Anda di halaman 1dari 21

MANAJEMEN PENDIDIKAN

SEKOLAH DASAR
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM
CABANG KOTA SORONG
Kegiatan Manajemen Di Sekolah Dasar

Semakin besar sebuah sekolah dasar juga semakin banyak pula komponen orang yang
dilibatkan atau fasilitas yang digunakan. Agar dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien,
tentunya semua orang yang yang dilibatkan dan fasilitas perlu didayagunakan sedemikian rupa
bagi keberhasilan pendidikan di sekolah dasar. Proses pendayaguaan semua komponen sekolah
dasar itulah yang disebut dengan kegiatan manajemen sekolah dasar.Lebih lanjut apabila
diidentifikasi terus akan didapatkan sekian banyak, ratusan atau bahkan menjadi ribuan
permasalahan di sekolah dasar. DeRoche (985), sebelum menyusun bukunya yang berjudul How
School Administrator Solve the Problem melakukan survey kepada dua ribu kepala sekolah.
Dalam survey itu meminta setiap kepala sekolah menuliskan pada kartu pos masalah-masalah
yang dihadapi disekolahnya masing-masing. Berdasarkan kartu pos yang dikirim kepala sekolah
kepadanya,  DeRoche berhasil mengidentifikasi dua ribu kegiatan manajemen sekolah. Namun
para pakar administrasi pendidikan telah mencoba mengklasifikasi komponen-komponen
tersebut menjadi beberapa gugusan substansi pendidikan.
Mereka mengelompokkanya menjadi enam gugusan substansi, yaitu gugusan-gugusan substansi
(1) kurikulum atau pembelajaran;
(2) kesiswaan;
(3) kepegawaian;
(4) sarana dan prasarana;
(5) keuangan; dan
(6) lingkungan masyarakat.
Demikianlah sehingga paling tidak enam manajemen di sekolah dasar, yaitu manajemen
kurikulum dan pembelajaran, manajemen kesiswaan yang sering juga disebut dengan manajemen
peserta didik, manajemen kepegawaian, manajemen sarana dan prasarana, manajemen keuangan,
dan manajemen hubungan masyarakat.

1.    MANAJEMEN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN


a.    Penyusunan/Reviu KTSP dan silabus
b.    Penyusunan kalender pendidikan
c.    Penyusunan program tahunan
d.    Penyusunan rencana pembelajaran (RPP)

1
e.    Pembagian tugas mengajar dan tugas lain
f.    Penyusunan jadwal pelajaran
g.    Penyusunan jadwal kegiatan perbaikan
h.    Penyusunan jadwal kegiatan ekstrakurikuler
i.    Penyusunan progran jadwal kegiatan bimbingan dan penyuluhan
j.    Pengaturan pembukaan tahun ajaran baru
k.    Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
l.    Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan penyuluhan
m.    Supervisi pelaksanaan pembelajaran
n.    Supervisi pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan

Kurikulum tingkat satuan pendidikan, sebagai jantung pembelajaran, pengembangannya


tidak hanya didasarkan kepada kehendak kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang
kurikulum, melainkan juga harus memperhatikan tujuan pendidikan nasional, tujuan pendidikan
di provinsi, dan tujuan pendidikan lokal (kabupaten/kota). Tujuan-tujuan tersebut  yang
merupakan arah untuk dijabarkan menjadi kompetensi dasar dan kompetensi lulusan peserta
didik. Selanjutnya, kedirian peserta didik sebagai manusia yang berkarakter, berharkat dan
bermartabat harus menjadi bahan pertimbangan pula. Di samping itu, esensi dan profesionalisme
guru sebagai pendidik, harus menjadi pemahaman yang komperhensif dan tepat dalam
pengembangan kurikulum.
Landasan pengembangan kurikulum tersebut adalah Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan
tersusunnya kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah
dengan mengacu kepada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta berpedoman pada
panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Di samping itu, ada
Peraturan Menteri Pendidikan nasional No. 22 Tahun  2006 Tentang Standar isi; dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2007  Tentang Standar Kompetensi Kelulusan yang
harus dijadikan pondasi dalam mengembangkan KTSP. Berdasarkan kepada empat landasan
tersebut ditambah Panduan Penyusunan KTSP dari BSNP, serta pemahaman terhadap kedirian
peserta didik dan esensi dan tugas profesional guru sebagai pendidik, maka disusun dan

2
dikembangkanlah menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan. Kurikulum tingkat satuan
pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu
pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua
dari delapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan
kurikulum. Pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk:
a. belajar untuk bermain dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. belajar untuk memahami dan menghayatai;
c. belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif;
d. belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain; dan
e. belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar aktif, kreatif, efektif
dan menyenangkan (PAKEM).

2.    MANAJEMEN PESERTA DIDIK


Manajemen peserta didik termasuk salah satu  substansi manajemen  pendidikan. Peserta
didik ini juga mempunyai sebutan-sebutan lain seperti murid, subjek didik, anak didik,
pembelajar, dan sebagainya. Oleh karena itu, sebutan-sebutan yang berbeda pada buku ini
mempunyai maksud yang sama. Apapun istilahnya, yang jelas peserta didik adalah mereka yang
sedang mengikuti program pendidikan pada suatu sekolah atau jenjang pendidikan tertentu.
Manajemen peserta didik menduduki posisi strategis, karena sentral layanan pendidikan, baik
dalam latar institusi persekolahan maupun yang berada di luar latar institusi persekolahan, tertuju
kepada peserta didik. Semua kegiatan pendidikan, baik yang berkenaan dengan manajemen 
akademik, layanan pendukung akademik, sumber daya manusia, sumber daya keuangan, sarana
prasarana dan hubungan sekolah dengan masyarakat, senantiasa diupayakan agar peserta didik
mendapatkan layanan pendidikan yang andal.

