Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PERANAN DAN FUNGSI KEPALA SEKOLAH SEBAGAI


PEMIMPIN PENDIDIKAN
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Kepemimpinan
Pendidikan

Oleh:
Muhamad Syafiul Anam
NIM. 202012701200705

Dosen Pengampu :
Muh. Hasyim Rosyidi, M. Pd. I
NIDN : 2113049101

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT PESANTREN SUNAN DRAJAT
LAMONGAN
2022
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan Rahmat serta
Hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
tepat waktu. Sholawat serta salam kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW.
yang selalu kita nantikan syafaatnya kelak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muh Hasyim Rosyidi,
M.Pd.I selaku dosen pembimbing mata kuliah Kepemimpinan Pendidikan. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu penulis harapkan kritik dan saran yang konstrunsif untuk kesempurnaan makalah
ini.

Lamongan, 16 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang………………………………………………………………..3
1.2 Rumusan masalah …………………………………………………………....3
1.3 Tujuan………………………………………………………………………...4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pemimpin dan kepemimpinan…………………………………....5
2.2 Karakteristik pendidikan………..…………………………………………....8
2.3 Pendidikan sebagai sub sistem sosial…………………………...…………...10
2.4 Manajemen berbasis sekolah (MBS)………………………………………...11
2.5 Kepala sekolah sebagai manager…………………………………….............13
2.6 Kepala sekolah sebagai pemimpin dan supervisi pendidikan……….............15
2.7 Kepala sekolah sebagai administrator……………………………….............16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..18
3.2 Saran…………………………………………………………………............19
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kepala sekolah juga merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting karena
kepala sekolah berhubungan langsung dengan pelaksanaan program pendidikan di
sekolah. Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan
kebijaksanaan kepala sekolah yang merupakan salah satu pemimpin pendidikan.
Karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang profesional dalam
organisasi sekolah yang bertugas mengatur organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru
dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kepala sekolah harus memiliki kepemimpinan instruksional yang kuat,
mempunyai fokus yang jelas terhadap lulusan, memiliki harapan yang tinggi pada siswa,
memiliki lingkungan yang aman dan tertur, dan melakukan monitoring terhadap seluruh
kegiatan yang telah dicapai.
Disamping itu, setiap kepala sekolah juga harus mengusai seluruh aspek-aspek,
menejerial dan mampu mengembangkan kemampunan menejernya secara baik. Dalam
rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai pemimpin, kepala sekolah harus
mempunyai kemampuan strategis yang tepat untuk mendayagunakan tenaga
kependidikan melalui kerjasama atau koperatif, memberi kesempatan kepada tenaga
kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh
tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menjunjung program sekolah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka terdapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa Peran Dan Fungsi Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan?
2. Apa saja Karakteristik Pendidikan?
3. Bagaimana Pendidikan Sebagai Sub Sistem Pendidikan?
4. Bagaimana Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)?
5. Bagaimana Kepala Sekolah Sekolah Sebagai Manajer?
6. Bagaimana Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Dan Supervisor Pendidikan?
7. Bagaimana Kepala Sekolah Sebagai Administrator?

3
C. Tujuan
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah:
1. Untuk Memahami Peran Dan Fungsi Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan?
2. Untuk Memahami Saja Karakteristik Pendidikan?
3. Untuk Memahami Pendidikan Sebagai Sub Sistem Pendidikan?
4. Untuk Memahami Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)?
5. Untuk Memahami Kepala Sekolah Sekolah Sebagai Manajer?
6. Untuk Memahami Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Dan Supervisor Pendidikan?
7. Untuk Memahami Kepala Sekolah Sebagai Administrator?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peran Dan Funfsi Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan


Kepala sekolah juga merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting karena
kepala sekolah berhubungan langsung dengan pelaksanaan program pendidikan di
sekolah. Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan
kebijaksanaan kepala sekolah yang merupakan salah satu pemimpin pendidikan.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan
dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu kepala sekolah harus mengetahui
tugas-tugas yang harus ia laksanakan. Adapun tugas-tugas dari kepala sekolah seperti
yang dikemukakan Wahjosumidjo (2002:97) adalah :1
a. Kepala sekolah berperilaku sebagai saluran komunikasi di lingkungan sekolah.
b. Kepala sekolah bertanggung jawab dan mempertanggung jawab atas segala
tindakan yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh para guru,
siswa, staf dan orang tua siswa tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab
kepala sekolah.
c. Kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan.
d. Kepala sekolah harus berfikir secara analitik dan konseptional.
e. Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengah.
f. Kepala sekolah adalah seorang politisi
Disamping itu, setiap kepala sekolah juga harus mengusai seluruh aspek-aspek,
menejerial dan mampu mengembangkan kemampunan menejernya secara baik. Dalam
rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai pemimpin, kepala sekolah harus
mempunyai kemampuan strategis yang tepat untuk mendayagunakan tenaga
kependidikan melalui kerjasama atau koperatif, memberi kesempatan kepada tenaga
kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh
tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menjunjung program sekolah.

