Anda di halaman 1dari 16

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah


“Manajemen Pengelolaan Pendidikan”
Dosen pengampu: Dr. H. M Rifki Romdhoni, S.Ag., M.Pd.I

Disusun oleh:

Iffa Syarifatul Mardliyyah 212203005

Irna Anugrah Oktaviani 212203006

Mahesa Maulana Yusup 212203007

Silda Nursofiyah 212203015

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MANGGALA
BANDUNG
2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa. Karena
berkat rahmat, karunia serta taufiq dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Manajemen Pengelolaan Pendidikan” tepat pada
waktunya.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan


kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di yaumul qiyamah.
Penyusunan makalah ini merupakan tugas mata kuliah “Kepemimpinan
Pendidikan”.
Teriring ucapan terimakasih kepada Dosen pengampu, Bapak Dr. H. M.
Rifki Romdhoni, S.Ag., M.Pd.I, juga kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan serta motivasi kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran masih sangat
diperlukan guna perbaikan dan meningkatkan kualitas makalah kami di masa yang
akan datang. Semoga makalah ini bisa menambah keilmuan dan bermanfaat bagi
kita semua.

Maruyung, 6 April 2024

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 3

A. Latar belakang .................................................................................. 3

B. Rumusan masalah............................................................................. 4

C. Tujuan ............................................................................................. 4

BAB II Kajian Teori .......................................................................................... 5

A. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan ............................................ 6


B. Fungsi Kepemimpinan Pendidikan .................................................. 6
C. Tipe-Tipe Kepemimpinan Pendidikan ............................................. 7
D. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah ............................................. 9

BAB III PEMBAHASAN .................................................................................. 11

A. Temuan Masalah ............................................................................ 11

B. Pemecahan Masalah ....................................................................... 12

BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 14

A. Kesimpulan .............................................................................. 14

B. Saran......................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah bagian penting yang tidak dapat dipisahkan


dari kehidupan umat manusia, karena pendidikan merupakan media
perantara dan hal penting bagi anak untuk memperoleh pengetahuan.
Dalam hal ini akan dibahas mengenai pentingnya Kepemimpinan
Pendidikan. Dimana kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan
untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercepai secara efektif dan
efisien.
Kepemimpinan sangat berpengaruh dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan bukti bahwa pemimpin
yang lemah yang menyebabkan kelompok berjalan ke arah yang
salah. Karena kepemimpinan merupakan bagian penting dari
manajemen yaitu merencanakan dan mengorganisasi, dimana peran
utama kepemimpinan adalah seberapa besar ia dalam mempengaruhi
orang lain agar tujuan dapat terlaksana dengan baik.
2

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pemimpin pendidikan?

2. Apa fungsi kepemimpinan pendidikan?

3. Bagaimana tipe-tipe kepemimpinan pendidikan?

4. Apa gaya kepemimpinan kepala sekolah?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu pemimpin pendidikan

2. Untuk mengetahui fungsi kepemimpinan pendidikan

3. Untuk mengetahui Bagaimana tipe-tipe kepemimpinan pendidikan

4. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan kepala sekolah


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan

Kepemimpinan secara umum didefinisikan sebagai kemampuan dalam


kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong,
mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan, dan jika perlu memaksa
orang lain atau kelompok agar dapat menerima pengaruh tersebut dan
selanjutnya terbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan
tertentu yang telah ditetapkan.

Beberapa definisi kepemimpinan yang dikutip dari Purwanto, adalah:

1. Kepemimpinan adalah kekuatan (power) yang didasarkan atas tabiat atau


watak yang memiliki kekuasaan lebih, biasanya bersifat normatif (Etzoni),
2. Pemimpin adalah individu di alam kelompok yang memberikan tugas-
tugas pengarahan dan pengordinasian yang relevan dengan kegiatan-
kegiatan kelompok (Fiedler),
3. Kepemimpinan dalam organisasi-organisasi berarti penggunaan kekuasaan
dan pembuatan keputusan-keputusan (Dubin),
4. Hakikat kepemimpinan organisasi adalah penambahan pengruh terhadap
dan di atas pelaksanaa mekanis pengarahan-pengarahan rutin dari suatu
organisasi (Ketz dan Kahn),
5. Kepemimpinan terjadi di dalam kelompok dua orang yang lebih, dan pada
umumnya melibatkan pemberian pengaruh terhadap tingkah laku anggota
kelompok dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan-tujuan kelompok
(House dam Baetz).

