Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

Dosen pengampu : H. PARYADI, M.Pd

Disusun Oleh:

Nama : Nur Fitrah Tapianna Sirait (20.02.0137)


Jurusan : Pendidikan Agama Islam III/1

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

“UISU PEMATANGSIANTAR”

2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat-Nya makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan rencana.
Makalah yang berjudul “Kepemimpinan Pendidikan ” Ini sebagai pemenuhan
tugas dari Dosen Pengampuh Kepemimpinan Pendidikan.
Selama penyusunan makalah ini banyak kendala yang dihadapi, namun
berkat bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak semua kendala tersebut dapat
teratasi. Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada yang
terhormat.
Penulis merasa masih banyak kekurangan pada teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik,
masukan dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai, Aamiin.

Pematang Siantar, 23 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar belakang...........................................................................................1
1.2 Rumus masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan masalah..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1 Pengertian kepemimpinan pendidikan .....................................................3
2.2 Efektivitas kepemimpinan.........................................................................4
2.3.Fungsi kepemimpinan pendidikan.............................................................7
BAB III PENUTUP.............................................................................................15
3.1 Kesimpulan...............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai suatu organisasi, lembaga pendidikan memerlukan tidak hanya
seorang manajer untuk mengelola sumber daya lembaga pendidikan yang lebih
banyak berkonsentrasi pada permasalahan anggaran dan persoalan administratif
lainnya, tetapi juga memerlukan pimpinan yang mampu menciptakan sebuah visi
dan semua komponen individu yang terkait dengan lembaga pendidikan.
Pemimpin maupun manajer diperlukan dalam pengelolaan lembaga pendidikan.
Berbeda dengan organisasi lain, lembaga pendidikan merupakan bentuk organisasi
moral yang berbeda dengan bentuk organisasi lainnya. Sebagai suatu organisasi,
kesuksesan lembaga pendidikan,tidak hanya di tentukan oleh kepemimpinan
pendidikan, tetapi juga oleh tenaga kependidikan lainnya dan proses lembaga
pendidikan itu sendiri. Kepemimpinan pendidikan berkewajiban untuk
mengkoordinasikan ketenagaan pendidikan di lembaga pendidikan untuk
menjamin teraplikasinya peraturan pada lembaga pendidikan.
Kepemimpinan pada hakikatnya merupakan kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk membina, membimbing, mengarahkan dan mengerakkan orang
lain agar dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, pemimpin perlu melakukan serangkaian kegiatan
diantaranya adalah mengarahkan orang-orang yang terlibat dalam organisasi yang
dipimpinnya. Dengan kata lain tercapai atau tidak tujuan suatu organisasi sangat
tergantung pada pimpinannya. Maka dari itu, tersusunlah makalah ini dengan
judul Kepemimpinan Pendidikan yang Efektif.

1
2

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, sebagai berikut.

a. Apa pengertian kepemimpinan pendidikan ?


b. Apa pengertian efektivitas kepemimpinan?
c. Apa fungsi kepemimpinan pendidikan?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan pendidikan.


b. Untuk mengetahui pengertian efektivitas kepemimpinan
c. Untuk mengetahui fungsi kepemimpinan pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kepemimpinan Pendidikan