1
Wahjusumidjo. “Kepemimpinan Kepala Sekolah tinjauan teoritik dan permasalahanny”, Jakarta: Rajawali Pers
(2000)

5
A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu
organisasi karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan
oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut. adapun yang dimaksud dengan
kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau
bekerja sama dibawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai tujuan
tertentu. Sementara Idrafachrudi (2006) mengartikan kepemimpinan sebagai suatu
kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan itu. Kemudian menurut Ukas
(2004) kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat
mempengaruhi orang lain, agar ia mau berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian
suatu maksud dan tujuan.2
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerjasama agar mau
melakukan tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuan bersama yang sudah
ditetapkan.
Dalam ajaran islam pengertian kepemimpinan dijelaskan dalam Q.S An nahl ayat
36 yang berbunyi:

ْ ‫ير‬FF‫ض ٰلَلَ ۚةُ فَ ِس‬ ٰ ْ َ ۡ ‫اًل َأ ۡ ْ هَّلل‬


ۖ ‫ٱلطَّ ُغ‬
‫ُوا‬ َّ ‫وتَ فَ ِم ۡنهُم َّم ۡن هَدَى ٱهَّلل ُ َو ِم ۡنهُم َّم ۡن َحقَّ ۡت َعلَ ۡي ِه ٱل‬ ‫َولَقَ ۡد بَ َع ۡثنَا فِي ُكلِّ ُأ َّم ٖة َّر ُسو ِن ٱعبُدُوا ٱ َ َوٱجتنِبُوا‬
Fَ ِ‫ُوا َك ۡيفَ َكانَ ٰ َعقِبَةُ ۡٱل ُم َك ِّذب‬
‫ين‬ ْ ‫ض فَٱنظُر‬
ِ ‫فِي ٱَأۡل ۡر‬
Artinya : Dan sesungguhnya, Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap
umat ( untuk menyerukan ), sembahlah Alloh dan jauhilah Tagut, kemudian diantara
mereka ada yang diberi petunjuk oleh Alloh dan ada pula yang tetap dalam kesesatan.
Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang
mendustakan (Rasul – Rasul).3

Q.S An-nahl ayat 36 tersebut menjelaskan bahwa hakikatnya para Rasul diutus ke
muka bumi hanyalah untuk memimpin umat dan mengeluarkannya dari kegelapan
menuju cahaya terang. Tidak satupun manusia yang eksis kecuali Allah SWT mengutus
para Rasul untuk meluruskan penyimpangan akidah para individu umat tersebut.
2
Edi Harapan, “Visi Kepala Sekolah Sebagai Penggerak Mutu Pendidikan,” Manajemen Kepemimpinan
Dan Supervisi Pendidikan 1 (2016): 137.
3
Kementrian Agama RI, Al-Qurana 20 Baris Terjemah (Bandung: Mikraj Khazanah Ilmu, 2011).

