KELOMPOK 1
SIGIT SUSILO (0102522001)
Puji syukur kehadiran Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Peran Strategis
Kepemimpinan Dalam Supervisi Pendidikan “ dengan baik meskipun terdapat banyak
kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Peran Strategis Kepemimpinan Dalam
Supervisi Pendidikan’’saya juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat untuk di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peranan kepemimpinan
Tiap organisasi yang memerlukan kerja sama antar manusia menyadari, bahwa
masalah yang utama ialah masalah kepemimpinan. Kepada masalah ini perhatian belum
cukup banyak dicurahkan.Kita melihat perkembangan dari kepemimpinan pra-ilmiah kepada
kepernimpinan yang ilmiah. Dalam tingkatan pra-ilmiah kepemimpinan itu disandarkan
kepada pengalaman, intuisi dan kecakapan praktis.Kepemimpinan itu dipandang sebagai
pembawaan seseorang, sebagai anugerah Tuhan.Karena itu dicarilah orang yang mempunyai
sifat-sifat istimewa yangdipandang sebagai syarat suksesnya seorang pernimpin. Dalam
tingkatan ilmiah kepemimpinan itu dipandang sebagaisuatu fungsi, bukan sebagai kedudukan
atau pembawaan pribadi seseorang. Maka diadakanlah suatu analisa tentang unsur-unsur
danfungsi yang dapat menjelaskan kepada kita, syarat-syarat apayang diperlukan agar
pemimpin dapat bekerja secara efektif dalam situasiyangberbeda-beda. Pandangan baru ini
membawa perubahan besar.Cara bekerja dan sikap seorang pernimpin dipelajari.Cara melatih
pemimpin-pemimpin diubah. Orang mempelajari lebih banyak aspek kehidupan dalam
kelompok.Ada yang memusatkan perhatian terhadap hubungan insani dalam kelompok. Ada
pula yang memperhatikan organisasi kelompok, aspek perasaan atau emosi, struktur
kekuasaan dan wibawa antar anggota, proses pengambilan keputusan, pola komunikasi,
fungsi pemimpin dan yang dipimpin.
Hasil berbagai penyelidikan menjelaskan, bahwa terdapat perubahan dalam konsepsi
mengenai sifat kepemimpinan.Karena itumaka kepemimpinan dipandang sebagai suatu
fungsi, bukan sebagai suatu kedudukan atau kepribadian.Jarak antarapemimpin dan yang
dipimpin makin dekat. Status pemimpin dan yang dipimpin pada waktu dan kesempatan lain
dapat berganti. Terbukti dalam banyak kesempatan dan situasi, bahwa kelompok dapat
bekerja dengan lebih efisien dan kooperatif, bila fungsi pimpinan terbagi antara banyak
anggota.Setiap orang dapat menyumbangkan tenaga dan pikiran sesuai dengan kernampuan
masing-masing dalam mengejar citacita bersama.
Hasil penyelidikan yang lain ialah kesadaran, bahwa kelompok itu merupakan suatu
organisasi yang tumbuh dan dinamis, yang memerlukan pimpinan yang berbeda dalam setiap
tingkat perkernbangannya. Setiap kelompok dalam permulaannya bagaikan seorang anak
kecilyang memerlukan bimbingan dari orang tuanya/pemimpin nya.Diperlukan bantuan
5
untuk menetapkan tujuan, mengatur tugas pekerjaan mengkoordinasikan usaha tiap anggota
dan menghindarkan penyimpangan-pe nyimpangan. Dalam tingkatan berikutnya, yaitu
menjelang kedewasaan kelompok berada dalam situasi konflik antara hasrat untuk bebas
merdeka dan rasa takut akan kehilangan lindungan dari orang tua/pernimpin. Masa ini
bertandakan tantangan-tantangan terhadap pernimpin.
Kelompok yang telah dewasa bekerja sebagai organisme yang merdeka dan
terintegrasikan dengan baik.Kelompok menerima tanggung jawab, masalah-masalah dihadapi
dengan serius dan diselesaikan secara objektif.Diadakan pernbagian tugas yang merata sesuai
dengan kecakapan masing-masing dengan mempergunakan prosedur yang telah diterima
bersama.Perhatian dialihkan dari kepentingan perseorangan/pribadi kepada kepentingan
bersama. Pemimpin yang baik akan menyadari perkernbangan ini dan akan giat berusaha
untuk membantu kelompok mencapai kedewasaannya. Pimpinan yang tidak menyadari
proses pertumbuhan ini atau menolak untuk menyerahkan kekuasaan, wewenang,
pengawasan dan berusaha untuk mempertahankan kelompoknya dalam keadaan tidak dewasa
yang menyandarkan diri pada pelindung. Pemimpin yang tidak mudah memberikan
kekuasaan kepada kelompoknya, akan sangat mengganggu perturnbuhan, dan tidak sanggup
memberikan bantuan yang diperlukan.