Menurut Robbins (1991), kepemimpinan adalah kemampuan
memengaruhi sekelompok anggota agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran.
Sumber dari pengaruh dapat diperoleh secara formal yaitu dengan menduduki
suatu jabatan manajerial yang didudukinya dalam suatu organisasi.
Toha (1992) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan
mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku orang lain
atau seni mempengaruhi perilaku manusia, baik perorangan maupun kelompok.
Kepemimpinan dapat terjadi di mana saja, asalkan seseorang menunjukkan
kemampuannya mempengaruhi perilaku orang-orang lain ke arah tercapainya
suatu tujuan tertentu.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakkan,
mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasihati, membina,
membimbing, melatih, menyuruh, memerintah, melarang dan bahkan menghukum
(kalau perlu) dengan maksud agar manusia sebagai bagian dari organisasi mau
bekerja dalam rangka mencapai tujuannya sendiri maupun organisasi secara
efektif dan efisien.
Kepemimpinan yang berlangsung pada lembaga pendidikan berarti
menjalankan proses kepemimpinan yang sifatnya mempengaruhi sumber daya
personil pendidikan (guru dan karyawan) agar melakukan tindakan bersama guna
mencapai tujuan pendidikan.
Soetopo dan Soemanto (1982) menjelaskan bahwa kepemimpinan
pendidikan ialah kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan yang lain
untuk mencapai tujuan pendidikan secara bebas dan sukarela.
Kepemimpinan pendidikan dapat diartikan sebagai usaha Kepala Sekolah
dalam memimpin, mempengaruhi dan memberikan bimbingan kepada para
personil pendidikan sebagai bawahan agar tujuan pendidikan dan pengajaran
dapat tercapai melalui serangkaian kegiatan yang telah direncanakan (M.I. Anwar,
2003:70)
Selanjutnya Dirawat, dkk (1986:33) menjelaskan: Kepemimpinan
pendidikan sebagai suatu kemampuan dan proses mempengaruhi, mengkoordinir
dan menggerakkan orang lain yang ada hubungan dengan pengembangan ilmu
pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran agar supaya kegiatan-

3
4

kegiatan yang dijalankan dapat lebih efisien dan efektif di dalam pencapaian
tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.
Dari pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan
pendidikan adalah suatu kualitas kegiatan-kegiatan dan integrasi di dalam situasi
pendidikan. Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk
menggerakkan pelaksana pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
pendidikan adalah suatu kemampuan untuk mendorong atau mempengaruhi dalam
lingkup penggerakan pelaksanaan pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien. Yang mana, dalam kegiatannya pemimpin pendidikan
mempunyai kekuasaan untuk mengarahkan, mengkoordinir dan menggerakkan
bawahannya sehubung dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan pendidikan.

2.2 Efektivitas Kepemimpinan

Berdasarkan Ensiklopedi Umum Administrasi, efektivitas berasal dari kata


kerja efektif, berarti terjadinya suatu akibat atau efek yang dikehendaki dalam
perbuatan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa efektif
berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), manjur atau mujarab,
dapat membawa hasil. Jadi, efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi berhasil
mendapatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional.

Kata efektivitas sering diikuti dengan kata efisiensi, dimana kedua kata
tersebut sangat berhubungan dengan produktivitas dari suatu tindakan atau hasil
yang diinginkan. Dengan demikian istilah efektif adalah melakukan pekerjaan
yang benar dan sesuai serta dengan cara yang tepat untuk mencapai suatu tujuan
yang telah direncanakan. Sedangkan efisien adalah hasil dari usaha yang telah
dicapai lebih besar dari usaha yang dilakukan.

Dari pengertian diatas, efektivitas dapat dikatakan sebagai keberhasilan


pencapaian tujuan organisasi dari dua sudut pandang. Sudut pandang pertama,
dari segi hasil maka tujuan atau akibat yang dikehendaki telah tercapai. Kedua
dari segi usaha yang telah ditempuh atau dilaksanakan telah tercapai, sesuai
dengan yang ditentukan. Dengan demikian pengertian efektivitas dapat dikatakan
sebagai taraf tercapainya suatu tujuan tertentu, baik ditinjau dari segi hasil,
maupun segi usaha yang diukur dengan mutu, jumlah serta ketepatan waktu sesuai
5

dengan prosedur dan ukuran–ukuran tertentu sebagaimana yang telah digariskan


dalam peraturan yang telah ditetapkan.

Menurut H. Jodeph Reitz faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin


dalam kepemimpinan meliputi:

