Anda di halaman 1dari 18

KEPEMIMPINAN DALAM SUPERVISI DISEKOLAH

Makalah
Dipersentasikan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah
Supervisi Pendidikan Islam Program Magister
Manajemen Pendidikan Islam

Oleh
1. SARINA DEWI
NIM : 80300221035
2. MIFTAKHUL KHOIR
NIM : 80300221037

Dosen Pemandu :
Dr. Baharuddin, M.Pd
Dr. Hamsinah, M.Pd

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk mempersiapkan sumber daya manusia dalam menghadapi era
globalisasi adalah melalui pendidikan. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting
dalam proses peningkatan sumber daya manusia. Maju mundurnya suatu bangsa sangat
ditentukan oleh kulitas pendidikan bangsa tersebut. Sebgaiman tercantum dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasiaonal No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang fungsi dan
tujuan pendidikan nasional, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, serta bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha
Esa, berakhlk mulia, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Sejalan dengan perkembangan zaman dan tantangan kehidupan global, pendidikan
menjadi suatu hal yang sangat penting karena pendidikan meruoakan salah satu penentu
SDM. Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang mampu menghasilkan sumber
daya manusia yang berkulitas, pendidikan yang dikelolah oleh tenaga profesional juga.
Dalam implementasinya di sekolah, tujuan tersebut diatas dapat diperankan oleh kepala
sekolah sebagai pemimpin dalam mengelolah pendidikan, baik dalam perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pegawasan dan pengendalian pendidikan disekolah.
Kepemimpinan merupakan aspek penting dalam sekolah.kepemimpinan merupakan
faktor penggerak organisasi melalui penanganan perubahan dan manajemen yang
dilakukan sehingga keberadaan pemimpin bukan hanya simbol yang ada atau tidaknya,
tiak menjadi masalah tetapi keberadaanya memberi dampak positif bagi perkembangan
organisasi. Pemimpin adalah inti manajemen, hal berarti bahwa tujuan manajemen akan
tercapai jika pemimpinnya mampu mengarahkan dan mengoordinasikan anggota-anggota
kelompok dalam mencapai tujuan. Seorang pemimpin adalah seorang yang mempuyai
keahlian memimpin, mempunyai kemampuan memengaruhi pendirian, pendapat orang
atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya.
Menurut kartini kartono pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan
dan kelebihan, khususnya kecakapan/kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu
memengaruhi orang lain untuk sama-sama melakukan aktivitas tertentu demi pencapaian
satu atau beberapa tujuan.1 Dari makna diatas, diketahui bahwa pemimpin adalah
seseorang yang memiliki peran penting dalam menggerakkan atau memengaruhi orang
lain untuk melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Seseorang yang
berperan sebagai pemimpin dituntut memiliki keterampilan, kecakapan, dan tingkat
pengaruh yang dimilki seseorang untuk menggerakkan bawahannya.
Demikian halnya dengan kepala sekolah harus mampu bertindak sebagai manajer dan
pemimpin yang efektif dalam mengelola segala kegiatan disekolah agar semua potensi
sekolah dapat berfungsi dan berjalan secara optimal. Fungsi optial yang dimaksud adalah
fungsi-fungsi manajerial yang melengkapi fungsi perencanaan (Planning),
pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating), dan pengawasan (controlling).
Karena kepala sekolah merupakan manajer dalam manajemen sekolah.
Kompetensi pada dasarnya merupakan tentang apa yang seharusnya dilakukan
seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku, dan hasil yang seharusnya
dapat ditampilkan atau ditunjukkan. Dalam hal ini kompetensi kepala sekolah yang
memiliki kemampuan dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampiln dan
menunjukkan hasil. Kompetensi supervisi, merupakan kemampuan kepala sekolah untuk
melakukan pengawasan profesional dalam bidang akademik yang dijalankan berdasarkan
kaidah keilmuan tentang bidang pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah diatas, maka dapat ditarik sub pokok
permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini, antara lain:
1. Apa defenisi Kepemimpinan ?
2. Bagaimana kepemimpinan dalam supervisi disekolah ?

