BAB IV
b. RUANG LINGKUP ADMINISTRASI
c. DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
21
2
C. Manajemen Kepegawaian
Dalam lembaga apapun keberadaan pegawai menempati kedudukan yang
paling vital. Memang diakui bahwa biaya itu penting, demikian pula sarana,
prasarana dan teknologi. Namun ketersediaan sumber daya itu menjadi sia-sia
apabila ditangani oleh pegawai yang tidak kompeten dan kurang komitmen.
Upaya-upaya untuk merencanakan kebutuhan pegawai (SDM), mengadakan,
menyeleksi, menempatkan dan memberi penugasan secara tepat telah menjadi
perhatian penting pada setiap organisasi yang kompetitif. Demikian pula
kebijakan kompensasi (penggajian dan kesejahteraan) dan penilaian kinerja yang
dilakukan dengan adil dan tepat dapat melahirkan motivasi berprestasi pada para
pegawai. Fungsi-fungsi manajemen kepegawaian seperti itu masih belum cukup,
apabila tidak disertai dengan kebijakan pengembangan dan pemberdayaan
pegawai yang dilakukan secara sistematik.
Dalam arti yang tradisional, konsep pengelolaan pegawai terbatas pada
urusan-urusan manajemen operatif, seperti mengelola data pegawai (record
keeping), penilaian kinerja yang bersifat mekanistik (mechanical job evaluation),
kenaikan pangkat dan gaji secara otomatis (automatic merit increase). Perhatian
terhadap SDM pada masa kini mencakup aspek-aspek yang berkaitan dengan
keamanan dan kenyamanan pegawai (fisik, emosional dan sosial), yang akan
berpengaruh secara signifikan terhadap cara-cara mereka bekerja, dan dengan
sendirinya berpengaruh terhadap produktivitas mereka. Manajemen Sumber Daya
Manusia (MSDM) adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan pengakuan pada
pentingnya tenaga kerja pada organisasi sebagai sumber daya manusia yang vital,
yang memberikan sumbangan terhadap tujuan organisasi, dan memanfaatkan
fungsi dan kegiatan yang menjamin bahwa sumber daya manusia dimanfaatkan
secara efektif dan adil demi kemaslahatan individu, organisasi, dan masyarakat.
Manajemen kepegawaian pada masa kini memfasilitasi aktualisasi dan
pengembangan kompetensi para pegawai melalui program-program
pengembangan dan pemberdayaan yang dilakukan secara sistematik.
Pengembangan dan pemberdayaan pegawai merupakan bagian dari MSDM yang
memiliki fungsi untuk memperbaiki kompetensi, adaptabilitas dan komitmen para
pegawai. Dengan cara demikian organisasi memiliki kekuatan bukan saja sekedar
bertahan (survival), melainkan tumbuh (growth), produktif (productive), dan
kompetitif (competitive). Dan dalam proses demikian, dukungan pegawai yang
6
media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta
perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan. (2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana
yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang
pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang
bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat
berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat bekreasi, dan
ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan.
1. Rincian manajemen sarana prasarana di sekolah meliputi berikut ini.
a. Analisis kebutuhan sarana dan prasarana sekolah.
b. Perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana sekolah.
c. Pendistribusian sarana dan prasarana sekolah.
d. Penataan sarana dan prasarana sekolah.
e. Pemanfaat sarana dan prasarana sekolah secara efektif dan efisien.
f. Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah.
g. Inventarisasi sarana dan prasarana sekolah.
h. Penghapusan sarana dan prasarana sekolah.
i. Pemantauan kinerja penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
sekolah.
j. Penilaian kinerja penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
sekolah.
2. Manajemen sarana prasarana dapat juga difokuskan pada:
a. Merencanakan kebutuhan fasilitas (bangunan, peralatan, perabot, lahan,
infrastruktur) sekolah sesuai dengan rencana pengembangan sekolah;
b. Mengelola pengadaan fasilitas sesuai dengan peraturan yang berlaku;
c. Mengelola pemeliharaan fasilitas, baik perawatan preventif maupun
perawatan terhadap kerusakan fasilitas sekolah;
d. Mengelola kegiatan inventaris sarana dan prasarana sekolah sesuai dengan
sistem pembukuan yang berlaku.
Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan menggambarkan
sebelumnya hal-hal yang akan dikerjakan kemudian dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini perencanaan yang dimaksud adalah
merinci rancangan pembelian, pengadaan, rehabilitasi, distribusi atau pembuatan
peralatan dan perlengkapan sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian
perencanaan sarana dan prasarana persekolahan dapat didefinisikan sebagai
keseluruhan proses perkiraan secara matang rancangan pembelian, pengadaan,
rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan yang sesuai
dengan kebutuhan sekolah.
