Anda di halaman 1dari 18

MATA KULIAH SUPERVISI PENDIDIKAN

PERAN STRATEGIS KEPEMIMPINAN


DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN
Disusun Oleh :

KELOMPOK 1
SIGIT SUSILO (0102522001)

WENDY PUSPITASARI (0102522003)

ADHYTIA RAHAYU (0102522011)

Program Studi Administrasi Pendidikan


Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Peran Strategis
Kepemimpinan Dalam Supervisi Pendidikan “ dengan baik meskipun terdapat banyak
kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Peran Strategis Kepemimpinan Dalam
Supervisi Pendidikan’’saya juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat untuk di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan saya mohon kritik dan saran yang membangun
dari anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Semarang, Februari 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar belakang ................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
1.3 Tujuan masalah ................................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Peranan kepemimpinan .................................................................................................... 5
2.2 Dimensi baru untuk latihan kepemimpinan ..................................................................... 8
2.3Kepemimpinan Pendidikan ............................................................................................. 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 16
3.2 saran ............................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sebagai makhluk sosial, manusia sejatinya selalu berinteraksi dengan lingkungan
sekitar dan hidup berkelompok. Hal ini tidaklah mudah karena dibutuhkan
sinkronisasi keharmonisan dalam kehidupan, serta menciptakan hubungan antar
individu yang saling menghargai dan menghormati. Mengelola diri,
kelompok/organisasi, dan lingkungan menjadi kehidupan yang harmonis merupakan
tugas manusia yang memiliki jiwa pemimpin. Pemimpin yang baik merupakan
seseorang yang memiliki gaya kepemimpinan yang dapat mempengaruhi ataupun
memotivator sumber daya manusia yang ada. Individu baik dalam lingkup organisasi
maupun di luar, dapat digerakkan dan diarahkan untuk mengerjakan pekerjaannya
demi mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, melalui salah satu fungsi
manajemen yaitu kepemimpinan. Dalam dunia pendidikan ada yang disebut supervisi
pendidikan atau yang lebih dikenal dengan pengawasan pendidikan dan hal ini
berkonsep dasar yang saling berkaitan.
Pendidikan tidak sama dengan mengajar, pendidikan adalah suatu proses
pendewasaan yang dilakukan oleh tenaga pendidik kepada siswa dengan memberikan
stimulus positif yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan.Sedangkan
pengajaran hanya berkaitan dengan menambah pengetahuan saja artinya pengajaran
adalah suatu proses untuk mentransfer ilmu pengetahuan tanpa membentuk sikap dan
keterampilan siswa. Dengan jelasnya konsep dasar ini, maka dapat disimpulkan
bahwa pendidikan ini sangatlah penting, sehingga dibutuhkan supervisor untuk
mengawasi pendidikan. Supervisor disini adalah Kepala sekolah dan pengawas lain
yang berada dalam lingkup pendidikan, sehingga kualitas pengajaran dan pendidikan
dapat ditingkatkan. Tidak hanya pengawas yang berkewajiban melakukan supervisi
pada lingkup madrasah atau sekolah, men-supervisi juga dilakukan oleh kepala
sekolah. Kepala sekolah terdiri oleh dua kata, yaitu kepala dan sekolah. Dalam
lingkup suatu organisasi atau pun lembaga pendidikan dimana terdapat peserta didik
didalamnya, pimpinan tertinggi adalah kepala sekolah. Mengutip pernyataan Priansa
(2014, h. 49) bahwa kepala sekolah dapat didefisinikan sebagai tenaga fungsional
guru yang diberi tugas untuk memimpin sekolah tempat diselenggarakan proses
belajar mengajar, atau tempat dimana terjadinya interaksi antara guru yang memberi
3
pelajaran dan peserta didik yang menerima pelajaran Berdasarkan pernyataan
tersebut, maka jelas bahwa kepala sekolah diberi tugas dan wewenang untuk
memimpin sekolah yang mana menjadi tanggung jawab kepala sekolah untuk
mencapai tujuan sekolah dengan optimal, salah satunya adalah menjamin proses
belajar-mengajar terselenggara dengan baik.
Kepala sekolah yang bertugas sebagai supervisor, harus pandai menemukan
dan menentukan indikator-indikator apa saja yang penting dipenuhi oleh sekolah agar
kualitas sekolah meningkat dan tujuan pendidikan di sekolah dapat semaksimal
mungkin tercapai. Hal ini karena pendidikan merupakan pilar utama dalam kemajuan
suatu bangsa. Sumber daya manusia yang memiliki kualitas pendidikan yang baik
merupakan aset negara. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Pasal 3 ditegaskan tentang tujuan pendidikan
nasional sebagai berikut: “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dari membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demikratis serta bertanggung jawab”
Agar dapat menjaga kualitas pendidikan maka perlu untuk menjaga
keprofesionalan guru yang dalam hal ini sebagai individu yang merupakan penentu
keberhasilan pendidikan melalui tataran institusional dan eksperiensial, maka sangat
diperlukannya pengawasan melalui kegiatan supervisi baik dalam segi administrasi
maupun pengajaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana peranan kepemimpinan dalam supervise pendidikan ?
2. Bagiamana Dimensi baru untuk latihan kepemimpinan?
3. Apa pengertian dari kepemimpinan pendidikan ?

