KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Oleh Kelompok 12 :
Dosen Pembina
2022
KATA PENGANTAR
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Drs.Syahril.M.Pd.Ph.D pada mata kuliah Administrasi dan Supervisi Pendidikan.Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh
karena itu,kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang..................................................................................... 1
B.Rumusan Masalah................................................................................ 2
C.Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.Kesimpulan.......................................................................................... 14
B.Saran.................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sebuah sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan
tingkat koordinasi yang tinggi. Untuk membantu para kepala sekolah di dalam
mengorganisasikan sekolah secara tepat, diperlukan adanya satu esensi pemikiran yang
teoretis, seperti kepala sekolah harus bisa memahami teori organisasi formal yang
bermanfaat untuk menggambarkan kerja sama antara struktur dan hasil sekolah. Oleh
sebab itu dikatakan bahwa” keberhasilan sekolah adalah sekolah yang memiliki
pemimpin yang berhasil.
1
B.Rumusan Masalah
6.Apa saja kah keterampilan yang harus dimiliki oleh pemimpin pendidikan ?
C.Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi,
memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasihati, membina, membimbing, melatih,
menyuruh, memerintah, melarang dan bahkan menghukum (kalau perlu) dengan maksud
agar manusia sebagai bagian dari organisasi mau bekerja dalam rangka mencapai
tujuannya sendiri maupun organisasi secara efektif dan efisien.
4
B.Fungsi Kepemimpinan Pendidikan
2.Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam
memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan
menjelaskan tujuan.
1.Membantu kelompok merumuskan tujuan pendidikan yang akan dicapai yang akan
menjadi pedoman untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan.
5
3.Menciptakan sekolah sebagai suatu lingkungan kerja yang harmonis, sehat, dinamis,
dan nyaman, sehingga segenap anggota dapat bekerja dengan penuh produktivitas akan
memperoleh kepuasan kerja tinggi. Artinya pemimpin harus menciptakan iklim
organisasi yang mampu mendorong produktivitas pendidikan yang tinggi dan kepuasan
kerja yang maksimal.
Ngalim Purwanto menjelaskan juga terdapat empat gaya kepemimpinan yang lain,
yakni gaya kepemimpinan otoriter, Pseudo-demokratis, gaya kepemimpinan laisez faire
(gaya bebas) dan gaya kepemimpinan demokratis.
Otoriter atau otokrat berasal dari kata autos, yang berarti sendiri dan kratos yang
berarti kekuasaan atau kekuatan. Maka secara etimologi otoriter atau otokrat berate
penguasa absolute.Gaya kepemimpinan seperti ini identik dengan seorang dictator,
bahwa memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Penafsirannya, sebagai
pemimpin tidak lain adalah menunjukkan dan memberi perintah sehingga ada kesan
bawahan atau anggota-anggotanya hanya mengikuti dan menjalankannya, tidak boleh
membantah dan mengajukan saran.
6
Gaya kepemimpinan yang otoriter menurut Hadari Nawawi biasanya memiliki
sifat-sifat sebagai berikut:
Istilah pseudo berarti palsu. Maka pseudo demokratis berarti bukan atau tidak
demokratis. Gaya kepemimpinan seperti ini sebenarnya otokratis, tetapi dalam
kepemimpinannya ia member kesan demokratis. Seorang pemimpin yang bersifst
pseudo-demokratis sering memakai “topeng”. Ia pura-pura memperlihatkan sifat
demokratis di dalam kepemimpinannya. Ia member hak dan kuasa kepada guru-guru
untuk menetapkan dan memutuskan sesuatu, tetapi sesungguhnya ia bekerja dengan
perhitungan. Ia mengatur siasat agar kemauannya terwujud kelak.
Gaya kepemimpinan bebas atau laissez faire ini diartikan membiarkan orang-orang
berbuat sekehendaknya. Gaya kepemimpinan seperti ini sang pemimpin praktis tidak
memimpin. Pemimpin seperti ini sama sekali tidak memberikan control dan koreksi
terhadap pekerjaan para bawahan atau anggotanya.
7
Jika dalam sebuah organisasi tidak terdapat seorang pun yang anggota menetapkan
keputusan dan melaksanakan kegiatan, maka organisasi menjadi tidak berfungsi.
