Anda di halaman 1dari 49

PROPOSAL

Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Manajemen Berbasis Sekolah di SD

Diajukan kepada dosen pengampu Dr. Sukri Katili, S.Pd, M.Pd

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah

Di Susun oleh :

Kelompok 3

Nadia Amalia Datuela ( 151421071 )

Nurfatima Umar ( 151421053 )

Sri Devi Luawo ( 151421070 )

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan PROPOSAL “Kepemimpinan Kepala
sekolah Dalam Manajemen Berbasis Sekolah Di SD”

Tujuan penulisan ini untuk memenuhi tugas dari Mata Kuliah Manajemen Berbasis
Sekolah dengan Dosen Pengampu Bapak Dr. Sukri Katili, S.Pd., M.Pd. Makalah ini
diharapkan dapat menjadi penambah wawasan bagi pembaca serta bagi kami sendiri.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Sukri Katili, S.Pd., M.Pd pada
mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah yang sudah mempercayakan tugas ini kepada
kami, sehingga sangat membantu untuk memperdalam pengetahuan pada bidang studi yang
sedang ditekuni. Terima kasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berbagi
pengetahuannya kepada kami, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Gorontalo, 24 September 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Kepemimpinan

2.2 Fungsi Kepemimpinan

2.3 Gaya Kepemimpinan

2.4 Langkah Manajemen Berbasisi Sekolah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kepemimpinan adalah proses untuk mengarahkan, menggerakkan, dan mempengaruhi
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan tugas- tugas anggota kelompok/organisasi
dalam rangka mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Fungsi kepemimpinan merupakan
usaha untuk mempengaruhi dan mengarahkan karyawannya untuk bekerja sebaik
mungkin, dengan memiliki semangat yang tinggi, dan memotivasi yang tinggi guna
mencapai tujuan organisasi. Hal ini terutama terikat dengan fungsi kepemimpinan
mengatur hubungan antara individu atau kelompok dalam organisasi, Salah satu
contohnya adalah Sekolah.
Sekolah merupakan institusi pendidikan yang memiliki berbagai dimensi yang satu
sama lain berkaitan dan saling menunjang yang di dalamnya terdapat kegiatan belajar
mengajar untuk peningkatan kualitas dan pengembangan potensi peserta didik. Kepala
sekolah memiliki jabatan tertinggi di sekolah. Karena kepala sekolah memiliki peranan
penting dan segala sesuatu yang ada di sekolah. Untuk itu antara kepala sekolah dan guru
harus saling bekerjasama dan diperlukan koordinasi dalam memajukan sekolah
berkualitas. Dengan demikian kepemimpinan kepala sekolah menjadi faktor penentu
dalam proses pendidikan yang ada di sekolah.
Kepala sekolah merupakan pejabat profesional yang ada dalam organisasi sekolah,
yang bertugas untuk mengatur semua sumber daya sekolah dan bekerja sama dengan
guru-guru, staff dan pegawai lainnya dalam mendidik peserta didik untuk mencapai
tujuan pendidikan. Kepala sekolah yang profesional ia akan melakukan penyesuaian
kebutuhan dunia pendidikan dan mampu berkembang sesuai dengan perkembangan
jaman di era globalisasi.
Berdasarkan hal di atas kami membuat makalah ini untuk melihat bagaimana
kepemimpinan kepala sekolah dalam manajemen berbasis sekolah di SD.

1.2 Rumusan masalah


Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah dalam manajemen berbasis sekolah di SD

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui kepemimpinan kepala sekolah dalam manajemen berbasis sekolah
di SD.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Kepemimpinan


Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Pengertian kepemimpinan adalah cara
memimpin atau perihal. Secara harfiah, kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” yang
artinya mengarahkan, membina, mengatur, menuntun, menunjukkan, atau
memengaruhi.pemimpin bukan sekedar memerintah orang di bawahnya, sosok pemimpin
membantu diri mereka sendriri dan orang lain untuk melakukan hal yang benar. Mereka
menetapkan arah, membangun visi yang menginspirasi dan menciptakan sesuatu yang
baru. Kepemimpinan adalah tentang memetakan kemana anda harus pergi untuk berhasil
sebagai tim atau organisasi.
Pemimpin adalah orang yang memulai pekerjaan dengan mengkomunikasikan
kebijakan dan rencana kepada bawahan dari mana pekerjaan sebenarnya dimulai.
Memberikan bimbingan. Seorang pemimpin tidak hanya mengawasi tetapi juga
memainkan peran untuk membimbing bawahannya. Bimbingan di sini berarti
menginstruksikan pada bawahan bagaimana cara mereka harus melakukan pekerjaan
mereka secara efektif dan efisien. Menciptakan kepercayaan - Percaya diri merupakan
faktor penting yang dapat dicapai melalui apresiasi upaya kerja bawahan, menjelaskan
peran mereka dengan jelas dan memberi mereka pedoman untuk mencapai tujuan secara
efektif.
Berdasarkan konsep kepemimpinan yang telah di kemukakan di atas dapat di pahami
bahwa yang du maksud dengan kepemimpinan adalah proses untuk mengarahkan,
menggerakkan, dan mempengaruhi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan tugas-
tugas anggota kelompok/organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
Implikasi konsep kepemimpian ini antara lain
a. Kepemimpinan menyangkut orang lain, bawahan atau pengikut,
b. Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang di
antara para pemimpin dan anggota kelompok,
c. Selain dapat menggerakkan dan memberikan pengarahan kepada para bawahan
atau pengikut, pemimpin dapat juga menggunakan pengaruh;
d. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin
untuk mengarahkan da mempengaruhi pegawai bawahan atau anggota kelompok
agar bekerja untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang telah di tetapkan.

2.2 Fungsi Kepemimpinan


Fungsi kepemimpinan merupakan usaha untuk mempengaruhi dan mengarahkan
karyawannya untuk bekerja sebaik mungkin, dengan memiliki semangat yang tinggi, dan
memotivasi yang tinggi guna mencapai tujuan organisasi. Hal ini terutama terikat dengan
fungsi kepemimpinan mengatur hubungan antara individu atau kelompok dalam
organisasi.fungsi artinya jabatan (pekerjaan) yang di lakukan atau kegunaa sesuatu hal,
sedangkan fungsi kepemimpinan adalah serangkaian tugas-tugas atau pekerjaan yang
harus dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Fungsi kepeimpinan merupakan gejala sosial,
karena harus diwujudkan dala interaksi antar individu di dalam situasi suatu
kelompok/organisasi. Menurut Rivai (2006:53) fungsi kepemimpinan memiliki dua
dimensi, yaitu:
1. Dimensi yang berkenan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction)
dalam tindakan atau aktivitas pemimpin
2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) orang – orang yang
dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/organisasi.

Rivai (2006:53) mengemukakan fungsi pokok kepemimpinan adalah:


1. Fungsi instruksi
Fungsi ini bersifat komunikasi atau satu arah. Pemimpin sebagai komunikator
merupakan pihak yang menentukn apa, bagaimana, bilamana, dan dimana perintah itu
dikerjakan agar keputusan dapat dilakukan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif
merupakan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi staf agar mau
melaksanakan perintah. Melihat fungsi kepemimpinan maka kita harus tahu dimana
ada beberapa fungsi yang terdiri fungsi instruktif pimpinan dalam hal ini pimpinan
sebagai seorang komunikator dalam memberikan suatu perintah, pimpinan
mengadakan sosialisasi kepada pegawai terkait tata cara dan sopan santun dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat, pimpinan juga bersikap tegas dan
memberikan teguran langsung kepada bawahan apabila ada kesalahan dalam hal
menjalankan perintah, adanya sosialisasi terkait dengan pentingnya semangat kerja
dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai.
2. Fungsi konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah.pada tahap pertama usaha menetapkan
keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan pertimbangan yang
mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang di pimpinnya yang dinilai
mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan.
Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang di pimpin dapat
dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu
dimaksudkan untuk memperoleh masukkan berupa umpan balik (feed back) untuk
memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah di tetapkan dan
dilaksanakan. Fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah dalam mengurangi
sikap arogansi pegawai adanya ketegasan sikap memimpin mengarahkan dan
memberikan teguran yang benar komunikasi dua arah dilakukan melakukan
sosialisasi seperti membicarakan tentang semangat kerja dan penyelenggaraan
pelayanan publik yang baik konsultatif mengarahkan dengan dua arah pimpinan
mengajarkan cara melayani masyarakat dengan sopan santun, pimpinan juga
mengarahkan pekerjaan dengan langsung memberi contoh dengan bawahannya
sehingga bawahan dapat menerimanya dengan cepat.
3. Fungsi partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha untuk mengatifkan orang-orang
yang di pimpinnya, baik dalam keikutsertaan dalam mengambil keputusan maupun
dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi
dilakukan secara terkendali da terarah berupa kerja sama dengan tidak mencapuri atau
mengambil tugas pokok orang lain sebagai pemimpin dan bukan pelaksana. Fungsi
partisipasi pimpinan berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya dalam
pengambilan keputusan, pada hakekatnya pegawai adalah pelayanan masyarakat yang
diangkat dalam bentuk saran oleh pimpinan pimpinan memberikan pengarahan
dengan bawahan pimpinan ikut bekerja didalamnya, pimpinan memberikan
kepercayaan sepenuhnya dengan bawahan dalam bentuk pimpinan memberikan
contoh kinerja langsung pimpinan memberikan suritauladan dalam bentuk kinerja
yang baik dan memberikan kepercayaan untuk menyelesaikan tugas dan fungsi
pegawai menegaskan pimpinan selalu bersikap tegas dalam mengarahkan pekerjaan
dengan bawahan serta pimpinan langsung melihat kinerja bawahannya yang lebih
baik pimpinan menegur langsung pegawai yang kurang sopan dalam melayani
masyarakat dan mengajarkan kesopanan pegawai dalm bekerja pimpinan mengatur
aktifitas anggotanya secara terarah dalam koordinasi yang efektif.
4. Fungsi delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang
membuat/menentapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa
persetujuan dari pimpunan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan.
Orang-orang menerima delegasi itu harus diyakini merupaka pembantu pemimpin
yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi dan aspirasi. Fungsi delegasi sebenarnya itu
kepercayaan seorang pemimpin itu kepada orang yang dipercaya dengan pelimpahan
wewenang untuk melaksanakan secara bertanggung jawab. Untuk mengurangi sikap
arogansi pegawai pimpinan memberikan pelimpahan wewenang membuai
menetapkan keputusan, pimpinan memberikan pengarahan dengan bawahan pimpinan
ikut bekerja didalamnya pimpinan memberikan kepercayaan sepenuhnya dengan
bawahan dalam bentuk pimpinan memberikan contoh kinerja langsung serta pimpinan
memberikan suritauladan dalam bentuk kinerja yang baik dan memberikan
kepercayaan untuk menyelesaikan tugas dan fungsi pegawai.
5. Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/efektif mampu
mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam kondisi yang efektif,
sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi
pengendalian dapat di wujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi
dan pengawasan.
Seluruh fungsi kepemimpinan tersebut diselenggarakan dalam aktiviras
kepemimpinan secara integral. Pelaksanaannya berlangsung sebagai berikut:
a. Pemimpin berkewajiban menjabarkan program kerja
b. Pemimpin harus mampu memberikan petunjuk yang jelas
c. Pemimpin harus berusaha mengembangkan kebebasan berfikir dan mengeluarkan
pendapat
d. Pemimpin harus mengembangkan kerjasama yang harmonis
e. Pemimpin harus berusaha menumbuhkembangkan kemampuan memikul
tanggungjawab
f. Pemimpin harus mendayagunakan pengawasa sebagai alat pengendali
Heidjrachman dan Husnan (2000:222) mengemukakan syarat-syarat / kriteria menjadi
seorang pemimpin haruslah paling sedikit mampu untuk :
1. Memimpin para bawahan untuk mencapai tujuan organisasi
2. Mampu menangani hubungan antara karyawan (interpesonal relations),dan
3. Mempunyai kemampuan diri untuk bisa menyesuaikan diri dengan keadaan.
Syarat-syarat lain seorang pemimpin adalah :
1. Keinginan untuk menerima tanggungjawab
2. Kemampuan untuk bisa “perceptive”
3. Kemapuan untuk bersifat obyektif
4. Kemampuan untuk menentukan prioritas, dan
5. Kemampuan untuk berkomunikasi
Fadjar (1993:26) mengemukakan bahwa untuk menduduki jabatan kepemimpinan
diperlukan antara lain:
1. Mempunyai karakter dan moral yang tinggi
2. Mempunyai semangat kemampuan intelektual
3. Mempunyai kematangan dan keseimbangan emosi, dan
4. Mempunyai kesehatan dan penampilan jasmaniah yang memadai.
Selain itu, perlu memiliki skill atau keterampilan dalam kepemimpinan antara lain:
1. Keterrampilan dalam mengorganisasikan orang-orang atau anggota kelompoknya
2. Keterampilan dalam membina kerjasama di dalam dan di luar kelompoknya,
3. Keterampilan dalam menjalin hubungan baik ke dalam maupun keluar,dan
4. Keterampilan dalam memecahka persoalan yang di hadapi kelompoknya