Pada dasarnya tujuan diadakannya perencanaan sarana dan prasarana
pendidikan persekolahan adalah: (1) Untuk menghindari terjadinya kesalahan dan
kegagalan yang tidak diinginkan, (2) Untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi
dalam pelaksanaannya. Salah rencana dan penentuan kebutuhan merupakan
kekeliruan dalam menetapkan kebutuhan sarana dan prasarana yang kurang/tidak
8
barang-barang milik sekolah ke dalam suatu daftar inventaris barang secara tertib
dan teratur menurut ketentuan dan tata cara yang berlaku. Barang inventaris
sekolah adalah semua barang milik negara (yang dikuasai sekolah) baik yang
diadakan/dibeli melalui dana dari pemerintah, DPP maupun diperoleh sebagai
pertukaran, hadiah atau hibah serta hasil usaha pembuatan sendiri di sekolah guna
menunjang kelancaran proses belajar-mengajar.
Tiap sekolah wajib menyelenggarakan inventarisasi barang milik negara
yang dikuasai/diurus oleh sekolah masing-masing secara teratur, tertib dan
lengkap. Kepala sekolah melakukan dan bertanggung jawab atas terlaksananya
inventarisasi fisik dan pengisian daftar inventaris barang milik negara yang ada di
sekolahnya.
Secara umum, inventarisasi dilakukan dalam rangka usaha penyempurnaan
pengurusan dan pengawasan yang efektif terhadap sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh suatu sekolah. Secara khusus, inventarisasi dilakukan dengan tujuan-
tujuan sebagai berikut.
a. Untuk menjaga dan menciptakan tertib administrasi sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh suatu sekolah.
b. Untuk menghemat keuangan sekolah baik dalam pengadaan maupun untuk
pemeliharaan dan penghapusan sarana dan prasarana sekolah.
c. Sebagai bahan atau pedoman untuk menghitung kekayaan suatu sekolah dalam
bentuk materil yang dapat dinilai dengan uang.
d. Untuk memudahkan pengawasan dan pengendalian sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh suatu sekolah.
Daftar inventarisasi barang yang disusun dalam suatu organisasi yang
lengkap, teratur dan berkelanjutan dapat memberikan manfaat, yakni sebagai
berikut.
a. Menyediakan data dan informasi dalam rangka menentukan kebutuhan dan
menyusun rencana kebutuhan barang.
b. Memberikan data dan informasi untuk dijadikan bahan/pedoman dalam
pengarahan pengadaan barang.
c. Memberikan data dan informasi untuk dijadikan bahan/pedoman dalam
penyaluran barang.
d. Memberikan data dan informasi dalam menentukan keadaan barang (tua,
rusak, lebih) sebagai dasar untuk menetapkan penghapusannya.
e. Memberikan data dan informasi dalam rangka memudahkan pengawasan dan
pengendalian barang.
Sedangkan penghapusan sarana dan prasarana merupakan kegiatan
pembebasan sarana dan prasarana dari pertanggung-jawaban yang berlaku dengan
alasan yang dapat diper-tanggungjawabkan. Secara lebih operasional penghapusan
sarana dan prasarana adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk
mengeluarkan/menghilangkan sarana dan prasarana dari daftar inventaris, karena
sarana dan prasarana tersebut sudah dianggap tidak berfungsi sebagaimana yang
diharapkan, terutama untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
Penghapusan sarana dan prasarana dilakukan berdasarkan peraturan perundangan-
10
undangan yang berlaku. Penghapusan sebagai salah satu fungsi manajemen sarana
dan prasarana pendidikan persekolahan harus mempertimbangkan alasan-alasan
normatif tertentu dalam pelaksanaannya. Oleh karena muara berbagai
pertimbangan tersebut tidak lain adalah demi efektivitas dan efisiensi kegiatan
persekolahan.
Penghapusan sarana dan prasarana pada dasarnya bertujuan untuk:
a. Mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi kerugian/pemborosan biaya
pemeliharaan sarana dan prasarana yang kondisinya semakin buruk,
berlebihan atau rusak dan sudah tidak dapat digunakan lagi.
b. Meringankan beban kerja pelaksanaan inventaris.
c. Membebaskan ruangan dari penumpukan barang-barang yang tidak
dipergunakan lagi.
d. Membebaskan barang dari tanggung jawab pengurusan kerja.
Ada beberapa alasan yang harus diperhatikan untuk dapat menyingkirkan atau
menghapus sarana dan prasarana. Beberapa alasan tersebut yang dapat
dipertimbangkan untuk menghapus sesuatu sarana dan prasarana harus memenuhi
sekurang-kurangnya salah satu syarat di bawah ini.
a. Dalam keadaan sudah tua atau rusak berat sehingga tidak dapat diperbaiki atau
dipergunakan lagi.
b. Perbaikan akan menelan biaya yang besar sehingga merupakan pemborosan.
c. Secara teknis dan ekonomis kegunaannya tidak seimbang dengan besarnya
biaya pemeliharaan.
d. Tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masa kini.
e. Penyusutan di luar kekuasaan pengurus barang (misalnya barang kimia).
f. Barang yang berlebih jika disimpan lebih lama akan bertambah rusak dan tak
terpakai lagi.
g. Dicuri, terbakar, musnah sebagai akibat bencana alam.
d.
E. Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan salah satu gugusan substansi
administrasi pendidikan. Manajemen keuangan adalah salah satu bidang garapan
administrasi pendidikan yang secara khusus menangani tugas-tugas yang
berkaitan dengan pengelolaan keuangan yang dimiliki dan digunakan di sekolah.
1. Pengertian Manajemen Keuangan
Menurut para pakar administrasi pendidikan, manajemen keuangan
pendidikan dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pemerolehan dan
pendayagunaan uang secara tertib, efektif, efisien, dan dapat
dipertanggungjawabkan dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan
pendidikan. Berdasarkan pengertian yang sangat sederhana tersebut ada dua hal
yang perlu digarisbawahi berkaitan dengan manajemen keuangan di sekolah. 1)
Manajemen keuangan itu merupakan keseluruhan proses upaya memperoleh dan
mendayagunakan semua dana. Dengan demikian, paling tidak ada dua kegiatan
11
sebab itu orang tua/masyarakat yang tidak mendapatkan penjelasan dan informasi
dari sekolah tentang apa dan bagaimana mereka dapat membantu sekolah (lebih-
lebih di daerah perdesaan) akan cenderung tidak tahu apa yang harus mereka
lakukan, bagaimana mereka harus melakukan untuk membantu sekolah. Hal
tersebut sebagai akibat ketidak pengertian mereka.
Di negara-negara maju, sekolah memang dikreasikan oleh masyarakat,
sehingga mutu sekolah menjadi pusat perhatian mereka dan selalu mereka
upayakan untuk dipertahankan. Hal ini dapat terjadi karena mereka sudah
meyakini bahwa sekolah merupakan cara terbaik dan meyakinkan untuk membina
perkembangan dan pertumbuhan anak-anak mereka. Mengingat keyakinan yang
tinggi akan kemampuan sekolah dalam pembentukan anak-anak mereka dalam
membangun masa depan yang baik tersebut membuat mereka berpartisipasi secara
aktif dan optimal mulai dalam perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan
terhadap pengelolaan dan penyeleng-garaan sekolah. Nampak mereka selain
merasa sebagai pemilik sekolah juga sebagai penanggung jawab atas keberhasilan
sekolah. Kondisi ini dapat terjadi karena kesadaran yang tinggi dari masyarakat
yang bersangkutan.
Pentingnya keterlibatan orang tua/masyarakat akan keberhasilan
pendidikan ini telah dibuktikan kebenarannya oleh Richard Wolf dalam
penelitiannya yang menyimpulkan bahwa terdapat korelasi yang sangat signifikan
(0.80) antara lingkungan keluarga dengan prestasi belajar. Penelitian lain di
Indonesia juga telah membuktikan hal yang sama.
Partisipasi yang tinggi tersebut nampaknya belum terjadi di negara
berkembang (termasuk Indonesia). Hoyneman dan Loxley menyatakan bahwa di
negara berkembang sebagian besar keluarga belum dapat diharapkan untuk lebih
banyak membantu dan mengarahkan belajar murid, sehingga murid di negara
berkembang sedikit waktu yang digunakan dalam belajar. Hal ini disebabkan
banyak masyarakat/orang tua murid belum paham makna mendasar dari peran
mereka terhadap pendidikan anak. Bahkan Made Pidarta menyatakan di daerah
perdesaan yang tingkat status sosial ekonomi yang rendah, mereka hampir tidak
menghiraukan lembaga pendidikan dan mereka menyerahkan sepenuhnya
tanggung jawab pendidikan anaknya kepada sekolah.
Keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh proses pendidikan di
sekolah dan tersedianya sarana dan prasarana saja, tetapi juga ditentukan oleh
lingkungan keluarga dan atau masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung
jawab bersama antara pemerintah (sekolah), keluarga dan masyarakat. Ini berarti
mengisyaratkan bahwa orang tua murid dan masyarakat mempunyai tanggung
jawab untuk berpartisipasi, turut memikirkan dan memberikan bantuan dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Partisipasi yang tinggi tersebut nampaknya belum terjadi di negara
berkembang (termasuk Indonesia). Hoyneman dan Loxley menyatakan bahwa di
negara berkembang sebagian besar keluarga belum dapat diharapkan untuk lebih
banyak membantu dan mengarahkan belajar murid, sehingga murid di negara
berkembang sedikit waktu yang digunakan dalam belajar. Hal ini disebabkan
banyak masyarakat/orang tua murid belum paham makna mendasar dari peran
14