a. Kepribadian, pengalaman masa lalu dan harapan pimpinan, hal ini mencakup
nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan
gaya. Sebagai contoh, jika ia pernah sukses dengan cara menghargai bawahan
dalam pemenuhan kebutuhannya, cenderung akan menerapkan gaya
kepemimpina yang berorientasi kepada bawahan/orang.
b. Pengharapan dan perilaku atasan, sebagai contoh atasan yang secara jelas
memakai gaya yang berorientasi pada tugas, cenderung manajer menggunakan
gaya itu.
c. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan, mempengaruhi terhadap gaya
kepemimpinan manajer. Sebagai contoh, karyawan yang mempunyai
kemampuan tinggi biasanya akan kurang memerlukan pendekatan yang direktif
dari pimpinan.
d. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga mempengaruhi gaya pemimpin,
sebagai contoh bawahan yang bekerja pada bagian pengolahan data (litbang)
menyukai pengarahan yang lebih berorientasi pada tugas.
e. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
Sebagai contoh kebijakan dalam pemberian penghargaan, imbalan, dengan
skala gaji yang ditunjang dengan insentif lain (dana pensiun, bonus, cuti) akan
mempengaruhi motivasi kerja bawahan.
f. Harapan dan perilaku rekan, sebagai contoh manajer membentuk persahabatan
dengan rekan-rekan dalam organisasi. Sikap mereka ada yang merusak reputasi,
tidak mau kooperatif, berlomba memperebutkan sumber daya, sehingga
mempengaruhi perilaku rekannya.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan pemimpin


dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat menunjang untuk
berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan akan tercapai apabila
terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi yang baik antara atasan
dan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki
pemimpin, seperti motivasi untuk berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan dalam
hubungan sosial dengan sikap hubungan manusiawi.
6

Dalam era kemandirian sekolah dan era Manajemen Berbasis Sekolah


(MBS) sekarang ini, tugas dan tanggung jawab yang pertama dan utama dari
pimpinan lembaga pendidikan adalah menciptakan sekolah yang mereka pimpin
menjadi semakin efektif, dalam arti menjadi semakin bermanfaat bagi sekolah itu
sendiri dan bagi masyarakat luas penggunanya. Seorang pimpinan lembaga
pendidikan harus dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun,
menggerakkan, dan kalau perlu memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh
selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatu maksud atau
tujuan tertentu. Efektivitas MBS di sini adalah bagaimana MBS dapat berhasil
melaksanakan semua tugas pokok sekolah, menjalin partisipasi masyarakat,
mendapatkan serta memanfaatkan sumber daya, sumber dana, dan sumber belajar
untuk mewujudkan tujuan sekolah.
Pimpinan lembaga pendidikan bertanggungjawab dan yakin bahwa
kegiatan-kegiatan yang terjadi di sekolah adalah menggarap rencana dengan benar
lalu mengerjakannya dengan benar pula. Oleh karena itu, visi dan misi sekolah
harus dipahami terlebih dahulu sebelum menjadi titik tolak prediksi dan sebelum
disosialisasikan. Hanya dengan itu, kepala sekolah dapat membuat prediksi dan
merancang langkah antisipasi yang tepat sasaran. Selain itu, diperlukan suatu
unjuk profesional yang kelihatan remeh tetapi begitu urgen seperi kemahiran
menggunakan filsafat pendidikan, psikologi, ilmu kepemimpinan serta
antropologi dan sosiologi.
Mulyasa memberikan kriteria pemimpin pendidikan yang efektif sebagai
berikut:
a. Mampu memberdayakan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran
dengan baik, lancar dan produktif.
b. Menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.
c. Menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat
melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan dan pendidikan.
d. Menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan guru dan pegawai di pendidikan.
e. Bekerja dengan tim manajemen
f. Mewujudkan tujuan pendidikan secara produktif sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan
Kepemimpinan pendidikan yang efektif lebih mendasarkan pada tugas yang
akhirnya akan menghasilkan penilaian positif terhadap keberhasilan kerja. Selain
7

itu, kepemimpinan pendidikan yang efektif mendasarkan pada orang dan


menempatkan guru, staf administrasi dan siswa pada proporsinya maing-masing,
berpengaruh pada efektivitas kerja lebih baik. Kepemimpinan pendidikan yang
efektif seharusnya mewujudkan orientasi pada tugas dan memandang guru, staf
administrasi, serta siswa merupakan bagian penentu keberhasilan pendidikan.
Secara garis besar kepemimpinan pendidikan dapat dikatakan efektif dengan
berdasarkan pada indikator-indikator yang telah ada. Namun, setidaknya, ada
beberapa segi yang perlu dilakukan antara lain menjalin hubungan dengan
masyarakat dan menumbuhkan komitmen personel pendidikan pada
pengembangan pendidikan. Masyarakat merupakan aset besar dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan. Hendaknya jalinan sekolah dengan masyarakat
tidak sebatas pada hubungan rutinitas antara orang tua siswa dengan sekolah
seperti penentuan dana penunjang operasionalisasi pendidikan, tetapi lebih kepada
jalinan networking sehingga akan lebih menopang perkembangan pendidikan.

