Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah
Oleh:
KELOMPOK 3
YAYA RAMADHANIA
862312019032
RAHMAWATI
86231209049
MELDA UTAMI
Puji syukur mari kita panjatkan atas kehadirat Allah swt. yang telah
memberikan Kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih bisa tetap
menikmati indahnya ciptaan-Nya. Salawat serta salam kita curahkan kepada
baginda Nabi Muhammad saw. yang telah memberikan kita jalan yang lurus
berupa ajaran agama yang sempurna.
Penyusun juga bersyukur karna bisa menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Tipe/Gaya dan Model Supervisi Pendidikan” sebagai tugas kelompok
pada mata kuliah supervise pendidikan. Penyusun mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya laporan ini.
Kami menyadari bahwa didalam penulisan maupun penyusunan laporan ini
terdapat banyak kekurangan karnah kami tahu bahwa kesempurnaan itu hanyalah
milik Allah Swt.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari teman-teman sehingga penyusunan makalah selanjutnya terdapat
peningkatan. Kami mengharapkan dengan disusunnya makalah ini akan dapat
menambah pengetahuan dan juga mendorong semangat di dalam mempelajari
supervisi pendidikan, tidak hanya kami sebagai penyusun tetapi juga para teman-
teman yang membaca makalah ini.
Bone, 1 April 2022
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................4
A. Simpulan...............................................................................................10
B. Saran.....................................................................................................11
DAFTAR RUJUKAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
untuk memiliki serta memahami bahkan dituntut untuk dapat mengamalkan apa
tentang kompetensi dalam memahami metode dan teknik dalam supervisi. (Fadila,
pendidikan.
berupa aspek akademis, bukan malah fisik material semata. Ketika supervisi
dihadapkan pada kinerja dan pengawas mutu pendidikan oleh pengawas satuan
pendidikan, tentu memiliki misi yang berbeda dengan supervise oleh kepala
sekolah. Hal ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada kepala sekolah
efisien.(Faktapen, 2020)
model dan pendekatan. Peran seorang pengawas pendidikan pun tentu berbeda
consultant, group leader dan evaluator. (Shulhan, 2012) Supervisi harus mampu
1
2
lembaga Depag maupun Diknas, harus benar-benar mengerti bantuan apa yang
professional. Pengawas adalah orang yang diberi tanggung jawab tugas dan
staf. (Shulhan, 2012) Ia harus melayani kepala sekolah dan guru, baik secara
prinsip, metode, tipe, dan teknik supervise sehingga ia dapat menentukan strategi,
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
dan mendukung apa yang menjadi sebuah tujuan, maka diperlukan namanya
lainnya.
tipe, yaitu:
1. Tipe Otoriter
pekerjaan guru. Supervisi ini dijalankan terutama untuk mengawasi, meneliti dan
Afriansyah, 2020)
4
mempunyai ide-ide, pikiran, konsep-konsep yang ingin diterapkan di lembaga
yang
5
5
bawahannya, tetapi situasi diatur dan diciptakan sedemikian rupa sehingga pada
bersama.(Septiani, n.d.)
3. Manipulasi Diplomasi
seluruh peserta rapat agar dapat menyetujui kehendaknya.(Irhami, 2015) Tipe ini
4. Tipe Laisez-Faire
Tipe ini kebalikan dari tipe otokrat. Kalau dalam supervisi otokrat
bawahan diawasi secara ketat dan harus menurut perintah atasan, pada supervisi
Laisses Faire para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi
petunjuk yang benar. Misalnya: guru boleh mengajar sebagaimana yang mereka
aktivitasnya. Sebab yang diutamakan dalam supervise model ini adalah hasil akhir
sehingga supervisor tidak begitu intens dalam memfokuskan proses kerja yang
dilaksanakan target dupervisi. Selain itu apabila kita menggunakan tipe ini,
bawahannya.(Burhanuddin, 1994)
6
5. Demokratis
kondisi dan situasi yang khusus. Tanggung jawab bukan hanya seorang pemimpin
anggota atau warga sekolah sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-
demokratis. Hal utama yang ingin dituju adalah adanya kerjasama pembinaan
atara supervisor dan target supervisor. Langkah ini dilakukan agar target supervisi
Untuk itu, supervisor tidak boleh bersifat otoriter dalam menjalankan kegiatan
supervisi.(Burhanuddin, 1994)
masyarakat dalam suasana kekuasaan yang otoriter dan feodalistik. Model ini
perilaku guru yang acuh tak acuh untuk mencari solusi dan inovasi kemajuan
lebih sulit lagi "untuk melihat segi-segi positif dalam hubungan dengan hal-hal
yang baik. Pekerjaan seorang supervisor yang bermaksud hanya untuk mencari
7
pendidikan. Akibatnya yang disupervisi merasa tidak puas dan ada dua sikap yang
tampak dalam kinerja yang disupervisi yaitu acuh tak acuh (masa bodoh), dan
menantang (agresif).
sampai saat ini. Para pengawas datang ke sekolah dan menanyakan mana satuan
pelajaran. Ini salah dan seharusnya begini. Praktek-praktek supervisi seperti ini
adalah cara memberi supervisi yang konvensional. Ini bukan berarti bahwa tidak
bahwa dia harus memperbaiki kesalahan. Yang disupervisi akan dengan senang
hati melihat dan menerima bahwa ada yang harus diperbaiki. Caranya harus
secara taktis pedagogis atau dengan perkataan lain, memakai bahasa penerimaan
2. Model Artistik.
keterampilan (skill), tapi mengajar juga suatu kiat (art). Sejalan dengan tugas
bahwa supervisi adalah suatu pengetahuan, suatu keterampilan dan juga suatu
(working for the others), bekerja dengan orang lain (working with the others),
bekerja melalui orang lain (working through the others), dari sinilah disadari
karenanya dalam supervisi perlu kiat dan seni agar orang lain mau berbuat untuk
8
berubah dari kebiasaan lama kepada kerja baru dalam upaya mencapai kemajuan,
sehingga para guru merasa diterima. Adanya perasaan aman dan dorongan positif
untuk berusaha maju.sikap seperti mau belajar mendengarkan perasaan orang lain,
mengerti orang lain dengan problema yang dikemukakannya, menerima orang lain
apa adanya, sehingga orang menjadi dirinya sendiri, itulah supervise artistik.
(Ardinan, 2016)
3. Model Ilmiah.
di kelas, data hasil prestasi belajar peserta didik, data kinerja personal guru, dan
(Fatkhan, n.d.)
dosen pada semester yang lalu. Data ini berbicara kepada dosen dan dosen
9
erat dengan penilaian. Walaupun demikian, hasil perekam data secara ilmiah
4. Model Klinis.
sistematis, dan terencana dengan pengamatan, analisis, dan evaluasi tindak lanjut.
mengajar yang nyata dalam rangka memperkecil kesenjangan antara tingkah laku
a) Inisiatif terhadap apa yang akan disupervisi timbul dari pihak guru
(Fatkhan, n.d.)
10
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
atasannya.
keputusannya.
benar.
10
a) Model Konvensional atau Tradisional. Model ini menjadikan kegiatan
bawahan.
11
11
tindak lanjut.
B. Saran