Disusun oleh:
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa. Karena
berkat rahmat, karunia serta taufiq dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Manajemen Pengelolaan Pendidikan” tepat pada
waktunya.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
B. Rumusan masalah............................................................................. 4
C. Tujuan ............................................................................................. 4
A. Kesimpulan .............................................................................. 14
B. Saran......................................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
KAJIAN TEORI
Hakikat dan arti kepemimpinan dapat didasarkan atas tiga komponen yaitu
(1) ciri atau sifat lembaga atau jabatan, (2) tabiat atau watak seseorang, dan (3)
kategori tingkah laku aktual. Katz dan Kahn (dalam Purwanto, 2012:27).
Menurut Purwanto (2012: ) gaya kepemimpinan adalah suatu cara atau teknik
seseorang dalam menjalankan suatu kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dapat
pula diartikan sebagai norma perilaku yang digunakan seseorang saat mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Dalam hal ini usaha
menselaraskan persepsi diantara orang yang akan mempengaruhi perilaku dengan
yang akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya.
Kepala sekolah di dalam melakukan tugasnya mempunyai karakteristik dan
gaya kepemimpinan untuk mencapai tujuan yang dharapkannya. Kepala sekolah
mempunyai sifat, kebiasaa, tempramen, watak, dan kebiasaan sendiri yang khas
sehingga dapat membedakannya dengan pemimpin yang lain.
PEMBAHASAN
A. Temuan Masalah
1. Kondisi Pendidikan di Indonesia
Salahsatu hal yang menjadi penghambat dalam menciptakan pemimpin
yang bermutu ialah dari kualitas pendidikan di Indonesia sangatlah rendah,
tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi pendidikan saat ini, bisa kita lihat dari faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal meliputi staf-staf yang berperan di
pemerintahan seperti, departemen pendidikan nasional, dinas pendidikan
daerah, serta sekolah-sekolah yang sudah maju di bidang pendidikan.
Selanjutnya dari faktor eksternal, meliputi masyarakat pada umumnya yang
mana masyarakat sebagai ikon dan juga merupakan tujuan dari adanya
pendidikan itu sendiri Oleh karena itu, pendidikan di indonesia harus bekerja
sama antara pemerintahan dengan masyarakat, agar kualitas pendidikan dapat
terus berkembang.
Masalah pertama yang sering terjadi dalam bidang pendidikan diantaranya
adalah pendidikan yang tidak merata. Pendidikan yang tidak merata ini
biasanya terjadi karena banyak pemimpin yang memikirkan pendidikan,
namun mereka hanya memandangnya dari sudut pandang secara umum saja,
yaitu perhatian mereka hanya terpusat untuk mengembangkan pendidikan di
kota-kota besar. Padahal masih banyak daerah-daerah lain yang belum
terpenuhi haknya dalam mendapatkan pendidikan. Daerah yang memerlukan
perhatian dalam masalah rendahnya pemerataan pendidikan adalah daerah
pelosok negeri atau terpencil. Selain akses dan distribusi yang sulit, akses
pendidikan pun sulit diselenggarakan di daerah-daerah tersebut, terutama
daerah tertinggal. Ketidakseimbangan pemerataan pendidikan ini terlihat jika
dibandingkan dengan daerah di pusat kota atau pemerintahan, dimana di
tempat tersebut memiliki akses pendidikan yang cenderung merata.
Masalah kedua yaitu rendahnya kesempatan masyarakat dalam
mendapatkan pendidikan dikarenakan faktor ekonomi. Semakin tingginya era
globalisasi, semakin tinggi pula tingkat ekonomi yang diperlukan, salah
satunya dalam hal meraih ilmu. Kini, banyak anak yang putus sekolah
dikarenakan ketidakmampuan orangtua mereka.
