Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEPEMIMPINAN MUTU

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Manajemen Mutu
Terpadu yang diampu oleh
Dr.H.Endang Herawan,M.Pd
Dr.H.Nur Aedi,M.Pd

disusun oleh:
Amel Santie Putri 1905586
Rifa Istiqomah Athiatullah 1901276
Salma Kamilawati 1909407

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
PRAKATA

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat-Nya
berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga Penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “KEPEMIMPINAN MUTU” ini selesai tepat
pada waktunya. Dengan hadirnya makalah ini, diharapkan dapat memberikan
informasi dan pengetahuan wawasan bagi para pembaca, khususnya mahasiswa
program studi Administrasi Pendidikan.
Sholawat dan salam tetap tercurahkan limpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat dan pengikutnya. Penyusun menyadari
tanpa bantuan dari semua pihak, penulisan makalah ini mungkin tidak dapat
terlaksana. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada
Dr.H.Endang Herawan,M.Pd dan Dr.H.Nur Aedi,M.Pd selaku dosen pengampu
yang telah memberikan pengarahan sehingga makalah ini dapat diselesaikan
sesuai waktu yang telah ditentukan.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan yang penyusun miliki.
Sehingga, penyusun sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah yang selanjutnya dapat disusun dengan
lebih baik lagi. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan para pembaca.

Bandung, April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

PRAKATA.........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan dan Manfaat...............................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Konsep Dasar Kepemimpinan................................................................................3
a. Definisi Kepemimpinan.....................................................................................3
b. Fungsi kepemimpinan........................................................................................3
B. Gaya Kepemimpinan..............................................................................................5
C. Pentingnya Kepemimpinan Mutu Kepala Sekolah.................................................6
D. Kepemimpinan Mutu Kepala Sekolah....................................................................7
E. Model Kepemimpinan Mutu..................................................................................9
F. Peningkatan Mutu Pendidikan..............................................................................11
G. Studi Kasus: Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah MAN Godean...................13
BAB III...........................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................16
A. Simpulan..............................................................................................................16
B. Saran....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan
dalam organisasi, baik buruknya organisasi, sering kali sebagian besar
tergantung pada faktor pemimpin. Berbagai riset juga telah membuktikan
bahwa faktor pemimpin memegang peranan penting dalam pengembangan
organisasi.
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu organisasi
atau lembaga pendidikan, terletak pada kemampuan pemimpin sebagai
manager yang mengetahui berbagai kejadian dilapangan. Seorang
pemimpin harus dapat mengukur sejauh mana output yang dihasilkan oleh
lembaga pendidikan, sehingga konsumen dalam hal ini pelanggan yang
menggunakan hasil lulusan lembaga pendidikan menjadi puas. 

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep dasar kepemimpinan?
2. Apasaja gaya kepemimpinan?
3. Apa saja model kepemimpinan mutu?
4. Bagaimana peran kepala sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan
di sekolah?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengetahui konsep dasar kepemimpinan
2. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan
3. Untuk mengetahui dan memahami model-model kepemimpinan mutu
4. Untuk memahami peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Kepemimpinan

a. Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan (leadership) berbeda dengan pemimpin (leader).
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi tingkah laku
orang atau kelompok dengan maksud mencapai tujuan yang diinginkan
bersama. Sedangkan pemimpin adalah seseorang atau sekelompok orang
seperti kepala, komandan, ketua dan sebagainya. Robbins (1991)
mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi
sekelompok anggota agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran yang
ditetapkan.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau
kelompok dalam situasi tertentu untuk tujuan bersama. Artinya terjadi
proses interaksi antara pemimpin, yang dipimpin, dan situasi. Dengan
demikian, kepemimpinan seyogianya melekat pada diri pemimpin dalam
wujud kepribadian (personality), kemampuan (ability), dan kesanggupan
(capability) guna mewujudkan kepemimpinan bermutu atau Total Quality
Management (TQM).
Kepemimpinan adalah unsur penting dalam TQM. Maka dapat
dikatakan bahwa pemimpin yang efektif menurut konsep TQM adalah
pemimpin yang sensitif atau peka terhadap adanya perubahan dan
pemimpin yang melakukan pekerjaannya secara terfokus. Dalam konsep
TQM, memimpin berarti menentukan hal-hal yang tepat untuk dikerjakan,
menciptakan dinamika organisasi yang dikehendaki agar semua orang
memberikan komitmen, bekerja dengan semangat dan antusias untuk
mewujudkan hal-hal yang telah ditetapkan.
b. Fungsi kepemimpinan
Menurut Nawawi (1995) secara operasional dapat dibedakan menjadi
lima terkait fungsi pokok kepemimpinan:

1. Fungsi instruktif. Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah.
Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan
pelaksanaannya pada orang-orang yang dipimpin. Pemimpin sebagai
komunikator merupakan pihak yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana
(cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan, dan
melaporkan hasilnya) dan di mana (tempat mengerjakan perintah) agar
keputusan dapat diwujudkan secara efektif.
2. Fungsi konsultatif. Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah,
meskipun pelaksanaannya sangat tergantung pada pihak pemimpin. Pada tahap
pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerap kali
memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya berkomunikasi
dengan orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi itu dapat dilakukannya
secara terbatas hanya dengan orang-orang tertentu saja, yang dinilainya
mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukannya dalam menetapkan
keputusan.
3. Fungsi partisipasi. Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah,
tetapi juga berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara
pemimpin dengan sesama orang yang dipimpin. Dalam menjalankan fungsi ini
pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam
keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap
anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi
dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai
dengan posisi/jabatan masing-masing.
4. Fungsi delegasi. Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan
wewenang membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun
tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi ini mengharuskan pemimpin
memilahmilah tugas pokok organisasinya dan mengevaluasi yang dapat dan
tidak dapat dilimpahkan pada orang-orang yang dipercayainya. Fungsi
delegasi pada dasarnya memberi kepercayaan. Pemimpin harus bersedia dan
dapat mempercayai orang-orang lain, sesuai dengan posisi/jabatannya, apabila
diberi/mendapat pelimpahan wewenang.
5. Fungsi pengendalian. Fungsi ini cenderung bersifat komunikasi satu arah ,
meskipun tidak mustahil untuk dilakukan dengan cara komunikasi dua arah.
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses mampu
mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang
efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal
sehubungan dengan itu berarti fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui
kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan.

Selanjutnya terkait dengan fungsi pimpinan, pemimpin juga memiliki


peranan sebagai berikut: 1) Membantu menciptakan iklim sosial yang
baik. 2) Membantu kelompok untuk mengorganisasikan diri. 3) Membantu
kelompok dalam menetapkan prosedur kerja. 4) Mengambil tanggung
jawab untuk menetapkan keputusan bersama dengan kelompok. 5)
Memberi kesempatan pada kelompok untuk belajar dari pengalaman.

B. Gaya Kepemimpinan

Pada tahun 1960-an berkembang teori kepemimpinan yang dinamakan


pola manajerial. Kepemimpinan dipengaruhi oleh dua perhatian manajerial
yang mendasar, yaitu perhatian terhadap produksi/ tugas dan perhatian
terhadap manusia. Menurut teori ini ada 4 (empat) gaya dasar
kepemimpinan, yaitu:

1. Gaya manajemen tugas, pemimpin menunjukkan perhatian tinggi terhadap


produksi, tetapi perhatian rendah terhadap manusia,
2. Gaya manajemen country club, pemimpin memperlihatkan perhatian yang
tinggi terhadap manusia, tetapi perhatian rendah terhadap produksi,
3. Gaya manajemen miskin, pemimpin tidak terlalu menunjukkan perhatian, baik
terhadap produksi maupun manusia,
4. Gaya manajemen tim, pemimpin menunjukkan perhatian tinggi baik terhadap
produksi maupun terhadap manusia. Menurut teori ini gaya manajemen tim,
yang pada dasarnya sama dengan gaya demokratis merupakan gaya
kepemimpinan yang terbaik untuk semua orang dalam segala situasi.