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan


adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian,
termasuk di dalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka
meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-
tugas yang dibebankan kepadanya.

Hakikat dan arti kepemimpinan dapat didasarkan atas tiga komponen yaitu
(1) ciri atau sifat lembaga atau jabatan, (2) tabiat atau watak seseorang, dan (3)
kategori tingkah laku aktual. Katz dan Kahn (dalam Purwanto, 2012:27).

Kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan untuk menggerakkan


pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat
tercepai secara efektif dan efisien.

B. Fungsi Kepemimpinan Pendidikan


Menurut Soetopo,1988:4-7 (dalam Prasetyo, 2014:2-3) ada dua fungsi
kepemimpinan pendidikan berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai
antara lain:
1. Fungsi kepemimpinan pendidikan yang berhubungan dengan tujuan yang
hendak dicapai antara lain:
a. Memikir, merumuskan dengan teliti tujuan kelompok serta menjelaskan
supaya anggota-anggota selalu dapat menyadari dalam bekerja sama
mencapai tujuan.
b. memberi dorongan kepada para anggota kelompok serta menjelaskan
situasi dengan maksud untuk dapat ditemukan rencana-rencana kegiatan
kepemimpinan yang dapat memberi harapan baik,
c. membantu para anggota kelompok dalam mengumpulkan keterangan-
keterangan yang perlu supaya dapat mengadakan pertimbangan-
pertimbangan yang sehat,
d. menggunakan kesanggupan-kesanggupan dan minat khusus dari anggota
kelompok,
e. memberi dorongan kepada setiap anggota untuk melahirkan peranan,
pikiran, dan memilih buah pikiran yang baik dan berguna dalam
pemecahan masalah yang dihadapi oleh kelompok,
f. memberi kepercayaan dan menyerahkan tanggung jawab kepada anggota
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan kemampuan masing-masing
demi kepentingabn bersama.

2. Fungsi kepemimpinan pendidikan yang berhubungan dengan penciptaan


suasana pekerjaan yang sehat, antara lain:
a. Memupuk dan memelihara kesediaan kerjasama didalam kelompok
demi tercapainya tujuan bersama,
b. menanamkan dan memupuk perasaan pada anggota masing-
masingmelalui penghargaan terhadap usaha-usahanya,
c. mengusahakan suatu tempat pekerjaan yang menyenangkan baik
ruangan, baik fasilitas maupun situasi,
d. menggunakan kelebihan-kelebihan yang terdapat pada pimpinan untuk
memberi sumbangan dalam kelompok menuju pencapaian tujuan
bersama.
C. Tipe-Tipe Kepemimpinan Pendidikan
Konsep seorang pemimpin pendidikan tentang kepemimpinan dan
kekuasaaan yang memproyeksikan diri dalam bentuk sikap kepemimpinan, sifat
dan kegiatan yang dikembangkan dalam lembaga pendidikan yang akan
dipimpinnya sehingga akan mempengaruhi kualitas hasil kerja yang akan dicapai
oleh lembaga pendidikan tersebut.
Bentuk-bentuk kepemimpinan sering kita jumpai dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari. Tetapi disekolahpun terdapat berbagai macam tipe
kepemimpinan ini. Sebagai pemimpin pendidikan yang officiat leader, yang cara
kerja dan cara bergaulnya dapat dipertanggungjawabkan dan bisa menggerakkan
orang lain untuk turut serta mengerjakan sesuatu yang berguna bagi
kehidupannya. Berdasarkan sifat dan konsep kepemimpinan maka ada tiga tipe
pokok kepemimpinan yaitu:
1. Tipe otoriter (the autocratic style of leadership)
Pada kepemimpinan yang otoriter, semua kebijakan atau “policy” dasar
ditetapkan oleh pemimpin sendiri dan pelaksanaan selanjutnya ditugaskan kepada
bawahannya. Semua perintah, pemberian tugas dilakukan tanpa mengadakan
konsultasi sebelumnya dengan orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin otoriter
berasumsi bahwa maju mundurnya organisasi hanya tergantung pada dirinya. Dia
bekerja sungguh-sungguh, belajar keras, tertib dan tidak boleh dibantah.
2.Tipe Laissez faire (laissez-faire style of leadership)
Pada tipe “laissez faire” ini, pemimpin memberikan kebebasan yang
seluas-luasnya kepada setiap anggota staf di dalam tata prosedure dan apa yang
akan dikerjakan untuk pelaksanaan tugas-tugas jabatan mereka. Mereka
mengambil keputusan dengan siapa ia hendak bekerjasama. Dalam penetapannya
menjadi hak sepenuhnya dari anggota kelompok atau staf lembaga pendidikan itu.
Pemimpin ingin turun tangan bilamana diminta oleh staf, apabila mereka
meminta pendapat-pendapat pemimpin tentang hal-hal yang bersifat teknis, maka
barulah ia mengemukakan pendapat-pendapatnya. Tetapi apa yang dikatakannya
sama sekali tidak mengikat anggota. Mereka boleh menerima atau menolah
pendapat tersebut.
Apabila hal ini kita jumpai di sekolah, maka dalam hal ini bila akan
menyelenggarakan rapat guru biasanya dilaksanakan tanpa kontak pimpinan
(Kepala Sekolah), tetapi bisa dilakukan tanpa acara. Rapat bisa dilakukan selagi
anggota/guru-guru dalam sekolah tersebut menghendakinya.
3. Tipe demokratis (democratic style of leadership)
Dalam tipe kepemimpinan ini seorang pemimpin selalu mengikut sertakan
seluruh anggota kelompoknya dalam mengambil keputusan, kepala sekolah yang
bersifat demikian akan akan selalu menghargai pendapat anggota/guru-guru yang
ada dibawahnya dalam rangka membina sekolahnya.
Sifat kepemimpinan yang demokratis pada waktu sekarang terdapat lebih dari
500 hasil research tentang kepemimpinan, jika bahan itu dimanfaatkan dengan
baik maka kita akan dapat mempergunakan sikap kepemimpinan yang baik pula.
Dalam hasil research itu menunjukkan bahwa untuk mencapai kepemimpinan
yang demokratis, aktivitas pemimpin harus:
a. Meningkatkan interaksi kelompok dan perencanaan kooperatif.
b. Menciptakan iklim yang sehat untuk perkembangan individual dan
memecahkan pemimpin-pemimpin yang potensial.
Hasil ini dapat dicapai apabila ada partisipasi yang aktif dari semua anggota
kelompok yang berkesempatan untuk secara demokratis memberi kekuasaan dan
tanggungjawab.
Pemimpin demokratis tidak melaksanakan tugasnya sendiri. Ia bersifat
bijaksana di dalam pembagian pekerjaan dan tanggung jawab. Dapat dikatakan
bahwa tanggung jawab terletak pada pundak dewan guru seluruhnya, termasuk
pemimpin sekolah. Ia bersifat ramah dan selalu bersedia menolong bawahannya
dengan nasehat serta petunjuk jika dibutuhkan.

D. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah

Seorang pemimpin dapat melakukan berbagai cara dalam kegiatan


mempengaruhi atau memberi motivasi orang lain untuk mampu melakukan
berbagai tindakan yang selalu terarah terhadap pencapaian tujuan bersama
(organisasi). Cara ini mencerminkan sikap dan pandangan pemimpin terhadap
orang yang dipimpinnya, dan hal itu merupakan gambaran gaya kepemimpinan.
Kepala sekolah sebagai seorang yang diberi tugas untuk memimpin sekolah,
bertanggungjawab atas tercapainya tujuan, peran, dan mutu pendidikan di
sekolahnya. Dengan demikian agar tujuan sekolah dapat tercapai, maka kepala
sekolah dalam melaksanakan tugasnya dan fungsinya memerlukan suatu gaya
dalam memimpin, dan hal tersebut dikenal dengan gaya kepemimpinan kepala
sekolah.

Menurut Purwanto (2012: ) gaya kepemimpinan adalah suatu cara atau teknik
seseorang dalam menjalankan suatu kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dapat
pula diartikan sebagai norma perilaku yang digunakan seseorang saat mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Dalam hal ini usaha
menselaraskan persepsi diantara orang yang akan mempengaruhi perilaku dengan
yang akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya.
Kepala sekolah di dalam melakukan tugasnya mempunyai karakteristik dan
gaya kepemimpinan untuk mencapai tujuan yang dharapkannya. Kepala sekolah
mempunyai sifat, kebiasaa, tempramen, watak, dan kebiasaan sendiri yang khas
sehingga dapat membedakannya dengan pemimpin yang lain.

