Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN

KEPEMIMPINAN

DOSEN : HAMDIAH, S.E.,M.Si


Disusun Oleh:
Kelompok 5
1. Nabila Maqhfirah (210410107)
2. Juliyanti (210410116)
3. M. Zaihan (210410119)
4. Sarah Akila (210410131)
5. Rahmawati (210410136)
6. Muhammad Riski (210410140)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.,

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Yang Maha
Penyayang kami panjatkan Puji dan Syukur Kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah tentang konsep “Kepemimpinan”.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga bisa mempelanjar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan semoga bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untu
pembaca. Terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena nya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami harap semoga makalah tentang Kepemimpinan yang


didalamnya dapat memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Wassalam.wr.wb...,

Bukit Indah, 30 Oktober 2021

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Definisi Kepemimpinan................................................................................3

B. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan....................................................4

C. Teori-Teori Kepemimpinan..........................................................................5

D. Tugas dan Fungsi Kepemimpinan.................................................................7

E. Gaya dan Model Kepemimpinan..................................................................8

F. Sifat-Sifat dan Tipe-Tipe Pemimpin...........................................................10

G. Ciri-Ciri Pemimpin.....................................................................................12

H. Intuitive Leader...........................................................................................13

I. Nilai-Nilai Kepemimpinan..........................................................................14

J. Pemimpin dan Power..................................................................................17

K. Kepemimpinan dan Perilaku.......................................................................18

L. Etika Kepemimpinan...................................................................................19

M. Kepemimpinan Spritual Tanpa Agama...................................................19

N. Kepemimpinan Berdasarkan Spritual Berdasarkan Agama........................21

O. Hal Hal Yang Menyebabkan Seseorang Menjadi Pemimpin......................22

P. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kualitas Kinerja................................23


iii
Q. Hubungan Pemimpin dan Karyawan..........................................................24

R. Beri Contoh Kasus dari Pemecahan atau Solusi Kasusnya.........................26

S. Isu Terkini Mengenai Kepemimpinan........................................................27

BAB III PENUTUP..............................................................................................29

A. Kesimpulan.................................................................................................29

B. Saran............................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepemimpinan merupakan masalah yang penting bagi suatu kelompok


atau organisasi kelembagaan. Hal ini dikarenakan pemimpin merupakan salah satu
faktor yang sangat berpengaruh bagi keberhasilan suatu organisasi atau lembaga
tersebut mencapai tujuan. Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang
harus dilaksanakan.

Kepemimpinan bisa juga diartikan sebagai kekuatan atau kemampuan


untuk menggerakkan orang dan mempengaruhi orang. Kepemimpinan dalam
pendidikan adalah segenap kegiatan dalam usaha mempengaruhi personal di
lingkungan pendidikan pada situasi tertentu agar mereka melalui usaha kerja sama
dan mau bekerja dengan penuh tanggung jawab dan ikhlas demi tercapainya
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. pemimpin dalam dunia pendidikan
terutama di perguruan tinggi disebut rektor. Ia memiliki peranan penting karena
mampu mempengaruhi, mengkoordinasi, membimbing dan mengarahkan serta
mengawasi semua personalia dalam hal yang ada kaitannya dengan kegiatan yang
dilaksanakan sehingga dapat tercapai tujuan pendidikan yang efektif dan efesien.

Sebagai pemimpin, rektor harus mampu mendorong semangat dan


kepercayaan diri dosen, staf dan mahasiswa/i dalam melaksanakan tugas masing-
masing.Setiap pemimpin dipilih karena dianggap memiliki visi dan misi yang
jelas. Suatu visi dan misi hanya bisa diwujudkan jika pemimpin itu melakukannya
secara sistematis, artinya suatu visi dan misi diwujudkan secara tahap demi tahap.
Karena suatu visi bisa diwujudkan oleh pemimpin yang memiliki pemahaman
visioner.Kemampuan visioner adalah kemampuan pemimpin untuk menciptakan
dan mengartikulasikan suatu visi yang nyata, dapat dipercaya, suatu atraktif

v
tentang masa depan bagi organisasi atau unit organisasional yang terus tumbuh
dan meningkat sampai saat ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana teori-teori kepemimpinan?


2. Bagaimana gaya dan model kepemimpinan?
3. Bagaimana sifat, tipe dan ciri-ciri pemimpin?
4. Bagaimana etika kepemimpinan?
5. Bagaimana hubungan pemimpin dan karyawan?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui teori-teori kepemimpinan


2. Untuk mengetahui gaya dan model kepemimpinan
3. Untuk mengetahui sifat, tipe dan ciri-ciri pemimpin
4. Untuk mengetahui etika kepemimpinan
5. Untuk mengetahui hubungan pemimpin dan karyawan

BAB II

PEMBAHASAN
vi
A. Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah suatu proses kegiatan sesorang dalam memimpin,


membimbing, mempengaruhi atau mengendalikan pikiran, perasaan atau tingkah
laku orang lain. Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995) mendefinisan kepemimpinan
sebagai proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para anggota dalam hal
sebagai aktifitas yang harus dilakukan. Griffin (2000) membagi pengertian
kepemimpinan menjadi 2 konsep yaitu sebagai proses dan sebagai atribut.

Sebgai proses kepemimpinan difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh


para pemimpin yaitu proses dimana para pemimpin menggunakan pengaruhnya
untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai, bawahan atau
dipipimpinnya, memotifasi mereka untuk mencapai tujuan tersebut serta
membantu menciptakan suatu budaya produktif dalam organisasi. Adapun dari
sisi atribut kepemimpinan adalah kumpulan karakteristik yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin. Oleh karena itu pemimpin dapat didefinisikan sebagai
seseorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain
tanpa menggunakan kekuatan sehingga orang-orang yang dipinpinnya menerima
dirinya sebagai sosok yang layak memimpin mereka.

Untuk memahami definisi kepemimpinan secara lebih dalam, ada beberapa


definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli,yaitu:

1. Stephen P.Robbins mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan untuk


mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya tujuan.

2. Richard L. Daft mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi


orang yang mengarah kepada pencapain tujuan.

3. G.R.Terry memberikan definisi Leadership is the activity of influencing people


to strive willingly for mutual objectives.

4. Ricky W. Griffin mengatakan pemimpin adalah individu yang mampu


mempengaruhi perilaku orang lain tanpa harus mengandalkan

vii
kekerasan,pemimpin adalah individu yang diterima oleh orang lain sebagai
pemimpin.

B. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan

Kepemimpinan (leardership) telah didefinisikan dengan berbagai cara


yang berbeda oleh berbagai orang yang berbeda pula. Menurut Stoner,
kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan
dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang
saling berhubngan tugasnya.
Kepemimpinan adalah bagian penting manajemen, tetapi tidak sama
dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai
seseorang untuk mempengaruhi orang-oranglain agar bekerja mencapai tujuan dan
sasaran. Manajemen mencakup kepemimpinan, tetapi juga mencakup fungsi-
fungsi lain seperti perencanaan pengorganisasian dan pengawasan.
Tujuan kepemimpinan adalah membantu orang untuk menegakkan
kembali, mempertahankan dan meningkatkan motofasi mereka. Jadi pemimpin
adalah orang yang membantu orang lain untuk memperoleh hasi-hasil yang
diinginkan. Kepemimpinan diwujudkan melalui gaya kerja atau cara bekerjasama
dengan orang lain yang konsisten. Melalui apa yang dikatakannya (bahasa) dan
apa yang diperbuatnya (tindakan), seseorang membantu orang-orang lainnya
untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Cara seseorang berbicara kepada orang
lainnya dan cara seseorang bersikap didepan oranglain merupakan suatu gaya
kerja. Pendekatan-pendekatan tersebut meliputi mengarahkan, melatih,
mendukung dan mendelegasikan.