6
a) Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah sikap, gerak gerik, atau penampilan yang dipilih
pemimpin dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya. Gaya yang dipakai oleh seorang
pemimpin satu dengan yang lainnya berbeda, tergantung pada situasi dan kondisi
kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang dipergunakan
seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Menurut
Karwati dan Priansa (2013) gaya kepemimpinan adalah suatu pola perilaku yang
konsisten yang ditujukan oleh pemimpin dan diketahui pihak lain ketika pemimpin
berusaha mempengaruhi kegiatan – kegiatan orang lain.4
Gaya Kepemimpinan kepala sekolah antara lain ;
1. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Otoriter berasal adari kata autos, yang berarti sendiri dan kratos yang berarti
kekuasaan atau kekuatan, gaya kepemimpinan ini seperti identik dengan seorang
dictator, bahwa memimpin tidak lain adalah menunjukkan dan memberi perintah
sehingga ada kesan bawahan atau anggota – anggotanya hanya mengikuti dan
menjalankannya, tidak boleh membantah dan mengajukan saran.
2. Gaya Kepemimpinan Pseudo – Demokratis
Istilah pseudo berarti palsu. Maka pseudo demokratis berarti bukan atau tidak
demokratis. Gaya kepemimpinan ini sebenarnya otokratis, tetapi dalam
kepemimpinannya ia memberi kesan demokratis. Ia memberi hak dan kuasa kepada
guru – guru untuk menetapkan dan memutuskan sesuatu, tetapi sesungguhnya ia
bekerja dengan perhitungan. Ia mengatur siasat agar kemauannya terwujud kelak.
3. Gaya Kepemimpinan Bebas (Laissez Faire)
Gaya kepemimpinan bebas atau laissez faire ini diartikan membiarkan orang – orang
berbuat sekehendaknya. Gaya kepemimpinan seperti ini sang pemimpin praktis tidak
memimpin. Pemimpin seperti ini sama sekali tidak memberikan control dan koreksi
terhadap pekerjaan para bawahan atau anggotanya.
4. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis ini adalah gaya kepemimpinan yang paling ideal.
Pemimpin yang demokratis adalah pemimpin yang kooperatifdan tidak ditaktor. Dia
4
Bahrun Kasidah, Murniati, “Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pada
Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Banda Aceh,” Administrasi Pendidikan 3 (2017): 128.

7
selalu menstimulasi anggota – anggota kelompoknya dan selalu mempertimbangkan
kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.5

B. Fungsi Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin pendidikan


Adapun fungsi kepemimpinan pendidikan pada dasarnya dapat dibagai menjadi
dua yaitu:6
a) Fungsi yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai. Yang tergolong pada
kelompok ini adalah (1) Pemimpin berfungsi memikirkan dan merumuskan dengan
teliti tujuan kelompok serta menjelaskan supaya anggota dapat berkerjasama
mencapai tujuan itu. (2) Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada anggota-
anggota kelompok untuk menganalisis situasi supaya dapat dirumuskan rencana
kegiatan kepemimpinan yang dapat memberi harapan baik. (3) Pemimpin berfungsi
membantu anggota kelompok dalam memberikan keterangan yang perlu supaya dapat
mengadakan pertimbangan yang sehat. (4) Pemimpin berfungsi menggunakan
kesempatan dan minat khusus anggota kelompok.
b) Fungsi yang bertalian dengan suasana kerja yang sehat dan menyenangkan. Yang
tergolong pada kelompok ini adalah (1) Pemimpin berfungsi memupuk dan
memelihara kebersamaan di dalam kelompok. (2) Pemimpin berfungsi mengusahakan
suatu tempat bekerja yang menyenangkan, sehingga dapat dipupuk kegembiraan dan
semangat bekerja dalam pelaksanaan tugas. (3) Pemimpin dapat menanamkan dan
memupuk perasaan para anggota bahwa mereka termasuk dalam kelompok dan
merupakan bagian dari kelompok.

2.2 Karakteristik Pendidikan


Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 sebagai induk peratutan perundang-
undangan pendidikan mengatur pendidikan pada umumnya. Segala sesuatu yang
berkaitan dengan pendidikan mulai dari prasekolah sampai dengan pendidikan tinggi
ditentukan dalam undang-undang ini. Pada pasal 1 ayat 2 UU Sisdiknas berbunyi:
“Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
5
Djunaidi, “Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru,” Tarbiyatuna 2 (2017): 106-108.
Kepemimpinan
6
Hadi Susanto, “Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan,” 30 Nopember, 2015,
https://bagawanabiyasa.wordpress.