1.3 Tujuan masalah


1. Untuk mengetahui peranan kepemimpinan dalam supevisi pendidikan
2. Untuk mengetahui dimensi baru untuk latihan kepemimpinan
3. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan pendidikan

4
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Peranan kepemimpinan
Tiap organisasi yang memerlukan kerja sama antar manusia menyadari, bahwa
masalah yang utama ialah masalah kepemimpinan. Kepada masalah ini perhatian belum
cukup banyak dicurahkan.Kita melihat perkembangan dari kepemimpinan pra-ilmiah kepada
kepernimpinan yang ilmiah. Dalam tingkatan pra-ilmiah kepemimpinan itu disandarkan
kepada pengalaman, intuisi dan kecakapan praktis.Kepemimpinan itu dipandang sebagai
pembawaan seseorang, sebagai anugerah Tuhan.Karena itu dicarilah orang yang mempunyai
sifat-sifat istimewa yangdipandang sebagai syarat suksesnya seorang pernimpin. Dalam
tingkatan ilmiah kepemimpinan itu dipandang sebagaisuatu fungsi, bukan sebagai kedudukan
atau pembawaan pribadi seseorang. Maka diadakanlah suatu analisa tentang unsur-unsur
danfungsi yang dapat menjelaskan kepada kita, syarat-syarat apayang diperlukan agar
pemimpin dapat bekerja secara efektif dalam situasiyangberbeda-beda. Pandangan baru ini
membawa perubahan besar.Cara bekerja dan sikap seorang pernimpin dipelajari.Cara melatih
pemimpin-pemimpin diubah. Orang mempelajari lebih banyak aspek kehidupan dalam
kelompok.Ada yang memusatkan perhatian terhadap hubungan insani dalam kelompok. Ada
pula yang memperhatikan organisasi kelompok, aspek perasaan atau emosi, struktur
kekuasaan dan wibawa antar anggota, proses pengambilan keputusan, pola komunikasi,
fungsi pemimpin dan yang dipimpin.
Hasil berbagai penyelidikan menjelaskan, bahwa terdapat perubahan dalam konsepsi
mengenai sifat kepemimpinan.Karena itumaka kepemimpinan dipandang sebagai suatu
fungsi, bukan sebagai suatu kedudukan atau kepribadian.Jarak antarapemimpin dan yang
dipimpin makin dekat. Status pemimpin dan yang dipimpin pada waktu dan kesempatan lain
dapat berganti. Terbukti dalam banyak kesempatan dan situasi, bahwa kelompok dapat
bekerja dengan lebih efisien dan kooperatif, bila fungsi pimpinan terbagi antara banyak
anggota.Setiap orang dapat menyumbangkan tenaga dan pikiran sesuai dengan kernampuan
masing-masing dalam mengejar citacita bersama.
Hasil penyelidikan yang lain ialah kesadaran, bahwa kelompok itu merupakan suatu
organisasi yang tumbuh dan dinamis, yang memerlukan pimpinan yang berbeda dalam setiap
tingkat perkernbangannya. Setiap kelompok dalam permulaannya bagaikan seorang anak
kecilyang memerlukan bimbingan dari orang tuanya/pemimpin nya.Diperlukan bantuan
5
untuk menetapkan tujuan, mengatur tugas pekerjaan mengkoordinasikan usaha tiap anggota
dan menghindarkan penyimpangan-pe nyimpangan. Dalam tingkatan berikutnya, yaitu
menjelang kedewasaan kelompok berada dalam situasi konflik antara hasrat untuk bebas
merdeka dan rasa takut akan kehilangan lindungan dari orang tua/pernimpin. Masa ini
bertandakan tantangan-tantangan terhadap pernimpin.
Kelompok yang telah dewasa bekerja sebagai organisme yang merdeka dan
terintegrasikan dengan baik.Kelompok menerima tanggung jawab, masalah-masalah dihadapi
dengan serius dan diselesaikan secara objektif.Diadakan pernbagian tugas yang merata sesuai
dengan kecakapan masing-masing dengan mempergunakan prosedur yang telah diterima
bersama.Perhatian dialihkan dari kepentingan perseorangan/pribadi kepada kepentingan
bersama. Pemimpin yang baik akan menyadari perkernbangan ini dan akan giat berusaha
untuk membantu kelompok mencapai kedewasaannya. Pimpinan yang tidak menyadari
proses pertumbuhan ini atau menolak untuk menyerahkan kekuasaan, wewenang,
pengawasan dan berusaha untuk mempertahankan kelompoknya dalam keadaan tidak dewasa
yang menyandarkan diri pada pelindung. Pemimpin yang tidak mudah memberikan
kekuasaan kepada kelompoknya, akan sangat mengganggu perturnbuhan, dan tidak sanggup
memberikan bantuan yang diperlukan.