3
Kata manajemen peserta didik merupakan penggabungan dari kata manajemen, peserta
didik dan berbasis sekolah. Manajemen sendiri diartikan bermacam-macam sesuai dengan sudut
tinjau para ahlinya. Sedangkan secara stimologis, kata manajemen merupakan terjemahan dari
management (bahasa Inggris). Kata management sendiri berasal dari kata manage atau magiare
yang berarti melatih kuda dalam melangkahkan kakinya. Dalam pengertian manajemen,
terkandung dua kegiatan ialah kegiatan pikir (mind) dan kegiatan tindak-laku (action) (Sahertian,
1982). Sedangkan Terry (1953) mendefinisasikan manajemen sebagai pencapaian tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya melalui usaha orang lain (Management is the accomplishing of the
predertemined objective throug the effort of other people). Sementara itu, Siagian (1978)
mendefinisikan manajemen sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu
hasil dalam rangka mencapai tujuan. Di lain pihak, The Liang Gie (1978) memberikan batasan
manajemen sebagai segenap perbuatan menggerakkan sekelompok orang atau mengarahkan
segala fasilitas dalam suatu usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari semua pendapat itu, jelaslah bahwa manajemen adalah suatu kegiatan yang
dilakukan secara bersama-sama oleh dua orang atau lebih yang didasarkan atas aturan tertentu
dalam rangka mencapai suatu tujuan. Dua orang atau lebih yang bekerjasama tersebut, karena
adanya aturan-aturan tertentu, ada yang bertindak selaku manajernya ada yang bertidak sebagai
yang dimanajerinya. Orang yang mengelola tersebut ketika mengerjakan pekerjaannya tidak
dengan menggunakan tangan sendiri melainkan tangan orang lain; sementara orang-orang yang
dimanaj dalam bekerja dengan menggunakan tangan sendiri. Dalam bekerja tersebut, baik yang
menjadi manajernya maupun yang dimanaj, dapat mendayagunakan prasarana dan sarana yang
tersedia.
Apa yang dimaksud dengan Manajemen Peserta Didik? Knezevich (1961) mengartikan
manajemen peserta didik  atau pupil personnel administration sebagai suatu layanan yang
memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas
seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseluruhan
kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah.
Manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik
mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah. Yang
diatur secara langsung adalah segi-segi yang berkenaan dengan  peserta didik secara tidak

4
langsung. Pengaturan terhadap segi-segi lain selain peserta didik dimaksudkan untuk
memberikan layanan yang sebaik mungkin kepada peserta didik.
Sementara itu, manajemen peserta didik adalah manajemen peserta didik yang
memberikan tekanan pada empat pilar manajemen berbasis sekolah, ialah: mutu, kemandirian,
partisipasi masyarakat dan transparansi.  Jadi, seluruh aktivitas manajemen peserta didik,
haruslah diaksentuasikan pada penonjolan empat pilar manajemen berbasis sekolah tersebut.
Tujuan umum manajemen peserta didik adalah: mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar
kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses belajar mengajar di sekolah; lebih lanjut, proses
belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan
kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Tujuan khusus manajemen peserta didik, yaitu
(1) meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor peserta didik;
(2) menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat dan minat peserta
didik;
(3) menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik;
(4) dengan terpenuhinya 1, 2, dan 3 di atas diharapkan peserta didik dapat mencapai kebahagiaan
dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat belajar dengan baik dan tercapai cita-cita
mereka.
Fungsi manajemen peserta didik secara khusus dirumuskan sebagai berikut.
a.    Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik, bertujuan   agar  
dapat mengembangkan potensi-potensi individualitasnya tanpa banyak terhambat. Potensi-
potensi bawaan tersebut meliputi: kemampuan umum (kecerdasan), kemampuan khusus (bakat),
dan kemampuan lainnya.
b.    Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik yang bertujuan
agar  mereka dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya, dengan orang tua dan
keluarganya, dengan lingkungan sosial sekolahnya dan lingkungan sosial masyarakatnya. Fungsi
ini berkaitan dengan hakekat peserta didik sebagai makhluk sosial.
c.    Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta didik, yang
bertujuan   agar peserta didik tersalur hobi, kesenangan dan minatnya. Hobi, kesenangan dan
minat peserta didik demikian patut disalurkan, oleh karena ia juga dapat menunjang terhadap
perkembangan diri peserta didik secara keseluruhan.