Sedangkan Amirullah dan Hanafi (2002:168-169) mengemukakakn sifat-sifat dan ciri-


ciri kepemimpinan yang berhasil adalah sebagai berikut:
1. Watak dan kepribadian yang terpuji
2. Keinginan melayani bawahan
3. Memahami kondisi lingkungan
4. Intelegasi yang tinggi
5. Berorientasi ke depan, dan
6. Sikap terbuka

2.3 Gaya kepemimpinan kepala sekolah


Gaya kepemimpinan kepala sekolah pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu
perwujudan tingkah laku dari seorang kepala sekolah, yang menyangkut kemampuannya
dalam memimpin di sekolah. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau
bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan kepala sekolah yang demikian ini sesuai
dengan pendapat Davis dan Newstrom yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan kepala
sekolah adalah pola tindakan kepala sekolah secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan
atau dijadikan acuan oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan kepala
sekolah.
Menurut Tjiptono gaya kepemimpinan kepala sekolah merupakan suatu cara yang
digunakan oleh kepala sekolah dalam berinteraksi dengan bawahannya. Sementara itu
pendapat lain menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah pola tingkah
laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang kepala sekolah yang dirasakan oleh orang
lain yaitu Hersey.
Dalam perspektif lain, Thoha mendefenisikan gaya kepemimpinan kepala sekolah sebagai
norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi
perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Pengertian yang sama dikemukakan oleh Rivai yang
menyebut gaya kepemimpinan kepala sekolah sebagai sekumpulan ciri yang digunakan
pemimpin untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran dalam suatu lembaga pendidikan
tercapai. Gaya kepemimpinan kepala sekolah merupakan norma perilaku yang digunakan
seseorang pada saat seseorang mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Dalam hal ini
upaya menyeleraskan persepsi diantara orang yang akan mempengaruhi menjadi amat
penting kedudukannya.

1. Gaya kepemimpinan kontigensi


Pendekatan kontingensi disebut juga pendekatan situasional, sebagai teknik manajemen
yang baik dalam memberikan kontribusi untuk pencapaian pasaran sasaran organisasi dan
mungkin bervariasi dalam situasi atau lingkungan yang berbeda. Beberapa pandangan tentang
kepemimpinan situasional adalah sebagai berikut:
Mc Clelland (dalam Hersey, 1982: 100), studi empirik mengemukakan bahwa gaya
kepemimpinan ini merupakan proses dinamis, yang berbeda dari satu situasi ke yang lain
dengan perubahan pada pemimpin, pengikut, dan situasi. Siswanti (2005:166) menyatakan
setiap manajer harus mempunyai fleksibilitas pribadi dan rentang keterampilan yang perlu
dalam berbagai macam perilakunya. Apabila para bawahan mmiliki hirarki kebutuhan dan
motif heterogen sifatnya, manajer berkewajiban untuk memperlakukannya berbeda.
Faktor kunci penerapan kepemimpinan situasional adalah penilaian tingkat kematangan
pengikut dan selanjutnya menerapkan perilaku seperti yang di uraikan model tersebut. Dalam
kepemimpinan situasional implisit adanya ide bahwa seorang pemimpin seyogyanya
membantu pengikut untuk menumbuhkan kematangan sejauh yang dapat dan mau dilakukan.
Kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blanchard di dasarkan pada saling
berhubungannya di antara hal-hal berikut
a. Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan
b. Jumlah dukungan sosiomesional yang diberikan oleh pimpinan, dan
c. Tingkat kematangan para pengikut yang di tunjukkan dalam melaksanakan tugas
khusus, fungsi, atau tujuan tertentu.
Hubungannya dengan perilaku pemimpin situasional ini, Hersey mengemukakan dua hal
yang biasanya dilakukan terhadap bawahan atau pengikut, yaitu :
Perilaku mengarahkan, dapat dirumuskan sebagai kemampuan seorang pemimpin
melibatkan dalam komunikasi satu arah. Bentuk pengarahan dalam komunikasi satu arah ini
antara lain
1. Menetapkan peranan yang seharusnya dilakukan pengikut
2. Memberitahukan pengikut tentang apa yang seharusnya bisa dikerjakan, dimana
melakukan hal tersebut, bagaimana melakukannya, dan melakukan pengawasan
secara ketat kepada pengikutnya.
Perilaku mendukung yaitu sejauh mana seorang pemimpin melibatkan diri dalam
komunikasi dua arah, misalnya mendengar, menyediakan dukungan dan dorongan,
memudahkan interaksi, dan melibatkan para pengikut dalam pengambilan keputusan.
Kematangan (maturity) dalam kepemimpinan situasional dirumuskan sebagai suatu
kemampuan dan kemauan dari orang-orang untuk bertanggung jawab dalam mengarahkan
perilakunya sendiri. Variabel-variabel kematangan ini hendaknya hanya dipertimbangkan
dalam hubungannya dengan tugas-tugas yang spesifik yang harus dilakukan. Dengan
demikian seseorang individu atau kelompok bukannya dikatakan tidak dewasa atau tidak
matang dalam pengertian yang umum. Semua orang cenderung menjadi lebih atau kurang
dewasa dalam hubungannya dengan suatu tugas spesifik, fungsi, atau tujuan yang akan
dicapai oleh pemimpin lewat usaha-usahanya. Sebagai contoh seorang pedagang barangkali
sangat bertanggungjawab terhadap pengamanan barang dagangannya, tetapi sangat ceroboh
dalam hal pekerjaan catat mencatat, dan penyimpanan kearsipan barang-barang dagangannya.
Dalam hal ini pedagang tersebut dewasa dalam pekerjaan pengamanan barang-barang
dagangannya, tetapi kurang matang dalam pekerjaan tulis-menulis dan catat-mencatat
tersebut. Dengan demikian pimpinan dalam mengamalkan gaya kepemimpinannya akan
berlainan. Untuk pengamanan barang dagangan tidak perlu diawasi, tetapi untuk pekerjaan
catat-mencatat perlu pengawasan.
Kemampuan yang merupakan salah satu unsur dalam kema- tangan, berkaitan dengan
pengetahuan atau keterampilan yang dapat diperoleh dari pendidikan, latihan, dan atau
pengalaman. Adapun kemauan unsur yang lain dari kematangan bertalian dengan keyakinan
diri dan motivasi seseorang.
Kaitannya dengan tingkat kematangan seseorang dalam organisasi tertentu perlu
diingat bahwa tidak ada seorang pun yang mampu berkembang secara penuh (fully
developed) atau sebaliknyadi bawah garis kematangan (under developed). Dengan kata lain
kematangan atau perkembangan bukanlah suatu konsep global, melainkan sebuah konsep
tentang tugas spesifik. Kepemimpinan situasional berfokus pada kesesuaian atau efektivitas
gaya kepemimpinan sejalan dengan tingkat kematangan atau perkembangan yang relevan dari
para pengikut.
Hubungan antar tingkat kematangan para pengikut atau bawahan dengan gaya
kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard adalah sebagai berikut:
Instruksi adalah untuk pengikut yang rendah kematangannya. Orang yang tidak
mampu dan mau (M1) memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan sesuatu adalah tidak
kompeten dan tidak memiliki keyakinan. Dalam banyak kasus ketidakinginan mereka
merupakan akibat dari ketidakyakinannya atau kurangnya penga- laman berkenaan dengan
sesuatu tugas. Dengan demikian, gaya pengarahan (G1) memberikan pengarahan yang jelas
dan spesifik.
Konsultasi adalah untuk tingkat kematangan rendah ke se- dang. Orang yang tidak
mampu tetapi berkeinginan (M2) untuk memikul tanggung jawab memiliki keyakinan tetapi
kurang me- miliki keterampilan. Dengan demikian, gaya "konsultasi" (G2) yang memberikan
perilaku mengarahkan, karena mereka kurang mampu, juga memberikan perilaku mendukung
untuk memperkuat kemampuan dan antusias, tampaknya merupakan gaya yang sesuai
dipergunakan bagi individu pada tingkat kematangan seperti ini. Gaya ini dirujuk sebagai
"konsultasi" karena hampir seluruh pengarahan masih dilakukan oleh pemimpin. Namun
melalui komunikasi dua arah dan penjelasan pemimpin melibatkan pengikut dengan mencari
saran dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Komunikasi dua arah in membantu dalam
mempertahankan tingkat motivasi pengikut yang tinggi dan pada saat yang sama tanggung
jawab untuk kontrol atas pembuatan keputusan tetap ada pada pemimpin.
Partisipasi adalah bagian tingkat kematangan dari sedang ke tinggi. Orang-orang
pada tingkat perkembangan ini memiliki kemampuan, tetapi tidak berkeinginan (M3) untuk
melakukan suatu tugas yang diberikan. Ketidakinginan mereka itu seringkali disebabkan
kurangnya keyakinan. Namun, bila mereka yakin atas kemampuannya tetapi tidak mau untuk
melaksanakan tugas tersebut lebih merupakan persoalan motivasi dibandingkan persoalan
keamanan. Kasus seperti ini pemimpin perlu membuka komunikasi dua arah dan secara aktif
mendengar dan mendukung usaha-usaha staf untuk menggunakan kemampuan yang telah
mereka miliki. Dengan demikian gaya yang mendukung, tanpa mengarahkan, "partisipasi"
(G3) mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi untuk diterapkan bagi individu dengan
tingkat kematangan seperti ini. Gaya ini disebut "partisipasi" karena pemimpin atau pengikut
saling tukar-menukar ide dalam pembuatan keputusan, dengan peranan pemimpin yang utama
memberikan fasilitas dan berkomunikasi. Gaya ini melibatkan perilaku hubungan kerja yang
tinggi dan perilaku berorientasi tugas yang rendah.
Delegasi adalah bagi tingkat kematangan yang tinggi. Orang- orang dengan tingkat
kematangan seperti ini mampu dan mempunyai keyakinan untuk memikul tanggungjawab
(M4). Dengan demikian gaya "delegasi" yang berprofil rendah (G4) yang memberikan sedikit
pengarahan atau dukungan memiliki tingkat kemungkinan efektif yang paling tinggi dengan
individu-individu dalam tingkat kematangan seperti ini. Sekalipun pemimpin barangkali
masih mampu mengidentifikasikan persoalan, tanggung jawab untuk melaksanakan rencana
diberikan kepada para pengikut-pengikut yang sudah matang ini. Mereka diperkenankan
untuk melaksanakan sendiri dan memutuskannya tentang ikhwal bagaimana, kapan, dan di
mana melakukannya. Pada saat yang sama, mereka secara psikologis adalah matang, oleh
karenanya tidak memerlukan banyak komunikasi dua arah atau perilaku mendukung. Gaya
ini melibatkan perilaku bubungan kerja yang rendah dan perilaku berorientasi pada tugas juga
rendah.
2. Gaya kepemimpinan transaksional
Kepemimpinan transaksional menurut Komariah & Triatna (2004:75) adalah
kepemimpinan yang menekankan pada tugas yang diemban bawahan. Pemimpin adalah
seorang yang men-design pekerjaan beserta mekanismenya, dan staf adalah yang
melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan dan keahliannya.
Kepemimpinan transaksional lebih difokuskan pada peranannya sebagai manajer karena
ia sangat terlibat dalam aspek-aspek prosedural manajerial yang metodologis dan fisik.
Dikarenakan sistem kerja yang jelas merujuk kepada tugas yang diemban dan imbalan yang
diterima sesuai dengan derajat pengorbanan dalam pekerjaan maka kepemimpinan
transaksional yang sesuai diterapkan ditengah- wegah staf yang belum matang, dan
menekankan pada pelaksanaan tugas untuk mendapatkan insentif bukan pada aktualisasi diri.
Oleh karena itu, kepemimpinan transaksional dihadapkan pada orang- orang yang ingin
memenuhi kebutuhan hidupnya dari segi sandang, pangan, dan papan.
Kepemimpinan transaksional tidak mengembangkan pola hubungan laissez fuir atau
membiarkan personel menentukan sendiri pekerjaannya karena dikhawatirkan dengan
keadaan personel yang perlu pembinaan, pola ini dapat menyebabkan mereka menjadi
pemalas dan tidak jelas apa yang dikerjakannya. Pola hubungan yang dikembangkan
kepemimpinan transaksional adalah berdasarkan suatu sistem timbal balik (transaksi) yang
sangat menguntungkan (mutual system of reinforcement), yaitu pemimpin memahami
kebutuhan dasar para pengikutnya dan pemimpin menemukan penyelesaian atas cara kerja
dari para pengikutnya tersebut. Pemimpin transaksional merancang pekerjaan sedemikian
rupa yang disesuaikan jenis dan jenjang jabatannya dan melakukan interaksi atau hubungan
mutualis. Untuk melaksanakan peran kepemimpinannya, pemimpin transaksional percaya
bahwa orang cenderung lebih senang di arahkan, menjadi pekerja yang ditentukan
prosedurnya dan pemecahan masalahnya daripada memikul sendiri tanggung jawab atas
segala tindakan dan keputusan yang diambil. Oleh karena itu, para bawahan pada iklim
transaksi tidak cocok diserahi tangung jawab merancang pekerjaan secara inisiatif atau
pekerjaan yang menuntut prakarsa.
Kepemimpinan transaksional dapat juga dipandang sebagai contingent reinforcement
atau dorongan kontingen dalam bentuk reward dan punishment yang telah disepakati bersama
dalam kontrak kerja, yaitu manakala para staf menunjukkan keberhasilan atau kemajuan
dalam pencapaian sasara target yang diharapkan, mereka mendapatkan kontingen positif
berupa imbalan. Namun, apabila staf menunjukkan kinerja yang sebaliknya, yaitu
menunjukkan kegagalan atau ditemukan berbagai kesalahan maka dorongan kontingensi
negatif dapat dikenakan berupa hukuman yang telah disepakati.
Pemimpin bercirikan transaksi, enggan membagi pengetahuannya kepada staf karena
menganggap pengetahuan tersebut dapat dijadikan alat koreksi atau menjadi pengkritik moral
yang kuat bagi perbaikan iklim kerja yang terlalu berorientasi tugas dan sedikit mengabaikan
aspek aspek kepribadian manusia.