6
menciptakan suasana persaudaraan, kerja sama, dengan penuh rasa kebebasan.
Sikap yang demikian akan menumbuhkan iklim, di mana kelompok akan
mencapai kepribadian yang dewasa dan demokratis dengan pembagian tanggung
jawab yang seimbang.
2. Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisasikan diri. Ia bertanggung jawab
dan ikut serta dalam memberikan perangsang dan bantuan kepada kelompok dalam
menetapkan dan menjelaskan tujuannya. la berusaha agar para anggota bekerja sama,
baik dalam perencanaan, maupun dalam pelaksanaannya dengan menetapkan tugas
kelompok dan kewajiban tiap-tiap anggota.
3. Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan,prosedur-prosedur kerja. Efisiensi
kerja memerlukan prosedur yang tepat.Prosedur dengan sidang paripurna seringkali
dirasakan kaku dalam iklim yang demokratis.Karena itu pemimpin harus membantu
kelompok dalam menganalisa situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana
yang paling praktis dan efektif.
Dalam suatu kesempatan prosedur diskusi dengan menerima.secara aklamasi
memang merupakan’suatu jalan yang baik. Dalam situasi yanglain pembagian dalam
panitya-panitya adhoc mungkin dirasakan lebih produktif. Seorang pemimpin harus
dapat dipandang sebagai “ahli prosedur”.
4. Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan bersama dengan
kelompok. Meskipun pemimpin bebas untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan
saran, ia hendaknya jangan membiasakan diri untuk mengambil keputusan bagi
orang-orang lain.
la harus menyadari bahwa kelompok mempunyai hal untuk berbuat salah dan
bahwa kelompok hanya akan menjadi dewasa dengan belajar memikul tanggung
jawab untuk hal-hal yang telah diputuskan dan dilaksanakannya sendiri.
5. Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman.
yang perlu diperhatikan bukan saja apa yang dilakukan melainkan juga bagaimana
suatu hal dikerjakan oleh kelompok atau perstorangan. Pemimpin mempunyai
tanggung jawab untuk melatih kelompok menyadari proses dan isi pekerjaan yang
dilakukannya dan kemudian berani menilai hasilnya secara jujur dan objektif.
7
2.2 Dimensi baru untuk latihan kepemimpinan
Penambahan pengetahuan tentang kepemimpinan yang demokratis memberikan
perangsang untuk menyelenggarakan latihan kepemimpinan yang memperhatikan 3 dimensi,
yaitu sebagai berikut.
1. Latihan untuk mendapatkan pengetahuan dalam keahlian yang khusus, seperti ketua
suatu komisi, pimpinan kelompok diskusi, pengajar suatu mata pelajaran, memimpin
suatu organisasi.
2. Latihan untuk memoeroleh pengertian umum tenta fig sikap kelompok yang berlaku
bagi setiap kelompok dalam setiap situasi.
3. Latihan bagi semua anggota (jadibukan hanya sebagai pemimpinsaja), agar setiap
orang dapat menjalankan tugas kepemimpinan. Ternyata, bahwa latihan yang paling
efektif ialah latihan yang dilakukan dengan seluruh kelompok dengan mengambil
pengalaman secaraterus-menerus.Latihan kepemimpinan yang lengkap harus
menyangkut dan memperhatikan ketiga dimensi tersebut di atas.
a. Individualitas dan kelompok
Kadang-kadang dikemukakan kekhawatiran, bahwa dengan titik berat yang terlampau
banyak diletakkan kepada partisipasi dalam-kelompok sebagai akibat terjadi
pengekangan terhadap individualisme, kemerdekaan, kreativitas, dan kepribadian.Tidak
dapat disangsikan bahwa ada kalanya situasi menuntut sesegrang melakukan tugas
seorang diri.labarus kreatif dalam kesepian untuk kepentingan pribadi. Tetapi dalam
dunia yang kompleks dan kait-berkait banyak pekerjaan yang tidak dapat kita kerjakan
seorang diri. Maka kita harus menggabungkan diri dalam kelompok untuk mencapai
apayang kita harapkan sebagai perseorangan.
Kita memerlukan pemimpin yang menghargai kualitas dan potensi setiap anggota
kelompok; pemimpin yang dapat memberi kesempatan kepada setiap orang untuk
memberikan sumbangan yang sesuai dengan kesanggupannya dalam usaha mengajar
cita-cita bersama.Tidak boleh ada pertentangan antara individualitas dan kecakapan
bekerja dalam kelompok.Sebaliknya pemimpin yang bijaksana dan demokratis
memberikan keleluasaan bagi pengembangan kepribadian masing-masing, sehingga
dapat memberikan sumbangan yan maksimal dan menikmati kepuasan hati sebagai
pribadi.