5
d.    Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik yang
bertujuan   agar peserta didik sejahtera dalam hidupnya. Kesejahteraan demikian sangat penting
karena dengan demikian ia akan juga turut memikirkan kesejahteraan sebayanya.
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa manajemen peserta didik adalah suatu
pengaturan terhadap peserta didik di sekolah, sejak peserta didik masuk sampai dengan peserta
didik lulus. Ruang lingkup manajemen peserta didik, sebenarnya meliputi pengaturan aktivitas-
aktivitas peserta didik sejak yang bersangkutan masuk ke sekolah hingga yang bersangkutan
lulus, baik yang berkenaan dengan peserta didik secara langsung, maupun yang berkenaan
dengan peserta didik secara tidak langsung: kepada tenaga kependidikan, sumber-sumber
pendidikan, prasarana dan sarananya.
Secara rinci, ruang lingkup peserta didik adalah sebagai berikut.
a. Perencanaan peserta didik, termasuk di dalamnya adalah: school census, school size,
class size dan efektive class.
b. Koordinasi kegiatan peserta didik, yang meliputi: komunikasi ,  integrasi   dan
singkronisasi.
c. Penerimaan peserta didik, meliputi penentuan: kebijaksanaan, sistem, kriteria, prosedur,
dan pemecahan problema-problema penerimaan peserta didik.
d. Orientasi peserta didik baru, meliputi pengaturan: hari-hari pertama peserta didik di
sekolah, pekan orientasi peserta didik, pendekatan yang dipergunakan dalam orientasi
peserta didik, dan teknik-teknik orientasi peserta didik.
e. Mengatur kehadiran, ketidak-hadiran peserta didik di sekolah. Termasuk di dalamnya
adalah: peserta didik yang membolos, terlambat datang dan meninggalkan sekolah
sebelum waktunya.
f. Mengatur kenaikan tingkat peserta didik.
g. Mengatur kode etik, pengadilan dan peningkatan disiplin peserta didik.
Dalam versi lain, manajemen peserta didik meliputi:
a. perencanaan daya tampung
b. perencanaan penerimaan peserta didik baru
c. penerimaan peserta didik baru
d. pengelompokan peserta didik  berdasarkan pola tertentu
e. pembinaan disiplin belajar peserta didik

6
f. pencatatan kehadiran peserta didik
g. pengaturan perpindahan peserta didik
h. pengaturan kelulusan peserta didik
i. pemantauan peserta didik
j. penilaian peserta didik

3.    MANAJEMEN KEPEGAWAIAN


Dalam lembaga apapun keberadaan pegawai menempati kedudukan yang paling vital.
Memang diakui bahwa biaya itu penting, demikian pula sarana, prasarana dan teknologi. Namun
ketersediaan sumber  daya itu menjadi sia-sia apabila ditangani oleh pegawai yang tidak
kompeten dan kurang komitmen. Upaya-upaya untuk merencanakan kebutuhan pegawai (SDM),
mengadakan, menyeleksi, menempatkan dan memberi penugasan secara tepat telah menjadi
perhatian penting pada setiap organisasi yang kompetitif. Demikian pula kebijakan kompensasi
(penggajian dan kesejahteraan) dan penilaian kinerja yang dilakukan dengan adil dan tepat dapat
melahirkan motivasi berprestasi pada para pegawai. Fungsi-fungsi manajemen kepegawaian
seperti itu masih belum cukup, apabila tidak disertai dengan kebijakan pengembangan dan
pemberdayaan pegawai yang dilakukan secara sistematik.
Dalam arti yang tradisional, konsep pengelolaan pegawai terbatas pada urusan-urusan
manajemen operatif, seperti mengelola data pegawai (record keeping), penilaian kinerja yang
bersifat mekanistik (mechanical job evaluation), kenaikan pangkat dan gaji secara otomatis
(automatic merit increase). Perhatian terhadap SDM pada masa kini mencakup aspek-aspek yang
berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan pegawai (fisik, emosional dan sosial), yang akan
berpengaruh secara signifikan terhadap cara-cara mereka bekerja, dan dengan sendirinya
berpengaruh terhadap produktivitas mereka. Manajemen Sumber Saya Manusia (MSDM) adalah
segala kegiatan yang berkaitan dengan pengakuan pada pentingnya tenaga kerja pada organisasi
sebagai sumber daya manusia yang vital, yang memberikan sumbangan terhadap tujuan
organisasi, dan memanfaatkan fungsi dan kegiatan yang menjamin bahwa sumber daya manusia
dimanfaatkan secara efektif dan adil demi kemaslahatan individu, organisasi, dan masyarakat.
Pegawai pada masa kini memfasilitasi aktualisasi dan pengembangan kompetensi   para pegawai
melalui program-program pengembangan dan pemberdayaan yang dilakukan secara sistematik.
Pengembangan dan pemberdayaan pegawai merupakan bagian dari MSDM yang memiliki fungsi

7
untuk memperbaiki kompetensi, adaptabilitas dan komitmen para pegawai. Dengan cara
demikian organisasi memiliki kekuatan  bukan saja sekedar bertahan (survival), melainkan
tumbuh (growth), produktif (productive), dan kompetitif (competitive). Dan dalam proses
demikian, dukungan pegawai yang kuat melahirkan organisasi yang memiliki adaptabilitas dan
kapasitas memperbaharui dirinya (adaptability and self-renewal capacity).
Ada lima aspek kajian manajemen kepegawaian, yaitu
(1) perencanaan kebutuhan,
(2) rekrutmen dan seleksi,
(3) pembinaan dan pengembangan,
(4) mutasi dan promosi, dan
(5) kesejahteraan.
Namun demikian, dipertimbangkan akan lebih bermanfaat apabila para peserta diklat
memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai manajemen sumber daya manusia (MSDM).
Manajemen SDM merupakan proses sistematik yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan SDM
sesuai dengan kebutuhan organisasi, memperlakukan pegawai secara adil dan bermartabat, serta
menciptakan kondisi yang memungkinkan pegawai memberikan sumbangan optimal terhadap
organisasi.
Manajemen SDM mencakup kegiatan sebagai berikut.
(1) Perencanaan SDM,
(2) analisis pekerjaan,
(3) pengadaan pegawai,
(4) seleksi pegawai,
(5) orientasi, penempatan dan penugasan,
(6) konpensasi,
(7) penilaian kinerja,
(8)  pengembangan karir,
(9) pelatihan dan pengembangan pegawai,
(10) penciptaan mutu kehidupan kerja,
(11) perundingan kepegawaian,
(12) riset pegawai, dan
(13) pensiun dan pemberhentian pegawai.