8
Undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayan nasional Indonesia,
dan tanggap terhadap tuntutan perubahan  zaman.” Ini berarti bahwa teori-teori dan
praktik-praktik pendidikan yang diterapkan di Indonesia, haruslah berakar pada
kebudayaan Indonesia dan agama. Kenyataannya menunjukkan bahwa kita belum
memiliki teori-teori pendidikan yang khas yang sesuai dengan budaya bangsa. Kita
sedang mulai membangunnya. Teori pendidikan kita masih dalam proses pengembangan
(Sanusi, 1989).
Dalam buku Pengantar Pendidikan, Redja Mudyahardjo (Halaman 191) membagi
empat bagian Karakteristik Pendidikan Nasional Indonesia, diantaranya:
a) Karakteristik sosial budaya
Sistem Pendidikan Nasional Indonesia berakar pada kebudayan bangsa Indonesia 
yaitu kebudayan yang timbul sebagai usaha budi daya rakyat Indonesia yang
berbentuk kebudayaan lama dan asli, kebudayaan baru yang dikembangkan menuju
ke arah kemajuan adab, budaya, dan persatuan  dengan tidak menolak kebudayaan
asing yang dapat mengembangkan dan memperkaya kebudayaan sendiri serta
mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia. Sistem Pendidikan Nasional
Indonesia berakar pada kebhinekaan yang satu atau Bhineka Tunggai Ika. Sistem
Pendidikan Indonesia harus menyerap dan mengembangkan karakteristik geografi,
demografis, sosial budaya, sosial politik, dan sosial ekonomi daerah-daerah di seluruh
wilayah Indonesia dalam kerangka persatuan dan kesatuan Indonesia.
b) Karakteristik Dasar
Dasar yuridis formal dari sistem pendidikan nasional Indonesia yang bersifat idiil
adalah pancasila sebagai dasar negara seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD
1945 dan yang bersifat regulasi/mengatur bersumber pada pasal 31 ayat (1) dan (2)
UUD 1945. Pasal 31 ayat 2 berbunyi “Setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.” Ayat ini secara khusus
berbicara tentang pendidikan dasar 9 tahun (tingkat SD dan SLTP), bahwa target
yang dikehendaki adalah warga negara yang berpendidikan minimal setingkat SLTP.
Ada dua kata "wajib" dalam ayat ini yang berimplikasi terhadap pelaksanaan lebih
lanjut program wajib belajar. Di antaranya adalah setiap anak usia pendidikan dasar
(6-15 tahun) wajib bersekolah di SD dan SLTP. Karena sifatnya wajib, bila tidak,

9
semestinya ada sanksi hukum terhadap keluarganya dan juga bagi anaknya. Sanksi
apa yang dikenakan kepada mereka, haruslah jelas. Tidak boleh lagi ada alasan bahwa
seorang anak tidak bersekolah karena ia tidak ingin bersekolah atau keluarganya tidak
mampu membiayainya karena pemerintah wajib membiayainya.
c) Karakteristik Fungsi dan Tujuan
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kehidupan bangsa
yang cerdas adalah kehidupan bangsa dalam segala sektor, politik, ekonomi,
keamanan, kesehatan dan sebagainya. Yang makin menjadi kuat dan berkembang
dalam memberikan keadilan dan kemakmuran bagi setiap warga negara dan negara
sehingga mampu menghadapi gejolak apapun. Tujuan yang kedua adalah
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur. Memiliki pengetahuan
dan keterampilan. Memiliki kesehatan jasmani dan rohani. Memiliki kepribadian
yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebanggaan.

2.3 Pendidikan Sebagai Sub Sistem Sosial


Dalam sistem sosial, pendidikan merupakan bagian yang tidak bisa
dipisahkan dari masyarakat. Pendidikan dan masyarakat memiliki hubungan
resiprokal yang sangat kuat. Pratiknya, lebih jelas menggambarkan corak dan ciri-ciri
masyarakat yang akan berkembang di masa sekarang dan masa yang akan datang.
Pertama, terjadinya teknologisasi kehidupan sebagai akibat adanya loncatan
revolusi dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua, kecenderungan
perilaku masyarakat yang lebih fungsional, dimana hubungan sosial hanya dilihat
dari sudut kegunaan dan kepentingan semata. Ketiga, masyarakat padat informasi.
Dan Keempat, kehidupan yang makin sistemik. dan terbuka, yakni masyarakat
yang sepenuhnya berjalan dan diatur oleh sistem yang terbuka (open system).
Hubungan resiprokal ini dapat dijelaskan secara filosofis maupun sosiologis dengan
melihat peran masing-masing, dan juga dapat dijelaskan secara paedagogies.
Secara filosofis, Noor Syam mengatakan bahwa masyarakat yang maju dan
modern adalah masyarakat yang didalamnya ditemukan suatu tingkat pendidikan
yang maju, modern dan merata, baik bentuk kelembagaannya maupun jumlah