Suatu rencana jarang mencakup liku-liku dan problem yang harus dipecahkan. Pemimpin
harus mempelajari prosesnya, menetapkan problem-problem, menggariskan alternatif
penyelesaian dan memutuskan mana yangakan diambill.
Kalau keputusan telah diambil, pimpinan harus meneruskannyakepada -orang lain.
Hal ini nampaknya mudah.Pemimpin harus berbicara dengan teliti, hingga kelompok dapat
memahaminya.Instruksi dapat diterima berbeda-beda.Perubahan tugas dapat membawa akibat
yang positif dan negatif.Salah pengertian disebabkan oleh pandangan yang berbeda, di
samping penguasaan pengertianistilah.Hal ini harus diperhatikan.
Tidak semua tujuan jabatan itu sederhana, meskipun ada tujuan ekonomis seperti
kenaikan pangkat atau gaji. Kurang disadari adanya keinginan untuk mencari kepuasan hati.
Hal ini mencakup: rasa bahwa tugas dijalankan dengan baik hubungan persaudaraan antara,
pimpinan dan yang dipimpin rasa aman dan terjamin, kesempatan untuk memikul sesuatu
yang lebih berat. Pemimpin harus dengan jujur menghadapi keperluannya pribadi dan
menyesuaikannya dengan keperluan organisasi dan pegawai-pegawai yang lain. Penyelidikan
membuktikan, bahwa faedah “cambuk” hanya bersifat sementara, sedangkan akibat-akibat
9
yang negatif dan-merugikan itu sangat banyak.
Orang yang memaksakan produksi dari pegawai-pegawai yang segan dan apatis, tidak
sebaik orang yang merangsang pegawai-pegawainya untuk menjalankan tugasnya,
masing-masing dengan sebaikbaiknya. Seorang pemimpin harus mengikuti rencana dan polisi
dari organisasinya, ialah yang harus meneruskannya kepada orang-orang lain, paling tidak
garis besarnya, dan hendaknya diketahui pula siapa yang dapat dimintakan bantuannya dalam
hal-hal yang khusus. la harus mengenal kelompoknya secara, individual, bukan secarastatistik
saja. Setiap orang mempunyai pengalaman, sikap, peranandan harapan yang perlu diketahui
oleh pimpinan.Siapa yang inginmengenalnya dapat menempuh jalan mendengarkan dan
mengadakanobservasi dengan baik.Tindakan mempunyai pengaruh yang lebih besar. Dalam
jangka panjang para pegawai tidak dipengaruhi oleh apayang dikatakan manajemen akan
tetapi apa yang dilakukan. Pemimpin yang “setingkat”- dengan bawahannya, mau
mendengarkan masalah yang mereka hadapi, yang benar-benar memperhatikan.mereka, dapat
melakukan kepemimpinan yang efektif, mes.kipun ia tidak selalu mengatakan, “Selamat
pagi”. Komunikasi harus merupakan program yang terus-menerus, bukan yang bersifat
sementara.Kalau suasana yang baik telah tercipta, maka sukarlah tergoyahkan. Kalau
bawahan merasa, bahwa pimpinan sungguh-sungguh menyayanginya, maka mereka akan
selalumenaruh keperca’yaan dan menanggapi segala usul dan rencananya secara konstruktif
dan positif. Komunikasi yang baik bergerak ke duaarah; pemimpin: mengatakan-,
memberitahu, memerintahkan (telling, informing, commanding), yang dipimpin:
mendengarkan, menanyakan, menafsirkan (listening, asking, interpreting).
Untuk mengetahui apakah pesan sampai dipahami oleh yang bersangkutan, pemimpin
harus merangsang mereka untuk mengeluarkan pendapatnya, memajukan pertanyaan, dan ia
harus memperhatikan masalah-masalah yang mungkin timbul. Meskipun masalah itu ada
kalanya nampak kecil, akan tetapi kalau tidak terjawab, akan merupakan rintangan bagi
pengertian dan pelaksanaan.
Pada masa persaingan seperti sekarang ini perusahaan-perusahaandapat jatuh bangun
dan hal ini banyak tergantung dari produksinya,sedangkan produksi banyak pula tergantung
dari kerja tim dalam artipartisipasi dari segala potensi/unsur yang terdapat dalam
perusahaanitu. Seorang pemimpin yang memanggil orang-orangnya mengatakan.”Kita
menghadapi masalah besar dan saya memerlukan bantuan saudara”, mungkin dapat lebih
merangsang perasaan senasib dan sepenanggungan dari orang yang mengadakan
program-program partisipasi yang formal yang diperhitungkan dalam analisa terakhir,
10
bukanlah apa yang dikatakan pada orang, akan tetapi apa yang diterimanya. Konsep
komunikasi inilah yang- memberi tanda khas pada pimpinan yang efektif.