8
4.    MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA
Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar sangat dipengaruhi
oleh banyak faktor, salah satu di antaranya adalah tersedianya sarana dan prasarana pendidikan
yang memadai disertai pemanfaatan dan pengelolaan secara optimal. Sarana dan prasarana
pendidikan merupakan salah satu sumber daya yang penting dan utama dalam menunjang
kegiatan belajar mengajar di sekolah, untuk itu perlu dilakukan peningkatan dalam
pendayagunaan dan pengelolaannya, agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Dewasa ini
masih sering ditemukan banyak sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki oleh  sekolah
yang diterima sebagai bantuan, baik dari pemerintah maupun masyarakat yang tidak optimal
penggunaannya dan bahkan tidak dapat lagi digunakan sesuai dengan fungsinya. Hal itu
disebabkan antara lain oleh kurangnya kepedulian terhadap sarana dan prasarana yang dimiliki
serta tidak adanya pengelolaan yang memadai.
Seiring dengan perubahan pola pemerintahan setelah diberlakukannya otonomi daerah,
maka pola pendekatan manajemen sekolah saat ini berbeda pula dengan sebelumnya, yakni lebih
bernuansa otonomi. Untuk mengoptimalkan penyediaan, pendayagunaan, perawatan dan
pengendalian sarana dan prasarana pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan,
diperlukan penyesuaian manajemen sarana dan prasarana. Sekolah dituntut memiliki
kemandirian untuk mengatur dan mengurus kepentingan sekolah menurut kebutuhan dan
kemampuan sendiri serta berdasarkan pada aspirasi dan partisipasi warga sekolah dengan tetap
mengacu pada peraturan dan perundangan-undangan pendidikan nasional yang berlaku. Hal itu
terutama ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenis dan jenjang
pendidikan, khususnya pada pendidikan dasar dan menengah. Untuk mewujudkan dan mengatur
hal tersebut, maka pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tetang Standar
Nasional Pendidikan yang menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional
pada Bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa;
(1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan,
media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
(2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang
pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,

9
tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat bekreasi, dan ruang/tempat lain
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
a.    Rincian manajemen sarana  prasarana di sekolah dasar meliputi berikut ini.
1)    Analisis kebutuhan sarana dan prasarana sekolah
2)    Perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana sekolah
3)    Pendistribusian sarana dan prasarana sekolah
4)    Penataan sarana dan prasarana sekolah
5)    Pemanfaat sarana dan prasarana sekolah secara efektif dan efisien
6)    Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah
7)    Inventarisasi sarana dan prasarana sekolah
8)    Penghapusan sarana dan prasarana sekolah
9)    Pemantauan kinerja penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah
10)    Penilaian kinerja penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah
b.    Manajemen sarana prasarana dapat juga difokuskan pada:
1)    merencanakan kebutuhan fasilitas (bangunan, peralatan, perabot, lahan, infrastruktur)
sekolah sesuai dengan rencana pengembangan sekolah;
2)    mengelola pengadaan fasilitas sesuai dengan peraturan yang berlaku;
3)    mengelola pemeliharaan fasilitas, baik perawatan preventif maupun perawatan terhadap
kerusakan fasilitas sekolah;
4)    mengelola kegiatan inventaris sarana dan prasarana sekolah sesuai dengan sistem
pembukuan yang berlaku.
Perencanaan merupakan suatu proses  kegiatan menggambarkan sebelumnya hal-hal yang
akan dikerjakan kemudian dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini
perencanaan yang dimaksud adalah merinci rancangan pembelian,  pengadaan, rehabilitasi,
distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan sesuai dengan kebutuhan. Dengan
demikian perencanaan sarana dan prasarana persekolahan dapat didefinisikan sebagai
keseluruhan proses perkiraan secara matang rancangan pembelian, pengadaan, rehabilitasi,
distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Pada dasarnya tujuan diadakannya perencanaan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan
adalah:
(1) Untuk menghindari terjadinya kesalahan dan kegagalan yang tidak diinginkan,