3. Kepemimpinan Transformasional
Teori tentang kepemimpinan transformasionl atau inspirasional didasarkan pada ide dari
Burns (1978). Inti teori ini adalah perbedaan antara kepemimpinan transformasional dan
kepemimpinan transaksional. Melalui kepemimpinan transformasional, para pengikut
merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan penghormatan terhadap pemimpin, dan
mereka termotivasi untuk melakukan lebih daripada yang awalnya diharapkan dari mereka.
Menurut Bass, pemimpin mengubah dan memotivasi para pengikut dengan: (1) membuat
mereka lebih menyadari pentingnya hasil tugas; (2) membujuk mereka untuk mementingkan
kepentingan tim atau organisasi mereka dibandingkan dengan kepentingan pribadi, dan (3)
mengaktifkan kebutuhan mereka yang lebih tinggi. Sebaliknya, kepemimpinan transaksional
melibatkan sebuah proses pertukaran yang dapat menghasilkan kepatuhan pengikut tentang
permintaan pemimpin, tetapi tidak mungkin menghasilkan antusiasme dan komitmen
terhadap sasaran tugas. Bagi Bass (1985), kepemimpinan transformasional dan transaksional
itu berbeda tetapi bukan proses yang sama-sama eksklusifnya. Kepemimpinan
transformasional lebih meningkatkan motivasi dan kinerja pengikut dibandingkan dengan
kepemimpinan transaksional, tetapi pemimpin yang efektif menggunakan kombinasi dari
kedua jenis kepemimpinan tersebut.
Kepemimpinan transformasional hadir menjawab tantangan zaman yang penuh dengan
perubahan. Zaman yang dihadapi saat ini bukan zaman ketika manusia menerima segala yang
menimpanya, tetapi zaman di mana manusia dapat mengkritik dan meminta yang layak dari
yang diberikannya secara kemanusiaan. Bahkan dalam terminologi motivasi Maslow,
manusia di era ini adalah manusia yang memiliki keinginan mengaktualisasikan dirinya, yang
berimplikasi pada bentuk pelayanan dan penghargaan terhadap manusia itu sendiri.
Kepemimpinan transformasional tidak saja didasarkan pada kebutuhan atas penghargaan
diri, tetapi menumbuhkan kesadaran pada pemimpin untuk berbuat yang terbaik sesuai
dengan kajian perkembangan manajemen dan kepemimpinan yang memandang manusia,
kinerja, dan pertumbuhan organisasi adalah sisi yang saling berpengaruh.
Menurut Danim (2005: 218-228), Kemampuan melakukan transformasi aneka sumber
daya sekolah dimutlakkan dalam kerangka kepemimpinan sekolah yang dikelola secara
berbasis MBS. Istilah transformasional berinduk dari kata to transform, yang bermakna
mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda. Misalnya,
mentransformasikan visi menjadi realita, panas menjadi energi, potensi menjadi aktual, laten
menjadi manifes dan sebagainya. Transformasional mengandung makna sifat-sifat yang dapat
mengubah sesuatu menjadi bentuk lain, misalnya mengubah energi potensial menjadi energi
aktual atau motif berprestasi menjadi prestasi riil. Dengan demikian, seorang kepala sekolah
disebut menerapkan kaidah kepemimpinan transformasional, jika dia mampu mengubah
energi sumber daya, baik manusia, instrumen, maupun situasi untuk mencapai tujuan
reformasi sekolah. Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seorang pemimpin
bekerja dengan dan/atau melalui orang lain untuk mentransformasikan secara optimal sumber
daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target capaian
yang telah ditetapkan. Sumber daya dimaksud dapat berupa SDM, fasilitas, dana, dan faktor-
faktor eksternal keorganisasian. Di organisasi sekolah, SDM dimaksud dapat berupa
pimpinan, staf, bawahan, tenaga ahli, guru, dosen, widyaiswara, peneliti, dan lain-lain.
Berkaitan dengan kepemimpinan transformasional ini, Leithwood dan kawan-kawan
(1999) menulis, "Transformational leadership is seen to be sensitive to organization building,
developing shared vision, distributing leadership and building school culture necessmy to
current restructuring efforts in schools. "Kutipan ini menggariskan bahwa kepemimpinan
transformasional menggiring SDM yang dipimpin ke arah tumbuhnya sensitivitas pembinaan
dan pengembangan organisasi, pengembangan visi secara bersama, pendistribusian
kewenangan kepemimpinan, dan pembangunan kultur organisasi sekolah yang menjadi
keharusan dalam skema restrukturisasi sekolah".
Kajian empiris mengenai esensi kepemimpinan transformasional di lembaga persekolahan
telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Para peneliti dimaksud antara lain Maehr dan
Anderman (1993), Maehr dan Fyans (1989), Maehr dan Midgley (1991 dan 1996); di mana
mereka telah mengembangkan efidensi impresif secara empiris untuk memberi kesan bahwa
variabel mediasi dan kultur sekolah akan mendorong sekolah menjadi tempat di mana guru-
guru memiliki rasa positif terhadap pekerjaan dan siswa termotivasi untuk belajar.
Kultur sekolah yang positif (positive school culture) diasosiasikan dengan motivasi dan
prestasi siswa yang tinggi, meningkatkan kolaborasi antar guru, dan mengubah sikap guru
terhadap pekerjaannya ke depan menjadi positif. Praktis pembelajaran di ruang belajar,
apakah atraktif atau monoton, kondusif atau distortif, produktif atau devitatif, menyenangkan
atau membosankan, dan sebagainya, sangat ditentukan oleh kemampuan guru bersikap positif
terhadap tugasnya. Sikap positif guru di ruang belajar tidak berdiri sendiri, tetapi antara lain
disumbang oleh gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah.
Burns (1978) (dalam Komariah & Triatna, 2004: 77) menjelaskan kepemimpinan
transformasional sebagai suatu proses yang pada dasarnya "para pemimpin dan pengikut
saling menaikkan diri ke tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi". Para pemimpin
adalah seorang yang sadar akan prinsip perkembangan organisasi dan kinerja manusia
sehingga ia berupaya mengembangkan segi kepemimpinannya secara utuh melalui
pemotivasian terhadap staf dan menyerukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-nilai moral
seperti kemerdekaan, keadilan, dan kemanusiaan, bukan didasarkan atas emosi, seperti
misalnya keserakahan, kecemburuan, atau kebencian.
Meski ada perbedaan esensial antara kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan
transaksional, konstruksi perilakunya tidak berarti saling menafikan (mutually exclusive).
Perilaku yang ditampilkan oleh kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan
transaksional adakalanya dibedakan bukan atas dasar tujuan yang dikehendaki, melainkan
pada kontinum perilaku; di mana yang satu cenderung ke arah transformasi, sedangkan yang
lain cenderun; mengedepankan transaksi. Bahkan, jika kepemimpinan transformasional dan
transaksional itu dapat dikombinasikan, akan dilahirkan apa yang disebut oleh Bass dan
Avilio (1997) sebagai "full! range leadership model" Persoalan esensialnya sangat mungkin
bukan pada apakah kepemimpinan transformasional dan transaksional itu bersifat saling
mengisi (mutually inclusive) atau saling menafikan (mutually exclusive), melainkan gaya
kepemimpinan itu sangat dipengaruhi oleh situasi sehingga tampilannya lebih berupa sebuah
kontinum atau bersifat kontingensi ketimbang dikotomis.