2.3 Fungsi Kepemimpinan Pendidikan

Fungsi kepemimpinan pendidikan menunjuk kepada berbagai aktivitas atau


tindakan yang dilakukan oleh seorang Kepala Sekolah dalam upaya
menggerakkan guru-guru, karyawan, siswa dan anggota masyarakat agar atau
berbuat sesuatu guna melaksanakan program-program pendidikan di sekolah.

Lebih lanjut, M.I. Anwar (2003:70) mengatakan bahwa untuk memungkinkan


tercapainya tujuan kepemimpinan pendidikan di sekolah, pada pokoknya
kepemimpinan pendidikan memiliki tiga fungsi berikut:

a. Membantu kelompok merumuskan tujuan pendidikan yang akan dicapai yang


akan menjadi pedoman untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan.
b. Fungsi dalam menggerakkan guru-guru, karyawan, siswa dan anggota
masyarakat untuk menyukseskan program pendidikan di sekolah.
c. Menciptakan sekolah sebagai suatu lingkungan kerja yang harmonis, sehat,
dinamis, dan nyaman, sehingga segenap anggota dapat bekerja dengan penuh
produktivitas akan memperoleh kepuasan kerja tinggi. Artinya pemimpin
harus menciptakan iklim organisasi yang mampu mendorong produktivitas
pendidikan yang tinggi dan kepuasan kerja yang maksimal.

Sehingga segenap anggota dapat bekerja dengan penuh produktivitas akan


memperoleh kepuasan kerja tinggi. Artinya pemimpin harus menciptakan iklim
8

organisasi yang mampu mendorong produktivitas pendidikan yang tinggi dan


kepuasan kerja yang maksimal.

Kemampuan seorang pemimpin mempengaruhi orang lain didukung oleh


kelebihan yang dimilikinya, baik yang berkaitan dengan sifat kepribadian maupun
yang berkaitan dengan keluasan pengetahuan dan pengalamannya, yang mendapat
pengakuan dari orang-orang yang dipimpin. Menurut Lezotte (1991:3) sekolah
yang efektif tercipta karena kepemimpinan yang diterapkan di sekolah diarahkan
pada proses pemberdayaan para guru sehingga kinerja guru lebih berdasarkan
pada prinsip-prinsip dan konsep bersama, bukan karena suatu instruksi dari
pimpinan.

1. Konsep Sekolah yang Efektif

Menurut Taylor (1990) mendefinisikan sekolah efektif sebagai sekolah


yang mengorgansiasikan dan memanfaatkan semua sumber daya yang
dimilikinya untuk menjamin semua siswa (tanpa memandang ras, jenis kelamin
maupun status sosial ekonomi) bisa mempelajari materi kurikulum yang
esensial di sekolah.

Berdasarkan sudut pandang keberhasilan sekolah, kemudian dikenal


sekolah efektif yang mengacu pada sejauh mana sekolah dapat mencapai tujuan
dan sasaran pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, sekolah
disebut efektif jika sekolah tersebut dapat mencapai apa yang telah
direncanakan. Pengertian umum sekolah efektif juga berkaitan dengan
perumusan apa yang harus dikerjakan dengan apa yang telah dicapai. Sehingga
suatu sekolah akan disebut efektif jika terdapat hubungan yang kuat antara apa
yang telah dirumuskan untuk dikerjakan dengan hasil-hasil yang dicapai oleh
sekolah, sebaliknya sekolah dikatakan tidak efektif bila hubungan tersebut
rendah (Getzel, 1969).