C. Teori-Teori Kepemimpinan

1. Teori Orang-Orang Besar (Great Man Theory)

viii
Menurut teori ini seorang pemimpin besar terlahir sebagai pemimpin yang
memiliki berbagai ciri-ciri individu yang sangat berbeda dengan kebanyakan
manusia lainnya. Ciri-ciri individu tersebut mencakup karisma, intelegensia,
kebijaksanaa, dan dapat menggunakan kekuasaan yang dimilikinya untuk
membuat berbagai keputusan yang memberi dampak besar bagi sejarah manusia.
Karisma sendiri menunjukkan kepribadian seseorang yang dicirikan oleh persona
pribadi, daya tarik, yang disertai dengan kemampuan komunikasi interpersonal
dan presuasi yang luar biasa. Istilah karisma sendiri mulai masuk kedalam ranah
sosiologi setelah dipergunakan oleh Max Weber dengan pengertian sebagai
berikut: (kualitas tertentu dari kepribadian seorang individu yang memisahkan
dari orang kebanyakan serta dianggap sebagai adialami, adimanusia, atau paling
tidak ia dianggap memiliki kekuasaan atau kualitas yang luar biasa. Keadaan
seperti ini tidak dapat dilakukan oleh orang biasa sehingga orang yang memiliki
karisma dianggap memiliki anugrah dan atas dasar hal-hal tersebut diperlakukan
sebagai pemimpin) Great man theory sebagian besar bersandar kepada pendapat-
pendapat yang ditemukan oleh Thomas Carlyle diabad ke-19 yang pernah
menyatakan bahwa “The history of the word is but the biography of great man”
(Sejarah dunia tiada lain merupakan sejarah hidup orang-orang besar)

2. Teori Ciri-Ciri Pemimpin (Trait Theory)

Teori ini memfokuskan perhatiannya untuk mengidentifikasi berbagai


karakteristik kepemimpin yang menyebabkan seseorang dapat menjalankan
kepemimpinan secara efektif. Trait theory sendiri merupakan perkembangan lebih
lanju dari The Great Man theory dimana menurut teori yang disebut terakhir, para
pemimpin memang terlahir untuk menjadi pemimpin dan pemimpin itu bukan
diciptakan lender are born and not made.

3. Teori Perilaku (Behavioral Styles Theory)

ix
Berbagai penilitian awal menyimpulkan adanya 3 gaya kepemimpinan
yang terdiri dari : gaya kepemimpinan otoriter (authoritarian leadership style),
gaya kepemimpinan demokratis (democratic leadership style) dan gaya
kepemimpinan laissez-faire (laissez faire leadrship style). Dalam hal ini istilah
laissez faire dapat diterjemahkan menjadi jangan ganggu kami .dengan demikian
kepemimpinan yang menggunakan gaya kepemimpinan cenderung memberikan
kebebasan yang sangat besar kepada bawahannya untuk melakukan pekerjaan.

4. Teori Situasional (Situational Theory)

Salah seorang peneliti yang termasuk ke dalam mazhab teori situasi adalah
Fred E. Fledler (Kreitner, 2007) . Kongtingensi dari Fidler dibangun dari beberapa
asumsi utama sebagain berikut: (kinerji seorang pemimpin bergantung kepada dua
faktor yang saling berhubungan yaitu : sejauh mana situasi tertentu dapat
memberikan pemimpin tersebut kendali dan pengaruh – sehingga dia dapat
menyelesaikan pekerjaan dengan sukses, motivasi mendasar dari seorang
pemimpin yakni apakah kepuasan diri pemimpin tersebut tergantung terutama
pada penyelesaian pekerjaan ataukah bergantung kepada hubungan erat yang
bersifat mendukung dengan pihak lain).

5. Teori Kepemimpinan Trasanksi ( Transactional Leadership Theory)


Menurut teori ini para karyawan akan termotivasi oleh imbalan maupun
hukuman. Sistem sosial termasuk organisasi akan berjalan dengan baik apabila
terdapat sebuah rantai komando yang jelas. Seorang pemimpin akan dapat
menjalankan kepemimpinannya dengan efektif apabila ia mampu
mengembangkan stuktur kerja yang jelas sehingga para manajer tersebut akan
dapat merumuskan dengan tepat apa saja yang dibutuhkan oleh para bawahan agar
bisa melaksanakan pekerjaan dengan baik serta memberi imbalan yang sesuai
dengan kinerja yang di tunjukkan.

6. Teori Kepemimpinan Transformasi (Transformational Leadership Theory)

x
Pemimpin transformasi merupakan pemimpin visioner yang mengajak
sumber daya manusia organisasi bergerak menuju visi yang dimiliki oleh
pemimpin. Para pemimpin transformasi lebih mengandalkan karisma dan
kewibawaan (refent power) dalam menjalankan kepemimpinan nya. Karakteristik
pemimpin transformasi memiliki perbedaan dengan pemimpin transaksi, yaitu
pemimpin transasksi biasanya mengarahkan sumber daya manusia untuk
mencapai sesuatu sesuai dengan rencana dan lebih mengandalkan
kepemimpinannya kepada kekuasaan legitimasi atau otoritas formal.

D. Tugas dan Fungsi Kepemimpinan

Menurut Harbani Pasolong (2010:21) Tugas pemimpin dalam suatu


birokrasi sangat urgent dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tugas pemimpin pada dasarnya meliputi dua bidang utama, yaitu
pencapaian tujuan birokrasi dan kekompakkan orang yan dipimpinnya. Tugas
kepemimpinan yang berhubungan dengan kelompok yaitu:
1. Memulai (Initing)
Adalah usaha agar kelompok memulai kegiatan atau gerakan tertentu.
2. Mengatur (Regulating)
Adalah tindakan untuk mengatur arah dan langkah kegiatan kelompok.
3. Memberitahu (Informating)
Adalah kegiatan memberi informasi data, fakta, pendapat para anggota
dan meminta dari mereka informasi yang diperlukan.
4. Mendukung (Supporting)
Adalah usaha untuk menerima gagasan, pendapat, usul dari bawah dan
menyempurnakannya dengan menambah atau mengurangi untuk digunakan
dalam rangka penyelesaian tugas bersama.
5. Menilai (Evaluating)
Adalah tindakan untuk menguji gagasan yang muncul atau cara kerja yang
diambil dengan menunjukan kosekuensinya.

6. Menyimpulkan (Summrizing)
xi
Adalah kegiatan untuk mengumpulkan dan merumuskan gagasan,
pendapat dan usul yang muncul, menyingkat lalu menyimpulkannya sebagai
landasan untuk memikirkan lebih lanjut.