Sementara itu, Contingency Theory Leadership menyatakan bahwa ada


kaitan antara gaya kepemimpinan dengan situasi tertentu yang
dipersyaratkan. Menurut teori ini seorang pemimpin akan efektif jika gaya
kepemimpinannya sesuai dengan situasi yang terjadi. Pendekatan ini
menyarankan bahwa diperlukan dua perangkat perilaku untuk
kepemimpinan yang efektif, yaitu perilaku tugas dan perilaku hubungan.
Dengan kedua perangkat ini maka kemungkinan akan melahirkan empat
gaya kepemimpinan, yaitu (1) mengarahkan, gaya kepemimpinan ini
perilaku tugas tinggi, perilaku hubungan rendah, (2) menjual, perilaku
tugas maupun perilaku hubungan sama tinggi, (3) ikut serta, perilaku tugas
rendah sedangkan perilaku hubungan tinggi, (4) mendelegasikan, baik
perilaku tugas maupun perilaku hubungan sama rendah.
Pengembangan baru dari teori ini yang dapat dikatakan sebagai
kalangan moderat, menggambarkan bahwa ada 4 (empat) tipe atau gaya
kepemimpinan, yaitu:

1. Mengarahkan (directive), gaya ini sama dengan gaya otokratis, jadi bawahan
mengetahui secara persis apa yang diharapkan dari mereka,
2. Mendukung (supportive), pemimpin bersifat ramah terhadap bawahan,
3. Berpartisipasi (participative), pemimpin bertanya dan menggunakan saran
bawahan,
4. Berorientasi pada tugas (task oriented), pemimpin menyusun serangkaian
tujuan yang menantang untuk bawahannya.

Meskipun demikian, diakui bahwa dalam manajemen modern, gaya


kepemimpinan yang paling tepat untuk dikembangkan adalah gaya
kepemimpinan yang partisipatif atau fasilitatif serta involvement-oriented
style yang terpusat pada komitmen dan keterlibatan pegawai.
C. Pentingnya Kepemimpinan Mutu Kepala Sekolah

Terwujudnya pendidikan yang berkualitas tidak bisa dipisahkan


dengan upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai pemimpin.
Banyak hasil riset dan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli yang
menyatakan ada keterkaitan antara peningkatan mutu pendidikan dengan
kepemimpinan kepala sekolah, ini menunjukkan begitu pentingnya fungsi
kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah, seperti dikemukakan
Richard Gordon (2007) yang menyatakan: bahwa dalam literatur
profesional tentang administrasi ditekankan bahwa tanggung jawab utama
administrator sekolah adalah sebagai pemimpin. Umumnya mereka
sependapat bahwa kepemimpinan diperlukan untuk memperbaiki kinerja
sekolah. Demikian juga menurut Mulyasa (2012) bahwa: Kepemimpinan
pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam membangun sekolah
efektif, hal yang sama dikemukakan Wahjosumijo (2013): Kepemimpinan
adalah suatu kekuatan penting dalam pengelolaan, oleh sebab itu
kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk menjadi
seseorang manajer yang efektif. Pandangan yang sama dikemukakan oleh
Husaini Usman (2012): Pentingnya keberadaan kepemimpinan mutu untuk
melaksanakan peningkatan mutu tidak dapat diabaikan. Tanpa
kepemimpinan yang bermutu sulit untuk meningkatkana mutu. Prasyarat
untuk meningkatkan mutu adalah kepemimpinan yang bermutu.