BAB II
1
Ahmad Susanto, Manajemen Peningkatan Kinerja Guru, (Cet. II; Depok: Prenada Media Group, 2018 ), h. 1
PEMBAHASAN

A. Devenisi Kepemimpinan
1. Pengertian kepemimpinan
Kepemimpinan pada hakikatnya adalah ilmu dan seni, untuk memngaruhi dan
mengarahkan orang lain dengan cara membangun kepatuhan, kesetiaan, kepercayaan,
hormat, dan bekerjasama dengan penuh semangat dalam mencapai tujuan. Secara umum
Tim Administrasi pendidikan UPI merumuskan defenisi kepemimpinan sebagai
kemampuan dan kesiapan untuk dapat memengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun,
menggerakkan, memgarahkan, dan jika perlu memaksa orang agar menerima pengaruh
tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapt membantu tercapainya suatu tujuan
tertentu yang telah ditetapkan. dengan demikian, berarti bahwa kepemimpinan itu adalah
kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam mengelola segala sumber
daya yang ada dan mampu menggerakkan atau memengaruhi anggotanya sehingga dapat
dengan mudah bekerja sama untuk mencapai tujuan.2
beberapa defenisi kepemimpinan sebagai berikut3:
a. Kepemimpinan adalah kekuatan (Power) yang didasarkan atas tabiat/watak seseorang
yang memiliki kekuasaan lebih, biasanya bersifat normatif. (Amitai Etzioni).
b. Pemimpin adalah individu dialam kelompok yang memberikan tugas-tugas pengarahan
dan pengoordinasian yang relevan dengan kegiatan kelompok. (Fred E. Fiedler).
c. Kepemimpinan dalam organisasi-organisasi berarti penggunaan kekuasaan dan
pembuatan keputusan-keputusan (Robert Dubin).
d. Hakikat kepemimpinan organisasi adalah penambahan pengaruh (influential Incremen)
terhadap dan diatas pelaksanaan mekanis pengarahan-pengarahan rutin dari suatu
organisasi ( Daniel Katz An Robert L. Kahhen).
e. Kepemimpinan adalah permulaan dari suatu struktur atau prosedur baru untuk
mencapai tujuan-tujuan dan sasaran organisasi atau untuk mengubah tujuan-tujuan dan
sasaran organisasi ( James Lipham).
f. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan suatu kelompok yang
diorganisasi menuju kepada penentuan dan pencapai tujuan (Ralph M. Stogdill).
g. Kepemimpinan terjadi dalam kelompok dua orang atau lebih dan pada umumnya
melibatkan pemberian pengaruh terhadap tingkah laku anggota kelompok dan

2
Ahmad Susanto, Manajemen Peningkatan Kinerja Guru, (Cet. II; Depok: Prenada Media Group, 2018 ), h. 5
3
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Cet. I; Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 1987),
h.27
hubungannya dengan pencapaian tujuan-tujuan kelompok ( Robert J. House dan Mary
L. Baetz).
Demikianlah betapa beragamnya defenisi kepemimpinan itu keragaman tersebut,
disebabkan leh perbedaan konsep dasar yang dipergunakannya. Seperti Katz dan Khan,
misanya, menyatakan hakekat dan arti kepemimpinan itu didasarkan atas 3 komponen
pokok, yaitu:
a. Ciri atau sifat ( Atribute) lembaga atau jabatan,
b. Tabiat atau watak seseorang, dan
c. Kategori tingkah laku aktual.

Dari defenisi diatas, dapat dinyatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu usaha
dari seorang pemimpin untuk dapat merealisasikan tujusn individu ataupun tujuan
organisasi. Oleh karena itu, pemimpin diharapkan dapat memengaruhi, mendukung, dan
memberikan motivasi agar para pengikutnya tersebut mau melaksanakannya secara
antusias dalam mencapai tujuan yang diinginkan baik secara individu maupun organisasi.

Walaupun ada beberapa perbedaan defenisi yang telah dikemukakan oleh beberapa
ahli diatas, namun harapan terhadp kepemimpinan, dan juga termasuk perbedaan ketiga
Variabelnya ( pemimpin, para pengikut, dan situasi), kepemimpinan masih tetap
mempunyai beberapa karakteristik yang umu. Untuk memperjelas pernyataan tersebut
diilustrasikan sebuah contoh, Werren Bennis menyimpulkan bahwa pada dasarnya seluruh
pemimpin dari kelompok yang efektif mempunyai 4 karakteristik utama sebagai berikut :

a. Mereka memberikan arahan dan arti bagi orang-orang yang mereka pimpin.
Artinya, mereka dapat mengingatkan para pengikutnya tentang hal-hal yang
penting dan membimbing pegikutnya menyadari bahwa apa yang mereka lakukan
membuat perbedaan penting.
b. Mereka menumbuhkan kepercayaan
c. Mereka mendorong tindakan dan pengambilan resiko. Mereka proaktif dan berani
gagal demi meraih kesuksesan.
d. Mereka memberikan harapan, dengan cara yang nyata atau simbolis, mereka
menekankan bahwa kesuksesan akan dapat diraih.

2. Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam
berinteraksi dengan bawahannya4, pada umumnya dikenal ada lima gaya
kepemimpinan. Kelima gaya kepemimpinan tersebut yang dapat digunakan seorang
pemimpin untuk memengaruhi perilaku orang lain adalah sebagai berikut:
a. Gaya kepemimpinan Otokratis
Kepemimpinan otokratis disebut juga kpemimpinan diktator atau directed
orang yang menganut pendekatan ini mengambil keputusan tanpa berkonsultasi
dengan para bawahannya yang harus melaksanakannya atau seseorang yang akan
dipengaruhi keputusan tersebut. Mereka menentuka apa yang harus dilakukan orang
lain dan mengharapkan mereka mematuhinya.
Orientasi kepemimpinan otokratis di fokuskan hanya untuk pningkatan
produktivitas kerja bawahan dengan kurang memperhatikan perasaan dan
kesejahteraan bawaan. Pimpinan menganut sistem manajemen tertutup kurang
menginformaikan keadaan organisasi kepada bawahannya, pengkaderan kurang
mendapat perhatian dari pemimpin.
b. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Berbeda dengan gaya kepemimpinan otokratis, kepemimpinan demokratis
mempertimbangkan keinginan dan ide-ide oara bawahannya. Ini adalah pendekatan
hubungan manusia dalam semua anggota kelompok dilihat sebagai penyumbang
penting kepada putusan akhir. Gaya kepemimpinan ini dikenal pula dengan istilah
kepemimpinan konsultatif atau Konsensus. Orang yang menganut pendekatan ini
melibatkan para bawahannya yang harus melaksanakan keputusan dalam proses
pembuatannya, walaupun yang membuat keputusan akhir adalah pemimpin, tetapi
hanya setelah menerima masukan dan recomendasi dari para bawahan. Kritik
terhdapa pendekatan ini menyatakan bahwa keputusan yang paling baik tidak sellu
menerapkan keputusan terbaik, dan bahwa kepemimpinan demokratis sesuai dengan
sifatnya, cenderung menghasilakn keputusan yang disukai daripada keputusan yang
paling tepat.
c. Gaya kepemimpinan Partisipatif
Kepemimpinan partisipatif dalam kepemimpinannya dilakukan dengan
persuasif, meniptakan kerjasama yang serasi, menumbuhkan loyalitas dan partisipasi
bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar mereka ikut memiliki organisasi.

4
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Cet. I; Bandung; PT. Remaja Rosdakarya: 2022), h.108
Pemimpin dengan gaya partisipatif ini akan mendorong pimpinan akan selau
membina bawahan untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar.
d. Gaya Kepemimpinan berorientasi
Gaya kepemimpinan ini disebut kepemimpinan berdasarkan hasil atau sasaran.
Orang yang menganut pendekatan ini meminta agar para bawahan atau anggota
untuk memusatkan perhatiannya hanya pada tujuan yang ada. Hanya strategi yang
dapat mengahsilkan kontribusi nyata dan dapata diukur dalam mencapai tujuan
organisasi yang dibawah, pengaruh kepribadian dan faktor lainnya yang tidak
berhubungan dengan tujuan oraganisasi diminimumkan. Kekurangan yang ada
dalam gaya ini adalah pemimpin cenderung memiliki fokus yang terlampau sempit
dans eringkali berfokus pada perhatian yang keliru.
e. Gaya kepemimpinan Situasional
Gaya keemimpinan yang dikembangkan Oleh Hersey ini pada awalnya
mengacu kepada pendekatan teori situasional yang menekankan perilaku pemimpin
dan merupakan model praktis yang dapat digunakan pemimpin untuk membuat
keputusan dari waktu ke waktu secara efektif dalam rangka memengaruhi perilaku
orang lain.
Gaya kepemimpinan ini dikenal juga sebagai kepemimpinan tak tetap atau
kontigensi. Asumsi yang digunakan dalam gaya ini adalah bahwa tidak ada satupun
gaya kepemimpinan yang tetap bagi seorang pemimpin dalam segala kondisi. Oleh
karena itu gaya kepemimpinan situasional akan menerapkan suatu gaya tertentu
berdasarkan pertimbangan atas faktor-faktor seperti prmimpin, pengikut, dan situasi
dalam arti struktur tugas, peta kekuasaan, dan dinamika kelompok.