a. Peranan baru bagi pemimpin


Konsepsi baru tentang kepemimpinan melahirkan peranan baru yang harus dimainkan
oleh seorang pemimpin.Titik berat beralih dari pemimpin sebagai orang yang piembuat
rencana, berpikir, dan mengambil tanggung jawab untuk kelompok serta memberikan arah
kepada orang-orang lain, kepada anggapan, bahwa pemimpin itu pada tingkatan pertama
ialah pelatih dan koordinator bagi kelompok.
Fungsinya yang utama ialah membantu.kelompok untuk belajar memutuskan dan
bekerja secara lebih efisien. Dalam peranannya sebagai pelatih seorang pemimpin dapat
memberikan bantuan-bantuan yang khas.
1. Pemimpin membantu akan terciptanya suatu iklim sosial yang baik. Kalau ia
memandang dirinya sebagai seorang supervisor dan mulai “merajai” anggota-anggota
yang lain, maka ia akan menciptakan suasana bersaing, bermusuhan, formal-formal
an, menjauhkan diri, melontarkan kritik, dan salah-menyalahkan.
Sebaliknya seorang pemimpin yang menganggap dirinya sebagai seorang yang
mengharapkan kerja sama, dengan memilikifungsi yang khusus, dengan sikap yang
didasarkan atas penghargaan terhadap nilai integritas, akan berhasil untuk

6
menciptakan suasana persaudaraan, kerja sama, dengan penuh rasa kebebasan.
Sikap yang demikian akan menumbuhkan iklim, di mana kelompok akan
mencapai kepribadian yang dewasa dan demokratis dengan pembagian tanggung
jawab yang seimbang.
2. Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisasikan diri. Ia bertanggung jawab
dan ikut serta dalam memberikan perangsang dan bantuan kepada kelompok dalam
menetapkan dan menjelaskan tujuannya. la berusaha agar para anggota bekerja sama,
baik dalam perencanaan, maupun dalam pelaksanaannya dengan menetapkan tugas
kelompok dan kewajiban tiap-tiap anggota.
3. Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan,prosedur-prosedur kerja. Efisiensi
kerja memerlukan prosedur yang tepat.Prosedur dengan sidang paripurna seringkali
dirasakan kaku dalam iklim yang demokratis.Karena itu pemimpin harus membantu
kelompok dalam menganalisa situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana
yang paling praktis dan efektif.
Dalam suatu kesempatan prosedur diskusi dengan menerima.secara aklamasi
memang merupakan’suatu jalan yang baik. Dalam situasi yanglain pembagian dalam
panitya-panitya adhoc mungkin dirasakan lebih produktif. Seorang pemimpin harus
dapat dipandang sebagai “ahli prosedur”.
4. Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan bersama dengan
kelompok. Meskipun pemimpin bebas untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan
saran, ia hendaknya jangan membiasakan diri untuk mengambil keputusan bagi
orang-orang lain.
la harus menyadari bahwa kelompok mempunyai hal untuk berbuat salah dan
bahwa kelompok hanya akan menjadi dewasa dengan belajar memikul tanggung
jawab untuk hal-hal yang telah diputuskan dan dilaksanakannya sendiri.
5. Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman.
yang perlu diperhatikan bukan saja apa yang dilakukan melainkan juga bagaimana
suatu hal dikerjakan oleh kelompok atau perstorangan. Pemimpin mempunyai
tanggung jawab untuk melatih kelompok menyadari proses dan isi pekerjaan yang
dilakukannya dan kemudian berani menilai hasilnya secara jujur dan objektif.

7
2.2 Dimensi baru untuk latihan kepemimpinan
Penambahan pengetahuan tentang kepemimpinan yang demokratis memberikan
perangsang untuk menyelenggarakan latihan kepemimpinan yang memperhatikan 3 dimensi,
yaitu sebagai berikut.

