Anda di halaman 1dari 14

URGENSI MANAJEMEN PENDIDIKAN

PESERTA DIDIK DAN PERAN SEORANG


GURU

Muh Irfan1, Mohammad Ubaidillah2


Institut Pesantren Sunan Drajat Lamongan
1
2
Institut Pesantren Sunan Drajat Lamongan
1
muhirfan852001@gmail.com, 2ubaidillah03911@gmail.com
Abstrak
Dalam lingkup pendidikan, manajemen merupakan tolak ukur
keberhasilan dalam menjalankan proses pendidikan sehingga
tujuan yang diharapkan dapat terlaksana dengan baik. Peserta
didik merupakan unsur penting pada sebuah lembaga pendidikan
karena peserta didik memiliki peran besar sebagai objek dalam
pelaksanaan pendidikan. Oleh karenanya suatu lembaga
pendidikan perlu memikirkan bagaimana memanajemen peserta
didik dengan baik. Manajemen peserta didik merupakan usaha
pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut
masuk sekolah sampai dengan lulus sekolah, adapun kegiatan dari
manajemen peserta didik adalah perencanaan, pembinaan,
evaluasi dan mutasi. Fakta bahwa seluruh proses dan hasil belajar
yang dicapai siswa sangat tergantung kepada peranan, tugas dan
tanggung jawab kepala sekolah dan guru di sekolah. Salah satu
tugas dan peran kepala sekolah dan guru adalah pengelola proses
pembelajar yang bertumpu pada kinerja yang bermutu. Proses
pengelolaan di sekolah harus dimulai dari tahap perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, penilaian dan tindak
lanjut. Yang menjadi tuntutan itu adalah supaya proses
manajemen pembelajaran dimaksud dilakukan dengan baik dan
benar oleh guru yang profesional, sehingga memuat konten
pembelajaran yang mampu menghasilkan kompetensi akademik
dan non akademik yang utuh di dalam diri siswa. Oleh karena itu,
kualitas kerja guru dalam merencanakan sampai mengevaluasi dan
menggunakan hasil belajar peserta didik, berkorelasi positif dengan
mutu lulusan di sekolah.

Kata kunci: Urgensi; Pendidikan; Manajemen Peserta Didik.

Pendahuluan
Pendidikan adalah salah satu usaha untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Proses pendidikan yang baik akan melahirkan
manusia yang berkualitas serta memiliki potensi untuk
memajukan bangsa dan negara. Untuk mewujudkan tujuan
pendidikan sebagaimana yang tertuang dalam pembukaan UUD
1945 memerlukan pengelolaan dari berbagai aspek, salah satunya
yaitu pengelolaan peserta didik.1
Saat ini banyak anak-anak yang tidak dapat menikmati
suasana belajar dibangku sekolah karena berbagai sebab,
diantaranya, karena alasan ekonomi, jarak sekolah yang jauh,
konflik sosial, dan anak-anak yang berkelainan maupun yang
berbakat. Dalam hal ini peran pemerintah sangat penting untuk
melindungi dan melayani hak- hak anak dalam menerima
pedidikan.2
Manajemen peserta didik merupakan penggabungan dari kata
manajemen dan peserta didik. Manajemen adalah suatu proses
yang khas terdiri atas tindakan-tindakan berupa perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang
dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai sasaran atau
tujuan yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya. Sedangkan peserta didik
adalah sebagai suatu komponen masukan dalam sistem
pendidikan, yang selanjutnya di proses dalam proses pendidikan,
sehingga manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.3 Adapun fungsi manajemen peserta didik
menurut Suwardi dan Daryanto adalah sebagai wahana bagi
peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik
yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosial,
aspirasi, kebutuhan dan segi potensi peserta didik lainnya.
Keberhasilan pembelajaran di kelas sangat ditentukan oleh guru.
Kegiatan guru didalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar
dan mengelola kelas. Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung
menggiatkan siswa mencapai tujuan-tujuan. Kegiatan mengelola kelas
bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas

1
Melalui Manajemen and Peserta Didik, “, Vol. 9 Nomor 2 September
2018 | 1” 9, no. September (2018): 1–20.
2
Ana Kameloh Dian and Desi Erawati, “Manajemen Layanan Peserta
Didik,” Studi Agama Dan Masyarakat 13, no. 20 (2017): 194–218.
3
Jaja Jahari, Heri Khoiruddin, and Hany Nurjanah, “Manajemen
Peserta Didik,” Jurnal Isema : Islamic Educational Management, 2019,
https://doi.org/10.15575/isema.v3i2.5009.
agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Mengembangkan hubungan yang baik antara guru dan siswa,
mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan kelompok adalah
contoh-contoh kegiatan mengelola kelas. Hal ini sesuai dengan
pendapat Karwati dan Donni manajemen kelas adalah usaha sadar
untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengaktualisasikan, serta
melaksanakan pengawasan terhadap program dan kegiatan yang ada di
kelas sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara
sistematis, efektif, dan efisien, sehingga segala potensi peserta didik
mampu dioptimalkan

Metode Penelitian
Kajian ini merupakan hasil literasi pustaka (library research)
memakai pendekatan studi naskah yang dilakukan dengan
menggali literatur-literatur yang memiliki kesesuaian dengan tema
yang diangkat pada kajian ini. Yakni tentang urgensi manajemen
pendidikan, pembelajaran peserta didik dan peran guru.
Sumber data berasal artikel-artikel ilmiah dan buku-buku,
skripsi, tesis dan disertasi atau tulisan lain yang se-tema
pembahasan tentang pendidikan. Kemudian, analisis data
dilakukan secara deskriptif yakni dengan mengklasifikasi dan
mengkategorikannya dari data pustaka yang diperoleh dan
disusun dengan pola induktif dan mengacu pada penekanan
makna.

Makna Manajemen
Secara etimologi istilah manajemen berasal dari bahasa
Inggris “management”. Kata management berasal dari kata
manage yang artinya mengurus, mengatur, mengelola.4
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan proses sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu tujuan.
Manajemen pendidikan yang berlangsung dalam suatu lembaga
pendidikan berpengaruh pada tingkat keefektifan dan efisiensi
pendidikan di lembaga yang bersangkutan. Kualitas manajemen
tersebut ditandai dengan kejelasan pelaksanaan dan pengawasan.

4
Suhadi Winoto, Manajemen Berbasis Sekolah, Yogyakarta, 2022.
Bila fungsi manajemen tersebut berjalan dengan baik dan optimal,
maka pelayanan pendidikan akan berjalan dengan lancar dan
memperoleh hasil yang baik.

Makna Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu usaha meningkatkan
kualitas hidup manusia melalui pengembangan potensi yang
mereka miliki. Pendidikan bukanlah kegiatan yang sederhana,
melainkan kegiatan yang dinamis. Mempertimbangkan adanya
dinamika penyelenggraan pendidikan, maka pendidikan
memerlukan manajemen yang baik agar tujuan pendidikan
tercapai dengan efektif dan efisien.5
Dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1
dinyatakan bahwa :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Manajemen Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu usaha manusia yang penting dan
bersifat kompleks. Dikatakan kompleks karena banyaknya nilai-
nilai dan faktor-faktor manusia yang turut terlibat di dalamnya.
Dikatakan sangat penting, sebab pembelajaran adalah usaha
membentuk manusia yang baik. Kegagalan pembelajaran dapat
merusak satu generasi masyarakat. Ada yang memahami bahwa
pembelajaran tidak dapat disamakan dengan pendidikan.
Pembelajaran lebih sering dipahami dalam pengertian suatu
kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi
kognitif dan psikomotor semata-mata, yaitu supaya anak lebih
banyak pengetahuannya, lebih cakap berpikir kritis, sistematis,
dan obyektif, serta terampil dalam mengerjakan sesuatu, misalnya