3. Fungsi Kepemimpinan
fungsi kepemimpinan pada dasarnya adalah menjalangkan wewenang
kepemimpinannya, yaitu menyediakan suatu sistem komunikasi, memelihara,
kesediaan bekerjasama, dan menjami kelancaran serta kebutuhan organisasi. Secara
princi fungsi kepemimpinan itu dalah meliputi kegiatan-kegiatan tau tindakan untuk:
a. Pengambilan keputusan
b. Pengembangan imajinasi
c. Pendelegasian wewenang kepada bawahan
d. Pengembangan kesetiaan para bawahan
e. Pemrakarsaan, penggiatan, dan pengendalian rencana-rencana
f. Pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
g. Pelaksanaan keputusan dan pemberian dorongan kepada para pelaksana.
h. Pelaksanaan kontrol dan perbaikan kesalahan-kesalahan
i. Pemberian tanda penghargaan kepada bawahan yang berprestasi
j. Pertanggungjawaban semua tim
B. kepemimpinan dalam supervisi disekolah
1. pengertian Supervisi
secara etimologi supervisi berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari dua kata,
yaitu ‘’Super’’ dan ‘’Vision”. Super berarti atas atau lebih, sedangkan Vision berarti
melihat atau meninjau. Dengan demikian supervisi dalam pengertian sederhana yaitu
melihat, meninjau atau melihat dari atas, yang dilakukan oleh atasan (pengawas/kepala
sekolah) terhadap perwujudan kegiatan pembelajaran. ‘’atas’’ bermakna bahwa seorang
pengawas/supervisor adalah orang-orang yang memilki kelebihan dari segi
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman terhadap guru-guru, kepala sekolah dan
staf yang dibina5.
Secara luas menurut Nawawi supervisi diartikan sebagai layanan yang bersifat
membimbing, menfasilitasi, memotivasi serta menilai guru dalam pelaksanaan
pembelajaran dan pengembangan profesinya secara efektif. Pengertian lain supervisi
pembelajaran dirtikan sebagai ‘’pelayanan yang disediakan oleh kepala
sekolah/pengawas untuk membantu guru-guru agar menjadi guru atau personal yang
semakin cakap sesuai dengan perkembanagn ilmu pengetahuan pada umumnya dan
ilmu pendidikan khusunya, agar mampu meningkatkan efektivitas proses pembelajaran
disekolah’’ .
Supervisi pembelajaran menurut Soetopo didefenisikan sebagai usaha Manstrimulir,
mengkoordinir, dan membimbing pertumbuhan guru-guru disekolah, baik secara
individual maupun kelompok, dengan tenggang rasa dan tindakan-tindakan pedagogis
yang efektiv, sehingga mereka lebih mampu menstimulir dan membimbing
pertumbuhan masing-masing peserta didik agar lebih mampu berpartisipasi dalam
masyarakat yag demokratis.
Supervisi pembelaaran menurut Sergivanni diartikan sebagai usaha mendorong,
mengkoordinir, dan menstimulir, serta menuntun pertumbuhan guru-guru secara