1. Latihan untuk mendapatkan pengetahuan dalam keahlian yang khusus, seperti ketua
suatu komisi, pimpinan kelompok diskusi, pengajar suatu mata pelajaran, memimpin
suatu organisasi.
2. Latihan untuk memoeroleh pengertian umum tenta fig sikap kelompok yang berlaku
bagi setiap kelompok dalam setiap situasi.
3. Latihan bagi semua anggota (jadibukan hanya sebagai pemimpinsaja), agar setiap
orang dapat menjalankan tugas kepemimpinan. Ternyata, bahwa latihan yang paling
efektif ialah latihan yang dilakukan dengan seluruh kelompok dengan mengambil
pengalaman secaraterus-menerus.Latihan kepemimpinan yang lengkap harus
menyangkut dan memperhatikan ketiga dimensi tersebut di atas.
a. Individualitas dan kelompok
Kadang-kadang dikemukakan kekhawatiran, bahwa dengan titik berat yang terlampau
banyak diletakkan kepada partisipasi dalam-kelompok sebagai akibat terjadi
pengekangan terhadap individualisme, kemerdekaan, kreativitas, dan kepribadian.Tidak
dapat disangsikan bahwa ada kalanya situasi menuntut sesegrang melakukan tugas
seorang diri.labarus kreatif dalam kesepian untuk kepentingan pribadi. Tetapi dalam
dunia yang kompleks dan kait-berkait banyak pekerjaan yang tidak dapat kita kerjakan
seorang diri. Maka kita harus menggabungkan diri dalam kelompok untuk mencapai
apayang kita harapkan sebagai perseorangan.
Kita memerlukan pemimpin yang menghargai kualitas dan potensi setiap anggota
kelompok; pemimpin yang dapat memberi kesempatan kepada setiap orang untuk
memberikan sumbangan yang sesuai dengan kesanggupannya dalam usaha mengajar
cita-cita bersama.Tidak boleh ada pertentangan antara individualitas dan kecakapan
bekerja dalam kelompok.Sebaliknya pemimpin yang bijaksana dan demokratis
memberikan keleluasaan bagi pengembangan kepribadian masing-masing, sehingga
dapat memberikan sumbangan yan maksimal dan menikmati kepuasan hati sebagai
pribadi.

Menciptakan suasana “diterima” yang diperhitungkan bukanlah apa yang diceriterakan


kepada orang-orang, melainkan apa yang mereka terima. Orang seringkali memikirkan
8
komunikasi sebagai satu langkah untuk meneruskan suatu ide. Sebenarnya langkah itu terdiri
dari:

1. mengolah suatu ide;


2. meneruskan kepada orang-orang yang harus menjalankan ;
3. merangsang orang-orang untuk mengerjakannya.

Suatu rencana jarang mencakup liku-liku dan problem yang harus dipecahkan. Pemimpin
harus mempelajari prosesnya, menetapkan problem-problem, menggariskan alternatif
penyelesaian dan memutuskan mana yangakan diambill.
Kalau keputusan telah diambil, pimpinan harus meneruskannyakepada -orang lain.
Hal ini nampaknya mudah.Pemimpin harus berbicara dengan teliti, hingga kelompok dapat
memahaminya.Instruksi dapat diterima berbeda-beda.Perubahan tugas dapat membawa akibat
yang positif dan negatif.Salah pengertian disebabkan oleh pandangan yang berbeda, di
samping penguasaan pengertianistilah.Hal ini harus diperhatikan.

b. Merangsang seorang untuk bekerja


Menjelaskan suatu ide tidak cukup; pemimpin berkewajiban untuk mengusahakan
agar hal itu dikerjakan. Motivasi merupakan dasar kerja tim (team work). Pekerja yang tahu
apayang diharapkan dari padanya, yang merasa bebas untuk berdiskusi dengan atasan, akan
bekerja dengan perhatian dan kegairahan yang tinggi. Komunikasi bebas pada umumnya
menghasilkan moril dan produktivitas yang tinggi.Perbaikan dalam komunikasi hendaknya
diadakan untuk menghubungkan atasan dan bawahan.Pemimpin harus dapat menutup jurang
antara policy making, management, dan administrasi.la harus menggariskan landasan di mana
hal-hal tersebut bertemu. la harus memperhatikan 3 faktor:
1. keperluan dan polisi organisasi;
2. perhatian para, pekerja;
3. tujuan dan cita-cita sendiri.