10
dan tingkat yang terdidik. Pendidikan yang maju dan modern hanya akan ditemukan
di dalam masyarakat yang maju dan modern pula. Sebaliknya masyarakat yang
kurang memperhatikan pembinaan pendidikan, akan tetap terbelakang, tidak
hanya dari segi intelektual tetapi juga dari segi sosial kultural. Begitu pula jika
penyelenggaraan dan sistem pendidikan di dalam masyarakat bersifat pasif dan
konservatif, maka masyarakat yang dihasilkannya akan kurang produktif dan
kreatif. Pendidikan secara filosofis juga merupakan wahana pewarisan dan
pengembangan nilai. Baik nilai-nilai kemanusiaan yang universal pada umumnya
maupun nilai-nilai religius dan kultural. Sedangkan secara sosiologis, Durkheim
menyatakan bahwa transformasi pendidikan selalu merupakan hasil dan gejala
transformasi sosial.
Pendidikan juga mempunyai peran penting dalam suatu proses pen-
sortiran/proses seleksi dalam suatu pekerjaan/jabatan. Faktor yang mempengaruhi
proses penyeleksian tersebut antara lain ditentukan oleh:
1) Perbedaan tingkat dan kualitas pendidikan yang terdapat di negara, wilayah
atau masyarakat dimana ia tinggal. (differences in the level and quality of
education available in the country, region or community in which one lives)
2) Perbedaan akses fasilitas pendidikan menurut status kelas sosial seseorang,
agama, ras, dan etnik, (differential acces to educational facilities)
3) Perbedaan motivasi, nilai, sikap seseorang, perbedaan kehendak, cita-cita dan
keinginan orang tua, dst. (differences in one’s motivations, values, and attitudes).

2.4 Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Istilah MBS seringkali didengar dari perbincangan orangorang di sekitar kita,
namun masih banyak orang yang belum memahami istilah tersebut. Para pakar
pendidikan telah banyak memberikan kajian dan ulasan terhadap istilah tersebut.
Slamet PH,(2000), mengemukakan bahwa istilah MBS berasal dari tiga kata yaitu
manajemen, berbasis, dan sekolah. Manajemen adalah pengkoordinasian dan
penyerasian sumber daya melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan
atau untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Berbasis berarti ”berdasarkan pada” atau
”berfokuskan pada”. Sekolah adalah suatu organisasi terbawah dalam jajaran

11
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang bertugas memberikan ”bekal
kemampuan dasar” kepada peserta didik atas dasar ketentuanketentuan yang bersifat
legalistik dan profesionalistik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ”Manajemen Berbasis
Sekolah” adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan
secara otonomis oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai
tujuan sekolah dalam bingkai pendidikan nasional, dengan melibatkan semua
kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses
pengambilan keputusan (partisipatif).
Tujuan pelaksanaan MBS adalah untuk memberdayakan sekolah, terutama
sumber daya manusianya (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua, dan
masyarakat sekitarnya), melalui pemberian kewenangan, fleksibilitas, dan sumber
daya lain untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh sekolah yang
bersangkutan. Selain itu, MBS juga bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Dengan adanya MBS, sekolah dan masyarakat tidak perlu lagi menunggu perintah
dari pusat/atas. Mereka dapat mengembangkan suatu visi pendidikan yang sesuai
dengan keadaan setempat dan melaksanakan visi tersebut secara mandiri.
Manajemen berbasis sekolah memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh
sekolah yang akan menerapkannya. Dengan kata lain, jika sekolah ingin berhasil
dalam menerapkan MBS, maka beberapa karakteristik MBS perlu dipelajari dan
dipahami dengan baik. Membahas karakteristik MBS tidak dapat dipisahkan dengan
karakteristik sekolah efektif. Jika MBS dianggap sebagai wadah/kerangkanya maka
sekolah efektif merupakan isinya. Oleh sebab itu, karkteristik MBS memuat elemen-
elemen sekolah efektif yang dikategorikan menjadi input, proses dan output.
Strategi utama yang digunakan dalam mengimplementasikan manajemen
berbasis sekolah, adalah :
1) Mensosialisasikan konsep MBS kesemua warga sekolah.
2) Melaksanakan analisis situasi sekolah dan luar sekolah yang hasilnya berupa
tantangan nyata yang harus dihadapi sekolah dalam mengubah manajemen
berbasis pusat menjadi MBS.