Fungsi-Fungsi Kepemimpinan
Pendekatan perilaku membahas orientasi atau identifikasi pemimpin.
Aspek pertama pendekatan perilaku kepemimpinan menekankan pada fungsi-
fungsi yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya. Agar kelompok berjalan
dengan efektif, seseorang harus melaksanakan dua Fungsi utama:
1. Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas ("task-related") atau
pemecahan masalah.
2. Fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok ("group-maintaenance") atau sosial.
Fungsi pertama menyangkut pemberian saran penyelesaian, informasi dan
pendapat. Fungsi kedua mencakup segala sesuatu yang dapat membantu
kelompok berjalan lebih lancar persetujuan dengan kelompok lain. Penengahan
perbedaan pendapat, dan sebagainya.

E. Gaya dan Model Kepemimpinan

Pandangan kedua tentang perilaku kepemimpinan memusatkan pada gaya


pemimpin dalam hubungannya dengan bawahan.para peneliti telah
mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan : gaya dengan orientasi tugas (task-
oriented) dan gaya dengan orientasi karyawan (employee-oriented).manajer
berorientasi tugas mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk
menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkannya.manajer dengan
gaya kepemimpinan ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan daripada
pengembangan dan pertumbuhan karyawan.manajer berorientasi karyawan
mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka.mereka
mendorong para anggota kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas dengan
memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan,menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-hubungan saling
mempercayai dan menghormati dengan para anggota kelompok:
xii
1. Gaya Kepemimpinan Transformasional
Seseorang dengan gaya kepemimpinan seperti ini memiliki ciri-ciri:
a. Mampu menjelaskan tujuan kepada anggota.
b. Memimpin tanpa harus berada di tempat.
c. Mendelegasikan tugas kepada anggota yang dianggap potensial.
d. Memiliki ekspektasi/harapan tinggi terhadap anggota.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Seseorang dengan gaya kepemimpinan seperti ini memiliki ciri-ciri:
a. Mengajak anggota untuk mengambil keputusan.
b. Mengutamakan diskusi dalam memunculkan ide.
c. Menganggap setara para anggota.
d. Tertarik pada gagasan orisinil anggota.
3. Gaya Kepemimpinan Suportif
Seseorang dengan gaya kepemimpinan seperti ini memiliki ciri-ciri:
a. Menyediakan kebutuhan anggota.
b. Terlibat bersama anggota untuk memecahkan masalah.
c. Menggunakan pendekatan personal dalam interaksi bersama anggota.
d. Mengutamakan hubungan dengan anggota dibandingkan pencapaian target.
4. Gaya Kepemimpinan Transaksional
Seseorang dengan gaya kepemimpinan seperti ini memiliki ciri-ciri:
a. Menekankan pada aturan atau kontrak kerja.
b. Memberikan hadiah atau sanksi pada kinerja anggota.
c. Tidak terlalu terbuka pada inovasi atau kreativitas dari anggota.
d. Sangat berorientasi pada pencapaian target.
5. Gaya Kepemimpinan Laissez-Faire
Seseorang dengan gaya kepemimpinan seperti ini memiliki ciri-ciri:
a. Memberikan kebebasan pada anggota.
b. Menyerahkan keputusan kepada anggota.
c. Membutuhkan anggota yang terampil dan aktif.
d. Lebih banyak mengambil peran untuk mengawasi kinerja anggota dari pada
terlibat langsung.
xiii
6. Gaya Kepemimpinan Karismatik
Seseorang dengan gaya kepemimpinan seperti ini memiliki ciri-ciri:
a. Mampu memberikan pengaruh melalui inspirasi.
b. Memiliki visi yang kuat dan mampu mengajak anggota untuk mencapainya.
c. Menjadi figur penting, yang ketiadaannya berpengaruh negatif bagi
organisasi.
d. Tidak banyak mengambil gagasan dari anggota.
7. Gaya Kepemimpinan Otokratis
Seseorang dengan gaya kepemimpinan seperti ini memiliki ciri-ciri:
a. Menghendaki kekuasaan penuh dalam memimpin.
b. Mengambil keputusan secara mutlak.
c. Anggota sebagai pelaksana perintah.
d. Jarang membuka komunikasi kepada anggota.

F. Sifat-Sifat dan Tipe-Tipe Pemimpin

Sifat-Sifat pemimpin
1. Kompeten
Menunjukkan kompetensi kepemimpinan dalam mengambil keputusan
yang tepat.
2. Berwawasan ke Depan
Dapat menetapkan tujuan secara menyeluruh, memiliki visi yang dapat
dikomunikasikan dengan baik dan kemudian dimiliki oleh seluruh anggota
organisasi, mempunyai gambaran bagaimana cara untuk meraih keberhasilan dan
menetapkan prioritas berdasarkan nilai-nilai inti perusahaan.
3. Menginspirasi
Memperlihatkan kepercayaan diri dalam semua interaksi, memegang
kendali, memiliki daya tahan, senantiasa berkomunikasi, memberi inpsirasi, dan
memberdayakan para karyawan untuk terus berprestasi.

4. Mengaktualisasi Diri
Terus mengembangkan potensi diri dan mencari tantangan baru.
xiv
5. Jujur & Rendah Hati
Selalu bersikap tulus, rendah hati, dapat diandalkan, dan jujur dalam
menjaga kepercayaan.

Tipe-tipe Pemimpin
Setiap pemimpin mempunyai kelebihan dan kelemahannya masing-masing
yang menjadikan mereka unik. Kelebihan dan kelemahan tersebut akan terangkum
ke dalam tipe-tipe pemimpin sebagai berikut :
1. Tipe Pemimpin Otoriter
Dari sekian banyak jenis kepemimpinan, gaya otoritatif adalah salah satu
yang paling kontroversial, tetapi juga yang paling efektif. Pemimpin mempunyai
wewenang penuh untuk melakukan apa yang diperlukan untuk mencapai sebuah
tujuan. Jika digunakan dengan baik, gaya otoriter ini sebenarnya dapat sangat
berguna jika sebuah perusahaan dibutuhkan untuk membuat keputusan yang cepat
dan efektif serta menjaga karyawan tetap dalam kondisi terbaiknya.
2. Tipe Pemimpin Karismatik
Pemimpin dengan tipe kepemimpinan karismatik memiliki kharisma atau
daya tarik untuk mempengaruhi dan menginspirasi banyak orang. Karyawan akan
merasa termotivasi atau bahkan tertarik untuk mengikuti jejak pemimpin yang
karismatik. Beberapa pemimpin yang karismatik biasanya sering mempunyai
jadwal untuk menjadi pembicara di acara-acara tertentu karena karisma yang
dimiliki mampu memberikan dampak positif kepada banyak orang.
3. Tipe Pemimpin Demokrasi
Kepemimpinan jenis ini ditandai oleh partisipasi kelompok dan opini-opini
nya diproduktifkan. Pihak pimpinan mengajukan tindakan-tindakan tertentu, akan
tetapi menunggu persetujuan kelompok dan berusaha memenuhinya.
4. Tipe Pemimpin Militeristis
Perlu di perhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan seorang
pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dalam
organisasi militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah bertipe
militeristis.
xv
5. Tipe Pemimpin Faternalistis
Kepemimpinan faternalistis mempunyai ciri tertentu yaitu bersifat
fathernal atau kepekaan. Pemimpin seperti ini menggunakan pengaruh sifat
kebapaan dalam menggerakkan bawahan mencapai tujuan.
6. Tipe Pemimpin Demokratis
Pemimpin demokratis adalah pemimpin yang partisipatif dan sangat
menerima masukan dari karyawannya. Dalam hal memimpin sebuah organisasi
atau perusahaan, tipe demokratis selalu mengutamakan komunikasi dan diskusi
tim untuk mengambil keputusan bersama-sama. Gaya demokrasi menjadi salah
satu gaya kepemimpinan yang efektif dan memiliki sejumlah manfaat seperti
mendorong kreativitas anggota tim, meningkatkan sense of belonging terhadap
perusahaan, dan membentuk kerja sama yang solid antar anggotanya.