5
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran Dan Pengembangan Kapasitas Guru, (Cet. III; Bandung:
Alfabeta; 2019), h. 3
berkesinambungan disuatu sekolah baik secara individual, maupun kelompok agar lebih
efektif melaksanakan fungsi pembelajaran.
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan beberapa aspek
pentig supervisi yaitu :
a. mensupervisi berarti memberi bantuan dan pelayanan kepada kepala sekolah, guru
dan staf
b. mengsupervisi bermakna untuk pengemabangan kualitas diri guru
c. supervisi untuk pengemabnagn profesional guru
d. tugas utama supervisor/pengawas adalah memotivasi guru melaksanakan tugasnya
secara profesional
Aspek-aspek tersebut menuntut pengetahuan tentang konsep-konsep dan pendekatan
supervisi yang di tunjang dengan kinerj serta akuntabilitas yang tinggi dari supervisor.
Hal ini dimaksudkan agar kegiatan supervisi sebagai layanan profesional dapat
meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru dalam pembelajaran yang bermuara
pula pada perwujudan hasil belajar peserta didik secara optimal.
2. Tujuan dan fungsi Supervisi
Tujuan supervisi pengajaran adalah membantu dan memberikan kemudahan
kepada para guru untuk belajar bagaiman meningkatkan kemampuan mereka guna
mewujudkan tujuan belajar peserta didik.
Secara khusus Ametembun mengupas tujuan supervisi pendidikan sebagai berikut :
a. Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan
yang sebenarnya dan peranan sekolah dalam merealisasikan tujuan tersebut
b. Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan
peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang lebih efektif
c. Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis terhadap
aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan belajar mengajar, serta menolong mereka
merencanakan perbaikan-perbikan
d. Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga sekolah lain
terhadap cara kerja yang demokratis dan komprehensif, serta memperbesar
kesediaan untuk tolong menolong
e. Memperbesar semnagat guru-guru dan meningkatkan motivasi berprestasi untuk
mengoptimalkan kinerja secara maksimal dalam profesinya
f. Membantu kepala sekolah untuk mempopulerkan pengembangan program pendiikan
disekolah kepada masyarakat
g. Melindungi orang-orang yang disupervisi terhadap tuntunan-tuntunan yang tidak
wajar dan kritik-kritik yang tidak sehat dari masyarakat.
h. Membantu kepala sekolahdan gur-guru dalam mengevaluasi aktivitasnya untuk
mengemabngkan aktivitas dan kreativitas peerta didik .
i. Mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan (kolegiatas) diantara guru
Setiap supervisor pendidikan harus memahami an mampu melakasanakan supervisi
sesuai dengan fungsi dan tugas pokoknya baik yang menyagkut penelitian, penilaian,
perbaikan, maupun pengembangan.
3. Teknik-teknik supervisi
a. Kunjungan dan observasi kelas
Kunjungan dan observasi kelas sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi
tentang proses belajar mengajar secara langsung baik menyangkut kelebihan dan
kelemahannya. Melalui teknik ini kepala sekolah dapat mengamati secara langsung
kegiatn guru dalam melakukan tugas utamanya, mengajar, penggunaan alat, metode,
dan teknik mengajar secara keseluruhan dengan berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Hasil observasi kelas ini dapt digunakan oleh supervisor bersama
guru untuk menetnukan cara-car yang paling tepat untuk memperbaiki dan
meningkatkan kondisi belajar mengajar. Agar kunjungan kelas berlangsung efektif,
hendaknya dipersiapkan dengan teliti dan dilaksanakan secara hari-hati dengan
penampilan yang baik pula.
Kunjungan dan observasi kelas dapat dilakukan dengan 3 pola, kunjungan kelas