12
3) Merumuskan tujuan situasional yang akan dicapai dari pelaksanaan manajemen
berbasis sekolah berdasarkan tantangan yang dihadapi.
4) Mengidentifikasi yang perlu dilibatkan untuk mencapai tujuan situasional dan
masih perlu diteliti tingkat kesiapannya.
5) Menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktorfaktornya malalui analisis
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat).
6) Memilih langkah-langkah pemecahan masalah.
7) Membuat rencana jangka pendek, menengah dan panjang beserta program-
programnya.
8) Melaksanakan program-program untuk merealisasikan rencana jangka pendek
MBS.
9) Pemantauan terhadap proses dan evaluasi terhadap hasil MBS.

2.5 Kepala Sekolah Sebagai Manajer


Sebagai manajer, kepala sekolah dituntut untuk bisa dan mampu memberikan
pelayanan pendidikan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan masyarakat.
Kepala sekolah tidak perlu ragu-ragu dalam membuat strategi dan kebijakan sendiri.
Secara umum untuk meningkatkan mutu sekolah untuk mencapai standar kompetensi
harus ditunjang oleh banyak pendukung. Di antaranya adalah, kepala sekolah dan
guru profesional merupakan salah satu input sekolah yang memiliki tugas dan fungsi
yang sangat berpengaruh pada berlangsungnya proses pendidikan. Oleh karenanya,
diperlukan kepala sekolah yang professional, sebagai pemenuhan sumber daya
manusia yang baik memiliki kompetensi yang mendukung tugas dan fungsinya dalam
menjalankan proses pendidikan pada satuan pendidikan. Di samping peran kepala
sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan ada faktor pendukung lainnya yang
dapat menentukan mutu pendidikan, seperti sarana dan prasarana, kurikulum dan
proses belajar mengajar. Kepala sekolah sebagai manajer sudah saatnya
mengoptimalkan mutu kegiatan pembelajaran untuk memenuhi harapan pelanggan
pendidikan. Sekolah berfungsi untuk membina sumber daya manusia yang kreatif dan
inovatif, sehingga kelulusannya memenuhi kebutuhan masyarakat, baik pasar tenaga
kerja sektor formal maupun sektor informal. Para manajer pendidikan dituntut

13
mencari dan menerapakan suatu strategi manajemen baru yang dapat mendorong
perbaikan mutu sekolah.
Hasibuan (2006: 44-45) berpendapat bahwa manajer adalah sumber aktivitas
dan mereka harus merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan
mengendalikan semua kegiatan, agar tujuan tercapai. Manajer harus memberikan arah
kepada organisasi/perusahaan yang dipimpinnya. Manajer harus memikirkan secara
tuntas misi organisasi/perusahaaan itu, menetapkan sasaran-sasaran, strategi, dan
mengorganisasi sumber-sumber daya untuk tujuan-tujuan yang telah digariskan.
Manajer bertanggung jawab dalam mengarahkan visi serta sumber-sumber daya ke
arah yang dapat menghasilkan hal-hal yang paling efektif dan efisien. Dalam hal ini
manajer harus bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain, bertanggung jawab atas
hasil yang dicapai. Tegasnya manajer harus bertanggung jawab atas perkembangan
dan kesinambungan organisasi/perusahaan yang dipimpinnya itu. Selanjutnya
Wirawan mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses pemimpin menciptakan visi,
mempengaruhi sikap, perilaku, pendapat, nilai-nilai, norma dan sebagainya dari
pengikut untuk merealisasi visi.
Berdasarkan beberapa pengertian dan teori-teori yang telah dikemukakan di
atas, dapat penulis simpulkan bahwa dalam rangka melakukan peran dan fungsinya
sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk
memperdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif, memberikan
kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong
keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang
program sekolah.
Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan oleh kepala sekolah sebagai
manajer. Yaitu:
1) Proses, adalah suatu cara yang sistemik dalam mengerjakan sesuatu.
2) Sumber daya suatu sekolah, meliputi dana, perlengkapan, informasi, maupun
sumber daya manusia yang masing-masing berfungsi sebagai pemikir, perencana,
pelaku serta pendukung untuk mencapai tujuan. Setiap sumber daya itu memiliki
nilai tersendiri bagi organisasi, yang berfungsi sebagai pendukung terciptanya

14
kondisi yang kondusif bagi organisasi untuk melaksanakan seluruh perencanaan
organisasi.
3) Mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Keberhasilan
sekolah dipengaruhi dan ditentukan banyak faktor, salah satunya adalah peranan
kepala sekolah sebagai manajer dalam meningkatkan tugas tata usaha untuk
mencapai tujuan pendidikan di sekolah yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan
adanya kepemimpinan sekolah yang mampu mempengaruhi dan menggerakkan
semua sumber daya pendidikan diprediksikan dapat memacu dan sekaligus
memicu pencapaian kualitas pendidikan.