G. Ciri-Ciri Pemimpin

Banyak ciri-ciri pemimpin dan kepemimpinan yang ditampilkan oleh para


pakar yang meliputi ciri-ciri fisik, ciri-ciri intelektual, dan ciri-ciri kepribadian.
Adapun ciri-ciri yang dimiliki oleh kebanyakan pemimpin yang baik dan
dijadikan perhatian para penilai, calon-calon pemimpin dalam latihan-latihan
kader kepemimpinan adalah sebagai berikut:

1. Persepsi Sosial

Persepsi sosial dapat diartikan sebagai kecakapan dalam melihat dan


memahami perasaan, sikap dan kebutuhan anggota-anggota kelompok.

2. Kemampuan Berpikir Abstrak

Kemampuan berpikir abstrak dapat dijadikan indikasi bahwa seseorang


mempunyai kecerdasan yang tinggi. Kemampuan abstrak yang sebenarnya
merupakan salah satu segi dari struktur intelegensi, khusus dibutuhkan oleh
seorang pemimpin untuk dapat menafsirkan kecenderungan-kecenderungan
kegiatan didalam kelompok dan keadaan umum diluar kelompok dalam
hubungannya dengan tujuan kelompok.
xvi
H. Intuitive Leader

Intuitive leader adalah pemimpin yang mempergunakan intuisi dalam


memimpin dan menjalankan organisasinya.Intuisi leader dilahirkan atas dasar
bakat alami (natural talent), yang dimiliki semenjak mulai berorganisasi dengan
sangat sederhana, dan ia semakin lama semakin berkembang dan mengembangkan
organisasinya. Kelemahannya bilamana organisasinya semakin besar dan leader
tidak siap, maka cenderung berhadapan dengan kegagalan, yaitu yang disebabkan
tidak mengapresiasi setiap perkembangan dan mengadopsi setiap sisi positif
tersebut.
Sifat-sifat kepemimpinan intuitif:
1. Mengedepankan kepentingan sendiri
2. Membuat keputusan secara sendirian
3. Lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan atau solusi-solusi teknis
4. Lebih suka member tahu dari pada mendengarkan
5. Menjalankan organisasi sesuai dengan selera pribadi
6. Memonopoli ganjaran
7. Mengontrol dengan cara melakukan inspeksi
Usulan / transformasi sifat atau karakteristik kepemimpinan:
1. Mengedepankan kepentingan kelompok
2. Pembuatan keputusan dalam sebuah tim
3. Focus kepada tugas manajerial (bukan teknis)
4. Komunikatif
5. Menjalankan organisasi sesuai dengan kerja dan tujuan yang hendak dicapai
6. Setiap prestasi diberi ganjaran
7. Mengontrol dengan cara memberikan eksepsi

I. Nilai-Nilai Kepemimpinan

xvii
Nilai-nilai kepemimpinan adalah sejumlah sifat-sifat utama yang harus
dimiliki seorang pemimpin agar kepemimpinannya dapat efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Danim (2012: 61) seseorang
yang menjalankan fungsi kepemimpinan setidaknya harus memiliki setidaknya
persyaratan atau sifat-sifat seperti : Bertakwa terhadp Tuhan Yang Maha Esa,
memiliki intelensi yang tinggi, berpengetahuan luas, baik teoritis maupun praktis,
memiliki fisik yang kuat, percaya diri, dapat menjadi anggota kelompok, adil dan
bijaksana, tegas dan berinisiatif, memiliki keputusan, memiliki kestabilan emosi,
sehat jasmani dan rohani, bersifat prosfektif.
1. Bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Pemimpin menghargai manusia karena seorang menyadari menyadari
bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan. Dengan demikian pemimpin tidak
melihat manusia dari segi agama, kondisi fisik, status sosial ekonomi, dan latar
belakang keturunan. Kesimpulannya pemimpin yang memiliki sifat bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa tidak akan menindas, karena menganggap semua
manusia sebagai makhluk Tuhan.
2. Memiliki Inteligensi yang Tinggi
Kemampuan analisis yang tinggi adalah syarat mutlak bagi kepemimpinan
yang efektif. Hal tersebut diperlukan karena seorang pemimpin sering kali
dihadapkan pada situasi yang dilematis sebelum mengambil keputusan.
Organisasi yang besar menuntut seorang pemimpin yang berpikir secara luas,
mendalam, dan dapat memecahkan masalah dalam waktu relatif singkat.
3. Berpengetahuan Luas Baik Teoritis Maupun Praktis
Banyaknya kegagalan seorang pemimpin antara lain disebabkan oleh
rendahnya kemampuan teoritis dan ketidakmampuan bertindak secara praktis.
Sebaliknya pemimpin yang profesional perlu memiliki kemampuan dua-duanya .
dengan pengetahuan luas, tidak berarti bahwa seorang pemimpin harus lulusan
universitas atau akademi. Orang yang berpendidikan rendah memiliki
pengetahuan luas dengan tersedianya praktis yang memadai. Seorang pemimpin,
memiliki kemauan belajar, baik secara tim maupun pengembangan diri sendiri.
4. Memiliki Fisik yang Kuat
xviii
Seorang pemimpin harus bekerja dalam waktu lama dan sangat
melelahkan. Hal itu karena para pemimpin memiliki kesibukan yang luar biasa.
Selain itu para pemimpin memiliki ketahanan dan kekuatan fisik untuk
mengahadapi pekerjaan.
5. Percaya Diri
Percaya diri tidak sama dengan percaya pada diri sendiri dan tidak percaya
pada orang lain. Pemimpin yang sukses konsisten atau tidak labil menghadapi
situasi yang variatif. Situasi kepemimpinan yang baik pun adalah yang arah
pemikiran dan kebijakannya dapat dibaca secara tepat dan pasti oleh bawahannya.
6. Dapat Menjadi Anggota Kelompok
Seorang pemimpin selalu bekerja dengan dan melalui anggota
kelompoknya. Kerja sama itu akan terasa lebih baik, karena adanya perpaduan
antara pimpinan dan anggota kelompoknya. Dengan begitu tujuan organisasi akan
tercapai secara efektif dan efisien.
7. Adil dan Bijaksana
Sesuai dengan kodratnya manusia ingin diperlakukan adil. Keadilan
mengandung makna kesesuain antara hak dan kewajiban. Sedangkan bijaksana
berarti mempimpin harus menjangkau aspek manusiawi individu yang dipimpin.
Jadi seorang pemimpin meliki sikap adil dan bijaksana untuk dapat memposisikan
mana hak dan kewajiban antara dirinya dan kelompok atau individu yang
dipimpinnya.
8. Tegas dan Berinisiatif
Tegas tidak identik dengan keras, bukan pula otoriter atau diktaktor.
Ketegasan adalah kemampuan mengambil keputusan atas dasar keyakinan
tertentu, dengan didukung oleh data yang kuat. Berinisiataif berarti bahwa
seseorang yang menduduki posisi pemimpin mampu membuat gagasan baru,
inovasi baru atau tindakan lain di atas suatu subjek. Berinisiatif berarti pula
kemampuan memancing kreativitas sendiri anggota melakukan dengan cara-cara,
sepanjang tidak menyimpang dari tujuan akhir yang diharapkan.
9. Berkapasitas Membuat Keputusan