D. Kepemimpinan Mutu Kepala Sekolah

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu aspek yang


penting dan menjadi nilai kunci dalam mewujudkan pendidikan yang
kualitas. Tanpa kepemimpinan kepala sekolah, maka proses peningkatan
kualitas tidak dapat dilakukan secara rutin, karena untuk meningkatkan
mutu perlu adanya komitmen pimpinan terhadap mutu, upaya
mempengaruhi dan menggerakkan personil agar bekerja dengan baik, serta
memberdayakan sumber daya yang ada di sekolah untuk selalu melakukan
perbaikan secara berkelanjutan sehingga para pelanggan puas terhadap
layanan yang diberikan sekolah. Seorang pemimpin yang melaksanakan
kepemimpinan mutu akan berusaha untuk meningkatkan kinerja setiap
personil dan sumber daya organisasi lainnya sehingga terjadi peningkatan
produktivitas kerja individu maupun lembaga. Dengan terwujunya
produktivitas kerja ini dapat melahirkan kebanggaan bagi setiap personil.
Menurut Nanang Fattah dan Mohammad Ali (2007) dalam menjalankan
fungsi kepemimpinan mutu, pemimpin pendidikan harus dapat membantu
menciptakan iklim sosial yang baik sehingga dapat tercipta suasana
persaudaraan serta kerja sama yang penuh rasa kebebasan.
Kepemimpinan mutu dalam suatu organisasi tidak terwujud dengan
begitu saja, tetapi perlu adanya usaha dan komitmen dari pimpinan untuk
mewujudkan lembaga yang bermutu serta dukungan yang positif dari
semua staf yang terlibat dalam kegiatan tersebut untuk melaksanakan tugas
dengan baik, melakukan perbaikan berkelanjutan, bekerja sama dan
berupaya meningkatkan kemampuannya. Menurut Oakland (dalam
Dorothea, 2002:106) ada 10 elemen proses dalam mewujudkan
kepemimpinan kualitas, antara lain:
1. Mendemonstrasikan kepemimpinan, yang meliputi tindakan untuk mengambil
inisiatif, memberikan contoh yang baik, memimpin para bawahan atau
pengikut dan memberikan inspirasi bagi rekan-rekannya, dan menunjukkan
komitmennya terhadap kualitas.
2. Membangun kesadaran, yang meliputi pendidikan secara mandiri pada proses
kepemimpinan kualitas, mendikusikan kepemimpinan kualitas, dan membantu
para pengikut menjadi lebih sadar terhadap kualitas.
3. Keterbukaan lini komunikasi, yang meliputi komunikasi vertikal dan
horizontal, komunikasi secara bebas dan terbuka, kepercayaan dan saling
menanggapi, mau mendengar, memberikan informasi secara terbuka pada
semua orang.
4. Menciptakan dorongan untuk mencapai tujuan, yang meliputi pendefinisian
visi dan misi, menyusun tujuan dan sasaran yang relevan yang disusun oleh
seluruh personil, dan menggunakan pandangan jangka panjang.
5. Fokus pada pelanggan, mengerti kebutuhan pelanggan, harapan, dan
persyaratan pelanggan, mengetahui kepuasan pelanggan, mau mendengarkan
pelanggan, dan melibatkan pelanggan dalam perencanaan dan pembuatan
keputusan.
6. Pengembangan kerja tim.
7. Memberikan dukungan, pelatihan, dan pendidikan.
8. Membangun tanggapan dan kepercayaan.
9. Menciptakan lingkungan yang mempromosikan continuous improvement,
yang meliputi memandang masalah sebagai kesempatan, melaksanakan
perbaikan, menguji nilai kebijakan, praktek, dan prosedur dan menghilangkan
rasa ketakutan.
10. Menggunakan tim yang melakanakan proses.
Jarome S.Arcaro (2006) menyatakan:” Seorang pemimpin mutu
didefinisikan sebagai orang yang mengukur keberhasilannya dengan
keberhasilan individu-invividu di dalam organisasi. Pemimpin mutu dalam
pendidikan ditandai dengan kemampuannya untuk menggambarkan visi
lembaga kepada para stafnya yang ada sekolah serta mengilhami para staf
untuk mengambil langkah-langkah atau tindakan yang diperlukan guna
mewujudkan visi tersebut.