dan observasi tanpa memberi tahu guru yang akan dikunjungi, kunjungan dan
observasi dengan terlebih dahulu memberitahu, serta kunjungan atas undangan guru.
Ketiga pola tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, pola yang
ak digunakan harus disesuaikan dengan tujuan utama kunjungan dan observasi kelas.
b. Pembicaraan individual
Kunjungan dan observasi kelas pada umumnya dilengkapi dengan
pembicaraan individual antara kepala sekolah dan guru. Pembicaraan individual
dapat pula dilakukan tanpa harus melakukan kunjungan kelas terlebih dahulu jiak
kepala sekolah merasa bahwa guru memerlukan bantuan atau guru tersebut yang
merasa perlu bantuan. Pembicaraan individual merupakan salah satu alat supervisi
penting karena dalam kesempatan tersebut supervisor dapat bekerja secara
individual dengan guru dalm memecahkan masalah pribadi yang berhubungan
dengan proses belajar mengajar.
c. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok atau pertemuan kelompok adalah suatu egiatan
mengumpulkan sekelompok orang dalam situasi tatap muka dan interaksi lisan untuk
bertukar informasi atau berusaha mencapai suatu keputusan tentang masalah-
masalah bersama. Kegiatan diskusi ini dapat mengambil beberapa bentuk
pertemuan, seperti panel, seminar, lokakarya, komperensi, kelompok studi,
kelompok komisi, dan kegiatan lain yang bertujuan bersama-sama mebicarakan dan
menilai masalah-masalah tentang pendiiakn dan pengajaran.
d. Demonstrasi mengajar
Demonstrasi mengajar ialah proses belajar mengajar yang dilakukan oleh
seorang guru yang memiliki kemampuan dalam hal mengajar sehingga guru lain
dapat mengambil hikmah dan manfaatnya. Demonstrasi mengajar bertujuan untuk
memberi contoh bagaimna cara melaksanakan proses belajar mengajar yang baik
dalam menyajikan materi, menggunakan pendekatan, metode, media pembelajaran.
Demonstrasi mengajar merupakan tehnik supervisi yang besar manfaatnya bagi
guru-guru. Perlu dipahami oleh supervisor bahwa tidak ada cara mengajar yang
paling baik untuk setiap tujuan. Oleh karena itu perlu menjelaskan kesempatan
demonstrasi mengajar tersebut sebagai salah satu alternatif penampilan dengan
maksud tertentu. Guru-guru hendaknya mendapat kesempatan untuk menganalisis
penampilan mengajar yang diamatinya tersebut.
e. Perpustakaan profesional
Ciri profesional seorang guru antara lain tercermin dalam kemauan dan
kemampuannya untuk belajar secara terus dalam meningkatkan dan memperbaiki
tugas utamanya, yaitu mengajar. Guru hendaknya merupakan kelompok ‘’reading
peopele” dan menjadi bagian dari masyarakat belajar, yang menjadikan belajar
sebagai kebutuhan hidupnya, utnuk kepentingan terseut diperlukan berbagai sumber
belajar yang dapat memenuhi kebutuhan guru, terutama dalam kaitannya dengan
sumber-sumber belajar berupa buku. Dengan demikain buku merupakan gudang
ilmu dan sebagai salah satu sumber pengetahuan yang utama. 6 Sehubungan dengan
itu, diperlukan sejumlah buku perpustakaan sesuai dengan bidang ilmu atau bidang
kajian setiap guru. Dalam hal ini kehadoran perpustakaan disekolah sanagt dirasakan
manfaatnya dan sangat penting bagi peningkatan dan pertumbuhan jabatan guru.
4. Tugas supervisi
6
. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Cet. I; Bandung; PT. Remaja Rosdakarya: 2022), h.163
Menurut Jon Wiles dan Joseph Bondi tugas supervisi salah sebagai berikut:
a. Administratif
Tugas pengawas yang berkaitan dengan aspek administratif antara lain:
1) Menyusun dan menetapkan tujuan pembinaan
2) Menetapkan standar prosedur pelaksanaan (SOP) kegiatan pembinaan
3) Mengembangkan kebijakan pendidikan yang ditetapkan
4) Menyusun rencana jangka panjang, jangka menengah, rencana operasional
tahunan