Tidak semua tujuan jabatan itu sederhana, meskipun ada tujuan ekonomis seperti
kenaikan pangkat atau gaji. Kurang disadari adanya keinginan untuk mencari kepuasan hati.
Hal ini mencakup: rasa bahwa tugas dijalankan dengan baik hubungan persaudaraan antara,
pimpinan dan yang dipimpin rasa aman dan terjamin, kesempatan untuk memikul sesuatu
yang lebih berat. Pemimpin harus dengan jujur menghadapi keperluannya pribadi dan
menyesuaikannya dengan keperluan organisasi dan pegawai-pegawai yang lain. Penyelidikan
membuktikan, bahwa faedah “cambuk” hanya bersifat sementara, sedangkan akibat-akibat

9
yang negatif dan-merugikan itu sangat banyak.
Orang yang memaksakan produksi dari pegawai-pegawai yang segan dan apatis, tidak
sebaik orang yang merangsang pegawai-pegawainya untuk menjalankan tugasnya,
masing-masing dengan sebaikbaiknya. Seorang pemimpin harus mengikuti rencana dan polisi
dari organisasinya, ialah yang harus meneruskannya kepada orang-orang lain, paling tidak
garis besarnya, dan hendaknya diketahui pula siapa yang dapat dimintakan bantuannya dalam
hal-hal yang khusus. la harus mengenal kelompoknya secara, individual, bukan secarastatistik
saja. Setiap orang mempunyai pengalaman, sikap, peranandan harapan yang perlu diketahui
oleh pimpinan.Siapa yang inginmengenalnya dapat menempuh jalan mendengarkan dan
mengadakanobservasi dengan baik.Tindakan mempunyai pengaruh yang lebih besar. Dalam
jangka panjang para pegawai tidak dipengaruhi oleh apayang dikatakan manajemen akan
tetapi apa yang dilakukan. Pemimpin yang “setingkat”- dengan bawahannya, mau
mendengarkan masalah yang mereka hadapi, yang benar-benar memperhatikan.mereka, dapat
melakukan kepemimpinan yang efektif, mes.kipun ia tidak selalu mengatakan, “Selamat
pagi”. Komunikasi harus merupakan program yang terus-menerus, bukan yang bersifat
sementara.Kalau suasana yang baik telah tercipta, maka sukarlah tergoyahkan. Kalau
bawahan merasa, bahwa pimpinan sungguh-sungguh menyayanginya, maka mereka akan
selalumenaruh keperca’yaan dan menanggapi segala usul dan rencananya secara konstruktif
dan positif. Komunikasi yang baik bergerak ke duaarah; pemimpin: mengatakan-,
memberitahu, memerintahkan (telling, informing, commanding), yang dipimpin:
mendengarkan, menanyakan, menafsirkan (listening, asking, interpreting).
Untuk mengetahui apakah pesan sampai dipahami oleh yang bersangkutan, pemimpin
harus merangsang mereka untuk mengeluarkan pendapatnya, memajukan pertanyaan, dan ia
harus memperhatikan masalah-masalah yang mungkin timbul. Meskipun masalah itu ada
kalanya nampak kecil, akan tetapi kalau tidak terjawab, akan merupakan rintangan bagi
pengertian dan pelaksanaan.
Pada masa persaingan seperti sekarang ini perusahaan-perusahaandapat jatuh bangun
dan hal ini banyak tergantung dari produksinya,sedangkan produksi banyak pula tergantung
dari kerja tim dalam artipartisipasi dari segala potensi/unsur yang terdapat dalam
perusahaanitu. Seorang pemimpin yang memanggil orang-orangnya mengatakan.”Kita
menghadapi masalah besar dan saya memerlukan bantuan saudara”, mungkin dapat lebih
merangsang perasaan senasib dan sepenanggungan dari orang yang mengadakan
program-program partisipasi yang formal yang diperhitungkan dalam analisa terakhir,

10
bukanlah apa yang dikatakan pada orang, akan tetapi apa yang diterimanya. Konsep
komunikasi inilah yang- memberi tanda khas pada pimpinan yang efektif.

Empat prinsip untuk meneruskan ide supaya diterima, ialah sebagai berikut :

1. Berbicaralah dalam satu bahasa dengan orang-orang.


2. Janganlah “menjual” lebih dari satu ide dalam suatu ketika.
3. Pakai contoh-contoh yang khas untuk memberi “bumbu” pada ide-ide yang anda
berikan.
4. Jangan mempergunakan kritik saja, tetapi pakailah pula pujian-pujian.