Sebaliknya kebebasan yang diberikan, juga berakibat fungsi organisasi tidak berlangsung
sebagaimana mestinya, bahkan menjadi tidak terarah. Kondisi seperti itu dapat terjadi
karena wewenang menjadi tidak jelas dan tanggungjawab ini terjadi dilingkungan
orang-orang kafir, meskipun baru terlihat setelah dimintai pertanggung jawaban oleh
Allah SWT. kelak di akhirat.Prinsip gaya kepemimpinan laissez faire (gaya bebas) ini
memiliki sifat-sifat antara lain:
b). Kekuasaan dan tanggung jawab bersimpang siur, berserahkan dan tidak merata.
Gaya kepemimpinan demokratis ini adalah gaya kepemimpinan yang paling ideal.
Pemimpin yang demokratis adalah pemimpin yang kooperatif dan tidak dictator. Dia
selalu menstimulasi anggota-anggota kelompoknya dan selalu mempertimbangkan
kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.
Menurut Purwanto pemimpin yang demokratis memiliki beberapa cirri antara dari
kepemimpinan antara lain sebagai berikut:
a).Dalam menggerakkan bawahan bertitik tolak dari pendapat manusia makhluk termulia
di dunia;
b) .Selalu berusaha untuk menyingkonkan dan tujuan organisasi dengan tujuan pribadi;
8
d) .Mengutamakan kerjasama dalam mencapai tujuan;
Hubungan insani adalah hubungan antar manusia. Ada dua macam hubungan
yang biasa kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari : 1) hubungan fungsional atau
hubugan formal, yaitu hubungan karena tugas resmi atau pekerjaan resmi; dan 2)
hubungan pribadi atau hubungan informal atau hubungan personel, ialah hubungan yang
tidak didasarkan atau tugas resmi atau pekerjaan, tetapilebih bersifat kekeluargaan.
9
Yang menjadi inti dalam hubungan ini, apakah itu hubungan fungsional atau
hubungan personal, adalah saling menghargai. Bawahan menghargai atasan dan
sebaliknya atasanpun harus menghargai bawahan.
Penilaian atau evaluasi ialah suatu usaha untuk mengetahui sampai dimana suatu
kegiatan sudah dapat dilaksanakan atau sampai dimana suatu tujuan sudah dicapa. Yang
dinilai biasanya ialah : hasil kerja, cara kerja dan orang yang mengerjakannya.
10
Melalui evaluasi, guru dapat dibantu dalam menilai pekerjaannya sendiri, mengetahui
kekurangan dan kelebihannya. Selain guru, personila lainnya perlu dievaluasi seperti
petugas (karyawan) tata usaha, petugas BK, dan sebagainya, untuk mengetahui kemajuan/
kekurangannya.
Technical skill
Conceptual skill
11
E.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemimpin
2. Jenis pekerjaan atau lembaga tempat pemimpin itu melaksanakan tugas jabatannya.
Tiap organisasi atau lembaga yang tidak sejenis memiliki tujuan yang berbeda,
dan menuntun cara-cara pencapaian tujuan yang tidak samma. Oleh karena itu, tiap jenis
lembaga memerlukan perilaku dan sikap kepemimpinan yang berbeda pula.
Kita mengetahui bahwa secara psikologi manusia itu berbeda-beda sifat, watak,
dn kepribadiannya. Ada yang selalu bersikap keras dan tegas, tetapi ada pula yang lemah
dan kurang berani. Dengan adanya perbedaan-perbedaan watak dan kepribadian yang
dimiliki oleh masing-masing pemimpin, meskipun beberapa orang pemimpin memiliki
latar pendidikan yang sama dan diserahi tugas pemimpin dalam lembaga yang sejenis,
karena perbedaan kepribadiannya akan menimbulkan perilaku dan sikap yang berbeda
pula dalam menjalankan kepemimpinannya.
12
Dalam memangku jabatan pemimpin pendidikan yang dapat melaksanakan
tugas-tugasnya dan memainkan perannya sebagai pemimpin yang baik dan sukses, maka
dituntut beberapa persyaratan jasmani, rohani, dan moralitas yang baik, bahkan
persyaratan sosial ekonomis yang layak akan tetapi pada bagian ini yang akan
dikemukakan hanyalah persyaratan-persyaratan kepribadian dari seorang pemimpin yang
baik. Persyaratan-persyaratan tersebut adalah :
13
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15