Sekolah yang efektif adalah sekolah yang memiliki mutu yang baik.
Artinya, bahwa mutu siswa yang dihasilkan oleh sekolah itu mempunyai
kemampuan dan keterampilan sesuai dengan tuntutan dan keinginan
masyarakat dan menjawab tantangan moral, mental dan perkembangan ilmu
serta teknologi. Siswa yang bermutu adalah siswa yang memiliki kemampuan
dan potensi mengembangkan dirinyak menjadi warga yang berguna bagi nusa,
bangsa dan negara.
9

Pada sekolah efektif seluruh siswa tidak hanya yang memiliki kemampuan
tinggi dalam belajar tetapi juga yang memiliki kemampuan intelektualitas yang
dapat mengembangkan dirinya sejauh mungkin jika dibandingkan dengan
kondisi awal ketika rnereka baru memasuki sekolah. Sehingga tepatlah apa
yang dikatakan Mortimore (1991:132) yang mendefinisikan sekolah efektif
sebagai: One in which students progress further than might be expected from a
consideration of intake. Harapan ini sedikit berbeda dengan kenyataan yang
memfokuskan efektifitas sekolah pada penguasaan kemampuan intelektual yang
tercermin dari hasil Nilai Ujian Akhir yang hanya menilai aspek intelektualitas
tanpa dapat mengukur hasil belajar siswa dalam kepribadian secara utuh.

Sebagai contoh, kita mengenal gajah karena gadingnya, harimau di kenal


karena belangnya, rusa di kenal karena tanduknya, manusia di kenal karena
amalnya. Sekolah , baik yang ada di daerah pedesaan maupun yang ada di
daerah perkotaan, yang di kenal dengan sekolah

efektif, karena ciri-ciri utamanya (Edmond : 1979, dalam shahril Charil


Marzuki, 1997: 97). Beliau menyebutkan ada lima ciri-ciri sekolah efektif
sebagai berikut:

a. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif (strong principal leadership).


b. Iklim sekolah yang aman dan kondusif (safe and conducive school
climate).
c. Penekanan pada penguasaan kecakapan dasar (emphasi on the acquisition
of basic skills).
d. Harapan guru yang tinggi terhadap hasil belajar siswa (teacher high
expectation).
e. Evaluasi belajar secara teratur (frequency of evaluation).[10]

Kesimpulan dari sekolah efektif yang dapat ditarik dari penjelasan-


penjelasan di atas yakni sebuah sekolah yang mampu mengoptimalkan semua
masukan dan proses bagi ketercapaian output pendidikan yaitu prestasi sekolah
terutama prestasi siswa yang ditandai dengan dimilikinya semua kemampuan
berupa kompetensi yang dipersyaratkan di dalam belajar.

Untuk mewujudkan sekolah efektif hanya mungkin didukung oleh kepala


sekolah sebagai pemimpin pendidikan yang efektif. Fred M. Hechinger (dalam
Davis & Thomas, 1989: 17) menyatakan: “Saya tidak pernah melihat sekolah
yang bagus dipimpin oleh kepala sekolah yang buruk dan sekolah buruk dipimpin
10

oleh kepala sekolah yang buruk. Saya juga menemukan sekolah yang gagal
berubah menjadi sukses, sebaliknya sekolah yang sukses tiba-tiba menurun
kualitasnya. Naik atau turunnya kualitas sekolah sangat tergantung kepada
kualitas kepala sekolahnya”.

Dari pernyataan di atas sudah jelas dipaparkan bahwasannya peran dari


kepala sekolah sangatlah berperan penting terhadap keefektifan sekolah. Serta
pandangan tersebut menganjurkan kepada para kepala sekolah untuk memahami
tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin pendidikan secara cermat.

Sekolah yang efektif biasanya dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang
memilki karakter tegas, terbuka, dan diikuti oleh para guru dan para staff sekolah
dan semua siswa. Banyak hal yang mempengaruhi keberhasilan kepemimpinan
kepala sekolah. Dalam Panduan Manajemen Sekolah (Depdiknas, 1999)
dikemukakan yang mempengaruhi keberhasilan kepemimpinan Kepala Sekolah
yaitu:

a. Kepribadian yang kuat, yaitu pribadi yang percaya diri, berani,


bersemangat, murah hati, dan memiliki kepekaan sosial,
b. Memahami tujuan pendidikan dengan baik. Karena dengan pemahaman
yang baik , kepala sekolah dapat menjelaskan kepada guru, stafnya, murid-
murid dan pihak terkait tentang strategi pencapaian tujuan sekoah
c. Memiliki pengetahuan yang luas. Kepala sekolah harus memiliki
pengetahuan yang luas tentang bidang tugasnya maupun bidang tugasnya
maupun bidang lain yang terkait,
d. Memiliki keterampilan profesional, yaitu keterampilan profesional, yaitu
keterampilan yang terkait dengan tugasnya sebagai kepala sekolah yaitu;
keterampilan teknis (menyusun jadwal pelajaran, memimpin rapat,
melakukan supervisi), keterampilan hubungan kemanusiaan (memotivasi,
mendorong guru dan staf untuk berprestasi), keterampilan konseptual
(mengembangkan konsep pengembangan sekolah mengidentifikasi dan
memecahkan masalah serta mengantisipasi masalah yang akan timbul dari
semua kemungkinan).

Kemudian, untuk mencapai sekolah yang efektif, guru yang mengajar


disekolah tersebut harus memiliki kompetensi serta komitmen yang tinggi, bukan
hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik.
11

Guru adalah orang yang berperan langsung berinteraksi dengan peserta


didik, memberikan keteladanan, motivasi, dan inspirasi untuk terus bersemangat
dalam belajar, berkarya, dan berprestasi dalam bidang kependidikan dengan
demikian, guru tidak bisa mengabaikan jiwa kepemimpinan. Sebab, jika seorang
guru tidak memiliki atau mengabaikan jiwa kepemimpinan maka yang akan
terjadi kegiatan pembelajaran yang dilakukan tidak akan berjalan dengan efektif
dan efesien. Oleh karena itu, guru dalam memimpin pembelajaran harus berani
mengambil keputusan, yakni proses pemecahan masalah dengan menentukan
pilihan dari beberapa alternatif untuk menetapkan suatu tindakan dalam mencapai
tujuan yang diinginkan. Dan guru sebagai pendidik harus bisa menjadi pemimpin
yang disukai, dipercaya, mampu membimbing, dan berkepribadian.

Maka, dimensi keefektifan dari sebuah sekolah yakni: penggunaan waktu


pelajaran yang efektif (intensitas interaksi), lingkungan sekolah dan kelas yang
disiplin, evaluasi dan umpan balik secara berkelanjutan, kegiatan kelas terstruktur
dengan baik, petunjuk pembelajaran yang baik, penekanan terhadap pengetahuan
dan skill yang tinggi, dan kesempatan untuk belajar secara maksimal.

2. Nilai-nilai Islam dalam Kepemimpinan Efektif

Dalam Islam konsep kepemimpinan diayakini mempunyai nilai yang khas


dari sekedar kepengikutan bawahan dan pencapaian tujuan organisasi. Ada
nilai-nilai transendental yang diperjuangkan dalam kepemimpinan islami dalam
organisasi apapun termasuk pendidikan. Nilai-nilai tersebut menjadi pijakan
dalam melakukan aktivitas kepemimpinan. Sebab tanpa prinsip-prinsip
tersebut, umat islam tidak bisa menjadi wakil tuhan (khalifah) untuk mengelola
alam jagad ini secara baik, sekaligus tidak dapat menjadi hamba (a’bid) yang
muttaqin. Kedua predikat itu (khalifah dan a’bid) tidak dapat diraih oleh
seorang muslim kecuali mereka yang memiliki prinsip-prinsip tersebut.
Nilai/prinsip yang termaktub dalam ayat-ayat dan hadis itu antara lain sebagai
berikut:

a. Cerdas
Cerdas atau mampu merupakan suatu prinsip/nilai yang dalam Islam
menempati posisi yang sangat penting sekaligus mendapat apresiasi yang
sangat tinggi dikarenakan urgensinya secara fundamental meliputi semua
ranah kehidupan manusia. Manusia tidak akan sukses meraih apa yang ia
inginkan manakala ia tidak cerdas dan mampu mengelolanya secara baik
12

Dalam Alquran ayat yang mengisyaratkan nilai/prinsip itu, antara lain


sebagai berikut:

Artinya: “Wahai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat
menembusnya melainkan dengan kekuatan”(QS. Al-Rahman (55): 33).