5
Jahari, Khoiruddin, and Nurjanah, “Manajemen Peserta Didik.”
terampil menulis, berenang, memperbaiki alat elektronik dan
sebagainya.6
Pembinaan dan pengembangan peserta didik dilakukan agar
peserta didik mendapatkan bermacam-macam pengalaman belajar
untuk bekal kehidupan di masa yang akan datang. Untuk
mendapatkan pengetahuan ataau pengalaman belajar, peserta
didik harus melaksanakan bermacam-macam kegiatan. Lembaga
pendidikan (sekolah/madrasah) dalam pembinaan dan
pengembangan peserta didik biasanya melakukan kegiatan yang
biasa disebut dengan kegiatan ekstrakulikuler. Kegiatan kurikuler
adalah semua kegiatan yang telah ditentukan di dalam kurikulum
yang pelaksanaanya dilakukan pada jam jam pelajaran. Kegiatan
kurikuler dilakukan dalam bentuk proses pembelajaran di kelas
dengan nama mata pelajaran atau bidang studi yang ada di
sekolah/madrasah, setiap peserta didik wajib mengikuti kegiatan
tersebut.
Kegiatan pembinaan dan pengembangan bakat, minat, dan
kemampuan peserta didik harus ditumbuhkembangkan secara
optimal melalui kegiatan kurikuler maupun ekstrakulikuler agar
peserta didik mejadi sesuai dengan yang digarapkan dan mencapai
tujuan pendidikan nasional. Dalam pelayanan peserta didik, tidak
boleh ada anggapan bahwa kegiatan kurikuler lebih penting dari
ekstrakulikuler atau sebaliknaya, kedua kegiatan ini harus
dilaksanakan karena saling menunjang dalam proses pembinaan
dan pengembangan kemampuan peserta didik. Keberhasilan
pembinaan dan pengembangan peserta didik diukur melalui
proses melalui proses melalui proses penilaian yang dilakukan
oleh pendidik. Ukuran yang sering digunakan adalah naik kelas
dan tidak naik kelas bagi peserta didik yang belum mencapai
tingkat akhir, serta keterangan lulus dan tidak lulus bagi peserta
didik di tingkat akhir sebuah lembaga pendidikan. Penilaian yang
dilakukan oleh guru tersebut didasarkan prinsip-prinsip penilaian
yang berlaku di lembaga pendidikan.
Pelayanan terhadap peserta didik yang baik dan adil
memerlukan adanya manajemen peserta didik dalam bentuk

6
Muh Zein, “Peran Guru Dalam Pengembangan Pembelajaran,”
Pendidikan V nomor 2 (2005): 274–85.
pendaftaran, pencatatan, penempatan dan pengelompokan di
kelas, pembinaan dan pengembangan, serta pelaporan. Sekolah
wajib memberikan laporan kepada orang tua atau walinya
tentang hasil yang telah dicapai atau dilakukan oleh peserta didik
di sekolah. Hal inilah yang disebut manajemen pelayanan peserta
didik. Dengan demikian, manajemen peserta didik adalah
pekerjaan mengatur peserta didik yang meliputi mendaftar,
mencatat, menempatkan, membina, mengembangkan, dan
melaporkan.
Hak dan kewajiban peserta didik dalam pembelajaran
dinyatakan oleh Suryosubroto sebagai berikut :
1. Hak peserta didik
a. Menerima pelajaran
b. Mengikuti kegiatan yang diadakan sekolah
c. Menggunakan fasilitas yang ada
d. Memperoleh bimbingan
2. Kewajiban peserta didik
a. Hadir pada waktunya
b. Mengikuti pelajaran yang tertib
c. Mengikuti ulangan
d. Menaati tata tertib dan peraturan yang berlaku.

Peran Seorang Guru


Tujuan utama proses pembelajaran adalah untuk
membimbing dan mengarahkan peserta didik agar berubah, baik
dalam cara belajar maupun sikap yang diperlihatkannya. Guru
sebagai komponen yang sangat menentukan dalam pelaksanaan
strategi pembelajaran. Tanpa kehadiran guru, walaupun begitu
indah, begitu ideal strategi yang terbangun dalam pembelajaran,
manalah mungkin kan tercipta strategi pembelajaran yang baik,
bahkan mungkin strategi pemebelajran hanyalah sebatas kalimat
pemulas bibir yang hanya diam, bisu tanpa makna. Jika strategi
pembelajaran ingin nyata, terasa dan bermakna, semunya
terbaring dan bersimpuh pada pangkuan kehebatan guru dalam
meracik dan menggunakan metode serta teknik pembelajaran.7