E. Model Kepemimpinan Mutu

Dalam manajemen mutu dikenal salah satu pendekatan dalam


kepemimpinan mutu, yaitu kepemimpinan transformasional. Menurut
Gaspert (2005) Model kepemimpinan ini sesuai dengan tuntutan
manajemen mutu, karena dalam implementasinya menuntut tanggung
jawab bersama dan pemberdayaan, hal ini terakomodasi dalam model
kepemimpinan tranformasional. Menurut Burns (dalam Aan dan
Cepi,2004) menjelaskan kepemimpinan tranformasional sebagai proses
yang pada dasarnya para pemimpinan dan pengikut saling menaikan diri
ketingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Dalam kepemimpinan
transformasional, pemimpin akan berusaha mengubah seluruh organisasi
dengan mentranformasikan organisasi menuju pandangan apa yang harus
dilakukan organisasi dan bagaimana seharusnya organisasi itu berjalan
dalam menuju sasaran kualitas yang telah ditetapkan, karena itu dalam
kepemimpinan transformasional, pemimpinan selain memperhatikan
kinerja organisasi, juga memperhatikan aspek manusiawi personil yang
terlibat, seperti kemerdekaan, keadilan dan kemanusiaan.
Pemimpin tranformasional adalah seorang pemimpinan yang memiliki
pandangan bukan saja untuk merespons kepentingan saat ini maupun masa
yang akan datang. Menurut Covey dan Peters (dalam Aan dan Cepi, 2004),
seorang pemimpin transformasional memiliki visi yang jelas, memiliki
gambaran holistis tentang bagaimana organisasi di masa depan ketika
semua tujuan dan sasarannya telah tercapai. Dengan demikian
kepemimpinan trasnformasional dapat memberikan pengaruh yang kuat
dalam penyusunan rencana strategis untuk mutu yang didalamnya
mengandung arah dari tujuan perbaikan mutu yang dilakukan terus-
menerus, serta membuat keputusan yang efektif berkenaan dengan
perbaikan mutu yang dilakukan secara terus-menerus guna meningkatkan
kinerja organisasi, sehingga layanan yang diberikan dapat memuaskan
pelanggan internal dan eksternal.
Selanjutnya, Jarome S. Arcaro (2006) mengembangkan konsep
kepemimpinan mutu mengacu pada konsep tanggung jawab bersama
antara pimpinan dengan yang dipimpin dan pemberdayaan personil yang
telibat dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, dan ia
memvisualisasikan gagasannya dalam bentuk Piramida Kepemimpinan
Mutu di bawah ini:
Kepemimpinan
Arcaro (2006) mengemukakan, dalam piramida kepemimpinan
mutu ini setiap orang adalah pimpinan. Karena itu ia bertanggung jawab
dalam masalah mutu. Pemimpin mutu yang mencerahkan dan mendorong
para stafnya untuk mencapai tujuan utama organisasi. Dalam piramida
kepemimpinan mutu, dewan sekolah, pengawas dan administrator harus
memberikan kepada staf dan guru sejumlah sumber daya yang diperlukan
untuk menunjang keberhasilannya. Dengan konsep kepemimpinan mutu
seperti itu, ini berarti bahwa kekuasaan absolute yang selama ini melekat
dan dimiliki dewan sekolah, pengawas dan administrator dalam mengelola
lembaga tidak bisa dipertahankan lagi dalam mencapai visi mutu
pendidikan. Namun ini tidak berarti dewan sekolah, pengawas dan
administrator tidak memiliki kewenangan dalam mengambil keputusan
yang menjadi wewenangnya berdasarkan peraturan yang berlaku, serta
merefleksikan kepedulian, pendapat, sikap dan kepentingan seluruh staf
dan para pelanggannya.
Sebagai pemimpin mutu, bertanggung jawab untuk mewujudkan
visi dengan melaksanakan tugas sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya. Dan tiap orang bertanggung jawab menghilangkah kendala
pencapaian kinerja yang tinggi. Berkenaan dengan peranan guru untuk
mewujudkan visi sekolah, seorang guru sebagai orang yang berhubungan
langsung dengan pelanggan utama, yaitu siswa. Guru mesti mengajak
siswanya untuk memandang dirinya sebagai pemilik visi dan mesti
berkeinginan untuk mendengarkan dan bertindak berdasarkan gagasan
inovatif dan kreatif siswa dan guru dalam mancapai visi tersebut.