Ayat diatas mengingatkan manusia bahwa apa saja yang dipikirkan dan
dibayangkan dalam bentuk visi dan misi semuanya bisa menjadi
kenyataan, asalkan manusia memiliki sulthan (kekuatan/kemampuan).
Kemampuan merupakan kriteria dasar bagi setiap pemimpin dalam
mengelola serta mengembangkan organisasi/institusi.
b. Inisiatif
Inisiatif merupakan salah satu prinsip penting yang harus dimiliki
oleh pemimpin/manajer. Pemimpin yang tidak memiliki inisiatif akan
membuat organisasi menjadi mandek serta tidak berkembang apalagi ingin
ada perubahan, harapan agar organisasi bertumbuh sesuai dengan
perkembangan tidak akan tercapai, sekalipun lingkungan (stakeholder)
menghendaki.
Dalam Alquran Allah mengatakan:

“Apabila kamu telah usai (melakukan suatu urusan), maka kerjakanlah


dengan sungguh-sungguh urusan/pekerjaan) berikutnya”. (QS. Al-
Insyirah (94): 7)
.
Ayat ini mengisyaratkan prinsip inisiatif, bahwa seorang pemimpin
tidak boleh hanya terjebak dalam satu tugas rutinitas saja yang menyita
hampir semua waktu/masa tugasnya. Pemimpin/manajer yang efektif harus
mampu memunculkan inisiatifnya dalam mendorong dan mengembangkan
organisasi yang dipimpinnya sehingga dapat bersaing dan berkompetisi
dengan organisasi sejenis dalam lingkungan kompetetifnya.
c. Rela Berkorban
Manajer/pemimpin yang baik/efektif senantiasa harus
mengedepankan sikaf rela berkorban. Pemimpin yang memiliki prinsip ini
selalu memberi harapan bagi lingkungannya bahwa ia dan organisasinya
akan tetap menjalankan kewajiban-kewajibannya serta memenuhi hak-hak,
baik itu hak-hak bawahan/karyawan, hak mereka yang dilayani
13

(pelanggan) maupun hak-hak sosial sebagai bentuk komitmen menyeluruh


atas keberpihakannya terhadap lingkungan organisasi. Tipe kepemimpinan
seperti ini oleh Andy Kirana disebut kepemimpinan etis
Prinsip ini banyak menghiasi hidup keseharian Rasulullah saw. serta para
sahabatnya. Mereka selalu rela mengorbankan apa yang ada pada diri
mereka, sekalipun apa yang diberikan itu sesuatu yang sangat mereka
senangi.
Dalam Alquran Allah berfirman:

“Berjuanglah dengan harta dan dirimu dijalan Allah”. (QS At-Taubah


(9) :41).
d. Bertanggung Jawab
Bertanggung jawab merupakan prinsip yang melekat pada diri
seorang manajer/pimpinan setelah ia memangku suatu jabatan. Pimpinan
yang tidak bertanggung jawab berarti ia tidak menjalankan satu syarat
penting sebagai manajer/pimpinan, yaitu melaksanakan proses pelimpahan
wewenang dari atasan /pimpinan yang lebih tinggi.
Dalam sebuah hadis yang disampaikan oleh Ibnu Umar, Rasulullah
bersabda :

”Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan bertanggung


jawab terhadap apa yang dipimpinnya” ( Riwayat Bukhari dan Muslim).

Jadi seorang manajer/pemimpin harus menjalankan prinsip ini untuk


memberikan pertanggung jawabannya, baik itu bertanggung jawab
(memberi laporan) kepada atasannya maupun bertanggung jawab terhadap
bawahan, masyarakat, pemerintah (stakeholder), lebih-lebih kepada Allah-
tuhan pencipta alam semesta.
e. Percaya Diri
Dalam Islam, percaya diri sangat berhubungan dengan kadar iman
seseorang. Bila imannya kepada Allah tinggi, maka rasa percaya diri
menjadi besar. Namun bila kadar imannya rendah, maka percaya
dirinyapun menjadi rendah pula. Dalam Alquran dikatakan:
“Apabila kamu telah selesai melaksanakan suatu pekerjaan maka
bertawakallah kepada Allah”(QS.al- Imran (3): 159).
14

Demikianlah, kita ketahui beberapa nilai/prinsip yang termaktub dalam


ayat-ayat al-Qur’an dan hadis yang dapat diimplementasikan dalam
kepemimpinan pendidikan. Tentu saja nilai-nilai dasar kepemimpinan islam yang
telah diuraikan diatas perlu dijadikan rambu-rambu dalam menjalankan dan
pengambilan keputusan pendidikan.