10
(2) Untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam pelaksanaannya.
Salah rencana dan penentuan kebutuhan merupakan kekeliruan dalam menetapkan
kebutuhan sarana dan prasarana yang kurang/tidak memandang kebutuhan ke depan, dan kurang
cermat dalam menganalisis kebutuhan sesuai dengan dana yang tersedia dan tingkat kepentingan.
Pengadaan adalah  kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan semua jenis sarana dan
prasarana pendidikan persekolahan  yang sesuai dengan kebutuhan dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam konteks persekolahan, pengadaan merupakan segala
kegiatan yang dilakukan dengan cara menyediakan semua keperluan barang atau jasa
berdasarkan hasil perencanaan dengan maksud untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar
berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Pengadaan sarana dan
prasarana merupakan fungsi operasional pertama dalam manajemen sarana dan prasarana
pendidikan persekolahan. Fungsi ini pada hakikatnya merupakan serangkaian kegiatan untuk
menyediakan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan sesuai dengan kebutuhan, baik
berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu maupun tempat, dengan harga dan sumber
yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan untuk melaksanakan
pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan prasarana selalu dalam keadaan baik dan siap
untuk digunakan secara berdayaguna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan pendidikan.
Pemeliharaan merupakan kegiatan penjagaan atau pencegahan dari kerusakan suatu barang,
sehingga barang tersebut kondisinya baik dan siap digunakan. Pemeliharaan mencakup segala
daya upaya yang terus menerus untuk mengusahakan agar peralatan tersebut tetap dalam keadaan
baik. Pemeliharaan dimulai dari pemakaian barang, yaitu dengan cara hati-hati dalam
menggunakannya. Pemeliharaan yang bersifat khusus harus dilakukan oleh petugas yang
mempunyai keahlian sesuai dengan jenis barang yang dimaksud.
Tujuan pemeliharaan adalah:
(1) untuk mengoptimalkan usia pakai peralatan. Hal ini sangat penting terutama jika dilihat dari
aspek biaya, karena untuk membeli suatu peralatan akan jauh lebih mahal jika dibandingkan
dengan merawat bagian dari peralatan tersebut;
(2) untuk menjamin kesiapan operasional peralatan untuk mendukung kelancaran pekerjaan
sehingga diperoleh hasil yang optimal;

11
(3) untuk menjamin ketersediaan peralatan yang diperlukan melalui pencekkan secara rutin dan
teratur; dan
(4) untuk menjamin keselamatan orang atau siswa yang menggunakan alat tersebut.
Manfaat pemeliharaan adalah:
1)    jika peralatan terpelihara baik, umurnya akan awet yang berarti tidak perlu mengadakan
penggantian dalam waktu yang singkat.
2)    pemeliharaan yang baik mengakibatkan jarang terjadi kerusakan yang berarti biaya
perbaikan dapat ditekan seminim mungkin.
3)    dengan adanya pemeliharaan yang baik, maka akan lebih terkontrol sehingga menghindar
kehilangan.
4)    dengan adanya pemeliharaan yang baik, maka enak dilihat dan dipandang.
5)    pemeliharaan yang baik memberikan hasil pekerjaan yang baik.
Inventarisasi berasal dari kata “inventaris” ( dalam bahasa Latin: inventarium) yang
berarti daftar barang-barang, bahan dan sebagainya. Inventarisasi sarana dan prasarana
pendidikan  adalah pencatatan atau pendaftaran barang-barang milik sekolah ke dalam suatu
daftar inventaris barang secara tertib dan teratur menurut ketentuan dan tata cara yang berlaku.
Barang inventaris sekolah adalah semua barang milik negara (yang dikuasai sekolah) baik yang
diadakan/dibeli melalui dana dari pemerintah, DPP maupun diperoleh sebagai pertukaran, hadiah
atau hibah serta hasil usaha pembuatan sendiri di sekolah guna menunjang kelancaran proses
belajar mengajar.
Tiap sekolah wajib menyelenggarakan inventarisasi barang milik negara yang dikuasai/diurus
oleh sekolah masing-masing secara teratur, tertib dan lengkap. Kepala sekolah melakukan dan
bertanggung jawab atas terlaksananya inventarisasi fisik dan pengisian daftar inventaris barang
milik negara yang ada di sekolahnya.
Secara umum, inventarisasi dilakukan dalam rangka usaha penyempurnaan pengurusan
dan pengawasan yang efektif terhadap sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu sekolah.
Secara khusus, inventarisasi dilakukan dengan tujuan-tujuan sebagai berikut.
1)    Untuk menjaga dan menciptakan tertib administrasi sarana dan prasarana yang dimiliki oleh
suatu sekolah.
2)    Untuk menghemat keuangan sekolah baik dalam pengadaan maupun untuk pemeliharaan
dan penghapusan sarana dan prasarana sekolah.

12
3)    Sebagai bahan atau pedoman untuk menghitung kekayaan suatu sekolah dalam bentuk
materil yang dapat dinilai dengan uang.
4)    Untuk memudahkan pengawasan dan pengendalian sarana dan prasarana yang dimiliki oleh
suatu sekolah.

Daftar inventarisasi barang yang disusun dalam suatu organisasi yang lengkap, teratur dan
berkelanjutan dapat memberikan manfaat, yakni sebagai berikut.
1) Menyediakan data dan informasi dalam rangka menentukan kebutuhan dan menyusun
rencana kebutuhan barang.
2) Memberikan data dan informasi untuk dijadikan bahan/pedoman dalam pengarahan
pengadaan barang.
3) Memberikan data dan informasi untuk dijadikan bahan/pedoman dalam penyaluran
barang.
4) Memberikan data dan informasi dalam menentukan keadaan barang ( tua, rusak, lebih)
sebagai dasar untuk menetapkan penghapusannya.
5) Memberikan data dan informasi dalam rangka memudahkan pengawasan dan
pengendalian barang.