2.4 Langkah Manajemen Berbasis Sekolah


a. Perencanaan
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan untukmencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya. Kegiatan awal dari proses manajemen adalah kegiatan
merencanakan,yang samatujuan dari perencanaan ini adalah sebagai acuan untuk
mengerjakansuatu guna mencapai tujuan organisasi. Menurut Siagian dalam Husaini Usman
(2009:65-66) perencanaan adalah sebagai keseluruhan proses pemikiran danpenentuan secara
matang menyangkut hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan ialahkegiatan yang
dilakukan dimasa yang akan datang untuk mencapai tujuan. Dari definisi ini bahwa
perencanaan mengandung unsur-unsur: 1) sejumlah kegiatanyang ditetapkan sebelumnya, 2)
adanya proses, dan 3) hasil yang ingin dicapai (Febrilia, 2017).
b. Pengorganisasian
Kegiatan selanjutnya setelah merencanakan adalah mengorganisasikan, yaitu kegiatan
mengatur proses seluruh komponen yang ada dalam organisasi. Menurut Terry dalam
Mulyono (2008: 27) pengorganisaisan adalah menyusun hubungan perilaku yang efektif antar
personalia, sehingga mereka dapat bekerjasama secara efisien dan memperoleh keputusan
pribadi dalam melaksanakan tugas dalam situasi lingkungan yang guna mencapai tujuan dan
sasaran tertentu. Sedangkan pengorganisasian:
Menurut Handoko (dalam Husaini Usman 2009: 146) adalah :1) penentuan sumber daya
dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, 2) proses perencanaan dan
pengembangan suatu organisasi yang akan dapatmembawa hal-hal tersebut kearah tujuan, 3)
penugasan tanggung jawab tertentu,4) cara manajer membagi tugas yang harus dilaksanakan
dalam departemen dan mendelegasikan wewenang untuk mengerjakan tugas tersebut.
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah
disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan
sudah dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Menurut
Nurdin Usman (2002:70) mengemukakan pelaksanaan sebagai evaluasi bahwa Pelaksanaan
adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan.
d. Pengawasan
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya
kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai, melalui
pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan
untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui
pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi
mengenai sejauh mana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat
mendeteksi sejauh mana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauh mana
penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.
Konsep pengawasan yang sebenarnya menunjukkan bagian dari fungsi manajemen,di
mana pengawasan dianggap sebagai bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang
lebih atas kepada pihak di bawahnya.” Dalam ilmu manajemen, pengawasan ditempatkan
sebagai tahapan terakhir dari fungsi manajemen. Dari segi manajerial, pengawasan
mengandung makna pula sebagai: “pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan unit
organisasi yang diperiksa untuk menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan
sesuai dengan rencana dan peraturan.” Atau “sebagai suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, dan dengan adanya pengawasan
dapat memperkecil timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah terjadi dapat segera
diketahui yang kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Observasi


MBS adalah singkatan dari "Manajemen Berbasis Sekolah," suatu pendekatan
dalam bidang pendidikan yang menekankan keterlibatan sekolah, guru, siswa, dan
komunitas dalam proses pengambilan keputusan dan manajemen sekolah. Ruang
lingkup observasi MBS akan berkaitan dengan pengamatan terkait dengan
implementasi prinsip-prinsip MBS dalam suatu sekolah atau lembaga pendidikan.
Observasi MBS ini bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana sekolah atau
lembaga pendidikan telah menerapkan pendekatan Manajemen Berbasis Sekolah,
serta untuk mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan. Hasil observasi ini dapat
digunakan untuk membuat rekomendasi dan perencanaan strategis dalam upaya
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah atau lembaga tersebut.

B. Metode Pengumpulan Data


Observasi ini menggunakan dua metode antara lain sebagai berikut:
1. Metode Non-Partisipatif
Pendekatan dalam penelitian, pengambilan keputusan, atau analisis yang tidak
melibatkan partisipasi langsung atau interaksi antara peneliti atau analis dengan
subjek atau pihak yang sedang diamati atau diteliti. Metode ini lebih bersifat
observasional dan pasif, di mana peneliti atau analis mencatat data atau informasi dari
luar tanpa terlibat secara langsung dalam proses yang sedang diamati. Kami
menggunakan metode ini karena kami lebih fokus ke pengamatan secara langsung
untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan MBS dalam sekolah tersebut.
2. Metode wawancara
Metode wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang melibatkan interaksi
langsung antara seorang peneliti atau pewawancara dengan subjek penelitian. Tujuan
utama dari metode wawancara adalah untuk memahami, menggali, dan mendapatkan
informasi, pandangan, atau pengalaman dari subjek penelitian. Kami menggunakan
metode ini karena agar tujuan kami untuk mengetahui lebih detail bagaimana
perencanaan MBS dalam sekolah tersebut. Selain itu, agar data yang kami dapatkan
lebih dapat dipercaya dengan adanya metode wawancara.ini.
C. WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada hari senin-rabu,30 Oktober-1 Novennber 2023 semester
Ganjil 2023/2024.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. IDENTITAS SEKOLAH
a. SDN 48 Dumbo Raya
1. Nama Sekolah : SDN 48 Dumbo Raya
2. Nama Kepala Sekolah : Wiston Tahir S.Pd
3. Nomor Identitas Sekolah : 40501381
4. Nomor Statistik Sekolah :
5. Alamat Sekolah : jl. R. Atje Slamet
Kecamatan : Dumbo Raya
Kabupaten/Kota : Kota Gorontalo
Kode Pos : 96119
Telepon :
Alamat E-mail : sdn48dumboraya@gmail.com
6. Status Sekolah : Negeri
7. SK Pendirian Sekolah : NOMOR : 324/ 10 /XI /2019
8. Akreditas :B

B. HASIL WAWANCARA
a. SDN 48 Dumbo Raya
1. Kepala Sekolah Wiston Tahir S.Pd

1) Bagaimana sekolah ini dalam merencanakan dan mengimplementasikan


manajemen berbasis sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan?

“Untuk mengembangkan sekolah ini tentunya harus adanya banyak hal yang
dilakukan yang pertama harus adanya perubahan dari guru-guru yang ada di
lingkungan sekolah dan untuk perubahan yang ada pada guru di sekolah ini juga
perlu untuk adanya pendampingan dan juga akhir-akhir ini sekarang juga kami
diperhatikan atau didampingi oleh pengawas pengawas dan alhamdulillah untuk
tahun pertama sekolah ini menjalankan ikm atau implementasian kurikulum
merdeka karena di sekolah ini masih baru tahun pertama untuk ikm makanya masih
baru masih agak dikatakan sulit maka dari itu mengapa masih butuh pembinaan
daripada pengawas dan juga pendampingan khususnya untuk pembuatan persiapan
perangkat pembelajaran termasuk modul pembelajaran itu juga telah dilakukan sejak
awal tahun semester yang baru ini. Alhamdulillah setiap bulan kami melaksanakan
kegiatan pendampingan bersama dengan pembina. Serta di sekolah kami ini juga
sudah adanya pendampingan dari salah satu sekolah penggerak nah karena kami
juga menjadi binaan daripada sekolah penggerak atau sekolah SDN 50 kepala
sekolah ini insya Allah setiap bulan datang untuk membina atau mendampingi
dengan bertanya bagaimana atau apa saja masalah yang dihadapi oleh guru dan juga
kepala sekolah untuk masalah pengimplementasian ikm ini. Nah karena ada
pendampingan terhadap guru maka dari itu guru-guru juga melakukan atau
mengimplementasikan apa yang telah diketahui dan dipahami ini kepada siswa atau
peserta didik intinya apa yang disampaikan dan juga diberikan itu di aplikasikan
dalam proses pembelajaran supaya adanya perubahan yang misalnya dari tahun-
tahun kemarin masih biasa saja dengan adanya perubahan in bi sa dikembangkan
lagi proses belajarnya”

2) Apa langkah-langkah konkrit yang telah diambil oleh sekolah dalam merancang
rencana MBS.

“Yang paling konkret yaitu masalah pendampingan pendampingan dari para


pengawas untuk para guru dan juga ada bantuan pendampingan dari salah satu
sekolah di SDN 50 kepala sekolahnya yang selalu menanyakan kepada kami apa saja
masalah makanan yang dihadapi atau yang dialami dan diberikan solusi atau cara
untuk mengatasi masalah-masalah yang belum pahami. Selain itu juga langkahnya
seperti guru-guru juga mencari tahu tentang apa saja yang perlu dilakukan itu dari
sosial media atau internet contohnya misalkan bagaimana untuk menerapkan IKM di
sekolah kami selain untuk bertanya kepada sekolah lain. Lalu karena sudah adanya
wi-fi di sekolah maka guru juga mengambil keputusan itu dengan mencari materi-
materi yang perlu diajarkan itu dari internet”

3) Bagaimana partisipasi dari pada bapak, staf guru dan juga orang tua siswa dalam
proses perencanaan dan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah.
“Selalu ada misalkan seperti motivasi yang selalu diberikan Alhamdulillah pasti
selalu ada daripada guru kepada siswa dan juga orang tua kepada siswa. Apalagi
Alhamdulillah dalam satu minggu ini saya dan salah satu guru melakukan atau
datang untuk menerima undangan melaksanakan bimtek di mes haji, kenapa kami
datang ke situ karena hasil nilai ANBK di tahun kemarin itu sekolah ini nilai literatur
di sekolah ini masih di bawah rata-rata atau menurun, makanya beberapa sekolah
atau ratusan sekolah yang ada di Gorontalo ini datang untuk melakukan bimtek ini.
Dilakukannya lagi bimbingan teknik kepada kami selama empat hari. Begitu juga
dengan orang tua contohnya misalkan guru yang sering menambahkan jam belajar
siswa meminta izin kepada orang tua untuk bisa meminta waktu anak-anaknya 15
menit setelah mata pelajaran itu untuk diajarkan kembali agar bisa memahami materi
atau misalkan anak kelas 1 /2 yang belum bisa membaca diajarkan untuk membaca
selepas pulang sekolah”

4) Bisakah bapak memberikan contoh tentang program atau inisiatif yang telah
dijalankan sebagai manajemen berbasis sekolah yang sukses?

“Kalau manajemen yang sukses di sekolah ini Alhamdulillah manajemennya


tentunya melakukan kegiatan itu sesuai dengan anggaran yang diterima kami dari
dana BOS. Alhamdulillah juga dari dana BOS yang sekarang ini sudah jauh lebih
baik daripada menerimaan dana BOS di tahun-tahun sebelumnya nah karena tahun
kemarin ada bermasalah sekarang sudah sepenuhnya kami terima. Untuk hari ini
Alhamdulillah sudah lebih baik walaupun belum yang terbaik.”

5) Tadi sudah dibahas mengenai guru-guru kalau misalkan masalah fasilitas-fasilitas


di sekolah ini

“Kalau masalah fasilitas atau seperti komputer dan lain sebagainya itu benar masih
kurang contohnya seperti laptop di sekolah saja masih ada baru dua buah ya
dikarenakan masih mengutamakan beli buku siswa dulu daripada mau menambah
satu buah laptop. Karena kalau masih bisa digunakan untuk laptopnya kenapa harus
didahulukan sedangkan yang paling dibutuhkan adalah buku itu sendiri. Nah kalau
misalkan setiap guru itu pasti memiliki laptopnya masing-masing. Insyaallah
rencananya tahun depan ini akan diberikan embook dan itu masih baru perencanaan
belum tahu terealisasikan atau tidak.”

6) Bagaimana bapak sebagai kepala sekolah untuk berkolaborasi bersama guru dan
juga orang tua dalam mengambil keputusan yang berkenaan dengan manajemen
berbasis sekolah mungkin diadakan rapat atau seperti apa?

“Untuk masalah berkolaborasi harus tentunya seperti itu kita harus bisa melakukan
secara bersamaan karena kalau kita sendiri-sendiri pasti akan diam-diam
menghancurkan apalagi dengan di zaman sekarang ini tidak akan merasa puas
dengan apa yang dia liat tapi dia sendiri tidak tau, makanya setiap apapun yang
kegiatan yang akan dilakukan pasti akan selalu dimulai dengan rapat secara
bersamaan sesama dewan guru atau orang tua siswa, Alhamdulillah untuk masalah
protes dari orang tua itu untuk sekarang sudah tidak ada lagi apalagi di zaman yang
sekarang ini sudah adanya ceker maker atau transferan yang di mana bisa lebih
memudahkan sebuah transaksi.”

7) Apakah di sini memiliki visi yang jelas untuk dicapai dalam manajemen atau
mengelola sekolah ini?

“Ya, sekolah memiki visi yang jelas untuk sekolah ke depan nanti ingin membentuk
karakter siswa menjadi lebih baik.”

8) Apa harapan dari bapak sebagai kepala sekolah untuk perkembangan manajemen
berbasis sekolah di masa depan yang akan datang untuk sekolah ini?

“Harapan saya untuk manajemen sekolah ini tentunya tidak ada orang yang ingin ke
depan itu tidak baik pasti selalu ingin yang terbaik dan selamanya ingin selalu
menjadi yang lebih baik.”