xix
Seorang pemimpin untuk mampu membuat keputusan. Membuat
keputusan pada intinya adalah memecahkan masalah keorganisasian. Pemimpin
yang memiliki kapasitas membuat keputusan akan membawa organisasinya
mencapai tujuan tertentu.
10. Memiliki Kestabilan Emosi
Ciri manusia beremosi stabil adalah sabar dan tidak mengambil inisiatif
dalam situasi emosional, kecuali benar-benar terpaksa. Pemimpin yang sabar
adalah pemimpin yang didambakan oleh pengikutnya. Oleh karena itu, pemimpin
harus mampu mengendalikan emosi dan berpikir rasional pada situasi yang
berbeda. Di dalam menentukan tindakan seorang pemimpin gambar tetap berada
pada sikap normal dan tahan terhadap godaan.
11. Sehat Jasmani dan Rohani
Sehat jasmani dan rohami adalah syarat mutlak seorang pemimpin. Bukan
tidak boleh dipimpin oleh orang buta, namun seorang pemimpin yang hadir sering
kali harus menghadiri dokumen, surat resmi, atau cek bank. Dapat dibayangkan
jika sebuah organisasi yang dipimpin oleh seseorang yang memiliki keterbatasan
saja bisa digunakan oleh stafnya. Oraganisai yang grip orang gilapun harus
dipimpin oleh orang sehat rohaninya. Tetapi, sehat jasmani tidak bertolak
belakang dengan cacat fisik. Sehat jasmani dan rohani berarti memungkinkan
seseorag bekerja secara optimal dalam bidang yang ditekuninya.
12. Bersifat Prosfektif
Organisasi beroprasi dengan memanfaatkan tiga kondisi, yaitu pengalaman
masa lalu, kearifan masa kini, dan harapan masa depan. Masa depan memang
tidak dapat diramalkan secara pasti, meskipun dapat diantisifasi jika variabelnya
telah diketahui atau dianalisis secara hati-hati. Sifat prospektif itu dinamis
terutama untuk menghadapi suprasistem yang, seperti pertumbuhan penduduk,
pertumbuhan ekonomi, perubahan kondisi politik di dalam dan di luar,
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebikan moneter, dan
sebagainya.

J. Pemimpin dan Power

xx
Kekuasaan (power) adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain .
bagi pemimpin penggunaan power dalam setiap rencana kerja yang di jalankan
adalah suatu yang positif , asal power tersebut dilakukan dengan mengikuti batas
batas yang di benarkan dalam dunia kerja. Misal seorang manajer di suatu
perusahaan memiliki hak untuk memutasi seorang karyawan dari posisinya, atau
mempromosikan seorang karyawan untuk menempati posisi startegis .bagi pihak
karyawan untuk memperlihatkan kemampuan dalam bekerja keras serta
kedisiplinan tinggi agar pimpinan tertarik untuk menempatkanya di posisi
strategis. Penggunaan power oleh seorang pemimpin terlihat dalam setiap
keputusan keputusan yang dianggap memiliki nilai penting dan memiliki
pengaruh besar bagi profit dan keberlanjutan usaha.
Dalam ruang lingkup organisasi ada 5 jenis kekuasaan yaitu :
1. Kekuasaan sah
Kekuasaan yang di peroleh melalui hierarki organisasi , kekuasaan sah
adalah kekuasaan yang di berikan kepada individu yang memegang jabatan
tertentu.
2. Kekuasaan balas jasa (reward power)
Kekuasaan untuk atau menunda balas jasa seperti peningkatan gaji,
bonus,rekomendasi,promosi,pujian,pengakuan,penugasan kerja yang menarik.
3. Kekuasaan paksaan (coercive power)
Kekuasaan untuk memaksakan kepatuhan dengan memakai ancaman
psikologis,emosional, atau fisik.
4. Kekuasaan referen (referent power)
Kekuasaan abstrak yang didasarkan pada persamaan ,peniruan, kesetiaan
atau karisma.

5. Kekuasaan ahli (expert power)


Kekuasaan pribadi yang didapatkan seseorang berbasis informasi atau
memiliki keahlian yang dimilikinya.

xxi
K. Kepemimpinan dan Perilaku

Dalam mengembangkan dan memajukan suatu organisasi manajer dengan


pengaruh kepemimpinan yang dimilikinya berkewajiban untuk memahami
perilaku setiap karyawan yang berada di lingkungan kerjanya. Karena itu dalam
mewujudkan suatu perilaku yang diinginkan manajer mengharuskan untuk
mempergunakan kekuatanya.
Richard L Daft menjelaskan ke 3 bentuk kekuasaan yaitu :
1. Kekuatan legitimasi
Kekuatan yang berasal dari posisi manajemen formal dalam sebuah
organisasi dan otoritas yang diberikan padanya.
2. Kekuatan penghargaan
Kekuatan yang berasal dari otoritas untuk memberi penghargaan kepada
orang lain.
3. Kekuatan koersif
Kebalikan dari kekuatan penghargaan adalah kekuatan yang mengacu pada
otoritas untuk menghukum untuk menghukum atau merekomendasikan hukuman
Dengan ketiga bentuk kekuatan ini maka bagi pihak manajer berusaha untuk
mengelola berbagai perilaku karyawan agar tercapai bentuk ketaatan dalam
bekerja.
Ketaatan berarti pekerja harus melaksanakan segala instruksi atau perintah
dari pimpinan, sekalipun mereka tidak setuju atau antusias karena yang harus
dihindari oleh pihak manajer adalah para karyawan melakukan penghindaran
pekerjaan dengan alasan alasan yang tidak jelas atau sesuatu yang tidak bisa
diterima secara logika konsep pekerjaan. Jika tugas yang pekerjaan yang harusnya
dilakukan oleh para karyaan secara tulus, ikhlas dan taat namun ternyata tidak
terlaksana secara yang diharapkan. Maka seorang pemimpin harus mencari tau
apa yang menyebabkan itu bisa terjadi dan Jika pekerjaan tersebut ternyata hanya
dikerjakan secara maksimal oleh beberapa karyawan dan sebagian lagi tidak mau
terlibat secara penuh dalam pengerajaan tugas tersebut. ini artinya dalam
pekerjaan telah terjadi penurunan, penurunan ini jika di biarkan akan

xxii
membahayakan organisasi secara lebih jauh. Oleh karena itu seorang pemimpin
perlu memikirkan bagaimana menjalankan dan mewujudkan kelompok kerja yang
efektif.