Sedangkan penghapusan sarana dan prasarana merupakan kegiatan pembebasan sarana


dan prasarana dari pertanggungjawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Secara lebih operasional penghapusan sarana dan prasarana adalah
proses kegiatan yang bertujuan untuk mengeluarkan/menghilangkan sarana dan prasarana dari
daftar inventaris, karena sarana dan prasarana tersebut sudah dianggap tidak berfungsi
sebagaimana yang diharapkan, terutama untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran di
sekolah. Penghapusan sarana dan prasarana dilakukan berdasarkan peraturan perundangan-
undangan yang berlaku. Penghapusan sebagai salah satu fungsi manajemen sarana dan prasarana
pendidikan persekolahan harus mempertimbangkan alasan-alasan normatif tertentu dalam
pelaksanaannya. Oleh karena muara berbagai pertimbangan tersebut tidak lain adalah demi
efektivitas dan efisiensi kegiatan persekolahan.
Penghapusan sarana dan prasarana pada dasarnya  bertujuan untuk:

13
1)    mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi kerugian/pemborosan biaya pemeliharaan
sarana dan prasarana yang kondisinya semakin buruk, berlebihan atau rusak dan  sudah tidak
dapat digunakan lagi.
2)    meringankan beban kerja pelaksanaan inventaris.
3)    membebaskan ruangan dari penumpukan barang-barang yang tidak dipergunakan lagi.
4)    membebaskan barang dari tanggung jawab pengurusan kerja.
Ada beberapa alasan yang harus diperhatikan untuk dapat menyingkirkan atau
menghapus sarana dan prasarana. Beberapa alasan tersebut yang dapat dipertimbangkan untuk
menghapus sesuatu sarana dan prasarana harus memenuhi sekurang-kurangnya salah satu syarat
di bawah ini.
1) Dalam keadaan sudah tua atau rusak berat sehingga tidak dapat diperbaiki atau
dipergunakan lagi.
2) Perbaikan akan menelan biaya yang besar sehingga merupakan pemborosan.
3) Secara teknis dan ekonomis kegunaannya tidak seimbang dengan besarnya biaya
pemeliharaan.
4) Tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masa kini.
5) Penyusutan di luar kekuasaan pengurus barang (misalnya barang kimia).
6) Barang yang berlebih jika disimpan  lebih lama akan bertambah rusak dan tak terpakai
lagi.
7) Dicuri, terbakar, musnah sebagai akibat bencana alam.

5.    MANAJEMEN KEUANGAN


Manajemen keuangan merupakan salah satu gugusan substansi administrasi pendidikan.
Manajemen keuangan adalah salah satu bidang garapan administrasi pendidikan yang secara
khusus menangani tugas-tugas yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan yang dimiliki dan
digunakan di sekolah dasar.
a. Pengertian manajemen keuangan
Menurut para pakar administrasi pendidikan, manajemen keuangan pendidikan dapat
diartikan sebagai keseluruhan proses pemerolehan dan pendayagunaan uang secara
tertib, efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka memperlancar

14
pencapaian tujuan pendidikan. Berdasarkan pengertian yang sangat sederhana tersebut
ada dua hal yang perlu digarisbawahi berkaitan dengan manajemen keuangan di sekolah
dasar.
1) Manajemen keuangan itu merupakan keseluruhan proses upaya memperoleh dan
mendayagunakan semua dana. Dengan demikian, paling tidak ada dua kegiatan besar
dalam manajemen keuangan di sekolah dasar. Pertama, mencari sebanyak mungkin
sumber-sumber keuangan dan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapalembaga
pendidikanan dana dari sumber-sumber keuangan tersebut. Kedua, menggunakan semua
dana yang tersedia atau diperoleh semata-mata untuk kepentingan penyelenggaraan
pendidikan di sekolah dasar.
2) Penggunaan semua dana sekolah dasar  harus efektif, dan efisien. Selain itu
penggunaan semua dana sekolah dasar  harus tertib, dan mudah dipertanggungjawabkan
kepada semua pihak yang terkait.

b. Tujuan manajemen
keuangan di sekolah dasar adalah untuk mengatur sedemikian rupa sehingga
semua upaya pemerolehan dana dari berbagai sumber dapat dilakukan dengan sebaik-
baiknya. Apabila dilakukan dengan sebaik-baiknya, maka semua upaya pemerolehan
dana dapat berhasil. Sumber dana yang dimaksud di sini antara lain berasal dari
Pemerintah (Departemen Pendidikan Nasional, atau Kantor Dinas Pendidikan Nasional
propinsi, kabupaten, kota), yayasan, atau pihak-pihak lainnya. Selain itu, tujuan
pelaksanaan manajemen keuangan di sekolah dasar adalah untuk mengatur semua
pemanfaatan dana yang tersedia atau diperoleh dari semua sumber. Dengan pengaturan
yang sebaik-baiknya diharapkan semua dana yang ada dan tersedia dapat dimanfaatkan
lembaga pendidikanan secara efektif, efisien, tertib, dan dapat dipertanggungjawabkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Prinsip dasar manajemen keuangan
Ada beberapa prinsip yang perlu dipegang teguh dalam manajemen keuangan di sekolah
dasar, yaitu sebagai berikut.
1)    Sumber dana pendidikan di sekolah dasar tidak sedikit, tidak hanya dari Pemerintah
atau yayasan yang menaunginya. sekolah dasar bisa secara kreatif mencari sumber-