2. Nama Guru: Kasmawati Saleh, S.Pd


1) Apakah kepala sekolah ini memiliki atau mendorong inovasi dalam perencanaan
pengajaran atau pembelajaran?
“ untuk kepala sekolah pasti sudah ada inovasinya yang jelas untuk ini kan
mendorong itu termasuk sebagai peningkatan mutu guru, contohnya dengan
mengadakan pelatihan-pelatihan, pendampingan untuk guru, pengawas-pengawas
didatangkan supaya guru-guru dapat pengetahuan yang baru juga bisa melakukan
inovasi yang baru setiap mata pelajaran atau pengajaran untuk perkembangan
pendidikan. Di setiap sekolah sudah memiliki kegiatan atau jadwal atau rencana
mengenai apa yang akan dilakukan selama satu semester jadi itu sudah dibicarakan
oleh kepala sekolah kepada guru dan direalisasikan kepada siswa dan juga dalam
kelas”

a. Bagaimana kepala sekolah ibu mengelola sumber daya sekolah termasuk


anggaran dan juga fasilitas?

“Untuk anggaran ini jelas karena ini dibuat terlebih dahulu rencana rencananya
karena penggunaan dana ini digunakan dari dana BOS yang kami terima, setiap
kegiatan di sekolah itu sudah ter-cover dari dana BOS yang kami terima jadi adanya
penulisan atau perencanaan program-program yang akan dilaksanakan selama 1
tahun pembelajaran, dan untuk penerimaan dana BOS ini setiap/ semester baru di
kirimkan(tidak di kasih 1 kali untuk 1 tahun)/ setiap 6bulan. Kalau masalah fasilitas
di sini masih kurang seperti sarana prasarana, bahkan untuk tempat duduk saja masih
kurang di setiap kelas (setiap rusak hanya di perbaiki oleh guru-guru yang
ada,apalagi masalah fasilitas komputer. Sekolah ini membutuhkan bantuan dari dinas
karena anggaran dana BOS masih belum bisa digunakan untuk membeli kayak
seperti tempat duduk untuk siswa di setiap kelas, tapi tetap melakukan laporan
kepada dinas, sudah lama di beritahukan .. yang jelas kalau masalah komputer
memang tidak ada sama sekali, laptop untuk admistrasi dan sekolah hanya 2 saja (ini
menggunakan anggaran dari dana bos, yang lain milik pribadi. Sedang klo lah
komputer tidak sama skli “

2) Apakah kepala sekolah di sini memiliki keterampilan komunikasi yang baik dan
juga memvalitasi hubungan positif dengan pemangku atasan?
“Untuk kepala sekolah sudah pasti memiliki komunikasi yang baik dan juga sering
memberitahukan setiap info atau ada kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan itu
selalu diberitahukan dalam via grup atau bisa secara langsung”

3) Sejauh mana kepala sekolah melibatkan komunikasi lokal dalam tunjangan


sekolah?

“Kalau kita di sekolah itu memiliki komunikasi atau komunitas sendiri dan mungkin
sekolah-sekolah yang memiliki kalau di sekolah kami komunitas belajar, di
dalamnya guru- guru berkumpul untuk saling berkolaborasi membahas mengenai
msalah2 mengenai permasalahan dalam kelas, murid, orang tua,kita lakukan dalam
komunitas, komunitas belajar. Jadwalnya pertemuan ini biasa di lakukan setiap hari
kamis setiap selesai pembelajaran.”

4) Seberapa baik kepala sekolah mengidentifikasi dan mengatasi hambatan-


hambatan atau tantangan yang di hadapi di sekolah ?

“Yang pasti Setiap permasalahan disekolah kepala sekolah pasti membahas kepada
guru-guru dan menanyakan kepada guru-guru apa masalah-masalah yang di hadapi
mereka di kelas,kemudian solusinya ini akan di cari secara bersama jalan keluarnya
seperti di adakan rapat di ruang guru, dan menentukan langkah apa yang akan di
ambil “

5) Bagaimana sekolah ini merencanakan pengimplementasian manajemen berbasis


sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, misalkan bagaimana mengelola
administrasi

“Untuk perencanaan biasanya buat program program kedepannya itu sudah mulai
saat awal tahun pembelajaran sudah direncanakan, sebelum memulai pembelajaran
atau awal semester sudah ada program dari kepala sekolah, di luar program2 yang
dadak biasa dtng kayak misalnya ada kegiatan mengenai lomba2 di sekolah lain atau
lomba lainnya, atau juga kegiatan o2sn”
6) Apa sdh ada hal yang dilakukan untuk perbaikan masalah fasilitas atas anggaran,
apa sudah ada yang dilakukan atau di usahakan ?

“Iya, kalau anggaran pendidikan biasanya sudah di rencanakan untuk 1 tahun


kedepannya dia sudah di catat dalam UKS, sudah termuat didalamnya setiap
anggaran yang keluar untuk kegiatan, untuk anggaran yang keluar juga karena
kegiatan dadakan biasanya yang dadakan ini kegiatan dari kota, seperti permintaan
peserta, misalnya gerak jalan atau untuk ulang tahun kota, itu yg biasanya tidak di
anggarkan ,yang jelas tidak menggunakan dana bos, itu biasanya make partisipasi
dari orang tua”

7) Bagaimana partisipasi guru, staf dewan guru atau orang tua dalam proses
perencanaan MBS (bagaimana peran dari ibu sendiri)?

“Kalau dari guru untuk perencanaan nya biasanya sudah pasti telah merencanakan
mulai dari awal pembelajaran atau RPP silabus smpai penilaian siswa dalam
pembelajaran.Biasanya juga guru membuat media pembelajaran untuk bisa
digunakan dalam kelas sebagai akses mempermudah dan menambah kesan yang
menarik untuk diterima siswa. Peran orang tua, guru2 atau walikelas selalu
mengajak orang tua berkolaborasi bersama pada pembelajaran misalnya ada anak-
anak yang tidak semangat belajar, malas belajar, tidak masuk, tidak ada kabar,dll,
pasti di konfirmasi ke orang tua siswa, makanya komunikasi orang tua dengan guru
lancar karena jaman sekarang juga sudah canggih sudah ada WhatsApp grup orang
tua dengan guru wali kelas masing-masing”

8) Berikan satu contoh langkah atau inisiatif sekolah yang dilakukan dan sukses ?

“Di sekolah ini ada pembiasaan setiap pagi sebelum masuk kelas, selalu di
kumpulkan dilapangan mengikuti baris membaris dan juga membiasakan mereka
untuk memurasi, atau di tanyakan perihal2 pembelajaran berupa contoh siapa yang
tau perkalian2 games matematika ,lagu2 nasional atau pertanyaan2 lain yang dapat
membuat anak2 ini paham akan beberapa materi, dan setiap harinya guru
memberikan pertanyaan yang berbeda agar tidak monoton itu2 terus Kegiatan dan
pembiasaan ini juga bermanfaat serta membuat kemudahan dalam proses
pembelajaran.Hari kamis,senam Jumat sholat dhuhah(gantian Minggu ini dhuhah
Minggu kduanya dzikir pagi bersama)”

9) Dalam pelaksanaan MBS ini apa tantangan hambatan dan bagaimana solusinya di
sekolah ini?

“Tantangan yang pasti banyak, mulai dari kegiatan yang tidak punya anggaran itu
salah satunya, fasilitas, contohnya kayak kegiatan yang menggunakan fasilitas
sedangkan fasilitas tidak memadai, berupa alat peraga yang kurang, atau realitas nya
patung tengkorak dll seperti yang ada di lab2 IPA atau sebagainya,Kalo kami
biasanya mengahadapi masalah kekurangan anggaran, kami cari da'i pihak lain ,
kerja sama dengan pihak lain, kemudian juga fasilitas digunakan Yang ada saja di
gunakan di sekitar lingkungan.”

10) Apakah di sekolah ini sudah menggunakan kurikulum merdeka?

“ Disini sudah menerapkan tapi baru kelas 1 dan 4 yang kelas lain msih K13”

11) Apa harapan ibu untuk penerapan manajemen berbasis sekolah di masa yang
akan datang untuk sekolah ini?

“Semua punya harapan yang baik, juga ingin pendidikan mutu yang meningkat,
utama juga kualitas siswa dan guru bisa sesuai dengan visi, juga semoga visi sekolah
bisa terlaksana dengan baik, begitu juga dengan fasilitas semoga bisa baik Dan terus
baik.”

2. Guru Wali Kelas V Imran Husain S.Pd

1) Apakah kepala sekolah bapak mendorong inovasi dalam pembelajaran dan


pengajaran? Misalkan Inovasi seperti apa?

“Jelas inovasi itu misalnya begini kalau di sini itu yang pertama adalah
memberdayakan tanaman yang dahulunya itu dibiarkan dan tidak digunakan
diberikan pupuk yang baru dan juga tanaman-tanamannya ditambah atau ada yang
baru untuk dijadikan inovasi, begitu juga dengan masalah-masalah lain yang
dahulunya itu tidak terpakai dengan baik atau tidak dirawat tidak teratur dengan
adanya kepala sekolah yang baru ini beliau memperbaiki apa yang patut untuk
diperbarui dan juga di perbaiki. Begitu juga di dalam kelas karena saya wali kelas 5
di mana kami membahas soal IPA saya membuat inovasi dengan membuat media
pembelajaran sebuah alat peraga rangka manusia yang terbuat dari lidi dibentuk
menjadi seperti layang-layang dan diterbangkan untuk menjadi satu contoh kepada
anak-anak bahwasanya ada perbedaan antara layang-layang yang dibuat dengan
rangka atau lidi dan juga layang-layang yang tidak memiliki rangka Dengan media
ini juga membuat lancarnya kegiatan pembelajaran dalam kelas dan bagaimana siswa
bisa memahaminya”

2) Bagaimana kepala sekolah mengelola sumber daya sekolah termasuk anggaran


dan juga fasilitas?

“Jika berbicara mengenai sumber daya sumber daya ini seperti sumber daya manusia,
salah satunya sumber daya seperti guru guru dan guru juga harus ada kerjasamanya,
tanpa adanya kerjasama pasti tidak adanya kemungkinan suatu program itu bisa jalan
dan pasti akan terlunta-lunta. Untuk masalah keuangan atau anggaran di sini sudah
ada juknisnya atau rencananya terlebih dahulu berupa program-program yang akan
dilakukan setahun ke depan sudah ada tulisan atau perencanaannya yang akan
dilaksanakan di dalam kelas ruang guru atau kegiatan dari luar sekolah Dilakukan
secara rinci untuk masalah anggaran berupa misalkan bagaimana gaji untuk cleaning
service jelas untuk anggaran alat tulisnya jelas semester dan juga triwulannya,
anggaran juga untuk kegiatannya seperti olahraga dan lain sebagainya juga jelas. Jadi
untuk setiap program yang terlaksana dengan juga terinci ini akan dipaparkan dalam
rapat ruang guru juga misalkan ada unik-unik dalam kepala dibicarakan bersama.”

3) Apakah kepala sekolah memiliki keterampilan komunikasi yang baik terhadap


guru dan juga pemangku kepentingan dengan guru atau orang tua siswa?

“Kepala sekolah itu direkrut oleh dinas pendidikan jadi kepala sekolah itu dipilih
oleh dinas pendidikan makar itu dinas pendidikan pasti sudah memilih kepala
sekolah yang jelas bisa berbicara dengan baik
Contohnya juga seperti di sekolah ini kediamannya guru-gurunya akur tentram dan
aman-aman itu juga berkat kepala sekolahnya makanya bisa dikatakan bahwa kepala
sekolah ini cara bicaranya komunikasi yang baik dan juga bisa berlaku kepada
pemangku kepentingan dan juga orang-orang tua siswa. Begitu juga menjadi sebuah
proses di mana program-program yang dijalankan oleh kepala sekolah itu bisa
berjalan dengan baik ya salah satunya dengan komunikasi yang ada dari kepala
sekolah kepada guru dan juga kepala sekolah terhadap komunitas-komunitas luar
atau yang lainnya”

4) Dalam kepemimpinan kepala sekolah ini apakah ada tantangan-tantangan atau


hambatan dan bagaimana kepala sekolah ini menghadapi dan juga mengatasi
tantangan yang ada di sekolah ini?