F. Peningkatan Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan merupakan isu yang sangat penting dan kompleks


karena melibatkan berbagai komponen dan dimensi yang saling berkaitan
satu sama lainnya, mencakup konteks dan proses yang terus berkembang,
dalam konteks pendidikan khususnya di sekolah. Secara umum dapat
dinyatakan bahwa kunci mutu pendidikan nasional terletak pada mutu
pendidikan (sekolah) dan kunci mutu sekolah terletak pada mutu kegiatan
belajar mengajar di kelas. Mutu kegiatan belajar mengajar pada akhirnya
diukur dari mutu hasil belajar yang dicapai siswa. Pada hakekatnya
sekolah sebagai sebuah sistem yang harus dikembangkan secara terus
menerus dan menjadi sistem yang utuh dan mandiri dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Peningkatan kualitas belajar
siswa merupakan sebuah upaya kolektif dan tanggung jawab bersama dari
semua komponen yang ada di sekolah dimana dalam pencapaiannya
diperlukan kemampuan, kemauan, dan komitmen yang tinggi.
Kepala sekolah merupakan komponen yang memegang peranan
penting dalam pengembangan mutu pendidikan. Kepala sekolah memiliki
peran yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan
menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia guna
menunjang peningkatan mutu pendidikan. Kepemimpinan kepala sekolah
merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat
mewujudkan tujuan sekolahnya melalui program-program yang
dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Kepala sekolah dalam
menetapkan tujuan program disesuaikan dengan visi dan misi sekolah
yang di dalamnya merupakan fundamental sekolah berlandaskan landasan
pendidikan, undang-undang dan peraturan, tantangan masa depan, nilai
dan harapan masyarakat. Kemudian juga kepala sekolah memperhatikan
tantangan-tantangan nyata dan output sekolah dalam menetapkan tujuan
sekolah.
Kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan
kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan
inisiatif prakarsa menuangkan tujuan sekolah dalam strategi
kepemimpinan pengembangan mutu sekolah. Tentunya juga dalam
realisasi pembentukan program, kepala sekolah berlandaskan nilai-nilai
idealisme yang diterapkan dalam strategi kepemimpinannya dimana
tertuang dalam teori, baik terkait konsep manajemen, kepemimpinan
maupun budaya mutu. Keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah dalam
peningkatan mutu akan ditunjukkan sejauh mana sekolah tersebut
memungkinkan dalam mencapai suatu keberhasilan pendidikan.