7
Suryapermana Nana, “Perencanaan Dan Sistem Manajemen
Pembelajaran,” Ekonomi Dan Bisinis Islam 1, no. 2 (2016): 29–44.
Guru memiliki peran yang penting dalam membangun
budaya kejujuran dilingkungan sekolahnya. Di anggap sangat
penting karena gurulah yang sering bersentuhan langsung dengan
anak didiknya dalam proses pembelajaran, dan saat proses itulah
peran-peran guru menanamkan tradisi kejujuran kepada siswa-
siswinya. Sebagai contoh sederhana peran guru dalam
membangun tradisi kejujuran kepada siswa-siswanya adalah
ketika ulangan, seorang guru harus menyampaikan secara jujur
agar tidak menyontek, baik kepada temannya maupun pada buku
catatan. Pesan itu disampaikan dengan bahasa yang sederhana
yang bisa ditangkap anak didiknya dan itu harus dilakukan secara
istiqomah dan tidak pernah berhenti menyampaikan pesan-pesan
moral tersebut.8
Guru dalam proses pembelajaran dapat pula memilih cara-
cara tertentu atau strategi untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran
pada anak didiknya, seperti menyampaikan berbagai kutipan yang
berupa kata-kata mutiara yang berkaitan dengan kejujuran. Guru
bisa juga menyampaikan cerita-cerita pendek, biografi, tulisan dari
jurnal, dan membuat karangan pendek, bermain peran, diskusi
kelompok dan sebagainya. Bahkan peran guru di dalam kelas
dapat dijadikan sebagai model yang langsung berkomunikasi
dengan siswa, maka guru harus mampu menjadi contoh dalam
menanamkan nilai-nilai kejujuran dan karakter kepada anak
didiknya.
Pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran dimana
interaksi antara guru dan siswa, lingkungan fisik, dan suasana
memberikan peluang terciptanya kondisi yang kondusif untuk
belajar. Suasana pembelajaran yang menyenangkan siswa tidak
akan membuat siswa merasa bosan dan tidak akan merasa takut
dalam melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran guru harus menciptakan kondusif dan siswa
dituntut aktif untuk mengembangkan ide kreatifitasnya dalam
bertanya, mempertanyakan masalah-masalah yang muncul dalam
pembelajaran, dan mengemukakan gagasannya. Dengan demikian
dalam pembelajaran guru tidak mendominasi aktivitas belajar-

8
Muhammad Amin, “Peran Guru Dalam Menanamkan Nilai Kejujuran
Pada Lembaga Pendidikan” 1, no. 01 (2017).
mengajar, tetapi siswa yang lebih banyak melakukan aktivitas
belajar. Artinya dalam setiap kali tatap muka, guru harus
menggunakan metode dan model secara bervariatif.9
Sebagai seorang guru yang sehari-hari mengajar di sekolah,
tentunya tidak jarang dalam menangani siswa yang mengalami
kesulitan belajar. Banyak siswa yang sangat sulit sekali menerima
mata pelajaran, baik pelajaran membaca, menulis serta berhitung.
Hal ini terkadang membuat guru menjadi memikirkan bagaimana
menghadapi siswa yang mengalami kesulitan belajar.10

Urgensi Manajemen Peserta Didik


Manajemen peserta didik pada lembaga pendidikan sangat
penting karena yang menjadi input, proses, dan output
Pendidikan adalah peserta didik. Manajemen peserta didik yang
bermutu berkontribusi pada adanya output pendidikan yang
bermutu. Oleh karena itu, diperlukan optimalisasi manajemen
peserta didi baik disekolah atau madrasah agar mendukung
mancapai tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler (mata
pelajaran) tujuan institusional (lembaga atau satuan pendidikan),
dan tujuan pendidikan nasional.
Harold Koontz dan Cyryl O. Donel mendefinisikan
management sebagai usaha mencapai suatu tujuan tertentu
melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian, manager
mengadakan koordinasi atas sejumlah aktifitas orang lain yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan,
pengarahan, dan pengendalian. Dengan demikian, managemen
adalah suatu proses yang dilakukan agar suatu usaha dapat
berjalan dengan baik yang memerlukan perencanaan, pemikiran,
pengarahan dan pengaturan serta mempergunakan atau mengikut
sertakan semua potensi yang ada baik personal maupun material
secara efektif dan efisien.