B. Pemecahan Masalah
Untuk meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan berbagai
langkah akan diambil seperti peningkatan jumlah anak yang ikut merasakan
pendidikan, akses terhadap pendidikan ini dihitung berdasarkan angka
partisipasi dari berbagai tingkat sekolah. Ada dua solusi yang dapat mengatasi
masalah kepemimpinan, yaitu solusi sistemik dan solusi teknis. Solusi
sistemik adalah dengan cara mengubah sistem-sistem sosial dengan sistem
pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan
sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia
sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalis yang
berprinsip antara lain meminimalkan pendanaan pendidikan. Sedangkan
solusi teknis adalah solusi yang menyangkut hal-hal teknis berhubungan
langsung dengan pendidikan.
Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah pertama
untuk masalah pendidikan yang tidak merata dapat diatasi oleh seorang
pemimpin yang harus bisa lebih membuka mata mereka untuk melihat sisi
lain dari suatu daerah, mengambil langkah yang tepat dan sistematis, serta
memiliki tekad dan kemauan keras untuk merubah nasib bangsa melalui
pendidikan. Selanjutnya, untuk solusi dari masalah yang kedua yaitu
rendahnya kesempatan masyarakat dalam mendapatkan pendidikan yang
disebabkan oleh faktor ekonomi dapat diatasi oleh seorang pemimpin yang
dapat memberi bukti bukan hanya janji-janji belaka, seorang pemimpin harus
bisa merasakan apa yang dirasakan oleh bawahannya, dan menambah rasa
empati dan kepedulian terhadap sesama.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi
ketidak merataan pendidikan ini dengan cara Wajib Belajar Sembilan
Tahun, pemberian beasiswa-beasiswa bagi masyarakat yang kurang
mampu atau miskin, kemudian memberikan Bantuan Dana Operasional
(BOS). Walaupun sudah diadakan sekolah gratis, Bantuan Dana Operasional
(BOS), ataupun alokasi dana BBM, namun bantuan yang diberikan belum
merata.
Masih banyak masyarakat miskin yang tidak mendapatkan apa yang
seharusnya mereka dapatkan, padahal seluruh rakyat berhak mendapatkan
pendidikan yang layak. Selain program-program tersebut, masih ada
program-program dari pemerintah sebagai upaya mengatasi permasalahan
pemerataan kesempatan pendidikan di Indonesia seperti SM3T, yaitu program
untuk menempatkan guru-guru selama satu tahun ke daerah terpencil untuk
membangun pendidikan yang lebih baik di daerah tersebut. KIP (Kartu
Indonesia Pintar) dan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu), yang
digunakan bagi siswa tidak mampu agar mendapatkan bantuan agar dapat
melanjutkan sekolah. Terdapat program PJJ (Pendidikan Jarak Jauh) untuk
memfasilitasi orang-orang yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan
tinggi yang mengalami kendala jarak dan waktu sehingga dapat menempuh
jalur perkuliahan ini. Program PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang
diperuntukkan bagi lulusan S1 pendidikan yang ingin menjadi guru
profesional demi meningkatkan kualitas tenaga pendidik yang pada akhirnya
dapat meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kepemipinan adalah kemampuan dalam kesiapan yang dimiliki seseorang
untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan,
mengarahkan, dan jika perlu memaksa orang lain atau kelompok agar dapat
menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya terbuat sesuatu yang dapat
membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Fungsi kepemimpinan pendidikan yang berhubungan dengan tujuan yang
hendak dicapai antara lain: memikirkan, merumuskan dengan teliti tujuan
kelompok serta menjelaskan supaya anggota-anggota selalu dapat menyadari
dalam bekerja sama mencapai tujuan.
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini, kami sebagai penulis berharap
khususnya untuk kita sebagai Mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam
agar lebih paham mengenai kepemimpinan Pendidikan, agar kelak jika
kita menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi atau lembaga pendidikan
dapat melakukan tugas pokok dan fungsi didalamnya sebaik dan
semaksimal mungkin. Karena seorang pemimpin organisasi harus
memiliki kemampuan mempengaruhi anggota dengan baik juga
kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercepai secara efektif dan
efisien, tidak hanya sibuk dengan dirinya sendiri tanpa melupakan faktor-
faktor diluar organisasi dan mampu membuat kebijakan maupun tindakan
dalam sebuah organisasi atau lembaga pendidikan secara sistematis.