5) Membimbing kepala sekolah dalam mendesain strukutur kerja sekolah
6) Mengidentifikasi dan mengamankan sumber-sumber belajar
7) Memilih personalia dan staf yang tepat sesuai kompetensinya
8) Bersama kepala sekolah mengadakan fasilitas pemvelajaran yang memadai
9) Mengelolah dana pendidikan secara efektif
10) Mendampingi guru mendesain dan mengorganisasikan pembelajaran
b. Kurikulum
Tugas pengawas yang berhubungan dengan kurikulum antara lain:
1) Membimbing guru menetapkan tujuan/indikator hasil belajar
2) Menganalisis kebutuhan sekolah dan guru melalui riset/survei
3) Mengembangkan program dan merencanakan inovasi pendidikan dan
pembelajaran
4) Merancang program pembinaan dan pelayanan peserta didik yang berkebutuhan
khusus
5) Memilih bahan ajar dan mengalokasikan sumber-sumber belajar
c. Pembelajaran
Tugas pengawas mencangkup dengan pembelajaran antara lain:
1) Mengembangkan Rencana pembelajaran (silabus dan RPP)
2) Menilai program pembelajaran (silabus dan RPP)
3) Menyampaikan sumber/bahana ajar inovatif kepada guru
4) Menilai fasilitas belajar yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran
5) Melaksanakan dan megkoordinasikan program penataran guru
5. Proses kepemimpinan dalam Supervisi pendidikan
Proses kepemimpinan dalam supervisi secara lebih operasional diuraikan sebagai
berikut:
a. Penilaian
Penilaian merupakan langkah awal seorang pemimpin untuk mengetahui apakah
program yang telah disusun sudah berjalan sesuai yang diharapkan. Tahapan-
tahapan penilaian yang harus dilakukan menurut Harris antara lain:
1) Menganalisis berbagai kebutuhan yang diperlukan untuk melakukan suatu tindakan
2) Melakukan pengamatan secara cermat dan kritis
3) Melakukan peninjauan kembali atau memeriksa secara kritis program yang
dilakukan
4) Pengukuran kemampuan /penamoilan dengan menggunakan instrumen yang
ditetapkan
5) Menilai hasil kemampuan/penampilan sebelum dan setelah penilaian
b. Penentuan Priorotas
Penentun prioritas kegiatan kedalam urutan prioritas yang meliputi:
1) Melakukan spesifikasi tujuan kegiatan pembinaan
2) Memilih alternatif pembinaan
3) Penetapan Prioritas
c. Penyususnan Desain
Proses perencanaan atau penyusunan Outline suatu sistem perubahan yang efektif
melalui :
1) Pengorganisasian, penetapan personil dan tugas yang harus dikerjakan setiap unsur
2) Pemikiran, menghimpun berbagai pemikiran dengan mengkombinasikan atau
mengaplikasiakan ide-ide baru dalam ewujudkan program yang telah disusun
3) Persiapan, mengartur fasilitas peenunjang yang telah diperlukan oleh setiap unsur
dan personil yang terlibat
4) Pengsistimatisan, pengaturan kedalam satu sistem suatu sistem sesuai dengan
metodenya
5) Penyusunan program
d. Pengalokasian Fasilitas
1) Pemberian peetapan fasilitas untuk dapat digunakan lebih efisien sesui dengan
kebutuhan program
2) Pendistribusian fasilitas kepada unit kerja dan staf sesuai kebutuhan
3) Pemerataan fasilitas menurut proporsi suatu unit kerja
4) Penetapan fasilitas sesuai spesifikasi kebutuhan unit kerja
5) Penetapan personalia sesuai spesifikasi keahlian guru/staf.
e. Pengkoordinasian
1) Pengorganisasian, membangun komitmen dan tindakan bersama kegiatan berjalan
lancar
2) Pengharmonisasian, membangun komunikasi dan keserasian kerja agara terwujud
tujuan secara operasional
3) Penyesuaian, membangun sinergitas antar unit kerja yang lebih efektif
4) Pejadwalan, penetapan jadwl waktu dan urutan kegiatan
f. Pengarahan
Proses memengaruhi pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan perkembangan yang
mencakup penunjukan dan penetapan personal, penentuan prosedur kerja, pengaturan
waktu dan jadwal kegiatan, pembimbingan, pengspesifikasian prosedur kerja, dan
memutuskan alternatif-alternatif kegiatan.