15
sumber dana pendidikan dalam rangka eksistensinya sebagai sekolah dasar prasekolah.
Namun dalam upaya memperoleh dana pendidikan dari berbagai sumber dana,
hendaknya dana yang tidak mengikat lembaga atau sekolah dasar.
2)    Dana pendidikan yang tersedia atau ada harus dimanfaat sekolah dasar secara efektif
dan efisien. Efektif berarti semua dana yang ada digunakan semata-mata untuk
pendidikan sekolah dasar. Sedangkan efisien berarti dana yang tersedia, berapapun
banyaknya, harus didayagunakan sehemat mungkin. Agar memenuhi prinsip tersebut,
maka dianjurkan agar setiap pendayagunaan dana selalu didahului dengan kegiatan
perencanaan anggaran.
3)    Semua manajemen keuangan di sekolah dasar hendaknya didasarkan pada peraturan
perundang-undangan keuangan yang berlaku, sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
4)    Pelaksanaan manajemen keuangan di sekolah dasar merupakan tanggung jawab
kepala sekolah dasar. Namun pelaksanaannya dapat melibatkan sekolah dasar guru-
gurunya. Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja sekolah dasar
(RAPBT) misalnya, merupakan tanggung jawab kepala sekolah dasar. Namun kepala
sekolah dasar dapat mengajar guru-guru dan pesuruhnya dalam rapat penyusunan
anggaran untuk menyusun anggaran pendapatan dan sekolah dasarnya itu.
Sebagaimana telah ditegaskan bahwa beberapa kegiatan manajemen keuangan di sekolah
dasar, yaitu:
a.    penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS)
b.    pengadaan dan pengalokasian anggaran berdasarkan RAPBS
c.    pelaksanaan anggaran sekolah
d.    pembukuan keuangan sekolah
e.    pertanggungjawaban keuangan sekolah
f.    pemantauan keuangan sekolah
g.    penilaian kinerja manajemen keuangan sekolah

6.    MANAJEMEN HUBUNGAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT


Keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh proses pendidikan di sekolah dan
tersedianya sarana prasarana saja, tetapi juga ditentukan oleh lingkungan keluarga dan atau
masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah (sekolah),

16
keluarga dan masyarakat. Ini berarti mengisyaratkan bahwa orang tua murid dan masyarakat
mempumyai tanggung jawab untuk berpartisipasi, turut memikirkan dan memberikan bantuan
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Partisipasi yang tinggi dari orang tua murid dalam pendidikan di sekolah merupakan
salah satu ciri dari pengelolaan sekolah yang baik, artinya sejauh mana masyarakat dapat
diberdayakan dalam proses pendidikan di sekolah adalah indikator terhadap manajemen sekolah
yang bersangkutan. Pemberdayaan masyarakat dalam pendidikan ini merupakan sesuatu yang
esensial bagi penyelenggaraan sekolah yang baik (Kumars, 1989). Tingkat partisipasi masyarakat
dalam proses pendidikan di sekolah ini nampaknya memberikan pengaruh yang besar bagi
kemajuan sekolah, kualitas pelayanan pembelajaran di sekolah yang pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap kemajuan dan prestasi belajar anak-anak di sekolah. Hal ini secara tegas
dinyatakan oleh Husen (1988) dalam penelitiannya bahwa siswa dapat belajar banyak karena
dirangsang oleh pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru dan akan berhasil dengan baik berkat
usaha orang tua mereka dalam memberikan dukungan.
Penelitian lain yang memperkuat apa yang dikemukakan di atas dinyatakan oleh Levine
& Hagigust, 1988) yang menyatakan bahwa lingkungan keluarga, cara perlakuan orang tua
murid terhadap anaknya sebagai salah satu cara/bentuk partisipasi mereka dalam pendidikan
dapat meningkatkan intelektual anak. Partisipasi orang tua ini sangat tergantung pada ciri dan
kreativitas sekolah dalam menggunakan pendekatan kepada mereka. Artinya masyarakat akan
berpartisipasi secara optimal terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah sangat tergantung
pada apa dan bagaimana sekolah melakukan pendekatan dalam rangka memberdayakan mereka
sebagai mitra penyelenggaraan sekolah yang berkualitas. Hal ini ditegaskan oleh  Brownell
bahwa pengetahuan masyarakat tentang program merupakan awal dari munculnya perhatian dan
dukungan. Oleh sebab itu orang tua/masyarakat yang tidak mendapatkan penjelasan dan
informasi dari sekolah tentang apa dan bagaimana mereka dapat membantu sekolah (lebih-lebih
di daerah perdesaan) akan cenderung tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, bagaimana
mereka harus melakukan untuk membantu sekolah. Hal tersebut sebagai akibat ketidak
pengertian mereka.
Di negara-negara maju, sekolah memang dikreasikan oleh masyarakat, sehingga mutu
sekolah menjadi pusat perhatian mereka dan selalu mereka upayakan untuk dipertahankan. Hal
ini dapat terjadi karena mereka sudah meyakini bahwa sekolah merupakan cara terbaik dan