“Sudah jelas ada tantangan di mana saja kita itu pasti akan ada yang namanya
tantangan makanya perlu untuk melakukan sebuah perencanaan atau kegiatan yang
harus dipikirkan dengan baik dan juga harus diidentifikasi dengan baik
Contoh masalah ini biasanya hanya masalah kesalahpahaman mengenai masalah luar
yang dibesar-besarkan dan masuk ke dalam sekolah lalu di bahas oleh orang tua
siswa dan yang bisa kami lakukan hanyalah berbicara atau mengatakan kepada orang
tua siswa bahwasanya tidak langsung atau tidak boleh langsung menangkap suatu
dari luar harus dibicarakan dengan orang di dalam sekolah atau guru dan juga wali
kelas siswa.”

5) Bagaimana sekolah ini dalam merencanakan atau mengimplementasikan


manajemen berbasis sekolah untuk bisa meningkatkan mutu pendidikan.

“Manajemen berbasis sekolah logikanya manajemen basisnya sekolah kita harus bisa
berpikir seperti itu bahwasanya ini basisnya sekolah implementasi MBS di era digital
yang sekarang ini harus adanya sosialisasi terlebih dahulu setelah sosialisasi poin-
poin apa yang perlu atau harus dilakukan Dan disampaikan juga dikerjakan lalu
bagaimana mereka membahas masalah-masalah yang perlu untuk diperbaiki. Dan
jika ada masalah kita membicarakannya untuk saling bertemu di dewan rapat atau
rapat dewan guru staf-staf dewan guru.”
C. IDENTITAS SEKOLAH
a. SDN 47 Dumbo Raya
1. Nama Sekolah : SDN 47 Dumbo Raya
2. Nama Kepala Sekolah : Hamid Dilo S.Pd
3. Nomor Identitas Sekolah : 40501380
4. Nomor Statistik Sekolah :
5. Alamat Sekolah : jl. R. Atje Slamet
i. Kecamatan : Dumbo Raya
ii. Kabupaten / Kota : Kota Gorontalo
iii. Kode Pos : 96119
iv. Telepon :
v. Alamat E-mail :sdn47dumboraya@gmail.com
6. Status Sekolah : Negeri
7. SK Pendirian Sekolah : NOMOR : 324/ 10/ XI/ 2019
8. Akreditas :B

D. HASIL WAWANCARA
a. SDN 47 Dumbo Raya
1. Kepala Sekolah Hamid Dilo S.Pd
1) Bagaimana sekolah ini merencanakan dan juga mengimplementasikan
manajemen berbasis sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan?

“ Dalam pengertian MBS, meliputi dari 8 standar pendidikan. Dalam pengelolaan


sekolah tidak jauh dari 8 standar pendidikan.

2) Bagaimana perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan MBS di Sekolah


ini?

“ Perencanaan sekolah mengacu pada raport pendidikan, dalam raport pendidikan


terdapat hasil-hasil belajar, kemudian berhubungan dengan kurikulum,
kemampuan PTK. Dalam pelaksanaan diusulkan dari perencanaan 8 standar
dirumuskan dalam melihat kekuatan/kelemahan sekolah untuk dirumuskan ke
dalam RKT, kemudian dirumuskan ke dalam RKS untuk perencaan ke depan
nanti. Kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan harus sesuai dengan anggaran
yang kita rumuskan dalam RKT (Rencana Kerja Bangunan).

3) Apakahada hambatan atau tantangan yang dihadapi sekolah dalam pelaksanaan


MBS?

“Adanya hambatan atau tantangan yang dihadapi sekolah. Namun, bagaimana


sekolah mengatasi hambatan tersebut. Misalnya tantangan yang berhubungan
dengan kemampuan PTK. Di sekolah ini sebagian belum sarjana. Oleh karena itu,
sebagian guru juga sebagian belum menguasai PTK.

4) Bagaimana kepala sekolah berkolaborasi dengan guru, staf dan orang tua dalam
pengambilan keputusan?

“ Ketika memiliki kekurangan dalam supervisi. Adanya kekurangan dari satu


guru dalam proses pembelajran. Misalnya dalam penggunaan bahasa yang sangat
monoton, bahasa buku atau bahasa ilmiah sehingganya sulit dipahami oleh siswa.
Kepala sekolah mengadakan rapat untuk mencari solusinya, berdiskusi bersama
staf guru, teman sejawat.

5) Bagaimana kepala sekolah mengelola sumber daya sekolah, termasuk anggaran


dan fasilitas?
“ Semua pengelolaan sekolah merujuk pada raport pendidikan. Dalam raport
pendidikan tersebut, kita bisa merencanakan untuk penganggaran harus berbasis
raport pendidikan. Contohnya di literasi numerasi masih kurang. Kekurangannya
apakah dari siswa atau guru? Kalau siswa, apakah kurangnya di sumber belajar
atau yang lain. Misalnya kekurangan laptop kita adakan penggaran dari segi
kemampuan guru. Guru-guru diberi wadah untuk mengikuti workshop atau
bimtek, sehingganya dapat diperoleh anggaran.

6) Bagaimana harapan kepala sekolah ke depan nanti dalam perkembangan


manajemen berbasis sekolah?
“ Harapannya manajemen berbasis sekolah ini menghasilkan guru-guru yang
mampu, sumber belajar yang lengkap, pengelolaan manjemen sekolah yang baik
dapat dihasilkan yang merupakan output sekolah ini.

2. Guru Kelas Nelawati Muhammad S.Pd


1) Menurut ibu bagaimana sekolah ini merencanakan dan juga
mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah untuk meningkatkan
kualitas pendidikan?

“Menurut saya kepala sekolah Alhamdulillah sekolah ini sangat terbaik dari saya
yang sudah berapa kali pindah pindah sekolah jadi di sekolah inilah saya merasa
kepala sekolahnya yang polanya itu baik dari segi banyak hal dari kita yang guru
hubungan guru dengan kepala sekolah guru dengan siswa itu sangat baik karena
dengan adanya kepala Sekolah yang bijaksana juga makanya selalu melakukan
yang terbaik dan memberikan solusi yang terbaik dalam misalkan ada masalah
seperti itu. Nah semua itu jika mengenai mengelola sekolah bapak kepala sekolah
paling terbaik dan dengan adanya pengelolaan sekolah yang baik ini juga kan
guru-guru bisa nyaman tentram aman”

2) Apa langkah-langkah konkrit yang telah diambil setelah dalam merancang


manajemen berbasis sekolah.

“Kalau misalnya ada kegiatan di sekolah nah maka kepala Sekolah akan
mengadakan rapat antar dewan guru atau staf dewan guru nah di situ kita saling
menyampaikan ide atau gagasan yang kita ketahui dalam rapat tersebut untuk
mengelola atau memanajemen kegiatan yang akan dilakukan.”

3) Bagaimana partisipasi dari guru atau staf dan orang tua dalam proses perencanaan
manajemen berbasis sekolah.?

“Kalau salah satu partisipasi dari guru ya seperti itu seperti adanya rapat atau
pertemuan untuk membahas suatu kegiatan yang akan dilaksanakan nah sedangkan
misalkan dengan orang tua itu kan kita tidak bisa tahu menahu dan tidak semua
orang tua itu bisa pro dengan apa yang kita lakukan misalkan pasti ada saja orang
tua yang kurang setuju atau ada yang merasa berat. Tapi sebelum diadakannya
rapat orang tua kita akan mengadakan rapat terlebih dahulu kepala sekolah dengan
guru-guru baru diadakan nya rapat bersama orang tua apa yang akan kita lakukan
kegiatan apa yang akan dilaksanakan ini tentang apa. Nah sebelum juga mendengar
orang tua juga mengadakan rapat bersama komite lalu dengan orang tua.”

4) Bisakah ibu memberikan contoh tentang program atau insentif yang telah
dilaksanakan sebagai bagian dari manajemen berbasis sekolah yang sukses?

“Kebetulan karena saya juga masih guru baru saya masuk di saat Corona waktu itu
atau covid jadi tidak ada kegiatan yang dilakukan yang begitu saya tahu ya. Hanya
saja karena sekarang sudah mulai menerapkan kurikulum merdeka jadi kurikulum
merdeka ini kan setiap akhir itu pasti ada project yang harus dilakukan nah di
project itu juga pasti akan melibatkan orang tua misalkan ada sesuatu yang akan
dibuat merupakan karya atau hal lainnya yang bisa dipersembahkan dan akan
selalu ada keterlibatan orang tua nah misalkan seperti yang barusan ada gelar karya
yang kami lakukan di taruna itu dilaksanakan akhir semester kemarin kita
memamerkan semua hasil karya dari project yang kita lakukan.. jadi itu juga bisa
termasuk sebagai kegiatan konsumsi sukses karena dengan apa yang telah kita
lakukan karya-karya yang telah dilakukan itu diimplementasikan dan dijadikan
pameran saat itu.”

5) Apakah di sekolah ini memiliki kegiatan yang mungkin dilakukan setiap hari
ataupun kebiasaan

“Kalau di sini setiap apel pagi Senin upacara hari Selasa itu kami literasi biasanya
anak-anak itu membaca buku di perpustakaan tapi tidak setiap minggu. Nah kalau
di hari rabunya itu biasanya ada di merasi seperti membaca perkalian atau
menanyakan hal-hal yang lain mengenai pelajaran. Kalau pada hari Kamis itu
biasa dilakukan senam. Nah kalau hari Jumat itu ada salat Dhuha atau bergantian
setiap minggunya itu pada hari Jumat salat Dhuha atau dzikir.”
6) Apakah ada hambatan atau masalah kendala tantangan tertentu yang dihadapi
sekolah mengenai manajemen berbasis sekolah dan bagaimana cara
mengatasinya?

“Kalau hambatan itu pasti ada karena kita contohnya seperti misalkan kita
melibatkan juga orang tua di dalam kegiatan kita/kerja sama pasti ada
hambatannya seperti orang tua yang kurang setuju atau tidak setuju. Biasanya
kalau misalkan ada hambatan seperti ini saya pasti selalu mengadakan rapat
bersama orang tua dan juga memberikan kesempatan kepada orang tua untuk bisa
mengeluarkan unek-unek yang ada dalam pikiran mereka agar bisa diselesaikan
secara bersama. Dari situlah akan adanya solusi daripada permasalahan.”

7) Apa harapan ibu untuk perkembangan manajemen operasi sekolah di masa depan
yang akan datang untuk sekolah ini??

“Harapan saya untuk sekolah ini semoga komunikasinya bisa selalu berjalan
dengan baik guru dengan guru atau guru dengan siswa guru dengan kepala
sekolah bahkan dengan orang tua siswa bakaran sesuai dengan siswa pokoknya
komunikasi harus berjalan dengan baik. Karena bisa kita ketahui yang paling
utamanya bisa adanya hubungan yang baik itu pasti dari komunikasinya.
Kemudian harapan saya juga tentang fasilitas seperti misalkan kita melakukan
suatu kegiatan pasti yang paling penting dan utama itu adalah adanya sebuah
fasilitas jadi semoga fasilitasnya itu menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya.”

3. Guru Kelas Rahmawati Harun S.Pd


1) Bagaimana sekolah ini merencanakan dan mengimplementasikan manajemen
berbasis sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan

“Alhamdulillah untuk peningkatan ini di samping kami guru menyiapkan


perencanaan dulu kemudian kami bekerja sama dengan orang tua siswa jadi dalam
hal ini setiap apa yang kami buat dalam sekolah ini selalu ada dukungan dari orang
tua. Selama ini memang orang tua dan guru ini tidak ada masalah atau protes.
Contoh sudah 2 tahun ini saya membuat atau menjalankan sebuah proyek untuk di
kelas saya. Semua orang yang kena dengan kurikulum merdeka ini pasti teriak
sedangkan saya alhamdulillah bisa berjalan dengan baik, aman mulus, karena
orang tua mendukung makanya kenapa manajemen kami ini berjalan dengan baik
karena ada dukungan. Nah dan untuk periksa ini adalah inovasi ikan yang akan
kami laksanakan tanggal 7 ini dalam semua hal di sini orang tua turut ikut”

2) Apa langkah-langkah konkrit yang telah diambil sekolah dalam merancang


rencana manajemen berbasis sekolah?