Tahapan tersebut hendaknya dilakukan dalam pelaksanaan supervisi pembelajaran.


Kaitannya denagn kepemimpinan, kepala sekolah/pengawas melakukan pembinaan baik
yang berhubungan dengan kegiatan supervisi akademik maupun yang berkaitan denagn
supervisi manajerial. Sesuai dengan standar kompetensi pengawas pendidikan Indonesia
yang ditetapkan sesuai Permendiknas No. 12 tahun 2007, standar ini merupakan kebijakan
pemerintah yang harus menjadi acuan dalam mengukur kualitas pengawas, dalam
permendiknas ini ditetapkan pula kualifikas akademik bagi seorang pengawas yang
seharusnya menjadi acuan dinas pendidikan dalam merekrut dan menyeleksi calon
pengawas.
Kompetensi pada Dasarnya merupakan gambaran tentang apa yang seharusnya dapat
dilakuka seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku dan hasil yang
seharusnya data ditampilkan atau ditunjukkan. Dalam hal ini kompetensi kepala sekolah
dapat diartikan sebagai gambaran tentang apa yang seharusnya dapat dilakukan seorang
kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjannya, baik berupa kegiatan, berperilaku
maupun hasil yang dapat di tunjukkan.
Berikut ini beberapa kompetensi yang muncul dari dalam diri seorang kepala sekolah,
kompetensi yang dimiliki kepala sekolah itu, antara lain7:
1. Kompetensi kepribadian, merupakan kompetensi yang muncul dari dalam diri seorang
kepala sekolah. Kompetensi yang dimiliki antara lain:
a. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin
b. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah
7
Ahmad Susanto, Manajemen Peningkatan Kinerja Guru, (Cet. II; Depok: Prenada Media Group, 2018 ), h. 19
c. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.
d. Mampu mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai
kepala sekolah
e. Memiliki bakat dan mninat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.
2. Kompetensi manajerial, merupakan kemampuan kepala sekolah yang berupa
kemampuan tekhnis dalam menjalangkan tugasnya sebagai manajer pendidikan, yang
terdiri dari:
a. Mampu mneyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan perencanaan
b. Mampu mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan
c. Memimpin guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara
optimal
d. Mampu menegelolah guru dan stf dalam rangka pembedayaan Sumber daya manusia
secara optimal
e. Mampu mengelola sarana dan prasarana sekolah
f. Mampu mengelolah hubungan sekolah masyarakat dalam rangka pencarian
dukungan ide, sumber belajar, Dan pembiayaan sekolah
g. Mampu mengelolah kesiswaan, terutama dalam rangka penerimaan siswa baru,
penempatan siswa, dan pengembangan kapasitas siswa.
3. Kompetensi Supervisi, merupakan kemampuan kepala sekolah untuk melakukan
pengawasan profesioanl dalam biadang kademik yang dijalankan berdasarkan kaidah
keilmuan tentang bidang pendidikan. Kompetensi supervisi ini terdiri dari:
a. Mampu melakukan supervisi sesuai prosedur dan tekhnik yang tepat,
b. Mampu melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan program pendidikan sesuai
dengan prosedur yang tepat.
4. Kompetensi sosial, merupakan kemampuan kepala sekolah untuk bersosialisasi dengan
masyarakat atau stakholder pendidikan. Kompetensi sosial ini terdiri dari:
a. Terampil bekerjasama dengan orang lain berdasarkan prinsip-prinsip yang saling
menguntungkan dan memberi manfaat bagi sekolah.
b. Mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan
c. Memiliki kepekaan sosial terhdap orang atau kelompok lain.
Kepala sekolah sebagai pemimpin dalam pendidikan memiliki kemampuan untuk
memengaruhi bawahan agara dapat bekerja atau berpartisipasi dalam pelaksanaan proses
pendidikan sehingga tujuan atau sasaran dapat tercapai sesuai dengan apa yang telah di
tetapkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. kepemimpinan adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam
mengelola segala sumber daya yang ada dan mampu menggerakkan atau memengaruhi
anggotanya sehingga dapat dengan mudah bekerja sama untuk mencapai tujuan. Gaya
kepemimpinan ini dikenal juga sebagai kepemimpinan tak tetap atau kontigensi.
Asumsi yang digunakan dalam gaya ini adalah bahwa tidak ada satupun gaya
kepemimpinan yang tetap bagi seorang pemimpin dalam segala kondisi. Oleh karena
itu gaya kepemimpinan situasional akan menerapkan suatu gaya tertentu berdasarkan
pertimbangan atas faktor-faktor seperti prmimpin, pengikut, dan situasi dalam arti
struktur tugas, peta kekuasaan, dan dinamika kelompok.
2. Kompetensi pada Dasarnya merupakan gambaran tentang apa yang seharusnya dapat
dilakuka seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku dan hasil yang
seharusnya data ditampilkan atau ditunjukkan. Dalam hal ini kompetensi kepala
sekolah dapat diartikan sebagai gambaran tentang apa yang seharusnya dapat dilakukan
seorang kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjannya, baik berupa kegiatan,
berperilaku maupun hasil yang dapat di tunjukkan.
B. Saran
Penulis berharap dengan selesainya makalah ini, dapat menjadi salah satu sumber
wawasan pengetahuan terkait kepemimpinan dalam supervisi disekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran Dan Pengembangan Kapasitas Guru, (Cet. III;
Bandung: Alfabeta; 2019)

Ahmad Susanto, Manajemen Peningkatan Kinerja Guru, (Cet. II; Depok: Prenada Media
Group, 2018 )

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Cet. I; Bandung; PT. Remaja Rosdakarya: 2022)

Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Cet. I; Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya, 1987)

Anda mungkin juga menyukai