Kalau memberikan perintah, perhatikanlah faktor-faktor: mengapa,siapa, apa, bilamana, di


mana, bagaimana (why, who, what, when, where, how). Suatu pemerintah hendaknya
mencakup pernyataan nng jelas mengenai hasil yang diharapkan kalau tugas itu selesai. Hal
im dapat memberikan jalan bagi pegawai untuk,inenetapkan, apakah pekerjaannya memenuhi
persyaratan/permintaan.
Juga cara menyampaikan perintah itu adalah penting: nada, suara, mimik, banyaknya
waktu yang dipergunakan. Tindak lanjut (follow-up) pemberian perintah tergantung dari
mudah atau sukarnya tugas yang harus dilakukan dan apakah yang harus menjalankan
pekerjaan itu seorang pegawai baru ataukah seorang ahli. Ada kalanya cukup hanya melihat
hasil terakhir saja, akan tetapi ada kalanya setiap langkah perlu diikuti. Dalam hal ini
hendaknya dihilangkan perasaan, bahwa sekorang terus-menerus diawasi.

Kekurangan-kekurangan umum yang diperbuat dalam memberikan perintah ialah:

1. ragu-ragu atau berbicara terlampau cepat;


2. memberikan perintah dengan cara untung-untungan dan tergesa- gesa dengan asumsi
bahwa pegawai sudah lebih mengetahui;
3. memandang bahwa para pegawai sepatutnya memahami perintah. Kalau memberikan
perintah hendaknya diperhatikan kalaukalau ada ekspresi yang menunjukkan
tanda-tanda kebingungan;
4. pengambilan waktu yang tidak baik;
5. ingin menunjukkan kekuasaan. Hal ini mudah menimbulkan rasa segan;
6. memberikan terlampau banyak dalam suatu ketika:
7. memberikan perintahyang bertentangan;
8. mengambil manfaat dari orang-orang yang menurut. Dengan demikian ada orang
yang mendapat kelebihan beban (overloaded) dan ada yang senang-senang;
11
9. mengekspresikan perintah secara negatif. Di mana mungkin tonjolkanlah hal-hal yang
positif.
2.3 Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan
pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif
dan efisien (Makawimbang, 2012: 29). Soetopo dan Soemanto (1982) menjelaskan bahwa
kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan
orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan secara bebas dan sukarela.
Morphet dkk (1982: 97), mengatakan fenomena kepemimpinan organissasi
pendidikan dan administrasi adalah terkait dengan kepemimpinan yang diterapkan dalam
kegiatan orang dalam kedudukan sebagai pengambil keputusan dalam berbagai jenjang
organisasi pendidikan informal yang berinteraksi dengan organisasi formal. Adapun
orang-orang yang terlibat dalam masalah itu adalah pengawas pendidikan, kepala sekolah,
direktur akademi, rektor perguruan tinggi, pimpinan dalam organisasi guru, pimpinan
dalam organisasi orang tua dan guru dan pimpinan organisasi formal. Kepala sekolah
merupakan pimpinan pendidikan. Dalam kedudukannya sebagai pimpinan pendidikan
yang resmi, kepala sekolah diangkat dan ditetapkan secara resmi sehingga dia
bertanggung jawab dalam pengelolaan pengajaran, ketenagaan, kesiswaan, gedung dan
halaman (sarana dan prasarana), keuangan, serta hubungan lembaga pendidikan dan
masyarakat, di samping tugasnya dalam supervisi pendidikan dan pengajaran. Menurut
Dirawat dkk (1983: 33) kepemimpinan pendidikan adalah sebagai suatu kemampuan dan
proses mempengaruhi, mengkoordinir dan menggerakkan orang-orang lain yang ada
hubungannnya dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran agar tercapai tujuan secara efektif dan efisien.
Menurut Syafaruddin (2010) bahwa kepemimpinan pendidikan yang dijalankan oleh
kepala sekolah atau pempinan lembaga pendidikan lainnya mengandung unsurunsur,
yaitu:
1. Proses mempengaruhi para guru, pegawai, dan murid-murid serta pihak terkait
(komite sekolah dan orang tua siswa);
2. Pengaruh yang dimaksudkan agar orang lain melakukan tindakan yang
diinginkan;
3. Berlangsung dalam organisasi sekolah untuk mengelola aktivitas pembelajaran;

