Anda di halaman 1dari 18

KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN FORMAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Teori Kepemimpinan

Dosen Pengampu: Dr. Ahmad Nabil Atoillah S.Th.I. M.Hum

Disusun oleh:

Marwan Maulana

Muhammad Abdul Wapa

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM CIAMIS

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. dzat yang Maha Sempurna, Maha Pencipta dan Maha
Penguasa segalanya, karena hanya dengan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu tentang “KEPEMIMPINAN
DALAM PENDIDIKAN FORMAL”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah “TEORI KEPEMIMPINAN”.

Tidak lupa kelompok kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang turut berpartisipasi dalam proses penyusunan tugas ini, karena kami sadar sebagai
makhluk tidak bisa berbuat banyak tanpa adanya referensi dari buku dan jurnal hingga
makalah ini dapat tersusun dengan baik.
Kami berharap agar mahasiswa khususnya, dan umumnya dari para pembaca dapat
memberikan kritik yang positif dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.

Ciamis, 20 November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................3

A. Latar Belakang ...................................................................................3


B. Rumusan Masalah ..............................................................................3
C. Tujuan Makalah .................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................5

A. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan Formal .................................5


B. Fungsi Kepemimpin Dalam Pendidikan ............................................6
C. Tipe-Tipe Kepemimpinan Pendidikan ...............................................7
D. Syarat-Syarat Kepemimpinan Pendidikan .........................................11
E. Pengalaman Diri.................................................................................13

BAB III PENUTUP ......................................................................................15

Simpulan ..................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.
Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia
menurut ukuran normatif. Sekolah sebagai organisasi, di dalamnya terhimpun unsur-unsur
yang masing-masing baik secara perseorangan maupun kelompok melakukan hubungan
keja sama untuk mencapai tujuan. Unsur-unsur yang dimaksud, tidak lain adalah sumber
daya manusia yang terdiri dari kepala sekolah, guru-guru, staf, peserta didik atau siswa,
dan orangtua siswa. Dalam hal ini kepala sekolah bertanggung jawab atas tercapainya
tujuan sekolah. Kepala sekolah diharapkan menjadi pemimpin dan innovator di sekolah.
Oleh sebab itu, kualitas kepemimpinan kepala sekolah adalah signifikan bagi
keberhasilan sekolah. Kemampuan profesional kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan yaitu bertanggung jawab dalam menciptakan suatu situasi belajar mengajar
yang kondusif, sehingga guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan
peserta didik dapat belajar dengan tenang.
Disamping itu kepala sekolah dituntut untuk dapat bekerja sama dengan
bawahannya, dalam hal ini guru. Kepala sekolah adalah pengelola pendidikan disekolah
secara keseluruhan. Keberhasilan suatu sekolah pada hakikatnya terletak pada efisiensi dan
efektivitas penampilan seorang kepala sekolah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka bisa kami rumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Kepemimpinan Pendidikan?
2. Apa Fungsi Kepemimpinan Pendidikan?
3. Bagaimana Tipe-Tipe Kepemimpinan Pendidikan?
4. Bagaiman Syarat Kepemimpinan Pendidikan?

3
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui Apa pengertian kepemimpinan pendidikan.
2. Untuk mengetahui Apa fungsi kepemimpinan pendidikan.
3. Untuk mengetahui Bagaimana tipe-tipe kepemimpinan pendidikan.
4. Untuk mengetahui Bagaiman syarat kepemimpinan pendidikan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan


Kepemimpinan (Leadership) merupakan salah satu yang sangat vital bagi
terlaksananya fungsi-fungsi manajemen. Pengertian umum Kepemimpinan adalah
kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi,
mendorong, mengajak, menuntun, menggerahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau
kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat
membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Mardjin Syam (1966) mendefenisikan kepemimpinan sebagai keseluruhan
tindakan untuk mempengaruhi serta mengingatkan orang (people remembering), dalam
usaha kolektif untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Artinya kepemimpinan adalah
proses pemberian jalan (on the road and on the track) yang mudah dari pada pekerjaan
orang lain yang terorganisir dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan Pendidikan mengandung makna wahana dari kepemimpinan atau
dengan kata lain dalam lapangan apa dan dimana kepemimpinan itu diselenggarakan dan
sekaligus menterjemahkan pula sifat, watak, atau ciri yang harus dimiliki oleh
kepemimpinan itu.
Kepemimpinan pendidikan merupakan proses mempengaruhi, menggerakkan dan
mengkoordinasikan individu-individu dalam organisasi/lembaga pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Seperti halnya kepemimpinan kepala sekolah, maka ia
memiliki peran dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan
menggerakkan guru, staf, siswa, orang tua siswa dan pihak lain terkait untuk beraktivitas/
berperan serta guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Charles W. Boardman, sebagaimana dikutip Covey, menguraikan: As the
educational leader of the school he must have the ability to organize and assist the faculty
in formulating a program for the improvement of instruction in school. He must inspire
confidence in teachers, secure cooperation in developing the supervision program, and
stimulate them into active participation in the effort to attain its objectives.
(Covey,1997:28)

5
Uraian Charles W. Boardman tersebut menekankan bahwa seorang pemimpin
pendidikan (sekolah) harus memiliki beberapa keterampilan. Pertama, ia harus memiliki
kemampuan mengorganisir dan membantu staf dalam merumuskan perbaikan program
pembelajaran. Kedua, kemampuan memupuk kepercayaan diri guru-guru dan anggota staf
sekolah. Ketiga, kemampuan membangun kerjasama dalam pengembangan program
supervisi. Keempat, kemampuan mendorong para personalia sekolah agar turut
berpartisipasi dalam usaha-usaha mencapai tujuan sekolah yang telah dirumuskan.
Jadi, kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan dalam menggerakan
pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai
secara efektif dan efisien.

B. Fungsi Kepemimpin Dalam Pendidikan


Fungsi utama pemimpin pendidikan, antara lain :
1. Pemimpin membantu tercapainya suasana persaudaraan, kerjasama, dengan penuh
rasa kebebasan.
2. Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam
memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan
menjelaskan tujuan.
3. Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu
membantu kelompok dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan
prosedur mana yang paling praktis dan efektif.
4. Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan bersama dengan
kelompok.
5. Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman.
6. Pemimpin mempunyai tanggung jawab untuk melatih kelompok menyadari proses
dan isi pekerjaan yang dilakukan dan berani menilai hasilnya secara jujur dan
objektif.
7. Pemimpin bertanggung jawab dalam mengembangkan dan mempertahankan
eksistensi organisasi.
Sedangkan dari definisi berikutnya memberikan indikasi bahwa Seorang pemimpin
berfungsi sebagai orang yang mampu menciptakan perubahan secara efektif di dalam

6
penampolan kelompok. Seorang pemimpin berfungsi menggerakan orang lain, sehingga
secara sadar orang lain tersebut mau melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
(Purwanto, 2004:56)

C. Tipe-Tipe Kepemimpinan Pendidikan


Tipe kepemimpinan merupakan bentuk atau pola kepemimpinan dari seorang
pemimpin, yang didalamnya diimplementasikan beberapa perilaku atau gaya
kepemimpinan sebagai pendukungnya. Sementara gaya kepemimpinan merupakan
perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan oleh seorang pemimpin dalam
mempengaruhi fikiran, sikap, dan perilaku anggotanya.
Model ataupun jenis kepemimpinan dapat dilihat melalui bermacam-macam sudut
pandang ketika pemimpin tersebut sedang bertugas dalam organisasi. Sebab jenis
kepemimpinan tersebut merupakan pola yang ditunjukkan oleh pemimpin tersebut yang
dipengaruhi oleh beberapa factor seperti nilai-nilai, persepsi, asumsi, kepribadian dan
sebagainya. (Sutrisno, 2009)
Kartono (2008:34) menyatakan gaya kepemimpinan adalah sifat, kebiasaan,
tempramen, watak dan kepribadian yang membedakan seorang pemimpin dalam
berinteraksi dengan orang lain. Thoha (2010:49) mengemukakan bahwa gaya
kepemimpinan merupakan norma prilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang
tersebut mencoba mempengaruhi prilaku orang lain atau bawahan.
Menurut Herujito (2006:188) mengartikan gaya kepemimpinan bukan bakat, oleh
karena itu gaya kepemimpinan dipelajari dan dipraktekan dalam penerapannya harus sesuai
dengan situasi yang dihadapi. Sedangkan menurut Supardo (2006:4), mengungkapkan
bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu cara dan porses kompleks dimana seseorang
mempengaruhi orang-orang lain untuk mencapai suatu misi, tugas atau suatu sasaran dan
mengarahkan instansi dengan cara yang lebih masuk akal.
Gaya kepemimpinan seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal. Paul
Hersey dan Kenneth Blanchard menyatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi
gaya kepemimpinan, yaitu: sistem nilai, rasa yakin terhadap bawahan, inklinasi
(kecenderungan) kepemimpinan dan perasaan aman dalam situasi tertentu. Dengan