Menurut Wahjosumidijo ada empat pola perilaku kepemimpinan yang lazim


disebut gaya kepemimpinan yaitu perilaku instruktif, konsulatif, partisipatif, dan
delegatif.

a. Perilaku instruktif adalah komunikasi satu arah, pimpinan membatasi


peranan bawahan, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
menjadi tanggung jawab pemimpin pelaksanaan pekerjaan diawasi dengan
ketat.
b. Perilaku konsultatif adalah pemimpin yang masih memberikan instruksi
yang cukup besar serta menentukan keputusan, diharapkan komunikasi
dua arah dan memberikan supportif terhadap bawahan, pemimpin mau
mendengar keluhan dan perasaan bawahan dalam mengambil keputusan,
bantuan terhadap bawahan ditingkatkan tetapi pelaksanaa keputusan tetap
pada pemimpin.
c. Perilaku partisipatif adalah control atas pemecahan masalah dan
pengambilan keptusan antar pimpinan dan bawahan yang seimbang,
pemimpin dan bawahan juga sama-sama terlibat dalam pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan, komunikasi dua arah makin
mningkat, pemimpin mendengarkan secara intensif keluhan bawahannya,
keikutsertaan bersama dalam pemecahan dan pengambilan keputusan
makin bertambah.
d. Perilaku delegatif adalah pemimpin mendiskusikan masalah yang
dihadapinya dengan bawahan dan selanjutnya mendelegasikan
pengambilan keputusan seluruhnya kepada bawahan, bawahan diberi hak
menentukan langkah-langkah bagaiman keputusan dilaksanakan, dan
bawahan diberikan wewenang untuk menyelesaikan tugas-tugas sesuai
dengan keputusan sendiri.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Temuan Masalah
1. Kondisi Pendidikan di Indonesia
Salahsatu hal yang menjadi penghambat dalam menciptakan pemimpin
yang bermutu ialah dari kualitas pendidikan di Indonesia sangatlah rendah,
tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi pendidikan saat ini, bisa kita lihat dari faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal meliputi staf-staf yang berperan di
pemerintahan seperti, departemen pendidikan nasional, dinas pendidikan
daerah, serta sekolah-sekolah yang sudah maju di bidang pendidikan.
Selanjutnya dari faktor eksternal, meliputi masyarakat pada umumnya yang
mana masyarakat sebagai ikon dan juga merupakan tujuan dari adanya
pendidikan itu sendiri Oleh karena itu, pendidikan di indonesia harus bekerja
sama antara pemerintahan dengan masyarakat, agar kualitas pendidikan dapat
terus berkembang.
Masalah pertama yang sering terjadi dalam bidang pendidikan diantaranya
adalah pendidikan yang tidak merata. Pendidikan yang tidak merata ini
biasanya terjadi karena banyak pemimpin yang memikirkan pendidikan,
namun mereka hanya memandangnya dari sudut pandang secara umum saja,
yaitu perhatian mereka hanya terpusat untuk mengembangkan pendidikan di
kota-kota besar. Padahal masih banyak daerah-daerah lain yang belum
terpenuhi haknya dalam mendapatkan pendidikan. Daerah yang memerlukan
perhatian dalam masalah rendahnya pemerataan pendidikan adalah daerah
pelosok negeri atau terpencil. Selain akses dan distribusi yang sulit, akses
pendidikan pun sulit diselenggarakan di daerah-daerah tersebut, terutama
daerah tertinggal. Ketidakseimbangan pemerataan pendidikan ini terlihat jika
dibandingkan dengan daerah di pusat kota atau pemerintahan, dimana di
tempat tersebut memiliki akses pendidikan yang cenderung merata.
Masalah kedua yaitu rendahnya kesempatan masyarakat dalam
mendapatkan pendidikan dikarenakan faktor ekonomi. Semakin tingginya era
globalisasi, semakin tinggi pula tingkat ekonomi yang diperlukan, salah
satunya dalam hal meraih ilmu. Kini, banyak anak yang putus sekolah
dikarenakan ketidakmampuan orangtua mereka.
B. Pemecahan Masalah
Untuk meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan berbagai
langkah akan diambil seperti peningkatan jumlah anak yang ikut merasakan
pendidikan, akses terhadap pendidikan ini dihitung berdasarkan angka
partisipasi dari berbagai tingkat sekolah. Ada dua solusi yang dapat mengatasi
masalah kepemimpinan, yaitu solusi sistemik dan solusi teknis. Solusi
sistemik adalah dengan cara mengubah sistem-sistem sosial dengan sistem
pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan
sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia
sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalis yang
berprinsip antara lain meminimalkan pendanaan pendidikan. Sedangkan
solusi teknis adalah solusi yang menyangkut hal-hal teknis berhubungan
langsung dengan pendidikan.
Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah pertama
untuk masalah pendidikan yang tidak merata dapat diatasi oleh seorang
pemimpin yang harus bisa lebih membuka mata mereka untuk melihat sisi
lain dari suatu daerah, mengambil langkah yang tepat dan sistematis, serta
memiliki tekad dan kemauan keras untuk merubah nasib bangsa melalui
pendidikan. Selanjutnya, untuk solusi dari masalah yang kedua yaitu
rendahnya kesempatan masyarakat dalam mendapatkan pendidikan yang
disebabkan oleh faktor ekonomi dapat diatasi oleh seorang pemimpin yang
dapat memberi bukti bukan hanya janji-janji belaka, seorang pemimpin harus
bisa merasakan apa yang dirasakan oleh bawahannya, dan menambah rasa
empati dan kepedulian terhadap sesama.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi
ketidak merataan pendidikan ini dengan cara Wajib Belajar Sembilan
Tahun, pemberian beasiswa-beasiswa bagi masyarakat yang kurang
mampu atau miskin, kemudian memberikan Bantuan Dana Operasional
(BOS). Walaupun sudah diadakan sekolah gratis, Bantuan Dana Operasional
(BOS), ataupun alokasi dana BBM, namun bantuan yang diberikan belum
merata.
Masih banyak masyarakat miskin yang tidak mendapatkan apa yang
seharusnya mereka dapatkan, padahal seluruh rakyat berhak mendapatkan
pendidikan yang layak. Selain program-program tersebut, masih ada
program-program dari pemerintah sebagai upaya mengatasi permasalahan
pemerataan kesempatan pendidikan di Indonesia seperti SM3T, yaitu program
untuk menempatkan guru-guru selama satu tahun ke daerah terpencil untuk
membangun pendidikan yang lebih baik di daerah tersebut. KIP (Kartu
Indonesia Pintar) dan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu), yang
digunakan bagi siswa tidak mampu agar mendapatkan bantuan agar dapat
melanjutkan sekolah. Terdapat program PJJ (Pendidikan Jarak Jauh) untuk
memfasilitasi orang-orang yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan
tinggi yang mengalami kendala jarak dan waktu sehingga dapat menempuh
jalur perkuliahan ini. Program PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang
diperuntukkan bagi lulusan S1 pendidikan yang ingin menjadi guru
profesional demi meningkatkan kualitas tenaga pendidik yang pada akhirnya
dapat meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kepemipinan adalah kemampuan dalam kesiapan yang dimiliki seseorang
untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan,
mengarahkan, dan jika perlu memaksa orang lain atau kelompok agar dapat
menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya terbuat sesuatu yang dapat
membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Fungsi kepemimpinan pendidikan yang berhubungan dengan tujuan yang
hendak dicapai antara lain: memikirkan, merumuskan dengan teliti tujuan
kelompok serta menjelaskan supaya anggota-anggota selalu dapat menyadari
dalam bekerja sama mencapai tujuan.