12
4. Kepala sekolah diangkat secara formal oleh pejabat kependidikan atau yayasan
bidang pendidikan;
5. Tujuan yang akan dicapai melalui proses kepemimpinannya yaitu tercapainya
tujuan pendidikan lulusan berkepribadian baik dan berkualitas;
6. Aktivitas kepemimpinan lebih banyak orientasi hubungan manusia daripada
mengatur sumber daya material.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas disimpulkan bahwa kepemimpinan pendidikan


adalah kemampuan untuk mempengaruhi, mengkoordinir, dan menggerakkan orang-orang
lain yang ada hubungannya dengan pelaksanaan dan pengembangan pendidikan agar dapat
dicapai tujuan pendidikan/sekolah secara efektif dan efisien.
Dewasa ini orang-orang yang menginginkan kebebasan, memperhatikan apa arti
kepemimpinan dan bagaimana dilaksanakan dalam rangka menjunjung tinggi hak dan
kebebasan untuk berpikir dan menetapkan tujuan sendiri dalam masyarakat dengan
demokratis.
Bangsa yang demokratis menerima tantangan kepemimpinan karena kita mempunyai
kepercayaan akan kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu dengan rasa tanggung
jawab yang mendalam. Dengan demikian masalah-masalah dunia harus dijawab dengan
tindakan-tindakan yang nyata (karya), bukan dengan pidato-pidato.

Konsep kepemimpinan yang demokratis harus dapat dibuktikan kepemimpinannya dengan


arah tindakan di mana:

1. kebebasan pemikiran seseorang atau kelompok menghasilkan tindakan yang


bertanggung jawab;
2. perbedaan penilaian dan kepercayaan dapatfnemanfaatkan perbedaan itu untuk lebih
mendekati kebenaran;
3. motivasi, perasaan dan sentimen orang-orang mendorong dan mengarah kepada
pemecahan masalah-masalah;
4. kelompok-kelompok dapat mencari perimbangan antarakepentingan kelompok dan
kepentingan umum;
5. orang-orang memakai kecakapannya dengan efektif dalam menyelesaikan
masalah-masalah;
6. orang-orang bukan saja memakai sumber-sumber intern, akan tetapi meluas ke luar
untuk melaksanakan imajinasi, inisiatif dan kreativitas dalam menetapkan dan

13
memecahkan masalah-masalah.
Dengan demikian bila demokrasi mencakup di antaranya keenam hal di atas,
maka bukan saja potensi dan kebebasqn berpikir seseorang meningkat melainkan
orang-orang dan kelompok itu meningkat pula dalam penerapan intelegensi dan
kebebasan berpikir untuk menyelesaikan masalah-masalah kelompok dan masyarakat.
Sekolah harus banyak ditentukan oleh masyarakat, baik melalui instansi atau
lembaga resmi atau secara tidak resmi, schingga keinginan masyarakat dapat
disalurkan dan dapat ditimbulkan kesadaran dalam hal apa rakyat dapat membantu
untuk meningkatkan taraf pendidikan. Kegiatan atau sikap orang-orang atau
kelompok hendaknya diarahkan kepada pencapaian tujuan pendidikan yang makin
dapat diterima oleh mereka.

Kegiatan kepemimpinan dapat singkat atau berlangsung lama. Dorongan dapat datang
dari anggota-anggota lain secara suka rela. Dapat pula datang dari luar.Bagaimanapun juga
kegiatan kelompok hendaknya:

1. memusat pada tujuan berorientasikan nilai-nilai


2. merangsang
3. kreatif

Pemimpin kelompok hendaknya mempunyai pengertian, pandai merasakan apayang hidup


dalam kelompok dan dapat diterima. Apayang dilakukannya dan apa yang terjadi dalam
kelompok hendaknya memberikan: penjelasan, kekuatan, bantuan, saran alternatif, hubungan
dan pengaturan baru, pengertian baru, pola atau cara kerja baru, motivasi, perspektif dan
konsep pemikiran baru. Kegiatan kepemimpinan adalah lebih luas daripada apayangdapat
dilukiskan dengan kata-kata. Kegiatan itu merupakan kualitas interaksi yang memungkinkan
penambahan pengertian mengenai orang-orang. Sekolah hendaknya merupakan suatu loka
karya di mana demokrasi dibangun. Titik berat terletak pada:

1. tugas-tugas kepemimpinan pendidikan yang diteruskan kepada orang-orang


demokratis karena kebebasannya dan kewajiban untuk melakukan kegiatan yang
bertanggung jawab yang lahir dari kebebasan itu;
2. Perhatian terhadap kesulitan-kesulitan yang dialami dalam menunaikan tugas ini,
teori-teori baru yang membantu warga sekolah untuk, menanggulangi
kesulitan-kesulitan, gagasan baru untuk organisasi dan struktur situasi sekolah, dan