G. Studi Kasus: Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah MAN Godean

Kepemimpinan kepala madrasah merupakan bagian penting yang turut


menentukan gagal dan berhasilnya madrasah dalam mencapai tujuan.
Keberhasilan kepala madrasah dalam melaksanakan kepemimpinannya
mampu menggerakkan semua sumber daya manusia yang ada di madrasah
dalam peningkatan mutu layanan pendidikan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Karena kepala madrasah sebagai pemimpin di
lembaganya, kepala madrasah harus mampu membawa lembaganya ke
arah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Kepala madrasah selaku pemimpin dalam lembaga pemimpin
hendaknya juga harus selalu mengembangkan diri untuk bisa
menyesuaikan gaya seperti apa yang akan diperankan dalam situasi dan
kondisi yang ada, karena gaya kepemimpinan sangat menentukan
keberhasilan kepemimpinan kepala madrasah dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan bersama. Oleh karena itu, kepala madrasah dituntut
memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar
mampu meningkatkan mutu layanan pendidikan serta mencapai tujuan
madrasah. Untuk mempengaruhi bawahan kepala madrasah, seorang
pemimpin memerlukan gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan
merupakan cara yang digunakan kepala madrasah dalam mempengaruhi
bawahan. Gaya efektif tergantung pada situasi dan kondisi madrasah itu
sendiri. Kepala madrasah harus mampu menganalisis situasi dan kondisi
madrasah, sehingga gaya kepemimpinan yang digunakan sangat tepat
dengan situasi dan kondisi madrasah itu sendiri, sehingga rencana kegiatan
yang sudah ditetapkan bersama mampu dilaksanakan dengan baik yang
akhirnya akan mampu meningkatkan mutu layanan pendidikan di
madrasah.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara yang telah peneliti lakukan
menghasilkan gambaran bahwa gaya kepemimpinan MAN Godean
Sleman Yogyakarta bahwa kepemimpinan kepala madrasah menggunakan
gaya kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan demokratis itu
sendiri yaitu pengembangan sumber daya, kreativitas, dan pengembangan
partisipatif yang didukung penuh oleh kepala madrasah, kepala madrasah
mengadakan musyawarah dengan mufakat dalam setiap merencanakan dan
mengevaluasi kegiatan madrasah. Hal ini sesuai dengan pemaparan kepala
madrasah: “Pengembangan sumber daya manusia banyak sekali caranya,
sekarang kebetulan bapak/ibu guru disini hampir sebagian sudah
menempuh jenjang pendidikan S2, kemudian disini ada MGMP
(Musyawarah Guru Mata Pelajaran) dan juga seminar-seminar serta
pelatihan-pelatihan. Yang kita tekankan untuk pengembangan guru
disamping ada PKG (Penilaian Kinerja Guru), ada pula PKB (Penilaian
Kinerja Berkelanjutan). Layanan pendidikan ada 2, yaitu akademik dan
non akademik. Non akademik meliputi bimbingan belajar, pendampingan
siswa, pembinaan-pembinaan prestasi, dan yang akademik sudah
terjadwal, yang biasanya dilakukan keseharian di madrasah (Wawancara
dengan Bapak Ulul Ajib, pada tanggal 27 Februari 2015). Disamping itu,
peneliti melakukan wawancara dengan lainnya, yaitu diantaranya dengan
Tri Al Muti’ah, beliau menyatakan bahwa: “Untuk mengikuti pelatihan
kepala madrasah sangat mendorong. Karena sering guru dan pegawai
dikirim untuk pelatihan-pelatihan dan workshop. Terus kalau dari
madrasah sendiri kita sering mengadakan workshop, peningkatan mutu dll.
Kemudian ada pengajian guru dan pegawai yang sudah setahun ini macet
dan akan kami hidupkan kembali (Wawancara dengan Ibu Tri Al Muti’ah,
pada tanggal 17 Februari 2015). Selain itu, Eka Widyaningrum juga
menambahkan bahwa: “Kalau ada pelatihan itu disarankan, selain itu juga
kepala madrasah memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk
melanjutkan pendidikan S2. Untuk mengurus surat izin untuk kuliah juga
tidak susah. Selain melanjutkan pendidikan S2 juga guruguru diberi tugas
untuk mendampingi anakanak kelas 1 dan kelas 2, jadi setiap guru diberi
murid untuk mengetahui seluk beluk murid tersebut (Wawancara dengan
Ibu Eka Widyaningrum, pada tanggal 17 Februari 2015). Disamping itu,
dalam kegiatan bimbingan BK yang dilakukan oleh Suwarti menjelaskan
bahwa: “Pendampingan dari BK biasanya bekerjasama dengan UKS , dari
UKS beker jasama dengan Puskesmas. Jadi BK setiap tahun mengadakan
sosialisasi tentang reproduksi. Tapi kadang juga bekerjasama dengan
perguruan tinggi seperti Stikes Surya Global yang jurusan kebidanan. Ada
juga melalui kajian kewanitaan setiap Jum’at dari Masjid Syuhada’.
Dilaksanakan ketika hari Jum’at, yang laki-laki sholat jum’at dan yang
perempuan kajian kewanitaan (Wawancara dengan Ibu Suwarti, pada
tanggal 17 Februari 2015). Dari pernyataan-pernyataan di atas,
pengembangan sumber daya dan kreativitas pendidik, tenaga kependidikan
dan siswa didukung penuh oleh kepala madrasah yaitu diantaranya
mengikuti lombalomba, pelatihan-pelatihan dan workshop, pendampingan
siswa, kegiatan pengembangan sumber daya dan kreativitas masing-
masing, seperti pelatihan peningkatan mutu, seminar, melanjutkan
pendidikan ke jenjang strata dua dan lain sebagainya. Dari beberapa
penjelasan di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan secara jelas bahwa
dalam meningkatkan mutu layanan pendidikan di MAN Godean Sleman
Yogyakarta menggambarkan aktivitas pendekatan yang lebih mengarah
pada keakraban (kekeluargaaan), semangat kepala madrasah untuk selalu
berubah dalam pengembangan diri, mengutamakan musyawarah mufakat,
kedisiplinan dalam menjalankan tugas, mampu menjadi teladan bagi
pendidik, tenaga kependidikan, siswa, melakukan monitoring supervisor,
pengembangan sumber daya dan kreativitas pendidik, tenaga
kependidikan, siswa, dan pengembangan partisispasi karyawan.
BAB III