L. Etika Kepemimpinan

Etika kepemimpinan adalah sejumlah sifat-sifat utama yang harus dimiliki


oleh seorang pemimpin agar kepemimpinannya dapat berjalan dengan efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan sesuai norma dan
nilai yang berlaku. Adapun prinsip-prinsip dalam etika kepemimpinan itu antara
lain menjaga perasaan karyawan atau bawahan dan pihak eksternal, memecahkan
masalah dengan rendah hati, menghindari pemaksaan kehendak dan menghargai
pendapat orang lain, menanggapi suatu masalah dengan cepat dan tepat,
menyadari kesalahan dan berusaha untuk memperbaiki serta mengedepankan
sikap jujur, disiplin, dan dapat dipercaya. Hal-hal tersebut harus dapat dilakukan
oleh seorang pemimpin jika ia ingin kepemimpinannya berjalan dengan efektif
dan dijadikan panutan karyawan atau bawahannya.

Selain prinsip-prinsip di atas, terdapat pula nilai kepemimpinan yang perlu


dimiliki oleh seorang pemimpin. Nilai kepemimpinan tersebut antara lain:
integritas dan moralitas, tanggung jawab, visi kepemimpinan, kebijaksanaan,
keteladanan, menjaga kehormatan, beriman, kemampuan berkomunikasi dengan
karyawan maupun dengan pihak luar (eksternal) serta berkomitmen meningkatkan
kualitas SDM.

M. Kepemimpinan Spritual Tanpa Agama

Sejak tahun 1980-an mulai terjadi pergeseran focus dari teori


kepemimpinan behaviouralcontingency (yang mempelajari perilaku pemimpin
yang cocok dengan situsi tertentu) menuju kepemimpinan strategis yang
menekankan visi, motivasi, dan pengendalian melalui nilai-nilai atau budaya di
dalam klan yang adaptif terhadap perubahan lingkungan organisasi. Pendapat ini
dinyatakan oleh Louise W.Fry dalam tulisannya, Toward A Theory of Spiritual
xxiii
Leadership. Apa yang dinyatakan Fry tersebut benar adanya. Hal ini dapat kita
simak dari terbitnya buku-buku teks kepemimpinan yang mengupas tentang
kepemimpinan dan buday organisasi, kepemimpinan perusahaan berdasarkan misi
dan nilai-nilai, spriritualitas di tempat kerja, dan artikel-artikel tentang
spriritualitas di tempat kerja dalam jurnal-jurnal bisnis manajemen.

Bukan hanya tampak dari terbitan buku-buku dan artikel-artikel, dalam


praktik juga banyak perusahaan yang sukes menerapkan pendekatan baru tersebut
dalam kepemimpinan. Bahkan, perkembangan yang terjadi justru bermula dari
kebutuhan para praktisi di lapangan akan menemukan makna kerja yang
kemudian disambut oleh para akademisi dengan penerbitan tulisan-tulisan ilmiah.

Spiritualitas di tempat kerja belum berkembang dalam wacana


kepemimpinan di Indonesia, meskipun tumbuh subur di Amerika. Ini merupakan
bagian dari fokus mutakhir praktisi dan akademisi Amerika mengenai
kepemimpinan, sebagai bagian dari usaha pengembangan nilai-nilai penemuan
makna kerja. Dari berbagai penelitian diketahui bahwa penemangan spiritualitas
di tempat kerja berpengaruh positif terhadap sikap dan perilaku kerja para
karyawan. Antara lain menyangkut kepuasan kerja, komitmen, motivasi,
kererlibatan kerja, inovasi, dan produtivitas. Hal-hal tersebut sangat penting bagi
efektivitas oraganisasi secara keseluruhan.

Bagi kita, isu mengenai spiritualitas di tempat kerja initentu sangat bearti.
Hal ini dapat menjadi alternative dari model birikrasi yang sudah terbukti tidak
efektif. Birokrasi yang banyak diterapkan pada organisasi pemerintah maupun
nonperimerintah cenderung berorientasi pada standardidasi, formalisasi, dan
sentralisasi. Model ini tidak cukup mampu mengantisipasi perubahan-perubahan
dari lingkungan dan tidak mendukung kebermaknaan hidup. Banyak orang
bekerja hannya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan status, bukan karna
mencintai pekerjaan itu sendiri dan menemukan makna hidup melalui
pekerjaannya.

xxiv
Seperti dikemukakan Ashmos dan Duchon, spiritualitas di tempat kerja
bukanlah agama atau pengganti agama, dan juga bukan perihal mengajak orang
utuk mengikuti sistem keyakinan tertentu. Spiritualitas di tempat kerja adalah
mengenai pemahaman diri pekerja sebagai makhluk spiritual yang jiwanya
memerlukan makanan di tempat kerja: mengenai pengalaman akan rasa bertujuan
dan bermakna dalam pekerjaannya, dan juga tentang mengalami perasaan saling
terhubung dengan orang lain dan dengan komunitasnya di tempat kerja.

N. Kepemimpinan Spritual Berdasarkan Agama

1. Kepemimpinan dalam Islam

Waffa (2009) mengatakan konsep kepemimpinan dalam islam sebenarnya


memiliki dasar – dasar yang sangat kuat dan kokoh. Ia di bangun tidak saja oleh
nilai nilai transendental, namun telah di praktekkan sejak berabad abad yang lalu
oleh nabi muhammad SAW, para sahabat dan al- khulafa’ al- rosyidin. Pijakan
yang kuat beersumber dari alquran dan assunah serta dengan bukti empiritnya
telah mendapatkan konsep kepemimpinan islam sebagai salah satu model
kepemimpinan yang diakui dan dikagumi oleh dunia internasional.

2. Kepemimpinan dalam Kristen

Kepemimpinan kristen ialah kepemimpinan yang dimotivasi oleh kasih


dan disediakan khusus untuk melayani. Itu merupakan kepemimpinannya yang
telah diserahkan kepada kekuasaan kristus dan teladan-Nya. Para pemimpin
kristen yang terbaik memperlihatkan sifat-sifat yang penuh dengan dedukasi tanpa
pamrih keberanian, ketegasan, belaskasihan, dan kepandaian persuasif yang
menjadi ciri pemimpin agung (Tomala 2002).

3. Kepemimpinan dalam Hindu

xxv
Ajaran kepemimpinan dalam hindu khususnya dibali diantara nya ajaran
Catur Guru Bhakti, yakni berbakti kepada 4 jenis guru yang terdiri dari :

a. Guru rupaka / guru rekha yakni orang tua

b. Guru pangadyayang / pengajian yakni guru memberikan pendidikan


c. Guru wisesa yakni pemerintah yang memberikan perlindungan dan
kemakmuran
d. Guru svadhyaya yakni tuhan yang maha esa atau guru tinggi

O. Hal Hal Yang Menyebabkan Seseorang Menjadi Pemimpin

1. Tradisi atau warisan adalah Seseorang menjadi pemimpin karena warisan atau
keturunan misalnya raja atau ratu inggris dan belanda.