17
meyakinkan untuk membina perkembangan dan pertumbuhan anak-anak mereka. Mengingat
keyakinan yang tinggi akan kemampuan sekolah dalam pembentukan anak-anak mereka dalam
membangun masa depan yang baik tersebut membuat mereka berpartisipasi secara aktif dan
optimal mulai dalam perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan terhadap pengelolaan dan
penyelenggaraan sekolah. Nampak mereka selain merasa sebagai pemilik sekolah juga sebagai
penanggung jawab atas keberhasilan sekolah. Kondisi ini dapat terjadi karena kesadaran yang
tinggi dari masyarakat yang bersangkutan.
Pentingnya keterlibatan orang tua/masyarakat akan keberhasilan pendidikan ini telah
dibuktikan kebenarannya oleh Richard Wolf dalam penelitiannya yang menyimpulkan bahwa
terdapat korelasi yang sangat signifikan (0.80) antara lingkungan keluarga dengan prestasi
belajar. Penelitian lain di Indonesia juga telah membuktikan hal yang sama.
Partisipasi yang tinggi tersebut nampaknya belum terjadi di negara berkembang (termasuk
Indonesia). Hoyneman dan Loxley menyatakan bahwa di negara berkembang sebagian besar
keluarga belum dapat diharapkan untuk lebih banyak membantu dan mengarahkan belajar murid,
sehingga murid di negara berkembang sedikit waktu yang digunakan dalam belajar. Hal ini
disebabkan banyak masyarakat/orang tua murid belum paham makna mendasar dari peran
mereka terhadap pendidikan anak. Bahkan Made Pidarta menyatakan di daerah perdesaan yang
tingkat status sosial ekonomi yang rendah, mereka hampir tidak menghiraukan lembaga
pendidikan dan mereka menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab pendidikan anaknya kepada
sekolah.
Keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh proses pendidikan di sekolah dan
tersedianya sarana dan prasarana saja, tetapi juga ditentukan oleh lingkungan keluarga dan atau
masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah (sekolah),
keluarga dan masyarakat. Ini berarti mengisyaratkan bahwa orang tua murid dan masyarakat
mempumyai tanggung jawab untuk berpartisipasi, turut memikirkan dan memberikan bantuan 
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Partisipasi yang tinggi dari orang tua murid dalam pendidikan di sekolah merupakan
salah satu ciri dari pengelolaan sekolah yang baik, artinya sejauhmana masyarakat dapat
diberdayakan dalam proses pendidikan di sekolah adalah indikator terhadap manajemen sekolah
yang bersangkutan. Pemberdayaan masyarakat dalam pendidikan ini merupakan sesuatu yang
esensial bagi penyelenggaraan sekolah yang baik (Kumars, 1989). Tingkat partisipasi masyarakat

18
dalam proses pendidikan di sekolah ini nampaknya memberikan pengaruh yang besar bagi
kemajuan sekolah, kualitas pelayanan pembelajaran di sekolah yang pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap kemajuan dan prestasi belajar anak-anak di sekolah. Hal ini secara tegas
dinyatakan oleh Husen (1988) dalam penelitiannya bahwa siswa dapat belajar banyak karena
dirangsang oleh pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru dan akan berhasil dengan baik berkat
usaha orang tua mereka dalam memberikan dukungan.
Partisipasi yang tinggi tersebut nampaknya belum terjadi di negara berkembang
(termasuk Indonesia). Hoyneman dan Loxley menyatakan bahwa di negara berkembang sebagian
besar keluarga belum dapat diharapkan untuk lebih banyak membantu dan mengarahkan belajar
murid, sehingga murid di negara berkembang sedikit waktu yang digunakan dalam belajar. Hal
ini disebabkan banyak masyarakat/orang tua murid belum paham makna mendasar dari peran
mereka terhadap pendidikan anak. Bahkan Made Pidarta menyatakan di daerah perdesaan yang
tingkat status sosial ekonomi yang rendah, mereka hampir tidak menghiraukan lembaga
pendidikan dan mereka menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab pendidikan anaknya kepada
sekolah.
Definisi hubungan sekolah dengan masyarakat yang lengkap diungkapkan oleh Bernays seperti
dikutip oleh Suriansyah (2000), yang menyatakan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat
adalah:
a.    information given to the public (memberikan informasi secara jelas dan lengkap kepada
masyarakat)
b.    persuasion directed at the public, to modify attitude and action (melakukan persuasi kepada
masyarakat dalam rangka merubah sikap dan tindakan yang perlu mereka lakukan terhadap
sekolah)
c.    effort to integrated attitudes and action of institution with its public and of public with the
institution (suatu upaya untuk menyatukan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh sekolah
dengan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh masyarakat secara timbal balik, yaitu dari
sekolah ke masyarakat dan dari masyarakat ke sekolah.
Secara lebih lengkap Elsbree dan Mc Nally seperti dikutip oleh Suriansyah (2001) menyatakan
bahwa kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan untuk:
a. to improve the quality of children’s learning and growing.
b. to rise community goals and improve the quality of community living

19
c. to develop understanding, enthusiasm and support for community program of public
educations
Sedangkan kegiatan-kegiatan manajemen hubungan sekolah dan masyarakat adalah sebagai
berikut.
a. Analisis kebutuhan keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan sekolah
b. Penyusunan program hubungan sekolah dengan masyarakat
c. Pembagian tugas melaksanakan program hubungan sekolah dengan masya-rakat
d. Menciptakan hubungan sekolah dengan orang tua siswa
e. Mendorong orang tua menyediakan lingkungan belajar yang efektif
f. Mengadakan komunikasi dengan tokoh masyarakat
g. Mengadakan kerjasama dengan instansi pemerintah dan swasta
h. Mengadakan kerjasama dengan organisasi sosial keagamaan
i. Pemantauan hubungan sekolah dengan masyarakat
j. Penilaian kinerja hubungan sekolah dengan masyarakat

20

Anda mungkin juga menyukai