Empat prinsip untuk meneruskan ide supaya diterima, ialah sebagai berikut :
12
4. Kepala sekolah diangkat secara formal oleh pejabat kependidikan atau yayasan
bidang pendidikan;
5. Tujuan yang akan dicapai melalui proses kepemimpinannya yaitu tercapainya
tujuan pendidikan lulusan berkepribadian baik dan berkualitas;
6. Aktivitas kepemimpinan lebih banyak orientasi hubungan manusia daripada
mengatur sumber daya material.
13
memecahkan masalah-masalah.
Dengan demikian bila demokrasi mencakup di antaranya keenam hal di atas,
maka bukan saja potensi dan kebebasqn berpikir seseorang meningkat melainkan
orang-orang dan kelompok itu meningkat pula dalam penerapan intelegensi dan
kebebasan berpikir untuk menyelesaikan masalah-masalah kelompok dan masyarakat.
Sekolah harus banyak ditentukan oleh masyarakat, baik melalui instansi atau
lembaga resmi atau secara tidak resmi, schingga keinginan masyarakat dapat
disalurkan dan dapat ditimbulkan kesadaran dalam hal apa rakyat dapat membantu
untuk meningkatkan taraf pendidikan. Kegiatan atau sikap orang-orang atau
kelompok hendaknya diarahkan kepada pencapaian tujuan pendidikan yang makin
dapat diterima oleh mereka.
Kegiatan kepemimpinan dapat singkat atau berlangsung lama. Dorongan dapat datang
dari anggota-anggota lain secara suka rela. Dapat pula datang dari luar.Bagaimanapun juga
kegiatan kelompok hendaknya:
14
akhirnya beberapa aspek problem dengan keperluan-keperluan mendesak untuk
penyelidikan selanjutnya.
a. Tugas kepemimpinan pendidikan
Tujuan pendidikan menyebabkan sifat kepemimpinan yang berbeda,sehingga dapat
tumbuh birokrasi kekuasaan dengan pengawasan yang ketat atau carayang demokratis atas
dasar intelijensi untuk menemukan sifat program pendidikan. Berhubung dengan itu,
menjadi kewajiban bagi kita untuk memahami berbagai alternatif dengan segala
konsekuensi bagi suatu pilihan tertentu.Keputusan dapat diambil pada berbagai tingkatan
masyarakat dengan melalui berbagai media dan instansi. Meskipun pemerintah pusat
dengan hirarki vertikalnya banyak mempunyai pengaruh, namun tidak kecil peranan yang
dapat dimainkan di tingkat daerah dengan segala kegiatan masyarakat setempat dan
kepemimpinan yang terdapat di sana.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan kemampuan dan wewenang untuk
mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan serta mendorong
timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para guru,
staf dan siswa dalam melaksanakan tugas masingmasing demi kemajuan dan
memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan. kepemimpinan kepala sekolah
yang baik akan memberikan dampak positif dan perubahan yang baik dalam sistem
pendidikan di sekolah. Untuk menciptakan sekolah yang baik tentu kepala sekolah
harus memiliki kemampuan kepemimpinan yang ideal untuk mencapai tujuan sekolah
dan tujuan pendidikan. Kepemimpinan kepala sekolah yang idela ini sangat banyak
sekali meliputi focus pada kelompok, melimpahkan wewenang, merangsang
kreativitas, member semangat dan motivasi, memikirkan program penyertaan
bersama, memperhatikan sumber daya manusia, membicarakan persainagan, kreatif
dan proaktif, membangun karakter, budaya dan iklim sekolah, bekerja sama dengan
masyarakat, kepemimpinan yang tersebar. Selain itu juga ada visi yang utuh,
mempercayai staf pengajar, tanggung jawab, keteladanan, mendelegasikan tugas dan
wewenang, cekatan dan cerdas, sabar, serta memberikan layanan prima.
3.2 saran
Dengan adanya makalah mengenai Peran Strategis Kepemimpinan dalam Supervisi
Pendidikanini, penulis berharap pembaca dapat memahami dan menambah wawasan
pembaca. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu untuk memperkuat pemahaman dan wawasan pembaca bisa mencari
sumber sumber lain.
16
DAFTAR PUSTAKA
Covey, S.R. 1997. The 7 Habits of Highly Effective People. Jakarta: Binarupa aksara
Hadfield, S dan Hasson, G. 2013. Bersikap Tegas dalam Segala Situasi. Jakarta: BIP
Kelompok Gramedia.
Maxwell, J.C. 2003. Time Out. Penyegaran Spiritual bagi para pemimpin. Mitra Media
Wahyudin, 2015 , Kepemimpinan Pendidikan di Sekolah, Jurnal Tarbiyah, Vol. 22, No. 1
17