“Seperti rapat komite, rapat seluruh orang tua siswa ,komunitas guru kemudian
rapat dewan guru. Keluar kks kepala sekolah kkg guru itu untuk peningkatan.
Misalnya lewat komunitas yang ada di sekolah kami membicarakan apa saja yang
perlu ditingkatkan di sekolah ini untuk kami dan kemudian apabila keluar itu
sudah pihak kkg. Setelah apa yang kami dapatkan apabila membutuhkan bantuan
kita bisa bicara kepada orang tua apabila masih bisa dimusyawarahkan dengan
komite kita bicarakan dengan komite. Jadi dasarnya ini adalah komite Apa yang
perlu untuk kita lakukan ke depannya.”

3) Bagaimana partisipasi staf guru dan orang tua dalam proses perencanaan
manajemen di sekolah?

“Sangat baik dan juga mendukung karena kami memiliki buku partisipasi dalam
keagamaan dalam hari besar dalam hari guru dalam kegiatan sekolah partisipasi
ini bagus .”

4) Bisakah ibu memberikan contoh salah satu program atau inisiatif yang telah
dijalankan sebagai manajemen berbasis sekolah yang sukses?

“Kegiatan fl2sn di samping kami melaksanakan kegiatan fls secara makna atas
perintah dinas terus adanya kerjasama kami dengan orang tua.Misalkan seperti
adanya festival di hari 17 Agustus anak-anak kami itu bisa melakukan lomba bisa
juga dapat kejuaraan dengan puisi dalam fashion show. Seperti kemarin hari
ulang tahun kemarin kami dapat dan juga ada juga di kuliner ikan tuna jadi bisa
kita ketahui bahwa ini sudah termasuk kegiatan kegiatan di luar yang kita lakukan
dan sukses. Nah itulah contohnya bahwasanya bagaimana program kami ini ada
juga bantuan dari luar. Kemudian kami juga kerjasama dengan taman pengajian.”

5) Apakah ada hambatan atau tantangan tertentu yang dihadapi sekolah dalam
pelaksanaan MBS dan bagaimana cara mengatasinya?

“Ada yang namanya juga sekolah tapi tetap masalah ini tidak seberapa
Alhamdulillah tidak terlalu seberapa karena masih bisa kami arahkan dan tidak
sampai besar masalahnya, contohnya masalah dalam kelas yang kalau misalkan
hanya perlu untuk dihadapi oleh guru makanya tidak perlu diketahui oleh kepala
Sekolah begitupun juga dengan masalah guru dengan guru tidak perlu juga
dibawa atau dibahas sampai kepada dinas cukup diketahui oleh kepala Sekolah.
Masalahnya tidak akan dibesar-besarkannya karena kepala sekolah kami juga
bukan salah satu orang yang cuek tapi juga yang berpikiran positif bahwasanya
kami sudah dewasa dan bisa untuk mengatur diri sendiri melakukan apa yang
baik dan tidak baik. Tapi yang Alhamdulillah hanya sekali di sekolah ini guru-
gurunya tidak pernah bercekcok karena misalkan ada salah satu contoh ada
keterlambatan salah satu guru dalam berpikir dia punya tugas yang lainnya untuk
dikerjakan walaupun dia terlambat dan tidak ada mulut seperti itu.( Saling
mengerti). Selama ini juga tidak ada orang tua yang menerobos atau berdemo
terhadap guru atau kepala sekolah. Alhamdulillah sekolah kami sudah 2 tahun ini
mendapatkan kampus merdeka.”

6) Mungkin di salah satu tantangan di luar itu ada salah satu contoh yang bisa ibu
katakan??

“Begini kalau misalnya anak-anak berkelahi di dalam kelas tapi orang tua siswa
ini melabrak anak ini di luar sekolah setelah jam pelajaran selesai dan orang tua
siswa yang satu ini memukul anak yang satunya nah tapi ini masih jadi urusan
sekolah karena anak itu masih menggunakan seragam sekolah. Ciri orang tua
yang memukul dan yang telah dipukul ini dipanggil lah ke sekolah untuk bisa
membicarakan masalah ini secara bersama.”
a. Apakah ibu atau kepala sekolah sudah mencoba untuk melaporkan kepada dinas
pendidikan?

“Sudah dibicarakan dan sudah dilaporkan nah tapi alhamdulillah baru 1 bulan ini
kami sudah mendapatkan tempat duduk dan juga meja yang baru. Nah dan kalau
di sekolah dumbo raya ini hanya ada beberapa sekolah yang sudah mendapatkan
komputer salah satunya ada di sekolah 51 dumbo Raya nah di sanalah jika kami
mengadakan anbk di sekolah pasti kami meminjam komputer yang ada pada
mereka tapi itu berbayar. Dan itu memiliki jadwal jadi harus berbagi jadwal
misalkan dapat hari yang bersamaan makanya sekolah kami akan mengambil hari
setelahnya.”

7) Apakah kurikulum di sekolah ini sudah menggunakan kurikulum merdeka?

“Sekolah ini sudah menerapkan kurikulum merdeka selama 2 tahun. Nah di


sekolah kami juga menggunakan jadwal blog. Kami punya pembelajaran Indra itu
berakhir di bulan Oktober jadi pembelajaran intra untuk hari ini kami sudah selesai.
Mulai tanggal 6 November sudah turun dan direncanakan masing-masing apa yang
akan dilaksanakan. Kau di tahun kemarin kami memilih tema gaya hidup
berkelanjutan dan juga kearifan lokal. Terus kalau gaya hidup berkelanjutan kami
mendaur ulang sampah seperti yang ada di kelas-kelas ini itu adalah sebuah karya
yang dibuat dari botol mineral dan botol ale-ale dan barang bekas yang lainnya.
Terus pada semester 2 kami mengambil muatan kearifan lokal jadi kami mengajak
anak-anak untuk pergi ke benteng ke museum sejarah. Nah dan untuk tahun ini
jadwalnya kami kami mengambil tema tentang kewirausahaan dengan bhinneka
tunggal Ika jadi untuk semester 1 kami ambil kewirausahaan sehingga masing-
masing guru ini sudah mempunyai topik sendiri-sendiri. Seperti di kelas sebelah
mengangkat topi olahan Nike menjadi cemilan modern kalau di kelas saya inovasi
ikan tongkol menjadi panganan modern seperti abon dan makanan yang bisa
bertahan lama. Insya Allah bulan Desember ini kami sudah siap. Awalnya
langkahnya ini kami akan mewawancarai lalu bicara dengan orang tua dan berbuat
aksi nyata. Kalau di kelas saya setelah penentuan topik atau tema yang telah
dibicarakan untuk masing-masing guru saya langsung mengajak orang tua siswa
berbicara dan berkolaborasi atau menanyakan solusi mana yang paling baik dan
saya berinisiatif untuk mengatakan kepada orang tua saya akan membuat tabungan
dari bulan Agustus sampai berakhir di bulan November dan setiap hal itu dimintai
rp2.000 setiap Jumat akan dikasih kepada bendahara dan Saya tidak memaksa
anak-anak yang mungkin tidak mampu untuk membayar berbayar tapi itu cukup
saya dan anak itu yang tahu. Dan aksinya ini kita akan lakukan tanggal 7 di
pelelangan.”

E. IDENTITAS SEKOLAH
a. SDN No. 25 Kota Selatan
1. Nama Sekolah : SDN 25 Kota Selatan
2. Nama Kepala Sekolah : Yacob Kum S.Pd
3. Nomor Identitas Sekolah : 40501053
4. Nomor Statistik Sekolah :
5. Alamat Sekolah : Jl. HB Jassin, Limba U Dua
i. Kecamatan : Kota Selatan
ii. Kabupaten / Kota : Kota Gorontalo
iii. Kode Pos : 96115
iv. Telepon :
v. Alamat E-mail :sdnno25ks@gmail.com
6. Status Sekolah : Negeri
7. SK Pendirian Sekolah : NOMOR : 324/ 10/ XI/ 2019
8. Akreditas Sebelumnya :A

F. HASIL WAWANCARA
a. SDN No. 25 Kota Selatan
1. Kepala Sekolah Yacob Kum, S.Pd
1. Bagaimana sekolah ini merencanakan dan mengimplementasikan manajemen
berbasis sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan?

Implementasi manajemen berbasis sekolah melibatkan pengembangan peran aktif


sekolah dalam mengelola sumber daya, program, dan kebijakan pendidikan.
Biasanya, sekolah yang sukses dalam hal ini memiliki tim manajemen yang
terlibat dalam pengambilan keputusan, melibatkan guru, staf, dan komunitas.
Mereka mungkin menggunakan pendekatan partisipatif untuk menyusun rencana
pengembangan sekolah yang mencakup peningkatan kualitas pengajaran, fasilitas
fisik, dan pembelajaran.

Selain itu, penggunaan data untuk mengevaluasi hasil belajar siswa dan memandu
pengambilan keputusan adalah aspek penting dalam manajemen berbasis sekolah.
Rencana strategis dan pemantauan progres dapat membantu sekolah
menyesuaikan taktik mereka sesuai dengan kebutuhan unik masyarakat dan
siswa. Rencana ini juga mungkin melibatkan pelibatan orang tua dalam proses
pembelajaran, serta kerjasama dengan pihak terkait di tingkat lokal dan regional
untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan. Penerapan inovasi pendidikan
dan pelatihan berkelanjutan untuk guru juga dapat menjadi bagian dari strategi
manajemen berbasis sekolah.

2. Apa langkah-langkah konkret yang telah diambil sekolah dalam merancang


rencana manajemen berbasis sekolah?

Langkah-langkah konkret dalam merancang rencana manajemen berbasis sekolah


dapat melibatkan:

a. Analisis Kebutuhan: Sekolah melakukan evaluasi kebutuhan untuk


menentukan area mana yang perlu ditingkatkan atau dikembangkan.
b. Partisipasi Stakeholder: Melibatkan semua pihak terkait seperti guru, orang
tua, dan siswa dalam perencanaan untuk memastikan representasi yang lebih
luas.
c. Penetapan Visi dan Misi: Menentukan visi dan misi sekolah sebagai dasar bagi
rencana manajemen.
d. Penetapan Tujuan dan Sasaran: Mengidentifikasi tujuan jangka panjang dan
sasaran jangka pendek yang ingin dicapai.
e. Identifikasi Sumber Daya: Menentukan sumber daya yang diperlukan,
termasuk personel, anggaran, dan fasilitas.
f. Pengembangan Kebijakan dan Prosedur: Membuat kebijakan dan prosedur
yang jelas untuk memandu operasional sehari-hari
3. Bagaimana partisipasi para guru, staf, dan orang tua dalam proses perencanaan
dan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah?

Partisipasi guru, staf, dan orang tua sangat penting dalam implementasi
manajemen berbasis sekolah. Guru dapat berkontribusi dengan memberikan
masukan terkait pembelajaran dan pengajaran. Staf sekolah dapat terlibat dalam
perencanaan dan evaluasi kebijakan sekolah. Orang tua dapat mendukung dengan
aktif terlibat dalam kegiatan sekolah dan memberikan umpan balik konstruktif.
Keseluruhan, kolaborasi ini memperkuat hubungan sekolah dengan komunitas
dan meningkatkan efektivitas manajemen berbasis sekolah

4. Bisakah Anda memberikan contoh program atau inisiatif yang telah dijalankan
sebagai bagian dari manajemen berbasis sekolah yang sukses?