14
akhirnya beberapa aspek problem dengan keperluan-keperluan mendesak untuk
penyelidikan selanjutnya.
a. Tugas kepemimpinan pendidikan
Tujuan pendidikan menyebabkan sifat kepemimpinan yang berbeda,sehingga dapat
tumbuh birokrasi kekuasaan dengan pengawasan yang ketat atau carayang demokratis atas
dasar intelijensi untuk menemukan sifat program pendidikan. Berhubung dengan itu,
menjadi kewajiban bagi kita untuk memahami berbagai alternatif dengan segala
konsekuensi bagi suatu pilihan tertentu.Keputusan dapat diambil pada berbagai tingkatan
masyarakat dengan melalui berbagai media dan instansi. Meskipun pemerintah pusat
dengan hirarki vertikalnya banyak mempunyai pengaruh, namun tidak kecil peranan yang
dapat dimainkan di tingkat daerah dengan segala kegiatan masyarakat setempat dan
kepemimpinan yang terdapat di sana.

b. Kegiatan kepemimpinan pendidikan hendaknya mencakup tujuan untuk:

1. membantu masyarakat menetapkan tujuan pendidikan;


2. memperlancar proses belajar dan mengajar, sehingga lebih efektif;
3. menyusun kesatuan organisasi yang produktif;
4. mengkreasikan iklim perkembangan dan kesempatan tumbuhnya kepemimpinan;
5. menyediakan sumber-sumber yang baik untuk mengajar dengan efektif.

Kalau kepemimpinan pendidikan itu efektif maka:


1. masyarakat akan mendapat bantuan dalam menentukan tujuannya;
2. akan terdapat hasil dan efektivitas yang lebih besar dalam mengajar dan belajar;
3. masyarakat sadar akan fungsinya sebagai penyumbang yang bertanggung jawab
terhadap organisasi yang produktif;
4. iklim kerja akan membantu perkembangan;
5. akan diperoleh tambahan dalam sumber-sumber yang diperlukanuntuk meningkatkan
situasi belajar-mengajar.

Kalau kepemimpinan benar-benar berjalan, maka akan timbulperubahan dan. penyempumaan


dalam program, dalam kualitas mengajar dalam kelas dan sifat sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal, sehingga dengan demikian berubah pula pandangan dan penghargaan
masyarakat.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan kemampuan dan wewenang untuk
mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan serta mendorong
timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para guru,
staf dan siswa dalam melaksanakan tugas masingmasing demi kemajuan dan
memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan. kepemimpinan kepala sekolah
yang baik akan memberikan dampak positif dan perubahan yang baik dalam sistem
pendidikan di sekolah. Untuk menciptakan sekolah yang baik tentu kepala sekolah
harus memiliki kemampuan kepemimpinan yang ideal untuk mencapai tujuan sekolah
dan tujuan pendidikan. Kepemimpinan kepala sekolah yang idela ini sangat banyak
sekali meliputi focus pada kelompok, melimpahkan wewenang, merangsang
kreativitas, member semangat dan motivasi, memikirkan program penyertaan
bersama, memperhatikan sumber daya manusia, membicarakan persainagan, kreatif
dan proaktif, membangun karakter, budaya dan iklim sekolah, bekerja sama dengan
masyarakat, kepemimpinan yang tersebar. Selain itu juga ada visi yang utuh,
mempercayai staf pengajar, tanggung jawab, keteladanan, mendelegasikan tugas dan
wewenang, cekatan dan cerdas, sabar, serta memberikan layanan prima.

3.2 saran
Dengan adanya makalah mengenai Peran Strategis Kepemimpinan dalam Supervisi
Pendidikanini, penulis berharap pembaca dapat memahami dan menambah wawasan
pembaca. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu untuk memperkuat pemahaman dan wawasan pembaca bisa mencari
sumber sumber lain.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bahauddin, 2020, Kepemimpinan dalam Supervisi Pendidikan di Madrasah, Jurnal


Idaarah, Vol. Iv, No. 2

Covey, S.R. 1997. The 7 Habits of Highly Effective People. Jakarta: Binarupa aksara

Hadfield, S dan Hasson, G. 2013. Bersikap Tegas dalam Segala Situasi. Jakarta: BIP
Kelompok Gramedia.

Iyeng Wiaputra.1981.Beberapa aspek Dalam Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta:


Bhratara

Maxwell, J.C. 2003. Time Out. Penyegaran Spiritual bagi para pemimpin. Mitra Media

Murdoko, E.W.H. 2013. The Leader in You. Jakarta: ElexMedia Komputindo

Wahyudin, 2015 , Kepemimpinan Pendidikan di Sekolah, Jurnal Tarbiyah, Vol. 22, No. 1

17

Anda mungkin juga menyukai