PENUTUP
A. Simpulan
Kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen yang
sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam semua kelompok
masyarakat, baik itu keluarga, perkumpulan olah raga, unit kerja, maupun
organisasi lainnya, mesti terdapat seseorang yang paling berpengaruh
diantara anggota kelompok yang lainnya dan ia dapat dikatakan sebagai
seorang pemimpin. Organisasi akan sangat tidak efektif dan efisien
manakala tidak mempunyai seorang pemimpin, bahkan sangat
dimungkinkan tidak akan mampu mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan dalam organisasi menghadapi berbagai macam hal
diantaranya adalah struktur, koalisi, kekuasaan dan termasuk juga kondisi
lingkungan.  Disamping itu kepemimpinan juga berfungsi sebagai tempat
pemecahan masalah dan persoalan dalam organisasi.
Pemimpin mutu dalam pendidikan ditandai dengan kemampuannya
untuk menggambarkan visi lembaga kepada para stafnya yang ada sekolah
serta mengilhami para staf untuk mengambil langkah-langkah atau
tindakan yang diperlukan guna mewujudkan visi tersebut. Kepemimpinan
mutu dalam suatu organisasi tidak terwujud dengan begitu saja, tetapi
perlu adanya usaha dan komitmen dari pimpinan untuk mewujudkan
lembaga yang bermutu serta dukungan yang positif dari semua staf yang
terlibat dalam kegiatan tersebut untuk melaksanakan tugas dengan baik,
melakukan perbaikan berkelanjutan, bekerja sama dan berupaya
meningkatkan kemampuannya. Tanpa kepemimpinan kepala sekolah,
maka proses peningkatan kualitas tidak dapat dilakukan secara rutin,
karena untuk meningkatkan mutu perlu adanya komitmen pimpinan
terhadap mutu, upaya mempengaruhi dan menggerakkan personil agar
bekerja dengan baik, serta memberdayakan sumber daya yang ada di
sekolah untuk selalu melakukan perbaikan secara berkelanjutan sehingga
para pelanggan puas terhadap layanan yang diberikan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Ginting, Rosalina & Titik Haryati. (2012). Kepemimpinan dan Konteks


Peningkatan Mutu Pendidikan. Jurnal Ilmiah Civis, Vol. 2 (2).
Herawan, Endang. (2016). Kepemimpinan Mutu Kepala Sekolah dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan. Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 12 (2).
Oemar Hamalik, Psikologi Manajemen, (Trigenda Karya: Bandung, 1993), hlm.
32
Fandy Tjipto & Anastasya Diana, Total Quality Management, Edisi Revisi, (Andi
Offset: Jogjakarta,2001), hlm. 152

Anda mungkin juga menyukai