B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini, kami sebagai penulis berharap
khususnya untuk kita sebagai Mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam
agar lebih paham mengenai kepemimpinan Pendidikan, agar kelak jika
kita menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi atau lembaga pendidikan
dapat melakukan tugas pokok dan fungsi didalamnya sebaik dan
semaksimal mungkin. Karena seorang pemimpin organisasi harus
memiliki kemampuan mempengaruhi anggota dengan baik juga
kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercepai secara efektif dan
efisien, tidak hanya sibuk dengan dirinya sendiri tanpa melupakan faktor-
faktor diluar organisasi dan mampu membuat kebijakan maupun tindakan
dalam sebuah organisasi atau lembaga pendidikan secara sistematis.

Kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna


memperbaiki makalah ini agar lebih baik, sehingga menjadi pelajaran juga
evaluasi untuk teman-teman semua agar kedepannya dapat menyusun
makalah jauh lebih baik lagi dari kelompok kami.
DAFTAR PUSTAKA

Aniatih, 2014. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan

http://www.kepemimpinan.uin.jogja.ac.id, diakses 6 April 2024

Prasetyo, Adhi. 2020. Fungsi dan Peranan Kepemimpinan Pendidikan


https://ejournal.staida-krempyang.ac.id diakses 6 April 2024

Purwanto, Ngalim. 2017. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.

Universitas Muhammadiyah Makasar https://digilibadmin.unismuh.ac.id


diakses 6 April 2024

Ukhuwahislah. 2022, Peran serta Pengaruh Kepemimpinan dalam pendidikan

https://digilib.uinsby.ac.id. diakses 6 April 2024

Anda mungkin juga menyukai