terikat atau dependent variable
merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel terikat ialah Kepuasan Siswa
(Y). pengukuran variabel didapat dari observasi, wawancara
dengan pertanyaan yang sudah disediakan peneliti dengan
kenahasiswaan sebagai responden, serta penyebaran kuisioner
kepada responden.
ii. Definisi Operasinal Variabel
Definisi operasional variabel pada penelitian ini sebagai berikut :
a. Variabel Independen : Kompetensi Guru (XI)
Menurut Dudung (2018) Kompetensi sendiri merupakan
seperangkat pengetahuan keterampilan dan perilaku tugas yang
harus dimiliki, tentu dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh
guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan didalam kelas
yang disebut sebagai pengajaran.
Adapun indikator kompetensi guru menurut Kurniasih
(2017;44) adalah sebagai berikut :
a) Kompetensi pedadogik
b) Kompetensi Kepribadian
c) Kompetensi Profesional
d) Kompetensi Sosial
b. Variabel Independen : Fasilitas Belajar (X2)
Menurut Sopiatin (2017) Fasilitas adalah sarana dan
prasarana yang harus tersedia untuk melancarkan kegiatan
pendidikan di sekolah. Sarana adalah semua perangkat
peralatan, bahan,dan perabot yang secara langsung digunakan
untuk proses pendidikan disekolah, meliputigedung, ruang
belajar atau kelas, media belajar, meja dan kursi.
Sedangkan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak
langsung menunjang jalannya proses pendidikan.
Adapun indikator fasilitas belajar menurut Djamarah
(2015;183) adalah sebagai berikut :
a) Keadaan gedung sekolah
b) Kualitas ruang kelas
c) Kelengkapan buku di perpustakaan
d) Kelengkapan buku pegangan peserta didik
e) Kelengkapan fasilitas mengajar
c. Variabel Dependen : Kepuasan Siswa (Y)
Menurut Chang dan Fisher dalam Ana Uka (2014) tingkat
kepuasan siswa dalam pelajaran merupakan komponen yang
sangat penting bagi mereka untuk memperoleh pengetahuan atau
keterampilan. Seorang siswa dapat dianggap puas jika ia merasa
bahwa pelajaran memenuhi kebutuhan dan harapan. Hal ini
dapat memotivasi siswa untuk berupaya lebih pada
pembelajaran, meningkatkan sikap positif ke arah pelajaran, dan
untuk menghadiri kursus lain di masa depan.
Adapun indikator kepuasan siswa menurut Tata Suharta
(2017) adalah sebagai berikut :
a) Tangible
b) Reliability
c) Responsiveness
d) Assurance
e) Emphaty

1.6 Teknik Analisis Data


Menurut Sugiyono (2017) teknik analisis data adalah proses mencari
dan Menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, Menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain. Kegiatan dalam analisis data ini
mengelompokkan dan menklasifikasikan data berdasarkan variabel dan
seluruh responden, dan kemudian melakukan pengujian perhitungan
hipotesis yang telah ditetapkan di awal.
1.6.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
d. Uji Validitas
Uji validitas berguna untuk mengukur valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur tersebut. Uji validitas dapat dilihat dari table item Total
Statistics. Apabila rhitung > rtabel berarti pernyataan tersebut valid
dan apabila nilai rhitung < rtabel, berarti pernyataan tersebut tidak
valid.
e. Uji Reliabilitas
Menurut Ghzali (2016) Uji reliabilitas adalah alat untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari
variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari
watu ke waktu. Uji reliabilitas untuk alternatif jawaban lebih dari
dua menggunakan uji Cronbach’s Alpha, yang nilainya akan
dibandingkan dengan nilai koefisien reliabilitas minimal yang
dapat diterima. Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 maka intrumen
penelitian reliabel. Jika nilai Chonbach’s Alpha < 0,60 maka
intrumen penelitian tidak reliabel (Ghonzali, 2016:48).
1.6.2 Analisis Regresi Linear Berganda
Untuk mencari pengaruh dari dua atau lebih variabel independen
terhadap variabel dependen. Model dari hubungan berbagai nilai
variabel dapat disusun kedalam persamaan sebagai berikut :
Y = α =β1X2 + β2X2 + e
Keterangan :
Y : Kompetensi Guru
α : konstanta/nilai Y jika X = 0
β1 : Koefisien Regresi Variabel Kompetensi Guru
X1 : Kompetensi Guru
β2 : Koefisien Regresi Variabel Fasilitas Belajar
X2 : Fasilitas Belajar
e : variabel pengganggu (error)
1.6.3 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan agar mendapatkan rwegresi yang harus
memenuhi asumsi-asumsi yang diisyaratkan untuk memenuhi uji
asumsi normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskiditas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak, bila asumsi ini dilanggar maka uji
statistik menjadi tidak valid. Beberapa metode uji normalitas yaitu
dengan melihat penyebaran data pada sumber diagonal pada
metode grafik atau dengan uji One Sample Kolmogorov Smirnov
Test. Residual berdistribusi normal apabila nilai signifikansi >
0.05.
b. Uji Multikolinieritas
Menurut Imam Ghozali (2016:105), Uji multikolinieritas
bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk menguji
multikolinieritas dilakukan dengan cara melihat nilai VIF masing-
masing variabel bebas, jika nilai VIF < 10 dan mempunyai angka
tolerance lebih besar dari 0,10, maka dapat disimpulkan data bebas
dari gejala multikolonieritas.