Sekolah dan kampus merupakan sub sistem pelayanan pendidikan,


terutama pelayanan pemberian pengajaran dan pembelajaran. Yang pada akhirnya
pelayanan pendidikan yang diselenggarakan lebih difokuskan pada upaya
mendidik (edukasi) dan profesional. Telah dikatakan sebelumnya, selain menjadi
seorang pendidik, guru merupakan seorang pemimpin bagi anak didiknya. Dengan
mengacu pada nilai-nilai diatas, seorang guru mesti cerdas dan komunikatif
karena ia akan mengajarkan dan menyampikan pengetahuan, informasi kepada
anak didiknya. Oleh karena itu guru dituntut untuk memiliki kompetensi
pedagogik dan profesional. Seorang guru mesti jujur dan bertanggung jawab,
seorang guru mesti adil dan tidak pilih kasih. Seorang guru mesti sabar dalam
mendidik anak didiknya. Seorang guru akan menjadi teladan bagi muridnya.
Maka seorang guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial dan kepribadian.
Kepribadian yang baik, yang akan dicontoh oleh anak didiknya.

Dari uraian diatas, disimpulkan bahwa kepemimpinan pendidikan yang


berlandaskan islam adalah upaya mengungkap kepribadian Rasulullah
Muhammad Saw. dalam menjalankan kepemimpinan. Karena tingkah laku rasul,
akhlaq rasul adalah al-Qur’an. Sebagaimana Aisyah ra. menjawab saat ditanya
sahabat mengenai akhlaq rasul. Ia mengatakan, “ Akhlaq Beliau (Muhammad)
adalah al-Qur’an”. Jadi, Bagaimana seorang Muhammad menjalankan
kepemimpinannya, maka begitulah seorang pemimpin dalam menjalankan
kepemimpinannya. Maka, untuk menjalankan kepemimpinan pendidikan yang
efektif, para pemimpin pendidikan baik kepdiknas, direktur lembaga pendidikan,
kepala sekolah dan guru harus bisa mengimplementasikan nilai-nilai tersebut
diatas.
15

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kepemimpinan pendidikan sebagai suatu kemampuan dan proses mempengaruhi,


mengkoordinir dan menggerakkan orang lain yang ada hubungan dengan
pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran agar
supaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efisien dan efektif di dalam
pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.

Kriteria pemimpin pendidikan yang efektif yaitu:

a. Mampu memberdayakan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran


dengan baik, lancar dan produktif.
b. Menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.
c. Menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat
melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan dan pendidikan.
d. Menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan guru dan pegawai di pendidikan.
e. Bekerja dengan tim manajemen. (6) Mewujudkan tujuan pendidikan secara
produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Sekolah disebut efektif jika sekolah tersebut dapat mencapai apa yang
telah direncanakan. Pengertian umum sekolah efektif juga berkaitan dengan
perumusan apa yang harus dikerjakan dengan apa yang telah dicapai. pendidikan.
Yang pada intinya, kepemimpinan pendidikan yang berlandaskan islam adalah
upaya mengungkap kepribadian Rasulullah Muhammad Saw. dalam menjalankan
kepemimpinan.
DAFTAR PUSTAKA

Fattah, Nanang.2004. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Kirana, Andy. 1997. Etika Manajemen-Ancangan Bisnis Abad – 21, edisi


1. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Margono. 2009. Educational Leadership. Malang: UIN Malang Press.

Mulyasa. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rohmat. 2010. Kepemimpinan Pendidikan Strategi Menuju Sekolah Efektif,


Yogyakarta: Cahaya Ilmu.

Suparlan. 2008. Membangun Sekolah Efektif. Yogyakarta: HIKAYAT

Syafaruddin & Nurmawati. 2011. Pengelolaan Pendidikan. Medan: Perdana


Publishing

Wahab, Abdul Aziz. 2008. Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan


Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

16

Anda mungkin juga menyukai