7
demikian, tipe kepemimpinan terpola dari gaya kepemimpinan yang dimunculkan dari
seorang pemimpin. (Lewis, 1974)
Dalam ruang lingkup kajian kepemimpinan, paling tidak ada tiga tipe dan gaya
kepemimpinan yang paling mendasar, antara lain: kepemimpinan otoriter (authoritarian
leadership), kepemimpinan demokratis (democratic leadership), dan kepemimpinan bebas
(laissez faire leadership). Di samping itu juga masih ada beberapa tipe dan gaya
kepemimpinan, seperti: kepemimpinan kharismatik, kepemimpinan paternalistik,
kepemimpinan ahli (expert), dan sebagainya.
1. Kepemimpinan Demokratis

Tipe kepemimpinan demokratis ditandai dengan adanya partisipasi dalam penentuan


tujuan serta perpaduan berbagai pendapat atau pikiran untuk menentukan cara-cara terbaik
dalam pelaksanaan pekerjaan. Tipe kepemimpinan ini mendorong timbulnya inisiatif
bawahan, di samping juga bersifat terbuka ditandai dengan adanya proses pengawasan.
Tipe kepemimpinan demokratis ini hanya akan dapat diterapkan dalam lembaga yang
menerapkan sistem open management yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Adanya partisipasi bawahan dalam proses kelembagaan (social participation);


b. Adanya pertanggungjawaban dari pemimpin terhadap bawahan (social
responsibility)
c. Adanya dukungan terhadap pemimpin (social support)
d. Adanya pengawasan oleh bawahan terhadap pemimpinnya (social control).
2. Kepemimpinan Otoriter

Seorang pemimpin yang mempunyai tipe otoriter ini selalu menganggap bahwa
kekuasaan yang sah adalah miliknya, sehingga ia menganggap bahwa hak untuk
memerintah dan mengendalikan orang lain berada di tangannya.

Tipe kepemimpinan ini menghimpun sejumlah perilaku yang cenderung terpusat pada
pemimpin sebagai penentu kebijakan dalam melaksanakan tujuan organisasi. Dalam
melaksanakan pekerjaannya, seorang pemimpin yang otoriter menganggap bahwa tidak
perlu mengadakan konsultasi terlebih dahulu dengan orang lain, melainkan langsung
memerintahkan apa yang dikehendaki. Dengan demikian, tidak ada kesempatan yang
diberikan kepada bawahan untuk diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan.

8
Kebutuhan akan kekuasaan menjadi dominan pada seorang pemimpin, kewenangan
bawahan sangat kecil dalam menentukan kebijakan organisasi. Tipe kepemimpinan otoriter
cenderung menggunakan wewenang untuk melakukan doktrin dan intimidasi pada
bawahan, diikuti dengan mekanisme kontrol yang sangat ketat. Dalam konteks ini, kondisi
bawahan serta dinamika organisasi berada di bawah kendali pemimpin. Pemimpin
memiliki kekuasaan yang sangat besar, tidak ada alternatif bagi bawahan selain tunduk
pada otoritas pemimpin.

3. Kepemimpinan Bebas (laissez faire leadership)

Tipe kepemimpinan ini berpandangan bahwa bawahan/anggota sebuah organisasi


dapat membuat keputusan secara mandiri, serta dapat mengurus dirinya sendiri dengan
sesedikit mungkin adanya pengarahan dari pemimpin dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya.