9
aninda galih Minsih, “Pendidikan Dasar,” Peran Guru Dalam
Pengelolaan Kelas 5, no. 1 (2018): 20–27.
10
Asep Nanang Yuhana, “Optimalisasi Peran Guru Pendidikan Agama
Islam Sebagai Konselor Dalam Mengatasi Masalah Belajar Siswa,”
Penelitian Pendidikan Islam 7, no. 1 (2019).
Menurut Nasihin dan Sururi manajemen peserta didik
merupakan upaya untuk memberikan layanan yang sebaik
mungkin kepada peserta didik semenjak dari proses penerimaan
sampai saat peserta didik meninggalkan lembaga pendidikan
(sekolah) karena sudah tamat/lulus mengikuti pendidkan pada
lembaga pendidikan (sekolah) itu.11
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
manajemen adalah suatu proses yang dilakukan agar suatu usaha
dapat berjalan dengan baik, memerlukan perencanaan,
pemikiran, pengarahan, dan pengaturan serta mempergunakan
atau mengikutsertakan semua potensi yang ada, baik personal
maupun material secara efektif dan efesien.
Terdapat ragam terminologi peserta didik dalam konteks
pendidikan indonesia yaitu siswa, murid, anak didik, pembelajar,
subjek didik, warga belajar dan santri. Di dalam undang-undang
No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4 dinyatakan bahwa peserta didik
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.12
Menurut Suharsimi Arikunto peserta didik adalah siapa saja
yang terdaftar sebagai objek didik di suatu lembaga pendidikan.
Menurut UU sistem pendidian Nasional, peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi
dirinya melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Dengan demikian, peserta
didik adalah seseorang yang terdaftar dalam suatu jalur, jenjang,
dan jenis lembaga pendidikan tertentu, yang selalu ingin
mengembangkan potensi dirinya baik pada aspek akademis
maupun non akademis melalui proses pembelajaran yang
diselenggarakan.13
Secara sosiologis, peserta didik mempunyai kesamaan yang
melahirkan konsekuensi kesamaan hak-hak yang mereka punyai.

11
Muhammad Rifa’i, Manajement Peserta Didik, Journal of Chemical
Information and Modeling, vol. 53, 2018.
12
Ibid.
13
Jurnal nia deniyanti and Education Manajemen, “Manajemen
Rekrutmen Peserta Didik,” Islamic Educational Manajemen 2, no. 2 (2017):
33–38.
Kesamaan hak-hak yang dimiliki peserta didik kemudia
melahirkan layanan pendidikan yang sama sistem persekolahan
(schooling).
Layanan yang lebih di aksentuasikan pada kesamaan anak
yang bersifat massal ini,kemudian di gugat. Gugatan demikian,
berkaitan erat dengan pandangan pesikologis mengenai anak,
bahwa setiap individu pada hakikatnya berbeda. Oleh karena
berbeda, maka mereka membutuhkan layanan-layanan
pendidikan yang berbeda. Layanan atas kesamaan yang dilakukan
oleh sistem Schooling tersebut dipertanyakan, dan sebagai
responsinya kemudian diselipkan layanan-layanan yang berbeda
pada sistem schooling tersebut.

Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik


Secara umum ruang lingkup manajemen peserta didik
sedikitnya memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan,
yaitu penerimaan murid baru, kegiatan kemajuan belajar, serta
bimbingan dan pembinaan disiplin.14
Ruang lingkup manajemen peserta didik menurut Imron
adalah sebagai berikut: (1) perencanaan peserta didik, (2)
penerimaan peserta didik baru, (3) orientasi peserta didik, (4)
mengatur kehadiran dan ketidakhadiran peserta didik, (5)
pengelompokkan peserta didik, (6) mengatur evaluasi hasil belajar
peserta didik, (7) mengatur kenaikan tingkat peserta didik, (8)
mengatur peserta didik yang mutasi dan drop out, dan (9) kode
etik, pengadilan, hukuman dan disiplin peserta didik.
1. Perencanaan Peserta Didik
Peserta didik harus direncanakan, karena dengan adanya
perencanaan segala sesuatunya dapat dipikirkan dengan
matang dengan memperhatikan seluruh aspek yang
melingkupinya. Dengan demikian, masalah-masalah yang
muncul akan dapat ditangani sesegera mungkin.
2. Penerimaan Peserta Didik Baru
Penerimaan peserta didik baru adalah salah satu kegiatan
manajemen peserta didik yang sangat penting. Dalam
penerimaan peserta didik baru ini meliputi beberapa tahapan,