c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji model variabel
apakah antar variabel saling mempengaruhi. Prasyarat yang harus
terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi.
Metode pengujian yang sering digunakan adalah pengujian uji
Durbin-Watson (uji DW). Nilai Uji statistik Durbin-Watson
berkisar antara 0 dan 4. Sebagai pedoman umum, bila nilai uji
statistik Durbin-Watson dari 3, maka residuals atau error dari
model regresi berganda tidak terjadi autokorelasi.

d. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui


penyimpangan asumsi klasik yaitu karena perbedaan varian residul
pada periode penelitian yang lain.

Cara untuk memprediksi ada tidaknya heterokedastisitas


pada suatu model dapat dilihat dengan pola gambar Scatterplot,
regresi yang tidak terjadi heterokedastisitas jika :

1. Titik – titik data menyebar di atas, dibawah atau di sekitar 0.

2. Titik – titik data mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.

3. Penyebaran titik – titik tidak boleh membentuk pola


bergelombang melebar menyempit dan melebar kembali.

4. Penyebaran titik – titik data tidak terpola.

1.6.4 Uji Hipotesis

Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji t-test)

Ghozali (2016:171) menyatakan bahwa uji hippotesis (t-test)


digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas
(independent) terhadap variabel terikat (dependent). Taraf siginifikan yang
digunakan sebagai acuan adalah sebagai berikut ini :

thitung < ttabel atau –thitung > jadi H0 diterima

thitung > ttabel atau –thitung < -ttabel jadi H0 ditolak

a. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)

Uji kelayakan model bertujuan untuk mengetahui ketepatan fungsi


regresi sampel dalam memaksir nilai aktual. Pengujian dilakukan dengan
taraf signifikan sebesar 0,05 (a=5%). Ketentuan penerimaan atau
penolakan model penelitian adalah sebagai berikut:

1. Dengan menggunakan nilai signifikan:

a. Jika nilai signifikan F > 0,05 maka model penelitian dikatakan


tidak layak digunakan.

b. Jika nilai signifikan F < 0,05 maka model penelitian dikatakan


layak digunakan.

2. Membandingkan nilai F hitung dengan F tabel

a. Apabila F tabel > F hitung, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

b. Apabila F tabel < f hitung, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