Hubungan antara pemimpin dan bawahan sebatas penyampaian informasi dalam


rangka menyempurnakan tugas-tugas organisasi. Seringkali dalam tipe kepemimpinan
laissez faire ini, anggota diberikan kebebesan sepenuhnya dalam menjalankan aktivitas,
tanpa mekanisme kontrol yang ketat.

Pengawasan dari pimpinan diberikan jika dipandang perlu, sehingga pemimpin sering
berposisi sebagai penasehat. Kepemimpinan dijalankan sebagai upaya intensif dari seorang
pemimpin dalam mempengaruhi fikiran, sikap dan perilaku anggota. Tipe kepemimpinan
ini sangat bertolak belakang dengan tipe kepemimpinan otoriter.

4. Kepemimpinan Kharismatik (charismatic leadership)

Tipe dan gaya kepemimpinan kharismatik ini menekankan pada karakteristik dari
kualitas pemimpin yang cukup istimewa, sehingga mampu menciptakan kepatuhan dari
para pengikutnya. Kepemimpinan kharismatik dapat diartikan sebagai kepemimpinan yang
memiliki kekuasaan yang kuat, serta dipercayai oleh pengikutnya berdasarkan wibawa dan
daya tarik yang dimiliki seorang pemimpin.

Menurut House (1997) seorang pemimpin kharismatik mempunyai dampak yang


dalam dan tidak biasa terhadap pengikutnya, mereka merasakan bahwa keyakinan

9
pemimpin tersebut adalah benar, mereka menerima pemimpin tersebut tanpa
mempertanyakan lagi, mereka tunduk kepada pemimpin dengan senang hati, mereka
merasa sayang terhadap pemimpinnya dan terlibat secara emosional dalam misi organisasi,
mereka percaya bahwa dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan misi, dan
mereka memiliki tujuan-tujuan kinerja yang tinggi.

Kepemimpinan kharismatik memiliki kemampuan untuk mempengaruhi bawahan


dengan mendayagunakan keistimewaan dan kelebihan melalui sifat pribadi pemimpin.
Perilaku pemimpin kharismatik memunculkan rasa hormat, segan dan patuh yang sangat
besar dari para pengikutnya. Karena pengaruh kepribadiannya, pemimpin diterima sebagai
orang yang patut diikuti dalam mewujudkan tujuan organisasi.

5. Kepemimpinan Kebapakan (paternalistic leadership).

Paternalistik berarti kebapakan, maka tipe kepemimpinan ini merupakan tipe


kepemimpinan yang perannya diwarnai oleh sikap kebapakan, dalam arti bersifat
melindungi, mengayomi dan menolong anggota organisasi yang dipimpinnya.

Pemimpin menjadi tempat bertumpu bagi para bawahannya dalam menyelesaikan


masalah masalah yang ada. Pemimpin yang memiliki tipe ini akan selalu berusaha
melindungi dan meningkatkan kesejahteraan bawahan atau pengikutnya.

Kepemimpinan paternalistik lebih cenderung mengutamakan kepentingan bersama


daripada kepentingan pribadi seorang pemimpin. Namun tipe ini hanya bisa diterapkan
dalam organisasi tertentu dengan kondisi tertentu pula, sebab dalam tipe atau gaya
kepemimpinan paternalistik ini terdapat kelemahan, yakni akan menghambat kepercayaan
diri sendiri pemimpin tersebut serta anggota atau bawahannya.

Tipe kepemimpinan ini banyak terjadi pada masyarakat agraristradisional. Menurut


Siagian popularitas seorang pemimpin ini banyak dipengaruhi oleh beberapa hal, antara
lain:

a. Kuatnya ikatan primordial;


b. Extended family system;
c. Kehidupan masyarakat yang komunalistik

10
d. Peran adat istiadat yang sangat kuat dalam masyarakat;
e. Hubungan pribadi dan rasa hormat yang tinggi pada orang tua. (Sondang:1993)
6. Kepemimpinan Ahli (expert leadership).

Tipe dan gaya kepemimpinan ini didasarkan pada keahlian atau keterampilan tertentu
yang dimiliki oleh seorang pemimpin sesuai dengan bidang tugas yang dijalankan. Dalam
konteks ini, pemimpin harus memiliki profesionalisme yang diperoleh baik dari jenjang
pendidikan tertentu maupun dari pengalaman pribadi seorang pemimpin. Keahlian tersebut
dalam realitasnya dapat digunakan dalam membimbing dan mengarahkan orang lain dalam
melaksanakan pekerjaan serta memecahkan masalah-masalah.