14
Muhammad Rifa’i, Manajement Peserta Didik.
yaitu: (1) kebijaksanaan penerimaan peserta didik, (2) sistem
penerimaan peserta didik, (3) kriteria penerimaan peserta didik
baru, (4) prosedur penerimaan peserta didik baru, dan (5)
problema penerimaan peserta didik baru.
3. Orientasi Peserta Didik
Peserta didik yang sudah melakukan daftar ulang, mereka
kemudian akan memasuki masa orientasi peserta didik di
sekolah. orientasi ini dilakukan dari hari-hari pertama masuk
sekolah. Pada bagian ini secara berurutan terdiri dari: (1)
alasan dan batasan orientasi peserta didik, (2) tujuan dan fungsi
orientasi peserta didik, (3) hari-hari pertama di sekolah, dan (4)
orientasi peserta didik.
4. Mengatur Kehadiran Dan Ketidakhadiran Peserta Didik
Kehadiran peserta didik di sekolah sangat penting, karena jika
peserta didik tidak hadir di sekolah, tentu aktivitas belajar
mengajar di sekolah tidak dapat dilaksanakan. Kehadiran
peserta didik di sekolah adalah suatu kondisi yang
memungkinkan terjadinya interaksi belajar mengajar.
5. Pengelompokkan Peserta Didik
Peserta didik yang sudah melakukan daftar ulang, mereka
perlu dikelompokkan atau diklasifikasikan. Pengklasifikasian
diperlukan bukan dimaksudkan untuk mengkotak kotakkan
peserta didik, tetapi justru dimaksudkan untuk membantu
keberhasilan mereka. Kegiatan yang termasuk dalam bagian ini
yaitu: (1) urgensi pengelompokan, (2) wacana pengelompokan,
(3) jenis-jenis pengelompokan, dan (4) pengelompokan dan
penjurusan.
6. Mengatur Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik
Evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik sangat perlu
dilakukan, agar diketahui perkembangan mereka dari waktu ke
waktu. Evaluasi hasil belajar peserta didik dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat
menampilkan performa sesuai yang diharapkan.
7. Mengatur Kenaikan Tingkat Peserta Didik
Kenaikan kelas dapat diatur sesuai dengan kebijakan dari
msing-masing sekolah. Dalam kenaikan kelas sering terjadi
masalah-masalah yang memerlukan penyelesaian secara bijak.
Masalah ini dapat diperkecil jika data-data tentang hasil
evaluasi siswa obyektif dan mendayagunakan fungsi. Juga para
guru harus berhati-hati dalam memberikan nilai hasil evaluasi
belajar kepada siswa.
8. Mengatur Peserta Didik Yang Mutasi dan Drop Out
Mutasi dan drop out seringkali membawa masalah di dunia
pendidikan. Oleh karena itu, keduanya harus ditangani dengan
baik, agar tidak mengakibatkan keruwetan dan keribetan yang
berlarut-larut, sehingga pada akhirnya akan mengganggu
aktivitas sekolah secara keseluruhan
9. Kode Etik, Pengadilan, Hukuman dan Disiplin Peserta
Didik.
Pendidikan didasarkan atas norma-norma tertentu bagi peserta
didik. Norma-norma dan aturan-aturan tersebut,
mengharuskan peserta didik untuk mengikutinya. Selain itu,
para pendidik selayaknya juga menjadi contoh terdepan dalam
dalam hal pentaatan terhadap tradisi dan aturan yang
dikembangkan di lembaga pendidikan.