1.6.5 Uji Koefisien Determinan (R2)

Uji ini digunakan sebagai alat untuk mengukur sejauh mana


kontribusi yang diberikan variabel independen secara simultan
terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi bernilai nol berarti
tidak ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Koefisien determinasi bernilai 1 (satu) berarti suatu kecocokan
sempurna dari ketetapan model.
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Heny Siska Priani, & Ismiyati. (2020). Pengaruh Kompetensi Guru, Fasilitas
Belajar, dan Lingkungan Keluarga Terhadap Motivasi Belajar Siswa.
Economic Education Analysis Journal, 9(2), 379–390.
https://doi.org/10.15294/eeaj.v9i2.31621
Meliyana, A., Arham, A., Panigoro, M., Hafid, R., Hasiru, R., & Sudirman, S.
(2023). Pengaruh Fasilitas Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa.
Journal of Economic and Business Education, 1(2), 26–33.
https://doi.org/10.37479/jebe.v1i2.17904
Muflihatun, H. N., & Suryani, N. (2020). Pengaruh Fasilitas Belajar, Kompetensi
Profesional Guru, dan Sistem Pembelajaran Moving Class Terhadap
Kepuasan Belajar Siswa. Economic Education Analysis Journal, 9(1),
215–227. https://doi.org/10.15294/eeaj.v9i1.37166
Hidayatillah S, Tunaza SN, Afandi FA. Tingkat Kepuasan Siswa Sma Terhadap
Pembelajaran Kimia Secara Daring Pada Materi Termokimia. J Pendidik.
2022;23(1):53-63. doi:10.33830/jp.v23i1.2752.2022

Yasir M, Suarman, Gusnardi. Analisis Tingkat Kepuasan Siswa Dan Motivasi


Dalam Pembelajaran Kelompok (Cooperative Learning) Dan Kaitannya
Dengan Hasil Belajar Akuntansi Di Smklabor Binaan Fkip Unri
Pekanbaru. Pekbis J. 2017;9(2):77-90.
Dewi ER. Pengaruh Kompetensi dan Fasilitas Belajar Terhadap Pembelajaran
Sistem Daring dan Prestasi Siswa SMP Se-Kota Makassar Di Masa
Pandemi Covid 19. Indones J Learn Educ Couns. 2021;3(2):194-205.
doi:10.31960/ijolec.v3i2.901
Afsari S, Siregar SU, Harahap RD. Pengaruh Manajemen Kelas dan Fasilitas
Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. J Basicedu.
2023;7(1):535-543. doi:10.31004/basicedu.v7i1.4577
Azizah SN, Sri MA. Pengaruh Kompetensi Guru Dan Fasilitas Belajar Terhadap
Efektivitas Pembelajaran Siswa. Kaji Pendidik Ekon dan ilmu Ekon.
2021;V(1):31-38.
Choirudin, Sugianto R, Darmayanti R, Muhammad I. Teacher Competence in The
Preparation of Test and Non-Test Instruments. J Teach Learn Math.
2023;1(1):25-32. doi:10.22219/jtlm.v1i1.27695
Suratman S, Arafat Y, Eddy S. The Influence of Principal’s Leadership and
Teacher’s Competence toward Teacher’s Performance in Indonesia. J Soc
Work Sci Educ. 2020;1(2):96-104. doi:10.52690/jswse.v1i2.32

Azizah SN, Sri MA. Pengaruh Kompetensi Guru Dan Fasilitas Belajar Terhadap
Efektivitas Pembelajaran Siswa. Kaji Pendidik Ekon dan ilmu Ekon.
2021;V(1):31-38.
Ghola M. Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Dan Fasilitas Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Siswa. J Penelit dan Pendidik IPS. 2021;15(2):148-151.
https://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JPPI/article/view/5677%0Ahttps://
ejournal.unikama.ac.id/index.php/JPPI/article/download/5677/3244
Islamiyah P. pengaruh pembelajaran daring terhadap terjadinya learning loss
melalui kepuasan siswa sebagai variabel intervening (Studi Kasus pada
Siswa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan). Published online 2022:i-193.
Ginanjar NS, Resmanasari D, Mulyani R, Mahasiswa K. Kualitas Pelayanan dan
Fasilitas terhadap Kepuasan Mahasiswa STIE PGRI Sukabumi. J Ekon.
2020;6(3):71-80.
Shodiq M. Pengaruh Kompetensi Guru, Disiplin Belajar, dan Fasilitas Belajar
terhadap Prestasi Belajar Siswa. 2019;4(1):1-23.

Anda mungkin juga menyukai