D. Syarat-Syarat Kepemimpinan Pendidikan


1. Keterampilan dalam memimpin

Pemimpin harus mampu menguasai cara-cara kepemimpinan, memiliki keterampilan


memimpin supaya dapat bertindak sebagai seorang pemimpin yang baik.(Purwanto,
2004:71). Untuk hal itu antara lain ia harus menguasai bagaimana menyusun rencana
(planning) bersama secara berkelompok, mengajak anggota berpartisipasi, memberi
bantuan kepada anggota kelompok, memupuk “moral” kelompok, bersama-sama dalam hal
membuat keputusan, menghindarkan “working on the group” dan “working for the group”
dan mengembangkan “working with within the group”, membagi dan menyerahkan
tanggung jawab, dan sebagainya. Untuk memperoleh keterampilan diatas perlu
pengalaman, dan karena itu pemimpin harus benar-benar banyak bergaul, bekerja sama,
dan berkomunikasi dengan orang yang dipimpinnya. Yang menjadi point of view adalah
jangan sekedar tahu, tetapi harus dapat melaksanakan serta melakukan eksekusi yang jitu
dan pas demi kemaslahatan pendidikan.

2. Keterampilan dalam hubungan insani (sesama manusia)

Hubungan insani merupakan hubungan antar sesama manusia. Ada dua macam
hubungan yang biasa kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari yaitu (1) hubungan
fungsional atau hubungan formal, yaitu hubungan yang dikarena tugas resmi atau
pekerjaan resmi (2) hubungan pribadi atau hubungan informal atau hubungan personal,
adalah hubungan yang tidak didasarkan atau tugas resmi atau pekerjaan, akan tetapi lebih

11
bersifat kekeluargaan dan kekerabatan.(Purwanto,2004:71). Yang menjadi point of view
dalam hubungan ini adalah apakah itu hubungan fungsional atau hubungan personal,
adalah saling menghargai.

3. Keterampilan dalam proses kelompok

Artinya dari proses kelompok ialah bagaimana meningkatkan keaktifan dan partisipasi
para anggota kelompok setinggi-tingginya sehingga potensi yang dimiliki para anggota
kelompok itu dapat digunakan secara maksimal. Inti dari proses kelompok adalah
hubungan insani dan tangung jawab bersama. Pemimpin mampu menjadi penengah,
pendamai, dan menjadi moderator yang baik dalam menyelesaikan masalah bukan
menghakimi. .(Purwanto,2004:72-73).

4. Keterampilan dalam administrasi personal

Administrasi personil merupakan segala usaha/cara menggunakan keahlian (skills)


dan kesanggupan yang dimiliki oleh anggota secara efektif dan efisien. Berikut kegiatan
dalam administrasi personil adalah seleksi, pengangkatan, penempatan,penugasan,
orientasi, pengawasan, bimbingan dan pengembangan serta kesejahteraan. Menemukan
yang paling penting dari kegiatan diatas ialah kegiatan seleksi dalam memilih orang yan
paling sesuai dengan tugas dan pekerjaannya yang berpedoman pada “The right man in
The right place”.

5. Keterampilan dalam menilai

Penilaian adalah segala usaha untuk mengetahui sampai dimana suatu kegiatan
sudah dapat dilaksanakan atau sampai dimana suatu tujuan sudah dicapai. Hal yang dinilai
biasanya adalah cara kerja, hasil kerja dan orang yang mengerjakannya. Adapun cara dan
prosedur evaluasi adalah menentukan tujuan penilaian, menetapkan aturan dan ukuran
yang akan dinilai, mengumpulkan data-data yang dapat diolah menurut kriteria yang
ditentukan, pengolahan data, dan menyimpulkan hasil penilaian. Melalui evaluasi, guru
dapat dibantu dalam menilai hasil kinerjanya sendiri, mengetahui kekurangan dan
kelebihannya. Selain guru, personalia yang harus dievaluasi seperti pegawai tata usaha,
guru BK, petugas (karyawan)