Kesimpulan
Manajemen peserta didik pada lembaga pendidikan sangat
penting karena yang menjadi input, proses, dan output
Pendidikan adalah peserta didik. Manajemen peserta didik yang
bermutu berkontribusi pada adanya output pendidikan yang
bermutu. Oleh karena itu, diperlukan optimalisasi manajemen
peserta didi baik disekolah atau madrasah agar mendukung
mancapai tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler (mata
pelajaran) tujuan institusional (lembaga atau satuan pendidikan),
dan tujuan pendidikan nasional.
Guru memiliki peran yang penting dalam membangun
budaya kejujuran dilingkungan sekolahnya. Di anggap sangat
penting karena gurulah yang sering bersentuhan langsung dengan
anak didiknya dalam proses pembelajaran, dan saat proses itulah
peran-peran guru menanamkan tradisi kejujuran kepada siswa-
siswinya. Sebagai contoh sederhana peran guru dalam
membangun tradisi kejujuran kepada siswa-siswanya adalah
ketika ulangan, seorang guru harus menyampaikan secara jujur
agar tidak menyontek, baik kepada temannya maupun pada buku
catatan. Pesan itu disampaikan dengan bahasa yang sederhana
yang bisa ditangkap anak didiknya dan itu harus dilakukan secara
istiqomah dan tidak pernah berhenti menyampaikan pesan-pesan
moral tersebut.
Pendidikan merupakan salah satu usaha meningkatkan
kualitas hidup manusia melalui pengembangan potensi yang
mereka miliki. Pendidikan bukanlah kegiatan yang sederhana,
melainkan kegiatan yang dinamis. Dalam UU Sisdiknas No. 20
Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Kegiatan pembinaan dan pengembangan bakat, minat, dan
kemampuan peserta didik harus ditumbuhkembangkan secara
optimal melalui kegiatan kurikuler maupun ekstrakulikuler agar
peserta didik mejadi sesuai dengan yang digarapkan dan mencapai
tujuan pendidikan nasional. Dalam pelayanan peserta didik, tidak
boleh ada anggapan bahwa kegiatan kurikuler lebih penting dari
ekstrakulikuler atau sebaliknaya, kedua kegiatan ini harus
dilaksanakan karena saling menunjang dalam proses pembinaan
dan pengembangan kemampuan peserta didik. Keberhasilan
pembinaan dan pengembangan peserta didik diukur melalui
proses melalui proses melalui proses penilaian yang dilakukan
oleh pendidik. Ukuran yang sering digunakan adalah naik kelas
dan tidak naik kelas bagi peserta didik yang belum mencapai
tingkat akhir, serta keterangan lulus dan tidak lulus bagi peserta
didik di tingkat akhir sebuah lembaga pendidikan. Penilaian yang
dilakukan oleh guru tersebut didasarkan prinsip-prinsip penilaian
yang berlaku di lembaga pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Muhammad. “Peran Guru Dalam Menanamkan


Nilai Kejujuran Pada Lembaga Pendidikan” 1, no. 01
(2017).
Dian, Ana Kameloh, and Desi Erawati. “Manajemen
Layanan Peserta Didik.” Studi Agama Dan Masyarakat
13, no. 20 (2017): 194–218.
Jahari, Jaja, Heri Khoiruddin, and Hany Nurjanah.
“Manajemen Peserta Didik.” Jurnal Isema : Islamic
Educational Management, 2019.
https://doi.org/10.15575/isema.v3i2.5009.
Manajemen, Melalui, and Peserta Didik. “, Vol. 9 Nomor 2
September 2018 | 1” 9, no. September (2018): 1–20.
Minsih, aninda galih. “Pendidikan Dasar.” Peran Guru
Dalam Pengelolaan Kelas 5, no. 1 (2018): 20–27.
Muhammad Rifa’i. Manajement Peserta Didik. Journal of
Chemical Information and Modeling. Vol. 53, 2018.
Nana, Suryapermana. “Perencanaan Dan Sistem
Manajemen Pembelajaran.” Ekonomi Dan Bisinis Islam
1, no. 2 (2016): 29–44.
nia deniyanti, Jurnal, and Education Manajemen.
“Manajemen Rekrutmen Peserta Didik.” Islamic
Educational Manajemen 2, no. 2 (2017): 33–38.
Winoto, Suhadi. Manajemen Berbasis Sekolah. Yogyakarta,
2022.
Yuhana, Asep Nanang. “Optimalisasi Peran Guru
Pendidikan Agama Islam Sebagai Konselor Dalam
Mengatasi Masalah Belajar Siswa.” Penelitian Pendidikan
Islam 7, no. 1 (2019).
Zein, Muh. “Peran Guru Dalam Pengembangan
Pembelajaran.” Pendidikan V nomor 2 (2005): 274–85.

Anda mungkin juga menyukai