2.6 Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Dan Supervisor Pendidikan


Menurut Koontz, O’Donnel dan Weihrich dalam bukunya Management,
menyatakan bahwa kepemimpinan secara umum merupakan pengaruh, seni, atau
proses mempengaruhi orang lain, sehingga mereka dengan penuh kemauan berusaha
ke arah tercapainya tujuan organisasi. Sehingga berdasarkan uraian definisi
kepemimpinan diatas, maka kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu, antara
lain: 7
1) Mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya
diri para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing.
2) Memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf, dan para siswa serta
memberikan dorongan memacu untuk maju serta memberkan ispirasi sekolah
dalam mencapai tujuan. Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang
mempunyai peranan sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di
sekolah. Kualitas kepemimpinan kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap
terbentuknya semangat kerja, kerja sama yang harmonis, minat terhadap
perkembangan pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan, dan
perkembangan mutu profesional diantara para guru. Gaya kepemimpinan kepala
sekolah seperti apakah yang dapat menumbuh suburkan kreativitas sekaligus
dapat mendorong terhadap peningkatan kompetensi guru

7
Wahjosumidjo. Kepemimpinan kepala Sekolah.( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2005).

15
2.7 Kepala Sekolah Sebagai Administrator
Kepala sekolah memiliki peran penting bagi peningkatan mutu pendidikan di
setiap satuan pendidikan. Ada banyak tugas yang dimiliki oleh kepala sekolah,
termasuk sebagai administrator dan supervisor. Dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya sebagai administrator, kepala sekolah harus mampu menguasai dan
melaksanakan tugasnya dengan baik. Untuk itu kepala sekolah harus kreatif, memiliki
ide-ide dan inisiatif yang menunjang perkembangan sekolah. Rangkaian tugas yang
harus dilakukan kepala sekolah adalah:
1) Membuat perencanaan
Perencanaan yang harus dilakukan oleh kepala sekolah, diantaranya adalah
menyusun program tahunan sekolah, yang mencakup program pengajaran,
kesiswaan, kepegawaian, keuangan, dan penyediaan fasilitas-fasilitas yang
diperlukan. Perencanaan ini selanjutnya dimanifestasikan dalam rencana tahunan
sekolah yang dijabarkan dalam dua program semester. Program pengajaran,
kesiswaan, kepegawaian, keuangan, sarana dan prasarana
2) Kepala sekolah bertugas menyusun struktur organisasi sekolah
Organisasi memainkan peran penting dalam fungsi administrasi karena
merupakan tempat pelaksanaan semua kegiatan administrasi. Selain itu, dilihat
dari fungsinya organisasi juga menetapkan dan menyusun hubungan kerja seluruh
anggota organisasi agar tidak terjadi tumpang tindih dalam melakukan tugasnya
masing-masing. Penyusunan organisasi merupakan tugas kepala sekolah sebagai
administrator pendidikan. Sebelum ditetapkan, proses penyusunan organisasi
sebaiknya dibahas bersama-sama dengan seluruh anggota agar hasil yang
diperoleh benar-benar merupakan kesepakatan bersama. Selain membuat susunan
struktur organisasi, kepala sekolah juga bertanggung jawab untuk mendelegasikan
tugas-tugas dan wewenang kepada setiap anggota administrasi sekolah sesuai
dengan struktur organisasi yang ada.
3) Kepala sekolah sebagai koordinator dalam organisasi sekolah
Pengoordinasian organisasi sekolah ini merupakan tanggung jawab dari kepala
sekolah. Dalam melakukan koordinasi ini sebaiknya kepala sekolah bekerja sama