12
E. Pengalaman Pribadi
1. Marwan Maulana
Pengalaman pribadi saya terkait dengan kepemimpinan dalam pendidikan formal,
tidak terlepas dari sosok seorang figur kepala sekolah MA Argayasa, yakni Bapak Ading
M.Pd.I.
Beliau sempat mengajar salah satu mata pelajaran di sekolah tersebut. Ketika beliau
masuk kelas, hal yang kami rasakan terutama saya ialah merasa bangga, karena dalam
dirinya terpancar sosok pemimpin yang kharismatik.
Menariknya dari Pak Ading, ia merupakan pemimpin yang bisa menyesuaikan sikap
dan tindakan terhadap warga sekolah. Artinya selain tipe kepemimpinan kharismatik,
beliau tipe paternalistic atau pemimpin kebapakan juga, contohnya, beliau akan besikap
baik kepada siswa yang terbilang baik, yang taat aturan, dsb. Dan sebaliknya, ia akan
bersikap tegas kepada anak yang kedapatan melanggar aturan.
Tidak hanya pada siswa beliau juga bertindak hal yang sama pada stakeholder
pendidikan di sekolah tersebut. Dengan kata lain beliau ini sudah memenuhi syarat dalam
kemimpinan pendidikan, mulai dari keterampilan dalam hubungan insani sampai
keterampilan dalam menilai.

2. Muhammad Abdul Wapa


Pengalaman pribadi saya dalam ranah kepemimpinan pendidikan formal belum ada
cuman saya terjun di kepengurusan pendidikan formal agama atau Diniyah dan saya
melihat pergerakan kepemimpinan guru saya di pendidikan Diniyah.
Beliau mengurusi segala hal dari mulai pemberesan keanggotaan bidang, dan
mengontrol pergerakan di setiap bidangnya apakah ada masalah atau tidak, tetapi ada hal
unik di dalam kepengurusan ini, yang mana saya rasakan beliau ini terkadang memberikan
motivasi kepada bawahannya, beberapa jam kedepan beliau langsung memakai gaya
kepemimpinan otoriter, contohnya setelah memberi motivasi yang benar-benar membuat
saya dan rekan saya tergugah hatinya menjadi semangat menjalani tugas-tugas, selang
beberapa jam kedepan ketika ada target murid yang hafalannya mandet lalu beliau
mengontrol, sehabis itu, saya di bawa keruangannya dan langsung bicara kepada saya,

13
“Wapa, saya tidak mau tau hafalan murid harus bisa tercapai sesuai target apapun
caranya!”.
Di sisi lain beliau dengan gaya otoriter juga memiliki kharismatik di dalam dirinya
yang memang membuat semua orang segan melihat beliau, itu pengalaman diri saya di
ranah kepemimpinan pendidikan formal.

14
BAB III
PENUTUP

Simpulan

Dari pembahasan materi ini dapar kita simpulkan bahwa kepemimpinan pendidikan
merupakan kemampuan dalam menggerakan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Fungsi utama pemimpin pendidikan, antara lain Pemimpin membantu tercapainya suasana
persaudaraan, kerjasama, dengan penuh rasa kebebasan. membantu kelompok untuk
mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok
dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan.

Tipe kepemimpinan merupakan bentuk atau pola kepemimpinan dari seorang pemimpin,
yang didalamnya diimplementasikan beberapa perilaku atau gaya kepemimpinan sebagai
pendukungnya.

Pemimpin harus mampu menguasai cara-cara kepemimpinan, memiliki keterampilan


memimpin supaya dapat bertindak sebagai seorang pemimpin yang baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Stephen R Covey, Kepemimpinan Berprinsip, (Jakarta: Binapura Aksara, 1997), Hal. 28

Sondang P. Siagian, Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi


(Jakarta: CV. Haji Masagung, 1993)

Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Kencana: Jakarta, 2009)

Kartono, Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja.


Grafindo Persada, 2008.

James Lewis Jr,. School Management by Objective, (New York : Parkers


Publisher Company Inc. 1974.) hal. 39

Ngalim Purwanto, Kepemimpinan Kepala Sekolah, CV Masagung Jakarta, 2004, Hal 56

16
SESI DISKUSI

No Penanya Penjawab Penambah


1.

2.

3.

17

Anda mungkin juga menyukai