Tentu, berikut adalah tiga contoh program atau inisiatif yang telah dijalankan
sebagai bagian dari manajemen berbasis sekolah yang sukses:

Program Peningkatan Kurikulum:


Pengembangan kurikulum yang responsif terhadap kebutuhan siswa. Penerapan
metode pembelajaran inovatif dan relevan. Penilaian berkelanjutan untuk
memastikan efektivitas kurikulum.

Partisipasi Orang Tua dan Masyarakat:


Membangun keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak. Melibatkan
masyarakat lokal dalam kegiatan pendidikan. Mendirikan kelompok dorongan
sekolah yang aktif.

Pembinaan Guru dan Karyawan:


Program pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru. Sistem penghargaan
untuk meningkatkan motivasi staf. Evaluasi kinerja berbasis kompetensi dan
pengembangan karir.
5. Apakah ada hambatan atau tantangan tertentu yang dihadapi sekolah dalam
pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, dan bagaimana cara mengatasi
mereka?

Beberapa hambatan dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah termasuk


kurangnya sumber daya, resistensi terhadap perubahan, dan kesulitan dalam
melibatkan semua stakeholder. Untuk mengatasi ini, penting untuk meningkatkan
akses sumber daya, membangun kesadaran akan manfaat perubahan, dan
mengadopsi pendekatan inklusif yang melibatkan partisipasi aktif dari semua
pihak terkait.

6. Apa harapan Anda untuk perkembangan manajemen berbasis sekolah di masa


depan di sekolah ini?

Saya berharap manajemen berbasis sekolah di masa depan dapat memberikan


fokus yang lebih besar pada partisipasi aktif semua stakeholders, mempromosikan
inovasi dalam pembelajaran, dan meningkatkan keterlibatan orang tua untuk
menciptakan lingkungan belajar yang holistik.

7. Seberapa baik bapak sebagai kepala sekolah dalam memahami dan menerapkan
prinsip- prinsip manajemen berbasis sekolah?

Saya sebagai kepala sekolah selalu berusaha meningkatkan mutu pendidikan,


bagaimana cara saya melakukan yang terbaik untuk guru-guru dan siswa/i nya,
bisa kita ketahui Tingkat pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip manajemen
berbasis sekolah dapat bervariasi antar kepala sekolah. Kualitasnya dipengaruhi
oleh latar belakang pendidikan, pengalaman, dan komitmen kepala sekolah
terhadap konsep manajemen berbasis sekolah.Beberapa kepala sekolah mungkin
memiliki pemahaman mendalam dan mampu efektif menerapkan prinsip-prinsip
tersebut, sementara yang lain mungkin perlu terus mengembangkan keterampilan
manajerialnya.

2. Ibu Siska Yusuf, S.Pd


1. Bagaimana sekolah ini merencanakan dan mengimplementasikan manajemen
berbasis sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan?

Sekolah umumnya merencanakan manajemen berbasis sekolah dengan


melibatkan semua stakeholder, membuat rencana strategis, dan
mengimplementasikannya melalui penugasan tugas yang jelas kepada staf dan
pemantauan progres secara teratur. Pendidikan berbasis sekolah berfokus pada
partisipasi aktif komunitas pendidikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
dan lingkungan sekolah.

2. Apa langkah-langkah konkret yang telah diambil sekolah dalam merancang


rencana manajemen berbasis sekolah?

Seperti rapat komite, rapat seluruh orang tua siswa ,komunitas master kemudian
rapat dewan master. Keluar kks kepala sekolah kkg master itu untuk peningkatan.
Misalnya lewat komunitas yang ada di sekolah kami membicarakan apa saja yang
perlu ditingkatkan di sekolah ini untuk kami dan kemudian apabila keluar itu
sudah pihak kkg. Setelah apa yang kami dapatkan apabila membutuhkan bantuan
kita bisa bicara kepada orang tua apabila masih bisa dimusyawarahkan dengan
komite kita bicarakan dengan komite. Jadi dasarnya ini adalah komite Apa yang
perlu untuk kita lakukan ke depannya

3. Bagaimana partisipasi para guru, staf, dan orang tua dalam proses perencanaan
dan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah?

Partisipasi guru, staf, dan orang tua sangat penting dalam proses pelaksanaan
manajemen berbasis sekolah. Guru berkontribusi dalam perencanaan dan
pelaksanaan kurikulum, sementara staf mendukung kelancaran operasional
sekolah. Orang tua berperan aktif dalam mendukung pembelajaran anak dan
terlibat dalam keputusan sekolah. Kolaborasi ini memperkuat manajemen
berbasis sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan

4. Bisakah Anda memberikan contoh program atau inisiatif yang telah dijalankan
sebagai bagian dari manajemen berbasis sekolah yang sukses?
Pengembangan Kurikulum Lokal:
Sekolah yang sukses sering mengadopsi pendekatan untuk mengembangkan
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa lokal. Hal ini
membantu meningkatkan keterlibatan siswa dan relevansi pendidikan.
Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat:

Program yang melibatkan orang tua dan masyarakat lokal, seperti sesi
pengembangan keterampilan bagi orang tua atau kegiatan sosial bersama, dapat
meningkatkan dukungan komunitas terhadap pendidikan dan meningkatkan
prestasi siswa.
Monitoring dan Evaluasi Berkelanjutan:

Penerapan sistem monitoring dan evaluasi yang terus-menerus membantu sekolah


untuk secara efektif menilai kinerja siswa, guru, dan program pendidikan. Dengan
memahami data ini, sekolah dapat menyesuaikan strategi mereka untuk
meningkatkan hasil pembelajaran

5. Apakah ada hambatan atau tantangan tertentu yang dihadapi sekolah dalam
pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, dan bagaimana cara mengatasi
mereka?

Hambatan dalam manajemen berbasis sekolah dapat melibatkan keterbatasan


sumber daya, resistensi perubahan, dan kurangnya keterlibatan orang tua. Cara
mengatasinya melibatkan alokasi sumber daya yang efisien, membangun
pemahaman tentang manfaat perubahan, dan memperkuat keterlibatan orang tua
melalui komunikasi yang baik.

6. Apa harapan Anda untuk perkembangan manajemen berbasis sekolah di masa


depan di sekolah ini?

Saya berharap manajemen berbasis sekolah di masa depan dapat lebih


meningkatkan partisipasi aktif seluruh pihak, memperkuat komunikasi, dan
mendukung inovasi pendidikan untuk mencapai kualitas pembelajaran yang lebih
baik.

7. Seberapa baik kepala sekolah Anda dalam memahami dan menerapkan prinsip-
prinsip manajemen berbasis sekolah?

kemampuan seorang kepala sekolah dalam memahami dan menerapkan prinsip-


prinsip manajemen berbasis sekolah dapat bervariasi. Ini tergantung pada
pengalaman, pendidikan, dan komitmen kepala sekolah terhadap prinsip-prinsip
tersebut. Kepala sekolah yang efektif biasanya memiliki pemahaman yang baik
tentang manajemen berbasis sekolah dan mampu mengintegrasikannya dalam
pengambilan keputusan dan operasional sehari-hari. Begitu baik karena beliau
selaku kepala sekolah di SD ini selalu melakukan tugas sesuai dengan kinerja
topoksi dan jugaa kemampuan beliau untuk bisa melakukan yang paling baik
untuk sekolah

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
MBS adalah singkatan dari "Manajemen Berbasis Sekolah," suatu pendekatan
dalam bidang pendidikan yang menekankan keterlibatan sekolah, guru, siswa, dan
komunitas dalam proses pengambilan keputusan dan manajemen sekolah.
Peningkatan pendidikan berkualitas adalah tujuan penting dalam sistem
pendidikan. Untuk mencapai tujuan ini, perlu kerjasama dan partisipasi aktif dari
berbagai pihak, termasuk kepala sekolah, guru, dan orang tua. Berikut adalah
peran masing-masing pihak dalam proses pengambilan keputusan untuk
meningkatkan pendidikan berkualitas:
1. Kepala sekolah
- Pengelolaan Sekolah: Kepala sekolah bertanggung jawab mengelola
operasional sekolah, termasuk anggaran, fasilitas, sumber daya manusia, dan
program-program pendidikan.
- Pengembangan Program Pendidikan: Kepala sekolah dapat berperan dalam
merancang dan mengimplementasikan program-program pendidikan yang
berfokus pada peningkatan mutu dan relevansi pembelajaran.
- Memotivasi Staf: Kepala sekolah harus memberikan dukungan dan motivasi
kepada guru serta staf sekolah untuk berpartisipasi dalam inisiatif perbaikan
pendidikan.
2. Guru
- Pelaksana Program Pendidikan: Guru adalah pelaksana langsung dalam proses
pembelajaran. Mereka bertanggung jawab untuk menyampaikan materi pelajaran
dengan efektif dan memberikan dukungan kepada siswa.
- Evaluasi dan Umpan Balik: Guru dapat memberikan masukan berharga tentang
efektivitas program pendidikan dan mengidentifikasi area yang memerlukan
perbaikan.
- Pengembangan Profesional: Guru perlu terus meningkatkan keterampilan
mereka melalui pelatihan dan pengembangan profesional untuk mengikuti
perkembangan terkini dalam pendidikan.
3. Orang Tua:
- Partisipasi dalam Pendidikan Anak: Orang tua memiliki peran penting dalam
mendukung pendidikan anak-anak mereka. Mereka harus terlibat dalam
pendidikan anak, termasuk memantau kemajuan belajar mereka dan memberikan
dukungan di rumah.
- Kemitraan Sekolah-Orang Tua: Orang tua dapat berpartisipasi dalam komite
orang tua atau kelompok kemitraan sekolah-ortu untuk memberikan masukan dan
mendiskusikan kebijakan sekolah.
- Dukungan Moral dan Materi: Orang tua juga dapat memberikan dukungan
moral dan material, seperti donasi ke sekolah atau menjadi relawan dalam proyek-
proyek sekolah.
Kerjasama yang erat antara kepala sekolah, guru, dan orang tua sangat penting
untuk mencapai tujuan peningkatan pendidikan berkualitas. Mereka harus
berkomunikasi, berkolaborasi, dan saling mendukung dalam upaya untuk
menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif dan bermutu tinggi bagi
semua siswa.

5.2 Saran
Perencanaan MBS adalah proses yang berkelanjutan, dan kesuksesan dalam
implementasi akan sangat tergantung pada komitmen dan keterlibatan semua
pihak terkait. Dengan perencanaan yang matang dan kolaborasi yang baik, sekolah
dapat mencapai peningkatan kualitas pendidikan yang signifikan.
LAMPIRAN

Gambar 1. SDN 48 Dumbo Raya

Gambar 2. SDN 47 Dumbo Raya


Gambar 3. SDN 25 Kota Selatan

DAFTAR PUSTAKA

Febrilia, M. (2017). Implementasi manajemen berbasis sekolah di smp negeri 3 tanjung raja
kabupaten lampung utara (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS LAMPUNG).
Kurniawati, Emilia, Yasir Arafat, and Yenny Puspita. "Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah
dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan melalui Manajemen Berbasis Sekolah."
Journal of Education Research 1.2 (2020): 134-137.
Lano, P. F. (2015). Fungsi Kepemimpinan Untuk Mengurangi Sikap Arogansi Pegawai.
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (JISIP), 4(1)
Mbuik, Heryon Bernard. "Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Penerapan
Manajemen Berbasis Sekolah di SD." Indonesian Journal of Primary Education 3.2
(2019): 28-37.
Octavia, L. S., & Savira, S. I. (2016). Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam upaya
meningkatkan kinerja guru dan tenaga kependidikan. JDMP (Jurnal Dinamika
Manajemen Pendidikan), 1(1), 7-14.
Purwanto, A., Tukiran, M., Asbari, M., Hyun, C. C., Santoso, P. B., & Wijayanti, L. M.
(2020). Model Kepemimpinan di Lembaga Pendidikan: A Schematic Literature
Review. Journal of Industrial Engineering & Management Research, 1(3), 255-266.
Rusmin Husain, Abdul Rahmat,Sukri Katili “ Manajemen Berbasis Sekolah untuk tata kelola
sekolah dasar” (2023): 69-86.

Anda mungkin juga menyukai