2. Kekuatan pribadi baik karena alasan fisik maupun karena kecakapannya.

3. Pengangkatan atasan adalah Seseorang menjadi pemimpin karena diangkat oleh


pihak atasannya.

4. Pemilihan adalah Seseorang menjadi pemimpin karena berdasarkan konsep


penerimaan menjadi pemimpin dan akan mentaati intruksi.

Dari 4 hal mendasari sesorang menjadi pemimpin tersebut posisi yang


paling tepat adalah tradisi atau warisan. Ini terjadi karena kepemimpinan yang
diperoleh bukan hasil pengayaan dirinya sendiri namun lebih karena hubungan
darah atai keturunan. Dimana dalam realita sangat sering terjadi bahwa setiap
orang belum tentu memiliki konsep dan talenta yang sama dengan orang tuanya.
Sehingga beberapa kemunduran organisasi salah satu penyebabnya karena
generasi selanjutnya memiliki bakat dan sudut pandang yang berbeda dengan
generasi yang sebelumnya.

Dalam era moderen sekarang ini seorang pemimpin ituntut mampu


memahami setiap persoalan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Pemahaman kuantitatif berisi angka-angka yang harus diterjemahkan secara

xxvi
kualitatif. Salah satu sunber data kuantitatif adalah bersumber dari data statistik
dengan kata lain seorang pemimpin dituntut untuk mampu memahami dat-data
statistik dengan baik dan benar serta mampu menjadikan data tersebut sebagai alat
analisis.

P. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kualitas Kinerja

Dalam suatu organisasi fungsi dan peran pemimpin dalam mendorong


pembentukan organisasi yang diharapkan menjadi dominan. Pada era globalisasi
kepemimpinan yang dibutuhkan adalah yang memiliki nilai kompetensi yang
tinggi, dan kompetensi itu bisa diperoleh jika pemimpin tersebut telah memiliki
experience (pengalaman) dan science (ilmu pengetahuan) yang maksimal.

Perolehan semua ini baru akan terjadi dalam waktu yang panjang, dan
sifatnya berotasi. Ini sebagaimana dikatakan oleh andrias Herafa bahwa
“penguasaan kompetensi baru akan terjadi jika pemimpin mengalami proses rotasi
untuk mengejakan tugas yang berbeda, sehingga ia terus belajar”. Rotasi di sini
dapat terjadi dalam bentuk pemindahan tugas dari satu tempat ke tempat lainnya.
Seperti pemindahan dari posisi kepala kantor cabang di wilayah Medan ke kantor
cabang wilayah Bandung, dan seterusnya, hingga ditempatkan pada kantor cabang
di luar negeri.

Secara sederhana pada saat seseorang duduk pada suatu posisi selama 3-4
tahun bahkan kurang ia telah menguasai pekerjaan tersebut dengan baik,dengan
kondisi seperti itu kebutuhan pekerja yang menantang tidak bisa dikesampingkan.
Karena baginya kondisi dan situasi pekerjaan tersebut jika terlalu lama maka akan
menjadi membosankan. Untuk itu sistem rotasi pekerjaan dibutuhkan.
Permasalahan yang timbul dari segi persaingan ditempat pekerjaan terutama
dalam menduduki posisi penting. Posisi penting di suatu organisasisering menjadi
incaran banyak pihak, sehingga kadang kala sering terjadi tindakan yang bersifat
menjegal dan menikung dari belakang, termasuk ada usaha-usaha untuk menahan
laju prestasi para bawahan.

xxvii
Karyawan adalah salah satu bentuk aset internal yang paling berharga
dimiliki oleh perusahaan. Artinya dengan kebijakan dan usaha kuat untuk selalu
menjaga dan mempertahankan karyawan maka diharapkan akan mampu
menghindari faktor-faktor yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan
organisasi. Ini sebagaimana dikemukakan oleh Moeller & Witt bahwa, “Faktor-
faktor yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan organisasi antara lain: (1)
Management Overrides or Collusion, (2) Internal Control Cost versus Benefits;
(Moller & Witt, 1999).

Seorang pemimpin memiliki pengaruh besar dalam mendorong


peningkatan kinerja para karyawan. Peningkatan kualitas kinerja bawahan
memiliki pengaruh pada penciptaan kualitas kerja sesuai dengan pengharapan.

Untuk membangun suatu organisasi agar terbentuk model perilaku


organisasi yang berkarakter maka semua itu pada prinsipnya harus dimulai dari
pembentukan karakter pimpinan terlebih dahulu. Para CEO seperti Jon Judge dan
Jim Goodnight terus menumbuhkan organisasi mereka dengan mengelilingi diri
merela tidak hanya dengan orang-orang bertalenta hebat, tetapi juga dengan
mereka yang memiliki karakter.

Q. Hubungan Pemimpin dan Karyawan

Dalam konteks hubungan pemimpin dan karyawan sangat di pengaruhi


oleh gaya pemimpin yang dimiliki. Ini menyebabkan pemimpin memiliki
kekuasaan dan otoritas lebih dalam usaha membentuk suatu model manajemen
organisasi yang diharapkan. Dari berbagai literatur dalam konteks hubungan
antara pemimpin dan karyawan ada dua gaya kepemimpinan yang diterapkan
yaitu:

1. Pemimpin dengan gaya orientasi tugas (task-oriented)

2. Pemimpin dengan gaya orientasi pegawai (employee-oriented)

xxviii
Pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang lebih mengutamakan
berorientasi tugas (task-oriented) adalah cenderung sangat mengejar target
penjualan atau pengerjaan project dengan hasil maksimal, dan menempatkan para
karyawan serta seluruh sumber daya yang dimiliki demi tercapainya target. Pada
pemimpin dengan gaya orientasi tugas ini akan terlihat pda ciri-ciri sebagai
berikut:

1. Menghindari sifat suka melalaikan tugas.

2. Mengedepankan profesionalitas hasil kerja sesuai dengan target.

3. Berusaha memberikan kepuasan kepada klien ,mitra bisnis, birokrat, komitmen


dan lainnya sesuai dengan permintaan.

4. Menghindari cacat kerja atau produk yang tidak sempurna.

5. Mengedepankan service purna jual kepada para konsumen, klien, dan lainnya.

6. Menjungjung tinggi terwujudnya reputasi perusahaan sesuai dengan amanat


visi dan misi perusahaan, termasuk memberikan kepuasan kepada para
pemegang saham.

Adapun pemimpin dengan gaya orientasi pegawai adalah pemimpin yang


memiliki pandangan dn konsep kaderisasi. Konsep kaderisasi tersebut terlibat
dengan cara pemimpin berusaha membesarkan para karyawan yang dianggap
memiliki potensi untuk didik dan diberi pelatihan kepemimpinan, dengan tujuan
pegawai tersebut diberi kesempatan untuk memimpin organisasi.

secara kenyataan ada beberapa pemimpin yang sulit menerapkan konsep


demokrasi dalam organisasi bisnis yang dimilikinya. Konsep demokrsi artinya
kepemimpinan dan beberapa jabatan strategis boleh dan hannya layak dipinpin
oleh mereka yang memiliki kredabilitas serta reputasi yang dapat
dipertanggungjawabkan. Ukurannya adalah secara jangka pendek dan jangka
panjang, yaitu dengan tetap mengutamakan dua sisi keinginan organisasi bisnis.

xxix
R. Contoh Kasus dan Pemecahan atau Solusi Kasusnya

Contoh kasus:

Drs. Hartoyo telah menjadi manajer tingkat menengah dalam departemen


produksi suatu perusahaan kurang lebih 6 bulan. Hartoyo bekerja pada perusahaan
setelah dia pensiun dari tentara. Semangat kerja departemennya rendah sejak dia
bergabung dalam perusahaan. Beberapa dari karyawan menunjukan sikap tidak
puas dan agresif.