16
dengan berbagai pihak dalam organisasi agar koordinasi yang dilakukan dapat
menyelesaikan semua hambatan dan halangan yang ada.
4) Kepala sekolah mengatur kepegawaian dalam organisasi sekolah
Berbagai tugas yang berhubungan dengan kepegawaian merupakan wewenang
kepala sekolah sepenuhnya. Kepala sekolah mempunyai wewenang untuk
mengangkat pegawai, mempromosikan, menempatkan dan atau menerima
pegawai baru. Pengelolaan kepegawaian ini akan berjalan dengan baik jika kepala
sekolah memperhatikan kesinambungan antara pemberian tugas dan dengan
kondisi dan kemampuan pelaksanaannya.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan
dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu kepala sekolah harus mengetahui
tugas-tugas yang harus ia laksanakan. Adapun tugas-tugas dari kepala sekolah seperti
yang dikemukakan Wahjosumidjo (2002:97) adalah :
a) Kepala sekolah berperilaku sebagai saluran komunikasi di lingkungan sekolah.
b) Kepala sekolah bertanggung jawab dan mempertanggung jawab atas segala
tindakan yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh para guru,
siswa, staf dan orang tua siswa tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab kepala
sekolah.
c) Kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan.
d) Kepala sekolah harus berfikir secara analitik dan konseptional.
e) Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengah.
f) Kepala sekolah adalah seorang politisi
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 sebagai induk peratutan perundang-
undangan pendidikan mengatur pendidikan pada umumnya. Segala sesuatu yang
berkaitan dengan pendidikan mulai dari prasekolah sampai dengan pendidikan tinggi
ditentukan dalam undang-undang ini. Pada pasal 1 ayat 2 UU Sisdiknas berbunyi:
“Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayan nasional Indonesia,
dan tanggap terhadap tuntutan perubahan  zaman.”
Dalam sistem sosial, pendidikan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan
dari masyarakat. Pendidikan dan masyarakat memiliki hubungan resiprokal yang sangat
kuat. Pratiknya, lebih jelas menggambarkan corak dan ciri-ciri masyarakat yang akan
berkembang di masa sekarang dan masa yang akan datang.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ”Manajemen Berbasis
Sekolah” adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara

18
otonomis oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan sekolah
dalam bingkai pendidikan nasional, dengan melibatkan semua kelompok kepentingan
yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan
(partisipatif).
Manajer bertanggung jawab dalam mengarahkan visi serta sumber-sumber daya
ke arah yang dapat menghasilkan hal-hal yang paling efektif dan efisien. Dalam hal ini
manajer harus bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain, bertanggung jawab atas hasil
yang dicapai.
Menurut Koontz, O’Donnel dan Weihrich dalam bukunya Management,
menyatakan bahwa kepemimpinan secara umum merupakan pengaruh, seni, atau proses
mempengaruhi orang lain, sehingga mereka dengan penuh kemauan berusaha ke arah
tercapainya tujuan organisasi.
Ada banyak tugas yang dimiliki oleh kepala sekolah, termasuk sebagai
administrator dan supervisor. Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai
administrator, kepala sekolah harus mampu menguasai dan melaksanakan tugasnya
dengan baik. Untuk itu kepala sekolah harus kreatif, memiliki ide-ide dan inisiatif yang
menunjang perkembangan sekolah.

3.1 Saran

Demikian makalah kami, makalah ini jauh dari kata sempurna Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca untuk perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pemakalah.

19
DAFTAR PUSTAKA

Wahjusumidjo. “Kepemimpinan Kepala Sekolah tinjauan teoritik dan permasalahanny”, Jakarta:


Rajawali Pers (2000)

Edi Harapan, “Visi Kepala Sekolah Sebagai Penggerak Mutu Pendidikan,” Manajemen
Kepemimpinan Dan Supervisi Pendidikan 1 (2016): 137.

Kementrian Agama RI, Al-Qurana 20 Baris Terjemah (Bandung: Mikraj Khazanah Ilmu, 2011).
Bahrun Kasidah, Murniati, “Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru
Pada Sekolah

Dasar Luar Biasa Negeri Banda Aceh,” Administrasi Pendidikan 3 (2017): 128.

Djunaidi, “Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru,” Tarbiyatuna 2 (2017): 106-
108. Kepemimpinan
Hadi Susanto, “Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan,” 30 Nopember, 2015,
https://bagawanabiyasa.wordpress.

Wahjosumidjo. Kepemimpinan kepala Sekolah.( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2005).

20

Anda mungkin juga menyukai