Pada jam istirahat makan siang, Hartoyo bertanya pada Drs. Abdul Hakim
ak, manajer departemen keuangan, apakah dia mengetahui tentang semangat kerja
yang rendah dalam departemen produksi. Abdul Hakim menjawab bahwa dia
telah mendengar secara informal melalui komunikasi “grapevine”, bahwa para
karyawan Hartoyo merasa tidak senang dengan pengambilan semua keputusan
yang dibuat sendiri olehnya. Dia (Hartoyo) menyatakan, “Dalam tentara, saya
membuat semua keputusan untuk bagian saya, dan semua bawahan mengharapkan
saya untuk berbuat seperti itu.”

Solusi dari kasus:

Sebaiknya Hartoyo dapat merubah gaya kepemimpinan otoriternya dengan


gaya kepemimpinan demokratis, yaitu gaya pemimpin yang memberikan
wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu
mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya
kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas
serta tanggung jawab para bawahannya. Pada kepemimpinan demokrasi, anggota
memiliki peranan yang lebih besar. Pada kepemimpinan ini seorang pemimpin
hanya menunjukkan sasaran yang ingin dicapai saja, tentang cara untuk mencapai
sasaran tersebut, anggota yang menentukan. Selain itu, anggota juga diberi
keleluasaan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Kepemimpinan
demokrasi cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi tinggi dengan
komitmen yang bervariasi. Sehingga Hartoyo akan mudah untuk mencapai tujuan
xxx
perusahaannya apabila merubah gaya kepemimpinannya dengan gaya
kepemimpinan demokratis .

S. Isu Terkini Mengenai Kepemimpinan

“Dorongan Peningkatan Kapasitas Kepemimpinan Perempuan di Dunia Bisnis”

Aliansi pemberdayaan dan kemajuan pepresentasi ekonomi perempuan,


G20 EMPOWER, bekerja sama dengan Boston Consulting Group (BCG),
meluncurkan buku Best Practices Playbook 2021. Buku ini diharapkan dapat
menjadi referensi bagi peningkatan kapasitas kepempimpinan perempuan di dunia
bisnis. Penyusunan buku ini berdasarkan studi dengan melibatkan lebih dari 150
praktik terbaik dari 23 negara, dalam implementasi beragam kebijakan dan
inisiatif sektor swasta untuk memperkuat komitmen dan kinerja perusahaan
terhadap kepemimpinan perempuan.

Direktur & Chief Strategic Transformation Information Officer XL


Axiata, Yessie D.Yosetya berharap, Buku Pedoman Praktik Terbaik G20
EMPOWER ini dapat memberikan motivasi bagi teman-teman pelaku bisnis di
Indonesia mengimplementasikan visi kesetaraan gender di perusahaan masing-
masing, termasuk memberikan ruang yang luas bagi kepemimpinan perempuan.
Yessie yang juga merupakan Chair dari Indonesia dalam G20 EMPOWER
melihat bahwa buku ini akan bermanfaat bagi kaum perempuan untuk
mempersiapkan dirinya untuk bisa bersaing di tengah-tengah persaingan industri
yang sangat ketat, di mana masih banyak terjadi diskriminasi gender yang terjadi.
"Melalui buku ini kita bisa belajar banyak dari pengalaman di 23 negara dengan
150 praktik terbaik dalam berkomitmen, berkolaborasi, dan
mengimplementasikan tindakan nyata untuk mencapai kesetaraan gender,"
ujarnya dalam keterangan resminya, Minggu (31/10/2021).

Sementara itu, Ketua G20 EMPOWER Presidensi Italia, Paola Mascaro,


mengatakan, Best Practices Playbook 2021 merupakan karya berharga yang
menunjukkan bahwa sinergi lintas negara dan lintas sektor adalah hal yang

xxxi
penting dalam upaya pemberdayaan perempuan. "Praktik terbaik yang tertuang
dalam Buku Pedoman Best Practices Playbook 2021 ini memperlihatkan
pendekatan pragmatis yang khas dari dunia bisnis dan dapat diadopsi oleh semua
pihak untuk mendorong perubahan,” ungkapnya. Awal Oktober 2021 lalu, dalam
sesi khusus G20 EMPOWER yang disenggarakan di Roma, Italia, CEO XL
Axiata, Dian Siswarini berkesempatan membagikan pengalaman dalam
menerapkan praktik baik yang diimplementasikan di XL Axiata terkait dukungan
pada karyawan perempuan untuk mendapatkan posisi di level pimpinan
perusahaan. Selain Dian, juga pembicara lainnya adalah Christine McLoughlin
(Suncorp Group, Australia) dan Marta Blanco (CEOE, Spanyol).

xxxii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan


memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk
memperbaiki kelompok dan budayanya. Seorang pemimpin yang baik harus
memiliki integritas (kepribadian), intelektual (pengetahuan), intelegensi
(spiritual), skill atau kemampuan/keahlian, memiliki power atau dapat
mempengaruhi orang lain, mau belajar, mendengar dan siap dikritik. Apabila
ketujuh isi dari esensi/hakikat kepemimpinan tersebut telah dimiliki oleh seorang
pemimpin maka pemimpin tersebut akan arif dan bijaksana.

B. Saran

Tidak ada tipe kepemimpinan yang paling benar atau baik untuk
digunakan dalam sebuah kelompok. Tipe kepemimpinan yang efektif yaitu
tergantung pada situasi dan kondisi yang sedang dihadapi oleh sebuah kelompok.
Misalnya, jika suatu kelompok tersebut sedang mengalami berbagai masalah yang
kompleks atau dalam situasi yang genting, maka tipe kepemimpinan yang
dibutuhkan oleh kelompok tersebut adalah tipe otokratik. Dimana pengambilan
keputusan dilakukan dengan sepihak yaitu oleh pemimpin kelompok itu sendiri.
Tipe kepemimpinan yang ada dalam diri seorang pemimpin itu didasarkan pada
teori-teori kepemimpinan yang ada. Seorang pemimpin yang baik adalah
pemimpin yang bisa mengayomi para bawahannya. Seorang pemimpin tidak
disarankan memiliki sifat yang egois, karena seorang pemimpin yang baik harus
bisa menerima kritik dan saran dari bawahannya.

xxxiii
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Irham. 2014, Perilaku Organisasi Teori, Aplikasi, dan Kasus. Penerbit CV
ALFABETA. Bandung.

Handoko, T Hani. 2012, Manajemen. Penerbit BPFE. Jogyakarta.

Heikal, Mohd. 2016, Pengantar Manajemen. Penerbit MADENATERA. Medan.

Solihin, Ismail. 2010, Pengantar Manajemen. Penerbit Erlangga. Jakarta.

xxxiv

Anda mungkin juga menyukai